perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS XI.IPS SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI Oleh: ANIK SRI MURYANI NIM K8408025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS XI.IPS SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh: ANIK SRI MURYANI NIM K8408025
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Anik Sri Muryani, HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS XI.IPS SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Hubungan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. (2) Hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. (3) Hubungan antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif korelasional. Populasi penelitian ialah seluruh siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012., sebanyak 138 siswa. Sampel diambil dengan teknik random sampling type undian dengan pengembalian sejumlah 50 siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis statistik dengan teknik regresi ganda. Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) hipotesis 1 “ Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis dara yang menunjukkan rx1y=0,687 dan ρ=0,000. (2) hipotesis 2 “ Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan rx2y=0,667 dan ρ=0,000. (3) hipotesis 3 “ Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012”, diterima. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan Ry(x1,2) = 0,859, ρ = 0,000, dan F=22,990.
Kata Kunci : Keterampilan sosial, kecerdasan emosional, penyesuaian diri commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Anik Sri Muryani, THE CORRELATION BETWEEN SOCIAL SKILL AND EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH SELF ADAPTATION OF XI CLASS SOCIAL STUDENTS ON SMA NEGERI 2 WONOGIRI ACADEMIC YEAR OF 2011/2012. Thesis. Education and Teachers Training Faculty Sebelas Maret University. The aim of this research is to know: (1) the correlation between social skill and self adaptation of XI class social students on SMA NEGERI 2 WONOGIRI in the academic year of 2011/2012. (2) The correlation between emotional intelligence and self adaptation of XI class social students on SMA NEGERI 2 WONOGIRI in the academic year of 2011/2012. (3) The correlation between social skill and emotional intelligence with self adaptation of XI class social students on SMA NEGERI 2 WONOGIRI in the academic year of 2011/2012. Method used in this research is correlation quantitative descriptive. The research population is the whole students of XI class social students on SMA NEGERI 2 WONOGIRI in the academic year of 2011/2012, they are 138 students. Sample taken by using random sampling technique lottery type with return are 50 students. The data collecting used is questionnaire and documentation. The data analyzing technique used is statistic analysis with double regression. Based on the result can be concluded: (1) hypothesis 1 “there is significant positive correlation between social skill and self adaptation of XI class social students on SMA NEGERI 2 WONOGIRI in the academic year of 2011/2012” is accepted, it can be seen from the analysis which shows rx1y=0.687 and p=0,000. (2) Hypothesis 2”there is significant positive correlation between emotional intelligence and self adaptation of XI class social students on SMA NEGERI 2 WONOGIRI academic year of 2011/2012” is accepted. It shows rx2y=0.667 and p=0,000. (3) Hypothesis 3”there is significant positive correlation between social skill and emotional intelligence with self adaptation of XI class social students on SMA NEGERI 2 WONOGIRI academic year of 2011/2012” is accepted. It can be seen from the data analysis showing Ry(x1,2)=0.859, p=0,000, and F=22,990.
Key words: Social skill, emotional intelligence, and self adaptation. commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“ Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat –keinginan adalah buta, jika tidak disertai pengetahuan. Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia jika tidak disertai cinta.” (Kahlil Gibran)
“ Allah mencintai orang yang cermat dalam meneliti soal-soal yang meragukan dan yang tidak membiarkan akalnya dikuasai oleh nafsunya.” (Nabi Muhammad SAW)
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring rasa syukurku yang teramat besar kepada Tuhan, kupersembahkan skripsi ini untuk: Bapak Hadi Suroso dan Ibu Siti Rohani yang selalu mendukungku dengan untaian doa yang tak pernah henti-hentinya terucap, dan dengan semua rasa kasih sayang serta pengorbanan yang telah diberikan. Aku bangga menjadi putri kalian. Anshor Roslana Fakhru Rozy, terima kasih atas semua doa, dukungan, dan semangatnya untukku. Dina Fitriani Pratiwi, terima kasih sudah menjadi
sahabat
terbaikku
dan
sudah
mendukungku selama ini. Teman-teman kebersamaan terlupakan. Almamater.
commit to user ix
Pendidikan dengan
Sos-Ant
kalian
tak
’08, kan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan lancar guna memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tentu saja tidak terhindarkan dari berbagai macam hambatan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan tersebut dapat peneliti atasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuan yang telah diberikan, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. MH. Sukarno, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. AY Djoko Darmono, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 5. Drs. HM. Haryono, M.Si, Pembimbing II yang telah memberikan semangat, bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam penyusunan skripsi ini. 6. Drs. Sardito, M.Pd, Kepala SMA Negeri 2 Wonogiri yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 7. Drs. Suwito, guru pembimbing yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan semangat kepada peneliti. 8. Ayah dan Bunda tercinta, terima kasih atas bimbingan, do’a, kasih sayang, dan dukungannya selama ini. 9. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan peneliti. Meskipun demikian, peneliti berharap semoga penulisan skripsi commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait khususnya bagi kepentingan pendidikan terutama bidang pengajaran Sosiologi Antropologi.
Surakarta,
Peneliti
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….
i
HALAMAN PERNYATAAN …………………………………………………..
ii
HALAMAN PENGAJUAN …………………………………………………….
iii
HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………………..
iv
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...
v
HALAMAN ABSTRAK ………………………………………………………...
vi
HALAMAN MOTTO …………………………………………………………...
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………...
ix
KATA PENGANTAR …………………………………………………………..
x
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………
xiv
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….
xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….
xvi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………
1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………...
7
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………...
7
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………….
8
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori ……………………………………………………...
9
B. Penelitian yang Relevan …………………………………………
36
C. Kerangka Berpikir ..……………………………………………..
38
D. Perumusan Hipotesis …………………………………………….
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………...
41
B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………………..
42
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Populasi dan Sampel …………………………………………….
48
D. Teknik Pengambilan Sampel …………………………………….
50
E. Pengumpulan Data ………………………………………………
58
F. Validasi Instrumen Data …………………………………………
65
G. Analisis Data …………………………………………………….
69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Deskripsi Data …………………………………………………...
74
B. Pengujian Persyaratan Analisis ………………………………….
80
C. Pengujian Hipotesis ……………………………………………...
84
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ………………………………...
90
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………
96
B. Implikasi …………………………………………………………
97
C. Saran …………………………………………………………….
98
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...
99
LAMPIRAN ……………………………………………………………………..
101
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Tabel
Halaman
1. Kerangka Berfikir …………………………………………………….
39
2. Grafik Histogram Keterampilan Sosial (X1) …………………………
76
3. Grafik Histogram Kecerdasan Emosional (X2) ………………………
78
4. Grafik Histogram Penyesuaian Diri Siswa (Y) ………………………
80
5. Garis Regresi antara Keterampilan Sosial (X1) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y) ………………………………………………………... 6. Garis
Regresi
antara
Kecerdasan
Emosional
(X2)
dengan
Penyesuaian Diri Siswa (Y) …………………………………………..
commit to user xiv
88
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian …………………………………..
42
2. Tabel Frekuensi Nomor yang Keluar Ulang dalam Pengundian ………..
56
3. Hasil Pengundian Sampel Penelitian ……………………………………
57
4. Persebaran Sampel di Masing-masing Kelas ……………………………
58
5. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian …………………………………..
74
6. Distribusi Frekuensi Data Keterampilan Sosial (X1) ……………………
75
7. Deskriptif Data Keterampilan Sosial (X2) ………………………………
75
8. Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional (X2) …………………
77
9. Deskriptif Data Kecerdasan Emosional (X2) ……………………………
77
10. Distribusi Frekuensi Data Penyesuaian Diri Siswa (Y) …………………
78
11. Deskriptif Data Penyesuaian Diri Siswa (Y) ……………………………
78
12. Uji Normalitas Variabel Keterampilan Sosial, Kecerdasan Emosional, dan Penyesuaian Diri …………………………………………………….
81
13. Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y ………………………………...
83
14. Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y ………………………………...
83
15. Rangkuman Analisis Uji Homosedastis …………………………………
84
16. Rangkuman Matriks Interkorelasi ……………………………………….
85
17. Coefficients ……………………………………………………………...
87
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Kisi-Kisi Angket ……………………………………………………...
101
2. Soal-Soal Angket ……………………………………………………..
121
3. Validitas ………………………………………………………………
143
4. Data Hasil Penelitian …………………………………………………
146
5. Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ……………………………….
148
6. Deskripsi Data Keterampilan Sosial (X1) …………………………….
149
7. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional (X2) ………………………….
150
8. Deskripsi Data Penyesuaian Diri (Y) ………………………………...
151
9. Uji Normalitas Variabel ……………………………………………..
152
10. Uji Linieritas X1 dan Y, X2 dan Y …………………………………..
153
11. Homogenitas Data ……………………………………………………
154
12. Rangkuman Matriks Interkorelasi antara X1, X2, dan Y ……………..
155
13. Koefisiensi Regresi …………………………………………………..
156
14. Regresi antara X1 dan Y ……………………………………………..
157
15. Regresi antara X2 dan Y ……………………………………………..
159
16. Daftar Siswa …………………………………………………………
161
17. Surat Permohonan Izin Penyususnan Skripsi ………………………..
165
18. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi …….
166
19. Surat Permohonan Izin Observasi ……………………………………
167
20. Surat Permohonan Izin Penelitian ……………………………………
168
21. Surat Keterangan Penelitian ………………………………………….
169
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu selama hidupnya selalu mengalami masa tumbuh dan berkembang , hal ini terjadi semenjak individu terbentuk sebagai organisme pada proses terjadinya pembuahan sel telur yang terjadi dalam kandungan ibu sampai individu tersebut mengakhiri hayatnya. Proses pertumbuhan dan perkembangan akan berlangsung dengan cepat terutama saat individu tersebut memasuki masa kanak-kanak, masa sekolah dan masa remaja serta permulaan masa dewasa. Proses pertumbuhan sendiri berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis pada individu. Sunarto dan Agung Hartono (2006:35) berpendapat bahwa “Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam waktu tertentu”. Hasil dari pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran yang bersifat kuantitatif pada anak, seperti panjang, berat, dan kekuatan badan. Berbeda dengan pertumbuhan, proses perkembangan berlangsung pada aspekaspek yang bersifat kualitatif. Perkembangan yaitu suatu proses perubahan dalam diri individu yang bersifat kualitatif atau untuk fungsi psikologis yang berlangsung secara terus menerus kearah yang lebih baik/ progresif yang disebut dengan kematangan. Dalam proses tumbuh kembang seorang individu, dipastikan bahwa juga akan terjadi suatu perkembangan kepribadian dan sosial. Pada proses ini akan terjadi suatu perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan dengan orang lain di sekitarnya serta menyatakan berbagai emosi yang dia rasakan. Dapat dipahami bahwa perkembangan mengandung arti sebagai perubahan fungsi psikologis atau perubahan yang bersifat kualitatif, artinya perubahan dapat dilahat dari kemempuan bertingkah laku lebih matang, baik tingkah laku sosial, emosional, moral maupun intelektual. Perubahan pada diri individu sendiri merupakan proses yang bersikenambungan dan terus menerus. Ini berarti bahwa perubahan pada perkembangan bukan terjadi secara tiba – commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
tiba dalam waktu yang singkat tetapi perubahan yang terjadi terus menerus dan berkelanjutan serta bertahap-tahap sepanjang hidup manusia. Perubahan yang mengarah kepada pencapaian kematangan, diartikan sebagai tercapainya kemampuan bertingkah laku secara fisik, sosial emosional, moral dan intelelektual secara sempurna sesuai dengan tugas perkembangan tertentu. Tujuan dari proses pertumbuhan dan perkembangan ini adalah mencapai kedewasaan yang sempurna. Perkembangan pada dasarnya merupakan proses untuk mencapai kematangan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Dalam konsepsi tentang tugas perkembangan dikatakan bahwa pada setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Berhasil tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas-tugas tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Sebagai hasil dari terlaksananya proses pertumbuhan dan perkembangan, seorang individu diharapkan memiliki sikap yang menunjukkan kedewasaannya. Seseorang dikatakan dewasa apabila dia memiliki kematangan dan perubahan yang lebih baik dalam aspek pola pikir serta perilaku dalam dirinya. Kedewasaan seseorang diantaranya dapat ditandai dengan kemampuan seseorang untuk dapat bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, dapat berpikir bijak, dapat mengontrol amarah dan emosi dengan baik, selalu berpikir matang dan tidak gegabah dalam melakukan tindakan, mampu menghadapi tantangan, serta mampu menyesuaikan diri secara baik dengan lingkungan di sekitarnya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu pasti tidak dapat terlepas dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Karena telah kita ketahui bersama bahwa manusia merupakan makhluk sosial, yang berarti manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang-orang di sekitar lingkungan sosialnya. Dan untuk dapat diterima ke dalam lingkungan sosialnya tersebut, individu pasti membutuhkan suatu kemampuan yang dipergunakannya untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik sehingga dapaat diterima sebagai salah satu bagian dari lingkungan sosial tersebut. Kehidupan individu pada dasarnya merupakan suatu rangkaian pembelajaran dan pematangan kemampuan mereka yang didapat dari hasil interaksinya dengan lingkungan di sekitarnya. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor keterampilan diri dan kecerdasan pada segi emosional mengambil peranan yang sangat penting. Kebutuhan bergaul dan berhubungan dengan orang lain telah mulai dirasakan seorang individu sejak ketika dia berada pada masa kanak-kanak dan telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarga lain. Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan anggota manusia lainnya di dalam masyarakat. Proses penyesuaian diri seorang individu terhadap lingkungan kehidupan sosialnya pada dasarnya merupakan suatu proses yang mengharuskan seseorang hidup di dalam kelompoknya baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar di masyarakat luas. Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahannya yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu, setiap individu, termasuk remaja di dalamnya, dituntut untuk menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan yang baik dalam aspek emosionalitasnya agar dapat melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Keterampilan sosial menjadi salah satu factor sangat penting ketika seorang individu dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian diri. Menjadi semakin penting ketika anak sudah memasuki masa remaja karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas di mana pengaruh teman-teman dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
lingkungan akan sangat menentukan. Jika seorang individu di masa awal dan saat berjalan proses penyesuaian dirinya dapat menempatkan dirinya secara baik dan tepat sesuai dengan bagaimana kondisi serta iklim yang ada di dalam lingkungan di mana dia berada, dapat membaur dengan baik kepada semua anggota yang ada di dalamnya, serta berusaha untuk tidak memunculkan berbagai permasalahan selama penyesuaian dirinya berlangsung, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki suatu keterampilan diri yang cukup untuk dapat menyelesaikan penyesuaian dirinya dengan sempurna. Syamsul Bachri (2010: 159) menyatakan bahwa “Keterampilan sosial adalah merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang individu agar mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku”. Individu dengan keterampilan sosial yang baik mengalami berbagai keberhasilan selama hidup mereka serta dapat mengatasi situasi sosial dan masalah yang mereka hadapi dengan baik . Kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif, bahkan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kejiwaan serta berbagai macam perilaku negatif. Keterampilan sosial meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan sebagainya. Kemudian faktor kedua yang juga memegang peranan penting selama proses penyesuaian diri adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient yang terdapat dalam diri masing-masing individu. Selama masa perkembangannya, sebagai bagian dari perkembangan aspek emosi, remaja juga semakin menyadari tentang bagaimana keadaan dirinya dan keadaan orang lain. Hal semacam ini mendorong berkembangnya
perasaan-perasaan
afektif
terhadap
orang
lain,
termasuk
pemahamannya terhadap nilai-nilai, dan perasaan-perasaan idealistic lainnya. Emosi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
sebagai salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah afektif. Aspek psikologis ini sangat berperan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan dalam hubungan dengan orang lain pada khususnya. Emosi pun memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap aspek-aspek kehidupan yang lain, seperti sikap, perilaku, serta penyesuaian terhadap pribadi dan sosial yang dilakukan. Kemampuan dan upaya yang dilakukan untuk mengenal emosi yang dialami merupakan langkah penting bagi remaja sebab kesadaran akan perasaan yang dialami akan mengembangkan tipe perilaku adaptif yang dapat memfasilitasi terciptanya interaksi sosial yang bersifat positif. Dalam konteks seorang remaja, hubungan interpersonal yang kurang baik, seperti dengan orang tua, teman, dan guru, dan ditambah lagi dengan konflik internal dari dalam diri remaja maka akan membentuk kurangnya kesadaran emosi yang pada akhirnya akan mengganggu hubungan antara remaja dan lingkungan sehingga berakibat pada remaja yang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sebaliknya, seorang remaja yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang baik, kemungkinan besar dapat dipastikan akan mempunyai hubungan harmonis dengan orang disekelilingnya. Jika saja seorang individu tidak bisa memahami apa yang menjadi perasaan orang-orang yang ada di sekitarnya maka dapat dipastikan bahwa individu tersebut tidak akan mampu melakukan berbagai macam tindakan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan yang ada di sekitarnya. Begitu pula jika individu tersebut kurang mampu untuk dapat mengontrol apa yang terjadi di dalam dirinya maka akan sulit baginya untuk dapat menjadi seseorang yang diterima oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Bukankah seseorang dengan sikap dan perilaku yang baik serta mampu berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh manusia di sekelilingnya akan jauh lebih mudah untuk diterima dibandingkan dengan seseorang yang kaku, emosional, dan bertindak sesuka hati tanpa memikirkan perasaan orang-orang di sekitarnya. Kurangnya kesadaran emosi juga akan menyebabkan individu mengalami gangguan pada penyesuaian yang dilakukan dengan lingkungannya. Thorndike dalam Goleman (Hermaya,2003:56) menerangkan bahwa: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami dan mengatur orang lain untuk bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan, meliputi kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan interprersonal adalah kecerdasan untuk kemampuan untuk memahami orang lain, sedangkan kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengelola diri sendiri. Dengan dikuasainya keterampilan sosial oleh seorang remaja, serta pengembangan emosinya yang terbentuk dengan baik, diharapkan seorang remaja dapat menyesuaiakan dirinya dengan lingkungan sosialnya secara baik. Salah satu masalah
yang kerap
kali
muncul dan mungkin
kurang disadari adalah
ketidakmampuan seorang remaja untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan baik terhadap lingkungan di sekitarnya, entah itu di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat. Bisa saja seorang remaja mempunyai kemampuan yang baik untuk melakukan penyesuaian di tengah lingkungan keluarganya, namun tidak demikian ketika dia berada di antara teman ataupun gurunya di sekolah dan masyarakat yang ada di sekitarnya. Atau bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, ketika seorang remaja dapat dikatakan memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan begitu baik ketika dia berada di antara teman-temannya di sekolah tapi dia kurang memiliki hubungan yang baik dengan anggota keluarganya di rumah. Pentingnya penelitian ini yaitu agar didapat suatu pengetahuan dan wawasan mengenai hubungan keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian agar dapat mengetahui kendala dan cara mengatasi masalahmasalah yang mungkin terdapat pada kajian tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Keterampilan Sosial dan Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri Siswa Kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1.
Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012?
2.
Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional siswa dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012?
3.
Apakah ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional siswa dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012?.
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengetahui hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012?.
2.
Mengetahui hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
3.
Mengetahui hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas X.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi kepentingan berbagai pihak, antara lain : 1.
Manfaat teoritis a.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan dapat menjadi input dalam pengembangan teori hubungan keterampilan
sosial
dan
kecerdasan
emosional
serta
kemampuan
penyesuaian diri seorang individu terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. b.
Memberi masukan dan sumbangan pemikiran bagi para peneliti lain untuk mengembangkan penelitian lain yang sejenis di kemudian hari.
2.
Manfaat praktis a.
Bagi siswa Memberikan masukan tentang pentingnya meningkatkan kemampuan dalam kecerdasan emosional agar memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik.
b.
Bagi orang tua Memberikan masukan positif agar orangtua dapat menciptakan interaksi edukatif yang membuat anak mengaktualisasikan dirinya dengan baik sehingga dapat menyesuaikan diri di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
c. Bagi SMA Negeri 2 Wonogiri Menjadi masukan bagi pihak sekolah dalam mengambil kebijakan yang berguna bagi pengembangan siswa khususnya agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan baik di manapun dia berada.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Penyesuaian Diri a.
Pengertian Penyesuaian Diri Penyesuaian diri merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya
kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai
kebahagiaan
dalam
hidupnya,
karena
ketidak-mampuannya
dalam
menyesuaikan diri, baik dengan kehidupan keluarga, sekolah, pekerjaan dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-orang mengalami stres dan depresi disebabkan oleh kegagalan mereka untuk melakukan penyesaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan. James dan Joan (Satmoko, 2008:14) mendefinisikan “Penyesuaian sebagai interaksi individu yang kontinyu dengan dirinya sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia yang ada di sekitarnya”. Ketiga factor tersebut bersifat konstan dalam mempengaruhi diri seorang manusia dan hubungan ketiganya bersifat imbal balik atau saling mempengaruhi. Semua yang ada pada diri individu seperti tubuh, perilaku, serta pemikirannya menjadi hal yang dihadapi setiap detiknya. Sedangkan berkaitan dengan individu lain yang ada di sekitar kita, jelas bahwa mereka berpengaruh besar terhadap apa yang terjadi pada diri kita. Begitu pula dengan dunia luar yang ada di sekitar individu, individu tersebut harus bisa menyesuaikan dirinya secara baik agar dapat menjalani hidup dan diterima dengan baik pula oleh lingkungan yang mengelilinginya. Davidoff (Jumiati, 1991:176) mengatakan bahwa “Penyesuaian diri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri sendiri dantuntutan lingkungan”. Penyesuaian diri dengan diri sendiri adalah bagaimana individu mempersepsi dirinya sendiri, potensi-potensi yang dimiliki dan tingkat kepuasan akan hasil atau pengalaman yang diperoleh. Penyesuaian diri dengan lingkungan adalah bagaimana individu mempersepsi dan bersikap terhadap realitas commit to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
yang ada. Individu yang mempunyai penyesuaian diri yang baik dapat mengendalikan perasaan cemas, khawatir dan marah apabila mendapat suatu tekanan dari lingkungan. Hal ini disebabkan oleh adanya dorongan untuk mengatasi hambatanhambatan dalam mengaktualisasikan diri di lingkungan. Dapat diketahui bahwa yang dimaksudkan dengan penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk menyesuaikan diri terhadap situasi didalam dirinya sendiri serta dalam lingkungan sosial sesuai dengan norma-norma yang ada tanpa menimbulkan konflik bagi dirinya maupun lingkungan. Gerungan (2009:59) mempunyai pendapat bahwa “Penyesuaian diri dapat berarti mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri”. Dengan mekanisme penyesuaian diri semacam ini, seorang individu dapat melakukan proses penyesuaian diri melalui dua cara. Cara tersebut dapat dilakukan dengan menyesuaikan keadaan diri sesuai dengan kondisi lingkungan ataupun mengubah lingkungan agar sesuai dengan apa yang ia inginkan. Jika dilakukan dengan menyesuaikan diri dengan lingkungan, maka ia harus mau untuk merubah dirinya sesuai dengan peraturan serta ketetapan yang telah di jalankan di lingkungan barunya. Sedangkan apabila ia berkeinginan untuk mengubah lingkungan sesuai yang ia inginkan, dapat dilakukan dengan menanamkan norma, aturan, ide, ataupun kepribadian yang dimilikinya kepada lingkungan yang baru. Dari pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup hubungan atau interaksi individu dengan dirinya sendiri ataupun dengan lingkungan di sekitarnya, serta merupakan proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan lingkungannya. Proses penyesuaian diri tersebut dapat dilakukan dengan menyesuaikan diri sesuai dengan keadaan lingkungan ataupun mengubah kondisi lingkungan sekitar sesuai dengan apa yang individu inginkan. Dengan memahami bagaimana keadaan dari lingkungan sosial yang ada di sekitarnya maka diharapkan seorang individu akan dapat berpeilaku sesuai dengan apa yang diharapkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
oleh lingkungan tersebut sehingga akan timbul suatu kemampuan di mana manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan antara dirinya sendiri dengan lingkungannya. b. Aspek Penyesuaian Diri Pada penyesuaian diri terdapat beberapa aspek yang tercakup di dalamnya, dan apabila kesemua aspek tersebut dapat dipenuhi oleh seorang individu maka dapat dikatakan bahwa proses penyesuaian diri yang dilakukannya telah berhasil secara baik. Antara satu aspek dengan aspek yang lain memberikan sumbangan yang saling menguatkan guna memberikan daya yang maksimal pada proses penyesuaian diri individu. Kartono (2000:270-271), mengungkapkan aspek-aspek penyesuaian diri yang
meliputi: 1) Perasaan afeksi yang kuat, harmonis, dan seimbang; 2) Berkepribadian matang dan terintegrasi baik terhadap diri sendiri maupun orang lain; 3) Mempunyai relasi sosial yang memuaskan; 4) Mempunyai struktur system syaraf yang sehat untuk mengadakan adaptasi. Hal tersebut dijelaskan penulis sebagai berikut: 1) Perasaan afeksi yang kuat, harmonis, dan seimbang; Dengan perasaan afeksi yang kuat seorang individu akan mempunyai tingkat tanggung jawab yang tinggi atas apa yang dia lakukan. Semua hal yang telah menjadi keputusannya akan dipikirkan secara matang dan tidak hanya menuruti perasaan ataupun emosi sesaat. 2) Berkepribadian matang dan terintegrasi baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Control diri yang baik menjadikan individu akan berhati-hati dalam bersikap ataupun berbuat. Apapun hal yang ia lakukan akan dipikirkan secara matang dan tidak hanya menuruti emosi ataupun perasaan dalam bertindak, tetapi cenderung menggunakan logika dan akal sehat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
3) Mempunyai relasi sosial yang memuaskan Kemampuannya untuk berinteraksi secara baik dengan orang di sekitarnya membuat individu tersebut memiliki relasi serta koneksi yang kuat dengan lingkungan sosialnya. hubungan tersebut diperoleh melalui proses adaptasi dan penyesuaian diri yang baik sehingga dapat diterima oleh individu di lingkungan sosialnya. 4) Mempunyai struktur system syaraf yang sehat untuk mengadakan adaptasi Salah satu syarat utama dan terpenting bagi seorang individu untuk dapat melakukan penyesuaian diri adalah keadaan jasmani serta rohani yang sehat. Jika kedua hal tersebut tidak ada maka dapat dipastika individu tidak dapat melakukan proses penyesuaian diri. Kondisi jasmani yang sehat mendorong individu dapat berinteraksi secara fisik dengan individu lain, sedangkan dengan kondisi rohani ataupun mental yang sehat individu dapat berinteraksi secara psikologis dengan orang di sekitarnya. c.
Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Proses penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa factor, secara garis besar
factor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri tersebut di bagi menjadi factor eksternal dan factor internal. Hariyadi, dkk(1995:110-112) mengelompokkan factorfaktor tersebut sebagai berikut: 1) Faktor internal a) Motif b) Konsep diri c) Persepsi d) Sikap e) Intelegensi f) Kepribadian 2) Faktor eksternal a) Keluarga b) Sekolah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
c) Teman sebaya d) Prasangka sosial e) Hukum dan norma sosial Hal tersebut akan dijelaskan penulis sebagai berikut: 1) Faktor internal penyesuaian diri a) Motif Motif merupaka suatu bentuk dorongan yang berasal dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu. Motif ini juga berpengaruh dalam proses penyesuaian diri individu, yang mana dalam menjalani hidup kesehariannya dengan individu lain dalam masyarakat, pastilah individu tersebut mempunyai keinginan untuk dapat menjalin hubungan dan interaksi dengan mereka. Motif atau dorongan ini lah yang menjadikan individu memiliki kekuatan menggerakkan dirinya untuk memulai melakukan adaptasi dengan lingkungan sosialnya dan kemudian diteruskan dengan terbentuknya hubungan yang berlanjut. b) Konsep diri Konsep diri merupakan bagian terpentingan dari seorang individu. Diri individu berisi ide-ide, persepsi dan nilai-nilai, yang kemudian semua hal tersebut direpresentasikan menjadi suatu identitas diri yang mencakup karakteristik personal, pengalaman, peran, dan status sosial. Hasil rpresentasi inilah yang disebut sebagai suatu konsep diri. Dengan adanya konsep diri akan dapat semakin mempertegas bagaimana posisi dan peran individu dalam lingkungannya. Hal tersebut akan memudahkan terjadinya proses penyesuaian diri, karena seseorang yang memiliki identitas yang jelas dalam masyarakat akan jauh lebih mudah untuk diterima keberadaannya. c) Persepsi Persepsi merupakan pandangan yang dimiliki oleh seorang individu terhadap orang atau keadaan yang ada di sekitarnya. jika individu mempunyai persepsi negative atau buruk terhadap hal tersebut, akan menjadikan individu enggan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
atau tidak memiliki keinginan untuk melakukan pembauran/ penyesuaian diri. Begitu pula sebaliknya, jika ia berpikiran positif kepada orang yang ada di sekitarnya maka ia akan cenderung lebih berkeinginan dan lebih mudah untuk melakukan adaptasi. d) Sikap Sikap merupakan suatu pola tindakan atau kemauan untuk bereaksi terhadap suatu hal dan terbentuk di sepanjang perjalanan perkembangan manusia. Sikap berperan besar terhadap kehidupan manusia, suatu sikap apabila sudah terbentuk pada diri manusia akan turut serta dalam menentukan tingkah lakunya terhadap objek-objek yang ada di sekitarnya. Sikap ini bisa saja ditunjukkan dengan reaksi suka ataupun tidak suka terhadap lingkungannya. Reaksi ini lah yang pada akhirnya menentukan apakah seorang individu akan mampu atau tidak mampu menerima keadaan lingkungan sekitarnya, serta berkemauan untuk menyesuaikan diri ataupun tidak. e) Intelegensi Intelegensi merupakan tingkat kecerdasan atau kepandaian pada seorang individu. Individu dengan tingkat intelegensi yang tinggi, atau berada di atas normal, akan mampu melakukan proses penyesuaian diri lebih baik daripada individu yang memiliki tingkat kecerdasan yang kurang. Individu dengan intelegensi tinggi akan lebih mampu memahami bagaiman keadaan yang ada di sekitarnya, melakukan komunikasi secara baik, dan kemudian merespon dan bertindak berdasar keadaan tersebut dengan efektif dan tepat. f) Kepribadian Kepribadian merupakan sifat dasar yang ada pada seorang individu. Apabila seorang individu memiliki kepribadian yang baik, maka ia akan cenderung berperilaku dan berpandangan positif terhadap lingkungan sekitarnya sehingga mampu menyesuaikan diri dan diterima dengan lebih baik pulan oleh lingkungannya. 2) Faktor eksternal penyesuaian diri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
a) Keluarga Semua konflik dan tekanan yang ada dapat dihindarkan atau dipecahkan bila individu dibesarkan dalam keluarga dimana terdapat keamanan, cinta, respek, toleransi dan kehangatan. Dengan demikian penyesuaian diri akan menjadi lebih baik bila dalam keluarga individu merasakan bahwa kehidupannya berarti. Rasa dekat dengan keluarga adalah salah satu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang individu. Dalam keluarga individu juga belajar agar tidak menjadi egois, ia diharapkan dapat berbagi dengan anggota keluarga yang lain. Individu belajar untuk menghargai hak orang lain dan cara penyesuaian diri dengan anggota keluarga. b) Sekolah Sekolah mempunyai tugas yang tidak hanya terbatas pada masalah pengetahuan dan informasi saja, akan tetapi juga mencakup tanggungjawab pendidikan secara luas. Demikian pula dengan guru, tugasnya tidak hanya mengajar, tetapi juga berperan sebagai pendidik yang menjadi pembentuk masa depan, ia adalah langkah pertama dalam pembentukan kehidupan yang menuntut individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Pendidikan modern menuntut guru atau pendidik
untuk mengamati
perkembangan individu dan mampu menyusun sistem pendidikan sesuai dengan perkembangan tersebut. Dalam pengertian ini berarti proses pendidikan merupakan penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilainilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut kepentingan perkembangan dan spiritual individu. Keberhasilan proses ini sangat bergantung pada cara kerja dan metode yang digunakan oleh pendidik dalam penyesuaian tersebut. Jadi disini peran guru sangat berperan penting dalam pembentukan kemampuan penyesuaian diri individu. c) Teman sebaya Pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa remaja dibandingkan masa-masa lainnya. Suatu hal yang sulit bagi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
remaja menjauh dari temannya, individu mencurahkan kepada temantemannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari angan-angan, pemikiran dan perasaan. Dengan demikian akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Melalui hal tersebut ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya. d) Prasangka sosial Prasangka sosial merupakan sikap perasaan individu terhadap individu lain yang memiliki keadaan atau berada dalam golongan yang berbeda dengan dirinya. Prasangka sosial yang pada awalnya hanya merupakan sikap tidak suka atau perasaan negative, lama kelamaan akan berubah menjadi tindakan diskriminatif. Tindakan itu bisa saja berupa hal yang merugikan, menghambat, dan atau bahkan mengancam kehidupan pribadi dari individu lain tersebut. Jika seseorang mempunyai prasangka semacam itu, maka ia tidak akan dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sekitarnya. e) Hukum dan norma sosial Dalam suatu lingkungan sosial ataupun masyarakat pasti terdapat norma, aturan, ataupun hukum yang mengatur keberlangsungan hidup individu yang ada di dalamnya. Jika seorang individu hidup di dalam lingkungan sosial tersebut, maka mau tidak mau ia harus dapat menyesuaikan dirinya terhadap segala macam bentuk norma ataupun peraturan yang berlaku. Karena jika tidak maka ia akan dipandang sebagai individu yang amoral sehingga tidak dapat menjalani hubungan yang baik dengan orang yang ada di sekitarnya. d. Karakteristik Penyesuaian Diri Respons penyesuaian, baik atau buruk, secara sederhana dapat dipandang sebagai sutau upaya individu untuk mereduksi atau menjauhi ketegangan dan untuk memelihara kondisi-kondisi keseimbangan sutau proses kearah hubungan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
harmonis antara tuntutan internal dan tuntutan eksternal. Dalam proses penyesuaian diri dapat saja muncul konflik, tekanan, dan frustasi dan individu didorong meneliti berbagai kemungkinan perilaku untuk membebaskan diri dari tegangan. Individu dikatakan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri apabila ia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara-cara yang wajar atau apabila dapat diterima oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu lingkungannya. Menurut
Hariyadi,
dkk
(1995:106 -109),
terdapat
beberapa
karakteristik penyesuaian diri yang positif, diantaranya : 1) Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. 2) Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif. 3) Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya. 4) Memiliki perasaan yang aman dan memadai. 5) Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran. Karakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaandi luar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya. 6) Terbuka dan sanggup menerima umpan balik. 7) Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi. 8) Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya. Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut: 1) Kemampuan menerima dan memahami diri sebagaimana adanya. Karakteristik ini mengandung pengertian bahwa orang mampu melakukan penyesuaian diri yang positif adalah orang yang sanggup menerima kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga menjadikannya mampu menghayati kepuasan akan dirinya sendiri dan menghindari suatu kondisi yang menjadikannya melakukan hal yang tidak diinginkan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
2) Kemampuan menerima dan menilai kenyataan lingkungan di luar dirinya secara objektif. Individu tersebut akan mampu memandang kenyataan yang ada secara objektif dan memperlakukannya secara wajar untuk memenuhi kebutuhan yang ia miliki. Ia selalu akan berperilaku dan bersikap sesuai dengan keadaan lingkungan, serta mau belajar dari orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini menjadikannya mau untuk terbuka dan menerima saran ataupun masukan dari orang lain. 3) Kemampuan bertindak sesuai dengan potensi, kemampuan yang ada pada dirinya dan kenyataan objektif di luar dirinya. Karakteristik ini ditandai oleh kecenderungan individu untuk tidak menyianyiakan kekuatan yang ada pada dirinya dan akan melakukan sesuatu hal yang mungkin jauh di luar jangkauannya. Hal ini sesuai dengan pertimbangan rasional antara energy yang dikeluarkan dengan hasil yang akan didapatkan, sehingga timbul
suatu
kepercayaan
terhadap
dirinya
sendiri
maupun
terhadap
lingkungannya. 4) Memiliki perasaan yang aman dan memadai. Individu yang tidak lagi dihantui oleh rasa cemas dan ketakutan, hidupnya tidak akan mudah dikecewakan oleh keadaan di sekitarnya. Perasaan aman mengandung arti pula bahwa orang tersebut mampu memiliki harga diri yang mantap, tidak lagi merasa terancam oleh lingkungan di mana ia berada, dapat menaruh kepercayaan terhadap lingkungan dan dapat menerima kenyataan terhadap keterbatasan maupun kekurangan dari lingkungannya tersebut. 5) Rasa hormat pada manusia dan mampu bertindak toleran. Karakteristik ini ditandai oleh adanya pengertian dan penerimaan keadaan di luar dirinya walaupun sebenarnya kurang sesuai dengan harapan atau keinginannya. 6) Terbuka dan sanggup menerima umpan balik. Karakteristik ini ditandai oleh kemampuan bersikap dan berbbicara dengan dasar kenyataan yang sebenarnya, serta ada kemauan untuk belajar dari keadaan sekitar khusunya belajar mengenai reaksi orang lain terhadap perilakunya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
7) Memiliki kestabilan psikologis terutama kestabilan emosi. Hal ini tercermin dalam memelihara tata hubungan dengan orang lain yaitu tata hubungan yang hangat, penuh perasaan, mempunyai pengertian yang dalam, dan mampu untuk bersikap secara wajar. 8) Mampu bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, serta selaras dengan hak dan kewajibannya. Individu mampu mematuhi dan melaksanakan norma yang berlaku tanpa adanya paksaan dalam setiap perilakunya tersebut. Sikap dan perilakunya selalu didasarkan atas kesadaran akan kebutuhannya terhadap norma, dan atas kesadaran dirinya sendirir. e.
