1
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Penangkaran Kinantan Bagombak Usaha penangkaran Kinantan Bagombak Ampang Kualo Kota Solok didirikan pada tanggal 17 Juni 2011. Saat ini jumlah populasi Ayam Kokok Balenggek di Penangkaran Kinantan Bagombak berjumlah 528 ekor. Penangkaran Kinantan Bagombak terletak di Kecamatan Tanjung Harapan Ampang Kualo Kota Solok. Sistem pemeliharaan ayam di Penangkaran Kinantan Bagombak dapat dilihat pada gambar 1 dan 2.
Gambar 1. Pemeliharaan Ayam Kokok Balenggek secara semi-Intensif Pemeliharaan semi intensif yang diperlihatkan pada Gambar 1 memerlukan adanya kandang sebagai tempat berlindung. Kandang dibuat sederhana, murah, namun sehat, bersih dan sesuai dengan kebutuhan ayam. Kandang perlu dilengkapi dengan kandang anak ayam (colony cage) sampai disapih, dan dilengkapi dengan tempat makan dan minum. Pemeliharaan secara intensif
2
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, nilai ekonomis dan memudahkan manajemen pemeliharaan ternak.
Gambar 2. Kondisi penangkaran Kinantan Bagombak secara Intensif Bahan pakan yang diberikan terdiri atas campuran dedak, jagung, tepung ikan dan ada juga pakan tambahan seperti puding. Puding adalah padi unggul yang dicampurkan dengan telur ayam dengan perbandingan 3 : 1. Jenis padi unggul yang dimaksud adalah padi yang bisa berkali-kali ditanam dengan perlakuan yang baik. Hasil dari panen padi ini bisa dijadikan benih kembali (Heryandi, dkk, 1994). Bahan pakan yang diberikan untuk ayam yang akan melaksanakan lomba juga mendapat pakan tambahan dan buah-buahan seperti pisang, pepaya atau jeruk. Selain itu, peternak menambahkan jamu untuk melembutkan dan mencegah suara serak dari Ayam Kokok Balenggek.
4.2. Kontes Ayam Kokok Balenggek Kontes yang dilaksanakan setidaknya setahun satu kali pada bulan April atau Mei. Hal ini dikarenakan belum adanya himpunan atau lembaga resmi yang
3
terkait. Kontes diadakan oleh komunitas yang rutin melaksanakan latihan bersama tiap hari Minggu. Tujuan diadakannya kontes antara lain untuk menentukan kategori dari Ayam Kokok Balenggek, membudidayakan Ayam Kokok Balenggek diluar Kabupaten Solok dan mempererat tali silaturahmi antar komunitas Ayam Kokok Balenggek di Sumatera Barat. Pada dasarnya kontes yang dilakukan menggunakan penilaian yang sudah ditetapkan. Penilaian yang dilakukan pada kontes Ayam Kokok Balenggek berdasarkan 3 nilai yaitu jumlah lenggek, kerajinan berkokok atau frekuensi dan tipe suara. Penilaian yang pertama adalah jumlah lenggek dengan 3 kategori yang bisa diikuti Ayam Kokok Balenggek yaitu :
Landi, adalah jumlah lenggek yang berjumlah 2 hingga 4 kali
Boko, adalah jumlah lenggek yang berjumlah 4 hingga 7 kali
Favorit, atau istimewa adalah jumlah lenggek yang berjumlah diatas 7 kali Setelah diketahui jumlah lenggeknya, kemudian penilaian dilanjutkan
dengan menghitung kerajinan berkokok pada waktu yang ditentukan biasanya sekitar 30 atau 60 menit, semakin banyak ayam tersebut berkokok akan langsung dijadikan pemenang kontes. Apabila jumlah kerajinan kokok sama, maka akan dilakukan penilaian ketiga yaitu melihat kelangkaan tipe suara. Makin langka tipe suara yang diikut sertakan kontes maka ayam tersebut yang akan mendapat penilaian lebih dari juri kontes.
