perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KAJIAN STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL 5CM KARYA DONNY DHIRGANTORO
Skripsi Oleh: Irvandi Arifiansyah K1206028
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 KAJIAN STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL 5CM KARYA DONNY DHIRGANTORO
Oleh: Irvandi Arifiansyah K1206028
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dr. Andayani, M.Pd. NIP 19601030 198601 2 001
Kundharu Saddhono, S.S, M.Hum. NIP 19760206 200212 1 004
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PENGAJUAN
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
HALAMAN ABSTRAK
v
HALAMAN MOTTO
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
vii
KATA PENGANTAR
viii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR GAMBAR BAB I
BAB II
xiii
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
C. Rumusan Masalah
6
D. Tujuan Penelitian
6
E. Manfaat Penelitian
7
LANDASAN TEORI
8
A. Tinjauan Pustaka
8
1. Novel
8
a. Hakikat Novel b.
8 J en is -
jenis Novel
9
c.
Fungsi Novel
10
d.
Ciriciri Novel
11
2. Pendekatan Struktural
12
3. Nilai Pendidikan
28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Hakikat Nilai 28 b. Hakikat Pendidikan 29 c. Macam-macam Nilai Pendidikan 33 B. Penelitian yang Relevan
42
C. Kerangka Berpikir
44
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV
46
A. Tempat dan Waktu Penelitian
46
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
46
C. Sumber Data
46
D. Teknik Sampling (Cuplikan)
47
E. Teknik Pengumpulan Data
47
F. Validitas Data
47
G. Analisis Data
48
H. Prosedur Penelitian
49
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
51
A.
H as il Penelitian 51 1.
Unsur Intrinsik dalam Novel 5Cm Karya Donny Dhirgantoro 51
.. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a.
Tema 51
b.
Penokohan 54
c.
Alur 73
d.
Latar 80
e.
S u d u t Pandang 83
2.
K eter jalin an Antarunsur Intrinsik dalam Novel 5Cm Karya Donny Dhirgantoro
3.
85 Nilai Pendidikan
yang Terdapat dalam Novel 5Cm Karya Donny Dhirgantoro a.
90 N i l a i
Pendidikan Sosial 90 b.
N i l a i Pendidikan Moral 94
c.
N i l a i Pendidikan Religius 96
d.
N i l a i Pendidikan Estetika 97
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Pembahasan Hasil Penelitian 99 BAB V
PENUTUP
....
A. Simpulan
...
104
104 B. Implikasi
...
105 C. Saran
...
107 DAFTAR PUSTAKA
...
108
LAMPIRAN
…
111
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.
Kerangka Berpikir
45
2.
Model Analisis Mengalir (Flow Model of Analysis)
49
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Irvandi Arifiansyah. KAJIAN STRUKTURAL DAN NILAI PENDIDIKAN NOVEL 5CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam novel 5Cm; (2) keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel 5Cm, dan; (3) nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan strukturalisme. Metode yang digunakan adalah metode analisis isi. Sumber data adalah dokumen yang diambil dari teks novel 5Cm. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik catat. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis mengalir (flow model of analysis). Simpulan penelitian ini, yaitu : (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam novel 5Cm adalah, (a) tema yaitu tema tentang persahabatan, percintaan dan mimpi-mimpi para tokohnya; (b) penokohan yaitu lima orang sahabat karib yaitu Genta, Arial, Riani, Zafran dan Ian; (c) alur yaitu alur campuran. Sebagian besar alur yang digunakan oleh pengarang adalah alur maju yang diselingi beberapa alur mundur untuk mengisahkan masa lalu tokoh-tokohnya; (d) latar yang terdiri dari latar tempat, waktu dan sosial; dan (e) sudut pandang yang menggunakan sudut pandang pengarang serba tahu; (2) terdapat keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel 5Cm yaitu tema, penokohan, alur, latar yang dikisahkan dengan menggunakan sudut pandang pengarang serba tahu. Pengarang tidak fokus pada satu tokoh, tetapi terdapat penonjolan pada setiap tokohnya. Dengan sudut pandang tersebut, pengarang bebas untuk menonjolkan setiap tokoh secara detail; dan (3) terdapat nilai-nilai pendidikan dalam novel 5Cm yang dibedakan dalam (a) nilai pendidikan sosial mengacu pada hubungan sosial yang baik dengan sesama sahabat, orang tua, dan dosen, bahkan orang-orang yang baru mereka kenal; (b) nilai pendidikan moral yaitu mau membantu sesama agar menjadi lebih baik, serta sebagai manusia harus memiliki mimpi dan cita-cita yang harus dikejar sekuat tenaga; (c) nilai pendidikan religius yang mengajarkan untuk selalu mempercayai dan selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (d) nilai pendidikan estetika yang tersirat pada penggambaran tempat dan pemilihan kata yang menarik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan suatu keterampilan yang seharusnya dikuasai oleh manusia. Dengan membaca, manusia dapat mengetahui berbagai macam informasi, pendidikan, keindahan, kisah, dan sebagainya. Membaca karya sastra merupakan salah satu hal yang patut dicoba karena karya sastra memiliki berbagai macam hal yang dapat digali potensi positifnya, sedangkan karya sastra itu merupakan bentuk ekspresi yang dihasilkan oleh indra perasa manusia dalam membuka diri dan menorehkannya melalui bentuk tulisan. Berbagai bentuk hasil ekspresi tersebut adalah puisi, cerpen, prosa, lirik, novel, naskah drama, dan sebagainya. Pada kenyataannya sekarang, membaca karya sastra sudah menjadi kebutuhan yang sangat mendesak bagi berbagai macam golongan manusia. Mereka merasa sangat membutuhkan keindahan-keindahan yang disajikan dalam bentuk-bentuk karya sastra. bukan hanya sebagai penyegar pikiran. Kadang kala mereka membaca karya sastra karena membutuhkan inspirasi untuk memulai sesuatu. Mereka merasa butuh sebuah kisah yang dapat membangkitkan semangat hidup dan semangat berkarya mereka. Dalam karya sastra ini, mereka memilah-milah nilai positif yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan mereka. Berbagai macam kisah yang mereka baca dapat menjadi pelajaran dan pendidikan yang berharga. Menikmati pengalaman membaca dan menerapkan hal positif yang diperoleh merupakan suatu pencapaian yang baik dalam menghayati karya sastra, sebab tujuan utama seorang sastrawan dalam menciptakan masterpiece adalah untuk menyampaikan amanat dan pelajaran yang berharga kepada pembacanya. Sastrawan sebagai orang yang menciptakan karya sastra, harus memiliki kemampuan untuk membuat pembaca merasa perlu membaca serta mendalami inti karya sastra, agar pembaca merasa puas dan tersenyum lebar setelah membaca karya sastra tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pokok pembahasan yang dapat mengugah inti dari karya sastra terdapat di dalam unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra, seperti novel. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, dan lain-lain (Burhan Nurgiyantoro 2005:23). Inti dan amanat sastrawan dalam menciptakan karya sastra dapat tercermin dalam berbagai hal, seperti dalam kekuatan pengisahan, pemilihan tokoh, penggambaran suasana, perjalanan alur, dan kekuatan dialog antartokoh. Pengisahan yang memiliki kekuatan terbesar dalan karya sastra sering mengena dalam hati pembaca dengan ending atau akhir kisah yang bahagia (happy ending) maupun sedih (sad ending). Perjalanan cerita yang dikisahkan sastrawan dapat membawa pembaca untuk selalu ingin tahu bagaimana akhir cerita yang akan terjadi. Pembaca seakan terhipnotis untuk tidak melepaskan pandangannya dari setiap kata dan kalimat selanjutnya dalam cerita. Pemilihan tokoh juga memiliki peranan besar dalam mengantarkan inti cerita kepada pembaca. Tokoh yang membawa cerita menuju berbagai arah dan bermuara pada akhir cerita membuat pembaca seolah menjadikan dirinya sebagai tokoh utama cerita tersebut. Pembaca merasakan bagaimana kesedihan, kegembiraan, kemarahan, atau kebingungan yang sama dengan tokoh yang mereka baca. Tokoh-tokoh yang membuat pembaca selalu ingin membelanya, mengasihaninya, menyayanginya, bahkan hingga membencinya. Tokoh-tokoh inilah yang sering menjadi panutan dari pembaca yang terhipnotis oleh cerita yang mereka baca.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Suasana dalam cerita tidak dapat luput dari indra perasaan pembaca. Suasana yang disajikan dalam pengisahan cerita dapat membuat pembaca merasakan apa yang sebenarnya terjadi pada tokoh dan bagaimana cerita akan berlanjut menuju babak selanjutnya. Pembaca dapat dibuat terharu, bergelora, takut, bersemangat dan sebagainya, karena penggambaran suasana yang ditangkap oleh pembaca melalui cerita tersebut dapat menyentuh hati dan perasaan pembaca lebih mendalam. Berbagai macam alur yang dipilih oleh sastrawan sangat menentukan model cerita seperti apa yang akan disajikan pada pembaca. Pembaca dapat dibuat bingung oleh alur yang ada pada cerita. Namun, kadang alur yang membingungkan tersebut dipakai untuk menentukan bagaimana babak dan konflik dalam cerita. Sastrawan dapat menyajikan alur maju yang mudah dipahami oleh pembaca, atau menggunakan alur mundur yang membuat pembaca penasaran untuk terus mengikuti arah cerita. Hal yang tidak kalah menarik dalam penyajian kisah adalah kekuatan dialog antartokoh. Melalui percakapan antartokoh ini, pembaca dapat menarik berbagai quotation, kutipan yang berharga atau kata-kata yang bagus dan memiliki makna yang menarik. Percakapan antartokoh juga dapat memperkuat setiap babakbabak dalam cerita dengan pengekspresian masing-masing yang tampak dalam ketajaman atau kelembutan dialog. Dialog yang hanya keluar beberapa kata saja dapat mengubah penafsiran pembaca mengenai kelanjutan cerita, emosi pembaca, serta ketertarikan pembaca untuk meneruskan bacaannya. Novel-novel pembangkit semangat atau pemotivasi saat ini memang marak di kalangan masyarakat. Masyarakat seakan kehilangan figur teladan, sehingga membutuhkan cerita pembangkit semangat untuk dapat memulai harinya secara lebih baik dan lebih termotivasi. Masyarakat sekarang ini seakan telah kehilangan mimpi, sehingga harus mengutip mimpi dari berbagai kisah-kisah novel untuk menempatkannya sebagai mimpi-mimpi mereka. Namun, kehadiran novel pemotivasi bukanlah hal yang patut disesalkan, sebaliknya hadirnya novel commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemotivasi semacam ini sangat membantu perkembangan pemikiran masyarakat untuk berpikir lebih jernih. Novel-novel populer sekarang ini memiliki standar tertentu untuk dapat menarik minat pembaca, salah satunya adalah novel 5Cm. Kekuatan-kekuatan yang dapat menarik minat pembaca disajikan secara lembut dan tajam dalam pengisahan dan berbagai faktor intrinsik cerita. Pembaca tidak hanya tertarik untuk menikmati cerita, namun juga tertantang untuk mendalami amanat dari penulis, karena memang inti cerita yang disajikan oleh penulis bertujuan untuk memotivasi pembaca. Novel 5Cm yang berisi tentang mimpi, persahabatan, perjuangan dan cinta ini memiliki banyak nilai positif yang dapat membangun semangat pembaca untuk lebih memperbaiki diri. Novel 5Cm berkisah tentang lima orang bersahabat yang selalu bersama, senang bersama, sedih bersama, gila bersama, hingga sampai puncaknya mereka merasa bosan terus bersama. Mereka adalah Genta, Riani, Arial, Zafran dan Ian. Mereka memutuskan untuk berpisah selama tiga bulan agar ketika bertemu kelak mereka telah berubah menjadi manusia yang baru yang lebih baik dengan segala perubahan menuju kedewasaan. Selama tiga bulan perpisahan mereka telah banyak yang mereka rasakan, Arial yang tidak lagi datar dan mulai merasakan cinta kepada Indy, Ian yang berhasil menyelesaikan skripsi dan mendapat nilai A pada seminar skripsinya, Genta yang semakin sukses dengan EO-nya (Event Organizer), serta kerinduan yang dirasakan oleh Zafran dan juga Riani. Puncak kerinduan mereka terbayar dengan pertemuan yang telah direncanakan di puncak gunung Mahameru. Mereka berangkat bersama-sama dan menempuh petualangan yang mendebarkan bersama-sama. Pemandangan menakjubkan, maut yang di depan mata, kisah menyedihkan yang diceritakan teman seperjalanan mereka menuju puncak, Deniek, tentang teman mereka yang hilang di gunung, tentang tujuan mereka yang tak bosan-bosannya berziarah ke makam teman mereka tersebut, serta harunya upacara bendera 17 Agustus di puncak Mahameru yang semakin menambah cinta mereka kepada Tanah Air Indonesia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam novel karya Donny Dhirgantoro ini terdapat kelebihan yang sangat membekas bagi siapa saja yang membacanya. Pembaca dirangsang untuk menekuni sebuah motivasi yang baik, yaitu untuk mengejar cita-cita dan mimpinya agar menjadi kenyataan dengan cara baru yang lebih berkesan dan dapat memompa semangat, agar setiap saat cita-cita dan mimpi itu tetap terlihat dan selalu mengingatkan pembaca untuk berusaha mengejarnya tanpa putus asa. Motivasi ini lah yang membuat penulis memutuskan untuk menggunakan pendekatan struktural yang cocok terhadap karya sastra dan dengan pendekatan ini penulis bermaksud untuk menjaga keobjektifan sebuah karya sastra, sehingga untuk memahami maknanya, karya sastra harus dikaji berdasarkan strukturnya sendiri, lepas dari latar belakang sejarah, lepas dari diri dan niat penulis, dan lepas pula efeknya pada pembaca (Tirto Suwondo, 2003:54). Penyampaian motivasi dan kebaikan-kebaikan dalam novel ini memberikan pendidikan yang baik serta beragam bagi pembaca. Pendidikan mengenai kehidupan, budi pekerti serta contoh-contoh pelajaran yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca kadang terjebak dalam kehidupan lingkup sekitarnya yang tenang, damai, glamor, dan individualistis. Pada kenyataannya dunia yang luas ini berisi berbagai macam manusia serta seluk-beluk kehidupannya. Banyak pelajaran berharga yang hanya tersampaikan melalui kenyataan hidup yang pahit. Proses yang dilalui oleh seorang manusia mewajibkan mereka untuk mengetahui dan menyaksikan sebuah pelajaran yang membuat beberapa pilihan yang harus mereka pilih. Pilihan mereka tersebut yang akan menentukan apa yang terjadi selanjutnya. Nilai pendidikan yang terkandung dalam novel 5Cm terdapat secara menyeluruh dalam berbagai aspek. Maka dari itu, aspek-aspek tersebut dapat dikaji menggunakan pendekatan struktural. Aspek-aspek itu terdapat pada setiap tokoh dengan kelebihannya masing-masing, sehingga penulis merasa perlu mengkaji novel ini untuk menunjukkan berbagai nilai pendidikan yang baik bagi pembaca. Nilai pendidikan yang tersembunyi tidak akan tersampaikan dengan baik apabila tidak melihat sisi yang seharusnya diperhatikan dangan detail oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembaca, bukan hanya sisi cerita yang menarik saja. Manfaat yang akan dirasakan oleh pembaca akan lebih terserap dengan baik jika pembaca memahami dan mengerti berbagai pilihan yang muncul serta langkah apa yang seharusnya diambil agar tidak berakhir pada sebuah kesalahan. Pendekatan struktural yang diterapkan untuk mengkaji karya sastra menilik pada karya sastra saja dengan mengambil nilai-nilai positif dan pengembangan pemikiran yang dapat memberikan motivasi terhadap penalaran yang diterima pembaca. Motivasi yang diciptakan oleh pengarang novel tersebut menegasan bahwa sebuah karya sastra sebaiknya memiliki maksud yang mendorong pembaca menuju kebenaran dan perubahan menuju kebaikan. Maka dari itu, pada saat karya sastra ini dikaji menggunakan pendekatan struktural, berbagai macam dorongan dan rangsangan positif akan membangun sebuah pemikiran baru yang lebih konstruktif.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diambil rumusan masalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana unsur intrinsik yang terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro?
2.
Bagaimana keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro?
3.
Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro?
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Mendeskripsikan keterjalinan antarunsur intrinsik dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
3.
Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan
secara teoretis kepada pembaca mengenai penelitian dan kegiatan dalam bidang sastra, terutama penelitian sastra dengan pendekatan struktural. 2.
Manfaat Praktis a. Manfaat bagi siswa Hasil penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa untuk mengapresiasi karya sastra dengan memahami latar belakang lahirnya suatu karya sastra. b. Manfaat bagi guru Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru tentang pendekatan struktural untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, dan inovatif. c. Manfaat bagi pengambil kebijakan pendidikan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pedoman untuk menentukan arah kebijakan pendidikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara inovatif dan kontekstual. d. Manfaat bagi peneliti lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi para peneliti yang berniat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menganalisis karya sastra, khususnya penelitian yang menggunakan pendekatan struktural.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Novel a.
Hakikat Novel Novel secara umum dapat diidentifikasi sebagai sebuah karangan yang
memaparkan ide, gagasan atau khayalan dari penulisnya. Hal tersebut sejalan dengan definisi novel yang terdapat di dalam The American Collage Dictionary (dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 120). Novel sebagai sebuah karya fiksi merupakan sebuah karangan yang memaparkan ide, gagasan, atau khayalan dari pengarangnya. Ide atau gagasan tersebut berupa pengalaman langsung yang dimiliki pengarang maupun sebuah ide yang bersifat imajinasi. Brooks (dalam Henry G. Tarigan, 1993: 120) mendefinisikan bahwa fiksi adalah “sebuah bentuk penyajian atau cara seseorang memandang hidup ini”. Bertolak dari pengertian itu, diambil sebuah pemikiran bahwa karya fiksi memang tidak nyata, tetapi karya sastra juga bukan sebuah kebohongan karena fiksi adalah suatu jenis karya sastra yang menekankan kekuatan kesastraan pada daya penceritaan. Karya sastra tidak hanya sebuah khayalan, tetapi merupakan sebuah cerminan dari suatu hal yang dirasakan, dilihat, bahkan mungkin dialami oleh seorang pengarang. Burhan Nurgiyantoro (2005: 9) memaparkan bahwa novel berasal dari bahasa Italia, yakni novella. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 9) mengemukakan bahwa secara harfiah novella berarti sebagai “sebuah barang baru yang kecil” yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Berdasarkan pengertian tersebut, dijelaskan bahwa novel adalah salah satu jenis karya sastra yang berbentuk prosa. Berdasarkan beberapa pengertian novel di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa novel adalah suatu karya sastra berbentuk prosa fiksi. Novel mengandung commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
unsur-unsur pembangun cerita dan merupakan sebuah pandangan dari sebuah kenyataan yang dibangun secara imajinatif dalam sebuah cerita. b.
Jenis-jenis Novel Ada beberapa jenis novel dalam sastra. Jenis novel mencerminkan
keragaman tema dan kreativitas dari sastrawan yang tak lain adalah pengarang novel. Jakob Sumardjo & Saini K.M. (1988: 29) membagi novel menjadi tiga jenis, yakni novel percintaan, petualangan dan fantasi. 1)
Novel Percintaan
Novel ini melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara imbang. Terkadang peranan wanita lebih dominan. Novel ini biasanya berisi berbagai macam tema dan hampir sebagian besar novel termasuk ke dalam jenis novel ini. 2)
Novel Petualangan
Novel petualangan sedikit sekali memasukkan peranan wanita. Jika wanita disebut dalam novel ini, penggambarannya hampir stereotip dan kurang berperan dalam cerita. Walau terkadang di dalam novel jenis petualangan terdapat tema percintaan, tetapi hal itu hanya sebagai sampingan saja. 3)
Novel Fantasi
Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realitis dan serba tidak mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Novel dengan jenis ini mementingkan ide, konsep, dan gagasan pengarang yang hanya jelas jika disampaikan dalam bentuk cerita fantastik yang dalam hal ini menyalahi hukum empiris dan bertentangan dengan relitas. Burhan Nurgiyantoro (2005: 16) membedakan novel menjadi novel serius dan novel populer. 1) Novel Serius Novel serius biasanya berusaha mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara penyajian yang baru pula. Secara singkat disimpulkan bahwa unsur kebaruan sangat diutamakan dalam novel serius. Di dalam novel serius, gagasan diolah dengan cara yang khas. Hal ini penting mengingat novel serius commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membutuhkan sesuatu yang baru dan memiliki ciri khas daripada novel-novel yang telah dianggap biasa. Sebuah novel diharapkan memberi kesan yang mendalam kepada pembacanya dengan teknik yang khas ini. Oleh karena itu, dalam novel serius tidak akan terjadi sesuatu yang bersifat stereotip, atau paling tidak, pengarang berusaha untuk menghindarinya. Novel serius mengambil realitas kehidupan ini sebagai model, kemudian menciptakan sebuah “dunia baru” melalui penampilan cerita dan tokoh-tokoh dalam situasi yang khusus. Novel serius tidak mengabdi kepada selera pembaca sehingga perhatian novel sastra lebih kepada nilai-nilai kesastraan yang ada di dalamnya. Oleh sebab itu, novel serius selalu mendapatkan perhatian yang lebih dari para kritikus sastra. 2) Novel Populer Novel populer adalah novel yang populer pada masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Novel ini cenderung menampilkan masalah-masalah yang aktual dan selalu baru. Novel populer tidak menampilkan permasalahan kehidupan secara lebih intens, tidak berusaha untuk meresapi hakikat kehidupan lebih dalam. Staton (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 19) mengemukakan bahwa novel populer lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati karena ia memang semata-mata menyampaikan cerita. Novel populer tidak begitu memfokuskan pada efek estetis, tetapi memberikan hiburan langsung dari aksi ceritanya. Novel populer cenderung untuk mengejar selera pembaca dan komersial sehingga novel ini tidak akan menceritakan sesuatu dengan serius. c.
Fungsi Novel Alasan para pengarang menuangkan dan menuliskan ide-idenya dalam
sebuah karya sastra (novel) dengan harapan dapat diambil manfaatnya bagi pembacanya. Selain itu, karya sastra dapat berfungsi sebagai karya fiksi yang bertujuan sebagai sarana untuk menghibur diri bagi pembacanya sehingga dapat memperoleh kepuasan batin. Kepuasan batin yang diperoleh pembaca dapat mengubah pemahaman dan dapat berfungsi sebagai pemotivasi dalam menjalani commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ehidupnya. Agustien S., Sri Mulyani, dan Sulistiono (1999: 92-93) menguraikan beberapa fungsi karya sastra (novel), yaitu: (a) fungsi rekreatif, yaitu apabila sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi pembacanya; (b) fungsi didaktif, yaitu apabila sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya karena adanya nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya; (c) fungsi estetis, yaitu apabila sastra mampu memberikan keindahan bagi pembacanya; (d) fungsi moralitas, yaitu apabila sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembacanya sehingga mengetahui moral yang baik dan buruk; dan (e) fungsi religius, yaitu apabila sastra mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para pembaca sastra. Haji Saleh (dalam Atar Semi, 1993: 20-21) secara ringkas menguraikan fungsi karya sastra di dalamnya termasuk novel, antara lain: (a) fungsi pertama sastra adalah sebagai alat penting bagi pemikir-pemikir untuk menggerakkan pembaca kepada kenyataan dan menolongnya mengambil suatu keputusan bila mengalami suatu masalah; (b) sebagai pengimbang sains dan teknologi; (c) sebagai alat untuk meneruskan tradisi suatu bangsa dalam arti yang positif, bagi masyarakat sezamannya dan masyarakat yang akan datang, antara lain: kepercayaan, cara berfikir, kebiasaan, pengalaman sejarahnya, rasa keindahan, bahasa, serta bentuk-bentuk kebudayaan; dan (d) sebagai suatu tempat di mana nilai-nilai kemanusiaan mendapat tempat yang sewajarnya, dipertahankan dan disebarluaskan, terutama di tengah-tengah kehidupan modern yang ditandai dengan menggebu-gebunya kemajuan sains dan teknologi. Beracuan dari berbagai fungsi karya sastra (novel) di atas, sastra banyak memberikan manfaat bagi pembacanya, baik sebagai hiburan, maupun mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya agar dapat lebih bermoral dan dapat menghargai orang lain, serta meneladani ajaran-ajaran agama yang ada di dalam karya sastra tersebut. Novel juga berfungsi sebagai penyeimbang antara nilai-nilai kemanusiaan dengan dunia nyata yang berisi ilmu dan kemajuan teknologi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
d.
digilib.uns.ac.id
Ciri-ciri Novel Zaidan Hendy (1993: 225) menguraikan ciri-ciri novel sebagai berikut: (a)
sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih pendek dari roman. Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian; (b) bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat dengan ramuan fiksi pengarang; (c) penyajian cerita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang menjadi batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur penunjang yang bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri); (d) tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut; dan (e) karakter tokoh-tokoh dalam novel berbeda-beda. Demikian juga karakter tokoh lainnya. Selain itu dalam novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis ialah tokoh yang digambarkan berwatak tetap sejak awal hingga akhir cerita, sedangkan tokoh dinamis sebaliknya, ia bisa mempunyai beberapa karakter yang berbeda dan tidak tetap. Herman J. Waluyo (2002: 37) mengemukakan ciri-ciri yang ada dalam sebuah novel, yaitu adanya: (a) perubahan nasib dari tokoh cerita; (b) ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya; dan (c) biasanya tokoh utama tidak sampai mati. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994: 11) menyatakan bahwa novel mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel itu.