Macam-macam Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri yang baik selalu ingin diraih oleh setiap individu, tapi hal tersebut tentu tidak akan tercapai kecuali bila kehidupan yang dimilikinya benarbenar terhindar daro berbagai macam tekanan, keguncangan, ketegangan jiwa, serta individu tersebut mampu untuk menghadapi kesukaran yang ada dengan cara objektif serta berpengaruh bagi kehidupannya dengan stabil dan tenang. Penyesuaian diri tersebut terbagi ke dalam beberapa ranah atau cakupan wilayah yang ada di sekitar individu dan di setiap cakupan tersebut menuntut suatu keterampilan dan kemampuan agar dapat terlaksana dengan baik sehingga individu mampu menyesuaikan dirinya secara optimal di semua wilayah yang ada. Gerungan (1996: 59), menyebutkan ada dua macam bentuk penyesuaian diri, yaitu: 1) Penyesuaian diri yang bersifat autoplastis. 2) Penyesuaian diri yang bersifat aloplastis. Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut: 1) Penyesuaian diri yang bersifat autoplastis. Penyesuaian diri yang bersifat autoplastis dapat diartikan sebagai suatu bentuk penyesuaian diri dengan mengubah keadaan diri sesuai dengan keadaan lingkungan. Penyesuaian diri autoplastis lebih cenderung membuat seorang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
individu untuk pasif, di mana kondisi dan kegiatan individu tersebut ditentukan oleh lingkungan. Hal ini misalnya saja jika seorang individu berada pada lingkungan atau tempat yang baru, dan lingkungan baru tersebut memiliki keadaan yang berbeda dengan keadaan di lingkungan yang dia tempati sebelumnya. Untuk dapat hidup dan menjalani kehidupannya dengan baik, maka individu tersebut harus bisa mengubah keadaan dirinya sesuai dengan keadaan di sekitarnya. Dapat dilakukan dengan menyesuaikan diri dengan iklim ilmiah yang ada di lingkungan barunya, beradaptasi dengan peraturan serta norma yang ada, dan berperilaku sesuaai dengan apa yang telah ditetapkan oleh individu-individu di lingkungan tersebut. 2) Penyesuaian diri yang bersifat aloplastis. Jenis penyesuaian diri yang bersifat aloplastis ini diartikan sebagai suatu bentuk penyesuaian diri yang dilakukan dengan cara mengubah kondisi atau keadaan lingkungan dengan keadaan dan keinginan individu. Penyesuaian diri aloplastis membuat individu menjadi berada pada kubu yang aktif, di mana ia yang bertindak untuk mempengaruhi lingkungan. Individu tersebut dapat mengubah keadaan lingkungan di mana ia berada sesuai dengan apa yang ia inginkan, sesuai dengan norma serta apa yang yang menjadi kebutuhan dirinya. Lingkungan yang di ubah bisa saja yang termasuk ke dalam lingkungan alamiah ataupun lingkungan sosial dan psikis. Lingkungan alamiah mencakup keadaan atau kondisi lingkungan fisik, seperti tata letak bangungan, tata letak dalam suatu ruangan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial dan psikis mencakup hubungan individu tersebut dengan orang-orang yang ada di sekitarnya.
2. Keterampilan Sosial a.
Pengertian Keterampilan Sosial Keterampilan sosial merupakan kebutuhan primer yang perlu dimiliki
individu sebagai bekal bagi kemandirian pada jenjang kehidupan selanjutnya, hal ini bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga maupun commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
lingkungan sekitar individu tersebut. Saat dilahirkan individu dilahirkan dengan berbagai macam potensi diri yang mana salah satu potensi tersebut mencakup pada kemampuan seorang individu dalam aspek sosial. Namun, tentu saja ketika dilahirkan dan dalam masa awal tumbuh kembangnya seorang anak belum mampu mengembangkan sosialitasnya dalam kehidupan dirinya. Selanjutnya untuk mencapai kematangan penyesuaian sosial, anak harus belajar tentang cara-cara penyesuaian diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya atau orang dewasa lainnya. Salah satunya hal yang harus dimiliki oleh seorang individu adalah kemampuannya dalam hal keterampilan sosial. Pengertian keterampilan sosial menurut Syamsul Bachri (2010: 159), “Keterampilan sosial adalah merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang individu agar mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku”. Dalam menjalani hubungan dengan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya pastilah seorang individu tidak mungkin terlepas dari permasalahan, sekecil apapun, yang menyangkut proses interaksi tersebut, Dan agar dapat menyelesaikan segala macam permasalahan yang timbul seorang indiividu diharuskan memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks hubungan sosialnya melalui cara-cara positif yang secara sosial dapat diterima dan bernilai oleh individu di sekitarnya sehingga menciptakan keuntungan baik untuk pribadi individu tersebut dan orang lain. Menurut Ahmad (dalam Eliza, 2008:39), “Keterampilan sosial adalah kemampuan siswa untuk mereaksi secara efektif dan bermanfaat terhadap lingkungan sosial yang merupakan persyaratan bagi penyesuaian sosial yang baik, kehidupan yang memuaskan, dan dapat diterima oleh masyarakat”. Dalam lingkungan pergaulan di sekolah, seorang siswa dalam kedudukannya sebagai pelajar pasti akan menjalani interaksi dengan sesama siswa, guru, dan individu lain yang ada di sekolah tersebut. Hubungan timbal balik yang ada di dalam interaksi tersebut di atas membutuhkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
suatu kemampuan dari individu untuk dapat melakukan berbagai macam perilaku dan tindakan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang yang ada di sekitarnya. Dengan adanya keterampilan sosial ini, seorang individu / siswa dipastikan akan mampu memahami bagaimana situasi yang sedang terjadi dan dialami oleh individu lain yang ada di sekitarnya serta mampu untk mengungkapkan apapun yang ada pada dirinya, baik yang bersifat positif atau negatif, tanpa harus menimbulkan masalah dan melukai individu lain. Sehingga diharapkan akan timbul suatu kondisi yang kondusif yang menjadikan individu tersebut serta orang yang ada di sekitarnya dapat menjalani kehidupannya dengan tanpa gangguan. Nasution (2010: 18) menjelaskan, “Keterampilan sosial anak adalah cara anak melakukan interaksi, baik dalam bertingkah laku maupun berkomunikasi dengan orang lain”. Seiring dengan pertumbuhan usia. Keterampilan sosial merupakan keterampilan yang perlu dimiliki individu termasuk anak-anak karena keterampilan sosial menjadi dasar dari kebutuhan anak untuk melakukan hubungan dengan orang lain. Memasuki lingkungan masyarakat di luar lingkungan keluarganya, seorang anak pasti akan menemui banyak orang dengan berbagai macam karakter. Agar dapat berinteraksi dan berhubungan secara baik dengan kesemuanya seorang anak harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan menghargai keberadaan orang lain. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang individu agar mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Serta kemampuan yang dimiliki individu untuk dapat berkomunikasi dengan baik, berani untuk berbicara mengungkapkan setiap
perasaan atau
permasalahan yang dihadapi sekaligus menemukan penyelesaian yang adaptif, memiliki tanggung jawab yang cukup tinggi dalam segala hal, penuh pertimbangan sebelum melakukan sesuatu, mampu menolak dan menyatakan ketidak setujuannya terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Keterampilan sosial merupakan satu keterampilan yang diperoleh individu melalui proses belajar, mengenai cara-cara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
mengatasi dan melakukan hubungan sosial dengan tepat dan baik, di mana pembelajaran tersebut juga merupakan hasil dari interaksinya dengan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya. b. Faktor Penentu Keterampilan Sosial Dalam proses perkembangan seorang individu, tentu terdapat berbagai aspek yang secara langsung ataupun tidak langsung menjadi factor pendukung berlangsungnya proses tersebut. Begitu pula yang terjadi pada proses keterampilan sosial seorang individu. Kaitannya dengan keterampilan sosial yang dimiliki oleh seorang remaja, yang perlu diperhatikan adalah mereka yang berada pada usia ini masih berada pada taraf pencarian jati diri sehingga memerlukan bimbingan dan landasan yang benar. Dalam perkembangan aspek psikososial seorang remaja terdapat beberapa aspek yang harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif demi terciptanya kemampuan dalam penguasaan keterampilan sosial secara optimal. Syamsul Bachri (2010:160-162) mengungkapkan ada beberapa factor yang menjadi faktor penentu keterampilan sosial. Faktor tersebut di antaranya adalah: 1) Keluarga 2) Sekolah 3) Lingkungan yang ada di sekitar individu. Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut: 1) Keluarga sebagai Faktor Penentu Keterampilan Sosial Keluarga menjadi tempat pertama dan utama bagi seorang individu dalam mendapatkan pendidikannya, kepuasan psikis yang diperoleh seorang anak dalam keluarga akan sangat menentukan reaksinya terhadap lingkungan. Anak yang berkembang dalam keluarga yang tidak harmonis tidak akan mendapatkan kepuasan dan masukan positif psikis yang cukup. Hal semacam ini membawa dampak negatif terhadap hubungan anak tersebut dengan lingkungan di sekitarnya. Dampak negatif tersebut antara lain menjadikan anak sulit untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
mengembangkan keterampilan sosialnya, kurang bisa mengerti dan memahami apa yang dirasakan oleh individu lain di sekitarnya, tidak mampu berkomunikasi dengan baik, serta kurang mampu mengadakan hubungan yang baik dengan lingkungan. Berbeda dengan seorang anak yang lahir dan tumbuh di dalam keluarga yang harmonis, di mana komunikasi dan hubungan di dalamnya terjaga dengan baik, menjadikan seorang anak tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam proses interaksinya dengan lingkungan yang ada di dalam ataupun di luar keluarga. 2) Sekolah sebagai Faktor Penentu Keterampilan Sosial Sekolah menjadi tempat diajarkannya berbagai macam ilmu dan keterampilan kepada seorang anak. Salah satu bagian dari keterampilan itu adalah keterampilan-keterampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai macam teknik belajar sesuai dengan jenis pelajaran yang diterima. Selain itu anak juga diajarkan bagaimana caranya untuk bisa berinteraksi secara baik dengan orang-orang yang ada disekitarnya, terutama mereka yang ada di lingkungan sekolah, seperti dengan guru dan sesama siswa. Di sekolah, seorang anak juga diajarkan bagaimana mereka menentukan lapangan pekerjaannya kelak. Sejak berada di bangku sekolah dasar, melalui berbagai macam pelajaran, seorang anak telah diajarkan untuk mengenal berbagai lapangan pekerjaan yang ada di masyarakat. Kemudian setelah masuk ke jenjang Sekolah Menengah Atas, mereka akan mendapat semacam bimbingan karier untuk dapat mengarahkan masa depan mereka. Jadi sekolah tidak hanya memberikan bimbingan dan arahan agar seorang anak dapat sukses di dalam kehidupan sosialnya, tetapi juga sukses di dalam kehidupan pribadinya. 3) Lingkungan sebagai Faktor Penentu Keterampilan Sosial Selain keluarga dan sekolah, proses perkembangan anak akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia berada. Saat memasuki masa remaja peran kelompok dan teman amatlah besar, lingkungan sosial ini sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian serta perilaku remaja tersebut. Terkadang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
kepribadian seorang anak akan sangat tergantung kepada bagaimana iklim atau keadaan lingkungan sosial di sekitarnya. Bahkan sering kali bahkan seorang anak / remaja akan lebih mementingkan urusan yang berkaitan dengan kelompoknya daripada urusan yang berkaitan dengan keluarga. Jika seorang anak tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan yang beriklim positif, maka dapat dipastikan bahwa anak tersebut akan memiliki kepribadian yang baik. Begitu pula sebaliknya, jika seorang anak dibiarkan tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan yang memberi pengaruh buruk maka kepribadiannya pun akan cenderung kurang baik. c.
Ciri-ciri Keterampilan Sosial Kemampuan keterampilan sosial yang dimiliki oleh seorang individu
mempunyai berbagai macam ciri yang terkandung di dalamnya. Elksnin & Elksnin (dalam Adiyanti, 1999:67) menyebutkan ciri keterampilan sosial sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Perilaku interpersonal Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis Peer acceptance Keterampilan komunikasi Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:
1) Perilaku interpersonal Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut dengan keterampilan menjalin hubungan. Perilaku interpersonal merupakan bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosial individu dalam mengenal dan mengadakan hubungan dengan sesama individu lain. Dalam menjalani hubungan tersebut seorang individu harus memiliki berbagai kemampuan yang mendukung hubungan tersebut terlaksana dan terjaga dengan baik. Kemampuan ini merupakan kemampuan yang terarah di dalam diri individu yang digunakan untuk membentuk suatu konsep diri serta kemampuan untuk menggunakan segala potensi yang dimiliki untuk menjalani kehidupan secara efektif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
2) Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri Perilaku ini merupakan ciri dari seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti: keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol emosi, mengontrol kemarahan, dan sebagainya. Jika seorang individu tidak dapat memahami dirinya, maka mustahil kiranya ia dapat memahami apa yang terjadi atas orang lain dengan baik. Selain itu jika individu tidak dapat mengontrol emosi yang ada dalam dirinya pastilah ia tidak dapat menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya, dikarenakan mungkin saja akan dikenal sebagai sosok individu yang berperangai buruk sehingga menjadikan orang lain enggan untuk berinteraksi dengannya. 3) Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis Perilaku ini berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar seorang individu di sekolah ataupun lingkungan akademis lainnya. Perilaku ini meliputi hal-hal seperti kesadaran untuk mendengarkan penjelasan serta arahan dari guru, mengerjakan pekerjaan ataupun tugas yang diberikan dengan baik, dan mengikuti aturan-aturan yang berlaku di sekolah. 4) Peer acceptance Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya, karena mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Sedangkan individu yang mempunyai keterampilan sosial yang baik tentu saja akan diterima oleh teman-teman ataupun lingkungan sosialnya di mana pun ia berada. Beberapa bentuk perilaku yang dimaksud di sini adalah kemauan dan kesadaran untuk memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan tepat emosi orang lain, dan sebagainya. 5) Keterampilan komunikasi Komunikasi merupakan syarat utama agar seorang individu dapat berhubungan dengan individu lain. Keterampilan berkomunikasi yang baik sangat diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap lawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif. Jika commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
melakukan komunikasi ataupun percakapan dengan individu lain, pastilah kiranya mereka akan sangat senang jika apa yang mereka katakan di dengarkan dan di respon secara positif. Dengan demikian, hal semacam itu akan menjadikan individu dapat diterima dengan baik oleh orang yang ada di sekitarnya. d. Kategori Keterampilan Sosial Ada beberapa jenis perilaku yang menunjukkan pembagian kategori dalam keterampilan sosial, perilaku tersebut mencakup suatu bentuk perlakuan individu baik terhadap dirinya sendiri ataupun lingkungan di sekitarnya. Hal ini dapat dikaitkan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stephen (Cartledge & Milburn, 1992: 355359) yang membagi keterampilan sosial ke dalam beberapa kategori, seperti: 1) Environmental Behavior 2) Interpersonal Behavior 3) Self-related Behavior 4) Task-related Behavior Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut: 1) Environmental Behavior Environmental behavior dapat diartikan sebagai perilaku terhadap lingkungan. Hubungannya dengan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya, seorang individu pasti memiliki suatu bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosialnya dalam mengenal dan memperlakukan lingkungan hidup tersebut.
Contoh
sederhana dari bentuk perilaku ini adalah berusaha menjaga kebersihan lingkungan sekitar dengan membuang sampah pada tempat yang telah disediakan. 2) Interpersonal Behavior Interpersonal behavior berarti perilaku interpersonal. Perilaku ini terwujud ke dalam bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosial individu dalam mengenal
dan
mengadakan
hubungan
dengan
sesama
individu
lain.
Pengaplikasian bentuk perilaku ini dapat dicontohkan dengan mengikuti permintaan atau perintah dari orang tua, atau mengikuti aturan yang berlaku. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
3) Self-related Behavior Dapat diartikan sebagai perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri. Lebih jauh lagi perilaku ini merupakan suatu bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosial individu dengan dirinya sendiri. Dengan perilaku ini seorang individu akan dapat mengontrol dirinya sehingga bertindak dan berperilaku sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dapat dicontohkan dengan seorang individu yang akan langsung meminta maaf ketika ia melakukan kesalahan, dan mengucapkan terima kasih ketika diberi sesuatu atau pun mendapatkan pujian. 4) Task-related Behavior Task-related behavior, atau perilaku yang berkaitan dengan tugas adalah merupakan suatu bentuk perilaku atau respon individu yang berhubungan dengan sejumlah tugas akademis. Ditunjukkan dengan bentuk perilaku seperti berusaha menjawab ketika mendapat pertanyaan dari guru, memperhatikan ketika guru menjelaskan, kemauan dan kesadaran untuk menyelesaikan tugas yang diberikan, dan sebagainya. Hal ini secara tidak langsung akan melatih individu untuk bertanggung jawab terhadap kewajiban yang dimiliki. e.
Dimensi Keterampilan Sosial Caldarella dan Merrell dalam Gimpel & Merrell (Mu’tadin,1998:59)
mengemukakan 5 lima) dimensi paling umum yang terdapat dalam keterampilan sosial, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5)
Hubungan dengan teman sebaya Manajemen diri Kemampuan akademis Kepatuhan Perilaku assertive Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:
1) Hubungan dengan Teman Sebaya sebagai Dimensi Keterampilan Sosial. Dimensi ini ditunjukkan seorang individu melalui perilaku yang positif terhadap teman sebaya seperti memuji atau menasehati orang lain, menawarkan bantuan kepada orang lain, dan bermain bersama orang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
2) Manajemen Diri sebagai Dimensi Keterampilan Sosial. Manajemen diri merefleksikan diri seorang remaja yang memiliki emosional yang baik, yang mampu untuk mengontrol emosinya, mengikuti peraturan dan batasan-batasan yang ada, serta dapat menerima kritikan dan masukan dari orang lain dengan baik. 3) Kemampuan Akademis sebagai Dimensi Keterampilan Sosial. Kemampuan akademis seorang individu berkaitan dengan segala kegiatan yang berkaitan dengan lingkup dunia akademisnya. Dimensi ini ditunjukkan melalui kesadara individu dalam pemenuhan tugas secara mandiri, menyelesaikan tugas individual, serta menjalankan arahan guru dengan baik. 4) Kepatuhan sebagai Dimensi Keterampilan Sosial. Dimensi kepatuhan menunjukkan kemampuan seorang individu atau remaja untuk dapat mengikuti peraturan yang diterapkan oleh lingkungannya, berperilaku sesuai harapan orang-orang yang ada di sekitarnya, menggunakan waktu yang dimiliki secara optimal/ dengan baik, serta menjalani segala sesuatunya dengan disiplin. 5) Perilaku Assertif sebagai Dimensi Keterampilan Sosial. Perilaku assertif merupakan perilaku yang ada di dalam diri individu dan didominasi oleh kemampuan-kemampuannya yang dapat membuat seorang individu/ remaja menampilkan perilaku yang tepat dalam situasi yang diharapkan.