4.3. Performans Suara Kokok Ayam Kokok Balenggek Penelitian dilakukan pada waktu yang berbeda yaitu pagi hari (06.00-08.00 WIB), siang hari (11.00-13.00 WIB) dan sore hari (15.00-17.00 WIB). Rataan
4
jumlah frekuensi, jumlah suku kata, jumlah lenggek dan durasi berkokok Ayam Kokok Balenggek di Penangkaran Kinantan Bagombak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Jumlah Frekuensi, Jumlah Suku Kata, Jumlah Lenggek, dan Durasi Berkokok dipenangkaran Kinantan Bagombak No 1 2 3 4
Karakteristik Kokok (Satuan) Frekuensi Kokok* (Kali) Suku Kata (Kali) Lenggek Kokok (Kali) Durasi Berkokok (Detik)
Rataan
Rataan
Pagi
Siang
Sore
53,63 ± 13,09
50,73 ± 13,01
46,43 ± 10,12
50,27 ± 12,37
9,30 ± 1,44
8,47 ± 1,31
8,67 ± 1,45
8,81 ± 1,43
6,30 ± 1,44
5,47 ± 1,31
5,67 ± 1,45
5,81 ± 1,43
3,24 ± 0,00
3,08 ± 0,00
3,14 ± 0,00
3,14 ± 0,00
*Frekuensi/60 menit 4.3.1. Frekuensi Kokok Pada Tabel 1 dapat dilihat rata-rata frekuensi kokok Ayam Kokok Balenggek adalah 50,27/60 menit artinya dalam kurun waktu 60 menit Ayam Kokok Balenggek mampu berkokok sebanyak 50 kali secara berturut-turut dalam kurun waktu 60 menit. Jumlah kokok per menit (crow rate) Ayam Kokok Balenggek adalah 0,842 kali per menit. Tabel 1 menunjukkan bahwa Ayam Kokok Balenggek lebih sering berkokok pada pagi hari (53,63) dibandingkan siang hari (50,73) dan semakin menurun pada sore hari (46,43). Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan suhu rendah dari pagi hari ke siang hari yang memiliki suhu tinggi. Pada syring terdapat sepasang membran tymphani medial, yaitu selaput getar dan menghasilkan bunyi jika dilewati oleh udara pada saat ekspirasi. Pada
5
sebagian besar unggas, selaput ini berupa organ yang sederhana, namun ia merupakan selaput yang kompleks pada burung penyanyi (Young, 1986). Produksi song dan song learning dikontrol oleh sebuah daerah di otak yang disebut vocal control region. Kerja vocal control region sangat dipengaruhi oleh hormon testosteron dan photo period, respon fisiologis terhadap panjang pendeknya hari disebut photo period (Dloniak dan Deviche, 2000). Maka dari itu faktor hormonal tersebut yang mempengaruhi tinggi rendahnya frekuensi berkokok pada Ayam Kokok Balenggek. 4.3.2. Jumlah Suku Kata Kokok Suku kata kokok adalah suara kokok yang mengelompok dalam sebuah kelompok suara yang rapat dan antara suku kata terdapat fragmentasi yang jelas. Pada Tabel 1 dapat dilihat jumlah suku kata Ayam Kokok Balenggek di Penangkaran Kinantan Bagombak Ampang Kualo Kota Solok berkisar 6-12 suku kata dengan rataan 8,81 ± 1,43. Rataan Ayam Kokok Balenggek di penangkaran Kinantan Bagombak lebih tinggi dibandingkan peneliti terdahulu seperti Rusfidra (2004) dan Rusfidra dkk (2009) dengan rataan 8,07 suku kata. Bertambah atau berkurangnya kokok Ayam Kokok Balenggek jantan sesuai dengan testosteron di dalam darah karena ada reseptor testosteron di dalam syring. Produksi testosteron dimulai di kelenjar hipotalamus yang terletak di daerah otak. Karena rangsangan suhu, tubuh akan mengaktifkan hipotalamus untuk mengeluarkan suatu zat yang disebut gonadotropin-releasing hormone (GnRH). Setelah GnRH dirilis ke dalam aliran darah, pembuluh darah membawa hormon tersebut ke kelenjar pituitari. Pada kelenjar pituitari, GnRH mengaktifkan kemampuan kelenjar pituitari untuk menghasilkan gonadotropin yang disebut follicle-stimulating hormone dan luteinizing hormone dan memasukkannya ke
