BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.Hakikat Sains/IPA dan Biologi
Hakikat ilmu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Secara jelas dipaparkan bahwa Ilmu mempunyai metode untuk menerangkat suatu pengetahuan. Sains biasa diterjemahkan dengan Ilmu Pengetahuan Alam yang berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Sains secara harafiah dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan tentang alam atau mempelajari oeristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. (Patta, 2006:9) Menurut Fisher (Moh.Amin, 1978:4) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur (Trianto, 2010:137). Sejalan dengan hal tersebut, Carin & Sund (1989:4-5) menjelaskan bahwa sains adalah cara untuk mengenal alam secara ilmiah melalui observasi dan eksperimen. Unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu proses sains/metode ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses sains/metode ilmiah, merupakan cara-cara khusus dalam penyelidikan atau pemecahan
1
masalah. Misalnya membuat hipotesis, merancang dan melaksanakan percobaan, mengumpulkan dan menyusun data, mengukur dan sebagainya. Produk Ilmiah, meliputi fakta, prinsip, hukum, teori dan sebagainya. Sikap Ilmiah, meliputi kepercayaan, nilai-nilai, gagasan obyektif, jujur. Serta sikap ilmiah lain dalam membuat suatu keputusan setelah memperoleh data. Komponen sikap juga mencakup nilai dan moral meliputi : rasa ingin tahu yang tinggi, kreatif, rendah hati, berpandangan terbuka. Hakikat sains/IPA secara singkat dapat diartikan bahwa IPA terdiri dari beberapa komponen diantaranya merupakan produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. IPA adalah ilmu yang mempelajari segala macam tentang alam yang dapat diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah dengan menerapkan sikap ilmiah sehingga memperoleh produk hasil yang dapat berupa fakta, teori maupun konsep. Jadi, dengan demikian adanya metode ilmiah inilah yang merupakan cara untuk memecahkan permasalahan sains dengan rangkaian suatu tahapan. Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mempelajari makhluk hidup dan kehidupannya dari berbagai aspek persoalan dan tingkat organisasinya. Produk keilmuan biologi berwujud kumpulan fakta-fakta maupun konsep-konsep sebagai hasil dari proses keilmuan biologi Sudjoko (2001:2). Proses penemuan yang diawali dengan adanya gejala maupun faktafakta yang kemudian mendapatkan konsep diperlukan suatu cara-cara khusus yang sering disebut sebagai proses/metode ilmiah.
2
B.Hakikat PembelajaranSains/Ilmu Pengetahuan Alam dan Biologi
Pembelajaran adalah suatu proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru dan siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam
situasi
edukatif
untuk
mencapai
tujuan
belajar
(Rustaman,
201:461).Menurut BSNP (2006:30) Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan bertujuan agar orang lain dpat memperoleh pengalaman bermakna. Secara singkat pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi antara peserta didik dengan pendidik yang terjadi di suatu lingkungan belajar. Adanya interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik ini yang nantinya diharapkan agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menerangkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sesuai dengan pernyataan tersebut, diharapkan bahwa pendidikan di Indonesia ini dapat mewujudkan suasana belajar yang baik agar dapat mengembangkan potensi dan keterampilan yang ada didalam diri peserta didik. Biologi menurut Champbell (2010:1) merupakan salah satu cabang ilmu sains yang mempelajari kehidupan. Biologi merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang memang sudah dipelajari mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) . Biologi di Sekolah Dasar tergabung dengan ilmu lain pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk kelas IV-VI dan tematik untuk kelas I-III.
3
Pembelajaran
biologi
(sains/IPA)
dapat
dikatakan
sebagai
pembelajaran yang sangat dekat dengan peserta didik karena berhubungan langsung
dengan
kehidupan
anak
sehari-hari.
Pengamatan
terhadap
gejala/fenomena merupakan salah satu contoh persoalan sains. Pemberian pengalaman belajar secara langsung diharapkan agar peserta didik dapat lebih memahami
materi pembelajaran yang diajarkan. Pembelajaran menurut
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 maupun kurikulum 2013 pada kedua kurikulum tersebut mengarahkan pembelajaran sains/IPA pada pendekatan saintifik (scientific approach). Pendekatan ini mengutamakan proses ilmiah dalam pembelajaran. Proses pembelajaran IPA adalah
proses untuk memperoleh
pengetahuan diawali dengan adanya penemuan dan penyelidikan yang biasa disebut dengan inkuiri, kemudian selanjutnya mengetahui dan mempelajari gejala alam/fakta-fakta di alam sekitar. Hal ini seperti yang tertera pada pada BSNP (2006:161) : Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah Sudah sangat jelas dipaparkan bahwa dalam pembelajaran IPA yang sudah mulai dipelajari di tingkat SD/MI sebaikya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah atau dikatakan sebagai penyelidikan ilmiah. Menurut Nyoman (1985:8) inkuiri ilmiah adalah sebagai usaha mencari pengetahuan dan
4
kebenaran/ usaha penyelidikan. Dengan demikian guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran IPA secara inkuiri sesuai dengan hakikat IPA/Sains sebagai proses yakni mengarahkan siswa untuk melakukan penemuan baik melalui fakta atau gejala melalui proses ilmiah. Pembelajaran di kelas menuntut guru untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dibahas sebelumnya.