2. Pendekatan Struktural a.
Hakikat Strukturalisme Kata “struktur” secara etimologis berasal dari bahasa latin, yakni structura
yang berarti bentuk atau bangunan. Pendekatan struktural dipelopori oleh kaum formalis Rusia dan strukturalisme Praha. Pendekatan ini mendapat pengaruh dari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teori Saussure yang mengubah studi linguistik dari pendekatan diakronik ke sinkronik. Seperti yang dikemukakan oleh Saussure bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 39). Strukturalisme disebut dengan pendekatan objektif, yakni pendekatan dalam penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra sebagai karya fiksi (Iswanto, 2003: 60). Pendekatan ini menyerahkan pemberian makna karya sastra terhadap eksistensi karya sastra tanpa mengaitkan unsur yang ada di luar signifikansinya. Strukturalisme sebagai pendekatan dalam penelitian sastra memandang bahwa sebuah karya sastra mengandung kebulatan makna yang diakibatkan oleh perpaduan isi dengan pemanfaatan bahasa sebagai alatnya. Hal ini berarti penelitian sastra harus berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan pengarang, penyair, pembaca atau hal yang bersifat ekstrinsik dari karya sastra tersebut. Karya sastra dalam pendekatan struktural dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. Penjabaran tentang strukturalisme tersebut sepadan dengan pendapat Teeuw (1984: 135) yang menjelaskan bahwa analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Langkah awal dalam sebuah penelitian karya sastra adalah dengan menggunakan analisis struktural. Analisis secara struktural akan menghasilkan suatu analisis yang objektif terhadap suatu karya. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 36) menjelaskan bahwa struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Terdapat tiga gagasan pokok yang termuat dalam teori struktur (Peaget dalam Tirto Suwondo, 2003: 55). Ketiga unsur tersebut adalah: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) gagasan keseluruhan (wholeness) yang dapat diartikan sebagai bagianbagian atau analisisnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keseluruhan struktur maupun bagianbagiannya; 2) gagasan transformasi (transformation), yaitu sebuah struktur menyanggupi prosedur transformasi yang terus-menerus sehingga memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru; dan 3) gagasan mandiri (self regulation), yaitu tidak memerlukan hal-hal yang berasal dari luar dirinya untuk mempertahankan transformasinya. Penggunaan pendekatan struktural dalam pengkajian karya sastra merupakan dasar dari penelitian secara keseluruhan. Sebab pendekatan struktural meneliti karya sastra dari segi karya sastra itu sendiri tanpa campur tangan dari objek lain. Objek penelitian utama dari pendekatan struktural adalah unsur intrinsiknya, tanpa terpengaruh oleh unsur ektrinsiknya. Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh unsur-unsur yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu kepaduan cerita. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun suatu karya sastra sehingga membentuk suatu kesatuan cerita yang berdiri sendiri. Dengan kata lain, unsur intrinsik adalah unsur yang berada di dalam karya sastra dan terlepas dari unsur-unsur yang berada di luar karya sastra. Pengkajian unsur intrinsik dalam karya sastra merupakan wujud kerja strukturalisme. Pengkajian unsur intrinsik dalam karya sastra bersifat otonom. Hal ini diperkuat oleh Budi Darma (2004: 23) yang menyatakan bahwa kajian intrinsik membatasi diri pada karya sastra itu sendiri, tanpa menghubungkan karya sastra dengan dunia di luar karya sastra tersebut. Unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat novel berwujud. Atau, sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 23). Nugraheni Eko Wardani (2009: 183) menyebutkan bahwa strukturalisme memandang bahwa struktur karya sastra terdiri atas: tema, plot, setting, penokohan dan perwatakan, dan sudut pandang. Di dalam penelitian ini dibahas beberapa unsur intrisik novel yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, sudut pandang. Berikut adalah penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik tersebut. 1) Tema Setiap fiksi harus mempunyai dasar atau tema yang merupakan sasaran tujuan (Henry G. Tarigan, 1993: 125). Stanton (2007: 41) menjelaskan bahwa tema merupakan makna yang merangkum semua elemen dalam cerita dengan cara yang paling sederhana. Penjelasan ini senada dengan pendapat Brooks & Warren (dalam Henry G. Tarigan, 1993: 125) yang mengatakan bahwa tema adalah dasar atau makna suatu cerita atau novel. Siti Ajar Ismiyati (2000: 161) berpendapat bahwa tema cerita memegang peran dan fungsi yang sama pentingnya dengan unsur lainnya, yakni merupakan alat bantu atau sarana untuk memahami selukbeluk novel secara keseluruhan. Seseorang harus mengetahui tema karya sastra untuk menjawab makna suatu karya sastra. Tema sebuah karya sastra berada dalam jalinan cerita yang membangun karya sastra tersebut. Shipley dalam Dictionary of World Literature mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan ke dalam cerita (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 80). Pengertian lain disampaikan oleh Zainuddin Fananie (2002: 84) yang menjelaskan bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi ciptaan karya sastra. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 68) yang menjelaskan bahwa tema dipandang sebagai dasar cerita atau gagasan dasar umum sebuah novel. Hal ini juga diperkuat oleh Panuti Sudjiman (1988: 50) yang menjelaskan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa tema adalah gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya sastra. Beracuan dari beberapa pendapat di atas, ditarik sebuah simpulan bahwa tema adalah gagasan dasar dari sebuah cerita atau karya sastra yang terkandung di seluruh unsur cerita dan dapat digunakan untuk menjawab makna cerita atau karya sastra tersebut. Pemahaman terhadap tema dapat menguatkan pengertian pembaca tentang jalannya cerita. a)
Jenis-jenis Tema Burhan Nurgiyantoro (2005: 77) memaparkan bahwa tema dapat
digolongkan ke dalam beberapa kategori yang berbeda, tergantung dari segi mana penggolongan itu dilakukan. Di dalam kajian teori ini, dipaparkan jenis-jenis tema dipandang dari tingkat pengalaman jiwa menurut Shipley. Berikut adalah penjelasan tentang tingkatan tema menurut Shipley (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 80-81).
(1) Tema tingkat fisik Tema sebuah karya sastra pada tingkatan ini lebih ditunjukkan dengan aktivitas fisik dari pada kejiwaan. Jadi, cerita lebih menekankan mobilitas fisik dari pada konflik kejiwaan tokoh yang berada dalam sebuah cerita atau karya sastra. (2) Tema tingkat organik Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan mempersoalkan masalah seksualitas—suatu aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Tema ini menekankan pada aspek persoalan kehidupan seksual manusia, khususnya kehidupan seksual yang menyimpang, misalnya peselingkuhan, homo seksual, pelecehan seksual, dan lain-lain. (3) Tema tingkat sosial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tema ini mengarah kepada manusia sebagai makhluk sosial. Tema ini menekankan pada persoalan hidup manusia dengan lingkungan sosialnya. Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, dan masalah lainnya terutama yang berhubungan dengan kritik sosial. (4) Tema tingkat egoik Tema ini mengarah pada manusia sebagai makhluk individu. Di dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia mempunyai banyak permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Masalah individualitas itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri, sifat, citra diri, jati diri, dan lain-lain. (5) Tema tingkat divine Tema ini mengarah pada tataran manusia sebagai makhluk dengan tingkatan yang tinggi. Masalah yang menonjol dalam tema ini adalah masalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta, religiositas, atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi, dan keyakinan. b)
Tema Mayor dan Tema Minor Tema dipandang sebagai makna yang dikandung dalam cerita. Makna
sebuah cerita atau karya sastra dapat lebih dari satu. Oleh sebab itu, banyak interpretasi yang muncul dari sebuah karya sastra. Hal inilah yang menyebabkan kesulitan untuk menentukan tema pokok cerita atau dapat disebut dengan tema mayor. Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum suatu karya (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 82). Menentukan tema pokok sebuah cerita pada hakikatnya merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai di antara sejumlah makna yang ditafsirkan yang ada dikandung oleh karya sastra yang bersangkutan (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 82). Makna pokok cerita tersirat dalam sebagian besar atau keseluruhan cerita dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bukan makna yang terdapat dalam bagian-bagian cerita tertentu saja. Makna yang hanya terdapat dalam bagian-bagian cerita tertentu saja disebut makna tambahan. Makna tambahan ini disebut sebagai tema-tema tambahan atau tema minor (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 83). Oleh karena itu, banyak sedikitnya tema minor dalam sebuah karya sastra tergantung banyaknya makna tambahan dalam karya sastra tersebut. Makna-makna tambahan bukan sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi tema tersebut berhubungan dengan makna-makna tambahan lain yang pada akhirnya mendukung tema mayor. 2) Penokohan Penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya fiksi. Suatu peristiwa terjadi karena adanya aksi dan reaksi tokoh-tokoh. Suatu peristiwa cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya tokoh. Istilah penokohan menurut Herman J. Waluyo (1994: 165) adalah cara pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenisjenis tokoh, hubungan tokoh dengan unsur cerita yang lain, watak, tokoh-tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan tokoh-tokoh itu. Jones (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 165) yang menjelaskan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 165) menjelaskan bahwa “tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan”. Burhan Nurgiyantoro (2005: 165) menambahkan bahwa penokohan itu juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Batasan ini memberi indikasi bahwa masing-masing tokoh mempunyai karakter tertentu yang mampu mendukung jalannya cerita sekaligus berhubungan dengan unsur lain yang akhirnya membentuk keterjalinan cerita yang padu dan utuh dalam novel. Albertine Minderop (2005: 6) menjelaskan bahwa dalam menyajikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karakter (watak), pada umumnya pengarang menggunakan dua metode dalam karyanya, yakni metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing). a)
Metode Langsung (Telling) Pickering & Hoeper (dalam Albertine Minderop, 2005: 6) memberi
penjelasan bahwa metode telling mengandalkan pemaparan watak tokoh pada eksposisi dan komentar langsung dari pengarang. Ada beberapa cara menentukan karakter tokoh dengan metode langsung (telling). (1)
Karakterisasi menggunakan nama tokoh Nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas, serta mempertajam perwatakan tokoh. Para tokoh diberikan nama yang melukiskan karakteristik yang membedakannya dengan tokoh yang lain. Nama tersebut mengacu pada karakteristik dominan si tokoh.
(2)
Karakterisasi melalui penampilan tokoh Faktor penampilan tokoh memegang peranan penting sehubungan dengan telaah karakterisasi. Penampilan tokoh misalnya, pakaian yang dikenakan oleh tokoh atau bagaimana ekspresi tokoh dalam cerita. Perincian penampilan memperlihatkan kepada pembaca tentang usia, kondisi fisik/ kesehatan, dan tingkat kesejahteraan tokoh. Pada karakterisasi perwatakan tokoh melalui penampilan terkait pula dengan kondisi psikologis tokoh dalam cerita.
(3)
Karakterisasi melalui tuturan pengarang Metode ini memberikan tempat yang luas dan bebas kepada pengarang atau narator dalam menentukan kisahnya. Pengarang berkomentar tentang watak dan kepribadian para tokoh hingga menembus ke dalam pikiran, perasaan dan gejolak batin sang tokoh. Oleh karena itu, pengarang terus menerus mengawasi karakterisasi tokoh. Pengarang tidak sekadar menggiring perhatian pembaca terhadap komentarnya tentang watak tokoh, tetapi juga mencoba membentuk persepsi pembaca tentang tokoh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang dikisahkannya. b)
Metode Tidak Langsung (Showing) Metode tidak langsung mengarah pada metode dramatik yang mengabaikan
kehadiran pengarang sehingga para tokoh dalam karya sastra dapat menampilkan diri secara langsung melalui tingkah laku mereka. Berikut adalah cara untuk mengetahui karekter tokoh dengan metode tidak langsung. (1)
Karakterisasi melalui dialog Karakterisasi melaui dialog dapat berupa sesuatu yang dikatakan penutur dan jati diri penutur. Jadi, dalam sebuah teks dialog menyiratkan suatu watak atau karakter dari tokoh yang mengucapkan dialog tersebut.
(2)
Lokasi dan situasi percakapan Dalam kehidupan nyata, percakapan yang berlangsung secara pribadi dalam suatu kesempatan di malam hari biasanya lebih serius dan lebih jelas daripada percakapan di malam hari. Bercakap-cakap di ruang keluarga biasanya lebih signifikan daripada berbincang di jalan. Dengan demikian, sangat mungkin hal tersebut terjadi pada cerita fiksi.
(3)
Jati diri tokoh yang dituju oleh penutur Penutur dalam hal ini adalah tuturan yang disampaikan tokoh dalam cerita. Maksudnya adalah tuturan yang diucapkan tokoh tertentu tentang tokoh lain.
(4)
Kualitas mental para tokoh Kualitas mental para tokoh dapat dikenali melalui jalinan dan aliran tuturan ketika para tokoh bercakap-cakap. Misalnya, para tokoh yang terlibat dalam suatu diskusi yang hidup menandakan bahwa mereka memiliki sikap mental yang cerdas dan terbuka.
(5)
Nada suara, tekanan, dialek, dan kosa kata Nada suara dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang watak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tokoh, walau diekspresikan secara eksplisit atau implisit. Hal itu juga berlaku pada sikap ketika tokoh bercakap-cakap dengan tokoh lain. Penekanan suara juga memberikan gambaran penting tentang tokoh karena memperlihatkan keaslian watak tokoh bahkan dapat merefleksikan pendidikan, profesi, dan dari kelas mana tokoh berasal (Pickering & Hoeper dalam Albertine Minderop, 2005: 36). (6)
Karakterisasi melalui tindakan para tokoh Selain melalui tuturan, watak tokoh dapat diamati melalui tingkah laku. Tokoh dan tingkah laku bagaikan dua sisi uang logam, misalnya adalah penampilan tokoh yang berupa perubahan ekspresi wajah dapat memperlihatkan watak tokoh. Selain itu, terdapat motivasi yang melatarbelakangi perbuatan dan memperjelas gambaran watak para tokoh. Apabila pembaca mampu menelusuri motivasi ini, pembaca tidak sulit untuk menentukan watak tokoh. Setiap tokoh memiliki suatu karakter atau watak tertentu. Satu tokoh dalam
suatu cerita dapat dideskripsikan memiliki banyak karakter. Ada beberapa cara untuk menggambarkan watak tokoh. Herman J. Waluyo (2002: 17) menyebutkan tiga cara melukiskan tokoh. (1)
Keadaan fisik Keadaan fisik tokoh meliputi umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi atau pendek, kurus atau gemuk, suka senyum atau cemberut, dan lain-lain. Ciri-ciri fisik tersebut dihubungkan dengan pemilikan watak pada seorang tokoh.
(2)
Keadaan psikis Keadaan psikis tokoh meliputi watak, kegemaran, mentalitas, standar moral, temperamen, ambisius, kompleks psikologis yang dialami, keadaan emosi, dan lain-lain.
(3)
Keadaan Sosiologis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keadaan sosiologis tokoh meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi, dan sebagainya. Keadaan sosiologis tertentu akan memengaruhi sikap dan watak suatu tokoh. E.M. Forster (dalam Budi Darma, 2004: 14) membagi tokoh menjadi dua, yaitu tokoh bulat (round character) dan tokoh pipih (flat character). Budi Darma menambahkan bahwa tokoh bulat mempunyai kemampuan untuk berubah, belajar dari pengalaman, dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Tokoh bulat memiliki berbagai dimensi watak dan tidak bersifat hitam putih (yang jahat selalu jahat dan yang baik selalu baik). Tokoh pipih berkebalikan dengan tokoh bulat, yakni tidak mempunyai kemampuan untuk berubah, belajar dari pengalaman, dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Tokoh pipih bercirikan dimensi watak statis, sederhana, tidak kompleks atau bersifat hitam putih (Nugraheni Eko Wardani, 2009: 41) Burhan Nurgiyantoro (2005: 176-177) berpendapat bahwa tokoh dibagi menjadi dua macam. Pembagian berdasar pada segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita. Tokoh tersebut adalah: (1)
tokoh utama cerita, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan; dan
(2)
tokoh tambahan, yaitu tokoh yang berperan sebagai tambahan dalam cerita. Pembedaan antara tokoh utama dan tambahan tak dapat dilakukan secara
eksak. Pembedaan lebih bersifat gradasi dan kadar keutamaan tokoh bertingkat. Berdasar peranannya terhadap jalan cerita, Herman J. Waluyo (2002: 16) mengklasifikasikan tokoh menjadi beberapa macam, yakni: (1)
tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua tokoh protagonis yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita;
(2)
tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur pembantu yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ikut menentang cerita; dan (3)
tokoh tritagonis, yaitu tokoh pembantu baik untuk tokoh protagonis maupun tokoh antagonis. Berdasarkan uraian-uraian di atas, disimpulkan bahwa penokohan dalam
suatu novel memberi peranan penting terhadap keterjalinan unsur dalam cerita. Pembentukan tokoh-tokoh dalam cerita dapat menghidupkan cerita dengan beragam tingkatan yang diberikan atau disandangkan dalam tokoh tersebut. Di samping itu, banyak cara untuk mengenali bagaimana karakter, watak, atau penokohan dalam suatu cerita di dalam novel. 3) Alur Herman J. Waluyo (1994: 145) memberi batasan bahwa alur atau plot adalah struktur gerak yang didapatkan dalam cerita fiksi. Boulton (dalam Herman J. Waluyo, 1994: 145) menegaskan bahwa plot juga berarti peristiwa yang disusun dalam urutan waktu yang menjadi penyebab mengapa seseorang tertarik untuk membaca dan mengetahui kejadian yang akan datang. Sejalan dengan pendapat di atas, Stanton (2007: 26) mengemukakan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Berkaitan dengan pengertian alur, Abdul Rozak Zaidan, dkk. (2001: 17) menjelaskan bahwa alur adalah jalan peristiwa yang melibatkan tokoh. Alur digerakkan oleh tokoh dan tanpa tokoh sebuah alur tidak akan terasa hidup. Tokoh tidak akan terasa hidup tanpa alur. Alur adalah unsur yang menjadikan tokoh hadir dalam cerita. Alur adalah konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logik dan kronologik saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku (Luxemburg, dkk., 1989: 149). Wiyatmi (2006: 36) menjelaskan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas. Hubungan ini mengacu pada keterjalinan antarunsur yang membangun cerita. Peristiwa yang satu dan peristiwa lain saling memengaruhi dan saling terikat karena dibentuk oleh alur. Zainuddin Fananie menyebutkan ada tiga prinsip utama plot, yakni: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a)
plots of action, yaitu analisis proses perubahan peristiwa secara lengkap, baik yang muncul secara bertahap maupun tiba-tiba pada situasi yang dihadapi tokoh utama, dan sejauh mana urutan peristiwa yang dianggap sudah tertulis (determinisme) itu, berpengaruh terhadap perilaku dan pemikiran tokoh bersangkutan dalam menghadapi situasi tersebut; b) plots of character, yaitu proses perubahan tingkah laku atau moralitas secara lengkap dari tokoh utama kaitannya dengan tindakan emosi dan perasaan; dan c) plots of thought, yaitu proses perubahan secara lengkap kaitannya dengan perubahan pemikiran tokoh utama dengan segala konsekuensinya berdasarkan kondisi yang secara langsung dihadapi (Zainuddin Fananie, 2002: 94-95). Tiga prinsip utama plot di atas didasarkan pada fungsi plot dalam membangun nilai estetik. Oleh karena itu, identifikasi dan penilaian terhadap keberadaan plot menjadi sangat beragam. Dipandang dari waktu terjadi peristiwa, alur atau plot dibagi menjadi tiga jenis, yakni plot lurus, sorot-balik, dan campuran. a)
Plot lurus/progresif
Alur atau plot dalam sebuah novel dapat dikatakan lurus/progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang kemudian. Dalam hal ini, cerita dimulai secara runtut dari tahap awal, (penyituasian, pengenalan, pemunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian) (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 154) b) Plot sorot-balik/flash-back Plot sorot balik menekankan bahwa suatu cerita dalam karya sastra tidak selalu dimulai dari tahap awal, tetapi bisa langsung menuju ke konflik, klimaks, atau bagian cerita lainnya. Teknik sorot balik atau flash-back sering lebih menarik karena sejak awal membaca buku, pembaca langsung ditegangkan, langsung “terjerat” suspense, dengan tidak terlebih dahulu melewati tahap perkenalan seperti pada novel berplot progresif yang ada kalanya berkepanjangan dan agak berteletele (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 155). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
c)
digilib.uns.ac.id
Plot campuran
Plot campuran adalah penggunaan plot dalam sebuah cerita dengan menggabungkan plot lurus dan sorot-balik. Jadi, sebuah karya fiksi yang menggunakan plot campuran di dalmnya terdapat urutan waktu yang berbolakbalik. Tasrif (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 149) membedakan tahapan plot menjadi lima macam, yakni: a) tahap situation (tahap penyituasian), yaitu tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita dan pemberian informasi awal. Tahap ini memiliki fungsi sebagai landasan cerita yang diceritakan; b) tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), yaitu tahap yang mulai menunjukkan pemunculan masalah-masalah atau peristiwaperistiwa yang menyulut konflik; c) tahap ricing action (tahap peningkatan konflik), yaitu tahap yang menunjukkan konflik-konflik yang dimunculkan mulai berkembang dan peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita mulai menegangkan; d) tahap climax (tahap klimaks), yaitu tahap yang menunjukkan konflik atau pertentangan yang terjadi pada para tokoh mulai mencapai puncaknya; dan e) tahap denouement (tahap penyelesaian), yaitu tahap yang menunjukkan konflik utama telah mencapai klimaks dan mulai diberi jalan keluar. Konflikkonflik tambahan yang lain juga mulai diberi jalan keluar. Salah satu bagian dari alur adalah konflik. Konflik dibedakan menjadi dua kategori, yakni konflik eksternal dan konflik internal (Stanton, 2007: 31). Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu di luar dirinya. Burhan Nurgiyantoro (2005: 124) membagi konflik eksternal menjadi: (a) konflik fisik, yaitu konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam; dan (b) konflik sosial, yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia. Konflik internal adalah konflik yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dialami manusia dengan dirinya sendiri. Penyelesaian dalam cerita fiksi juga termasuk ke dalam plot. Di dalam teori klasik Aristoteles, penyelesaian suatu cerita dibedakan menjadi dua, yaitu kebahagiaan (happy end) dan kesedihan (sad end) (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 146). Selain itu, penyelesaian suatu cerita fiksi dapat dikategorikan ke dalam dua golongan, yakni penyelesaian tertutup dan penyelesaian terbuka (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 147). Penyelesaian tertutup mempunyai maksud bahwa akhir cerita memang sudah berakhir atau hasil sesuai kadar dan logika dalam cerita. Penyelesaian terbuka berarti ada kemungkinan akhir cerita masih bisa berlanjut karena pada akhir cerita masih terkesan menggantung. Keterjalinan antarunsur intrinsik cerita pada dasarnya bertumpu pada hukum plot. Jika unsur-unsur intrinsik dalam suatu cerita telah memenuhi hukum plot, jalinan cerita tersebut dikatakan mempunyai keterjalinan cerita yang baik. Kenny (dalam Nugraheni Eko Wardani, 2009: 39) mengungkapkan bahwa hukum plot ada empat, yakni plausibility (kebolehjadian), surprise (kejutan), suspense (ketegangan), dan unity (kesatuan). Plausibility berarti cerita mampu dilogika, masuk akal, realistis, dan mampu meyakinkan pembaca. Surprise berarti cerita harus memberikan keterkejutan bagi pembaca. surprise berkaitan dengan suspense, yakni keterkejutan menimbulkan ketegangan atau rasa ingin tahu bagi pembaca. Sementara itu, unity adalah kesatuan cerita yang padu atau utuh, tidak berupa penggalan-penggalan terpisah dari awal sampai akhir yang tidak mempunyai benang merah. Berdasarkan uraian-uraian di atas ditarik simpulan bahwa alur adalah unsur dalam sebuah cerita yang berfungsi untuk menjalin peristiwa-peristiwa dengan tujuan hasil jalinan cerita menandakan jalinan cerita yang dapat diterima oleh pembaca. Alur juga menentukan jalannya cerita dengan kehadiran tokoh-tokohnya, pembagian situasi serta berjalannya waktu dalam sebuah cerita. 4) Latar (Setting) W.H Hudson (dalam Herman J. Waluyo, 1994: 198) menyatakan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setting atau latar adalah keseluruhan lingkungan cerita yang melingkupi adat istiadat, kebiasaan, dan pandangan hidup tokoh. Stanton (2007: 35) berpendapat “latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa yang sedang berlangsung”. Latar atau setting adalah salah satu unsur penting dalam pembentukan cerita dalam sebuah karya fiksi. Latar dapat membangun suasana cerita dan mendukung unsur-unsur cerita lainnya. Sementara itu, Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 216) menjelaskan bahwa latar juga disebut sebagai landas tumpu, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dianggap sebagai pangkalan pijakkan dunia rekaan yang direalisasikan dengan tempat, waktu, dan sistem kehidupan, termasuk sarana kehidupan (Abdul Rozak Zaidan, dkk., 2001: 18). Latar dalam sebuah cerita mempunyai fungsi tertentu. Montaque dan Henshaw (dalam Herman J. Waluyo, 1994: 198) menyatakan tiga fungsi latar, yakni: a) mempertegas watak para pelaku; b) memberikan tekanan pada tema cerita; dan c) memperjelas tema yang disampaikan. Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) membedakan latar menjadi tiga unsur pokok, yakni latar tempat, waktu, dan sosial. a) Latar tempat Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang digunakan dapat berupa tempat dengan nama-nama tertentu, inisial tertentu, atau mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak tak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. b) Latar waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk ke dalam suasana cerita. c) Latar sosial Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks dan dapat berupa adat istiadat, kebiasaan hidup, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas. Bertolak dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa latar (setting) adalah unsur dalam sebuah cerita yang melingkupi waktu, lingkungan, kehidupan sosial, dan peristiwa yang turut berhubungan dengan unsur lain dalam membentuk kesatuan cerita. Penggambaran situasi yang jelas dalam cerita dapat ditentukan dengan kejelasan latar yang dihadirkan dalam penyajian cerita. 5) Sudut Pandang (Point of View) Point of view adalah istilah dari teori cerita atau naratologi yang menunjukkan kedudukan atau tempat berpijak juru cerita terhadap ceritanya (Dick Hartoko & B. Rahmanto, 1986: 108). Di lain pihak, Panuti Sudjiman (1988: 71) menjelaskan bahwa seorang pencerita atau pengarang menyampaikan cerita dari sudut pandangnya sendiri. Sudut pandang atau point of view adalah sudut dari mana pengarang bercerita (Herman J. Waluyo, 1994: 183). Hampir sejalan dengan pendapat itu, Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 248) mengemukakan bahwa sudut pandang adalah “cara atau pandangan yang dipergunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Di dalam sebuah novel, pengarang
mengolah karakter tokoh dengan
berbagai sudut pandang. Novel memungkinkan pengarang untuk memakai banyak sudut pandang. Herman J. Waluyo (1994: 184) memaparkan ada tiga jenis sudut pandang, yakni: a) pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelakunya sebagai “aku”. Teknik ini disebut teknik akuan; b) pengarang sebagai orang ketiga dan menyebut pelaku utama sebagai ”dia”. Teknik ini disebut teknik diaan; dan c) pengarang serba tahu yang menceritakan segalanya atau memasuki berbagai peran secara bebas, pengarang tidak fokus kepada satu tokoh cerita, tetapi semua tokoh mendapatkan penonjolan. Teknik ini disebut sebagai omniscient narratif. Berdasar dari beberapa penjelasan di atas ditarik simpulan bahwa sudut pandang adalah salah satu unsur intrinsik karya sastra yang digunakan oleh pengarang sebagai cara untuk memandang atau memosisikan diri pengarang dalam suatu cerita. 3. a.