3. Kecerdasan Emosional a.
Pengertian Kecerdasan Emosional Deskripsi kecerdasan emosional sudah ada sejak dikenalnya perilaku
manusia. Mereka yang mengasah kecerdasan emosionalnya meiliki kemampuan unik untuk berkembang. Kecerdasan emosional merupakan sesuatu ysng ada dalam diri setiap manusia yang dapat menjelaskan bagaimana cara kita mengelola perilaku, mengarahkan kompleksitas sosial dan mengambil keputusan personal dalam meraih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
hasil yang positif. Istilah kecerdasan emosi pertama kali berasal dari konsep kecerdasan sosial yang dikemukakan oleh Thorndike dengan membagi 3 bidang kecerdasan
yaitu kecerdasan abstrak (seperti kemampuan memahami dan
memanipulasi simbol verbal dan matematika), kecerdasan konkrit seperti kemampuan memahami dan memanipulasi objek, dan kecerdasan sosial seperti kemampuan berhubungan dengan orang lain. Teori mengenai kecerdasan emosional pertama kali dicetuskan oleh Salovey dan Mayer tahun 1990. Solovey&Mayer dalam Goleman (Hermaya, 2003:57) mendefinisikan kecerdasan eomosional ebagai “Kemampuan untuk memahami perasaan diri sendiri, untuk berempati terhadap perasaan orang lain dan untuk mengatur emosi, yang secara bersama berperan dalam peningkatan taraf hidup seseorang”. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan dapat memahami perasaan apa yang sedang dirasakan serta mengontrol emosi agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Selain dapat memahami perasaannya sendiri, individu dengan kecerdasan emosional akan lebih mudah dalam memahami perasaan yang sedang dirasakan oleh orang lain di sekitarnya sehingga apa pun yang dilakukan tidak akan menimbulkan benih perselisihan dengan orang lain tersebut. Empati atau kepeduliannya dengan individu lain sangat tinggi, sehingga mempunyai hubungan yang terbina dengan baik. Menurut Goleman (Hermaya, 2002 : 512), Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Dalam mengatur emosi yang ada dalam dirinya, seorang individu membutuhkan aspek lain seperti inteligensi. Dengan inteligensi tersebut seorang individu akan memiliki pemahaman yang lebih mengenai bagaimana cara untuk mengatur, mengontrol, serta menunjukkan emosi yang ada di dirinya. Dengan tanpa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
adanya inteligensi bisa saja seorang individu menjadi sosok yang liar dan beringas dikarenakan ia hanya bertindak berdasar naluri tanpa rasio. Travis & Jean (Anas, 2007:54) mengungkapkan “Kecerdasan emosional merupakan sesuatu yang ada dalam diri setiap kita yang sedikit sulit diraba. Ia menjelaskan cara bagaimana kita mengelola perilaku, mengarahkan kompleksitas sosial dan mengambil keputusan personal dalam meraih hasil yang positif”. Kecerdasan emosional menjadikan individu mampu untuk mengenali dan kemudian menginterpretasikan apa yang ia rasakan melalui cara yang tepat tanpa harus merugikan dirinya ataupun orang lain. Serta bagaimana individu tersebut menjalankan perannya sebagai makhluk sosial, dengan segala permasalahan yang ada di dalamnya guna mencapai suatu bentuk kesuksesan dalam hidup. Dari berbagai macam pendapat di atas dapat dismpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah suatu bentuk kecerdasan yang berkaitan dengan sisi kehidupan emosi, seperti kemampuan untuk menghargai dan mengelola emosi diri dan orang lain, untuk memotivasi diri seseorang, dan untuk mengatasi hubungan interpersonal secara efektif. Kecerdasan emosional merupakan suatu bentuk kecerdasan yang dimiliki oleh seorang individu untuk mengenali perasaan dan emosi yang sedang ia rasakan kemudian menginterpretasikannya melalui cara yang tepat, dan juga kemampuan individu untuk memahami perasaan orang lain sehingga memiliki empati yang tinggi guna membina suatu hubungan yang berkualitas dalam lingkungan sosialnya. Dengan kecerdasan emosional menjadikan individu berkemampuan untuk untuk bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan, memahami dan mengelola diri sendiri serta kemampuan untuk memahami orang lain. b. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional Dalam diri seorang individu ada semacam konsep yang meletakkan aspek kecerdasan yang lebih luas dibandingkan hanya sekedar kecerdasan intelegensi. Kecerdaan tersebut mencakup hal-hal apa saja yang dibutuhkan seorang individu untuk dapat meraih berbagai macam keberhasilan dan kesuksesan di dalam hidupnya yang dikenal sebagai kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional sendiri tentu saja commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
mempunyai cakupan wilayah yang luas dalam diri seorang manusia, yang mana apabila kesemua aspek tersebut dapat dipenuhi oleh seorang individu maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut mempunyai kemampuan optimal dalam ranah kecerdasan emosional yang ia miliki. Menurut Salavey dan Mayer dalam Goleman (Hermaya, 2003:57-59), ada lima aspek wilayah utama dalam kecerdasan emosional yaitu : 1) 2) 3) 4) 5)
Mengenali emosi diri. Mengelola emosi. Memotivasi diri sendiri. Mengenali emosi orang lain. Membina hubungan.
Hal tersebut akan dijelaskan penulis sebagai berikut: 1) Mengenali Emosi Diri sebagai Aspek Kecerdasan Emosional Kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan dari waktu ke waktu merupakan hal yang penting bagi wawasan psikologi dan pemahaman diri. Ketidakmampuan dalam mencermati perasaan sebenarnya hanya akan membawa individu pada suatu keadaan di mana dia akan mengalami suatu kekacauan perasaan. Individu yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya akan menjadi pemimpin yang handal bagi kehidupannya sendiri. 2) Mengelola Emosi sebagai Aspek Kecerdasan Emosional Menangani perasaan agar dapat diungkapkan secara tepat menjadi suatu kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Orang yang kurang mampu mengelola emosinya akan terus merasa terpuruk, sedangkan mereka yang pintar mengatur emosinya akan jauh lebih cepat bangkit dari keterpurukannya. 3) Memotivasi Diri Sendiri sebagai Aspek Kecerdasan Emosional Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitannya untuk memotivasi diri dan menguasai diri sendiri. Kendali emosional termasuk di dalamnya menahan diri dan mengendalikan dorongan hati, akan membuat individu berhasil dalam berbagai bidang. Individu yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
memiliki keterampilan ini akan cenderung lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang ia kerjakan. 4) Mengenali Emosi Orang Lain sebagai Aspek Kecerdasan Emosional Yang tidak kalah penting selain mengenali dan mengatur emosi serta perasaan sendiri adalah mengetahui dan memahami emosi yang dirasakan oleh orang lain. Individu yang empatik mampu menangkap tanda yang dimiliki dan diberikan oleh orang lain yang ada di sekitarnya sehingga mampu menangkap isyarat apa saja yang dikehendaki oleh orang tersebut. 5) Membina Hubungan sebagai Aspek Kecerdasan Emosional Dalam membina hubungan, sebagian besar merupakan suatu keterampilan dalam mengelola emosi orang lain. Kemampuan ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antarpribadi. Orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apa pun yang mengendalikan pergaulan yang baik dengan orang lain. c. Komponen Kecerdasan Emosional Dalam kecerdasan emosional terdapat beberapa komponen yang terkandung di dalamnya. Jika kesemua komponen tersebut dapat dipenuhi atau di miliki oleh seorang individu maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut adalah benar memang seseorang yang mempunyai kepedulian dan empati yang tinggi baik terhadap dirinya sendiri ataupun terhadap orang lain. Goleman (Hermaya, 2002:513-514) membagi kecerdasan emosional kedalam 5 (lima) komponen, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5)
Kesadaran diri Pengaturan diri Motivasi Empati Keterampilan sosial
Hal tersebut akan dijelaskan penulis sebagai berikut: a.
Kesadaran Diri sebagai Komponen dalam Kecerdasan Emosional commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. b.
Pengaturan Diri sebagai Komponen dalam Kecerdasan Emosional Pengaturan diri adalah menguasai emosi diri sedemikian sehingga berdampak positif, kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
c.
Motivasi sebagai Komponen dalam Kecerdasan Emosional Motivasi menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran. Motivasi membantu seseorang mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
d.
Empati sebagai Komponen dalam Kecerdasan Emosional Empati adalah merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami persepektif
orang
lain,
menumbuhkan
hubungan
saling
percaya
dan
menyelaraskan diri dengan berbagai macam orang. 5) Keterampilan sosial sebagai Komponen dalam Kecerdasan Emosional Keterampilan social adalah dapat menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan-keterampilan ini untuk mempengaruhi dan memimpin, dan menyelesaikan perselisihan dan untuk bekerja sama dan bekerja dalam tim. d. Ciri-ciri Kecerdasan Emosional Ada beberapa ciri yang dimiliki oleh individu yang memiliki kecerdasan emosional. Goleman (Hermaya, 2003:45) mengungkapkan beberapa ciri kecerdasan emosional tersebut, meliputi: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
1) Kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi. 2) Mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan. 3) Mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. 4) Berempati dan berdoa. Hal tersebut akan dijelaskan penulis sebagai berikut: 1) Kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi. Dengan motivasi, seorang individu dapat terbantu untuk menggerakkan dan menuntun dirinya ataupun orang lain untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi membantu seseorang mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif. Segala macam usaha yang dilakukan oleh seorang manusia pasti tidak terlepas oleh berbagai masalah dan resiko kegagalan di dalamnya, dengan kemampuan untuk memotivasi diri inilah yang menjadikan individu mampu untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi yang mungkin saja terjadi. 2) Mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan. Dengan kecerdasan emosional yang dimiliki, seorang individu pasti mempunyai kemampuan untuk dapat mengelola emosi dan perasaan yang ada dalam dirinya dengan baik. Jika ia memiliki suatu keinginan dan dorongan dari dalam hatinya, hal tersebut tidak serta merta membuatnya tergopoh untuk menuruti hal tersebut. Tetapi cenderung untuk bisa memilah dan memikirkannya secara logis, tidak hanya sebatas menuruti hawa nafsu yang ada. 3) Mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir. Dengan kemampuan untuk mengatur suasana hati, seorang individu dapat menguasai emosi diri sedemikian sehingga berdampak positif, kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sesuatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi. Jika ia mengalami permasalahan ataupun tekanan, maka ia akan dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
bangkit dengan segera dan menjadikan hal tersebut sebagai batu loncatan agar dapat mendapatkan yang lebih baik lagi. 4) Berempati dan berdoa. Dengan empati individu akan mampu merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami persepektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai macam orang. Selain itu sebagai makhluk yang ber-Tuhan, patilah kiranya jika semua yang dilakukan tidak lepas dari kuasa-Nya. Hal ini menjadikan individu senantiasa mengingat Tuhannya sebagai penguasa diri dan semua yang ada di sekitarnya. 2.
Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan yaitu penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan dapat dijadikan sebagai pendukung dalam sebuah penelitian baru. Berikut ini penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang peneliti ungkapkan: Penelitian I, dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri Siswa Baru di MAN Tempursari Ngawi”. Hasil dari korelasi kecerdasan emosional siswa MAN Tempursari Ngawi menunjukkan nilai rhit 0,198. Dari tabel yang terdapat dalam penelitian tersebut, diketahui nilai N adalah 51 dan nilai rtabel adalah 0.163. Dikatakan signifikan atau mempunyai hubungan apabila r hitung lebih besar dari pada r tabel. R hitung dari hasil korelasi memiliki nilai rhit 0,198 < rtabel adalah 0.163, berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif yang siginifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa. Berdasar hasil perhitungan analisis regresi, hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini tidak dapat diterima atau ditolak yaitu karena tidak terdapat hubungan positif yang signifikan
antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa. Artinya
kecerdasan emosional pada siswa tidak memiliki hubungan (tidak berkorelasi) dengan penyesuaian diri.
(Hanum Rohmatul Laily Amar, 2009 “Hubungan Antara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Kecerdasan Emosional dengan Penyesuaian Diri Siswa Baru di MAN Tempursari Ngawi” halaman 106). Penelitian II, dengan judul “Hubungan Kecerdasan Emosi dan Interaksi Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa Kelas VIII Program Akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta”. Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini, diperoleh koefisien determinasi sebesar 0,692 atau 62,9% dan hasil uji simultan p-value 0,000<0,05, artinya signifikan. Sedangkan F hitung 39,924 > hasil F table 3,25 artinya signifikan. Berdasar hasil perhitungan analisi regresi tersebut maka hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima yaitu terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial. Hal ini berarti kecerdasan emosi dan interaksi teman sebaya dapat digunakan sebagai predictor untuk memprediksi penyesuaian sosial. Hasil analisi hipotesis kedua menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasan emosi dengan penyesuaian sosial menyatakan adanya hubungan (rxIy) sebesar 0,756 dan p < 0,05. Jadi hipotesis kedua yang menyatakan terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian sosial dapat diterima. Hasil analisis hipotesis ketiga menunjukkan nilai korelasi antara variabel interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial (rx2y) menyatakan adanya hubungan antara interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial dapat diterima. Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan penyesuaian sosial siswa, ada hubungan positif yang signifikan antara interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial siswa, ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi dan interaksi teman sebaya dengan penyesuaian sosial siswa. Artinya, kecerdasan emosi dan interaksi teman sebaya mempunyai hubungan dengan penyesuaian sosial pada siswa. (Ahmad Asrori,2009 “Hubungan Kecerdasan Emosi dan Interaksi Teman Sebaya dengan Penyesuaian Sosial pada Siswa Kelas VIII Program Akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta” halaman 105-107).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
3. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang dipakai untuk menjelaskan kejadian-kejadian yang diteliti dan diamati. Kerangka pemikiran merupakan arahan untuk dapat sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, karena kerangka penelitian merupakan alur pikir yang digunakan peneliti yang digambarkan secara menyeluruh dan sistematis. Keterampilan Sosial (X1) sebagai variabel independen atau variabel bebas diperkirakan mempunyai hubungan dalam Penyesuaian Diri (Y) siswa kelas XI.IPS SMA N 2 Wonogiri. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor sangat penting ketika seorang individu dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian diri. Jika seorang individu di masa awal dan saat berjalan proses penyesuaian dirinya dapat menempatkan dirinya secara baik dan tepat sesuai dengan bagaimana kondisi serta iklim yang ada di dalam lingkungan di mana dia berada, dapat membaur dengan baik kepada semua anggota yang ada di dalamnya, serta berusaha untuk tidak memunculkan berbagai permasalahan selama penyesuaian dirinya berlangsung, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki suatu keterampilan diri yang cukup untuk dapat menyelesaikan penyesuaian dirinya dengan sempurna. Kecerdasan Emosional (X2) sebagai variabel independen atau variabel bebas diperkirakan mempunyai hubungan dalam Penyesuaian Diri (Y) Siswa kelas XI.IPS SMA N 2 Wonogiri. Selama masa perkembangannya, sebagai bagian dari perkembangan aspek emosi, remaja juga semakin menyadari tentang bagaimana keadaan dirinya dan keadaan orang lain. Hal semacam ini mendorong berkembangnya
perasaan-perasaan
afektif
terhadap
orang
lain,
termasuk
pemahamannya terhadap nilai-nilai, dan perasaan-perasaan idealistik lainnya. Emosi sebagai salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah afektif. Aspek psikologis ini sangat berperan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan dalam hubungan dengan orang lain pada khususnya. Emosi pun memiliki hubungan yang sangat besar terhadap aspek-aspek kehidupan yang lain, seperti sikap, perilaku, serta penyesuaian terhadap pribadi dan sosial yang dilakukan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Keterampilan Sosial (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) secara bersamasama diperkirakan mempunyai hubungan dalam Penyesuaian Diri (Y) siswa. Dengan adanya kemampuan seorang individu dalam penguasaan keterampilan sosial dan kecerdasan emosional, maka dipastikan individu tersebut selain dapat memahami bagaimana dia harus berperilaku sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya, individu tersebut juga mempunyai kemampuan untuk dapat mengerti apa yang sebenarnya di inginkan oleh lingkungan sosial di mana dia berada. Hal demikian menjadikan individu mampu untuk mengatur emosi dan keadaan dirinya sehingga apa yang dilakukannya tidak bertentangan dengan kaidah atau ketetapan yang berlaku. Dengan demikian akan menciptakan suatu kondisi di mana terbentuk suasana yang kondusif dan sehingga individu tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya secara baik. Keterampilan Sosial (X1) Penyesuaian diri (Y) Kecerdasan emosional (X2)
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
4. Perumusan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji melalui kegiatan penelitian. Perumusan hipotesis yang peneliti kemukakan sebagai berikut: 1.
Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa pada kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
2.
Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
3.
Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Wonogiri. Sekolah tersebut bertempat di Jl. Nakula V, Kecamatan Wonokarto, Kabupaten Wonogiri. Adapun alasan yang melatar belakangi peneliti di dalam memutuskan sekolah tersebut menjadi lokasi penelitian adalah: a. Tersedianya data yang diperlukan dalam penelitian ini. b. Adanya keterbukaan dari pihak sekolah sehingga memperlancar peneliti dalam mengumpulkan data yang dipergunakan dan sesuai dengan masalah yang diteliti. c. Di SMA Negeri 2 Wonogiri belum pernah diadakan penelitian dengan masalah yang sama. d. SMA Negeri 2 Wonogiri adalah tempat peneliti menempuh jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas selama 3 tahun sehingga diharapkan dapat memperlancar dalam proses pengambilan data. 2. Waktu penelitian Penelitian ini direncanakan dilakukan dalam waktu lebih kurang enam bulan, yaitu dimulai dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012. Waktu penelitian terbagi dalam tahap persiapan, pelaksanan dan penyusunan laporan penelitian. Tahap persiapan antara lain terdiri dari proses penyusunan proposal dan pengurusan perizinan. Dalam tahap pelaksanaan peneliti melakukan eksperimen dengan pengumpulan data yang dibutuhkan serta melakukan analisis terhadap data tersebut, dan kemudian dilanjutkan dengan penyusunan laporan penelitian. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian secara lebih terperinci adalah sebagai berikut:
41
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Kegiatan
Bulan Feb „12
Mar „12
Apr „12
Mei „12
Juni „12
Juli „12
Proposal Revisi Proposal Mengurus perizinan Konsultasi Bab I,II,III Penyusunan instrument dan angket penelitian Melakukan try out angket Menganalisis hasil try out dan merevisi angket Penyusunan hasil akhir angket penelitian Pelaksanaan eksperimen Analisis data hasil eksperimen Penyusunan laporan Tabel 3.1. Jadwal Waktu Pelaksanaan Penelitian
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk memperoleh kebenaran secara ilmiah yang dilakukan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
suatu pengetahuan. Untuk memperoleh kebenaran tersebut, suatu penelitian perlu menggunakan metode ilmiah yang tepat agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan. Metode/ metodologi berasal dari kata “metode” yang berarti cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan „logos” yang berarti ilmu atau pengetahuan. Hadari
Nawawi
(1995:24)
menjelaskan
bahwa
“Ilmu
yang
memperbincangkan tentang metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran pengetahuan disebut metodologi penelitian atau metodologi research”. Pengertian tersebut mengandung pengertian bahwa metodologi penelitian merupakan sebutan bagi semua ilmu yang mempelajari tentang cara atau metode ilmiah yang digunakan oleh peneliti untuk menggali kebenaran dari sebuah pengetahuan. Jadi setiap jenis penelitian yang dilakukan pada dasarnya memiliki teknik atau metode tersendiri dan berbeda antara satu dengan yang lainnya guna menemukan hasil penelitian yang benar-benar valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Sumadi Suryabrata (2004:73-94), membagi berbagai macam metode atau rancangan penelitian ke dalam beberapa jenis, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Penelitian Historis (Historical Research) Penelitian Deskriptif (Descriptive Research) Penelitian Perkembangan (developmental research) Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study And Field Research) Penelitian Korelasional (Correlational Research) Penelitian Kausal-Komparatif (Causal-comparative Research) Penelitian Eksperimental-Sungguhan (True-Experimental Research) Hal tersebut akan dijelaskan oleh penulis sebagai berikut:
1. Penelitian Historis (Historical Research) Tujuan penelitian histonis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifisi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
2. Penelitian Deskriptif (Descriptive Research) Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk membuat suatu pendeskripsian dalam suatu penelitian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktafakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. 3. Penelitian Perkembangan (developmental research) Tujuan penelitian perkembangan adalah untuk menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu. 4. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study And Field Research). Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat. 5. Penelitian Korelasional (Correlational Research) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi sejauh mana variasivariasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. 6. Penelitian Kausal-Komparatif (Causal-comparative Research) Tujuan penelitian kausal-komparatif adalah untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara: berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Hal ini berlainan dengan metode eksperimental yang mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol. 7. Penelitian Eksperimental-Sungguhan (True-Experimental Research) Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
8. Penelitian Eksperimental-Semu (Quasi-Experimental Research) Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. 9. Penelitian Tindakan (Action Research) Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain.
Sukardi (2007;157-214), membagi penelitian menjadi beberapa jenis, yaitu; 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Penelitian Deskriptif Penelitian Ex-posfacto Penelitian Eksperimen Penelitian Survei Penelitian Sejarah Penelitian Tindakan Hal tersebut akan penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Penelitian Deskriptif Merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan suatu objek sesuai dengan keadaannya yang apa adanya. Pada umumnya bertujuan untuk melakukan penggambaran secara sistematis fakta serta karakteristik objek penelitian secara tepat. 2. Penelitian Ex-posfacto Sesuai dengan namanya ex-posfacto, yang berarti dari apa dikerjakan setelah kenyataan”, penelitian ini bertujuan meneliti variabel-variabel bebas yang telah terjadi ketika peneliti memulai pengamatan terhadap variabel terikat di dalam suatu penelitian. Penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Penelitian korelasi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih. b. Penelitian kausal komparatif Pada penelitian ini variabel yang diteliti, baik variabel penyebab dan variabel yang dipengaruhi diteliti dan kemudian diselidiki dengan cara dirunut kembali. 3. Penelitian Eksperimen Pada dasarnya penelitian eksperimen merupakan penelitian dengan metode yang sistematis guna membangun hubungan yang mengandung hubungan sebab akibat. Dalam penelitian ini variabel yang ada, baik variabel bebas atau terikat, sudah ditentukan oleh peneliti sejak awal penelitian secara tegas. 4. Penelitian Survei Merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan mengumpulkan data pada waktu tertentu dengan mendeskripsikan keadaan objek penelitian pada waktu tertentu, mengidentifikasikan keadaan yang sedang terjad serta menentukan hubungan pada sesuatu yang hidup di antara keadaan spesifik yang terjadi. 5. Penelitian Sejarah Merupakan jenis penelitian yang menggambarkan dan mendeskripsikan suatu keadaan atau kejadian di masa lampau yang kemudian digunakan sebagai suatu bahan pembelajaran pada masa sekarang. 6. Penelitian Tindakan Adalah suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dalam mengorganisasi suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari dan melakukan pengamatan terhadap pengalaman yang mereka lalui. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian korelasional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Adanya hubungan dan tingkat variasi pada variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam hal ini berkaitan dengan informasi tentang objek atau subjek penelitian mengenai hubungan antar variabel yaitu keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dan penyesuaian diri dengan menggunakan teknik angket dan dokumentasi. Peneliti menggunakan metode penelitian korelasional ini dikarenakan metode jenis ini cocok dilakukan mengingat dalam penelitian ini terdapat variabel yang tak dapat diteliti dengan metode eksperimental seta data-data yang digunakan kemungkinan tidak dapat dimanipulasikan. Metode korelasional memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan dapat menunjukkan berhubungan yang ada di dalamnya secara serentak serta sesuai dengan keadaan realistiknya. Kemudian hasil yang didapat diharapkan benar-benar menunjukkan taraf atau tinggi rendahnya hubungan dan keterkaitan antar variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu variabel keterampilan sosial, kecerdasan emosional, dan penyesuaian diri siswa. Langkah pokok yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan metode penelitian korelasional tersebut adalah; 1.
Mendefinisikan masalah.
2.
Melakukan penelaahan kepustakaan.
3.
Rancangkan cara pendekatannya:
4.
Indentifikasikan variabel-variabel yang relevan;
5.
Tentukan subyek yang sebaik-baiknya;
6.
Pilih atau susun alat pengukur yang cocok;
7.
Pilih metode korelasional yang cocok untuk masalah yang sedang digarap.
8.
Pengumpulan data.
9.
Analisis data yang telah terkumpul dan buat interpretasinya.
10. Menuliskan laporan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi
Di dalam suatu penelitian, pengambilan individu sebagai subjek yang diteliti menjadi hal yang sangat penting. Populasi di dalam suatu penelitian merupakan sekumpulan individu yang menjadi objek yang diteliti mengenai aspek-aspek yang ada di dalam kelompok tersebut. Aspek-aspek yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah aspek keterampilan sosial, aspek kecerdasan emosional, dan aspek penyesuaian diri. Berikut pengertian populasi yang disampaikan oleh beberapa ahli: Hadari
Nawawi
(1995:141)
menyatakan
bahwa
“Populasi
adalah
keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhtumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik yang tertentu di dalam suatu penelitian”. Menurut pendapat tersebut dapat diartikan bahwa populasi merupakan keseluruhan unit baik manusia, hewan, serta benda lainnya yang dapat dianalisis dan mempunyai ciri-ciri khusus tertentu dan dapat digunakan sebagai sumber data dalam suatu penelitian. Jadi dengan demikian peneliti harus berhati-hati dalam memasukkan populasi yang hendak diteliti dalam spesifikasi-spesifikasi tertentu. Sukardi (2007:53), menjelaskan bahwa “Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian”. Pendapat tersebut mengandung makna bahwa populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian, baik yang terdiri dari manusia, hewan, ataupun benda yang digunakan sebagai target dari suatu penelitian dan kesemua subjek penelitian tersebut berada di dalam suatu wilayah atau satu tempat tertentu secara bersamaan serta nantinya akan menjadi hasil penarikan kesimpulan akhir dari penelitian yang dilakukan. Sudjana dalam Purwanto (2008:241) mengatakan bahwa “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun hasil mengukur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
baik kualitatif maupun kuantitatif dari karakteristik mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas”. Yang dimaksudkan populasi dalam hal ini adalah keseluruhan dari sekelompok objek yang ditentukan oleh peneliti sebagai objek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu yang sama dan jelas dan dianggap memiliki syarat yang memadai untuk digunakan sebagai sumber data dalam suatu penelitian, baik penelitian yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan obyek baik manusia, hewan, tumbuhan, ataupun benda lainnya yang berada dalam satu wilayah tertentu yang mempunyai karakteristik dan ciri khusus serta sifat yang sama dan dapat digunakan sebagai sumber data dalam suatu penelitian baik penelitian tersebut bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 138 siswa yang terbagi ke dalam empat kelas yaitu XI.IPS 1, XI.IPS 2, XI.IPS 3, dan XI.IPS 4. Peneliti memilih kelas XI sebagai populasi penelitian dikarenakan siswa siswi di kelas tersebut memiliki kondisi yang relatif stabil dalam artian mereka telah melakukan suatu proses interaksi dan adaptasi dalam jangka waktu yang dirasa cukup dengan lingkungannya, baik di rumah, masyarakat, dan terutama di sekolah. Serta dimungkinkan mereka dapat menjadi gambaran dari variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 2.
Sampel
Dalam suatu penelitian ada kalanya tidak semua anggota dari populasi dapat diamati. Hal ini dikarenakan jumlah pupolasi yang sangat banyak, serta keterbatasan dalam hal biaya, waktu dan tenaga. Untuk itu perlu adanya suatu pembatasan dengan menetapkan jumlah sampel yang representatif yang dapat mewakili populasi. Sugiyono (2005:56), menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dari pendapat tersebut peneliti mengambil kesimpulan bahwa sampel merupakan sebagian dari jumlah populasi yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat mewakili populasi tersebut. Jadi dari keseluruhan jumlah populasi yang ada di dalam penelitian di ambil sebagian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
atau beberapa yang dianggap dapat mewakili karakter atau sifat dari populasi tersebut dan kemudian sampel ini nantinya akan menjadi sumber data dalam penelitian yang dilakukan. Hadari Nawawi (1995:144) berpendapat “Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian”. Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa sampel merupakan sebagian kecil dari keseluruhan jumlah populasi, yakni bahwa tidak semua jumlah anggota dari populasi tersebut akan digunakan atau diteliti dalam suatu penelitian melainkan hanya sebagian atau beberapa saja dari jumlah populasi yang ada dan kemudian digunakan sebagai sumber data pada penelitian tersebut. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah anggota di dalam suatu populasi yang digunakan untuk mewakili populasi tersebut dan dijadikan sebagai objek serta sumber data dalam penelitian dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu. Dalam hal ini sampel penelitian adalah siswa-siswi kelas XI IPS SMA N 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012 sebanyak 50 orang. Peneliti mengambil sampel tersebut dikarenakan menurut peneliti sampel yang diambil sudah sesuai dengan jumlah populasi yang ada, bersifat representatif dan dapat mewakili serta menggambarkan karakteristik populasi yang ada dalam penelitian ini.
D. Teknik Pengambilan Sampel Untuk memperoleh sampel dalam penelitian, maka digunakan teknik sampling agar jumlah sampel sesuai dengan jumlah populasi yang ada. Besar kecilnya pengambilan sampel, pada prinsipnya tidak ada peraturan yang mutlak untuk menentukan ukuran sampel. Jumlah sampel juga banyak tergantung pada faktorfaktor seperti biaya, fasilitas, waktu yang tersedia, jumlah populasi yang ada atau bersedia untuk dijadikan sampel serta tujuan dari penelitian. Sutrisno Hadi (2000:75) menyatakan bahwa “Sampling adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel”. Hal tersebut berarti bahwa teknik sampling commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengambil atau menentukan jumlah sampel yang akan diteliti. Hal ini dikarenakan dalam sebuah penelitian, jumlah populasi biasanya tidak dikenai penelitian secara keseluruhan, tapi hanya sebagian saja yang sering disebut sebagai sampel. Dari pendapat tersebut di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa sampling merupakan sebuah teknik atau cara yang digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah sampel yang akan mewakili jumlah populasi dalam sebuah penelitian. Dalam pengambilan sampel hal yang perlu diperhatikan adalah sifat dan penyebaran populasi agar nantinya diperoleh sampel yang representative. Dengan demikian, diharapkan sampel yang didapat dapat mewakili populasi yang ada karena nantinya hasil penelitian ini yang akan ditarik kesimpulannya dan dapat menggambarkan keadaan dari populasi tersebut. Sampel yang representative diperoleh dengan teknik tertentu yang dinamakan teknik sampling. Menurut Sutrisno Hadi (2004:183-189) pada dasarnya teknik sampling dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) Teknik Random Sampling Dengan randomisasi dimaksudkan mengambil individu sebagai sampel dari suatu populasi secara random. Dalam teknik random ini setiap individu di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari sampel. Cara-cara yang digunakan dalam teknik random sampling ini adalah: a) Cara undian Cara undian ini juga disebut dengan cara mekanik. Seperti namanya, teknik sampling ini dilakukan dengan cara melakukan undian. Dengan cara pengundian ini memungkinkan tidak akan terjadi kemunculan nama yang sama untuk kedua kalinya. Namun, cara ini akan sulit dilakukan jika jumlah subjek dalam populasi terlalu banyak dan / atau peneliti tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah individu dalam populasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
yang ditelitinya tersebut. Ada dua cara yang dapat dilakukan dalam proses pengambilan sampel secara undian ini, yaitu; (1) Undian dengan pengembalian Teknik undian dengan pengembalian dilakukan dengan cara mengundi seluruh anggota populasi penelitian sehingga akan didapatkan salah satu sampel, dan kemudian sampel yang sudah keluar tersebut dikembalikan lagi dan diikutsertakan kembali dalam proses pengundian selanjutnya. Proses pengundian dengan cara pengembalian ini lebih baik digunakan karena dengan teknik ini akan diperoleh hasil dengan intensitas ketetapan pengembalian sampel yang tetap. (2) Undian tanpa pengembalian Teknik undian tanpa pengembalian disebut juga dengan simpel random sampling, dalam teknik ini individu yang telah keluar dalam proses undian tidak akan diikutkan lagi dalam proses pengundian selanjutnya, maka dari itu tidak akan ada kemungkinan muncul nama yang sama untuk kedua kali. Dalam teknik ini setiap sampel dalam populasi mempunyai satu kali kesempatan untuk di jadikan sampel. b) Cara ordinal Cara ini dilakukan dengan menyusun subjek ke dalam suatu daftar dan kemudian mengambil nama-nama individu yang berada pada urutan dengan nomor ganjil ataupun genap, dengan nomor kelipatan angka tiga, kelipatan angka lima dan sebagainya, sebagai sampel dalam penelitian tersebut. c) Randomisasi dari tabel bilangan random Cara ini adalah cara yang paling banyak digunakan oleh para ahli statistik dan peneliti, dikarenakan prosedurnya yang sangat sederhana dan juga mempunyai resiko penyelewengan yang sangat kecil. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Dilakukan dengan membuat daftar subjek dengan nomor urut dan kemudian peneliti menjatuhkan ujung pensil secara sembarang pada tabel bilangan random. Selanjutnya diambil dua angka yang berdekatan dengan jatuhnya ujung pensil untuk mengidentifikasi sampel yang pertama. 2) Teknik Non Random Sampling Dalam teknik non random sampling, tidak semua individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel penelitian. Teknik ini dapat dibagi ke dalam beberapa jenis, antara lain; a) Stratified Sampling Digunakan jika populasi terdiri dari golongan-golongan yang mempunyai susunan bertingkat. Yang perlu diperhatikan adalah berapa banyak strata yang ada di dalam populasi tersebut dan selanjutnya tiap strata harus mempunyai perwakilan dalam sampel penelitian. b) Purposive Sampling Dalam teknik purposive sampling, pemilihan sekelompok subjek dialkukan dengan memperhatikan ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang memiliki hubungan dengan ciri dan sifat populasi yang telah diketahui sebelumnya. c) Quota Sampling Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan quota sampling adalah penetapan jumlah subjek yang akan diteliti dan siapa yang akan diinterview atau yang menjadi responden dalam penelitian. Selanjutnya data tersebut akan diserahakan kepada sebuah tim yang bertugas untuk mengumpulkan informasi-informasi yang dibutuhkan dalm penelitian. d) Incidental Sampling Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara memilih anggota sampel berdasarkan siapa saja atau apa saja yang secara kebetulan ditemui pada tempat dan waktu tertentu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