Pembelajaran agar dapat mengembangkan seluruh
potensi-potensi ataupun kemampuan dari peserta didik serta untuk memudahkan pengkajian pembahasan dan penilaian biasanyadiadakan pemilahan dengan menggunakan asepek-aspek tertentu. Aspek-aspek tersebut dibagi kedalam beberapa bagian seperti yang dijelaskan oleh Dettmer (2006:71-73) dalam taksonomi bloom yang membedakan kemampuan manusia kedalam 4 domain yakni : (a) kognitif, (b) afektif, (c) sensorimotor, dan (d) sosial. Ranah kognitif berisi aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan keterampilan berpikir, ranah afektif mencakup perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, minat,, motivasi dan sikap sedangkan ranah psikomotorik berisi perilaku yang menekankan funsi manipulatif dan keterampilan motorik/ kemampuan fisik. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai keempat domain tersebut.
5
Tabel 1. Domain-Domain yang dikembangkan dalam Pembelajaran Domain
Domain Afektif
Kognitif
Domain
Domain Sosial
Kesatuan
Sensorimotor
(Unity)
Mengetahui
Menerima
Mengamati
Menghubungkan
Merasa
(know)
(receive)
(observe)
(relate)
(percive)
Memahami
Menanggapi
Bereaksi
Berkomunikasi
Mengerti
(comprehend)
(respond)
(react)
(communicate)
(understand)
Menerapkan
Menilai (value)
Beraktivitas
Berpartisipasi
Menggunakan/
(act)
(participate)
menangani
(apply)
(use) Menganalisis
Mengorganisasi
Beradaptasi
Bernegosiasi
Membedakan/
(analysis)
(organize)
(adapt)
(negotiate)
menemukenali perbedaan (differentiate)
Mengevaluasi
Menginternalisasi
Melakukan
Memutuskan
Memvalidasi/
(evaluate)
(internalize)
aktivitas nyata
berdasarkan
menunjukkan
(authenticate)
pertimbangan
yang
(adjudicate)
sebenarnya (validate)
Menyintesis
Mengarakterisasi
Mengharmoni
Berkolaborasi
Berinte-grasi
(synthesize)
(characterize)
sasikan
(collaborate)
(integrate)
(harmonize) Berimajinasi
Mengagumi
Berimprovisas
Berinisiatif
Berani
(image)
(wonder)
i (inprovise)
(initiate)
menempuh resiko (venture)
Berkreasi
Beraspirasi
Berinovasi
Mengonversi
(create)
(aspire)
(innovate)
hal baru (convert)
ke
Melakukan sesuatu
yang
orisinal (originate)
Sumber : Dettmer 2006:73 Selain itu Dettmer (2006:73) juga membagi domain-domain tersebut ke dalam jenjang-jenjang menjadi 3 berdasarkan karakteristik yaitu (a) basic learning yang mencakup nomor 1-2, (b) applied learning yang mencakup nomer 3-5 dan (c) ideational learning mencakup nomor 68.
6
Proses
pembelajaran
pada
hakikatnya
adalah
untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui interaksi serta berbagai pengalaman dalam belajar. Sesuai dengan yang tertera pada Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif seta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.
Pembelajaran juga berguna untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif pada peserta didik. Hal ini seperti yang tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahas Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Seperti yang telah dipaparkan diatasseturut dengan hal itu, menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 memaparkan bahwa “Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri”. Semakin jelas dan spesifik dijabarkan bahwa dalam pembelajaran terutama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) jenjang Sekolah
7
Dasar
bertujuan
untuk
mengembangkan
kebiasaan
berpikir
dan
berperilaku ilmiah kritis serta kreatif. C.Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah. Keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kecakapan dalam menyelesaikan tugas. Conny Semiawan (1992:15) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dengan demikian, jika dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran maka diharapkan siswa dapat menemukan fakta dan mengembangkan konsep dari sebuah peristiwa maupun permasalahan. Menurut
Towle
(1989:18-22)
keterampilan
ilmiah
meliputi
keterampilan (a) melakukan pengamatan dan mengumpulkan data,(b) melakukan pengukuran, (c) mengorganisasi data (bentuk grafik, tabel, diagram, peta, dsb.), (d) mengklasifikasi, (e) merumuskan hipotesis, (f) memprediksi berbagai hal yang relevan dalam menguji hipotesis, (g) merancang dan melakukan percobaan untuk menguji hipotesis, (h) menganalisis data (i) menarik kesimpulan berdasar fakta dan pengetahuan
8
atau
hasil
percobaan
sebelumnya,
(j)
menafsirkan,
dan
(k)
mengomunikasikan/melaporkan. Menurut Rezba et.al (2007:5) keterampilan proses sains adalah sejumlah langkah ilmiah yang tergolong sebagai keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan mengolah/memroses (process skills). Keterampilan dasar (basic skills).
Tabel 2. Keterampilan Proses Sains Menurut Rezba (Sumber : Rezba, 2007:5) Bryce et. al. (1990: 2-3) mengelompokkan keterampilan proses sains menjadi keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains lanjut. Keterampilan proses sains dasar dapat dipecah menjadi keterampilan dasar (basic
skill)
dan
keterampilan
mengolah/memproses
(process
skill).