Nilai Pendidikan
Hakikat Nilai Sastra dan tata nilai merupakan dua fenomena sosial yang saling
melengkapi dalam hakikat mereka sebagai sesuatu yang eksistensial. Sastra sebagai produk kehidupan, mengandung nilai-nilai sosial, falsafah, religi, dan sebagainya, baik yang bertolak dari pengungkapan kembali maupun yang merupakan penyodoran konsep baru (Suyitno, 1986: 3). Oleh karena itu, sastra tidak hanya memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan personal, tetapi juga nilai kehidupan manusia dalam arti yang menyeluruh. Hakikat nilai adalah sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, atau secara singkatnya, merupakan sesuatu yang baik. Hal ini berarti nilai selalu mempunyai konotasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
positif (Beterns, 1999: 139). Beterns (1999: 140) juga menjelaskan bahwa nilai dimaksudkan sebagai sesuatu yang berlaku, sesuatu yang mengikat atau menghimbau kita. Nilai berperan dalam suasana apresiasi atau penilaian sehingga akan menimbulkan perbedaan penilaian oleh berbagai orang. Soerjono Soekanto (1983: 161) berpendapat bahwa nilai-nilai merupakan abstraksi daripada pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Pada hakikatnya nilai yang tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi manusia, yaitu menyangkut tentang hal-hal yang bersifat hakiki. Driyarkara (dalam Mardiatmadja, 1986: 54) menyatakan bahwa nilai adalah hakikat suatu hal, yang menyebabkan hal itu pantas “dikejar” oleh manusia demi peningkatan kualitas manusia, atau yang berguna untuk suatu tujuan. Nilai dalam hal ini mengacu pada sikap orang terhadap sesuatu hal yang baik. Nilai mengandung harapan atau sesuatu yang diinginkan oleh manusia. Oleh karena itu, nilai bersifat normatif yang merupakan keharusan untuk diwujudkan dalam tingkah laku manusia yang selalu ingin dihargai, dijunjung tinggi serta selalu sejajar dengan manusia yang lain dalam memperoleh kebahagiaan hidup. Selain dengan nilai, manusia dapat merasakan kepuasan lahiriah dan batiniah. Apabila nilai itu dihayati seseorang, maka akan sangat berpengaruh terhadap cara berfikir, cara bersikap, maupun cara bertindak dalam mencapai tujuan hidupnya.
b.
Hakikat Pendidikan Pendidikan secara etimologi
berasal dari bahasa Yunani Paedogogike
yang terdiri dari kata Pais yang berarti ”Anak” dan kata Ago yang berarti ”Aku membimbing” (Soedomo Hadi, 2003: 17). M. Ngalim Purwanto (1986: 11) menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belum dewasa. Pendidikan pada hakikatnya berarti mencerdaskan kehidupan bangsa. Nyoman Kutha Ratna (2005: 449) menyatakan bahwa peryataan tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam pendidikan, yaitu : a) Cerdas, berarti memiliki ilmu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan persoalan nyata. Bukan berarti hafal seluruh mata pelajaran, tetapi tidak bisa mengaplikasikannya pada kehidupan nyata. Cerdas bermakna kreatif, inovatif, dan siap mengaplikasikan ilmunya; b) Hidup memiliki filosofi untuk menghargai kehidupan dan melakukan hal-hal yang terbaik untuk kehidupan itu sendiri. Hidup juga berarti merenungi bahwa suatu hari manusia akan mati, dan segala amalannya akan dipertanggungjawabkan kepada-Nya. Filosofi hidup ini sangat sarat akan makna individualisme yang artinya mengangkat kehidupan seseorang, memanusiakan manusia, memberikan makanan kehidupan berupa semangat, nilai moral dan tujuan hidup; dan c) Bangsa berarti manusia selain sebagai individu juga merupakan makhluk sosial yang membutuhan keberadaan orang lain. Setiap individu berkewajiban menyumbangkan pengetahuannya untuk masyarakat dalam meningkatkan derajat kemuliaan masyarakat sekitar dengan ilmu, sesuai dengan yang diajarkan agama dan pendidikan. Indikator terpenting kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan dan pengajaran. Driyarkara (dalam Soedomo Hadi, 2003: 18) berpendapat bahwa mendidik itu adalah memanusiakan manusia muda. Mendidik itu adalah homonisasi dan humanisasi, yaitu perbuatan yang menyebabkan manusia menjadi manusia. Berdasarkan pandangan tersebut, Driyarkara merumuskan inti pendidikan yaitu : a) Pendidikan adalah pemanusiaan anak, artinya pendidik memanusiakan anak didik, anak didik memanusiakan dirinya; b) Pendidikan adalah pembudayaan anak, artinya pendidik membudayakan anak dan anak membudayakan diri; dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Pendidikan adalah pelaksanan nilai, artinya pendidikan adalah perjumpaan antara aktivitas pendidik dengan aktivitas anak didik. Rachmat Djoko Pradopo (1997: 30) berpendapat bahwa segala sesuatu yang digunakan untuk mendidik harus yang mengandung nilai didik, termasuk dalam pemilihan media. Novel sebagai salah satu karya sastra yang merupakan karya seni juga memerlukan pertimbangan dan penilaian tentang seninya. ...pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya membantu peserta didik untuk menyadari nilai-nilai yang dimiliknya dan berupaya memfasilitasi mereka agar terbuka wawasan dan perasaannya untuk memiliki dan meyakini nilai yang lebih hakiki, lebih tahan lama dan merupakan kebenaran yang dihormati dan diyakini secara sahih sebagai manusia yang beradab. (Elly M. Setiadi, 2006: 114). Redja Mudyahardjo (2001: 6) menyatakan bahwa dalam pengertian yang sempit, pendidikan sering diartikan sebagai sekolah. Sekolah dianggap sebagai satu-satunya wahana untuk mendidik dan mengorganisasikan orang-orang memperoleh pengetahuan yang ingin dicapainya. Dalam pengertian ini, lingkungan pendidikan yang dianggap dapat membantu seseorang dalam mempelajari sesuatu adalah sekolah dan hanya orang yang belajar di sekolah itulah yang bisa disebut sebagai penerima pendidikan. Pandangan yang mendukung batasan pendidikan sebagai sekolah ini adalah pandangan behaviorisme seperti B. F. Skinner. B. F. Skinner (dalam Redja Mudyahardjo, 2001: 8) berpendapat bahwa pendidikan formal seperti lembaga sekolah sangat penting sebab pengaruh lingkungan dalam bentuk ajaran dan latihan sangat menentukan bagi pembentukan kemampuan seseorang. Jadi, dalam pandangan behaviorisme kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh lingkungan di sekitarnya. Bakat dan kemampuan alamiah dalam pengertian ini dianggap tidak terlalu berpengaruh dalam perkembangan kemampuan seseorang di kemudian hari. Pandangan behaviorisme yang mendukung pengertian pendidikan secara sempit di atas tentu saja mendapat kecaman dan sangat ditentang oleh beberapa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kalangan, diantaranya adalah kaum humanistik romantik (dipelopori oleh John Holt, William Glasser, dan Jonathan Kozol) dan Illich. Redja Mudyahardjo, (2001: 7) berpendapat bahwa pendidikan yang dilembagakan seperti yang terdapat pada sekolah hanya mendorong kepada pengasingan siswa dari hidup. Siswa dibentuk dan dilatih dalam kelompok-kelompok tertentu yang lepas dari kehidupan realitas. Mereka lebih lanjut mengatakan bahwa pendidikan yang optimal adalah pendidikan yang menjamin siswa memperoleh kebebasan dalam belajar sehingga tetap kepada kepribadiannya dalam belajar. Dalam pengertian ini, batasan pendidikan terasa sangat luas sehingga sukar untuk diidentifikasikan apakah sebuah kegiatan itu termasuk di dalam pendidikan ataukah tidak. Sebagai penengah kedua pandangan di atas adalah pandangan humanis realistik. Di banding dengan kedua pendapat yang berlawanan di atas, pandangan ini lebih luwes dan terarah. Batasan yang mereka kemukakan terhadap pendidikan tidak terlalu luas dan tidak pula terlalu sempit. Pendidikan dalam pandangan ini merupakan perpaduan dua pandangan di atas. Pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang bertujuan untuk mencapai sesuatu yang bersifat kemampuan pribadi secara optimal dan mencapai sebuah tujuan sosial yang membentuk manusia secara utuh (Redja Mudyahardjo, 2001:12). Pendidikan dengan kata lain dapat pula disebut sebagai hidup (Redja Mudyahardjo, 2001: 3). Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan individu dapat disebut sebagai pendidikan. Dengan demikian, bentuk pendidikan terentang dari bentuk yang misterius (secara tidak sengaja) sampai terprogram dapat terjadi di sembarang tempat dan tempat yang berbeda di dalam hidup sebab orientasi utama dalam pendidikan adalah peserta didik, bukan hal-hal lain di luar peserta didik. Jadi, tujuan pendidikan terkandung di dalam setiap pengalaman belajar, tidak terbatas karena selalu berkembang mengikuti tujuan hidup seseorang itu sendiri. Bertolak dari pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendidikan tidak sedangkal yang dianggap oleh para kaum behaviorisme. Pendidikan merupakan sesuatu yang bermakna luas dan kompleks. Segala sesuatu yang hidup dan berada di sekitar manusia merupakan wahana pendidikan. Perjalanan hidup seseorang dapat dikatakan sebagai proses belajar. Pengalaman seseorang, baik itu pahit ataupun manis merupakan pendidikan yang dapat memengaruhi perkembangan individu manusia. Berkaitan dengan pendidikan ini, nilai mempunyai kedudukan atau peranan yang sangat penting bagi peserta didik. Pendidikan tanpa nilai tidak akan mengubah perilaku seseorang menuju ke arah yang lebih baik. Nilai merupakan suatu ukuran tentang hal-hal yang patut atau tidak, benar atau salah, serta baik atau buruknya, nilai menjadi sebuah standar bagi segala sesuatu untuk diambil sebagai salah satu bentuk pengalaman bagi manusia. Dengan demikian, apabila nilai dan pendidikan dijadikan sebagai satu frase, hubungannya sangat erat dan tidak dapat dipisahkan, karena tidak mungkin ada pendidikan tanpa nilai. Sebaliknya, nilai saja tanpa pendidikan akan menjerumuskan manusia kepada proses hidup yang tidak utuh, hanya memandang segala sesuatu dengan picik dan dangkal. Singkatnya, hakikat dari nilai pendidikan adalah nilai atau standar hidup yang dapat dipetik dari segala macam proses belajar, baik misterius ataupun terprogram, yang mengarahkan manusia kepada pembentukan identitas diri yang utuh, mampu menangkap seluruh aspek kehidupan secara universal. Frase nilai pendidikan berasal dari dua kata yakni nilai dan pendidikan. Nilai merupakan sesuatu yang menjadi faktor kelayakan atau kepatuhan bagi suatu benda, makhluk, atau apapun yang ditujukannya. Istilah pendidikan secara etimologi berasal dari bahasa Inggris to educate yang dapat berarti mendidik dan kemudian berkembang menjadi education yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti pendidikan. c.
Macam-macam Nilai Pendidikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Manusia dalam kehidupan dunia ini tidak pernah terlepas dari tata nilai yang melingkupinya. Pendidikan dalam pengertian proses belajar seseorang tentang hidup dan kehidupan ini, menjadikan nilai sebagai faktor penting yang harus ada pada setiap kegiatannya. Menyikapi hal tersebut, untuk mendapatkan nilai pendidikan, seseorang tidak harus datang kepada sebuah lembaga formal seperti sekolah-sekolah, seminar, ataupun term-term umum yang terdapat di masyarakat lainnya. Nilai pendidikan dapat pula diperoleh dari membaca karyakarya sastra sebab sastra merupakan pencerminan hidup manusia di dalam kehidupan. Sastra dan pendidikan memiliki hubungan yang erat dan tidak terpisahkan. Suyitno (1986: 3) mengatakan bahwa berbicara mengenai nilai pendidikan atau nilai didik dalam karya sastra tidak akan terlepas dari karya sastra itu sendiri. Karya sastra sebagai hasil olahan sastrawan yang mengambil bahan dari segala permasalahan dalam kehidupan dapat memberikan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh pengetahuan lain. Hal ini merupakan kelebihan karya sastra. Kelebihan lain dari karya sastra ialah bahwa karya sastra dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara berpikir mengenai hidup baik, buruk, benar, salah, mengenai hidupnya sendiri ataupun bangsanya. Sastra sebagai produk kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, falsafah, religi, dan sebagainya. Bertolak pada pendapat Suyitno di atas, terdapat hubungan yang erat antara sastra dengan pendidikan. Hubungan ini disebabkan oleh kandungan nilai didik di dalam karya sastra. Nilai pendidikan di dalam karya sastra tidak selalu berupa petuah bagi pembaca, tetapi dapat pula berupa kritikan yang cukup pedas bagi seseorang, sekelompok orang, atau sebuah struktur sosial yang tidak sesuai dengan harapan pengarang di dalam kehidupan nyata. Terlepas dari bagaimana nilai-nilai pendidikan tersebut dibentuk pengarangnya di dalam karyanya, secara garis besar terdapat 4 (empat) nilai pendidikan dalam karya sastra, yakni sebagai berikut : 1) Nilai Pendidikan Sosial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Karya sastra merupakan karya imajinatif, artinya lahir dari hasil proses imajinasi pengarangnya. Meskipun demikian, sifat imajinasi di dalam karya sastra tidak jarang berangkat dari realitas yang terdapat di sekitar pengarang. Tentu masih diingat pendapat Albert Camus (dalam Gunawan Mohamad, 1993: 71) yang menyatakan ”....dalam kesusastraan yang sejati, adalah mempergunakan realitas dan hanya realitas, dengan seluruh kehangatan dan darahnya, nafsu dan jeritannya”. Pengertian yang dikatakan Albert Camus tersebut, tampak bahwa kesusastraan lahir dari situasi sosial yang ada disekitar pengarang, yang dengan seluruh kesadaran ditangkap pengarang dan kemudian dituangkannya dalam sebuah karya yang menarik, utuh, dan tentu saja tidak terlepas dari pendapat pengarang pribadi sebagai penciptanya. Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat. Bagaimana seseorang harus bersikap, dan bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk nilai sosial. Di dalam masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam coraknya, pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga kesinambungan masyarakat. Dorongan sosial berkenaan dengan pembentukan dan pemeliharaan jenis-jenis tingkah laku, hubungan antar individu, dan hubungan antar individu dengan masyarakat. Dorongan sosial pada akhirnya akan mendorong penciptaan sastra yang mau tidak mau akan memperjuangkan berbagai bentuk aktifitas sosial tersebut (Atar Semi, 1993: 22). Karya sastra merupakan salah satu hasil cipta, rasa, dan karsa manusia, yang tentunya hidup dan memiliki kehidupan di tengah masyarakat. Kenyataan tersebut membawa karya sastra, seperti diungkap Jakob Sumardjo (1988: 120), bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup di tengah masyarakat. Sastra adalah produk masyarakat dan berada di tengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa kesusastraan berkaitan erat dengan nilai-nilai yang terdapat dalam wilayah sosial. Perkembangan sosial memberi dorongan manusia untuk masuk pada lingkungan masyarakat, individu ingin keluar dari lingkungan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keluarga dan memasuki lingkungan sosial di tengah-tengah masyarakat. Dalam hal ini, Gunarsa dan Yulia (2001: 59) berpendapat bahwa dalam diri manusia atau individu timbul keinginan bergaul secara lebih bebas, bergaul dengan teman-teman pria atau wanita. Manusia dapat bergaul dengan bebas, tetapi tidak boleh mengabaikan tanggung jawab sosial apalagi melanggar peraturan agama dan peraturan masyarakat. Yant Mujianto (1988: 8) menyatakan bahwa dengan menekuni karya-karya sastra yang ada, manusia dapat membina kepekaan sosialnya. Membaca karya sastra adalah membaca realitas sosial yang ada di lingkungan sekitar kita. Memahami makna dan hakikat karya sastra sama artinya dengan memahami polapola kehidupan sosial di tengah masyarakat. Dengan demikian, pendapat di atas menyatakan bahwa aktivitas membaca dan memahami karya-karya sastra adalah aktivitas membina kepekaan sosial, kepekaan terhadap sesama manusia, kepekaan terhadap masalah-masalah kemasyarakatan, dan kepekaan terhadap kesadaran bagi dirinya untuk bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan sosial, terlebih juga merupakan pemberontakan pengarang terhadap realitas yang ada, dapat dikatakan bahwa karya sastra memiliki nilai pendidikan sosial. Nilai pendidikan sosial yang dimaksudkan adalah sesuatu yang pantas diperoleh pembaca untuk membantunya di dalam berkomunikasi, berinteraksi, maupun beradaptasi dengan lingkungannya. Bertolak dari beberapa pengertian tentang nilai pendidikan sosial di dalam karya sastra di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan sosial dalam karya sastra adalah membentuk manusia yang mempunyai kesadaran sosial, sikap sosial, dan kemampuan sosial. 2) Nilai Pendidikan Moral Nilai moral, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patutnya manusia bergaul di dalam kehidupan bermasyarakat. Moral erat kaitannya dengan agama dan sosial. Dalam moral terdapat unsur moral agama, moral sosial dan moralmoral lainnya sehingga moral merupakan sesuatu yang sangat kompleks yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selalu dihadapi seseorang. Karya sastra sebagai ciptaan dari seorang pengarang yang tentunya hidup dan bergaul di tengah masyarakat di sekitarnya, tentunya juga mengandung nilai etika atau nilai moral. Suhariyanto (1982: 21) mengatakan bahwa kegunaan karya sastra haruslah merupakan kegunaan yang mampu mendorong manusia penikmatnya ke arah munculnya pemikiran-pemikiran yang lebih mendalam atau sublim. Kegunaan karya sastra harus mampu menjadikan para penikmatnya peka terhadap masalah-masalah kemanusiaan dan mendorong lahirnya perilaku-perilaku yang mendatangkan manfaat bagi kehidupan. Pendek kata kegunaan yang menjadikan manusia menjadi lebih arif. Karya sastra dapat dipahami sebagai alat didik yang cukup bagus untuk memenuhi kelayakan bagi seorang makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena tuntutan ini pula, seorang pengarang haruslah berhati-hati dalam menciptakan karya sastra. Ia tidak bisa seenaknya saja menciptakan karya-karya sastra yang menyesatkan, tetapi harus mampu menghadirkan nilai pendidikan etika yang benar sehingga menimbulkan efek yang positif bagi pembacanya. Kinayati Dojosantosa (2006: 740) menyatakan bahwa banyaknya karya sastra yang mengandung nilai-nilai moral membuktikan hal tersebut. Dengan terkandungnya nilai moral dalam karya sastra, pengarang dapat merefleksikan pandangan hidupnya melalui nilai-nilai kebenaran sehingga karya sastra tersebut dapat menawarkan pesan-pesan moral yang berkaitan dengan sifat luhur manusia, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat luhur manusia yang digambarkan pengarang melalui sikap dan tingkah laku para tokoh dalam sebuah karya sastra dapat membantu membentuk pribadi pembaca sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat dan berakhlak menjadi lebih baik lagi. Lebih lanjut dikemukakan bahwa inilah pesona karya sastra dalam pendidikan moral. Sastra memang sebuah karya yang bersifat fiksi. Meskipun demikian, kehadirannya mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi kehidupan melalui nilai-nilai pendidikan yang ada padanya. Bentuk karya sastra memang berbeda dari bentuk pendidikan lainnya seperti khotbah, esay, ataupun kritik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
langsung, tetapi karya sastra mempunyai keunikan sendiri dalam bentuknya tersebut karena mampu menunjukkan nilai pendidikannya secara lebih utuh dan lengkap. Dalam hal ini, Yant Mujiyanto (1988: 133) berpendapat bahwa sastra bukan khotbah agama atau biro konsultasi pemberi nasehat, tetapi secara hakiki, sifat edukatifnya mempunyai peran yang sejalan dengan fatwa-fatwa rohaniwan. Sastra berangkat dari itikad baik, tidak sunyi dari untaian hikmah di antara seru derunya konflik atau peristiwa cerita. Di sisi lain, sastra pun menawarkan teladanteladan terpuji, figur-figur idola, tokoh-tokoh, dan kata hidup yang pantas dijadikan cermin pematut diri. Bertolak dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa keberadan nilai etika atau moral di dalam karya sastra adalah bentuk nasehat yang diberikan pengarangnya secara tidak langsung seperti yang banyak dilakukan oleh para pemuka agama, pengkhotbah, dan rohaniwan lainnya. Pengarang mencoba memberikan bentuk tersendiri untuk membingkai segala sesuatu yang ingin dikemukakannya. Kadang ia memberi nasehat melalui kritikan yang ada di dalam dialog tokoh-tokoh yang hidup di dalam karyanya, kadang hanya sepintas lalu menyebutkan sepatah dua patah kata di tengah narasinya, dan tidak jarang pula nilai pendidikan etika terselubung di seluruh permukaan cerita. Artinya, pembaca harus memahami keseluruhan cerita untuk dapat menemukan petuah pengarang tentang nilai moral atau etika. 3) Nilai Pendidikan Religius Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah keberadaan sastra itu sendiri (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 326). Nilai religius merupakan sudut yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Sesuatu yang berbau religius dapat berarti segala sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Manusia dalam kehidupan ini membutuhkan pegangan, dan pegangan yang paling bermakna adalah agama (Syahrir Harahap, 1997: 5). Setiap agama unsur pokok yang selalu ada adalah masalah aqidah, ibadah, dan akhlak. Aqidah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keyakinan. Ibadah berkaitan erat dengan perilaku dan perbuatan manusia yang dutujukan kepada Tuhan. Unsur pokok yang terakhir yakni akhlak, berkaitan erat dengan moral manusia di dunia, termasuk tentang perilaku dan sikap manusia itu di dalam kahidupan bermasyarakat. Lepas dari pembicaraan tentang pentingnya agama dalam kehidupan manusia, karya sastra sebagai hasil cipta, rasa,
dan karsa manusia