6
dalam aliran darah. Testosteron kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah untuk melakukan tugas yang telah ditetapkan oleh hipotalamus (Nalbandov, 1990) Selain itu ada beberapa faktor yang membuat Ayam Kokok Balenggek mengalami penurunan kualitas jumlah suku kata kokok yaitu temperatur, faktor umur dan pengaruh cahaya (Rusfidra, 2004). Jumlah suku kata kokok pada pagi hari yaitu 9,3, sore hari 8,667 sedangkan pada siang hari jumlah suku kata menurun berkisar 8,467. Koefisien keragaman jumlah suku kata yaitu 16%, artinya jumlah suku kata yang diteliti memilki keragaman yang mendekati dengan literatur yaitu 6-14% (Kurnianto, 2010) 4.3.3. Jumlah Lenggek Pada Tabel 1 dapat dilihat jumlah lenggek Ayam Kokok Balenggek di Penangkaran Kinantan Bagombak berkisar 3-9 dengan rataan lenggek kokok 5,81 ± 1,43. Tidak jauh berbeda dengan jumlah suku kata kokok, jumlah lenggek kokok memiliki hasil yang lebih tinggi dari literatur hasil peneliti Rusfidra (2004) dan Rusfidra dkk (2009) yang didapat yakni 5,07. Perbedaan jumlah lenggek kokok antar Ayam Kokok Balenggek diduga sebagai bentuk variasi individu. Jumlah lenggek kokok pada pagi hari dan sore hari tidak jauh berbeda dengan jumlah lenggek kokok pada siang hari. Jumlah lenggek kokok pada pagi hari lebih tinggi yaitu 6,3 lenggek, sore hari 5,667 lenggek dan pada siang hari jumlah lenggek menurun menjadi 5,467 lenggek. Lenggek kokok juga sangat berpengaruh terhadap penilaian pada kontes dan harga jual ayam tersebut karena semakin banyak jumlah lenggek maka semakin tinggi harga dari ayam tersebut. Koefisien keragaman jumlah lenggek yaitu 25%, artinya sangat berbanding jauh dengan koefisien jumlah lenggek pada pagi, siang dan sore hari berkoefisien kecil hanya 5 % (Kurnianto, 2010)
7
Saat ini di daerah sentra populasi Ayam Kokok Balenggek makin berkurang karena banyak ayam yang dijual keluar daerah sentra, bahkan Ayam Kokok Balenggek yang memiliki suara kokok ayam panjang (banyak lenggek) sudah jarang dijumpai di daerah asalnya di Kecamatan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. Selain itu, populasi Ayam Kokok Balenggek menurun drastis karena serangan penyakit ND (Newcastle disease) serta kurangnya kontes Ayam Kokok Balenggek. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan upaya-upaya untuk menjaga kelestarian Ayam Kokok Balenggek agar tidak punah, baik konservasi di daerah sentra, maupun di luar daerah sentra.
4.3.4. Durasi Berkokok Ayam Kokok Balenggek di penangkaran Kinantan Bagombak berkisar antara 2,39 detik sampai 3,94 detik (Tabel 1). Durasi berkokok pagi hari lebih tinggi (3,24 ± 0) dibandingkan sore hari (3,14 ± 0). Hasil ini menandakan bahwa durasi Ayam Kokok Balenggek relatif sama dengan penelitian lain. Menurut Rusfidra (2014), durasi berkokok Ayam Kokok Balenggek dari 2,01 sampai 4,43 detik, sementara menurut Rusfidra (2004), durasi kokok Ayam Kokok Balenggek adalah 3,018 detik, dengan kisaran 2,088-4,431 detik, tidak jauh berbeda dengan durasi kokok ayam domestik 2-3 detik (Siegel dan Dunnington, 1990). Hal ini dapat disebabkan oleh sudah mulai terbentuknya komunitas Ayam Kokok Balenggek yang mulai peduli dengan konservasi Ayam Kokok Balenggek sehingga perawatannya juga sudah lebih baik seperti diberikan jamu. Durasi kokok Ayam Kokok Balenggek dapat dijadikan sebagai kriteria seleksi pejantan ayam (Rusfidra, 2004).
