HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PT Widodo Makmur Perkasa PT Widodo Makmur Perkasa bagian kambing dan domba berlokasi di kecamatan Palas, kabupaten Lampmg Selatan, Propinsi Lampung. Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika propinsi Lampung secara geografis, daerah Kabupaten Lampung Selatan berada pada kedudukan 5" 15' LS
- 6" 0' LS dan
105" 0' BT - 105" 45' BT. Berada pada ketinggian 40-175 m d.p.1 beriklim tropis dengan suhu 18,4 - 3 4 4
OC,
curah hujan 151 - 200 mmhulan dan 2408
mmltahun, kelembaban 79 - 86,7 %. Kecepatan angin rata-rata sebesar 5,83 kmljam. Keadaan ini cukup baik untuk berternak kambing walaupun termasuk wilayah dengan kondisi daerah yang kering, selain itu kambing merupakan tipe temak nuninansia yang tahan terhadap kondisi iWim yang ekstrim dan daya adaptasinya tinggi. Menurut Stuyahadi (2001), temak kambing berkembang umurnnya di wilayah lahan kering dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Menurut Williamson dan Payne (1993),
kondisi lingkungan yang
optimum bagi pertumbuhan kambing yang baik adalah 28 - 33
OC.
Hal ini
menunjukkan bahwa kabupaten Lampung Selatan cukup baik untuk pengembangan ternak kambing. PT Widodo Makmw Perkasa, Propinsi Lampung memiliki luas lahan seluruhnya sekikx 20 ha. Lahan tersebut dimanfaatkan mtuk perkantoran, tempat tinggal pekerja, laboratorium, lahan hijauan makanan temak, gudang pakan, kandang pameran, kandang karantina, kandang kawin, kandang bunting dan meny~sui,dan kandang sapih. Lahan hijauan memiliki luas 12 ha. Tanaman yang ada di lahan hijauan didominasi oleh rumput gajah, dan beberapa lahan ditanami rumput setaria dan kolojono. Lahan hijauan ini mampu memenuhi kebutuhan hijauan untuk pakan tenlak. PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung bergerak di bidang pengadaan, pembibitan, dan pemasaran kambing. Pengadaan kambing meliputi kegiatan menjalin kejasama dengan pemasok, mencxi pasar baru, pengiriman kambing dari peinasok ke Lampung dan dari Lampung ke pasar yang dituju, bekerjasama dengan bagian pemasaran, dan membuat program telltang penyediaan ternak untuk pemasaran. Pembibitan dan pemasaran meliputi
kegiatan membuat program untuk penyediaan ternak, melakukan seleksi untuk kambing yang dijual sebagai bibit atau potong, meiakukan pemeliharaan sampai tidak ada kematian kambing, dan pencegahan serta pengobatan jika terdapat kambing yang sakit. Populasi kambing tmtama kambing Jawarandu yang terdapat di PT Widodo Makmur Perkasa tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Data Populasi Karnbing Jawarandu pada Bulan September 2006 Struktur Populasi
Populasi Ternak
Betina B u n k g
156
Betina Kosong
49
Betina Menyusui
84
Jantan
18
Jumlah
307
-
Sumbet : Arsip PT Widodo Mahur Perkasa Propinsi Lampung tahun 2006
Struktur Organisasi Struktur organisasi di PT Widodo Makmur Perkasa dapat dilihat pada Bagan di bawah ini.