tentunya tidak luput dari masalah agama. Mengingat bahwa setiap manusia seperti juga seorang pengarang karya sastra, membutuhkan agama sebagai pegangan hidupnya, seringkali bahklan selalu, karya sastra banyak dipengaruhi oleh unsur agama atau religi. Atar Semi (1988: 22) mengatakan bahwa agama merupakan dorongan penciptaan sastra, sebagai sumber ilham, dan sekaligus pula sering membuat sastra bermuara kepadanya. Mangunwijaya (1995: 54) menyatakan bahwa religius adalah konsep keagamaan yang menyebabkan manusia bersikap religius. Kaitan agama dengan masyarakat banyak dibuktikan oleh pengetahuan agama dalam argumentasi rasional tentang arti dan hakikat kehidupan, tentang kebesaran Tuhan dalam arti mutlak dan kebesaran manusia dalam arti relatif selaku makhluk. E. Durkheim (dalam Kuntjoroningrat, 1993: 145) menjelaskan pengertian religius berdasarkan konsep mengenai dasar-dasar religius dalam bukunya Les Formes Elemenmentaires de la Vie Religieuse yang mengupas bahwa tiap religius merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat komponen, yaitu: a. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia bersikap religius. b. Sistem keyakinan yang mengandung segala sifat-sifat Tuhan yang berwujud dari alam gaib, serta segala norma dan ajaran dari religi yang bersangkutan. c. Sistem upacara merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa, dan makhluk-makhluk halus yang mendiami alam gaib. d. Umat atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan tersebut dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sub-2, dan yang melaksanakan sistem upacara tersebut dalam sub-3. Keempat komponen tersebut sudah terjalin erat antara satu dengan yang lain menjadi satu sistem yang terintegrasi secara bulat. Emosi keagamaan merupakan suatu getaran yang menggerakkan jiwa-jiwa manusia. Manusia dihinggapi rasa getaran jiwa sebagai proses jiwa manusia dimasuki cahaya Tuhan. Getaran jiwa yang disebut emosi keagamaan bisa dirasakan seorang individu dalam keadaan sendiri dan aktivitas dilakukan oleh seorang individu dalam keadaan sunyi dan senyap. Seseorang bisa berdoa dan bersujud sesuai dengan ajaran agama sehingga jiwa dapat berubah menjadi tenang dan damai. Berbicara tentang hubungan manusia dengan Tuhan tidak akan terlepas dari apa yang dikenal manusia dengan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Apapun yang ingin dilakukan manusia akan selalu kembali kepada derajatnya yang tidak lebih merupakan hamba Tuhan. Kinayati Dodjosantoso (1999: 15) berpendapat bahwa dalam religius iman tumbuh dan berkembang melalui pengalaman demi pengalaman, tahap demi tahap acap kali tergantung pada tingkat perkembangan kesadaran manusia itu sendiri. Tugas utama manusia ialah mendewasakan imannya, yakni dengan terbuka terhadap kehadiran Allah dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah keterbukaan vertikal dan horizontal. Keterbukaan vertikal dimaksudkan pada keterbukaan hati manusia terhadap eksistensi Allah sebagai dasar dan tujuan hidup manusia. Adapun hubungan horisontal adalah hubungan manusia dengan manusia. Hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan ditandai dengan adanya doa melalui agama yang dianut dan menyakini ajaranajaran agama tersebut. Hubungan horisontal antara manusia dengan manusia dapat terjalin dalam hubungan lingkungan keluarga dan lingkungan sosial masyarakat. Orang yang menjalankan perintah agama dengan sungguh-sungguh akan berusaha menjauhi larangan dan menjalankan perintah agama. Dalam hal ini, moral seseorang yang beragama akan berbeda dengan moral orang yang tidak beragama. Karena ada perasaan takut terhadap siksaan Allah di kemudian hari, maka orang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang beragama akan membatasi perbuatannya yang merugikan diri sendiri dan orang lain (Miqdad, 2001: 36). Ki Hajar Dewantoro (dalam Tilaar, 2000: 43) mengartikan buah budi manusia merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang sangat kuat yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat). Dalam perjuangan tersebut, terbukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. Mangunwijaya (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 316) berpendapat bahwa kehadiran unsur religi dalam karya sastra setua keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Pendapat Mengunwijaya yang dikutip Burhan Nurgiyantoro ini dapat dimaklumi, mengingat bahwa karya sastra adalah ciptaan manusia, sedangkan manusia itu sendiri merupakan salah satu dari ribuan ciptaan Tuhan yang beragama, memiliki keyakinan hidup, dan tentunya memiliki pengalaman religi yang bermacammacam. Sastra tumbuh dari jiwa pengarangnya, karena tidak mungkin sastra memiliki dunianya sendiri tanpa sedikitpun dipengaruhi oleh sikap dan pandangan hidup pengarangnya. Dengan demikian, jelas bahwa keberadaan unsur religius di dalam sebuah karya sastra adalah sesuatu yang secara otomatis hadir bersamaan dengan adanya karya sastra itu sendiri. Bertolak dari pendapat-pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa sastra dan agama, atau sastra dengan unsur religius adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat terutama karena sastra banyak berangkat dari pengalaman-pengalaman religi pengarangnya. Dengan demikian, pada awal segala sastra tersebut adalah religius. 4) Nilai Pendidikan Estetika Salah satu fungsi sastra adalah fungsi estetika atau fungsi keindahan. Atar Semi (1988: 56) menyatakan bahwa fungsi estetika sastra adalah penampilan karya sastra yang dapat memberi kenikmatan dan keindahan bagi pembacanya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Membaca karya sastra seringkali membuat tercengang pembaca karena mendapati untaian bahasa yang indah, bahkan untuk melukiskan sebuah kecelakaan yang tragis pun seorang pengarang sanggup menceritakannya dengan sangat manis dan mendalam maknanya. Yant Mujianto (1988: 132) berpendapat bahwa membaca karya sastra merupakan suatu kegiatan yang syarat dengan keindahan. Dengan membaca karya sastra, pembaca akan menemukan gaya bahasa yang indah, keberadaan diksi-diksi yang indah, irama dan nada yang indah, peristiwa yang indah, dan lain-lainnya termasuk peristiwa-peristiwa di dalam cerita yang dipulasnya dengan keindahan. Seorang pengarang dapat berkomunikasi dengan masyarakat menggunakan bahasa yang sesuai dengan alatnya, yaitu media tulis. Pengarang menggunakan media tulis sebagai alatnya, maka gaya bahasa yang dipergunakan adalah gaya bahasa dalam kalimat. Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran seseorang melalui bahasa secara khas yang dapat memperlihatkan jiwa dan kepribadian pemakai bahasa penulis bahasa (Gorys Keraf, 2002: 13). Kata style diturunkan dari bahasa Latin stilus, yang artinya suatu keahlian dan kemampuan untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah (Gorys Keraf, 2002: 112). Gaya adalah segala sesuatu yang memberikan ciri khas kepada seseorang dalam berbicara atau teks, dan ciri khas dalam berbicara atau teks itu akan membedakan dengan yang dimiliki oleh individu lain (Luxemburg, dkk, 1993: 104). Di sisi lain, bahasa sebagai salah satu alat komunikasi dalam interaksi sosial. Dengan bahasa manusia dapat menuangkan ide-ide, pengetahuan, mengajak, menolak, menyampaikan pesan, memahami orang lain, dan sebagainya. Komunikasi dipandang sebagai suatu kombinasi perbuatan atau tindakan serangkaian unsur-unsur yang mengandung maksud dan tujuan (Tarigan, 1993: 8). Dilanjutkan oleh Gorys Keraf (2002: 23) yang menjelaskan bahwa "dalam gaya bahasa yang dimiliki oleh seseorang merupakan bagian dari diksi bertalian erat dengan ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau memiliki nilai artistik tinggi”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Penelitian yang Relevan Penelitian mengenai kajian struktural telah banyak dilakukan. Ada beberapa penelitian menggunakan pendekatan struktural yang menjadi referensi penelitian ini. Salah satu penelitian yang relevan yang menjadi acuan dalam membuat skripsi ini adalah penelitian berjudul “Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 Karya Habiburrahman El Sirazy (Kajian Struktural dan Nilai Didik)” yang disusun oleh Septiningtyas Dwi Hapsari pada tahun 2009. Penelitian itu menghasilkan simpulan berupa: 1. Tema dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 adalah tema percintaan. Akan tetapi, tema percintaan yang dihadirkan tidak hanya percintaan antar manusia, melainkan antara manusia kepada Tuhan dan Rasulnya, serta dari Tuhan kepada manusia melalui cobaan dan nikmat yang diberikan kepada manusia tersebut. 2. Penokohan dalam novel kedua novel tersebut dibagi antara tokoh uama dan tokoh tambahan, protagonis dan antagonis. Salah atu yang menjadi tokoh utama protagonis adalah Khairul Azzam yang memiliki watak religius, mencintai Al Quran, pekerja keras, rela berkorban demi keluarganya, lapang dada, sabar dan bijaksana, menjaga kesucian dan bertanggung jawab. 3. Bahasa yang digunakan sangat santun dan halus, memiliki nilai estetis yang tinggi, sering menggunakan bahasa Arab fusha (formal) dan ámiyah (informal) serta menggunakan campur kode. 4. Latar yang digunakan pada dua novel tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, ltar waktu dan latar sosial. Pada Ketika Cinta Bertasbih 1, latar tempat dan sosialnya adalah di Mesir, sedangkan pada Ketika Cinta Bertasbih 2, latar tempat dan sosialnya adalah di Indonesia. Sedangkan latar waktu yang digunakan adalah waktu senja, malam, siang, menjelang magrib, pagi, fajar, sore, dan menunjukkan jam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Amanah yang terdapat pada kedua novel tersebut adalah amanah yang bersifat ajaran moral dan nilai kemanusiaan. 6. Sudut pandang yang digunakan dalam kedua novel adalah sudut pandang orang ketiga (ia). Naratornya merupakan orang di luar cerita, dan sering menyebut nama tokoh-tokoh dalam cerita. 7. Alur dalam kedua novel sudah lengkap dan tercermin dalam setiap judul atau bab nya. Alur flash back sering pula disajikan oleh pengarang novel untuk menceritakan masa lalu tokoh. 8. Nilai didik yang yang terdapat dalam kedua novel tersebut terfokus pada nilai religius, nilai moral dan nilai sosial. Pendekatan penelitian yang digunakan Septiningtyas Dwi Hapsari sama dengan pendekatan dalam penelitian ini, yakni pendekatan struktural. Akan tetapi, ada perbedaan yang membedakan penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Septiningtyas Dwi Hapsari. Penelitian yang dilakukan Septiningtyas Dwi Hapsari menganalisis dua buah novel yang berkesinambungan, sehingga cerita yang dikaji ada dua buah, sedangkan dalam penelitian ini hanya meneliti sebuah novel.
C. Kerangka Berpikir Penelitian ini menganalisis karya sastra berupa novel yang berjudul 5Cm karya Donny Dhirgantoro. Penganalisisan novel 5Cm ini menggunakan pendekatan strukturalisme, yang merupakan pendekatan yang berpusat pada karya sastra itu sendiri, tanpa memperhatikan pengarang, penyair, pembaca atau hal yang bersifat ekstrinsik dari karya sastra tersebut. Karya sastra dalam pendekatan struktural dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pendekatan strukturalisme diterapkan dengan cara menganalisis unsurunsur intrinsik dalam novel dan keterkaitan antarunsur intrinsiknya. Setelah menganalisis unsur-unsur intrinsiknya, peneliti juga mengkaji nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm tersebut. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm tersebut dirasa perlu dikaji mendalam karena memiliki nilai positif yang dapat memotivasi pembacanya. Analisis pada penelitian ini meliputi penganalisisan unsur-unsur intrinsiknya, yaitu tema, penokohan, alur, latar/setting dan juga sudut pandang. Analisis unsur intrinsik novel bersifat menyeluruh untuk menemukan keterjalinan antarunsur instrinsik. Selain itu, dianalisis juga mengenai hubungan antartokoh dalam novel tersebut. Setelah langkah itu selesai, peneliti menganalisis nilai pendidikannya yang meliputi nilai pendidikan moral, sosial, religius dan estetika. Gambaran lebih jelas mengenai penelitian ini dapat dilihat dari alur kerangka berpikir sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1. Kerangka Berpikir
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan objek kajian berupa novel. Objek penelitian ini adalah novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro. Tidak ada pembatasan mengenai tempat penelitian, yakni suatu tempat dapat digunakan jika memungkinkan dan mendukung untuk dilaksanakan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan, yakni dari bulan Juni sampai bulan November 2010. Berikut adalah tabel jadwal pelaksanaan penelitian.
Jenis Kegiatan
Tabel Waktu Penelitian Bulan 1.
Jul
Agst
Sept
Okt
Des Nov
Jun 1.
Menyusun Izin
x---
Penelitian 2.
Menyusun Bab 1,
-xxx
xxxx xxxx
xxxx
2, dan 3 3.
Pengajuan Bab 1,
--xx
2, dan 3 4.
Menyusun Bab 4
xxxx
xx--
dan 5 5.
xxx-
Pengajuan Bab 4 dan 5
B.
Bentuk dan Strategi Penelitian
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif kualitatif dengan metode content analysis atau analisis isi. Penelitian ini mendeskripsikan atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menggambarkan apa yang menjadi masalah, kemudian menganalisis dan menafsirkan data yang ada. Metode content analysis atau analisis isi yang digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen, dalam penelitian ini dokumen yang dimaksud adalah novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
C.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh (Suharsimi Arikunto, 1998:114). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen yang diambil dari teks novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro. D.
Teknik Sampling (Cuplikan)
Teknik cuplikan yang digunakan adalah Purposive Sampling, yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Sutopo (1996: 52) menyatakan bahwa teknik cuplikan adalah suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi. Peneliti mendasarkan landasan pada teori yang digunakan, keingintahuan pribadi, karakteristik empiris yang dihadapi, dan sebagainya. Teknik sampling dalam penelitian ini dilakukan secara selektif dengan cara memilih kalimat-kalimat atau dialog dalam novel 5Cm yang dapat mewakili jawaban atas rumusan masalah yang telah ditentukan.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik penggumpulan data yang digunakan penulis adalah teknik catat, mengingat objek kajian dalam penelitian ini adalah sebuah teks, yaitu
berupa
novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro. Adapun langkah-langkah pengumpulan datanya dikelompokkan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut: 1.
Membaca novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro secara berulang-ulang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.
Mencari dan mencatat kalimat yang berkaitan dengan struktur novel dan mencatat hal-hal penting yang mendukung analisis novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
3.
Menganalisis novel tersebut berdasarkan pendekatan struktural dan mencari nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya.
F.
Validitas Data
Validitas data atau keabsahan data merupakan kebenaran data dari proses penelitian. Untuk mendapatkan keabsahan data, peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi. Adapun trianggulasi yang digunakan adalah trianggulasi teori, yaitu cara penelitian terhadap topik yang sama dengan menggunakan teori yang berbeda dalam menganalisis data.
G.
Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro adalah teknik analisis mengalir (flow model of analysis), yang meliputi tiga komponen, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan simpulan. Analisis model mengalir mempunyai tiga komponen yang saling terjalin dengan baik, yaitu sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan penggumpulan data. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis data dengan analisis tersebut meliputi : 1.
Reduksi data (data reduction) Pada langkah ini, data yang sudah diperoleh dicatat kemudian dilakukan penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data-data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis, yaitu mengenai pendekatan struktural, hubungan antarunsur dalam membangun keindahan dan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro. Informasi-informasi yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini. 2.
Penyajian data (display data) Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh diskripsi mengenai pendekatan struktural, hubungan antarunsur dalam membangun keindahan dan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
3.
Penarikan Simpulan (verifikasi) Pada tahap ini dibuat simpulan tentang hasil dari data yang diperoleh sejak awal penelitian. Simpulan ini masih memerlukan adanya verifikasi (penelitian kembali tentang kebenaran laporan) sehingga hasil yang telah diperoleh benar-benar valid. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara terus
menerus mulai dari awal, saat penelitian berlangsung, sampai akhir penelitian. Adapun proses analisis model mengalir jika digambarkan sebagai berikut.
------------------------------------------------Reduksi data Antisipasi
Selama
Pasca
Penyajian data Selama
Pasca
Penarikan simpulan Selama
Pasca
Gambar 2. Model Analisis Mengalir (Flow Model of Analysis) (Miles, Mattew B. & Huberman, A. Michael, 1992: 18) H.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan penjelasan secara rinci mengenai langkah penelitian dari awal hingga akhir untuk membantu lancarnya pelaksanaan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian. Dalam penelitiaan ini penulis mengambil langkah-langkah: 1.
Pengumpulan data Dalam tahap ini peneliti mengumpulkan data berupa kutipan-kutipan yang merupakan pendekatan struktural, hubungan antarunsur dalam membangun keindahan, dan nilai pendidikan yang terdapat dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro.
2.
Penyeleksian data Data-data yang dikumpulkan, kemudian diseleksi serta dipilah-pilah mana saja yang akan dianalisis.
3.
Analisis Data Dalam tahap ini penulis menganalisis data yang telah terkumpul dengan menggunakan teknik analisis mengalir (flow model of analysis).
4.
Penyusunan laporan penelitian Laporan penelitian merupakan tahap akhir dari serangkaian proses. Merupakan tahap penyampaian data-data yang telah dianalisis, dirumuskan, dan ditarik simpulan. Kemudian dilakukan konsultasi dengan pembimbing. Tulisan yang sudah baik disusun menjadi laporan penelitian, disajikan, dan diperbanyak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada skema prosedur penelitian sebagai
berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
1. Unsur Intrinsik dalam Novel 5Cm Karya Donny Dhirgantoro a. Tema Tema adalah gagasan dasar dari sebuah cerita atau karya sastra yang terkandung di seluruh unsur cerita dan dapat digunakan untuk menjawab makna cerita atau karya sastra tersebut. Ada lima tingkatan tema menurut Shipley (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 80-81), yakni tema tingkat fisik, organik, sosial, egoik, dan divine. Tema novel 5Cm ini terdiri dari tema sosial yaitu tentang persahabatan, cinta, kehidupan serta kepercayaan pada mimpi yang menjadi modal kehidupan para tokohnya. Persahabatan yang terjalin antara lima tokoh dalam novel ini sangat erat, sehingga dalam keseharian mereka yang selalu bertemu, pergi kemana-mana selalu bersama dan membicarakan hal yang selalu sama setiap kali bertemu, membuat mereka memutuskan untuk berpisah, bukan untuk mengakhiri persahabatan mereka, namun untuk keluar dari intensitas pertemuan mereka yang terlalu sering, sehingga mereka dapat menemukan pengalaman baru, dan menjadi orang yang baru, orang yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Mungkin kita emang harus ngeliat dunia lain di luar tongkrongan kita dulu, jangan berlima melulu kemana-mana.”(5Cm:63) “Kita keluar sebentar aja, bermimpi lagi masing-masing tentang kita, nanti pas ketemu lagi, pasti lain lagi, lain ceritanya, lain lagi orangnya, mungkin nanti Ian jadi kurus. Jadi enggak perlu nyewa banana boat lagi, tapi getek.”(5Cm: 63) Tema percintaan juga mewarnai novel 5Cm ini, selain tema persahabatan yang kental. Percintaan yang polos,commit yang dimiliki to useroleh tokoh Genta kepada Riani,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang tak pernah berani diucapkan Genta, maupun percintaan yang meluap-luap dan selalu ditunjukan Zafran kepada Arinda/Dinda, namun dipandang dingin dan datar oleh Arinda. Begitu pula kisah percintaan yang dialami oleh Arial dan Indy. Tema percintaan memang tidak pernah terlepas dari kisah persahabatan dalam sebuah novel maupun cerita. Contoh tema percintan yang terdapat dalam novel 5Cm adalah sebagai berikut. Tanpa sadar, tolehan dan gerak tubuh Riani tadi terekam kuat dalam otak Genta. Riani, Riani. Entah untuk yang k berapa kalinya, Genta yang kebetulan duduk diagonal di belakang Riani kembali mengagumi rambut Riani yang digulung membentuk konde cemplon, dipadu tusuk konde warna kuning gading. Beberapa anak rambutnya terlihat liar di sekitar konde kecilnya, pas banget buat leher Riani yang putih. Riani memakai ham putih dengan garisgaris kecil hitam putus-puus dan jins warna gelap, pas banget deh! (5Cm: 16-17) Zafran masih aja coba lairak-lirik ke kamar Dinda, berharap Dinda keluar dan menaburinya dengan sejuta keindahan. Tapi Dinda nggak pernah muncul... (5Cm:25) Indy masih rebah di bahu Arial, menikmati keindahan malam di beranda. Sesekali ia menatap wajah Arial yang memandang lurus ke depan. Arial masih belum bisa percaya Indy akhirnya menerimanya, mempercayai genggamannya yang akan menemanuinya mengarungi hari-hari mereka ke depan. Lamunan Arial itu membuat ketidaksadaran dalam tubuhnya untuk memeluk erat tubuh di sebelahnya. Batin Indy pun ikut menikmati kehangatan yang Arial berikan. Sedetik Arial membernamkan hidungnya ke rambut Indy, merasakan penciumannya bercerita tentang semuanya. Malam itu indah sekali....(5Cm:102) Tema percintaan yang sebenarnya terdapat dalam novel 5Cm ini, tidak hanya terdapat antartokoh-tokohnya, tetapi terdapat pula penggalan novel yang menceritakan betapa besar rasa cinta antara tokohnya dengan tanah air mereka ini. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Saya Ian... saya bangga bisa berada di sini bersama kalian semua. Saya akan mencintai tanah ini seumur hidup saya, saya akan menjaganya, dengan apa pun yang saya punya, saya commit akan menjaga to user kehormatannya seperti saya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjaga diri saya sendiri. Seperti saya akan selalu menjaga mimpi-mimpi saya terus hidup bersama tanah air tercinta ini.”(5Cm:49) Tema persahabatan yang kental, dipadu dengan tema percintaan antartokohnya diselaraskan pula dengan tema kehidupan serta kepercayaan mereka terhadap mimpi yang ingin mereka raih. Banyak sekali peristiwa-peristiwa kehidupan yang disampaikan novel ini, begitu pula tentang mimpi, dan keajaiban yang menyertainya. Tekad mereka berlima untuk selalu menempatkan mimpi di depan kening mereka agar selalu dapat terlihat dan terkejar. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Perlahan tapi pasti, kereta mulai berjalan meninggalkan Stasiun Lempuyangan. Suara peluit dari stasiun dan doa si mbok masih mengisi terlinga mereka berempat. Riani melihat keluar jendela kereta, matanya terkejut, dadanya sesak. Di sepanjang Stasiun Lempuyangan dilihatnya banyak sekali sosok perempuan tua seperti si mbok penjual nasi tadi. Di antara lambatnya kereta, mata Riani memperhatikan muka lelah meraka satu per satu, membayangkan nasib mereka yang mungkin nggak jauh berbeda dengan si Mbok. Matanya terpejam, hatinya nggak kuat lagi, pemandangan di luar seperti memasuki hatinya, tenggorokannya seperti menelan sesuatu yang tidak enak, yang disangkal hatinya.(5Cm:176) Belum pernah ada bukti-bukti nyata dalam angka dan kalkulasi yang bisa dipecahkan oleh ilmu pengetahuan tentang bagaimana keajaiban sebuah mimpi dan keyakinan bisa membuat begitu banyak perbedaan yang bisa mengubah kehidupan manusia. Belum pernah ada. Hanya mimpi dan keyakinan yang bisa membuat manusia sangat istimewa di mata Sang Penciptanya. Dan,yang bisa dilakukan oleh makhluk bernaman manusia terhadap mimpi-mimpi dan keyakinannya hanya mereka tinggal mempercayainya.(5Cm:378) Tema persahabatan, percintaan, kehidupan serta kepercayan mereka terhadap keajaiban mimpi yang beragam dan tersusun rapi dalam novel 5Cm tersebut memberikan satu kesatuan yang utuh. Tema-tema tersebut membangun cerita dengan ringan dan mudah dipahami pembacanya sehingga pembaca menikmati setiap kisah-kisah yang diceritakan dalam novel. Tema persahabatan, percintaan, dan kehidupan masuk pada tingkatan tema commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sosial, sedangkan kepercayaan mereka pada keajaiban mimpi berada pada tingkatan tema divine. Tema dalam novel 5Cm juga dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu tema mayor yaitu tentang persahabatan, dan tema minor yang terdiri dari tema percntaan, kehidupan dan keajaiban mimpi.