Keterampilan proses sains lanjut berupa keterampilan melakukan investigasi (investigation skill) secara terintegrasi.Keterampilan proses sains dasar mencakup keterampilan
(a) mengamati, (b) mengumpulkan data, (c)
melakukan pengukuran, (d) mengikuti instruksi, dan (e)mengimplementasikan prosedur. Keterampilan mengolah atau memproses meliputi keterampilan: (a) menginferensi, dan (b) menyeleksi berbagai cara/prosedur. Keterampilan
9
melakukan investigasi yang terintegrasi terdiri dari keterampilan: (a) merencanakan investigasi, (b) melaksanakan investigasi, dan (c) melaporkan hasil investigasi. Pada tingkat pendidikan dasar di SD untuk penguasaan proses sains difokuskan pada keterampilan proses sains dasar (basic sciencec process skill) yang
meliputi
keterampilan
mengamati
(observasi),
menggolongkan
(klasifikasi), menghitung (kuantifikasi), meramalkan (prediksi), menyimpulkan (inferensi), dan mengkomunikasikan (komunikasi) (Patta, 2006:19) Tabel 3. Keterampilan Proses Sains Yang Harus Dikuasai Siswa Keterampilan Proses Observasi Klasifikasi Kuantifikasi Komunikasi Inferensi Prediksi Interpretasi Menyusun hipotesis Mengontrol variabel Eksperimentasi Memformulasi model
1 x x x x x
2 x x x x x
3 x x x x x
Kelas 4 x x x x x x x x
5 x x x x x x x x x
6 x x x x x x x x x x
7 x x x x x x x x x x
Sumber : Elementary Science Curiculum Guide, Vancouver, BC 1989 (Patta,2006:49)
Berdasarkan tabel keterampilan proses sains diatas, subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar maka dari itu peserta didik sebaiknya dalam keterampilan proses sains harus menguasai ketrampilanketerampilan yang telah disebutkan diatas. Subyek penelitian ini dipilih siswa sekolah dasar kelas V karena dianggap sudah lebih memiliki bekal pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibandingkan dengan
10
kelas di bawahnya dan juga sedang tidak terbebani untuk memikirkan Ujian Nasional sebagai syarat untuk kelulusan. Sehubungan dengan penguasaan keterampilan proses sains pada, berikut terdapat beberapa indikator keterampilan proses pada tingkat sekolah dasar. Tabel 4. Keterampilan Proses Jenjang Sekolah Dasar dan Indikatornya Keterampilan Proses Observasi (mengamati)
Indikator Menggunakan alat indera sebanyak mungkin mengumpulkan fakta yang relevan dan memadai
Klasifikasi (menggolongkan) Aplikasi konsep (menerapkan konsep) Prediksi (meramalkan)
Mencari perbedaan, mengontraskan, mencari kesamaan, membandingkan, mencari dasar penggolongan Menghitung, menjelaskan peristiwa, menerapkan konsep yang dipelajari pada situasi baru Menggunakan pola, menghubungkan pola yang ada, dan memperkirakan peristiwa yang akan terjadi Interpretasi Mencatat hasil pengamatan, menhubungkan hasil (menafsirkan) pengamatan, dan kesimpulan Menggunakan alat Berlatih menggunakan alat/bahan, menjelaskan mengapa dan bagaimana alat digunakan Eksperimen Menentukan alat dan bahan yang digunakan, (merencanakan dan menentukan variable, menentukan apa yang diamati, melakukan percobaan) diukur, menentukan langkah kegiatan, menentukan bagaimana data diolah dan disimpulkan Mengkomunikasikan Membaca grafik, tabel atau diagram, menjelaskan hasil percobaan, mendiskusikan hasil percobaan, dan menyampaikan laporan secara sisrematis. Mengajukan pertanyaan Bertanya, meminta penjelasan, bertanya tentang latar belakang hipotesis.
Sumber : Modifikasi dari Hadiat (Patta,2006:63) D.Karakterisitik Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan merupakan suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik perubahan fisik (jasmaniah), maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis dan berkesinambungan (Syamsu, 2012:1-2) Pada intinya perkembangan merupakan proses yang kompleks yang terjadi dalam hidup
11
manusia. Proses perkembangandimulaisejak dari dalam kandungan hingga dewasa. Banyak terjadi perubahan dalam hidup manusia, diantaranya adalah perkembangan fisik, perkembangan intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa serta emosi dan sosial. Menurut teori perkembangan intelektual, Piaget (Dwi, 2007:111) mengemukakan tahap-tahap yang harus dilalui seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir formal. Menurut teori ini, perkembangan intelektual peserta didik melalui tahap-tahap, setiap tahap perkembangan
dilengkapi
dengan
ciri-ciri
tertentu
dalam
mengkonstruksikan ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor peserta didik berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988). Perkembangan intelektual peserta didik berkembang bertahap seturut dengan bertambahnya usia dan juga bertambahnya pengalaman, pendidikan serta pengetahuan dari peserta didik. Setiap perkembangan intelektual anak-anak dan remaja memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan masing-masing
tahap
perkembangannya.