8
4.4. Tipe Suara Ayam Kokok Balenggek Tipe suara Ayam Kokok Balenggek pada dasarnya ada tujuh macam yaitu : Rantak Gumarang, Riak Hilia Aia, Sigegek Angin, Ginyang, Ginyang Mataci, Gayuang Luluah dan Alang Babega. Tetapi yang ditemukan di penangkaran Kinantan Bagombak yakni hanya enam kecuali Gayuang Luluah dikarenakan kelangkaan dari tipe suara tersebut. 1. Rantak Gumarang adalah ayam yang memiliki alunan suara yang jelas
dengan intonasi yang sama dan hentakan yang jelas, seperti bunyi tapak kuda berpacu dengan jarak yang teratur (Abbas, 2015). Grafik suara Rantak Gumarang dapat dilihat pada Ilustrasi 1.
1
2
3
Ilustrasi 1. Grafik Rantak Gumarang Dilihat dari Ilustrasi 1, tipe suara Rantak Gumarang memperlihatkan bahwa kokok depan dan tengah memiliki frekuensi yang lebih rapat dengan kokok kedua dan ketujuh yang cukup panjang, lalu pada kokok belakang lebih terlihat bersusun-susun dengan rapih dan teratur, kemudian dilihat dari grafiknya contoh tipe suara Rantak Gumarang memiliki 9 Hz dengan amplitudo yang tinggi dan dapat dikatakan tipe suara Rantak Gumarang jelas dan lantang terdengar.
9
Kemudian dapat dilihat bahwa angka 1 adalah kokok depan yang terdiri dari lenggek 1 & 2, lalu pada angka 2 adalah kokok tengah yang hanya terdiri dari lenggek ketiga dan angka 3 menunjukan kokok belakang yang terdiri dari 4 lenggek dengan lenggek ketujuh yang lebih panjang. 2. Riak Hilia Aia adalah alunan suara yang memiliki serak dan diakhir suara
akan hilang, tipe suara ini bisa diartikan bagai aliran sungai dari tempat yang tinggi ke yang rendah. Dengan kata lain nada dasar Ayam Kokok Balenggek dari suara nada tinggi ke rendah sampai batas akhir (Abbas, 2015). Grafik suara Riak Hilia Aia dapat dilihat pada Ilustrasi 2.
1
2
3
Ilustrasi 2. Grafik Riak Hilia Aia Dilihat dari Ilustrasi 2, bahwa tipe suara Riak Hilia Aia memiliki kokok depan yang jelas dengan jarak yang begitu jauh lalu kokok tengah dengan frekuensi rapat dan panjang serta di kokok belakang memiliki frekuensi yang tidak terpisah namun tetap bersusun tetapi akan melemah kekuatan amplitudonya. Frekuensi yang dapat dihitung pada ilustrasi 2 adalah 14 Hz, walaupun memiliki frekuensi yang lebih baik namun kekuatan ampllitudo yang melemah yang membuat tipe suara ini kurang disukai dari para pendengar.
10
Dapat dilihat bahwa pada ilustrasi 2, angka 1 dan 2 sama seperti ilustrasi 1 yaitu memiliki total 3 lenggek dan berbeda pada angka 3 yaitu kokok belakang yang terdiri dari 10 lenggek. 3. Sigegek Angin adalah tipe suara dengan alunan suara bergetar tertahan
dengan alunan suara tertahan tertatih-tatih ibarat baling-baling diterpa angin kencang yang menahan. Grafik suara Sigegek Angin dapat dilihat pada Ilustrasi 3.