b. Penokohan Penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya fiksi. Suatu peristiwa terjadi karena adanya aksi dan reaksi tokoh-tokoh. Suatu peristiwa cerita tidak mungkin terjadi tanpa adanya tokoh. Tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel 5Cm ini dapat digolongkan dalam tokoh protagonis (tokoh utama) dan tokoh tritagonis (tokoh tambahan). Tokoh utama yang terdapat dalam novel 5Cm ini adalah Genta, Riani, Arial, Zafran, Ian, dan Arinda/Dinda. Tokoh tambahan di antaranya adalah Indy, dan Pak Sukonto Legowo. Selain tokoh tersebut, terdapat pula hubungan antartokohnya, yang dipaparkan dsebagai berikut. 1) Genta Tokoh Genta dalam novel 5Cm ini termasuk dalam tokoh protagonis yang dominan dalam novel. Genta adalah seorang project officer atau pelaksana acara dari sebuah Event Organizer sekaligus orang yang dianggap pemimpin oleh sahabat-sahabatnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Genta masih duduk sendirian di panggung utama pameran komputer gedegedean yang dia dan Event Organizernya jalani.(5Cm:137) Anehnya, keempat temannya paling nurut sama Genta. Kata Riani, Genta itu segalanya yang dibutuhkan sebagai seorang teman (Pacar dong...!). Kalau ngeliat penampilan Genta, yang ada yah gayanya Genta, dengan badan agak gede, dan rambut agak lurus berjambul. Seperti Riani, Genta juga berkacamata, tapi kacamatanya jarang dipakai. Kostum? Yang ada baju itu yah itu yang dipakai, pokoknya Genta orang yang nggak macem-macem, tapi pikirannya penuh dengan macem-macem. Genta adalah seorang asisten dosen favorit di kampus. Jadi sutradara seperti Steven Spielberg adalah impian Genta. Kalau mau tanya film, tanya sama Genta; soal pemasaran, tanya sama commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Genta: mau tanya tentang musik, tanya sama Genta. Kalau Riani ditanya paling enak nonton sama siapa? Pasti jawabannya sama Genta. Kalau Arial ditanya, siapa yang paling enak diajak lari pagi dan main basket di Senayan? Pasti sama genta, jawabnya. Kalau Zafran ditanya siapa yang paling enak diajak bikin puisi atau bikin lagu bareng? Pasti dibilang paling enak sama Genta. Kalau Ian ditanya siapa paling enak diajak ke Glodok bareng atau main bola di PS2? Sama saja, jawabannya pasti sama Genta. Kalau mau curhat? Keempatnya setuju, paling enak curhat sama Genta.(5Cm:14) Berdasar kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Genta sangat dominan dalam setiap hubungannya dengan teman-temannya. Dia dianggap pemimpin dan orang yang sangat diandalkan oleh teman-temannya. Dari segi fisik, Genta memiliki badan agak besar, rambut agak lurus berjambul dan berkacamata, seperti dalam kutipan di atas. Dapat dilihat pula Genta adalah sosok yang tidak macam-macam namun memiliki pemikiran brilian sehingga ia menjadi asisten dosen favorit di kampusnya. Menjadi seorang pemimpin sebuah Event Organizer membuat Genta memiliki sifat yang perfeksionis. Dia selalu ingin semuanya sempurna, dari awal acara yang ia laksanakan hingga akhir dan membuat kliennya puas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Sejenak Genta membayangkan hari Seninnya yng pasti akan crowded lagi karena bakal ada pameran yang gede-gedean―yang menurut Genta persiapannya baru 50%, sementara temen-temennya merasa sudah siap 120%. Genta emang orang yang sangat perfeksionis kalo udah nyebur-nyebur ke wilayah costumer intimacy dan service excellent. Genta adalah orang yang selalu ingin orang lain puas sepuas-puasnya, bukan Cuma untuk rekan-rekan bisnisnya, tapi juga dalam hidupnya sehari-hari, apalagi sama temantemannya.(5Cm:29) Berdasar kutipan di atas, dapat dilihat juga bahwa Genta sangat mementingkan orang lain. Genta lebih mementingkan kepuasan atau kebutuhan teman-temanya daripada kebutuhan pribadinya. Hal inilah yaang membuat temanteman Genta menjadikan Genta sebagai pimpinan atau orang yang dipanut dalam persahabatannya. Genta juga memiliki sifat yang sangat bertanggung jawab, oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
karena jabatannya yang memimpin teman-temannya, dia memiliki tanggung jawab besar kepada acara yang dia dan teman-temannya jalani. Walaupun Genta memiliki acara penting yang mesti dia lakukan, Genta masih mengerjakan tanggung jawabnya untuk membantu acara yang dia dan teman-temannya kerjakan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Gue ada urusan penting. Gantian dong, gue pengen refreshing bentar. Kewajiban gue bikin what to do sama check list tetep gue selesain. Tapi selanjutnya lo gantin gue bentar ya, please.”(5Cm:140) Genta memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang patut dipanut oleh temantemannya. Akan tetapi, Genta juga memiliki kelemahan, yaitu dia tidak mudah mengungkapkan perasaan. Seperti perasaan cintanya pada Riani yang selalu dia pendam. Genta beranggapan bahwa jika memang jodoh, tidak akan kemana, sehingga Genta tenang-tenang saja, walaupun pertemuan dengan Riani sangat sering dan membuat Genta tersiksa. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Riani dan Genta sedang bertatapan, entah sudah berapa kali mereka berdua mengalami deja vu seperti ini. Oh Riani... suara-suara indah kembali mengisi hati Genta. Akankah... kamu... jadi... tempat... untuk... segenggam harapan yang hampir usang tapi masih terlalu indah buat Genta, batin Genta. Beracuan pada analisis dan kutipan-kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Genta adalah tokoh utama yang berperan sebagai pemimpin teman-temannya dalam kehidupan persabahatannya, sekaligus sebagai pimpinan dalam sebuah Event Organizer. Genta adalah tokoh protagonis yang dominan dalam cerita. Genta digambarkan memiliki sifat perfeksionis, bertanggung jawab, apa adanya, tetapi memiliki sifat yang tidak mudah untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain, khususnya Riani. 2) Arial Arial dalam novel ini termasuk tokoh protagonis yang cukup dominan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arial adalah seorang mahasiswa yang dideskripsikan memiliki badan besar, hitam, dan tampan, adalah salah satu dari lima sahabat yang diceritakan dalam novel 5Cm ini. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Arial yang satu ini pastinya Arial control B alias Arial bold dan Arial black karena badannya gede dan kulitnya item, kemana-mana selalu pakai sepatu basket. Tinggi dan gede, pokoknya sporty deh, Arial yang rapi, baju kebanggaannya adalah ham, celana kebangsaannya adalah celana permanent press pants. Arial adalah orang yang simpel-simpel aja, tapi ia kebanggaan seluruh tongkrongan karena cuma dia yang bisa tenang, pembawaannya banyak senyum, dan jarang khilaf. (5Cm:7) Arial kuliah di Fakultas Hukum, tapi dia sama sekali nggak ngerti hukum. Satu hal yang pernah dia obrolin tentenag hukum adalah bahwa seharusnya dia dulu banyak-banyak nonton LA LAW (bukannya 21 Street Jump atau Airwolf). Kenapa? Karena banyak yang bisa dijadikan referensi....(5Cm:7) Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Arial dalam novel ini memiliki penampilan yang sporty dan memiliki watak yang simpel, banyak senyum dan tidak macam-macam. Akan tetapi, Arial juga beberapa kelemahan, yakni watak yang apa adanya, terlalu patuh pada peraturan, dan lugu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Arial emang yang paling ganteng dibanding cowok-cowok di kelompok pengeksekusi filosofi ini—Riani pun mengakui. Arial yang apa adanya, walau jadi idola toh ia masih jomblo karena terlalu apa adanya sama sesuatu.(5Cm: 58) “Kan ada tulisannya tuh kalo bayar tol harus pakai uang pas. Ini ada tiga ribu, aku nggak ada lima ratusan.” Kata Arial datar.(5Cm:90) Arial juga berhenti merokok gara-gara menderita tekanan batin karena di mana-mana ada tulisan “dilarang merokok”. Semua tulisan yang pernah Arial baca, di mana pun, pasti Arial turuti apa adanya. Larangan “dilarang mengeluarkan anggota badan”, Arial pun turuti, nggak kayak teman-temannya yang gembira bergelayutan di pintu bus atau mengeluarkan kepalanya dari jendela. Tulisan “Jagalah kebersihan, buanglah sampah pada tempatnya”, juga dipatuhi Arial dengan mencari tempat commitsampah. to user Malah ia juga pernah munguti
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sampah yang sedikit berserakan. Waktu mereka ke Bandung tengah malam dan di tol membaca tulisan “NYOPIR JANGAN NGANTUK, NGANTUK JANGAN NYOPIR” secara tiba-tiba Arial berhenti di jalan tol karena baru saja menguap dan minta digantikan nyupirnya. Kalo Arial menginap di rumah Genta dan ada tulisan TAMU 1 X 24 JAM HARAP LAPOR, Arial pun lapor ke Pak RT, bikin Genta jadi senewen.(5Cm: 92) Tokoh Arial dalam novel ini juga memiliki sifat posesif, hal ini disebabkan karena watak apa adanya dan telah lama tidak memiliki kekasih. Arial yang menjadi kekasih Indy menjadi terlalu mengekang Indy dalam melakukan sesuatu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut. “Kalo denger dari cerita lo tadi sih iya, menurut gue lo berlebihan. Seharusnya lo nggak terlalu ngekang dia. Biar aja dia bebas.” Riani menjawab pertanyaan Arial.(5Cm:168) Arial yang berbadan tegap dan apa adanya ini memiliki beberapa kegemaran, antara lain adalah kegemarannya pada olah raga dan kecap. Arial gemar makan apa saja, yang penting harus ada kecap. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut. “Udah olahraga tiap pagi, tiap Minggu biar sehat, malah kena tipes... parah banget lo...,” kata Ian sambil nyalain wiper.(5Cm:17) Arial kalo makan harus ada kecap. Mulanya sih dianggap biasa aja, sampai suatu ketika dia mengejutkan teman-temannya karena makan sayur asem pake kecap (Wuek...).(5Cm:7) Beracuan pada analisis dan kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Arial adalah tokoh protagonis yang cukup dominan dalam cerita novel. Arial yang apa adanya dan selalu patuh pada peraturan, gemar berolahraga dan makan berlauk kecap, lugu dan kadang posesif. Akan tetapi, Arial merupakan orang yang sangat dibanggakan oleh sahabat-sahabatnya. 3) Riani commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Riani merupakan satu-satunya wanita dalam anggota persahabatan di novel ini. Riani adalah tokoh protagonis yang cukup dominan dalam cerita. Secara fisik, Riani dideskripsikan berparas cantik, berkacamata dan memiliki kecerdasan yang di atas rata-rata. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Riani pakai kacamata, cantik, cerdas, dan seorang N-ACH sejati. Mukanya gabungan antara Lisa Loeb sama Kate Winslet (nah lho?) Bodinya? Persis Kate Winslet. Riani punya inner beauty, kalo dia ngomong pasti orang pada dengerin. Dia punya semacam kharisma yang bisa bikin orang menengok. Selalu dominan dimana-mana, cerewet dan nggak mau kalah sama siapa pun juga. Apa aja dia ikutin. Riani seorang aktivis kampus. Siapa aja dan apa aja bisa didebatnya, soalnya dia banyak baca dan banyak belajar.(5Cm:8) Riani memiliki kharisma yang menarik orang lain yang ada di dekatnya untuk sekedar menengok dan memperhatikannya, hal ini tidak dimiliki semua orang. Riani juga merupakan seorang N-ACH sejati, yang dalam teori motivasi milik McClelland berarti Riani sangat mengutamakan achievement (prestasi) dalam memenuhi kebutuhannya. Penjelasan ini terdapat dalam kutipan novel sebagai berikut. .... kalau ada yang pernah baca teori motivasinya McClelland pasti tahu bahwa sesungguhnya manusia memiliki tiga kebutuhan yang akan memotivasinya dalam melakukan sesuatu. Ketiga kebutuhan (Needs) itu adalah Needs of Achievement (N-ACH), Needs of Affiliation (N-AFF), dan Needs of Power (N-POW). Penjelasannya begini, orang-orang N-ACH adalah mereka yang mengutamakan Achievement (prestasi) untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka adalah pengejar prestasi yang akhirnya bermuara ke pengakuan dari orang di sekitarnya. Orang-orang N-POW adalah mereka yang senang jika mempunyai kekuasaan atas segala sesuatu, yang dikejar adalah kuasa atas segala sesuatu. Sedangkan, orang-orang N-AFF adalah mereka yang merasa cukup bila sudah punya banyak hubungan dengan orang lain (senengnya temenan).(5Cm:7-8) Riani mengejar prestasi dalam hubungannya sehari dengan sahabatsahabatnya, dikarenakan dia adalah satu-satunya wanita dalam anggota kelima sahabat itu. Riani dianggap paling lemah dan harus dijaga anggota yang lain, oleh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebab itu Riani mengambil perhatian dalam bidang prestasi selain memang harus diakui bahwa Riani adalah wanita yang cerdas. Kecerdasan Riani ini terdapat dalam kutipan berikut. Ke mana-mana Riani paling seneng pakai jins, ham, dan sepatu kets yang kinclong. Kalau lagi nggak pakai sepatu, dia penggemar berat sandal jepit nomor satu. Ngobrol sama Riani nggak boleh sok tahu karena dia kayaknya hampir tahu segalanya, tapi kalo ada yang salah suka ngambek sendirian. (5Cm:8-9) Dari kutipan di atas, Riani memiliki kegemaran pada sandal jepit. Begitu pula pada pakaiannya sehari-hari, yaitu jins, ham dan sepatu kets yang kinclong. Riani adalah orang yang sangat menekuni cita-citanya, hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Cita-citanya adalah bekerja di TV. Itu sebabnya, dia kuliah Broadcasting. Buku favorit Riani adalah Rich Dad Poor Dad-nya Robert T Kiyosaki sama Seven Habbit-nya Stephen Coffey. Ia suka banget sama Alanis Morisette dan Norah Jones; Mocca, sama Padi dia juga suka. Film? Dia paling suka With Honors sama Children of the Lesser Gods. Pacar? Pacarnya adalah organizernya yang isinya janji-janji yang harus ditepatinya. Begitu banyak janji yang dibuatnya sehingga cakep-cakep tapi masih jomblo. Susah deh cewek pinter dapet cowok. Dia maunya yang lebih pinter dari dia, “kalo bisa kayak Matt Damon di Goodwill Hunting,” katanya. Dia suka banget sama lagunya The Brand New Heavies yang judulnya You Are the Universe dan lagu itulah yang sering dia nyanyikan sendiri.(5Cm:9) Riani memiliki berbagai macam kegemaran, dari segi musik, film, maupun bacaan. Kedisiplinan yang dimiliki Riani membuat organizernya penuh oleh janjijanji yang harus ditepati. Hal itu pula yang membuat Riani masih belum memiliki kekasih, Riani yang sibuk dan sangat cerdas, akan tetapi hatinya telah dia serahkan pada seseorang yang ia sayangi, Zafran. Terjadi rahasia percintaan antara tiga orang sahabat. Riani, Genta dan Zafran. Riani yang memendam perasaannya kepada Zafran, dengan kenyataan bahwa dia wanita dan tidak seharusnya mengungkapkan perasaannya terlebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dahulu. Genta yang memendam perasaan kepada Riani dan tidak berani mengungkapkannya. Zafran yang tidak menyadari perhatian-perhatian yang diberikan oleh Riani dan lebih memikirkan sosok Arinda untuk dijadikan kekasihnya. Rahasia percintaan antara ketiga sahabat ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Mata Genta membesar tak percaya, Genta tersenyum lembut, kekecewaannya luluh melihat kekuatan Riani selama ini melawan semua rasanya ke Zafran. Mata Riani sudah berkaca-kaca, tetapi tak sedikit pun air mata menetes. Entah kenapa kekecewaan Genta malam ini seperti hilang begitu saja.melihat kekuatan di mata Riani berbinar-binar bercerita tentang segala rasanya untuk Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku Zafran yang selalu bisa membuat Riani tersenyum... Genta belum pernah melihat Riani sebahagia itu. Keduanya melewati malam yang indah bertaburan bintang di Ranu Kumbolo.(5Cm:367) Dalam kutipan di atas, Riani sangat tegar dalam mengatakan perasaannya yang sebenarnya tentang Zafran kepada Genta. Akan tetapi, Riani juga seorang wanita yang perasaanya kadang tersentuh lebih dalam. Riani merupakan contoh wanita yang tegar, contoh lain ketegaran Riani adalah saat mereka akan berpisah, keluar dari kenyamanan mereka masing-masing untuk menjadi orang yang baru dan orang yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “14 Agustus... baru kita berlima ketemuan lagi,” dada Riani agak sesak, gejala yang akan membawa sinyal-sinyal maha sempurna ke pupil dan konjungtivanya untuk meneteskan sedikit cairan.(5Cm:66) Walaupun Riani menangis, tapi hatinya bisa tegar untuk berpisah selama tiga bulan dengan teman-temannya, untuk kebaikan mereka dan untuk meraih mimpi-mimpi mereka masing-masing. Ketegaran yang dimiliki oleh seorang Riani ternyata dilengkapi dengan sifat sensitif yang kadang terjadi tiap bulan. Sifat sensitif ini sudah cukup diingat oleh sahabat-sahabatnya setiap membicarakan gender—karena memang Riani adalah satu-satunya wanita dalam kelompok persahabatan tersebut, maupun saat pertengahan bulan, saat spesial bagi Riani.toHal commit userini terlihat dari kutipan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berikut. “Nggak-lah, ini nggak segampang itu,” Genta mencoba menengahi dan memberi tatapan yang udah biasa buat Ian yang berjudul ‘makanya njangan debat Riani’ kalau soal gender superiority. Dia suka sensitif sendiri. Tapi nggak biasanya Riani jadi super sensitif kayak gini, suaranya agak keras dan kepalanya jadi agak tinggi, Genta menggumam dalam hati.(5Cm:59) Genta pun memberi tatapan kepada ketiga teman cowoknya yang berjudul ‘tanggal berapa sekarang’. Makanya, semuanya langsung ngeliat ke HP masing-masing dan sadar kalau sudah pertengahan bulan—tanggal-tanggalnya Riani mendapat nikmat dari Tuhan sebagai seorang wanita normal. Keempat cowok itu ketawa sendiri dan geleng-geleng.(5Cm:59) Deskripsi kutipan di atas menerangkan bahwa sisi sensitif wanita yang normal pada tokoh Riani pada saat kaumnya terasa terlecehkan maupun ketika mendapatkan kenikmatan pada pertengahan bulan. Sisi wanita lain yang tampak pada diri Riani adalah keramahan dan kelembutannya. Riani tidak memandang seseorang dari kedudukan dan derajatnya. Riani ramah dan lembut pada semua orang, termasuk pada Mbak Jumi, sorang petugas pantry. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Oh iya... Mbak Jumi, tadi aku ada roti dari rapat nggak aku makan. Ini buat Mbak aja. Belum dibuka kok... nih ambil aja. Belum aku buka, bener...!” “Nggak ah mbak... itu kan roti mahal.” “Ámbil aja.....” “Aku udah kenyang Mbak Riani.” “Buat si kecil di rumah.” Mbak Jumi takluk dengan kelembutan Riani.(5Cm:82) Sambil melihat Riani berjalan dari belakang, diterangi remang lampu mewah dan marmer hitam lantai kantor, Mbak Jumi membatin, Saya sudah kerja di lantai ini selama tiga tahun dan belum ada orang sepenuh Mbak Riani perhatiannya. Bilang terima kasih karena sudah mencuci gelasnya setiap hari, baru hari ini ada yang bilang terima kasih ke saya. Apalagi memanggil sopan dengan sapaan ‘Mbak”, bukan dengan teriakan keras “Jumiii...” yang bikin kaget. Atau kayak beberapa orang yang di sini dipanggil ‘bos’ itu, yang sama sekali nggak pernah ngomong, meski udah tiga tahun gelasnya saya cuci setiap hari....(5Cm:82-83) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Analisis dan kutipan di atas menunjukkan bahwa Riani termasuk tokoh protagonis yag cukup dominan. Walaupun Riani satu-satunya wanita dalam kelompok persahabat yang terdiri dari lima orang ini, Riani memiliki kecerdasan yang melebihi teman-temannya. Watak dan sifat Riani wajar seperti wanita normal yang sensitif namun ramah dan lembut. Terlibatnya Riani dalam kisah percintaan antara tiga orang sahabat dalam novel ini mewarnai kisah persahabatan yang menarik. 4) Zafran Zafran merupakan tokoh protagonis yang cukup dominan pula dalam novel. Zafran adalah seorang vokalis band dan seorang penyair. Kegemarannya menciptakan lagu atau puisi yang kadang hanya dia sendiri yang tahu maksudnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Zafran selalu tergila-gila pada “individual post charismatic character” dari dulu, tapi kadang-kadang semuanya tergantung mood-nya. Nama-nama yang pernah jadi idola Zafran, antarlain Kurt Cobain, Damon Albran, Michael Stipe, Roberth Smith, Jarvis Cocker, Billy Corgan, dan Marilyn Manson. Enggak heran, soalnya Zafran adalah seorang vokalis dari sebuah band yang paling sering gonta-ganti personel karena pada nggak kuat Zafran udah narik mereka ke dunianya yang beda sendiri.(5Cm:10) “Udah dulu ya Dinda, Bang Zafran mau bikin puisi dulu.” Dari kutipan di atas, Zafran merupakan vokalis unik yang memiliki dunia sendiri. Zafran dideskripsikan memiliki badan yang kurus dan rambut yang berantakan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Badan Zafran kurus, sekurus kapur tulis. Kalau ngeliat potongan rambutnya yang gondrong samping dan depan aja, pasti langsung ngingetin sama potongan rambut Liam Galaggher, vokalis Oasis. Baju sehari-harinya adalah baju modis dari distro terdekat yang bisa dicapai. Di antara modisnya, Zafran punya kelakuan yang berantakan, yang katanya “standar seniman”. Selain nama-nama vokalis besar tadi, ternyata Zafran adalah pengagum setia Erie commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Susan, penyanyi dangdut yang tinggi semampai, tapi gengnya nggak pernah ngetawain dia terang-terangan karena nggak enak—soalnya dia ngefans banget.... (beneran).(5Cm:10-11) Zafran memang sosok tokoh yang cukup aneh dalam novel 5Cm ini. Sifatnya yang spontan dan semaunya sendiri, tidak ditemui dalam karakter lain di novel ini. Zafran adalah tipe orang yang akan mengucapkan apapun yang ingin ia ucapkan, dan melakukan apapun yang ingin ia lakukan, dalam batas kewajaran yang dia tetapkan sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Tanpa sadar Zafran mencopot sendalnya dan berjalan nyeker di antara rerumputan yang basah.dingin-dingin air rerumputan di kakinya membuat dia senang dan loncat-loncat. Mata Riani selalu menjadi yang paling setia mengikuti gerakan-gerakan ajaib tubuh kurus Zafran yang dibalut jaket biru gelap, rambut gondrong poninya yang kadang-kadang ikut meloncat-loncat sendiri, dan bagaimana Zafran menarik tangannya untuk membenahi rambutnya supaya nggak nutupin dan menusuk-nusuk matanya. Riani paling seneng kalo udah ngeliat Zafran begini.(5Cm:34) Kutipan di atas menandakan ketertarikan Riani pada sifat spontan Zafran yang ajaib sekaligus aneh. Sifat spontan yang seperti Zafran ini memang jarang ditemui dan sangat menarik bagi sebagian orang. Akan tetapi, perasaan yang dimiliki Riani tidak tersampaikan kepada Zafran. Zafran lebih memilih Arinda/ Dinda, adik Arial. Zafran sangat gigih dan tak pernah menyerah untuk menarik perhatian Arinda, walaupun sifat Arinda yang hampir sama seperti Arial, yaitu datar dan apa adanya. Kegigihan Zafran ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Adik gue jam segini paling udah tidur, Ple...,” Arial yang udah bisa nangkep maksud Zafran melalui lagu tadi, gatel untuk nyela. “Tuh lampu kamarnya udah mati,” Riani memperkuat Arial sambil menunjuk ke kamar Dinda. “Lampu kamar udah mati kan bukan berarti udah tidur, siapa tau masih tidurtiduran sambil ngeliat langit malam, dia juga denger suara gue,” Zafran keukeuh.(5Cm:57) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kegigihan Zafran baru dapat luluh ketika Zafran mengetahui kenyataan bahwa yang mencintai dirinya dengan sungguh-sungguh adalah sosok Riani. Ketika mengetahui bahwa Riani memendam perasaan yang dalam kepadanya, Zafran merasa sangat bersalah karena terlalu terang-terangan menunjukkan perasaannya kepada Arinda di depan Riani. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Mata Zafran terpejam, tapi ia masih mendengar degup di dadanya memukulmukul semakin cepat. Semua percakapan tadi dia dengar, bagaimana Riani dengan lembut menyebut namanya, ia memejamkan matanya menarik nafas panjang, melihat wajah Arinda yang lembut tertidur di bahu Arial. Hati Zafran masih di situ, di antara senyum lembut Arinda yang selalu mengisi hariharinya selama ini. Zafran menggeleng-gelengkan kepalanya, menyesal telah berkelakuan terlalu terus terang, tentang perasaannya kepada Arinda di depan Riani yang rupanya menyimpan ukiran rapi nama Zafran di hatinya. Cinta memang bukan untuk dimiliki.(5Cm:367-368) Dari deskripsi analisis dan juga kutipan-kutipan di atas, dapat dicermati bahwa Zafran adalah tokoh yang lain daripada yang lain. Wataknya yang spontan, unik dan kadang agak-agak aneh ini menjadikannya sahabat yang ajaib bagi temannya yang lain. Kisah percintaan antara Zafran, Genta, Riani, dan Arinda merupakan puncak konflik tema percintaan dalam novel ini. 5) Ian Ian merupakan salah satu tokoh protagonis yang cukup dominan dalam novel ini. Ian sangat gemar pada sepakbola, tidak hanya pada pertandingan bola, sampai pada permainan tentang sepakbola pun digemarinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Ian salah satu penganut sekte 4-4-2 yang sangat fanatik. Kakaknya bilang karena dulu ari-ari Ian di tanam di lapangan bola, maka jadi deh Ian yang gila bola. Apa aja tentang bola dia tahu dan kebanyakan dia ngabisin waktunya buat bola, tapi anehnya dia nggak pernah diajak main bola karena memang nggak bisa main bola. Tetapi, kalo Ian sudah main Championship Manager (CM) maka hardisk komputernya bisa teriak-teriak soalnya bisa sampai tiga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tuh komputer lembur. Ian sepertinya adalah orang yang tidak peduli sama siapa aja kecuali bola.(5Cm:11) Ian dideskripsikan berbadan gendut dan berkepala botak. Hal ini yang menyebabkan Ian tidak diajak bermain sepakbola dalam kutipan di atas. Deskripsi tentang Ian ada dalam kutipan sebagai berikut. Baju bergambar kartun, celana jins, sama Adidas gazelle buluk adalah kostum Ian sehari-hari. Badannya gendut subur, kepalanya botak plontos, katanya biar gampang kalo kramas soalnya hampir tiap hari keramas melulu (tau kan alasannya). Ke mana-mana Ian selalu bawa tas ransel yang isinya stik PS2 dan lain-lainnya yang nggak usah ditanya lagi. Film favorit Ian adalah film bokep semi Emanuelle yang udah ada sekuelnya sampai delapan. Sementara, kata-kata favorit Ian dalam film adalah “you can put it anywhere...,” dari filmnya Sarah Michelle Gelar dan Ryan Phillipe, Cruel Intentions. Baru-baru ini Ian lagi coba-coba bikin usaha sablon baju yang ada foto Happy Salma, Lyra Virna... atau Paris Hilton.(5Cm:12) Kutipan di atas berisikan salah satu kegemaran Ian yang kurang baik, yaitu mengkoleksi VCD porno. Akan tetapi, kegemaran Ian yang satu ini cukup disukai oleh sahabat-sahabatnya, termasuk Riani. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Salah satu yang disukai rombongan tongkrongan ini dari Ian adalah ternyata Ian mempunyai ritual yang sangat didukung oleh kaum Adam. Ian mempunyai ritual aneh, tapi punya arti banyak bagi kaum laki-laki. Dua minggu sekali Ian percaya bahwa dia harus pergi ke Dusit, Glodok, Mangga Dua dan sekitarnya untuk membeli “Pieces of Lust” katanya, yang kalo diterjemahkan ke bahasa alamiah adalah “VCD Bokep”. Riani adalah salah satu penentang kebiasaan itu, tapi setelah dijelasin oleh yang lain bahwa “Pieces of Lust” akan berguna untuk “menyenangkan suami”, kadang-kadang dia minjem juga. Itung punya itung, VCD bokep Ian kalo disambungsambung udah bisa memenuhi jarak Jakarta-Bandung, alias banyak banget. (5Cm:12) Ian juga penyuka produk Indonesia, yaitu Indomie. Setiap bertamu ke rumah teman-temannya, dia pasti memesan Indomie. Ian selalu ditemani Riani yang setia meminta kuah Indomie-nya. Hal toiniuser dapat dilihat dalam kutipan sebgai commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berikut. “Yan Indomie lo dateng tuh...,” suara Arial jadi kontras di tengah-tengah lagu. Ian langsung berhenti karena memang perutnya yang selalu lapar sudah menunggu dari tadi. “Kuahnya dong...,” Riani mengambil satu mangkok kosong yang emang udah disiapin oleh pembantu Arial, hasil pengajaran Genta tentang service excellent. Sudah merupakan ritual, kalau Ian minta Indomie, harus ada satu mangkok kosong lagi buat Riani yang apsti minta kuahnya. “Hobi banget sih lo sama Indomie,” Zafran bingung ngliat Ian yang makan Indomie dengan lahap.(5Cm:54) Ian mempunyai keahlian yang cukup baik dalam bidang tarik suara dan musik. Ian pandai menyanyi dan bermain gitar. Keahliannya ini sering membuat teman-temannya kagum. Selain menyanyi dan bermain gitar, Ian juga pandai memotret, sehinga kadang Genta bekerja sama dengan Ian untuk memotret setiap event yang diadakan oleh Genta. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Ian yang walaupun dari tadi dicela, mempunyai kelebihan dalam bidang tarik suara, bina vokalia, vokal grup, Selekta Pop, Aneka Ria Safari, dan Album Minggu Kita. Ian emang jago main gitar dan suaranya bagus (yang ini bener). Genta berpendapat, bagusan suara Ian daripada suara Zafran sang vokalis. Kontan saja Zafran “si kapur tulis SD”marah-marah, tapi langsung dibelain Riani yang mengatakan bahwa Zafran masih stu tingkat lebih bagus suaranya dibanding Ian. Toh Zafran masih nggak terima, soalnya dia percaya kalau kualitas suaraya seratus tingkat di atas Ian.(5Cm:35-36) Genta emang suka minta bantuan teman-temannya kalo ada acara. Selain jago masalah ginekologis-XXX, Ian juga jago motret. Jadi Ian paling sering dimintai tolong motret event-event-nya Genta...(5Cm:31) Ian memiliki sifat yang kocak, selain postur tubuhnya yang memang selalu jadi bahan candaan teman-temannya. Ian kadang mengeluarkan kalimat yang tanpa sadar memiliki struktur yang mengundang tawa sahabat-sahabatnya. Ha l ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. “Lo minta duit kok sama bos. Sama bendahara dong...,” sambung Ian sambil mengais-ngais remah remah commit singkong keju mencoba sok tahu. Kata to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“bendahara” membuat keempat temannya ngakak. Kata itu membuktikan betapa Ian sangat tidak pernah mengajak otaknya jalanjalan keliling dunia zaman sekarang, melihat-lihat dunia luar dan menonton berita serta membaca buku yang bermanfaat. “Masa di perusahaan masih ada kata bendahara. Emangnya kita pengurus kelas waktu SD?” Riani ngakak, lalu mencoba ngelempar tisu ke arah Ian. (5Cm:30) Di balik kekocakan yang dimilikinya, Ian memiliki sebuah masa lalu yang kurang menyenangkan terhadap sahabat-sahabatnya. Ian pernah minder dan belum menemukan jati dirinya, sehingga Ian sibuk menjadi orang lain, yaitu sahabatsahabatnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Ian tiba-tiba berujar sendiri. “Lo semua pada tau kan gue pernah kayak gitu, tapi sekarang gue udah nggak mau lagi... capek jadi orang lain,” Ian memandang kosong ke depan. .(5Cm:37) “Iya gue sibuk sendiri, sibuk jadi Genta, sibuk jadi Zafran, sibuk jadi Arial, sibuk suka semua yang kalian suka padahal kan sebenernya ada yang gue nggak suka dan ada yang gue suka sendiri, yang elo pada nggak suka.”(5Cm: 50) Ian juga memiliki sifat yang tidak mudah menyerah, khususnya dalam mengerjakan skripsinya. Sifat Ian ini tidak lepas dari semangat yang diberikan oleh dosennya Pak Sukonto Legowo. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Selamat siang, Ian. Bisa kok semuanya selesai dalam dua bulan.” Sang dosen pun berdiri dan dengan senyum puas mempersilakan Ian keluar dari ruangannya. “Nanti kamu datang lagi dengan kuesioner yang pastinya udah selesai. Saya yakin kok sama kamu.” Sekeluarnya dari ruangan, tiba-tiba Ian merasa lega. “Pasti gue bisa, gue nggak pernah mau nyerah....”(5Cm:126-127) Deskripsi analisis tentang Ian di atas menggambarkan sifat-sifat Ian yang kocak dan tidak mudah menyerah. Ian juga memiliki kekurangan yaitu suka mengoleksi VCD porno dan sifat minder serta peniru yang pernah dilakukannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dulu. Walaupun Ian memiliki kekurangan seperti itu, teman-temannya sangat menyayangi Ian karena Ian memiliki keahlian menyanyi, bermain gitar dan hal potret-memotret.