Menurut
Jean
Piaget
(Dwi,2007:111) perkembangan intelektual peserta didik berlangsung dalam empat tahap, yaitu : (a) tahap sensori motor, (b) tahap pra-operasional, (c) tahap operasional konkrit, dan (d) tahap operasional formal. Hal ini dapat dicermati lebih lengkap sebagai berikut :
12
Tabel 5. Tahapan Perkembangan Intelektual Peserta Didik Menurut Piaget Umur (Tahun) 0,0 – 2,0
2,0 – 7,0
7,0 – 11,0
11,0 – 14,0
Fase Perubahan Perilaku Perkembangan Tahap Sensori Kemampuan berpikir peserta didik baru Motor melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan panca indera sangat berpengaruh dalam diri mereka. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/ memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya. Pada usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesar adalah ‘menangis’. Memberi pengetahuan pada mereka pada usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak. Tahap Pra- Kemampuan skema kognitif masih terbatas. operasional Suka meniru perilaku orang lain. Terutama meniru perilaku orang tua dan guru yang pernah ia lihat ketika orang itu merespon terhadap perilaku orang, keadaanm dan kejadian yang dihadapi pada masa lampau. Mulai mampu menggunakan kata-kata yang benar dan mampu pula mengekspresikan kalimat pendek secara efektif. Tahap Peserta didik sudah mulai memahami aspekOperasional aspek kumulatif materi, misalnya volume dan Kongkrit jumlah; mempunyai kemampuan memahami cara mengkombinasikan beberapa golongan benda yang tingkatannya bervariasi. Sudah mampu berpikir sistematis mengenai bendabenda dan peristiwa-peristiwa yang konkret. Tahap Telah memiliki kemampuan mengkoordinasi Operasional dua ragam kemampuan kognitif, secara Formal serentak maupun berurutan. Misalnya kapasitas merumuskan hipotesis dan menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas merumuskan hipotesis peserta didik mampu berpikir memecahkan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan lingkungan. Sedang dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak, peserta didik akan mempu mempelajari materi pelajaran yang abstrak, seperti agama, matematika, dan lainnya.
Sumber : (Dwi,2007:111-112)
13
Sesuai dengan subyek penelitian ini yakni siswa kelas V SD yang rata-rata berusia 11 tahun yang berarti dalam tahapan perkembangan intelektual tergolong dalam tahapan operasional konkret yang dalam perkembangan intelektualnya menurut piaget sudah dapat memahami materi dan sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwaperistiwa yang konkret. Sejalan dengan itu, menurut Piaget (Rita, 2008:105) masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun), dimana konsep yang pada awal masa kanak-kanak merupakan konsep samar-samar dan tidak jelas sekarang lebih konkret. Anak menggunakan operasi mental untuk memecahkan masalahyang bersifat konkret dan mampu berpikir logis meski masih terbatas pada situasi sekarang. Masa kanak-kanak akhir menurut Piaget (Rita, 2008 :106) anak yang tergolong pada masa Operasi Konkret dimana anak berpikir logis terhadap objek yang konkret dan berpikir induktif, yaitu dimulai dengan observasi seputar gejala atau hal yang khusus dari suatu masyarakat, binatang, obyek, atau kejadian, kemudian menarik kesimpulan. Perkembangan kemampuan berpikir anak ditahap operasional konkret
ditandai
dengan
adanya
aktivitas-aktivitas
mental
seperti
mengingat, memahami dan memecahkan masalah. Pengalaman hidupnya memberikan andil dalam mempertajam konsep. Anak sudah lebih mampu berpikir, belajar, mengingat, dan berkomunikasi, karena proses kognitifnya
14
tidak lagi egosentrisme, dan lebih logis.(Rita, 2008 : 105:106) (Buku Perkembangan Peserta Didik) Selain
perkembangan
intelektual,
manusia
juga
mengalami
perkembangan sosial dalam hidupnya. Perkembangan sosial menurut Erickson (Dwi,2007:113) antara lain sebagai berikut Tabel 6. Perkembangan Sosial Manusia Menurut Erikson Umur (Tahun) 0,0 – 1,0
Fase Perkembangan Trust vs Mistrust
2,0 – 3,0
Autotomy Shame
vs
4,0 – 5,0
Inisiative Guilt
vs
6,0 11,0
Industry Inferiority
vs
–
12,0 – 18/20
Ego – identity vs Role on fusion
18/19 – 30
Intimacy Isolation
31 - 60
Generativity vs Stagnation
60 atas
Ego Integrity vs Putus asa
ke
vs
Perubahan Perilaku Tahap pertama adalah tahap perkembangan rasa percaya diri kepada orang lain. Fokus terletak pada panca indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa ‘nakal’nya. Namun kenakalannya tidak dapat dicegah begitu saja, karena tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mental. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orangorang penting disekitarnya, misalnya orang tua dan guru. Mereka banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Mereka juga mengalami perkembangan inisiatif/ ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Perkembangan lain yang harus tercipta adalah identitas diri terutama yang berhubungan dengan jenis kelamin. Anak belajar menjadi laki-laki atau perempuan bukan hanya dari alat kelaminnya tetapi juga perlakuan orang disekelilingnya kepada mereka. Fase ini menjadi penting karena umumnya anak mulai merasakan secara psikologis pengaruh dari jenis kelaminnya. Anak laki-laki cenderung menjadi lebih sayang pada ibu, anak perempuan lebih sayan pada ayah. Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. Tahap ini manusia ingin mencari identitas dirina. Anak yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda. Memasuki tahap ini, manusia sudah mulai siap menjalin hubungan yang intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga bersama calon pilihannya Tahap ini ditandau dengan munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia dewasa. Masa ini dimulai pada usia 60-an, dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya.