1
2
3
Ilustrasi 3. Grafik Sigegek Angin Ilustrasi 3 menyatakan bahwa tipe suara Sigegek Angin tidak jauh berbeda dengan tipe suara Rantak Gumarang namun perbedaannya adalah tipe suara Sigegek Angin memiliki kokok akhir dengan frekuensi yang terlalu rapat sehingga lenggeknya tidak terdengar jelas bahkan tidak dapat membedakan suku katanya dan akhirnya seperti suara tercekik. Frekuensi yang dapat dihitung pada ilustrasi 3 adalah 5 Hz, tingkat kerapatan pada kokok belakang sangat mempengaruhi kecilnya frekuensi yang didapat pada tipe contoh suara ini. Tidak jauh berbeda dari ilustrasi sebelumnya, tipe suara yang ditampilkan memiliki 6 lenggek dengan 3 lenggek yang berada pada angka 3 di kokok belakang.
11
4. Ginyang adalah suara kokok yang tidak stabil berubah-ubah dan tidak
teratur merupakan gabungan dari dua atau lebih suara. Grafik suara Ginyang dapat dilihat pada Ilustrasi 4.
1
2
3
Ilustrasi 4. Grafik Ginyang Ilustrasi 4 memperlihatkan bahwa tipe suara Ginyang adalah suara yang tidak
beraturan,
baik
dari
frekuensi
maupun
amplitudonya
dan
memperlihatkan bahwa kokok depan, tengah dan belakang hampir tidak terlihat perbedaannya karena memiliki frekuensi yang tidak beraturan. Frekuensi yang dapat dihitung pada contoh tipe suara ini adalah 6 Hz dengan kekuatan amplitudo yang tidak kuat dan teratur sehingga tipe suara Ginyang ini sangat sulit dihitung suku katanya, namun apabila dihitung maka grafik suara diatas memiliki 6 lenggek dengan kokok belakang yang ditunjukkan dengan anka 3 memiliki 3 lenggek. 5. Ginyang Mataci tidak jauh berbeda dengan tipe suara Ginyang yang tidak
beraturan, namun masih memiliki keindahan dalam kokok nya. Grafik suara Ginyang Mataci dapat dilihat pada Ilustrasi 5
12
1
2
3
Ilustrasi 5. Grafik Ginyang Mataci Dilihat dari Ilustrasi 5, tipe suara Ginyang Mataci tidak jauh berbeda dengan tipe suara Ginyang, sama-sama tidak memiliki amplitudo yang tidak beraturan namun frekuensi yang terdapat pada kokok depan lebih terlihat jelas susunannya walaupun pada kokok belakang sangat terlihat frekuensi yang berantakan. Frekuansi yang dapat dihitung pada tipe suara ini adalah 11 Hz dengan amplitudo yang tidak jauh berbeda dengan tipe suara Ginyang. Tipe suara Ginyang Mataci yang ditunjukkan pada ilustrasi 5 memiliki 11 lenggek dengan kokok depan 2 lenggek, kokok tengah 1 lenggek dan kokok belakang memiliki 8 lenggek. 6. Alang Babega, pengambilan nama kokok ini berdasarkan suaranya yang
dari jauh jelas terdengar seperti suara elang. Grafik suara Alang Babega dapat dilihat pada Ilustrasi 6.
1 2 3 Ilustrasi 6. Grafik Alang Babega
13
Pada Ilustrasi 6, tipe suara Alang Babega memiliki grafik yang berbeda dari tipe suara lainnya. Kokok depan dan tengah masih terlihat memiliki frekuensi yang rapat dan amplitudo yang kuat namun pada kokok belakang menjadi nyaring itu terlihat dari amplitudo yang makin melemah dengan frekuensi yang lebar. Frekuensi yang dimiliki tipe suara diatas adalah 7 Hz dengan amplitudo yang tegak lurus sehingga suara dapat terdengar nyaring dan jelas. Tipe suara Alang Babega yang ditunjukkan pada ilustrasi 6 memiliki 8 lenggek dengan perbedaan pada kokok belakang yakni terdapat 5 lenggek. 7. Gayuang Luluah adalah ayam yang memiliki suara halus yang meluluhkan
hati dengan lenggekan satu persatu dengan jelas. Tetapi karena kelangkaannya, tipe suara Gayuang Luluah sangat sulit ditemukan karena memang
membutuhkan
menemukannya.
pendengaran
yang
cukup
bagus
untuk