6) Arinda/Dinda Arinda adalah tokoh protagonis yang tidak terlalu dominan dalam novel ini. Arinda atau Dinda ini merupakan saudara kembar Arial. Seperti kakaknya yang ganteng, Arinda juga digambarkan cantik dan memiliki postur yang menawan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Arinda!!!” Mama Arial tiba-tiba teriak. “Ini ada temen-temen Mas Ial nih, turun sebentar...” “Iya, Maa..,” suara teriakan renyah keluar dari lantai atas. Dan, sesosoktubuh dengan paras Andrea Corrs berbodi canggih keluar dari kamar atas. Otak Zafran langsung mengirim sinyal ke tuannya, sinyal indah musikal punya Kenny Loggins.(5Cm:21) Kutipan di atas menandakan bahwa walaupun Arinda tidak terlalu dominan dalam cerita, namun sangat berpengaruh pada tema percintaan dalam novel ini. Hal ini dapat dilihat karena tokoh Zafran yang sangat menyukai Arinda. Arinda yang merupakan kembaran Arial juga memiliki sifat yang sama seperti Arial yaitu datar dan apa adanya. Hal ini dapat dilihat dari kutipa sebagai berikut. Tak berapa lama, telepon di rumah Dinda pun berbunyi. “Halo selamat sore...kediaman Bapak Arinto dan Ibu Arini, Arial dan Arinda. Ada yang bisa saya bantu?” Dinda mengangkat telepon. Zafran mau ketawa tapi ditahan, masih aja polanya sama, bener-bener sama antara Arial dan Arinda.(5Cm:71) Di balik sifat datarnya tersebut, Arinda memiliki sifat pengasih dan penyayang. Dia tidak tega melihat seorang Mbok penjual pecel yang masih berjualan hingga malam hari, sehingga dia memberi uang lebih untuk si Mbok tersebut agar lebih banyak beristirahat. Haltoiniuser dapat dilihat dari kutipan sebagai commit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berikut. Dinda langsung jongkok di depan si Mbok lalu mengulurkan selembar lima puluh ribuan yang dilipat rapi. Dinda menggenggam tangan si Mbok. “Mbok ini aku kasih lebih ya, buat Mbok. Tapi besok pagi Mbok janji nggak usah ke pasar minta kardus. Mbok tidur aja di rumah. Janji ya, Mbok!” kata Dinda pelan. Deskripsi analisis di atas menggambarkan sifat yang dimiliki Arinda/Dinda yang walaupun datar tapi masih memiliki rasa pengasih dan penyayang kepada siapa pun. Arinda yang selain memiliki kecantikan fisik, juga memiliki kecantikan hati yang semakin membuat Zafran mencintainya. 7) Indy Indy adalah tooh tambahan dalam novel ini. Indy hadir dalam penjabaran tentang perjuangan Arial dalam menjadi orang yang baru. Sosok Indy digambarkan sebagai seorang wanita cukup menarik, namun berbeda di ma5ta Arial yang mencintainya, sosok Indy menjadi sangat menarik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Mobil Arial berjalan perlahan di sebuah kompleks perumahan daerah Cibubur. Dari kejauhan terlihat sosok Indy yang semampai. Wajah Indy yang banyak dideskripsikan oleh kaum laki-lak sebagai “nggak cantik sih, tapi enak aja diliatnya”. Tapi, menurut Arial deskripsi itu perlu sedikit ditambahi kata-kata, “nggak cantik sih, tapi enak aja diliat dan lo nggak bakalan bosen deh ngeliatnya.” Indy serasi sekali sore itu dengan kaos katun ketat biru dan jins boat cut hitam. Rambut lurusnya dipinggirkan membelah keningnya, membuat Arial lupa sama macet.(5Cm:87) Indy yang dekat dengan Arial, selalu mengingatkan Arial tentang kewajiban beragama. Suatu hal yang membuat Arial semakin mencintai Indy. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Kamu udah asar belum?” tanya Indy pelan sambil menyapuka blast on ke pipinya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Belum... hehehe...,” sambil tertawa kecil Arial menjawab pertanyaan Indy. Sekali lagi ini yang Arial suka dari Indy, selalu mengingatkan dirinya untuk salat—suatu kewajiban yang sering dia tinggalkan.(5Cm:88) Arial yang baru pertama kali memiliki hubungan yang dekat dengan wanita masih terlalu lugu dan polos. Keluguan dan kepolosan yang dimiliki Arial ini diperparah dengan sifat dasarnya yang memang apa adanya sehingga membuat Indy ragu pada Arial. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Indy tertawa sendiri sekaligus agak bete. Selama sebulan ini memang dia udah mulai mengenal Arial yang apa adanya dan “live by the rules”. Indy memang suka sama Arial pada pandangan pertama, tapi kepolosan dan kedataran Arial dianggapnya nggak “rebel” banget. Laki-laki kan seharusnya bandel sedikit lah. Faktor inilah yang membuat Indy sedikit ragu apakah hubungan ini akan dibawa ke tahap yang lebih? Sampai suatu saat Indy membuat keputusan kalau lebih baik Arial jadi temen aja, abis kalau ngomong nyambung dan bisa nggak abis-abis. Tapi kalau Arialnya mau lebih gimana? Ada suara lagi yang muncul di pikiran Indy.(5Cm:90) Walaupun keraguan sempat mendatangi Indy, pada akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih. Arial menyatakan cintanya yang tulus dan apa adanya di Puncak selepas menghadiri acara ulang tahun Asri, teman Indy. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Dengan hati yang penuh sesak oleh segala keindahan dan genggaman yang nggak pernah lepas, mereka menjauhi daerah Puncak melalui Jagorawi yang mulai sepi. Semenjak dari beranda vilanya, Arial sedetik pun tidak mau melepas genggamannya dari tangan lembut Indy. Memberontak dari segala aturan dan kepatuhannya. Mengendarai mobil pelan dengan satu tangan. Indy pun membiarkan tangan Arial terus menggenggam tangannya erat sekali, melupakan segala aturan. Dalam genggaman Arial, malam itu Indy senang sekali, ada Arial yang akan selalu memberinya sayap yang akan membawa Indy menikmati masa-masanya. Sayap yang akan membawanya terbang tinggi dengan angin-angin cinta, kerinduan, perhatian, dan mimpi-mimpi yang akan selalu menerpa lembut wajahnya, sayap yang akan selalu menjaganya.(5Cm: 103) Kenyataan bahwa Arial memang baru pertama kali dekat dengan wanita commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membuatnya masih polos sehingga kadang kala malah menjadikannya posesif. Sifat posesif yang dimiliki Arial ini membuat hubungannya dengan Indy harus terpisah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Arial mengakhiri ceritanya dengan menarik napas panjang penuh arti dan berkata pelan, “Sampai hari nini, gue dan dia akhirnya sepakat untuk nggak ngelanjutin hubungan kita dulu. Coba sendiri dulu, kita udah coba berbagai cara, tapi ujung-ujungnya pasti berantem dan gue selalu bikin dia nangis. Gue nggak mau bikin orang yang gue sayang nangis melulu. Akhirnya, kita sepakat untuk sendirian dulu.”(5Cm:167) Analisis deskripsi di atas menggambarkan bahwa walaupun Indy hanya tokoh tambahan, Indy sangat berpengaruh dalam perkembangan Arial, yang sebelumnya hanya seorang yang apa adanya dan belum mengenal wanita, menjadi orang yang memiliki pengalaman manis dan pahit tentang percintaan. 8) Pak Sukonto Legowo Pak Sukonto Legowo merupakan seorang dosen pembimbing skripsi Ian. Dalam novel ini, Pak Sukonto hanya seorang tokoh tambahan. Meskipun begitu kehadiran Pak Sukonto ini sangat berpengaruh pada perkembangan karakter Ian. Pak Sukonto digambarkan memiliki keanehan, yaitu selalu ada jeda berbicara selama dua detik setiap kata. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Jadi... kamu... mau...ganti... lagi... semuanya?” “Enggak juga sih, Pak. Judulnya doang dikit, sama hubungan antarvariabelnya, ada juga variabel yang ditambah,” Ian menjawab pertanyan dosen pembimbingnya, sambil membatin, dari dulu dosen pembimbingini pasti alo ngomong ada jeda dua detik perkata, tuh kan mulai lagi nih.... (5Cm:104) Keanehan yang dimiliki Pak Sukonto ini pada dasarnya karena kekecewaannya pada Ian yang tidak benar-benar berniat menyelesaikan skripsinya, karena hanya Ian mahasiswa bimbingan satu-satunya yang tidak segera lulus. Namun setelah melihat kesungguhan Ian yang ingin segera lulus, Pak commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sukonto berniat membantu, sekaligus keanehan berbicaranya pun menjadi normal. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Iya, mendingan kamu sekarang bertempur dulu, bag-bagi kuisioner, baru nanti kamu olah. Yang penting kamu udah punya data dulu, sementara kamu tunggu kuisioner diisi, kamu bikin Bab III,” dosen ian berujar pelan tapi lancar sambil masih membuka-buka Bab II.(5Cm:117) Bapak Sukonto Legowo tiba-tiba berdiri, “Sekarang kamu ikut saya, Ian.” “Ke mana, Pak?” “Ke ruangan saya!” “Ngapain, Pak?” “Saya bantu kamu bikin kuisionernya.(5Cm:117) Sebagai seorang dosen pembimbing yang banyak membantu Ian dalam menyusun skripsi, ternyata Pak Sukonto merupakan seorang teman yang baik sebagai ajang curhat untuk Ian dalam usahanya mengejar waktu sidang skripsinya. Segala hambatan yang ditemui Ian diceritakannya kepada Pak Sukonto, dan segera dicarikan solusi oleh Pak Sukonto. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Dengan lancar dan sedikit kesal, Ian menumpahkan segala masalahnya kepada dosennya—yang ternyata sangat ahli dalam mendengarkan. Ada rasa nyaman yang mengalir di kepalanya. Begitu Ian selesai curhat, tanpa sedikit pun komentar, sang dosen mengambil sebuah company profile.(5Cm:122) Analisis deskripsi di atas menjelaskan bahwa Pak Sukonto merupakan tokoh tambahan yang sangat berpengaruh bagi Ian. Dengan bantuan semangat maupun bimbingan Pak Sukonto, Ian dapat mengerjakan skripsinya dengan baik dan berhasil. Pak Sukonto telah mengubah Ian menjadi orang yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab. Albertine Minderop (2005: 6) menjelaskan bahwa dalam menyajikan karakter (watak), pada umumnya pengarang menggunakan dua metode dalam karyanya, yakni metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam novel 5Cm ini, metode yang digunakan adalah metode langsung (telling), karena pengarang menceritakan secara langsung tokoh-tokoh dan masing-masing ceritanya. Burhan Nurgiyantoro (2005: 176-177) berpendapat bahwa tokoh dibagi menjadi dua macam. Pembagian berdasar pada segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam suatu cerita, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama novel ini adalah Genta, Arial, Riani, Zafran, Ian dan Arinda. Tokoh tambahannya adalah Indy dan Pak Sukonto Legowo. Berdasar peranannya terhadap jalan cerita, Herman J. Waluyo (2002: 16) mengklasifikasikan tokoh menjadi beberapa macam, yaitu tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan toh tritagonis. Genta, Arial, Riani, Zafran, Ian dan Arinda merupakan contoh tokoh protagonis, sedangkan Indy dan Pak Sukonto Legowo merupakan contoh tokoh tritagonis. c. Alur Wiyatmi (2006: 36) menjelaskan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas. Hubungan ini mengacu pada keterjalinan antarunsur yang membangun cerita. Peristiwa yang satu dan peristiwa lain saling memengaruhi dan saling terikat karena dibentuk oleh alur. Pada novel 5Cm ini, pada dasarnya menggunakan alur lurus, namun penulis juga mencantumkan alur sorot-balik di beberapa bagian. Contoh alur sorot-balik terdapat pada kutipan sebagai berikut. Semuanya teringat, tiga tahun yang lalu ketika mereka baru berempat dan belum menjadi “Power Rangers”, Ian adalah ranger terakhir yang masuk ke dalam dunia mereka. Dunia apa adanya mereka, yang kadang-kadang geblek, gila, bodoh sok tahu, sok berfilosofi, dan sok-sok lain yang pada akhirnya Cuma membuat mereka sedikit cerdas dibanding sewaktu masih SD dulu.... (5Cm:38) Genta yang sepertinya bisa membaca pikiran Arial mengangguk pelan. Memang Cuma Arial yang baru diceritain Genta. Sewaktu pertama kali ke Mahameru, Genta pernah tersesat sendirian hampir satu hari penuh di hutan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini karena salah jalur. Di hutan ini semua jalur seperti sama sehingga membuat Genta bingung harus melangkah ke mana. Kejadian tadi membuat dia sedikit trauma, ingatannya kembali ke tiga tahun yang lalu....(5Cm:290) Tasrif (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 149) membedakan tahapan plot menjadi lima macam, yakni tahap Situation, generating circumstances, ricing action, climax, dan denouement. Studi analisis tahapan alur dalam novel 5Cm ini dapat dilihat sebagai berikut. a.
Tahap Situation (Tahap Penyituasian) Tahap situasi berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh
cerita. Cerita dalam novel OOP diawali dengan deskripsi latar. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Pictures of You-nya The Cure terdengar lembut dari tape mobil Ian di sepanjang jalan Diponegoro, Menteng. Ditemani lampu jalan kekuningan yang redup, dan tanpa sengaja berbagi dengan warna-warni lampu mobil serta hiasan jalan. Aspalyang basah sehabis hujan menimbulkan pentulan cahaya kuning pendar yang enak dilihat.(5Cm:15) Halaman rumah Arial luas dan asri. Kalau diukur-ukur, enam mobil bisa masuk ke situ. Tapi, yang mereka heran kenapa Ian malah parkir paralel dengan rem tangan nggak aktif, lalu ngambil batu buat ganjel mobil, persis kalau lagi parkir di mal yang penuh.(5Cm:19) Kutipan tersebut menggambarkan pengenalan latar pada awal cerita di dalam mobil milik salah satu tokoh yaitu Ian. Mereka lalu memutuskan untuk mengujungi salah satu rumah tokoh yang lain yaitu Arial, dapat dilihat dari kutipan kedua. Rumah Arial adalah awal dari cerita ini, karena di rumah Arial, semua rentetan cerita akan dimulai. Selain pengenalan latar, tahap situasi mendeskripsikan tokoh-tokoh dalam cerita. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Cerita berawal dari sebuah tongkrongan lima orang yang mengaku “manusiamanusia agak pinter dan sedkit tolol yang sangat sok tahu” yang sudah kehabisan pokok bahasan di saat-saat nongkrong sehingga akhirnya Cuma commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bisa ketawa-ketawa.(5Cm:4) Arial adalah sosok yang paling ganteng di antara mereka. Arial yang satu ini pastinya Arial control B alias Arial bold dan Arial black karena badannya gede dan kulitnya item, kemana-mana selalu pakai sepatu basket. Tinggi dan gede, pokoknya sporty deh, Arial yang rapi, baju kebanggaannya adalah ham, celana kebangsaannya adalah celana permanent press pants. Arial adalah orang yang simpel-simpel aja, tapi ia kebanggaan seluruh tongkrongan karena cuma dia yang bisa tenang, pembawaannya banyak senyum, dan jarang khilaf. (5Cm:7) Ian salah satu penganut sekte 4-4-2 yang sangat fanatik. Kakaknya bilang karena dulu ari-ari Ian di tanam di lapangan bola, maka jadi deh Ian yang gila bola. Apa aja tentang bola dia tahu dan kebanyakan dia ngabisin waktunya buat bola, tapi anehnya dia nggak pernah diajak main bola karena memang nggak bisa main bola. Tetapi, kalo Ian sudah main Championship Manager (CM) maka hardisk komputernya bisa teriak-teriak soalnya bisa sampai tiga tuh komputer lembur. Ian sepertinya adalah orang yang tidak peduli sama siapa aja kecuali bola.(5Cm:11) Pelukisan tokoh dalam novel 5Cm di atas dapat dilihat dari awal cerita yang mengisahkan tokoh utama cerita ini berjumlah orang dengan masing-masing sifat dan karakter. Kutipan (5Cm:7) dan .(5Cm:11) adalah contoh pengenalan tokoh yang lebih spesifik dalam novel ini. b.
Tahap Generating Circumstances (Tahap Pemunculan Konflik) Tahap ini berisi pemunculan masalah-masalah yang menimbulkan konflik.
Deskripsi tentang peristiwa yang memunculkan konflik dalam novel 5Cm adalah sebagai berikut. Batu-batu itu lewat di depan mereka. Napas mereka memburu satu-satu. Mereka hanya bisa saling bertatapan, membayangkan kalau batu tadi menimpa mereka. Genta tercekat. Dia lupa bilang tentang hal ini. “Sori, emang nantinya banyak batu yang jatuh dari atas selama pendakian. Hati-hati ya....”(5Cm:328) Kutipan tersebut mengindikasikan pemunculan konflik yang terjadi dalam cerita. Genta lupa memberitahukan bahwa sering kali ada batu yang jatuh dari atas commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ketika pendakian sedang berlangsung. Hal ini cukup membahayakan mengingat medan yang mereka tempuh sangat menanjak dan ketika ada batu yang berguguran, mereka harus dapat mengetahui ke mana arah batu tersebut jatuh dan segera menghindarinya. c.
Tahap Ricing Action (Tahap Peningkatan Konflik) Pada tahap ini, konflik-konflik yang dimunculkan mulai berkembang dan
peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita mulai menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi semakin memperjelas karakter tokoh dan membawa suasana cerita menjadi lebih kompleks. Berikut adalah kutipan yang memperjelas perkembangan konflik yang mulai menegangkan. Puluhan batu besar seukuran kepala manusia tampak berjatuhan dari atas mereka. Semua berusaha menghindar ke samping, mencoba mencari perlindungan di bawah batu yang lebih besar. Brug... brug... brug.... “Awas! Awas! Batu!” Par pendaki yang berad di jalur pendakian berteriak sekuat tenaga. Brug brug.... Genta panik melihat banyaknya batu yang datang, bayang-bayang temantemannya tampak menghindar ke sana kemari. Batu-batu sebesar kepala manusia terus berjatuhan(5Cm:334) Kutipan di atas menceritakan tentang penajaman konflik ketika batu-batu yang lebih besar berjatuhan dari atas. Kepanikan Genta yang membayangkan keadaan teman-temannya yang sedang berusah menghindari batu-batu yang berjatuhan tersebut menambah tajam konflik yang terjadi. d.
Tahap Climax (Tahap Klimaks) Pada tahap ini, konflik atau pertentangan yang terjadi dalam cerita mulai
mencapai puncaknya. Tahap klimaks adalah titik puncak pokok permasalahan yang terjadi dalam cerita. Ketegangan dalam cerita berada dalam tahap yang maksimal. Ketegangan dalam tahap klimaks dijelaskan dengan keadaan Ian yang tidak sadarkan diri setelah terjadi guguran batu-batu yang besar ketika sedang melakukan pendakian tersebut. Hal itu dapatto dilihat commit user dalam kutipan sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mereka terus menggoyang-goyangkan tubuh Ian. Arial menekan dada Ian. Genta melakukan prosedur CPR...meniupkan udara ke mulut Ian. Tiba-tiba dada Ian naik turun cepat sekali. Ian memuntahkan pasir bercampur air dari mulutnya. Riani dan Arial agak lega karena mungkin Ian akan sadar seperti Dinda. Tapi tubuh Ian masih belum bergerak. Genta terus menggoncang-goncangkan itu. Air matanya tampak menetes. Kembali dada Ian turun naik cepat sekali dan... badan ian terlonjak seperti tersengat listrik. Tiba-tiba dada Ian berhenti naik turun dan diam....(5Cm:337) Dari deskripsi kutipan di atas, dapat dilihat teman-teman Ian mengira bahwa Ian telah meninggal. Guguran batu yang datang dari atas tidak sempat dihindari oleh Ian sehingga mengenai kepala Ian, dan membuatnya pingsan. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Genta menyapu pasir yang menutupi wajah Ian. Keningnya nampak benjut dan tergores panjang, tetesan darah menetes satu-satu dari situ.(5Cm:335) Kutipan di atas semakin memperdalam konflik yang terjadi. Teman-teman Ian yang melihat keadaan Ian yang parah dan tak sadarkan diri seketika menjadi panik dan sedih. Pada saat itu pula, keadaan para tokoh menjadi sangat sensitif dan emosional. Mereka menyaksikan Ian yang terbaring tak sadarkan diri seperti mati sambil mengenang Ian yang mereka kenal. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Ian... nggak... boleh... pergi.” Genta kembali menangis, mengingat perjuangan Ian untuk wisuda, bayangan keluarga Ian melintas di benaknya. Cerita Ian tentang kulit tangan orang tuanya yang mulai keriput, bayangan SMA-nya kala malam, Ian yang lucu, daerah rumah Ian, Ian dengan seragam putih abu-abu, Ian sedang melahap Indomie, rumus Indomienya Ian, tawa Ian yang lepas, Ian yang bercanda dengan Mas Suhartono Gembul di angkot, Ian yang selalu..., Ian yang belum wisuda. Genta seperti nggak rela... nggak rela. Arial untuk pertama kalinya meneteskan air mata. “...IAAAAAAAANNNNNNN!!!”Zafran berteriak keras ke langit, suaranya memecah keheningan.(5Cm:338) Kutipan di atas menggambarkan bagaimana kesedihan mereka ketika commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengetahui keadan salah satu teman mereka yang tergeletak tak sadarkan diri. Ian yang selama ini mereka sayangi harus meninggal ketika mereka hendak menuju puncak Mahameru. Tidak hanya konflik tersebut di atas yang menjadi bumbu dalam cerita novel ini. Kisah percintaan antartokohnya juga menjadi konflik yang patut untuk di simak. Masing-masing tokoh yang memendam perasaan satu sama lain semakin merasakan kegundahan untuk menyatakan perasaannya kepada orang yang mereka sayangi. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Zafran tak lepas melihat sosok Dinda di depannya. Entah kenapa sesuatu tibatiba muncul di kepalanya. Sesuatu yang sangat indah, yang konsekuensinya harus membuat seorang laki-aki pada akhirnya harus memutuskan, harus bertanya, harus bilang, apa pun yang terjadi harus bilang, setiap laki-laki memang pada saat saat seperti ini...selanjutnya? Belum ada yang tahu. Zafran tersenyum mantap melihat Arinda di depannya tersenyum manis sekali mengagumi bunga edelweis.(5Cm:297-298) Dari kutipan di atas dapat dilihat kekaguman Zafran kepada Arinda semakin bertambah, sehingga keinginannya untuk segera mengucapkan rasa cintanya kepada Arinda semakin meningkat e.