Sumber : (Dwi, 2007 :113-114)
15
Usia anak-anak Sekolah Dasar berkisar antara 6-11 tahun perkembangan sosialnya menurut erikson mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan bersemangat serta termotivasi untuk belajarnamun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian. Sebagai pendidik hendaknya dalam fase ini harus dapat membimbing dan mengajarkan dengan telaten anak sebaik mungkin. Subyek penelitian ini dipilih siswa sekolah dasar kelas V karena dianggap
sudah
lebih
memiliki
bekal
pengetahuan
tentang
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dibandingkan dengan kelas di bawahnya dan juga sedang tidak terbebani untuk memikirkan Ujian Nasional untuk kelulusan. E.Kemampuan Berpikir Divergen dan Kreativitas 1. Kemampuan Berpikir Divergen dan Kreativitas
a. Kemampuan Berpikir Divergen Proses Pembelajaran di sekolah menuntut peserta didik untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir divergen, hal ini seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 65 Tahun 2013 bahwa pembelajaran yang menekankan jawaban tungal menuju pembelajaran dengan jawaban kebenarannya multi dimensi. Kutipan pada UndangUndang tersebut jelas dipaparkan bahwa pembelajaran di sekolah hendaknya lebih menuntut dan mengembangkan peserta didik untuk berpikir divergen dengan mempunyai alternatif jawaban benar lebih dari satu jawaban. Guru dituntut untuk menuntun siswa mengamati faktafakta/gejala
kemudian
memecahkan
16
suatu
permasalahan
dengan
menggunakan metode ilmiah. Guru juga dituntut untuk lebih banyak melakukan pertanyaan terbuka agar banyak alternatif jawaban benar (berpikir divergen) dari peserta didik. Guru mendorong agar peserta didik banyak bertanya dan mengemukakan pendapat. Berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Menurut Santrock (2014:9-11) berpikir adalah sebagai suatu aktivitas memanipulasi dan mengubah informasi dalam memori seperti membentuk konsep, alasan, berpikir kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif dan memecahkan masalah. Intinya berpikir merupakan proses menemukan
dan
memecahkan
masalah
serta
memutuskan
suatu
permasalahan dengan menggunakan akal budi yang sejatinya merupakan salah satu ciri unik yang diciptakan oleh Tuhan yang hanya dimiliki oleh manusia. Pemikiran divergen menurut Santrock (2004:11) adalah pemikiran yang menghasilkan beberapa alternatif jawaban untuk satu pertanyaan dan mencirikan kreativitas. Utami (1985:51) mengatakan bahwa berpikir divergen adalah suatu penguasaan kemungkinan
pola
berpikir
yang
jawaban/gagasan
masalah/persoalan.
17
menghasilkan dalam
bermacam-macam
memecahkan
suatu
Menurut Guilford (Suharnan,2005:25). Berpikir divergen adalah proses berpikir yang berorientasi pada penemuan jawaban atas alternatif yang banyak. Menurut Suharnan (2005:26) berpikir divergen merupakan jenis kemampuan berpikir yang berpotensi untuk digunakan ketika seseorang melakukan aktivitas atau memecahakan masalah yang kreatif. Suharnan juga menjelaskan bahwa berpikir divergen sebagai operasi mental yang menurut penggunaan kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisionalitas, elaborasi dan kolaborasi, artinya seseorang dikatakan berpikir divergen dalam memecahkan masalah jika memenuhi empat kriteria sebagai berikut : kelancaran berpikir, keluwesan, originalitas dan elaborasi. Keempat keriteria tersebut diuraikan sebagai berikut : (a) kelacaran seseorang menghasilkan gagasan yang banyak, (b) keluwesan berpikir adalah kemampuan seseorang menghasilkan gagasan yang terdiri dari ketegori-kategori yang berbeda-beda atau kemampuan memandan suatu objek, situasi atau masalah dai berbagai sudut pandang, (c) originalitas atau sering disebut berpikir tidak lazim adalah bentuk keaslian berpikir mengenai suatu yang belum dipikirkan orang lain atau tidak sama dengan pemikiran orang pada umumnya, (d) elaborasi adalah kemampuan memerinci suatu gagasan pokok ke dalam gagasan-gagasan yang lebih kecil. Menurut Tadkiroatun (2003:23) kegiatan berpikir divergen memiliki ciri-ciri generatif, eksploratif, tak terprediksi (unpredictable), dan multijawab.
18
Setelah melihat berbagai definisi tersebut, pada intinya berpikir divergen adalah suatu pemikiran yang menghasilkan bermacam-macam gagasan (alternatif jawaban) untuk memecahkan suatu masalah/persoalan. Penelitian ini, kemampuan berpikir divergen yang dilihat yakni berdasarkan gagasan yang tidak dapat dipisahkan dari kreativitas dan dinilai dari aspek kognitif anak. Menurut Utami (1985:52) Kreativitas adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubunganhubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Kreativitas menurut Santrock (2014:20) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk berpikir tentang cara baru, tidak biasa dan datang dengan solusi yang unik. Sementara menurut Tatang (2009:2) adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan hal-hal baru yang efektif dan etis. Menilik dari definisi tersebut, pada intinya kreativitas adalah suatu kemampuan seseorang untuk dapat membuat atau menghasilkan gagasan, hal maupun suatu penemuan yang baru dan unik. Sebelum dikatakan kreatif, manusia harus menguasai kemampuan berpikir terlebih dahulu, hal ini seperti yang dikatakan oleh Santrock (2014:9-11) bahwa dalam berpikir terdapat 3 aspek penting yang ada didalamnya yaitu mampu berpikir secara kritis, kreatif dan ilmiah. Berdasarkan pendapat tersebut jelas disebutkan bahwa kreatif dan juga
19
ilmiah merupakan hal penting agar dapat berpikir. Jadi keduanya memang berhubungan dan berkaitan satu sama lainnya. 2. Hubungan Kreativitas dan Kemampuan Berpikir Divergen
Kreativitas erat kaitannya dengan berpikir divergen. Menurut Utami (1985:21) mengatakan bahwa pengembangan kreativitas selalu menuntut peserta didik untuk memikirkan bermacam-macam kemungkinan jawaban (tidak hanya satu) untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan itu Santrock
(2014:20)
mengatakan
bahwa
berpikir
divergen
adalah
karakteristik dari kreativitas. Jadi, dengan kata lain kreativitas selalu menuntut akan adanya pemikiran/berpikir divergen (ada alternatif jawaban) lebih dari satu jawaban. Utami (2012:9) mengatakan bahwa kemampuan berpikir divergen merupakan indikator kreativitas. Penguasaan kemampuan berpikir divergen dengan menghasilkan lebih dari satu alternatif jawaban peserta didik dari berbagai alternatif jawaban tersebut nantinya akan ada gagasan baru yang dianggap unik, orisinil, benar dan berbeda dari orang lain yang disebut sebagai
kreatif.