e) Proportional Sampling Proportional mengambil
Sampling sampel
adalah
yang
teknik
terdiri
yang
dari
dilakukan
sub-sub
sampel
dengan yang
pertimbangannya mengikuti pertimbangan sub-sub populasi. Dalam artian bahwa besarnya sampel ditentukan atau tergantung dari besar kecilnya tiap sub populasi. f) Area Sampling Teknik ini dilakukan dengan membagi daerah-daerah populasi menjadi sub-sub populasi, dan sub populasi ini dibagi lagi kedalam daerah yang lebih kecil yang apabila diperlukan maka daerah kecil ini dapat dibagi lagi kedalam daerah-daerah yang lebih kecil lagi. Adapun besarnya subjek yang akan diteliti dari masing-masing daerah tersebut tidak dapat ditetapkan secara umum melainkan tergantung kepada situasi yang sedang dialami oleh peneliti. g) Cluster Sampling Merupakan teknik atau cara memilih sampel bukan berdasar pada sifat individual, melainkan lebih cenderung didasarkan pada kelompok atau daerah yang secara alami terkumpul secara bersama. h) Double Sampling Teknik ini digunakan apabila penelitian menggunakan angket yang dikirimkan dengan menggunakan jasa pos sebagai usaha penampungan bagi mereka yang tidak mengembalikan angket. Responden yang telah mengembalikan daftar angket dimasukkan kedalam sampel pertama, sedangkan responden yang tidak mengembalikan daftar angket dimasukkan ke dalam sampel kedua. Pengumpulan data dari sampel kedua dapat ditempuh dengan jalan interview. i) Combined Sampling Beberapa
dari
keseluruhan
teknik
sampling
di
atas,
dapat
dikombinasikan sehingga menjadi sampling kombinasi. Semisal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
stratified
sampling
memperhatikan
proporsi
dari
tiap
strata,
samplingnya menjadi proporsional stratified sampling. Jika seterusnya pemilihan subjek dalam setiap strata dilakukan dengan teknik random sampling, nama samplingnya menjadi proportional stratified random sampling. Peneliti menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 35% dari jumlah populasi karena menyesuaikan dengan jumlah populasi sebanyak 138 responden. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini didapat sebanyak 48,3 yang kemudian dibulatkan menjadi 50 orang siswa. Perhitungan tersebut berdasarkan teori dari Suharsimi Arikunto (2006:134), yang menyatakan bahwa pengambilan sampel untuk populasi di atas 100 maka sampelnya diambil antara 10%-15% atau 20%-25%, atau lebih. Maka dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 35% atau 50 orang. Untuk mendapatkan sampel tersebut, dalam penelitian ini digunakan teknik random sampling type undian dengan pengembalian. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dalam teknik dengan randomisasi ini dilakukan dengan mengambil individu sebagai sampel dari suatu populasi secara random. Dalam teknik random ini setiap individu di dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi bagian dari sampel. Peneliti menggunakan teknik random sampling ini dikarenakan diharapkan keseluruhan individu yang diteliti merupakan individu yang termasuk ke dalam populasi, serta kesemuanya memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Sampel yang nantinya diperoleh merupakan perwakilan dari keseluruhan populasi yang ada yang tersebar rata dalam kelas-kelas yang menjadi objek dalam penelitian ini. Selain itu peneliti menggunakan teknik tersebut dikarenakan dengan teknik ini diperoleh hasil dengan intensitas ketetapan pengembalian sampel yang tetap serta akan diperoleh hasil penelitian dengan keakurasian yang tinggi. Cara yang dilakukan peneliti dalam melakukan teknik ini adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
1. Menentukan jumlah populasi yang dapat ditemui dalam penelitian, yaitu keseluruhan siswa kelas XI.IPS 1, XI.IPS 2, XI.IPS 3, dan XI.IPS 4 sejumlah 138 orang. 2. Membuat daftar semua anggota populasi yang diurutkan dari siswa pertama di kelas XI.IPS 1 dengan nomor urut 1 sampai dengan siswa terakhir di kelas XI.IPS 4 dengan nomor urut 138. 3. Menuliskan nomor urut 1 sampai dengan 138 tersebut masing-masing dalam selembar kertas kecil, digulung, dan kemudian masukkan ke dalam kotak yang telah diberi lubang penarikan. 4. Kotak berisi nomor tersebut kemudian di kocok sampai gulungan kertas keluar. 5. Ambil gulungan kertas yang keluar kemudian catat nomornya pada kertas ataupun kolom yang telah disediakan, nomor anggota yang keluar adalah mereka yang ditunjuk sebagai sampel penelitian. Setelah dicatat kembalikan lagi gulungan kertas tersebut ke dalam kotak dan proses pengocokan kembali dilakukan. 6. Jika nomor yang sudah keluar sebelumnya kemudian muncul lagi pada proses pengundian selanjutnya, nomor tersebut dikembalikan lagi ke dalam kotak dan tidak dimasukkan ke dalam daftar sampel. Dalam proses pengundian ini ada beberapa nomor yang keluar beberapa kali, yaitu: Nomor Urut 86 12 28 65 87 111 102 77 52 69 129
Frekuensi kemunculan 4 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
109 2 68 2 Tabel 3.2 Tabel Frekuensi Nomor yang Keluar Ulang dalam Pengundian 7. Keseluruhan jumlah pengundian pada teknik sampling yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 69 kali pengundian. Namun, dikarenakan ada beberapa nomor yang keluar beberapa kali, proses pengundian dilakukan sampai jumlah yang dibutuhkan terpenuhi yaitu sejumlah 50 nomor yang selanjutnya digunakan sebagai sampel penelitian. Berdasar hasil dalam pengambilan sampel secara random dengan prosedur pengundian tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut: Undian ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Hasil urutan Undian keHasil urutan nomor nomor 86 26 77 81 27 135 80 28 52 12 29 69 68 30 14 28 31 103 7 32 122 132 33 17 65 34 25 87 35 129 82 36 106 111 37 96 43 38 57 91 39 120 102 40 3 92 41 92 88 42 101 10 43 8 128 44 24 78 45 30 53 46 40 109 47 9 19 48 30 22 49 42 33 50 108 Tabel 3.3. Hasil Pengundian Sampel Penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Persebaran sampel yang diperoleh dalam pengundian tersebut di atas, dapat disajikan sebagai berikut: Kelas
Jumlah Sampel
XI.IPS 1
16
XI.IPS 2
9
XI.IPS 3
14
XI.IPS 4
11
Jumlah
50
Tabel 3.4. Persebaran Sampel di Masing-masing Kelas
E. Pengumpulan Data 1. Sumber Data Dalam penelitian ini data mengenai keterampilan sosial, kecerdasan emosional dan penyesuaian diri diambil dari siswa kelas XI IPS SMA N 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. 2.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh peneliti guna memperoleh data yang diinginkan dan diburuhkan dalam suatu penelitian dengan menggunakan alat tertentu. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan yang benar dan dapat dipercaya. Menurut Suhasmi Arikunto (2006:223) teknik pengumpulan data dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Test Instrument berupa tes ini dapat digunakan untukmengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. 2. Non Test terdiri atas; a. Angket atau kuesioner.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
Merupakan teknik pengumpulan data melalui pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh responden. b. Interview Suatu bentuk pengumpulan data dengan melakukan proses Tanya jawab secara langsung dengan responden. c. Observasi Merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat nonverbal dengan mengoptimalkan penggunaan indera visual dan indera lainnya seperti pendengaran, rabaan, dan penciuman sebagai pendukung. d. Dokumentasi Merupakan metode pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sehubungan dengan masalah penelitian yang diangkat oleh penulis, maka metode angket dipakai sebagai metode pokok dan metode dokumentasi digunakan sebagai metode bantu. a.
Teknik angket atau kuesioner
1) Pengertian Angket Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui pertanyaan yang harus dijawab secara tertulis oleh responden. Beberapa pengertian angket menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: a) Burhan Bungin (2005:123) berpendapat bahwa “Angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim untuk diisi oleh responden”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa angket atau kuesioner adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan serangkaian daftar pertanyaan yang kemudian diberikan kepada responden sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
kemudian didapatkan jawaban dari responden atas pertanyaan yang diajukan tersebut. b) Y. Slamet (2006:94) menjelaskan bahwa “Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengukur suatu gejala tertentu atau konsep tertentu yang langsung diisi oleh responden”. Maksud dari pengertian tersebut adalah bahwa kuesioner merupakan suatu cara atau teknik mengumpulkan data di dalam penenlitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berisi daftar pertanyaan tertulis dan diberikan kepada responden, sehingga data yang berhasil dikumpulkan adalah berupa jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa angket adalah suatu teknik atau cara pengumpulan data dalam suatu penelitian penyelidikan suatu masalah dengan memberikan pertanyaan kepada responden atau subjek penelitian untuk mendapatkan informasi, keterangan, tanggapan atau hal lain yang diketahui secara tertulis yang terkumpul melalui angket dan merupakan jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. 2) Jenis-jenis Angket Angket atau koesioner merupakan suatu daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan data atau jawaban dari pertanyaan tersebut. Secara umum, angket menghendaki suatu bentuk keterangan atau jawaban berupa fakta yang diberikan oleh responden. Angket atau kuesioner dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung pada sudut pandangnya. Jenis-jenis angket menurut Suharsimi Arikunto (2002:142) adalah: a) Dipandang dari cara menjawab. (1) Kuesioner terbuka yaitu angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga member kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan jawaban responden sendiri. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
(2) Kuesioner tertutup yaitu angket yang disajikan sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda check (√) pada kolom yang tersedia sehingga responden tinggal memilih. b) Dipandang dari jawaban yang diberikan. (1) Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya. (2) Kuesioner tidak langsung yaitu apabila responden menjawab tentang orang lain. c) Dipandang dari bentuknya. (1) Kuesioner pilihan ganda yaitu kuesioner yang sama dengan model kuesioner tertutup. (2) Kuesioner isian yaitu kuesioner yang sama dengan kuesioner terbuka. (3) Check
list
dengan
sebuah
daftar
sehingga
responden
tinggal
menumbuhkan tenda check (√) pada kolom yang sesuai. (4) Rating scale (scala bertingkat) yaitu sebuah pertanyaan yang diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukan tingkatan. Misalnya mulai dari tingkat setuju sampai ke tingkat tidak setuju. Dalam penelitian ini jenis angket atau kuesioner yang digunakan adalah angket tertutup. Diharapkan dengan menggunakan angket jenis tersebut dapat memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan dari peneliti, karena responden tinggal memilih jawaban dari opsi pertanyaan yang diungkap oleh peneliti. 3) Langkah-Langkah Menyusun Angket Di dalam suatu penenlitian, penyusunan angket tentu saja harus dilakukan secara sistematis atau berurutan. Langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti dalam menyusun angket sebagai berikut: a) Menyusun Instrumen Penelitian Instrument yang digunakan di dalam penelitian ini adalah angket, dan jenis angket yang digunakan adalah angket langsung yang sifatnya tertutup. Angket commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
akan diberikan langsung kepada responden dan disediakan beberapa pilihan jawaban yang harus dijawab oleh responden tersebut. b) Menyusun kisi-kisi angket Penyususnan
kisi-kisi
instrument
diperlukan
untuk
memeperjelas
permasalahan yang akan dituangkan dalam angket untuk memepermudah pembuatan butir-butir pertanyaan dalam angket. c) Menyusun angket Angket yang akan dibagikan kepada responden dapat disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menetapkan tujuan dari penyusunan angket. Di dalam penelitian ini tujuan penyusunan angket bertujuan untuk memperoleh data tentang keterampilan sosial, kecerdasan emosional, dan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri. (2) Menetapkan aspek yang ingin diungkap. Di dalam penelitian, dalam melakukan hal ini maka diperlukan adanya kisi-kisi di dalam angket. Kisi-kisi dibuat berdasarkan indicator yang telah dibuat sebelumnya dan kemudian disesuaikan dengan lingkup permasalahan yang akan dikaji atau tujuan yang ingin dicapai. (3) Menentukan jenis dan bentuk angket. Di dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah bentuk angket langsung yang sifatnya tertutup. Angket akan langsung diberikan kepada responden dan di dalam angket telah disediakan pilihan jawaban, sehingga hal ini akan memudahkan responden dalam memberikan jawabannya. (4) Membuat butir pertanyaan yang diberikan dan sekaligus disertai alternatif jawaban. Pembuatan angket yang terdiri dari pertanyaan dan pilihan jawaban tetap mengacu pada kisi-kisi angket. Adapun bentuk instrument yang diberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
kepada responden diantaranya berisi item-item pertanyaan, surat pengantar angket, dan petunjuk serta pedoman pengisian angket. (5) Membuat scoring atau penilaian angket. Dalam penyusunan angket ini menggunakan skala likert. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang diinginkan peneliti dari objek penelitian dengan cara mengajukan pertanyaan kepada responden. Dan kemudian responden diminta untuk memberikan jawaban dalam skala yang telah ditentukan. Misalnya saja dengan pernyataan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sukardi (2007:147-148) menjelaskan cara pemberian bobot nilai sebagai berikut: Bentuk item positif; (a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 4 (b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 3 (c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 2 (d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 1 Bentuk item negatif: (a) Alternatif jawaban A, mempunyai bobot nilai 1 (b) Alternatif jawaban B, mempunyai bobot nilai 2 (c) Alternatif jawaban C, mempunyai bobot nilai 3 (d) Alternatif jawaban D, mempunyai bobot nilai 4 4) Uji Coba (Try Out) Angket Setelah angket selesai disusun, maka langkah selanjutnya adalah menguji cobakan angket tersebut melalui try out guna mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Tujuan dari dilakukannya try out atau uji coba ini adalah untuk mendapatkan angket yang benar-benar valid. Di dalam penelitian ini, try out akan dilakukan di SMA N 2 Wonogiri, pada kelas XI IPS tahun ajaran 2011/2012 dengan responden sebanyak 36 siswa. Sutrisno Hadi (2006:166), menjelaskan bahwa tujuan diadakannya try out adalah;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
a)
Untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya.
b) Untuk meniadakan penggunaan kata-kata yang terlalu asing, terlalu akademik, atau kata-kata yang menimbulkan kecurigaan. c)
Untuk memperbaiki pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilewati atau hanya menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
d) Untuk menambah item yang sangat perlu atau meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan research. b. Teknik Dokumentasi Dalam penelitian ini selain menggunakan teknik angket, peneliti juga menggunakan teknik analisis dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan teknik pencarian data yang menelaah catatan atau dokumentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1998:148) yang mengemukakan bahwa “Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulel rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Metode dokumentasi memiliki kelebihan antara lain: 1) Sumber data dapat diperoleh dengan mudah melalui catatan yang ada. 2) Dapat membantu pelaksanaan metode yang lain. 3) Dengan biaya,tenaga dan waktu yang sedikit dapat memperoleh datayang diperlukan. Metode dokumentasi memiliki kekurangan antara lain: 1) Data yang diperoleh ada kemungkinan bukan data yang sebenarnya karena catatan itu dapat dipengaruhi oleh si pencatat. 2) Kejadian yang lalu belum tentu sesuai dengan masalah yang dihadapi. Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi adalah: 1) Lebih mudah mendapatkan data karena data sudah tersedia dan menghemat waktu. 2) Data yang diperoleh dapat dipercaya dan mudah menggunakannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
3) Pada waktu yang relatif singkat dapat diperoleh data yang diinginkan, data dapat ditinjau kembali jika diperlukan. Jadi teknik dokumentasi dalam penelitian ini merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh data yang berupa nama-nama siswa sebagai sampel dalam penelitian ini.
F. Validasi Instrumen Data 1.
Uji Validitas Angket
Suharsimi (2006:168), menjelaskan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”. Dengan demikian suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang berhasil terkumpul tidak menyimpang dari batas validitas yang dimaksud.Dalam penelitian ini untuk menguji kevalidan digunakan rumus product moment :
√
(Suharsimi, 2006:170) Keterangan: : koefisien korelasi antara x dan y n
: jumlah subjek uji coba
∑X
: jumlah skor butir angket untuk variable x
∑Y
: jumlah skor butir angket untuk variable y
∑XY : jumlah perkalian antara skor X dan Y commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
: jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran variabel X ∑Y2
:
jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran variabel Y
Kriteria uji validitas tersebut adalah jika p>0,5 maka dapat disimpulkan bahwa item soal pengujian adalah valid, sebaliknya jika p<0,5 maka item soal pengujian dinyatakan tidak valid. Adapun hasil dari uji validitas dan reliabilitas adalah sebagai berikut: a)
Variabel Keterampilan Sosial (X1) Dari hasil analisis butir (item) soal pada angket yang diujicobakan menunjukkan bahwa dari 40 item soal didapat 35 soal valid dan 5 soal tidak valid. Soal yang dinyatakan valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 40. Sedangkan item yang dinyatakan tidak valid adalah soal nomor 6, 15, 22, 28, 35.
b) Variabel Kecerdasan Emosional (X2) Dari hasil analisis butir (item) soal pada angket yang diujicobakan menunjukkan bahwa dari 40 item soal didapat 38 soal valid dan 2 soal tidak valid. Soal yang dinyatakan valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40. Sedangkan item yang dinyatakan tidak valid adalah soal nomor 8 dan 27. c)
Variabel Penyesuaian Diri (Y) Dari hasil analisis butir (item) soal pada angket yang diujicobakan menunjukkan bahwa dari 40 item soal didapat 33 soal valid dan 7 soal tidak valid. Soal yang dinyatakan valid adalah soal nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 38, 39, 40. Sedangkan item yang dinyatakan tidak valid adalah soal nomor5, 9, 14, 22, 28, 34, 37.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
2.
Uji reliabilitas
Selain harus valid, suatu kuesioner juga harus reliable. Reliable menunjukan kemampuan memberikan hasil pengukuran yang relative tetap. Menurut Suharsmi Arikunto (2002:154) “Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument itu sudah baik”. Suatu instrument dikatakan reliable apabila hasil pengukuran yang didapatkan dengan instrument tersebut menunjukkan hasil yang sama jika dilakukan pada orang-orang yang berbeda, baik dalam waktu yang bersamaan ataupun dalam waktu yang berbeda.
