13
III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan Januari 2011. 3.2 Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam studi ini meliputi inventarisasi, analisis, dan
KONSEP
ANALISIS DAN SINTESIS
INVENTARISASI
sintesis (Gambar 2). Lanskap Lembah Harau
Aspek Fisik dan Biofisik
Aspek Legal
Aspek Sosial
Aspek Ekonomi
Aspek Pengelolaan
Penilaian 1. Objek dan Daya Tarik Wisata (ODWT) 2. Kesiapan Pengembangan Community-Based Ecotourism (CBE) 3. Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata
Analisis SWOT Strategi Pengembangan Lanskap Berbasis Ekowisata pada KawasanTaman Wisata Alam Lembah Harau, Sumatera Barat
Konsep Pengembangan Lanskap Berbasis Ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Lembah Harau, Sumatera Barat
Gambar 2 Tahapan Studi
14
14
Gambar 1 Peta Lokasi TWA Lembah Harau
15
a. Inventarisasi adalah pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer dan sekunder terdiri dari aspek fisik, biofisik, aspek legal, aspek sosial, dan aspek pengelolaan (Tabel 1). Data diperoleh dengan cara berikut: 1) observasi lapang yang dilakukan untuk mengetahui kondisi tapak, yaitu fisik, karakter lanskap, dan aktivitas masyarakat pengguna dan sekitarnya; 2) wawancara yang dilakukan kepada pengunjung, masyarakat, dan pengelola; 3) studi pustaka yang didapat dari Dinas Pariwisata Kabupaten Lima Puluh Kota, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Badan Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lima Puluh Kota, dan Perpustakaan Institut Pertanian Bogor untuk mendukung hasil observasi dan wawancara.
Tabel 1 Jenis, Sumber, dan Cara Pengambilan Data Jenis Data Fisik dan Biofisik 1 Letak a. Letak b. Batas c. Aksesibiltas 2 Luas 3 Iklim a. Suhu b. Curah hujan 4 Topografi 5 Hidrologi a. Letak 6 Fasilitas a. Jenis b. Letak c. Kondisi fisik 7 Vegetasi 8 Satwa 9 Objek Wisata a. Jenis b. Letak Legal 10 Peraturan
Satuan
Sumber
Kegunaan
„LU,‟LS,‟BT,‟BB m2,km2,ha
Bappeda, BKSDA KSDA Bappeda, BKSDA BKSDA
o
C mm/th %
BKSDA BKSDA Dinas Kehutanan, BKSDA
Posisi dengan tempat lain Hubungan dengan lingkungan Kemudahan pencapaian Daya dukung Kenyamanan Kenyamanan Kenyamanan Pertimbangan pengembangan
-
BKSDA
Pertimbangan pengembangan
-
BKSDA BKSDA BKSDA BKSDA BKSDA
Pertimbangan pengembangan Pertimbangan pengembangan Pertimbangan pengembangan Pertimbangan pengembangan Pertimbangan pengembangan
-
BKSDA BKSDA
Pertimbangan pengembangan Pertimbangan pengembangan
-
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BKSDA
Pertimbangan pengembangan
Sosial 11 Jumlah pengunjung
orang
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Pertimbangan pengembangan
12 a. b. c.
orang -
BKSDA BKSDA BKSDA
Pertimbangan pengembangan Pertimbangan pengembangan Pertimbangan pengembangan
-
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BKSDA
Pertimbangan pengembangan
Masyarakat Jumlah Mata pencaharian Tingkat pendidikan
Pengelolaan 13 Tenaga kerja
16
14 Kegiatan wisata
-
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BKSDA
Pertimbangan pengembangan
b. Analisis adalah pengolahan hasil inventarisasi untuk mengetahui potensi dan kendala. Analisis dilakukan dengan dua metode yaitu penilaian dan analisis SWOT
(strength,
weaknesses,
opportunity,
threats).
Proses
sintesis
menghasilkan strategi pengembangan lanskap berbasis ekowisata pada kawasanTaman Wisata Alam Lembah Harau, Sumatera Barat. c. Produk akhir adalah konsep pengembangan lanskap berbasis ekowisata pada kawasanTaman Wisata Alam Lembah Harau, Sumatera Barat. Konsep ini merupakan penjelasan dari strategi pengembangan.
3.3 Metode Penilaian 3.3.1
Metode Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Penilaian ODTW ditentukan dalam Pedoman Penilaian Daya Tarik Wisata
(Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2007). Pedoman ini memiliki beberapa komponen aspek. Komponen aspek yang digunakan dalam kasus ini daya tarik, aksesibilitas, kondisi lingkungan sosial ekonomi, akomodasi serta sarana dan prasarana penunjang. Pengambilan data dilakukan melalui mengisi kriteria yang sesuai dengan kondisi dan gambaran kawasan. Kriteria dan pembobotan lebih lengkap disajikan pada Lampiran 1. Beberapa langkah dalam menentukan penilaian. Langkah pertama adalah penentuan nilai skor dengan persamaan (Departemen Kehutanan, 2007). S=NxB dengan S
= skor;
N
= jumlah nilai dari unsur-unsur kriteria;
B
= bobot nilai .