Bagan 1 Struktw Organisasi PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung Ir. Tumiyono, MBA
Duektur Keuangan Drs. Sumarlan
Prof. Dr.Ir. Trinil
*
I
T
General Manager M. Yasa Aproni, S.Pt
Kepala Bagian Keuangan dan Umum Srihartati, A.Md Kepala Kandang Edi
+
+
I
+
Sumber : Arsip PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Larnpung
+
Gambaran Umum Para Pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa Latar Belakang Pekerja Berdasarkan data dari PT Widodo Malanur Perkasa sebagian besar pekerja adalah tamatan SMP (38,5%) clan SD (30,8%). Selanjutnya masingmasing sebesar 19,2% tamatan SMAIsederajat dan 11,5% lulusan perguruan tinggi yang merupakan pemegang jabatan tertinggi di PT Widodo Makinur Perkasa Propinsi Lampung. Namun, pengetahuan para pekerjanya mengenai manajemen ternak cukup baik, di samping adanya dasar ilmu petemakan yang telah dimiliki, merekapun mengadakan pelatihan guna meningkatkan pengetahwin para pekerja lain yang latar belakang pendidikannya masih jauh di bawah mereka. Latar pendidikan para pekerja di PT Widodo Makmur perkasa dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Latar Belakang Pendidikan Pekerja di PT Widodo Makmur Perkasa Nama
Gelar
MochYasa. A
SPt
Generai Manager
Sungging.KW
S.Pt
Manager Produksi
Sri Hanati
A.Md
Adm dan Keuangan
Jabatan
Edi S
SMU
Kebla Kandang
Saminguu
SD
Trading ( Anakan )
Apb Nu Imam
SD
Perah Susu
SMA
Breeding
Timbul
SMP
Breeding
Ade
SMU
Pnkan
Joko S
SMP
Keamw
Suyitno
SMP
Keamanan
Pono
SMP
Pakan
hsuo
SMP
Pakan
Paidi
SMP
Kandang
sums0 Janvo
SMP
g-
SMP
g-
Karirnan
SMP
Dwi
SMA
hdsng Kandang
Yaya!
STM
kdang
Sutik
SD
Kandang
Tmo
SD
Nurcholis
SD
Kandang bdang
Gito
SMP
Kandang
Tinggd
SD
Kandang
Mukini
SD
AIL&^
Tunini
SD
Dapur
Sumber :Arsip PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung
Manajemen Reproduksi Keberhasilan suatu petemakan sangat ditentukan ole11 manajemen pe~neliharaan yang baik mulai dari sistem pemeliharaan, pemberian pakan, pelnbersihan kandang, dan temak, sanpai kesehatan temak. Dalan lnanajemen reproduksi temak dikenal cara perkawinan secara alami dan Inse~ninasiBuatan
(IB). Berdasarkan hasil wawancara, di PT Widodo Makmur Perkasa propinsi Lamnpung, lnereka menggunakan cara perkawinan secara kawin alam walaupun masih berlangsung selama 2 tahun terakhir ini. S e b e l m y a mereka melakukan Inseminasi Buatan (IB). Beberapa alasan tidak dilakukannya Inseminasi Buatan
(LB) antara lain : hasil anakau kurang bagus, tiugkat pertumbuhan lambat, tingkat kebuntingan relatif rendah, jumlah pejautan yaug dimiliki bauyak jumlahnya, tingkat reproduksi dari perkawinau alami lebih baik serta biaya yaug hams dikeluarkan reatif mwah karena yang diguuakau adalah pejantan sendiri atau pejautan yang disewa dari penduduk. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar setiap perkawinan sekitar Rp 3000/ekor.
Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Betina
Penampilau reproduksi kambing Jawarandu dapat dilihat di Tabel 6 Tabel 6 Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Betina di PT Widodo
Makmur Perkasa Penampilan Reproduksi
Wawancara
Literatur
18-20hari
18 - 20 hari
Kambing Jawarandu Betina Siklus estrus
(Frandson, 1992) Lama siklus estrus
24 jam
18-24jam (Toelihere, 1981)
Umur kambing pertama kali
6 - 7 bulan
estrus
(Frandson, 1992)
Bobot badan kambing saat
Rata-rata 32,17 kg
pertama kali estrus 10 bulan
dikawinkan yang
30 - 50 kg (Achjadi, K 2007)
Umur kambing pertama kali
Waktu
6 - 10 bulan
10 - 20 bulan (Achjadi, K 2007)
tepat
untuk
12 -18 jam setelah estrus
dikawinkan Tingkat kebuntingan
18-24jam (Toelihere, 1981)
1 - 2 kali kawin baru terjadi
Tidak ditemukan
kebuntingan Lama kebuntingan
5 bulan (150 hari)
143 - 153 hari (Davendra and Bums, 1994)
Jumlah anak yang dilahirkan Calving Interval
1 - 2 ekor
Tidak ditemukan
8 bulan
@urrohmawati. L 2008)
SIC kawin alam
1,2
Tidak ditemukan
SIC iB
1,5
1,l - 1,3 (Achjadi, K 2007)
CR kawin alam
82,93%
Tidak ditemukan
CR IB
66,67%
50 - 80% (Achjadi, K 2007)
Sumber : Hasil Wa\vancara para Pekerja PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung (Juli 2008), h i p PT Widodo rnakmw Perkasa, Propinsi Lampung Tahun 2006 dan literaur.