Menurut Sukardi (2007:354) uji realibilitas dibagi menjadi: a) Realibilitas Test-Retest Merupakan derajat yang menunjukkan suatu konsistensi hasil dari sebuah test dari waktu ke waktu. Test-retest menunjukkan suatu variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan suatu test yang dilakukan dua kali atau lebih, sebagai akibat kemungkinan terjadinya suatu kesalahan dalam pengukuran. Reliabilitas diukur dari koefisien antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan maka instrument tersebut sudah dinyatakan reliable. b) Realibilitas Ekuivalen Reliabilitas ekuivalen pada umumnya menggambarkan suatu bentuk konsistensi alternative yang dapat menunjukkan variasi skor yang terjadi dari bentuk test satu dengan bentuk lainnya. Realibilitas instrument dihitung dengan cara mengkorelasikan antara data instrument yang satu dengan data instrument yang dijadikan ekuivalen. Jika hasil koefisien ekuivalen tinggi, berarti test memiliki reliabilitas ekuivalen baik, sebaliknya apabila koefisiennya rendah maka realibilitas ekuivalen tes rendah. c) Reliabilitas Belah Dua commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Reliabilitas belah dua ini termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi internal, yang dimaksud konsistensi internal adalah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajegan dalam tes. Reliabilitas belah dua ini pelaksanaannya hanya memerlukan waktu satu kali. Jika hasil koefisien korelasi tinggi maka tes mempunyai tingkat relabilitas baik, dan begitu pula sebaliknya jika hasil koefisien rendah maka tes mempunyai tingkat reliabilitas kurang. Untuk mengukur atau menghitung tingkat reliabilitas instrument dalam penelitian ini digunakan rumus alpha belah dua konsistensi interval rumus KR21 sebagai berikut: {
}{
}
(Suharsimi, 2006:189) Keterangan: : reliabilitas instrument : banyaknya butir pertanyaan / soal : mean skor total : variants total Jika ρ < 0,050 maka dapat disimpulkan bahwa hasil pengukuran reliable sebaliknya jika ρ > 0,050 maka hasil pengukuran adalah tidak reliable. Batas koefisien korelasi reliable adalah sebagai berikut: 0,00 Sampai 0,20 : korelasi yang rendah sekali 0,20 – 0,40
: korelasi yang rendah tapi ada
0,40 – 0,70
: korelasi yang sedang
0,70 – 0,90
: korelasi yang tinggi
0,90 – 1,00
: korelasi yang tinggi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
G. Analisis Data Analisis dapat dilakukan dengan tujuan menyederhanakan data yang sudah diperoleh ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Untuk menganalisa data yang terkumpul digunakan teknik analisis statistik. Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi ganda. (Sugiyono, 2009:275), menyatakan bahwa analisa regresi ganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variable dependen (kriterium),bila dua atau lebih variable independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya), jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variable independennya minimal 2. Peneliti menggunakan teknik analisis regresi ganda ini dikarenakan; 1. Karena di dalam penelitian ini terdapat dua variabel predictor dan satu variabel kriterium. 2. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui hubungan antar prediktor dengan kriterium, dan sekaligus dapat mengetahui taraf signifikansi di dalam hubungan tersebut. 1. Uji Prasyarat Analisis Langkah-langkah yang diperlukan dalam penelitian ini untuk menguji persyaratan analisis regresi ganda meliputi: a. Pengambilan Sampel secara Random Penelitian atau observasi lapangan harus independen, dan independensi dilakukan melalui pengambilan sampel secara random atau acak. Di dalam penelitian ini metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode random sampling dengan cara undian type undian dengan pengembalian. b. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran suatu variabel acak berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
(Sutrisno Hadi, 2001:346) Keterangan: X2 ; koefisien chi kuadrat fo
: jumlah frekuensi yang telah diperoleh
fh
: jumlah frekuensi yang diharapkan
Jika p>0,05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal, sebaliknya jika p<0,05 maka data yang diperoleh tidak berdistribusi normal. c. Uji Linieritas Uji liniearitas regresi merupakan uji signifikansi perbedaan garis regresi yang sebenarnya (didukung dari data yang diperoleh) dengan garis regresi teoritis. Untuk mengujinya dapat menggunakan uji F yang didasari pendekatan variansi. Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apa ada hubungan antara variable bebas dengan variable terikat. Rumus yang digunakan adalah; ⌊
⌋
(Rochman Natawidjaja, 1988:48-49) Keterangan :
n : banyak sampel yang digunakan k : banyak baris atau lajur skor / kelas interval yang digunakan r : koefisien korelasi antara kedua perangkat skor yang bersangkutan
Untuk menguji F digunakan derajat kebebasan (dk) sebesar (k-2) dan (n-k), sedangkan yx =
dihitung dengan rumus:
Sy 1/Sy (Untuk regresi Y atas X)
atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
xy =
Sx 1/Sx (Untuk regresi X atas Y)
Keterangan : Sy 1 : simpangan baku skor-skor Y yang diperkirakan berdasarkan skor-skor X Sx 1 : simpangan baku skor-skor X yang diperkirakan berdasar skor-skor Y Sy dan Sx : simpangan baku skor-skor Y dan simpangan baku skor-skor X d. Uji Homosedastisitas Duwi Priyatno (2010:83), menyatakan bahwa “Heterosedastisitas adalah keadaan di mana tidak terjadi kesamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi”. Uji Heterosedastisitas ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya kesamaan varian pada residual yang terdapat dalam model regresi tersebut. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi ini adalah ada tidaknya masalah heterosedastisitas. Metode yang biasa digunakan dalam pengujian antara lain adalah Uji Spearman Rho, Uji Gletjer, Uji Park, dan melihat pola grafik regresi. e. Data Harus Berskala Interval Yang dimaksudkan di sini adalah data yang terdapat di dalam penelitian ini menunjukkan adanya jarak antara data satu dengan data lainnya, serta tidak memiliki nilai nol mutlak. 2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis ini menggunakan uji regresi ganda. Adapun langkah yang dilakukan dalam pengujian hipotesis penelitian ini adalah: a. Uji hipotesis antara X
dengan Y digunakan rumus:
√{
} (Sutrisno Hadi, 2001:25)
Keterangan: N
: jumlah data observasi
x
: variabel predictor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
y
: variabel kriterium
rx1.y
: koefisien korelasi x1 dan y
b. Uji hipotesis antara X2 dengan Y digunakan rumus: √{
}
(Sutrisno Hadi, 2001:25) Keterangan: N
: jumlah data observasi
x
: variabel predictor
y
: variabel kriterium
rx2.y
: koefisien korelasi x1 dan y
c. Uji hipotesis antara X dan X₂ terhadap Y dengan rumus regresi ganda menggunakan rumus berikut ini: √
(Sutrisno Hadi, 2001:25) Keterangan : : koefisien korelasi antara Y dengan X dan X₂ : koefisien predictor X : koefisien predictor X₂ : jumlah produk antara X dengan Y : jumlah produk antara X₂ dengan Y : jumlah kuadrat kriterium Y
Jika p (probabilitas) <0,01 = disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan. Jika p (probabilitas) <0,05 = disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Jika p (probabilitas) <0,15 = disimpulkan bahwa ada hubungan yang cukup signifikan. Jika p (probabilitas) <0,30 = disimpulkan bahwa ada hubungan yang kurang signifikan. Jika p (probabilitas) >0,30 = disimpulkan bahwa ada hubungan yang tidak signifikan. d. Persamaan Garis Regresi 1) Persamaan Regresi Linier Sederhana; Rumus persamaan regresi linier sederhana antara X1 dengan Y Y‟ = bo + b1X1 Rumus persamaan regresi linier sederhana antara X2 dengan Y Y‟ = bo + b2X2 2) Persamaan regresi Linier Ganda Rumus persamaan regresi untuk dua predictor adalah; Y‟ = bo+b1X1+b2X2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian tentang hubungan antara Keterampilan Sosial (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y) Kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012, meliputi tiga macam data, yaitu: 1. Keterampilan Sosial yang berasal dari data skor angket responden. 2. Kecerdasan Emosional yang berasal dari skor angket responden. 3. Penyesuaian Diri Siswa yang berasal dari skor angket responden Penelitian ini mengandung 3 variabel data. Data tersebut dapat dilihat sebagai berikut: Uraian N
Valid Missing
Mean Median Mode Std. Deviation Range/ interval Minimum Maximum
Keterampilan Sosial
Kecerdasan Emosional
50 0 110.58 109.00 110.00 9.76267 43.00 94.00 137.00
Penyesuaian diri
50 0 115.56 114.00 114.00 9.34412 43.00 99.00 142.00
50 0 98.10 96.00 95.00 9.51315 40.00 83.00 123.00
. Tabel 4.1 Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ( Skor data yang diperoleh dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 146).
Ketiga data tersebut, berdasar hasil yang diperoleh dalam penelitian akan dijelaskan sebagai berikut; 1. Deskripsi Data tentang Keterampilan Sosial Keterampilan Sosial dalam keluarga dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X1). Dari perhitungan analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS commit to user 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
versi 15.0 for windows diperoleh hasil distribusi data statistic yang dapat disajikan sebagai berikut: a. Mean
: 110,58
b. Median
: 109,00
c. Modus
: 110,00
d. SB
: 9,76
e. SR
: 43,00
f. Nilai terendah : 94,00 g. Nilai tertinggi : 137,00 ( Skor data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 146).
Distribusi frekuensi data Keterampilan Sosial disajikan dalam tabel sebagai berikut: Variant 130-138 121-129 112-120 103-111 94-102 Total
f Fx fx2 f% fk%-naik 3 402,00 53.868,00 6,00 100,00 4 500,00 62.500,00 8,00 94,00 9 1.044,00 121.104,00 18,00 86,00 25 2.675,00 286.225,00 50,00 68,00 9 882,00 86.436,00 18,00 18,00 50 5503,00 610.133,00 100,00 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Keterampilan Sosial (X1)
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut: Variabel Keterampilan Sosial
Mean 110,58
Median 109,00
Modus 107,00
SB 9,76
SR 43,00
Min 94,00
Max 137,00
Tabel 4.3. Deskriptif Data Keterampilan Sosial (X1) (Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 149). Berdasar tabel sebaran frekuensi variabel keterampilan sosial, dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-4 pada interval 103111. Dengan jumlah prosentase sebesar 50%. Selanjutnya diikuti kelas ke-3 dan ke-5 pada interval 112-120 dan 94-102 dengan prosentase masing-masing 18%. Kemudian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
diikuti oleh kelas ke-2 pada interval 121-129 dengan prosentase sebesar 8%. Dan sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas ke-1 pada interval 130-138 dengan jumlah prosentase 3%. Penyebaran data disajikan dalam grafik sebagai berikut:
Grafik 4.1. Grafik Histogram Keterampilan Sosial (X1)
2. Deskripsi Data tentang Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X2). Dari perhitungan analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS versi 15.0 for windows diperoleh hasil distribusi data statistik yang dapat disajikan sebagai berikut; a. Mean
: 115,56
b. Median
: 114,00
c. Modus
: 114,00
d. SB
: 9,34
e. SR
: 43,00 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
f. Nilai terendah : 99,00 g. Nilai tertinggi : 142,00 ( Skor data dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 146).
Distribusi frekuensi data Kecerdasan Emosional disajikan dalam tabel sebagai berikut: Variant f Fx fx2 f% fk%-naik 135-143 3 417,00 57.963,00 6,00 100,00 126-134 5 650,00 84.500,00 10,00 94,00 117-125 9 1.089,00 131.769,00 18,00 84,00 108-116 23 2.576,00 288.512,00 46,00 66,00 99-107 10 1.030,00 106.090,00 20,00 20,00 Jumlah 50 5.762,00 668.834,00 100,00 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Kecerdasan Emosional (X2) Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut: Variabel Kecerdasan Emosional
Mean 115,56
Median 114,00
Modus 114,00
SB 9,34
SR 43,00
Min 99,00
Max 142,00
Tabel 4.5. Deskriptif Data Kecerdasan Emosional (X2) (Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 150). Berdasar tabel sebaran frekuensi variabel kecerdasan emosional, dapat diketahui bahwa responden paling banyak berada di kelas ke-4 pada interval 108-116 dengan prosentase sebanyak 46%. Kemudian diikuti oleh kelas ke-5 pada interval 99107 dengan jumlah prosentase 20%. Selanjutnya diikuti responden pada kelas ke-3 pada interval 117-125 dengan prosentase 18%, kemudian diikuti oleh kelas ke-2 pada interval 126-134 dengan jumlah prosentase 10%. Responden paling sedikit berada pada kelas ke-1 pada interval 135-143 dengan prosentase sebesar 3%. Penyebaran datanya dapat dilihat dalam histogram sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Grafik 4.2. Grafik Histogram Kecerdasan Emosional (X2)
3. Deskripsi Data tentang Penyesuaian Diri Siswa Penyesuaian Diri Siswa dalam penelitian ini adalah variabel terikat (Y). Dari perhitungan analisis deskriptif dengan bantuan program SPSS versi 15.0 for windows diperoleh hasil distribusi data statistik yang dapat disajikan sebagai berikut: a. Mean
: 98,10
b. Median
: 96,00
c. Modus
: 95,00
d. SB
: 9,51
e. SR
: 40,00
f. Nilai terendah
: 83,00
g. Nilai tertinggi
: 123,00
( Skor data dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 146).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
Distribusi frekuensi data Penyesuaian Diri disajikan dalam tabel sebagai berikut: Variant
f
fx
fx2
f%
fk%-naik
118-124
1
121,00
14.641,00
2,00
100,00
111-117
7
798,00
90.972,00
14,00
98,00
104-110
2
214,00
22.898,00
4,00
84,00
97-103
15
1.605,00
129.735,00
30,00
80,00
90-96
17
1.581,00
147.033,00
34,00
50,00
83-89
8
688,00
59.168,00
16,00
16,00
Jumlah
50
5007,00
464.447,00
100,00
-
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Penyesuaian Diri Siswa (Y) Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut: Variabel Penyesuaian Diri
Mean 98,10
Median 96,00
Modus 95,00
SB 9,51
SR 40,00
Min 83,00
Max 123,00
Tabel 4.7. Deskriptif Data Penyesuaian Diri Siswa (Y) (Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 151). Berdasar tabel sebaran frekuensi variabel penyesuaian diri siswa, maka dapat diketahui bahwa responden paling banyak menempati kelas ke-5 yaitu pada interval 90-96 dengan prosentase sebesar 34% selanjutnya diikuti oleh kelas ke-4 pada interval 97-103 dengan jumlah prosentase 30%. Kemudian diikuti kelas ke-6 pada interval 83-89 dengan prosentase 16%. Selanjutnya diikuti oleh kelas ke-2 pada interval 111-117 dengan prosentase 14%, dan selanjutnya diikuti kelas ke-3 pada interval 104-110 dengan jumlah prosentase 4%. Sedangkan responden paling sedikit berada pada kelas ke-1 pada interval 118-124 dengan prosentase sebesar 2%. Penyebaran datanya dapat dilihat dalam histogram berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Grafik 4.3. Grafik Histogram Penyesuaian Diri Siswa (Y)
B. Pengujian Persyaratan Analisis Uji regresi mempersyaratkan dipenuhinya asumsi-asumsi, asumsi yang harus dipenuhi di dalam uji regresi di antaranya meliputi: 1. Penelitian dan obeservasi lapangan harus independen. Independensi dilakukan dengan melalui pengambilan sampel secara random. 2. Data hasil penelitian harus berdistribusi normal, untuk itu dilakukan uji normalitas data. 3. Hubungan antara variabel bebas dan variabel taut harus linier, untuk itu perlu dilakukan uji linieritas hubungan antara variabel bebas dengan variabel taut. 4. Populasi dari distribusi normal harus memiliki mean yang Homosedastis. 5. Datanya minimal harus berskala interval. Asumsi-asumsi ini akan dijelaskan dalam uraian sebagai berikut: 1. Pengambilan Sampel secara Random Untuk pengambilan sampel secara random telah dijelaskan di Bab sebelumnya yaitu di Bab III, Subbab D. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
2. Uji Normalitas Ho
: Sebaran data berdistribusi normal.
Ha
: Sebaran data berdistribusi tidak normal. Kriteria uji jika p > 0,05 Ho diterima maka sebaran data yang diperoleh
berdistribusi normal. Sedangkan apabila p < 0,05 Ho ditolak maka data yang diperoleh berdistribusi tidak normal. Berikut tabel uji normalitas data X1, X2, dan Y: Test Statistics a,b
Chi-Square df Asymp. Sig.
x1 18.040 26 .874
x2 18.040 26 .874
y 25.000 24 .406
Tabel 4.8. Uji Normalitas Variabel Keterampilan Sosial, Kecerdasan .
Emosional, dan Penyesuaian Diri
.
a.
Uji Normalitas Variabel X1 Pada uji normalitas X1 (keterampilan sosial) dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: x2 = 18,040 p = 0,874 Hasil tersebut menunjukkan bahwa p > 0,50 yaitu 0,874 > 0,50 maka Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil dari populasi data tersebut berdistribusi normal. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 152).
b.
Uji Normalitas Variabel X2 Pada uji normalitas X2 (Kecerdasan Emosional), dilakukan perhitungan sesuai dengan rumus dan dari perhitungan tersebut diperoleh hasil: x2 = 18,040 p
= 0,874
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Hasil tersebut menunjukkan bahwa p > 0,05 yaitu 0,874 > 0,050 maka Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil dari populasi data tersebut berdistribusi normal. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 152). c.
Uji Normalitas Variabel Y Pada uji normalitas Y (Penyesuaian Diri) dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut: x2 = 25,000 p
= 0,406
Hasil tersebut menunjukkan bahwa p > 0,05 yaitu 0,406 > 0,050 maka Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel yang diambil dari populasi data tersebut berdistribusi normal. (Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 152). 3. Uji Linieritas dan Keberartian Dengan adanya hasil uji linieritas maka dapat diketahui apakah ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun dalam hal ini pengujian meliputi: a. Kriteria Pengujian Persyaratan Linieritas Sebelum menguji liniertas dari masing-masing variabel, perlu membuat kriteria persyaratan linieritas sebagai berikut; Ho
: bentuk hubungan garis regresi antara variabel bebas dan variabel terikat adalah linier.
Ha
: bentuk hubungan garis regresi antara variabel bebas dan variabel terikat adalah tidak linier. Untuk menetapkan linier atau tidaknya distribusi data, digunakan
kriteria sebagai berikut: Jika p > 0,05 maka data dalam penelitian memiliki korelasi yang linier. Jika p < 0,05 maka data dalam penelitian korelasinya tidak linier. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
b. Uji Linieritas Variabel Keterampilan Sosial (X1) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y) Berdasar hasil uji linieritas antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa, diperoleh p = 0,505 karena p > 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa keterampilan sosial dan penyesuaian diri siswa mempunyai korelasi yang linier. Hasil uji linieritas keterampilan sosial dan penyesuaian diri siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: ANOVA Table
y * x1 Between Groups
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
Within Groups Total
Sum of Squares 3311.167 2093.871 1217.296 1123.333 4434.500
df 26 1 25 23 49
Mean Square 127.353 2093.871 48.692 48.841
F 2.608 42.872 .997
Sig. .012 .000 .505
Tabel 4.9. Rangkuman Uji Linieritas X1 dengan Y (Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 153). c. Uji Linieritas Variabel Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y) Berdasar hasil uji linieritas antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa, diperoleh p = 0,266 karena p > 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional dan penyesuaian diri siswa mempunyai korelasi yang linier. Hasil uji linieritas keterampilan sosial dan penyesuaian diri siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini: ANOVA Table
y * x2 Between Groups
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
Within Groups Total
Sum of Squares 3413.283 1972.781 1440.503 1021.217 4434.500
df 26 1 25 23 49
Mean Square 131.280 1972.781 57.620 44.401
F 2.957 44.431 1.298
Tabel 4.10 Rangkuman Uji Linieritas X2 dengan Y commit to user
Sig. .005 .000 .266
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10 halaman 153). 4. Mean yang Homosedastisitas Ho
: varian antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat homosedastis.
Ha
: varian antara variabel bebas dengan variabel terikat bersifat heterosedastis.
Kriteria uji, Ho diterima jika p > 0,05 dan Ho ditolak jika p < 0,05. Rangkuman hasil analisis Homosedasitas Rho Spearman diperoleh hasil yang ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut: ANOVAb
Model 1
Regression
Sum of Squares 27.038
2
Mean Square 13.519
Residual
1010.862
47
21.508
Total
1037.900
49
df
F .629
Sig. .538 a
.
Tabel 4.11. Rangkuman Analisis Uji Homosedastis
.
(Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 154). 5. Data Harus Berskala Interval Deskripsi data penelitian ini masing-masing variabel disajikan dalam skala interval. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam sajian deskripsi data hasil penelitian. C. Pengujian Hipotesis Dari uji asumsi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, diketahui bahwa data hasil penelitian memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi. Berikut ini akan dijelaskan mengenai uji regresi yang telah dilakukan : 1. Menghitung Koefisien Korelasi Sederhana antara X1 dan Y ; X2 dan Y Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat tabel kerja matriks interkorelasional, sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
r X1 X2 Y X1 1,000 0,859 0,687 p 0,000 0,000 0,000 X2 0,859 1,000 0,667 p 0,000 0,000 0,000 Y 0,687 0,667 1,000 p 0,000 0,000 0,000 Tabel 4.12. Rangkuman Matriks Interkorelasi a. Koefisien Korelasi sederhana antara Keterampilan Sosial (X1) dengan Penyesuaian diri (Y) Ho
:
Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan
sosial dengan penyesuaian diri siswa. Ha
:
Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial
dengan penyesuaian diri siswa. Setelah membuat tabel kerja selanjutnya diperoleh hasil sebagai berikut: rx1y = 0,687 p
= 0,000
( Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 155). Karena nilai probabilitas < 0,01, maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini terbukti bahwa ”Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri, pada kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012” dinyatakan diterima. Dan bahkan hubungan antara variabel keterampilan sosial dengan penyesuaian diri hasilnya sangat signifikan, hal ini dikarenakan hasil p<0,01. b. Koefisien Korelasi sederhana antara Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian diri (Y) Ho
:
Tidak ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan
emosional dengan penyesuaian diri siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
Ha
: Ada
hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional
dengan penyesuaian diri siswa. Setelah membuat tabel kerja selanjutnya diperoleh hasil sebagai berikut: rx2y = 0,667 p
= 0,000
( Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 155). Karena nilai probabilitas < 0,01, maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis pertama dalam penelitian ini terbukti bahwa ”Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012” dinyatakan diterima. Dan bahkan
hubungan
antara
variabel
kecerdasan
emosional
dengan
penyesuaian diri hasilnya sangat signifikan, hal ini dikarenakan hasil p<0,01. 2. Koefisien Korelasi Berganda antara
Keterampilan Sosial (X1) dan
Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian diri (Y) Ho
: Tidak
ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial
dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa. Ha
: Ada
hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dan
kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa. Setelah membuat tabel kerja selanjutnya diperoleh hasil sebagai berikut: R = 0,859 ( Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 12 halaman 155) Karena nilai R sebesar 0,859 maka dapat disimpulkan bahwa korelasi antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional secara bersama-sama pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
penyesuaian diri siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012 sebesar 0,859. 3. Persamaan Garis Regresi Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat tabel koefisien sebagai berikut: Coeffi ci entsa
Model 1
(Constant) x1 x2
Unstandardized Coef f icients B St d. Error 16.736 12.314 .425 .198 .298 .207
St andardized Coef f icients Beta .436 .292
t 1.359 2.149 1.441
Sig. .181 .037 .156
a. Dependent Variable: y
Tabel 4.13. Coefficients (Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 156).
Setelah itu diperoleh persamaan garis regresi sebagai berikut: a. Persamaan Regresi Linier Sederhana 1) Persamaan Regresi Linier Sederhana antara Keterampilan Sosial (X1) dengan Penyesuaian diri (Y). Y’ = bo + b1X1 Y’ = 16,736 + 0,426 (X1) (Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 156). Artinya bahwa: a) Konstanta 16,736 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada Keterampilan Sosial (X1), maka Penyesuaian Diri Siswa (Y) yang dicapai siswa sebesar 16,736.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
b) Koefisien regresi 0,426 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu unit
Keterampilan
Sosial
(X1)
maka
akan
meningkatkan
Penyesuaian Diri Siswa (Y) sebesar 0,426. Adapun garis regresi yang menunjukkan hubungan antara Keterampilan Sosial (X1) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y) ditunjukkan sebagai berikut: PENYESUAIAN DIRI 130
120
110
100
90 Observed 80
Linea r
90
100
110
120
130
140
KETERAMPILAN SOSIAL
Grafik 4.4 Garis Regresi antara Keterampilan Sosial (X1) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y) (Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 157). 2) Persamaan Regresi Linier Sederhana antara Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian diri (Y). Y’ = bo + b2X2 Y’ = 16,738 + 0,298 (X2) ( Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 156). Artinya :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
a) Konstanta 16,736 dapat diartikan bahwa apabila tidak ada Kecerdasan Emosional (X2) maka Penyesuaian Diri Siswa (Y) yang dicapai siswa sebesar 16,736. b) Koefisien regresi 0,298 X, menyatakan bahwa setiap kenaikan satu unit Kecerdasan Emosional (X2) maka akan meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa (Y) sebesar 0,298. Adapun garis regresi yang menunjukkan hubungan antara Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y) ditunjukkan sebagai berikut: PENYESUAIAN DIRI 130
120
110
100
90 Observed 80
Linea r
90
100
110
120
130
140
150
KECERDASAN EMOSI ONAL
Grafik 4.5 Garis Regresi antara Kecerdasan Emosional (X2) dengan Penyesuaian Diri Siswa (Y) (Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 15 halaman 159). b. Persamaan Regresi Linier Ganda Analisis ini digunakan dan dimaksudkan untuk mengetahui kontribusi variabel keterampilan sosial, kecerdasan emosional, dan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Y’ = bo+b1X1+b2X2 Y’ = 16,736+0,426(X1)+0,298(X2) Dari persamaan regresi di atas, dapat dijelaskan beberapa hal, sebagai berikut: a) Koefisien 16,736 menyatakan bahwa apabila tidak ada Keterampilan Sosial (X1) dan Kecerdasan Emosional (X2) yang tinggi, maka Penyesuaian Diri Siswa (Y) sebesar 16,736. b) Koefisien regresi X1=0,426 menyatakan bahwa setiap penambahan satu unit Keterampilan Sosial (X1) akan meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa (Y) sebesar 0,426. c) Koefisien regresi X2=0,298 menyatakan bahwa setiap penambahan satu unit Kecerdasan Emosional (X2) akan meningkatkan Penyesuaian Diri Siswa (Y) sebesar 0,298. Berdasar pernyataan tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rata-rata Penyesuaian Diri Siswa (Y) akan meningkat atau menurun sebesar 16,736. Dalam hal ini untuk setiap peningkatan atau penurunan satu unit Keterampilan Sosial (X1) akan meningkatkan atau menurunkan Penyesuaian Diri Siswa sebesar 0,426. Demikian pula halnya dengan Kecerdasan Emosional, setiap terjadi peningkatan atau penurunan satu unit Kecerdasan Emosional (X2) akan meningkatkan atau menurunkan Penyesuaian Diri Siswa (Y) sebesar 0,298.
D. Pembahasan Analisis Data Setelah dilakukan analisi data untuk pengujian hipotesis maka pembahasan analisis data adalah sebagai berikut: 1. Hubungan antara keterampilan sosial (X1) dengan penyesuaian diri siswa (Y). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
2. Hubungan antara kecerdasan emosional (X2) dengan penyesuaian diri siswa (Y). 3. Hubungan antara keterampilan sosial (X1) dan kecerdasan emosional (X2) dengan penyesuaian diri siswa (Y). Adapun penjelasan dari masing-masing pembahasan hasil analisis data tersebut di atas adalah sebagai berikut: 1. Hubungan antara keterampilan sosial (X1) dengan penyesuaian diri siswa (Y). Hipotesis yang berbunyi ”Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012” diterima, karena variabel keterampilan sosial diperoleh rx1y = 0,687 dengan nilai signifikansi (ρ) sebesar 0,000. Dan sesuai dengan kriteria pengujian menunjukkan hasilnya bahkan sangat signifikan dikarenakan hasil p<0,01. Dengan memiliki kemampuan yang tinggi dalam penguasaan keterampilan sosial, akan menjadikan seorang individu mudah melakukan proses penyesuaian diri di manapun dia berada. Saat terjun ke dalam lingkungan sosialnya, kemampuan untuk dapat memahami bagaimana kondisi di sekitarnya serta bagaimana harus bertindak sesuai dengan keadaan tersebut akan menjadi sangat penting untuk dimiliki. Hal tersebut termasuk ke dalam keharusan seorang individu untuk dapat beradaptasi sehingga dapat diterima oleh orang-orang di tempat di mana dia sedang berada. Dalam melakukan interaksi dengan orang di sekitarnya, tentu saja seorang individu tidak akan lepas dari berbagai macam konflik yang mungkin saja muncul. Selain itu pastilah kiranya jika lingkungan yang sedang ia tempati pada satu waktu memiliki berbagai macam nilai, norma, serta peraturan yang harus ditaati siapapun yang ingin diterima menjadi salah satu anggota di dalamnya. Oleh karena itu penguasaan terhadap keterampilan sosial sangatlah penting dalam proses adaptasi seorang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
individu, sehingga ia dapat berlaku dengan baik dan benar serta pada akhirnya akan membawanya pada suatu posisi di mana ia akan diterima dengan baik oleh lingkungan sosialnya. Keterampilan sosial seakan menjadi suatu kebutuhan dasar bagi seorang individu untuk melakukan hubungan dengan orang lain. Memasuki lingkungan masyarakat di luar lingkungan keluarganya, seorang individu pasti akan menemui banyak orang dengan berbagai macam karakter yang mereka miliki. Agar dapat berinteraksi dan berhubungan secara baik dengan kesemuanya seorang anak harus memiliki beberapa kemampuan, di antaranya adalah kemampuan untuk berkomunikasi, penyelesaian masalah yang adaptif, tanggung jawab tinggi, dan menghargai keberadaan orang lain. Jika kesemua hal tersebut dimiliki oleh seorang individu dalam melakukan interaksi dengan orang lain, pastilah ia dapat diterima dengan baik yang artinya
proses
penyesuaian
dirinya
mengalami
keberhasilan.
Jadi,
keterampilan sosial memiliki hubungan yang positif dengan penyesuaian diri siswa. 2. Hubungan antara kecerdasan emosional (X2) dengan penyesuaian diri siswa (Y). Hipotesis yang berbunyi ”Ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012” diterima, karena variabel kecerdasan emosional diperoleh rx2y = 0,667 dengan nilai signifikansi (ρ) sebesar 0,000. Dan sesuai dengan kriteria pengujian menunjukkan hasilnya bahkan sangat signifikan dikarenakan hasil p<0,01. Seseorang dengan kecerdasan emosional yang baik dipastikan akan dapat melakukan proses adaptasi terhadap lingkungannya lebih dibandingkan dengan mereka yang kurang memiliki kecerdasan dalam emosionalitasnya. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan dapat memahami perasaan apa yang sedang dirasakan serta mengontrol commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
emosi agar tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Selain dapat memahami perasaannya sendiri, individu dengan kecerdasan emosional akan lebih mudah dalam memahami perasaan yang sedang dirasakan oleh orang lain di sekitarnya sehingga apa pun yang dilakukan tidak akan menimbulkan benih perselisihan dengan orang lain tersebut. Empati atau kepeduliannya dengan individu lain sangat tinggi, sehingga mempunyai hubungan yang terbina dengan baik. Kecerdasan emosional menjadikan individu mampu untuk mengenali dan kemudian menginterpretasikan apa yang ia rasakan melalui cara yang tepat tanpa harus merugikan dirinya ataupun orang lain. Serta bagaimana individu tersebut menjalankan perannya sebagai makhluk sosial, dengan segala permasalahan yang ada di dalamnya guna mencapai suatu bentuk kesuksesan dalam hidup. Peranan orang tua sangat penting dalam hal ini, karena jika orang tua dapat menciptakan suatu bentuk pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya pasti proses pertumbuhan dan perkembangan yang mereka alami akan berjalan dengan baik, termasuk di dalamnya adalah perkembangan psikologis yang berkaitan dengan kecerdasan emosionalnya. Dengan kemampuan emosionalnya tersebut, seorang siswa dengan kecerdasan emosional yang tinggi, pasti akan dapat menyesuaikan dirinya dengan baik. Tidak hanya pada saat ia sedang berada di rumah bersama dengan keluarga, tetapi juga pada saat ia berada di sekolah dan di tengah-tengah masyarakat. Jadi, kecerdasan emosional memiliki hubungan positif dengan penyesuaian diri siswa. 3. Hubungan antara keterampilan sosial (X1) dan kecerdasan emosional (X2) dengan penyesuaian diri siswa (Y). Hipotesis yang berbunyi ”Ada hubungan positif yang signifikan antara keterampilan sosial (X1) dan kecerdasan emosional (X2) dengan penyesuaian diri siswa (Y) kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012” diterima, karena variabel kecerdasan emosional commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
diperoleh rx2y = 0,859 dengan nilai signifikansi (ρ) sebesar 0,000 dan F = 22,990. Sesuai dengan kriteria pengujian menunjukkan hasilnya bahkan sangat signifikan dikarenakan hasil p<0,01. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap tingkat kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Keterampilan sosial bermanfaat bagi proses adaptasi seorang individu. Penguasaan terhadap keterampilan sosial sangat berguna dikarenakan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan, seorang individu diharuskan mampu berlaku sesuai dengan apa yang menjadi keinginan dari lingkungan sosialnya tersebut. Jika individu memahami betul bagaimana keadaan yang ada di sekitarnya, maka secara otomatis ia pasti akan mengerti perlakuan apa yang harus ia lakukan agar sesuai dengan semua peraturan, norma, dan nilai yang berlaku. Kemampuan untuk memahami tersebut lah yang di sebut dengan keterampilan sosial seorang individu dalam beradaptasi. Keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dapat menjadi suatu bentuk faktor pendukung untuk meningkatkan kemampuan seorang individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam penyesuaian diri, kecerdasan emosional sangat diperlukan dikarenakan dengan mempunyai kecerdasan tersebut seorang individu pasti akan mampu diterima dengan baik oleh lingkungan sosialnya. Dengan kecerdasan emosional seorang individu pasti akan memiliki kemampuan untuk memahami bagaimana perasaan yang sedang ia rasakan, memahami bagaimana keadaan orang lain, dan berlaku sesuai dengan apa yang ia ketahui tersebut. Jika seorang individu memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka secara tidak langsung ia akan menjadi pribadi / individu yang baik dan pasti orang-orang di sekitarnya pasti akan mau menerimanya dengan baik pula. Penyesuaian diri atau proses adaptasi pasti tidak akan pernah bisa terlepas dari kehidupan sosial seorang individu. Dalam menjalani commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
kehidupannya sebagai makhluk sosial pasti individu tidak akan pernah terlepas dari keberadaan individu yang lain. Dan agar dapat diterima oleh individu lain di sekitarnya, individu tersebut harus bisa melakukan adaptasi atau penyesuaian diri di manapun ia berada. Dengan demikian dua faktor tersebut yaitu antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional secara bersama-sama mempunyai korelasi yang positif dengan penyesuaian diri siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa rx1y = 0,687 dan ρ = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara keterampilan sosial dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik, maka dipastikan dia mampu untuk melakukan penyesuaian dirinya dengan baik pula. 2. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa rx2y = 0,667 dan ρ = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Dengan tingkat kecerdasan emosional yang baik, menjadikan seorang siswa mampu untuk menyesuaikan dirinya dengan baik pula di manapun ia berada. 3. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa Ry(x1,2) = 0,859 dan ρ = 0,000. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara keterampilan sosial dan kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri siswa kelas XI.IPS SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012. Siswa yang memiliki keterampilan sosial yang baik dan didukung dengan kecerdasan emosional, pasti mampu melakukan adaptasi atau penyesuaian diri dengan baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat.
96 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
B. IMPLIKASI PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas, maka dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut: 1. Keterampilan Sosial secara empiris memiliki hubungan dengan penyesuaian diri siswa. Keterampilan sosial menjadi salah satu faktor sangat penting ketika seorang individu dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian diri atau beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Jika seorang individu di masa awal dan saat berjalan proses penyesuaian dirinya dapat menempatkan dirinya secara baik dan tepat sesuai dengan bagaimana kondisi serta iklim yang ada di dalam lingkungan di mana dia berada, dapat membaur dengan baik kepada semua anggota yang ada di dalamnya, serta berusaha untuk tidak memunculkan berbagai permasalahan selama penyesuaian dirinya berlangsung, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki suatu keterampilan diri yang cukup untuk dapat menyelesaikan penyesuaian dirinya dengan sempurna. 2. Kecerdasan Emosional yang ada di dalam diri siswa secara empiris memiliki hubungan dengan penyesuaian diri yang dilakukan oleh siswa. Selama masa perkembangan yang terjadi pada diri remaja tersebut, salah satu aspek yang pasti akan terjadi adalah perkembangan emosi. Sebagai bagian dari perkembangan aspek emosi, remaja juga semakin menyadari tentang bagaimana keadaan dirinya dan keadaan orang lain. Hal semacam ini mendorong berkembangnya perasaanperasaan afektif terhadap orang lain, termasuk pemahamannya terhadap nilainilai, dan perasaan-perasaan idealistik lainnya. Emosi sebagai salah satu aspek psikologis manusia dalam ranah afektif. Aspek psikologis ini sangat berperan penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan dalam hubungan dengan orang lain pada khususnya. Emosi pun memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap aspek-aspek kehidupan yang lain, seperti sikap, perilaku, serta penyesuaian terhadap pribadi dan sosial yang dilakukan. Dengan memiliki penguasaan yang baik terhadap emosinya diartikan pula bahwa remaja tersebut memiliki kemampuan yang baik dalam aspek kecerdasan emosionalnya. Sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
dengan demikian remaja dapat melakukan proses penyesuaian diri dengan baik. Dengan adanya kemampuan seorang individu dalam penguasaan keterampilan sosial dan kecerdasan emosional, maka dipastikan individu tersebut selain dapat memahami bagaimana dia harus berperilaku sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya, individu tersebut juga mempunyai kemampuan untuk dapat mengerti apa yang sebenarnya di inginkan oleh lingkungan sosial di mana dia berada. Hal demikian menjadikan individu mampu untuk mengatur emosi dan keadaan dirinya sehingga apa yang dilakukannya tidak bertentangan dengan kaidah atau ketetapan yang berlaku. Dengan demikian akan menciptakan suatu kondisi di mana terbentuk suasana yang kondusif dan sehinggan individu tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungannya secara baik. C. SARAN Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah peneliti uraikan diatas, maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut : 1.
Bagi Orang Tua a.
Orang tua diharapkan mampu menciptakan iklim yang tepat bagi kelancaran perkembangan anak, terutama bagi perkembangan kecerdasan emosionalnya, sehingga anak dapat menyesuaikan diri dengan baik di manapun dia berada.
2.
Bagi Guru a.
Guru diharapkan mampu mengembangkan keterampilan sosial siswa serta memberikan bimbingan yang sesuai untuk memecahkan permasalahan yang mungkin saja dialami siswa dalam proses adaptasi mereka dengan lingkungan sekitarnya.
3.
Bagi Sekolah a.
Pihak sekolah sebaiknya dapat mengambil suatu tindakan atau kebijakan yang berguna bagi pengembangan siswa khususnya keterampilan sosial agar dapat membantu siswa menyesuaikan diri dengan baik di manapun dia berad commit to user