Penjelasan
ini
dapat
disimpulkan
bahwa
untuk
mengembangkan kreativitas terlebih dahulu ada pemikiran divergen (berbagai alternatif jawaban) lalu muncullah gagasan benar, baru, unik yang kemudian menjadi sebuah hal yang berbeda yang disebut dengan kreativitas.
20
F.Kemampuan Berpikir Divergen dalam Keterampilan Proses Sains
Proses pembelajaran sains/IPA sesuai dengan hakikat IPA yang mengutamakan dan bertumpu pada proses ilmiah. Proses ilmiah tersebut melibatkan keterampilan proses sains (Bambang, 2013:8). Keterampilan proses sains dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar digunakan sebagai suatu keterampilan yang harus terlebih dahulu dikuasai peserta didik untuk dapat memecahkan permasalahan dengan menggunakan langkah/metode tertentu yang disebut dengan metode ilmiah. Keterampilan proses sains pada tingkat sekolah dasar difokuskan pada keterampilan proses sains dasar (basic sciencec process skill) yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), menggolongkan (klasifikasi), menghitung
(kuantifikasi),
meramalkan
(prediksi),
menyimpulkan
(inferensi), dan mengkomunikasikan (komunikasi) (Patta, 2006:19). Pembelajaran IPA dengan menggunakan dan menerapkan metode ilmiah serta menggunakan keterampilan proses sains dengan hal tersebut dapat membiasakan anak berpikir kreatif, kritis, dan ilmiah.Peran guru dalam pembelajaran dengan banyak memberikan pertanyaan terbuka (alternatif jawaban lebih dari satu) dapat lebih mengoptimalkan kemampuan berpikir divergen anak. Dengan begitu siswa akan dapat memunculkan banyak jawaban benar dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Siswa yang mampu menguasai kemampuan berpikir divergen akan mampu mengambil keputusan sebagai bentuk berpikir konvergen (Bambang, 2013:12-13)
21
Penelitian
ini
menggunakan
tes
tertulis
untuk
pengukuran
keterampilan proses sains yang berupa ide atau gagasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Harlen (1992:174-184) bahwa penilaian keterampilan proses dapat berfokus pada ide-ide/gagasan (kognitif) dan atau kinerja yang ditampilkan siswa pada setiap langkah ilmiah. Harlen (1992,190-200) menambahkan juga bahwa kererampilan proses dapat dinilai melalui tes tertulis dengan pertanyaan terbuka yang mengandaikan siswa mengalami aktivitas ilmiah. Herlen (1999:129) menambahkan bahwa keterampilan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dalam bentuk perbuatan, tetapi juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang berkaitan dengan persoalan penggunaan keterampilan tersebut. G.Peran Sekolah dan Kefavoritan Sekolah 1. Peran Sekolah
Sekolah menurut Wayne (Atmodiwiro,2000:37) adalah sistem interaksi sosial suatu organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi pribadi terkait bersama dalam suatu hubungan. Sedangkan menurut Daryanto (1997:544) sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Jadi sekolah adalah suatu kumpulan individu yang melakukan kegiatan bersama beinteraksi membentuk kesatuan yang saling bertukar pikiran untuk menambah wawasan pengetahuan.