Berdasarkan data tersebut dikatakan bahwa siklus estrus pada kambing Jawarandu berkisar 18 - 20 hari. Menurut Toelihere (1981), siklus estrus pada kambing dan domba sekitar 16,s hari dengan kisaran 14 - 20 hari. Data tersebut sudah sesuai dengan literatur. Lamanya siklus estrus yang dapat diamati oleh para pekerja adalah 24 jam dan diamati setiap waktu baik pagi, siang, maupun sore hari. Menurut Toelihere (1981), masa estrus kambing dan domba berlangsung sekitar 18 - 24 jam. Masa e m s ini akan mempengaruhi tingkat kebuntingan dari populasi kambing. Tingkat kebuntingan cukup baik dilihat dari hasil wawancara, diperoleh keterangan bahwa 1 atau 2 kali kawiu kambing suddi dapat bunting. Kambing Jawarandu mengalami estrus pertama kali pada umur 6 7 bulan. Menurut Frandson (1992), kambing dapat mencapai masa pubertas pada umur 6 - 10 bdan. Data ini sudah sesuai dengan literatur. Bobot badan kambing saat pertama kali estrus rata-rata 32,17 kg. menurut Achjadi, K (2007) bobot badan kambing yang normal saat pertama kali estrus berkisar antara 30 - 50 kg. Data hasil wawancara ini juga sudah sesuai dengan literatur yang ada. Umur kambing saat pertama kali dikawinkan menurut hasil wawancara yaitu 10 bulan dan dilakukan 12 - 18 jam setelah estrus. Menurut Achjadi, K (2007) kambing pertama kali dikawinkan saat umur 10 - 20 bulan dan menurut Toelihere (1981), dikatakan bahwa waktu yang baik untuk perkawinan berkisar antara 18 - 24 jam setelah estrus terlihat. Masa kebuntingan kambing dari hasil wawancara yaitu 150 hari. Menurut literatur berkisar antara 143 - 153 hari (Davendra and Burns, 1994). Lamanya kebuntingan pada kambing Jawarandu di PT Widodo Malanur Perkasa Propinsi Lampung sudah sesuai dengan literatw yang ada. Periode kebuntingan sangat beragam. Penyebab keragaman dalam periode kebuntingan dipengaruhi oleh lingkungan, pakan, dan faktor keturunan.
Anakan yang diperoleh dari hasil perkawinan sangat bervariasi. Anakan yang dihasilkan 1
-
2 ekor. Dari data dapat dilihat bahwa terdapat
perbaikan produktivitas yaitu jumlah anakan akibat persilangan antara kambing peranakan Ettawa dengan kambing Kacang. Pada awalnya ciiketahui bahwa kambing Ettawa biasanya mnelahirkan anak tunggal sekali dalam setahun (Davendra and Burns, 1994). Begitupula kambing peranakan Ettawa. Bangsa katnbing Ettawa dilaporkan mempunyai nilai kembar dua yang lebih rendah
diperoleh sebanyak 34 ekor dari 41 ekor kambing Jawarandu yang dikawin alam dan jumlah kebuntingan pertama sebanyak 6 ekor dari 9 ekor kambing Jawamndu yang di Illseminasi Buatan (IB).
Penampilan Reprduksi Kambing Jawarandu Jantan Berdasarkan hasil wawancara dikatakan bahwa PT Widodo Malanur Perkasa tidak memiliki data mengenai kambing Jawarandu jantan. Menurut Satwono (2007), penampilan reprodnksi kambig Jawarandu jantan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 7 Penampilan Reproduksi Kambing Jawarandu Jantan PenampiIan Reproduksi Knmbing
Literatur
Jawarandu Jantan
Berat pejantan Lingkar testis
Umur produktif Umur pubertas
40 - 60 kg 15-21 cm
1- 3 tahun 6 - 10 bulan
Masalah Reproduksi Kejadian aborfus pada kambing Jawarandu di PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung jarang terjadi. Kalaupun terjadi hal itu dikarenakan hewan yang datang sudah bunting dari distributor. Kelainan yang sering muncul yaitu anak lahir prematur, anak lahir kecil, anak tidak mampu bertahan hidup karma kondisi badannya terlalu lemah &bat p e n g a d lingkungan asal yang kurang bersih, dan patah tulang akibat transportasi.