Langkah kedua adalah penentuan kategori penilaian. Kategori disusun berdasarkan jumlah total dari setiap dan seluruh penilaian. Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Oktadiyani (2006), kategori penilaian akan dihitung dengan menggunakan persamaan
17
dengan Selang = nilai selang dalam penetapan selang kategori penilaian; Smaks
= nilai skor tertinggi;
Smin
= nilai skor terendah;
K
= banyaknya kategori penilaian.
Penelitian ini menggunakan lima tingkat kategori, yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk (Tabel 2). Langkah ketiga adalah memasukkan total skor dari penilaian (dari langkah pertama) ke dalam kategori penilaian. Penentuan kategori dilakukan berdasarkan selang yang telah dilakukan. Berdasarkan kategori, dapat diketahui gambaran dari kondisi kawasan.
Tabel 2 Kategori Penilaian ODTW Kategori Derajat Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
3.3.2
Metode
Penilaian
Interval 2328-2640 2016-2327 1704-2015 1392-1703 1080-1391
Kesiapan
Pengembangan
Community-Based
Ecotourism (CBE) Penilaian kesiapan pengembangan CBE mengikuti Rancangan Standarisasi Community-Based Ecotourism (CBE) yang dikembangkan WTO dan INDECON dalam penelitian Untari (2009). Aspek yang dipergunakan adalah aspek sosial ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan pengelolaan. Pengambilan data dilakukan melalui pengisian kriteria yang sesuai dengan kondisi dan gambaran kawasan. Kriteria dan pembobotan disajikan pada Lampiran 2. Penentuan penilaian kesiapan pengembangan CBE menggunakan langkah yang sama pada metode penilaian ODTW. Bentuk kategori penilaian kesiapan pengembangan CBE dapat dilihat pada Tabel 3.
18
Tabel 3 Kategori Penilaian Kesiapan Pengembangan CBE Kategori Derajat Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
3.3.3
Interval 1836-2040 1632-1835 1428-1631 1224-1427 1020-1223
Metode Penilaian Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata Penilaian kesiapan
masyarakat mengikuti
Rancangan Standarisasi
Community-Based Ecotourism (CBE) yang dikembangkan oleh WTO dan INDECON dalam penelitian Untari (2009). Aspek yang dipergunakan adalah karakterisitk masyarakat, persepsi masyarakat mengenai pengembangan ekowisata, serta partisipasi dan keinginan masyarakat. Pengambilan data pada metode ini berbeda dengan metode sebelumnya. Pengambilan data dilakukan berdasarkan kuesioner dan wawancara. Kuesioner dan wawancara harus disesuai dengan kriteria penilaian. Kuesioner yang digunakan berasal dari kuesioner yang dilakukan oleh KSDA pada tahun 2000 dengan total responden 30 orang dari Desa Tarantang Lubuak Limpato dan 30 orang dari Desa Harau. Wawancara dilakukan terhadap Kepala Desa Harau, pemangku adat, dan 5 orang warga Desa Tarantang Lubuak Limpato dan Desa Harau. Kriteria penilaian disajikan pada Lampiran 3. Penentuan penilaian kesiapan masyarakat menggunakan langkah yang sama pada metode penilaian ODTW. Bentuk kategori penilaian kesiapan masyarakat dalam pengembangan ekowisata dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kategori Penilaian Kesiapan Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata Kategori Derajat Sangat baik Baik Sedang Buruk Sangat buruk
Interval 1677-1890 1464-1076 1251-1463 1038-1250 825-1037
19
3.4 Metode Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Analisis
SWOT
digunakan
untuk
mengidentifikasi
relasi-relasi
sumberdaya ekowisata dengan sumber daya yang lain (Damanik dan Helmut, 2006). Selain itu, analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi manajemen
program
ekowisata.
Analisis
SWOT
dilakukan
dengan
membandingkan faktor internal yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) dengan faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian peringkat. Langkah kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT menurut David (2008), yaitu penentuan faktor internal dan faktor eksternal; penentuan bobot faktor internal dan faktor eksternal; penentuan peringkat (rating) faktor internal dan faktor eksternal; pembuatan matriks faktor internal dan eksternal; penyusunan alternatif strategi; penentuan prioritas alternatif strategi. a. Penentuan faktor internal dan faktor eksternal Faktor internal atau Internal Factor Evaluation (IFE) ditentukan dengan cara mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan. Faktor internal dalam kasus ini adalah masyarakat. Faktor eksternal atau External Factor Evaluation (EFE) ditentukan untuk mengetahui sejauh mana ancaman dan peluang yang dimiliki, yaitu dengan cara mendaftarkan ancaman dan peluang (David, 2008). Faktor eksternal dalam kasus ini adalah non masyarakat seperti pemerintah, balai konservasi dan stakeholder lainnya. b. Penentuan bobot faktor internal dan faktor eksternal Pembobotan dilakukan untuk mengetahui fackor mana yang paling berpengaruh terhadap kawasan. Menurut Kinnear dan Taylor (1991), sebelum melakukan pembobotan perlu ditentukan tingkat kepentingannya agar bobot lebih subjektif. Penentuan tingkat kepentingan dilakukan dengan cara membandingkan setiap faktor internal dan eksternal (Tabel 5). Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1-4:
20
1) 1 jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal; 2) 2 jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal; 3) 3 jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal; 4) 4 jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor vertikal.