22
Menurut Daryanto (1997:544) Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan peserta didik dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah dengan mendayagunakan komponen-komponen sekolah secara maksima; dalam kehidupan bermasyarakat yang bersifat nyata di sekitarnya. Di bidang sosial dan pendidikan sekolah memiliki fungsi yaitu membina dan mengembangkan sikap mental peserta didik dan menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dengan melaksanakan pengelolaan komponen-komponen sekolah, melaksanakan administrasi sekolah dan melaksanakan supervisi. Secara garis besar fungsi sekolah adalah : (a)
Mendidik calon warganegara yang dewasa, (b)
Mempersiapkan calon warga masyarakat, (c) Mengembangkan cita-cita profesi atau kerja, (d) Mempersiapkan calon pembentuk keluarga baru, dan
(e)
Pengembangan
pribadi
(realisasi
pribadi)Simanjuntak
(Atmodiwirjo:200:65) Berdasarkan teori diatas, telah dijelaskan bahwa fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan sebagai alat untuk membentuk kepribadian individu dan mendidik mereka menjadi lebih baik, berpengetahuan dan berwawasan luas serta beguna bagi bangsa dan negara. 2. Kefavoritan Sekolah
Favorit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang duharapkan (dijagokan, diunggulkan) untuk menjadi juara. Jelas dari definisi diatas bahwa favorit dapat juga dikatakan sebagai yang
23
dijagokan dan yang diunggulkan. Maka dari itu, dalam hal ini akan dipaparkan secara berkaitan antara kefavoritan ataupun keunggulan yang keduanya memang saling mengacu dan berkaitan satu sama lain. Sekolah berperan penting dalam membentuk karakter dan mengembangkan kemampuan intelektual serta kreativitas peserta didik. Peserta didik banyak memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dari proses pembelajaran yang ada di Sekolah. Segala bentuk fasilitas, sarana dan prasarana dari
sekolah
juga mendukung dan berkontribusi
terbentuknya perkembangan berpikir kreatif peserta didik. Maka dari itu kualitas sekolah menjadi salah satu faktor yang penting yang dapat mempengaruhi perkembangan berpikir kreatif siswa. Sekolah yang berkualitas biasanya mengacu pada kriteria fasilitas yang memadai, sarana prasarana yang lengkap, tenaga pengajar yang profesional serta kinerja guru yang baik. Salah satu tolok ukur dari sekolah yang berkualitas adalah adanya predikat sekolah favorit yang ada di kalangan masyarakat. Sekolah yang dianggap favorit biasanya adalah sekolah yang dianggap unggul oleh masyarakat baik dari segi fasilitas, sarana prasarana, kinerja guru, kualitas lulusan, yang nantinya akan memicu membludaknya animo pendaftar pada sekolah tersebut. Kefavoritan mengacu pada teori kriteria “sekolah unggul” dan “sekolah efektif”. Menurut Aischa (2010) mengatakan bahwa lulusan sekolah unggulan
lebih baik daripada lulusan sekolah non unggulan.
Sekolah favorit atau sekolah unggul adalah sekolah yang pada umumnya
24
dikaitkan dengan proses, yaitu perubahan dari input ke dalam output. Semua input yang masuk ke dalam suatu sekolah. Menurut Ratna (2005:2) indikator kefavoritan sekolah dari masyarakat antara lain (1) minat masuk sekolah tersebut tinggi oleh masyarakat (2) prestasi yang didapatkan sekolah banyak (3) memiliki sarana prasarana yang memadai (4) lulusan baik dan nilai lulusan tinggi (5) banyaknya peserta didik yang diterima di sekolah atau perguruan tinggi favorit. Sejalan dengan hal yang telah dijelaskan bahwa teori kefavoritan mengacu pada kriteria sekolah unggul, menurut Abdul (2011:6) sekolah unggul diartikan sama dengan sekolah efektif yaitu sekolah yang memiliki kemampuan
menyelenggarakan
proses
dan
menghasilkan
output
pendidikan yang lebih tinggi dari standar yang ada. Menurut Carolina (2015) favorit tidaknya suatu sekolah dapat dilihat dari beberapa indikasi antara lain : (1) Tingginya minat masyarakat untuk memasuki sekolah tersebut sehingga jumlah pendaftar lebih banyak dari jumlah siswa yang diterima; (2) Tingginya Nilai Akhir Nasional (UAN) siswa yang diterima di sekolah tersebut’ (3) Sekolah tersebut banyak mengukir prestasi baik siswa maupun gurunya; (4) Lulusannya banyak diterima di Perguruan tinggi. Secara jelas dipaparkan bahwa salah satu acuan tentang kefavoritan sekolah adalah melihat dari sisi nilai Ujian Nasional (UN) lulusan dari sekolah tersebut. Pada penelitian ini lebih memfokuskan pada
25
tingkat kefavoritan sekolah yang dilihat berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN) lulusan (output). H.Peran dan Pekerjaan/Profesi Orang tua 1.Peran Orang tua
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Menurut Hurlock (1992:9) keluarga berfungsi sebagai mediator sosial budaya bagi anak. Lingkungan keluarga merupakan sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Lingkungan keluarga memiliki indikator yang terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan pengertian orang tua serta latar belakang kebudayaan (Mizan,2011:5) Menurut Thamrin (1989:26) Peran orang tua dalam membimbing anak belajar di rumah mengatasi masalah-masalah dalam belajar, memantau jadwal anak baik jadwal sekolah maupun di rumah, memperhatikan kesehatan anak dan memberikan hadiah maupun peringatan. Orang tua memperhatikan dan mengawasi pendidikan anak melalui melatih dan mendorong anak untuk hidup mandiri sesuai dengan tahap perkembangannya. Menurut Stainback dan Susan (1999:30) Peran orang tua dlam membimbing anaj belajar di rumah berarti membantu perkembangan sikap, nilai, kebiasaan dan keterampilan yang mendorong keberhasilan siswa melalui kesediaan orang tua untuk memotivasi anak sehingga
26
berprestasi dalam belajar. Orang tua harus mendidik, menyediakan fasilitas belajar yang cukup dan bersedia melibatkan diri dalam belajar anak. Manurut Grant Martin (2000:25) Peran orang tua membimbing anak belajar di rumah yaitu orang tua harus bersedia menjadi pendengar aktif,
membantu
anak
menyusun
jadwal
dan
pelaksanaannya.
Etiyasningsih (2011) bahwa kesadaran akan tugas utama memberi bimbingan anak adalah tugas orang tua, maka akan memberikan pengaruh positif dalam pembentukan tanggung jawab dan mendorong motivasi belajar, mempermudah proses belajar pada anak dan pengkoordinasian lingkungan keluarga untuk mewujudkan anak-anak cerdas berprestasi. Jadi, orang tua dapat berperan aktif dengan memberikan motivasi, bimbingan, fasilitas belajar serta perhatian yang cukup terhadap anakanaknya yang akan menunjang keberhasilan belajar anak. Adanya dukungan dari orang tua, maka akan membantu anak dalam belajarnya, dengan begitu anak akan lebih bersemangat dan termotivasi untuk meraih prestasi belajar yang optimal. Disisi lain, Hurlock (1992: 9) menyatakan bahwa orang tua yang mendidik anak dengan cara demokratis mampu mengembangkan kreativitas jauh lebih baik daripada cara otoriter. Kemungkinan orang tua dengan profesi guru/dosen lebih mampu mendidik anaknya secara demokratis sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan berpikir divergen yang mendasari kreativitas anak.
27
2.Pekerjaan/Profesi
Menurut Djam’an Satori (2007:14) mengatakan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Berarti dalam suatu profesi itu harus dijalankan oleh seseorang yang mempunyai keahlian khusus pada profesi tersebut. Berdasarkan data hasil database kependudukan oleh Ditjen Kependudukan
Pencatatan
Sipil
Kemendagri
diolah
Bagian
Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda DIY, daftar pekerjaan yang ada di Kota Yogyakarta terapat berbagai jenis pekerjaan diantaranya mengurus rumah tangga, pensiunan, PNS, TNI, Polri, Pejabat negara, Buruh, Petani, kayawan BUMN, karyawan swasta, wiraswasta, tenaga medis
dan
lain-lain.
Berbagai
macam
pekerjaan
tersebut
dpat
dikelompokkan menjadi dua yaitu pekerjaan berbasis profesi kependidikan dan bukan kependidikan. Profesi kependidikan yang dimaksud adalah guru dan dosen, sedangkan profesi bukan kependidikan yaitu semua profesi selain guru dan dosen. Guru merupakan jabatan profesional yang tidak sembarang orang mampu melakukannya. Guru dalam mengajar tidak hanya menyampaikan materi pelajaran, namun juga harus mampu merubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam proses mengajar terdapat kegiatan membimbing siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya, melatih keterampilan baik keterampilan intelektual
28
maupun keterampilan motorik, serta membentuk siswa yang memiliki kemampuan inovatif dan kreatif (Wina, 2014: 14). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan,
dan
menyebarluaskan
ilmu
pengetahuan, teknologi, seni melalui pendidikan, penelitian, dan penagbdian
kepada
masyarakat.
Secara
keseluruhan
berdasarkan
pemaparan tersebut, jelas bahwa guru dan dosen adalah seorang pendidik yang mempunyai tugas utama mendidik, membimbng dan mentransfer ilmu kepada peserta didik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Luluk Kartikawati (2015) menunjukkan bahwa profesi orang tua berpengaruh terhadap prestasi belajar. Penelitian lain menurut hasil penelitian Azwar (2014:58) tentang studi komparasi kepedulian orang tua yang berprofesi guru dengan non guru terhadap pendidikan anak diperoleh hasil bahwa untuk anak dengan orang tua berprofesi non guru lebih tinggi kepeduliannya terhadap pendidikan anak walaupun hanya selisih sedikit dengan hasil dari anak yang orang tuanya berprofesi sebagai guru.
29
I.Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan yang sebelumya sudah pernah dilakukan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Penelitian oleh Dyah Aniza Kismiati dengan judul penelitian Skripsi “Kemampuan Berpikir Kreatif Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri Di Yogyakarta Ditinjau Berdasarkan Kefavoritan Sekolah” 2. Penelitian oleh Ria Fitriyani Hadi dengan judul penelitian Skripsi : “Kreativitas Keterampilan Proses Sains Aspek Kehidupan pada Siswa Sekolah Dasar Kelas IV dan V Berdasarkan Lokasi Sekolah di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulon Progo”.
30
J.Kerangka Berpikir
Variabel Bebas : Kefavoritan Sekolah
Sekolah Favorit
Orang tua
Variabel lain yang tidak dikaji :
Sekolah Non Favorit
Profesi Orang tua Prestasi lulusan (Nilai Ujian Nasional) Profesi Guru/Dosen
Profesi Bukan Guru/Dosen
1. 2. 3. 4. 5. 6.
IQ Gender Urutan Kelahiran Jenjang Kelas Lokasi Sekolah Bimbingan Belajar
dipengaruhi oleh
Dukungan dan Motivasi Belajar Lama waktu membimbing Dukungan Keberhasilan dalam Pembelajaran Tingkat Pendidikan Pembelajaran IPA
Tingkat Pemahaman Materi
terdiri dari
Produk Ilmiah
Proses Ilmiah
Sikap Ilmiah
Metode Ilmiah Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Dasar
Keterampilan Memroses
Keterampilan Terintegrasi
mengembangkan
Kreativitas Kemampuan Berpikir Divergen Kemampuan Berpikir Divergen Keterampilan Proses Sains Aspek Biologi Siswa Sekolah Dasar Kelas V di Kota Yogyakarta Ditinjau Berdasarkan Kefavoritan Sekolah 31