Tabel 5 Tingkat Kepentingan Faktor Internal/Eksternal Faktor Strategis Internal/Eksternal A B C D
A
B
C
D
Total (xi)
Bobot (ai)
Total Sumber: Kinnear dan Taylor, 1991
Setelah menentukan tingkat kepentingan, dilakukan pembobotan. Pembobotan setiap faktor diperoleh dengan menggunakan rumus Kinnear dan Taylor (1991):
∑
dengan ai
= bobot faktor ke-i;
xi
= nilai faktor ke-i;
i
= A, B, C,…, n (faktor vertikal);
n
= jumlah faktor.
c. Penentuan peringkat (rating) Penentuan peringkat setiap faktor diukur dengan menggunakan nilai peringkat berskala 1-4. Setiap faktor memiliki maksud yang berbeda dari setiap
21
peringkat. Skala penilaian peringkat dari setiap faktor dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Skala Penilaian Peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Nilai Peringkat 1 2 3 4
Matriks IFE Strengths (S) Weaknesses (W) Kekuatan kecil Kelemahan yang sangat berarti Kekuatan sedang Kelemahan yang berarti Kekuatan besar Kelemahan yang kurang berarti Kekuatan sangat Kelemahan yang besar tidak berarti
Matriks EFE Opportunities (O) Threats (T) Peluang rendah, Ancaman sangat respons kurang besar Peluang sedang, Ancaman besar respons rata-rata Peluang tinggi, respons Ancaman di atas rata –rata sedang Peluang tinggi, respons Ancaman kecil superior
Sumber: David, 2008
d. Pembuatan matriks faktor internal dan eksternal Setelah menentukan bobot dan peringkat setiap faktor, langkah selanjutnya adalah menentukan skor. Skor merupakan hasil perkalian dari bobot dengan peringkat. Jumlah skor dari faktor internal dan eksternal dapat menentukan langkah dalam pembuatan strategi. Bentuk dari matriks faktor internal dan eksternal dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Tabel 7 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor-Faktor Strategi Internal
Bobot
Peringkat
Skor
Kode
Kekuatan Kelemahan Sumber: David, 2008
Tabel 8 Matriks External Factor Evaluation (IFE) Faktor-Faktor Strategi Eksternal
Bobot
Peringkat
Skor
Kode
Peluang Ancaman Sumber: David, 2008
e. Penentuan tindakan strategi Allen dalam David (2008), mengembangkan cara dalam menentukan tindakan strategi. Tindakan ini berfungsi sebagai pedoman pembuatan strategi. Tindakan tersebut ditentukan dengan Matriks IE (Gambar 3).
22
Total Skor IFE Total Skor EFE
3 4 3 2
2
1
I
II
III
tinggi
IV
V
VI
sedang
VII
VIII
IX
rendah
tinggi
sedang
1 rendah
Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal (IE)
Kuadran I, II, dan IV dipersepsikan sebagai tindakan grow dan build. Strategi yang intensif dan integratif dapat dijadikan pendekatan yang sesuai. Kuadran III, V, dan VII menunjukkan tindakan hold dan maintain. Pendekatan yang cocok adalah pengembangan pasar dan produk. Kondisi yang kurang baik ditunjukkan dalam kuadran VI, VII, dan IX. Tindakan harvest dan divest menjadi pendekatan yang baik. f. Penyusunan alternatif strategi dan penentuan prioritas alternatif strategi. Penyusunan alternatif dilakukan dengan mengkombinasikan antara faktor internal dengan faktor eksternal. Kombinasi tersebut adalah sebagai berikut: 1) kekuatan dan peluang (SO), yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya; 2) kekuatan dan ancaman (ST), yaitu strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman; 3) kelemahan dan peluang (WO), yaitu strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada; 4) kelemahan dan ancaman (WT), yaitu strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Strategi dirumuskan untuk mengatasi merangkum beberapa masalah dengan menggunakan potensi yang ada. Strategi tidak hanya fokus pada satu faktor, tetapi melibatkan banyak faktor. Penentuan prioritas alternatif strategi dilakukan dengan cara menjumlah semua skor dari faktor-faktor penyusunnya.
23
Strategi yang memiliki skor paling tinggi menjadi prioritas utama. Bentuk penentuan prioritas alternatif strategi disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Pemeringkatan Alternatif Strategi Strategi SO1 SO2 SOn ST1 ST2 STn WO1 WO2 WOn WT1 WT2 WTn Sumber: David, 2008
Kode Pembobotan
Total Skor
Prioritas