Tahap Denouement (Tahap Penyelesaian) Pada tahap ini, konflik utama yang telah diceritakan diberi jalan keluar,
begitu pula dengan konflik-konflik lain yang membangun cerita. Pada tahap ini konflik menemui penyelesaian yang menuntaskan jalannya cerita. Pada novel ini, diceritakan bahwa Ian sebenarnya hanya pingsan dan mulai sadarkan diri. Perjalanan mereka pun dilanjutkan dan akhirnya mereka berhasil mencapai puncak Mahameru, dan melakukan upacara bendera di sana. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. “Puih... puih... kenapa lo, Ple/ bikin kaget aja... teriak-teriak. Puih... puih... pasir nggak enak ya, Ple... Puih nggak lagi-lagi deh gue makan pasir. Nggak enak.” “YEAAAAAAH!!!” suara sorakan gembira memenuhi jalur pendakian Mahameru... semuanya terlihat lega. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“YES!!!... YES!!!... YES!!!” Ian masih bingung, banyak banget orang di sekelilingnya. Mulutnya masih meludah-ludahkan pasir. “Pasir nggak enak....” “IAN...!” Kelima sahabatnya langsung memeluk makhluk gendut yang seperti bangun dari tidur. Kerumunan para pendaki yang mengerubungi mereka berenam perlahan membubarkan diri dan meneruskan perjalanan ke puncak.(5Cm: 338-339) Konflik menarik lain yang mengalami tahap penyelesaian adalah konflik mengenai kisah percintaan yang mengelayuti hati tokoh-tokoh dalam novel ini. Konflik percintaan ini mengalami penyelesaian ketika Genta menyatakan semua perasaannya kepada Riani, sedangkan Riani berterus terang bahwa dirinya mencintai Zafran. Zafran yang mendengar semua pembicaraan Genta dan Riani sadar bahwa dirinya telah bersalah karena terlalu berterus terang dalam mengungkapkan rasa cintanya kepada Arinda di depan Riani. Arinda yang juga mendengarkan semua itu merasa menyesal karena telah menempatkan sosok Genta di dalam hatinya. Hal ini dapat d lihat dalam kutipan sebagai berikut. Genta langsung menoleh ke Riani yang masih melihat bintang di tas sana. Hati Genta berdesir... memang ini saatnya. Riani memandang ke langit—ada sesuatu yang ingin dia curahan ke Genta(5Cm:365) Mata Genta membesar tak percaya, Genta tersenyum lembut, kekecewaannya luluh melihat kekuatan Riani selama ini melawan semua rasanya ke Zafran. Mata Riani sudah berkaca-kaca, tapi tak sedikit pun air mata menetes. Entah kenapa kekecewaan Genta malam itu seperti hilang begitu saja. Melihat bagaimana kekuatan di mata Riani berbinar-binar bercerita tentang segala rasanya untuk Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku Zafran yang selalu bisa membuat Riani tersenyum... Genta belum pernah melihat Riani sebahagia itu. Keduanya melewati malam yang indah bertabur bintang di Ranu Kumbolo.(5Cm:366-367) Mata Zafran terpejam, tapi ia masih mendengar degup di dadanya memukulmukul semakin cepat. Semua percakapan tadi dia dengar, bagaimana Riani dengan lembut menyebut namanya, ia memejamkan matanya menarik napas panjang, melihat wajah Arinda yang lembut tertidur di bahu Arial. Hati Zafran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masih di situ, di antara senyum lembut Arinda yang selalu mengisi hariharinya selama ini. Zafran menggeleng-gelengkan kepalanya, menyesal telah berkelakuan terlalu terus terang, tentang perasaannya kepada Arinda di depan Riani yang rupanya menyimpan ukiran rapi nama Zafran di hatinya. Cinta memang bukan untuk dimiliki.(5Cm:367-368) Arinda masih terpejam tapi tidak hatinya, tidak pendengarannya. Ia langsung memeluk erat abangnya saat mendengar aliran lembut kata-kata Genta. Malam itu, dalam pelukan abangnya Dinda mencoba terlelap, tidak mau mendengarkan lebih banyak lagi. Selama ini hati Arinda tulus sudah ia serahkan untuk Genta, selalu untuk Genta...tidak ada yang lain... cuma Genta. (5Cm:368) Novel ini menyajikan kisah penyelesaian akhir yaitu keadaan ketika akhirnya kelima bersahabat ini menikah dan berkeluarga sepuluh tahun kemudian. Mereka menjadi sebuah keluarga besar yang semakin tidak terpisahkan. Memiliki anak yang seumuran dan anak-anak mereka juga saling bersahabat seperti orang tuanya. Penyelesaian cerita dalam novel 5Cm digolongkan ke dalam penyelesaian tertutup. Hal ini dikarenakan nasib setiap tokoh telah ditentukan oleh pengarang di akhir cerita. Penyelesaian cerita dalam novel ini termasuk dalam cerita bahagia (happy end). d. Latar Keterjalinan cerita tidak pernah lepas dari penggunaan latar dalam setiap novel.
Penggunaan latar dalam suatu novel mempertegas penokohan dan
deskripsi cerita. Hal ini sejalan dengan pendapat Montaque dan Henshaw (dalam Herman J. Waluyo, 1994: 198) yang menyatakan tiga fungsi latar, yakni (1) mempertegas watak para pelaku; (2) memberikan tekanan pada tema cerita; dan (3) memperjelas tema yang disampaikan. Latar dalam novel 5Cm dibagi dalam tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. a. Latar Tempat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Latar tempat merupaka lokasi terjadinya cerita. Latar tempat dalam novel 5Cm ini ada beberapa macam. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Mereka duduk lesehan di beranda bugalow bambu di Secret Garden. Nama Secret Garden diambil dari usulan Zafran setelah Ian dengan jujur, nggak mutu dan menolak kreatf, ia lebih mau menamakan tempat ini The Chamber of Secret Sorcerer Stone II yang langsung ditolak semuanya.(5Cm:34) Malam sudah datang menyapa. Mereka menjejakkan kaki di tanah Ranu Pane. Udara di bawah lima belas derajat Celcius menyambut mereka di Ranu Pane. Bagi orang kota seperti mereka, mungkin inilah pertama kalinya mereka merasakan udara sedingin ini. Ranu Pane malam itu tampak ramai, jip-jip yang menurunkan pwndaki tampak berdatangan. Para pendaki tampak bergerombol mengelilingi api unggun seadanya, sekadar untuk melawan udara dingin di awal malam. Lampu-lampu jip di atas bkit kecil yang merupakan base camp awal pendakian Mahameru...(5Cm:217) Udara Ranu Kumbolo tiba-tiba berubah dingin, menemani mereka makan siang di sekeliling danau dengan beberapa batang pohon terjulur di atas permukaan danau. Beberapa pendaki tmpak bercengkrama di atas batang pohon itu dengan kaki terjuntai menyentuh-nyentuh permukaan air.(5Cm:255) Secret Garden adalah tempat awal cerita dalam novel ini, karena dari tempat ini mereka meutuskan untuk berpisah untuk sementara waktu untuk menjalani hidup mereka sendiri dan akan bertemu suatu saat nanti dalam sebuah keadaan yang benar-benar berbeda. Kutipan (5Cm:217) dan (5Cm:255) adalah tempat ketika mereka telah bertemu kembali dan melakukan perjalanan bersejarah mereka, yaitu mendaki Gunung Mahameru. Latar tempat lain juga dapat ditemukan dalam novel ini sebagai pendukung jalannya cerita. b. Latar Waktu Latar waktu merupakan waktu terjadinya cerita. Latar waktu novel 5Cm ini terlihat paling jelas pada tanggal 17 Agustus, selebihnya hanya dijelaskan melalui keadaan waktu siang atau malam. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Pukul setengah tiga lebih, mereka berenam plus barang bawaan yang mirip commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rombongan pecinta alam pun menuju ke kereta yang siap berangkat. Kereta ekonomi MATARMAJA yang entah sudah berapa tahun melayani trayek Malang-Jakarta pulang pergi ini tampak begitu tua dan kumuh, dengan kacakaca yang sudah pecah. Panasnya Jakarta hari itu menimpa gerbong, menambah tua tampilan kereta.(5Cm:148) Angin malam Ranu Pane pun seperti menyapa muka mereka lagi. Kerinduan dan lelah merea seakan terobati, sudah dua hari ini mereka bersama lagi setelah tiga bulan terpisah. Sejenak mereka terdiam menikmati angin malam menyapu wajah mereka.(5Cm:227) Hujan abu turun lagi. Kali ini mereka bisa melihat asap tebal yang mengepul keluar dari “Jonggring Saloka” kawah Mahameru. Kerumunan puluhan pendaki yang baru sampai tampak bersujud syukur, saling berpelukan dan menangis. Yang lain tampak bergembira berfoto ria dengan latar belakang kepulan asap dan hujan abu Mahameru. Di ketinggian ini, kebahagiaan seperti terbang ke langit dan memantul kembali. Tidak pernah terbang terlalu tinggi dari tanah ini, di pagi yang begitu indah ini, di antara kebahagiaan ini, di tanggal tujuh belas Agustus.(5Cm:344) Kutipan (5Cm:148) menggambarkan awal perjalanan tokoh-tokoh utama dalam novel ini menujugunung Mahameru yang terletak di Malang pada waktu siang hari yang masih terik walaupun waktu menunjukkan pukul setengah tiga lebih. Kutipan (5Cm:227) menggambarkan malam hari di pos awal pendakian menuju Mahameru setelah tiga bulan mereka berpisah. Kutipan (5Cm:344) menggambarkan keberhasilan merekamendaki puncak Mahameru dan akan segera mengadakan upacara bendera di pagi yang cerah.
c. Latar Sosial Latar sosial adalah keadaan sosial yang melingkupi tokoh dalam cerita. Latar sosial sering kali beriringan dengan latar tempat dan waktu dalam cerita. Latar sosial yang terdapat dalam novel 5Cm adalah sebagai berikut. Metromini yang ditumpanginya sudah sarat penumpang. Sesarat hatinya yang kacau. Matanya menatap keluar jendela: pemandangan Jakarta pada pukul 13.00 yang panas. Pemandangan yang menyapa hati Ian yang terasa nggak enak. Metromini memasuki daerah commitMampang to user yang macet. Matahari yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
panas semakin garang, bau knalpot, bau karat besi Metromini, bau keringat. Dipandangnya satu-satu penumpang di sekitarnya. Bapak tua dengan peci lusuh, mahasiswi yang menatap kosong, anak sekolah yang berdiri di depannya dengan tas penuh coret-coret, ibu tua dengan makeup berlebihan, kernet yang teriak-teriak nggak jelas, sopir metromini yang suka ngerem mendadak. Semuanya terekam dan menambah ganjalan di hati Ian.(5Cm:122) Semua mengedarkan pandangan ke sekeliling. Diam. Kilatan peristiwa masamasa kuliah, demo, long march ke gedung DPR/MPR, memakai jaket almamater kebanggaan kampus, dan nggak ada yang ditakutin. Saat berduka atas tewasnya empat pahlawan reformasi, pita hitam pun diikatkan di lengan sebagai tanda berduka, mengiringi upacara pemakaman penuh haru dan semangat yang membara di Tanah Kusir. Kilasan beralih ke ruas Jalan Sudirman dan Gatot Subroto yang jadi lautan jaket almamater mahasiswa, gedung DPR/MPR yan berubah menjadi base camp kebanggaan mahasiswa, kepalan tangan dan pekik reformasi, hingga memuncak pada penduduka atap gedung rakyat dan berbasah ria di kolam depan DPR/MPR. Nasi bungkus gratis dari rakyat yang dibagikan oleh ibu-ibu di pinggir jalan dan Indonesia Raya yang dikumandangkan penuh haru setelah reformasi tercapai, semuanya sepilas terlintas.(5Cm:185) Malam itu Arcopodo seperti perkampungan kecil para pendaki. Malam yang dingin pun menjadi hangat karena banyak pendaki yang bercengkrama mondar-mandir di antara nyala api unggun dan pohon cemara. Kehangatan yang tidak biasa mereka temukan di ketinggian seperti ini. Sesekali mereka mendengar tawa renyah para pendaki. Setelah mendirikan tenda dan membuat api unggun kecil mereka pun makan malam.(5Cm:307) Kutipan (5CM:122) menunjukkan suasana Kota Jakarta pada waktu siang hari yang terik di dalam sebuah metromini yang sarat penumpang. Salah satu tokoh dalam novel ini yaitu Ian yang sedang mengalami masalah semakin bertambah penat dengan keadaan di sekitarnya. Kutipan (5Cm:185) menunjukkan masa-masa reformasi ketika mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Aksi dmo mahasiswa ini didukung oleh rakyat di sekitar mereka yang selain memberikan dukungan semangat, juga memberikan dukungan material. Diantara mahasiswa tersebut, terdapat tokoh-toko yang juga menjadi peserta aksi demo dan menyuarakan aspirasi rakyat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kutipan (5Cm:307) menunjukkan keadaan sosial atau kebersamaan di tempat pendakian, walaupun masing-masing pendaki tidak mengenal satu sama lain, mereka menemukan kehangatan karena sama-sama memiliki satu tujuan yaitu menaiki gunung Mahameru. Penjelasan latar yang terdapat dalam novel ini sangat membantu memperjelas unsur intrinsik lain, seperti tema dan penokohan. Latar dalam sebuah cerita mempunyai fungsi tertentu. Montaque dan Henshaw (dalam Herman J. Waluyo, 1994: 198) menyatakan tiga fungsi latar, yaitu mempertegas watak para pelaku, memberikan tekanan pada tema cerita, dan memperjelas tema yang disampaikan. e. Sudut Pandang Sudut pandang adalah cara pengarang dalam bercerita atau memosisikan diri dalam cerita. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 248) mengemukakan bahwa sudut pandang adalah “cara atau pandangan yang dipergunakan oleh pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca”. Pengarang bebas mengekspresikan diri dalam cerita, demikian pula penempatannya. Dalam novel 5Cm ini, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga dan menyebut nama tokoh dengan sebutan dia, atau disebut teknik diaan (Herman J. Waluyo, 1994: 184). Pengarang tidak fokus pada satu tokoh, tetapi terdapat penonjolan pada setiap tokohnya. Dengan sudut pandang tersebut, pengarang bebas untuk menonjolkan setiap tokoh secara detail. Berikut adalah contoh kutipan yang menunjukkan sudut pandang tersebut. Ian diem aja. Menyenderkan badannya ke dinding bambu, jemari tangannya pun mulai membentuk barisan kunci A di fred kedua yang mengawali Fake Plastic Trees-nya Radiohead.(5Cm:36) Indy yang juga lagi penat sama Jakarta, melakukan hal yang sama. Dia menyembulkan sedikit wajahnya ke luar, menikmati udara malam di Puncak yang dingin, membiarkan udaracommit meraba-raba to userwajahnya yang bersih. Sebentar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Indy memejamkan matanya, merasakan angin dingin.(5Cm:96) Riani terpejam lelah. Hari itu dia bahagia sekali karena semua kangennya terobati. Hari itu dia senang sekali bisa kembali bercanda denagn temantemannya, bisa bertemu dan bercanda lagi sama seseorang yang selama ini telah membuatnya bermimpi indah membawanya ke langit malam, melihat rasi bintang.(5Cm:170) Kutipan-kutipan di atas menunjukkan bahwa pengarang menonjolkan tokoh secara bebas. Kutipan (5Cm:36) pengarang menceritakan tentang Ian, kutipan (5Cm:96) pengarang menceritakan tentang Indy, dan kutipan (5Cm:170) pengarang menceritakan tentang Riani. Di dalam ketiga kutipan tersebut, pengarang berada di luar tokoh-tokoh yang diceritakan. Oleh sebab itu, pengarang sering menyebutkan nama tokoh dan sesekali menggunakan kata ganti orang ketiga seperti “dia”, “ia”, dan “-nya” untuk merujuk tokoh yang diceritakan. Herman J. Waluyo (1994: 184) memaparkan ada tiga jenis sudut pandang, yakni pengarang sebagai orang pertama dan menyatakan pelakunya sebagai “aku”, pengarang sebagai orang ketiga dan menyebut pelaku utama sebagai ”dia”, dan pengarang serba tahu yang menceritakan segalanya atau memasuki berbagai peran secara bebas, pengarang tidak fokus kepada satu tokoh cerita, tetapi semua tokoh mendapatkan penonjolan. Novel 5Cm menggunakan teknik pengarang serba tahu. Teknik ini dapat dilihat dari cara penceritaan pengarang yang menyebutkan nama setiap tokoh, dan sesekali menggunakan kata ganti orang ketiga untuk merujuk tokoh yang diceritakan. Penceritaan tokoh-tokohnya yang sama-sama menonjol dan bebas, semakin memperjelas penggunaan teknik pengarang serba tahu atau teknik omniscient narratif dalam novel ini. 2. Keterjalinan Antarunsur Intrinsik dalam Novel 5Cm Karya Donny Dhirgantoro
Penelitian struktural berpusat padatostruktur commit user yang terdapat dalam karya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sastra. Struktur atau unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra tersebut dianalisi dan dijabarkan, sehingga dapat dicari keterjalinan dan keunggulannya. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam setiap karya sastra memiliki hubungan yang saling melengkapi. Unsur-unsur ini saling terjalin untuk menampilkan sebuah karya sastra yang utuh dan universal. Pengarang sebuah karya sastra menampilkan setiap unsur intrinsik dalam karya sastranya sebagai sarana untuk mencerminkan maksud yang hendak disampaikannya kepada pembaca. Unsur-unsur pembangun karya sastra yang terdiri dari tema, penokohan, latar, alur, dan sudut pandang saling tejalin dan membentuk cerita yang sempurna dalam novel. Unsur tema menjadi unsur pokok yang keberadaannya ditunjang oleh unsur lain. Unsur penokohan, latar, alur dan sudut pandang mengarah langsung pada tema dalam karya sastra. Unsur-unsur dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro yang meliputi tema, penokohan, latar, alur, dan sudut pandang merupakan satu kesatuan sebagai pembangun cerita. Tema utama dalam novel ini adalah tema tentang persahabatan dan cinta. Tema yang masih sangat luas ini kemudian dijabarkan melalui unsurunsur lain yang membangun tema cerita. Penokohan dalam novel ini diceritakan dengan detail dan terperinci. Tokoh-tokoh diceritakan secara baik dan detail untuk memudahkan pembaca memahami cerita dan tema pokok dalam cerita. Tokoh-tokoh yang diceritakan memiliki persahabatan yang erat dalam novel ini sangat menunjang tema persahabatan. Tema percintaan yang ada dalam novel ini tidak lepas dari kondisi percintaan yang terjalin antartokoh dalam cerita. Oleh sebab itu, penokohan menjadi salah satu unsur yang membangun penceritaan dalam novel. Latar juga merupakan salah satu unsur pembangun cerita atau tema. Latar yang meliputi latar tempat, waktu dan sosial mendeskripsikan setiap peristiwa yang menyangkut perjalanan cerita dari awal hingga akhir. Latar seringkali sangat mempengaruhi tema, karena waktu, tempat maupun latar sosial yang diceritakan merupakan inti pokok yang menjiwai tema cerita. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alur mengalir dan menerjemahkan setiap urutan cerita sesuai dengan tema yang hendak dimaksudkan oleh pengarang. Alur tidak dapat terlepas sebagai salah satu unsur yang ikut membangun tema cerita. Alur dapat menceritakan berbagai peristiwa dan mengelompokkannya dalam berbagai tahap, antara lain tahap penyituasian, tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, tahap klimaks dan tahap penyelesaian. Setiap tahapan dalam alur ini membangun jalannya tema dari awal penceritaan hingga akhir penyelesaiannya. Oleh sebab itu, alur sangat berpengaruh pada jalannya penceritaan dan tema. Sudut pandang memiliki peranan yang cukup mencolok. Sudut pandang berhubungan erat pada cara pengarang menceritakan kisah dalam novel. Pengarang dapat dengan mudah menampilkan tema yang hendak disajikan melalui sudut pandang atau caranya bercerita. Unsur sudut pandang ini pula dapat mempermudah pemahaman pembaca tentang cerita yang disajikan pengarang. Novel 5Cm memiliki keterjalinan antarunsur intrinsik yang cukup erat. Tema persahabatan dan percintaan tokoh-tokohnya tidak lepas dari penceritaan tokoh, latar, alur dan sudut pandang. Salah satu contoh yang menerangkan tentang tema persahabatan dan percintaan dalam novel 5Cm adalah sebagai berikut. Genta sekali lagi menarik napas panjang. Tanpa sadar, mereka berlima pun berkumpul membentuk sebuah lingkaran kecil yang sangat dekat. Genta ingat rasi-rasi bintang yang mereka buat di langit, tapi yang paling Genta ingat adalah rasi bintangnya Riani.(5Cm:66) Setelah membeli lampu lima watt, mobil Arial menuju ke mantan SMA sakral mereka yang terletak di bilangan Jalan Mahakam. Mereka sebenarnya sudah alumni, tapi saking cintanya sama SMA mereka, kadang-kadang gerombolan ini suka nyolong-nyolong kalau udah kehabisan tempat tongkrongan. Sudah biasa buat mereka, malam-malam melompati pagar besi SMA, minta izin sama penjaga sekolah yang kebetulan selama tiga tahun udah “diguna-guna” supaya baik sama mereka sehingga selalu ngasih izin kapan aja gerombolan geblek ini mau masuk ke sekolah.(5Cm:46) Kutipan (5Cm:66) menggambarkan keterjalinan tema persahabatan dan penceritaan tokohnya yaitu Genta. commit Kutipantotersebut user juga terpengaruh oleh sudut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pandang yang dipakai oleh pengarang novel dalam bercerita, yaitu sudut pandang orang ketiga. Keterjalinan tema persahabatan dan latar tempat dapat dilihat pada kutipan kedua yakni kutipan (5Cm:46). Persahabata mereka yang mereka mulai sejak SMA itu selalu mengingatkan mereka pada masa-masa SMA dan menjadikan SMA mereka sebagai tempat untuk berkumpul bersama sambil membahas masalah yang sedang mereka hadapi bersama. Tema percintaan tidak pernah lepas dari penceritaan setiap tokoh dalam novel ini. Setiap tokoh memiliki kisah percintaannya sendiri dan tidak pernah lepas dari pengaruh tokoh yang lain. Tema percintaan dalam novel ini bagai membentuk segi empat yang saling berhubungan, antara Genta, Riani, Zafran dan Arinda. Hal ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut. Mata Genta membesar tak percaya, Genta tersenyum lembut, kekecewaannya luluh melihat kekuatan Riani selama ini melawan semua rasanya ke Zafran. Mata Riani sudah berkaca-kaca, tapi tak sedikit pun air mata menetes. Entah kenapa kekecewaan Genta malam itu seperti hilang begitu saja. Melihat bagaimana kekuatan di mata Riani berbinar-binar bercerita tentang segala rasanya untuk Zafran, segala impiannya, segala tingkah laku Zafran yang selalu bisa membuat Riani tersenyum... Genta belum pernah melihat Riani sebahagia itu. Keduanya melewati malam yang indah bertabur bintang di Ranu Kumbolo.(5Cm:366-367) Mata Zafran terpejam, tapi ia masih mendengar degup di dadanya memukulmukul semakin cepat. Semua percakapan tadi dia dengar, bagaimana Riani dengan lembut menyebut namanya, ia memejamkan matanya menarik napas panjang, melihat wajah Arinda yang lembut tertidur di bahu Arial. Hati Zafran masih di situ, di antara senyum lembut Arinda yang selalu mengisi hariharinya selama ini. Zafran menggeleng-gelengkan kepalanya, menyesal telah berkelakuan terlalu terus terang, tentang perasaannya kepada Arinda di depan Riani yang rupanya menyimpan ukiran rapi nama Zafran di hatinya. Cinta memang bukan untuk dimiliki.(5Cm:367-368) Arinda masih terpejam tapi tidak hatinya, tidak pendengarannya. Ia langsung memeluk erat abangnya saat mendengar aliran lembut kata-kata Genta. Malam itu, dalam pelukan abangnya Dinda mencoba terlelap, tidak mau mendengarkan lebih banyak lagi. Selama ini hati Arinda tulus sudah ia serahkan untuk Genta, selalu untuk Genta...tidak ada yang lain... cuma Genta. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(5Cm:368) Ketiga kutipan menggambarkan keterjalinan tema percintaan tokoh-tokoh dalam novel ini dengan latar tempat, waktu dan sosial, yaitu pada waktu malam hari di Ranu Kumbolo serta hubungan antartokohnya. Genta yang tidak kecewa cintanya ditolak karena melihat Riani yang sangat kuat menjaga cintanya kepada Zafran. Zafran yang menyesali dirinya tidak sadar akan cinta yang disimpan Riani untuknya, dan Arinda yang menyimpan sebuah cinta pada Genta. Sudut pandang yang dipakai pengarang juga terkait secara erat pada penceritaan novel ini. Penceritaan unsur-unsur intrinsik yang disajikan oleh pengarang menjadi lebih mudah terkait dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga yang dipakai pengarang. Penggunaan kata “ia”, “dia”, “-nya” maupun menyebutkan nama tokoh menjadikan penceritaan setiap unsur intrinsiknya menjadi mudah dipahami. Keterjalinan antarunsur intrinsik ini dapat diuji melalui hukum plot, yaitu plausibility (kebolehjadian), surprise (kejutan), suspense (ketegangan), dan unity (kesatuan). Jika unsur-unsur intrinsik dalam suatu cerita telah memenuhi hukum plot, jalinan cerita tersebut dikatakan mempunyai keterjalinan cerita yang baik. Novel 5Cm memiliki tingkat plausability yang cukup tinggi. Penceritaan dan konflik yang dihadirkan oleh pengarang memiliki ketajaman yang cukup dan dapat terjadi pada dunia nyata. Ada beberapa bagian yang sangat terlihat tingkat plausability-nya dan bagian lain yang terasa kurang. Ini cukup menyatakan bahwa novel 5Cm ini memiliki tingkatan plausability. Surprise (kejutan) menunjukkan bahwa novel 5Cm memiliki daya tarik yang dapat membuat pembacanya terus mengikuti jalannya cerita. Kejutan-kejutan dalam cerita seperti pengalaman yang diceritakan oleh Ian bahwa pada awal bergabung dengan sahabat-sahabatnya, ternyata Ian adalah seorang yang belum percaya diri dan suka meniru teman-temannya. Ian yang dulu tidak bisa dipercaya karena menjelek-jelekkan Arial di depan Zafran, dan sebaliknya, menjelekcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jelekkan Zafran di depan Arial. Ada pula kejutan lain yaitu ketika akhirnya mereka berlima berjumpa lagi setelah tiga bulan tidak bertemu, Genta mengajak mereka naik gunung Mahameru dan mengikuti upacara bendera di puncaknya. Selama dalam perjalanan menuju puncak, terjadi juga berbagai macam kejutan yang cukup menegangkan, sebagai contoh ketika hanya Ian yang melihat secara samar-samar kompleks pekuburan di awal perjalanan mendaki gunung yang ternyata memang ada sebuah pekuburan kecil bagi pendaki yang meninggal dalam pendakian. Begitu pula kecelakaan kecil yang terjadi di Kalimati serta suasana mencekam di tempat tersebut. Suspense (tegangan) merupakan sebuah daya tarik dalam sebuah cerita. Pada novel 5Cm, konflik-konflik yang disajikan pengarang memiliki tegangantegangan yang cukup kuat. Ketegangan seperti ketika kelima sahabat dalam novel ini mulai mendaki gunung Mahameru dan sempat kehabisan persedian air minum, Ian dan Zafran sempat putus asa dan menggerutu tentang Genta yang tidak mengatakan bahwa seharusnya membawa air minum lebih banyak. Tegangan ini seketika mereda ketika mereka sampai di Ranu Kumbolo, sebuah danau yang merupakan surga Mahameru. Ketegangan lain ketika mereka hendak mencapai puncak Mahameru, terjadi insiden guguran batu yang menimpa Ian sehingga teman-temannya mengira bahwa Ian meninggal dunia. Kesedihan mendalam yang mereka rasakan mengingat sebentar lagi Ian akan di wisuda, dan cerita-cerita bahagia yang Ian ceritakan sebelum mereka mendaki. Tegangan tersebut reda ketika Ian sadarkan diri, dia bukan meninggal, hanya pingsan karena batu yang cukup besar menggores kepalanya. Unity (kesatuan) menunjukkan bahwa cerita 5Cm adalah satu kesatuan utuh dan saling terkait. Unsur-unsur dalam cerita yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan sudut pandang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan cerita. Penceritaan dari awal hingga akhir dengan penjelasan tokoh-tokohnya pada bab tertentu bermuara pada sebuah kesatuan dan keterjalinan cerita. Berdasarkan hukum plot di atas, dapat dikatakan bahwa novel 5Cm mempunyai keterjalinan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antarunsur intrinsik yang baik. Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai keterjalinan antarunsur intrinsik novel 5Cm di atas, disimpulkan bahwa setiap unsur mempunyai keterjalinan dengan unsur-unsur lainnya. Tema dalam 5Cm mendukung keseluruhan unsur intrinsik karena tema adalah gagasan dasar yang melatari cerita. Penokohan dan hubungan antartokoh dalam cerita 5Cm mendukung terjalinannya plot. Unsur latar memberi penekanan pada penokohan dan mendukung terjadinya jalinan cerita/plot. Sudut pandang penceritaan memberi kontribusi yang bebas bagi pengarang dalam menjalin semua unsur berdasarkan posisinya sebagai pengarang. Selain itu, cerita 5Cm telah memenuhi hukum plot yang terdiri dari plausability, surprise, suspense, dan unity. 3. Nilai Pendidikan yang Terdapat dalam Novel 5Cm Karya Donny Dhirgantoro a. Nilai Pendidikan Sosial Manusia dikodratkan untuk lahir sebagai makhluk sosial, yakni makhluk yang membutuhkan satu sama lain. Saling membantu, saling memahami, saling menghargai, bahkan saling mencintai. Seorang manusia tidak dapat hidup seorang diri, karena berbagai peran yang ada di dalam dunia ini tidak dapat ia lakonkan sendiri, maka hadirlah sebuah nilai sosial. Nilai sosial mengacu pada hubungan individu dengan individu lain dalam masyarakat. Sebuah kunci yang harus selalu di pegang oleh masyarakat yang bercorak dan beragam seperti masyarakat Indonesia adalah pengendalian diri. Nilai sosial dalam masyarakat menghadirkan sebuah pendidikan yang patut dicermati. Generasi mendatang harus lebih memperhatikan pendidikan sosial dalam menghadapi beragam dan bercoraknya masyarakat Indonesia. Pendidikan sosial yang ditanamkan secara baik dapat menghindari sikap individualisme yang merebak pada masyarakat perkotaan. Pendidikan sosial yang kurang sering kali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menimbulkan kesalah pahaman dalam berhubungan di masyarakat. Kesalah pahaman yang terjadi merupakan imbas dari keadaan keluarga yang tertutup hubungannya dengan masyarakat sekitar. Menghindari kesalahpahaman dalam berhubungan di
masyarakat dapat
dilakukan dengan menciptakan suasana keluarga yang cukup terbuka pada hal-hal yang wajar kepada masyarakat. Misalnya saja ketika keluarga mendapatkan sebuah rezeki yang patut untuk disyukuri bersama, maka alangkah lebih baiknya mengadakan syukuran kecil-kecilan dengan mengundang tetangga sekitar. Ketika seseorang membutuhkan sesuatu yang tidak bisa dilakukan sendiri pun lebih baik minta bantuan tetangga atau teman, dengan kata-kata yang baik dan sopan agar maksud baik yang kita ajukan dapat tersampaikan dengan baik pula. Tujuan pendidikan sosial dalam karya sastra adalah membentuk manusia yang mempunyai kesadaran sosial, sikap sosial, dan kemampuan sosial. Interaksi sosial tokoh-tokoh dalam novel 5Cm ini memiliki beragam hubungan yang saling berkaitan. Interaksi antartokoh yang terjalin baik ini sering kali berguna untuk mengingatkan mereka tentang cara untuk bersikap dan menjadi diri sendiri. ... Ian yang dulu kadang-kadang cuma ikutan nimbrung nongkrong bukanlah Ian yang sekarang. Ian yang dulu adalah Ian yang nggak pede sama dirinya sendiri, yang selalu mencoba jadi orang lain, yang memandang orang lain selalu lebih hebat dibanding dirinya. Ian yang dulu, dalam tongkrongan cuma jadi penambah yang banyak omong, bisanya cuma nambahin omongan teman-temannya. Ian yang kayaknya tahu apa aja, tapi sebenarnya cuma bisa ikut-ikutan Genta, ikut-ikutan Arial, ikut-ikutan Zafran, dan ikut-ikutan Riani. (5Cm:38) Ian memang awalnya memiliki hubungan sosial yang kurang baik kepada teman-temannya. Ian belum menemukan jati dirinya sendiri dalam berhubungan dengan sahabat-sahabatnya, sehingga sering kali Ian hanya menjadi benalu dalam persahabatan mereka berlima. Akan tetapi, Ian memiliki sahabat-sahabat yang memang benar-benar menyayanginya. Setelah Ian menyadari kesalahannya, dan meminta maaf, sahabat-sahabatnya mau mengerti dan memaafkan semua kesalahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ian, karena mereka sadar, dari semua itu, mereka belajar menjadi lebih baik. Saling mengerti adalah sebuah kewajiban dalam bersahabat, begitu pula dalam persahabatan mereka. Keempat laki-laki dalam persahabatan ini sangat mengerti keadaan sahabat wanita mereka satu-satunya, sebagai makhluk yang lebih lemah, wajib dilindungi dan dimengerti. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. ”Nggak-lah, ini nggak segampang itu,” Genta mencoba menengahi dan memberi tatapan yang udah biasa buat Ian yang berjudul ’makanya jangan debat Riani’ kalau soal gender superiority. Dia suka sensitif sendiri. Tapi nggak seperti biasanya Riani jadi super sensitif kayak gini, suaranya agak keras dan kepalanya jadi agak tinggi, Genta menggumam dalam hati. Genta pun memberi tatapan kepada ketiga teman cowoknya yang berjudul ’tanggal berapa sekarang’. Makanya, semuanya langsung ngliat ke HP masing-masing dan sadar kalau sudah pertengahan bulan—tanggaltanggalnya Riani mendapat nikmat dari Tuhan sebagai seorang wanita normal. Keempat cowok itu ketawa sendiri dan geleng-geleng.(5Cm:59) Hubungan sosial yang baik dan patut dicontoh tidak hanya terdapat antarsahabat. Para tokoh utama dalam novel ini juga berusaha bersosialisasi dengan baik kepada orang lain di luar persahabatan mereka. Salah satu contoh kesadaran bersosialisasi antara tokoh-tokoh novel ini dengan tokoh lain antara lain dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. Dinda langsung jongkok di depan si Mbok lalu mengulurkan selembar lima puluh ribuan yang dilipat rapi. Dinda mengenggam tangan si Mbok. ”Mbok ini aku kasih lebih ya, buat mbok. Tapi besok pagi Mbok janji nggak usah ke pasar minta kardus, Mbok tidur aja di rumah. Janji ya, Mbok!” kata Dinda pelan.(5Cm:176) Perlahan tapi pasti, kereta mulai berjalan meninggalkan Stasiun Lempuyangan. Suara peluit dari stasiun dan doa si mbok masih mengisi telinga mereka berempat. Riani melihat keluar jendela kereta, matanya terkejut, dadanya sesak. Di sepanjang Stasiun Lempuyangan dilihatnya banyak sekali sosok perempuan tua seperti si mbok penjual nasi tadi. Di antara lambatnya kereta, mata Riani memperhatikan muka lelah mereka satu per satu, membayangkan nasib mereka yang mungkin nggak jauh berbeda dengan si commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Mbok. Matanya terpejam, hatinya nggak kuat lagi, pemandangan di luar seperti memasuki hatinya, tenggorokannya seperti menelan sesuatu yang tidak enak, yang disangkal hatinya.(5Cm:176) Pada kedua kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Dinda dan Riani menjalin sebuah sosialisasi yang lebih mendalam karena prihatin dengan keadaan si Mbok yang sudah tua. Keadaan ekonomi yang sulit membuat si Mbok harus bekerja siang dan malam, siang hari menjadi pengais kardus di pasar dan malam hari menjadi penjual nasi di stasiun. Kondisi warga yang bertaraf menengah ke bawah memang sangat memprihatinkan, mereka bekerja siang dan malam hanya untuk hidup hari itu saja, apabila sakit, maka tidak ada yang dapat diandalkan. Oleh karena itu, tokoh-tokoh dalam novel ini sangat prihatin dengan keadaan perekonomian yang demikian. Hubungan sosial lain yang dapat dilihat adalah hubungan baik yang terjalin antara Ian dan dosen pembimbing skripsinya. Dosen pembimbing skripsi Ian sangat membantu Ian dalam pembuatan skripsinya. Dosennya yang menyalakan api semangat dalam diri Ian, sehingga Ian dapat segera lulus kuliah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut. ”Yes!” Ian bersorak gembira ketika nama dan hasil sidangnya diumumkan. Saat itu juga Ian melesat cepat sekali ke ruangan dosennya. Bayangan temantemannya yang sedang tersenyum kepadanya ikut berkejaran, berlarian. Ian langsung memeluk dosennya sambil menahan cekat di tenggorokannya dan mata yang hampir berair. Ian berkata lembut, ”Saya... nggak... akan... pernah... lupa... jasa... Bapak... nggak akan pernah.” (5Cm:133) Berdasar kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Ian sangat berterima kasih kepada dosennya yang telah membantu kelancaran skripsinya. Kegigihan Ian dan kesabaran serta bimbingan dari dosennya membuat hasil yang sangat memuaskan bagi Ian. Ian lulus dengan hasil yang memuaskan. Hubungan sosial antartokoh dengan orang tua mereka juga terdapat dalam novel ini, rasa kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka membuat persahabatan mereka ini seolah-olah sebuah keluarga besar. Rasa kasih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sayang ini tidak hanya tertuju kepada anak-anak mereka masing-masing, tetapi juga kepada sahabat anak-anak mereka. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut. Untung aja mamanya Arial baik banget makanya mereka pada suka, biarpun stok makanannya sering dihabisin, biarpun kucingnya waktu itu disiram sama Genta, biarpun remote TV-nya pernah diilangin sama Zafran, biarpun buku masaknya ”distempel hak milik” sama Riani alias udah dua tahun nggak dibalikin.(5Cm:20-21) Berhubungan sosial adalah kebutuhan mutlak bagi manusia. Kodrat manusia adalah makhluk monodualisme yang memiliki sifat makhluk individu dan sosial. Dalam banyak hal, individu memerlukan keberadaan orang lain untuk saling memberi penilaian, membantu, mendukung dan bekerja sama dalam menghadapi tantangan kehidupan. b. Nilai Pendidikan Moral Nilai moral pada umumnya merupakan nilai kepatutan dalam pergaulan di masyarakat. Dalam nilai moral, terjalin erat unsur nilai agama dan nilai sosial. Nilai moral terdiri dari unsur moral sosial, moral agama, moral susila dan moral lain yang harus dipertimbangkan. Nilai moral tidak hanya ditemui ketika berhubungan dengan masyarakat, tetapi setiap seseorang berbuat sesuatu dapat dihubungkan dengan nilai moral. Pengarang sebuah novel dapat memasukkan nilai moral melalui amanah atau inti cerita. Pandangan-pandangan hidup yang bermanfaat dapat menjadi nilai moral tersendiri yang direfleksikan oleh pengarang. Oleh karena setiap karya memiliki tujuan tertentu, maka pengarang bisa memasukkan nilai-nilai moral sebagai impuls yang baik bagi pembacanya. Pesan moral utama yang ingin disampaikan oleh Donny adalah mimpi. Sebagai manusia, sesorang harus memiliki mimpi karena dengan percaya pada mimpi, kita masih memiliki sebuah tujuan hidup. Pesan moral ini disampaikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam kisah persahabatan antara lima anak muda yang masih mencari jalan terbaik mereka menuju mimpi-mimpinya. Dalam kebersamaan persahabatan mereka tersebut, mereka mengalami berbagai pengalaman yang membuat mereka semakin berpikir positif. Dulu Ian belum mengerti itu. Akhirnya Ian jadi orang yang suka apa yang orang lain suka, bukan dirinya sendiri yang bilang suka. Hingga suatu saat akhirnya mereka berempat mulai melihat kalau ternyata bukan soal selera saja Ian mulai labil dan bingung sendiri, tapi juga bingung gimana menjadi seorang Ian. Ian pun mulai nggak ikutan nongkrong lagi, nggak ikutan jalan lagi. Mereka berempat semuanya kangen Ian yang lucu, yang kadang-kadang bego sendiri.(5Cm:39) Berdasar kutipan di atas, mereka mendapatkan sebuah pengalaman besar dari salah satu teman mereka yaitu Ian. Ian yang belum menemukan jati dirinya masih terlalu naif dan belum dapat mengambil sikap dalam kesehariannya. Sebagai teman yang baik, mereka mau membantu Ian menemukan jati dirinya. Mereka menegur secara halus, agar tidak melukai hati Ian. Hingga Ian sadar dan meminta maaf, dengan hati terbuka mereka memaafkan Ian. Berdasar kutipan tersebut juga berisi tentang pesan moral yang baik agar kita tidak menjadi manusia yang suka meniru orang lain. Semua manusia memiliki ciri khas dan kesenangannya sendiri, hal itu merupakan jati diri yang membedakan kita dari orang lain. Ian terdiam... matanya menatap ke dosennya penuh arti. Sekilas bayangbayang perjuangannya yang bisa bikin stres dan jumpalitan selama dua bulan ini lewat di matanya. Omongan Pak Sukonto Legowo seperti kelembutan yang mengalir mengisi hatinya. Dosennya benar, nggak ada yang namanya hoki, tapi kerja keras dengan hati yang nggak kenal nyerah, teguh, dan, tulus. (5Cm:134) Kutipan di atas mencerminkan bahwa persahabatan tidak hanya tercipta dari teman seumur saja. Persahabatan yang baik juga dapat tercipta dari mahasiswa dan dosennya. Saling membantu dan saling menasehati demi kebaikan merupakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu keharusan antarumat manusia. Dosen yang membantu Ian juga memberikan nasihat yang sangat bermanfaat untuk Ian. Sahabat juga dapat menjadi teladan baik yang dapat diikuti oleh sahabatnya yang lain. Persahabatan dapat mempertemukan manusia-manusia yang memiliki sifat dan sikap yang berbeda, sehingga dari persahabatan itu semua sikap dan sifat yang baik dan buruk bertemu. Manusia yang cermat akan mencari sifat dan sikap yang baik dan direfleksikan dalam dirinya. Hal itu juga ada dalam persahabatan di novel ini. Zafran serasa ditampar keras sekali hari itu, hatinya seperti ditusuk, kayaknya dari kemarin gue belum pernah ngasih sedikit pun kalo ada pengemis. Gue cuma bisa ngomong bagus tentang derita, tapi nggak pernah bertindak, sedangkan Arial yang nggak pernah ngomong selalu ngasih. Parah banget sih gue, parah banget gue!(5Cm:192) Kutipan di atas berisi pesan moral yang baik. Alangkah sebaiknya seseorang lebih mengutamakan tindakan dari pada hanya berpendapat tanpa ada realisasinya. Zafran yang menyadari sikap dermawan Arial, mencerminkannya di dalam dirinya. Zafran pun berjanji tidak hanya berbicara, tetapi akan bertindak nyata. c. Nilai Pendidikan Religius Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa sebagai penciptanya. Nilai religius mencerminkan kewajiban umat yang beragama untuk melakukan hal yang diperintahkan agamanya dan menjauhi larangannya. Mempercayai ajaran agama dan keyakinan yang dianut dalam agamanya merupakan wujud nyata ketakwaan seorang manusia. Mensyukuri dan menjaga segala ciptaan Tuhan merupakan salah satu tindakan nyata sebagai salah seorang makhluk yang beragama. “Gile... masa masih begini juga ya?! Heran gue. Udah puluhan kali lebih gue commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ke Mahameru, tapi kalo nglihat puncaknya begitu, gue masih merinding.” “Fiuh... wahh... Subhanallah... Allah Mahabesar.”(5Cm:215) Kutipan di atas menandakan betapa besar kuasa Tuhan sang Pencipta. Manusia yang percaya pasti akan terkesima dan bersyukur telah melihat salah satu ciptaanNya. Keindahan Gunung Mahameru yang mereka daki semakin memperkuat keyakinan mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa. Angin malam tiba-tiba berembus agak keras, membuat rambut gondrong Deniek beriap terbang. Deniek dan keempat temannya menunduk dan berdoa. “Yo wiss, kita duluan.” Deniek dan teman-temannya menyalami mereka. Ian memberikan pelukan laki-laki. “Sampai jumpa di puncak.” Ian menepuk punggung Deniek. “Di sini... kita... nggak... akan... pernah... tau,” desis Deniek pelan.(5Cm:221) Kutipan di atas menunjukkan bahwa sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia wajib berdoa dan meminta restu-Nya. Berdoa sebelum memulai sesuatu merupakan sebuah permohonan kepada Tuhan agar diberi kelancaran dan keselamatan. Akan tetapi, kuasa Tuhan yang tidak terbatas kadang menakdirkan hal lain yang akan terjadi. Oleh sebab itu, memohon perlindungan-Nya merupakan sebuah kewajiban umat beragama. “Nabi Muhammad SAW pernah bilang, kalo kamu punya unta, serahkanlah unta itu pada Allah. Tapi jangan lupa, unta itu juga harus diikat. “Intinya, jangan pernah menyerah sama keadaan, harus ada usaha,” Genta coba memperjelas.(5Cm:269) Kutipan di atas melengkapi kutipan sebelumnya, yaitu selain berdoa, kita wajib berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang akan kita raih. Memiliki niat dan tekad kuat dibantu dengan doa dan usaha yang tak kenal lelah membuat tujuan yang akan diraih menjadi lebih mungkin untuk diraih. d. Nilai Pendidikan Estetika Keindahan adalah salah satu fungsi dari karya sastra. Keindahan yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ditampilkan oleh sebuah karya sastra kepada pembacanya memberikan kesan yang lebih mendalam bagi setiap pembacanya. Keindahan yang ditampilkan dapat berupa keindahan dalam pemilihan kata-kata. Dengan keindahan atau estetik suatu cerita dapat menimbulkan keindahan yang dapat menggetarkan sukma seseorang sehingga ada rasa kesenangan atau kebencian terhadap suatu hal. Keindahan dapat ditemui dalam karya sastra sebagai salah satu hasil karya manusia. Pandangan kebudayaan refleksi karya manusia itu pada hakikatnya bertujuan untuk memungkinkan hidup dan memberikan suatu kedudukan yang penuh hormat dalam masyarakat. Oleh karena itu, manusia harus menghasilkan karya yang lebih banyak dan lebih baik agar dapat dihormati oleh masyarakat. Keterkaitan antara karya sastra dengan manusia sedemikian erat sebab karya sastra merupakan salah satu hasil budidaya pikir manusia berdasarkan pengamatan dan pengalaman pribadi pengarang tentang kehidupan manusia. Hal ini memberikan petunjuk bahwa karya sastra lahir bukan tanpa tujuan dan tanpa makna. Akan tetapi, karya sastra memberi wawasan tentang hidup manusia dan segala sesuatunya kepada pembaca. Sebuah karya sastra memperbincangkan masalah kehidupan manusia, yakni menggambarkan tentang kehidupan yang dapat berupa cinta, kasih sayang, penghargaan, martabat, kewajiban, kebencian, dan pengkhianatan, dan lain-lain yang meliputi masalah hubungan manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan makhluk lain, dan hubungan manusia dengan pencipta. Nilai estetika dapat ditampilkan melalui berbagai macam cara. Kekuatan cerita, pemilihan kata-kata maupun penggunaan majas-majas yang tepat. Penulis dapat menyalurkan setiap nilai keindahan yang ingin disajikannya pada pembaca melalui karya yang dibuatnya. Nilai yang mengiringi amanah dari penulis dapat menimbulkan ketertarikan para pembacanya. Novel 5Cm juga menampilkan nilai-nilai keindahan yang dapat menarik minat pembacanya. Nilai keindahan yang ditampilkan melalui berbagai cara, selain kekuatan dan keindahan ceritanya, juga melalui kata dan majas yang menarik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengarang memiliki cara yang unik untuk menampilkan cerita kepada pembaca. Pengarang menampilkan penceritaan secara ringan dan mudah dicerna oleh pembaca. Pengarang juga menggunakan sinonim-sinonim yang menambah nilai estetika dalam penceritaannya. Matahari seakan juga ikut bercerita kepada daun-daun taman kampus, kepada gedung kampus, juga kepada buku yang di bawa sang dosen, betapa selama ini sang dosen telah menjadikan seorang bisa berjalan dalam dunia ilmu ke tingakt selanjutnya, membuatkan anak tangga pengetahuan ke setiap anak manusia yang dibimbingnya...(5Cm:135) Kutipan di atas menggambarkan teknik penulisan sinonim yang digunakan pengarang. Matahari yang menyinari daun-daun taman kampus, gedung kampus juga buku yang dibawa oleh sang dosen disinonimkan dengan ‘bercerita’.
B.
Pembahasan Hasil Peneitian
1. Unsur Intrinsik dalam novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro a.
Tema
Hasil penelitian dapat diuraikan dalam berbagai unsur yang membangun jalan cerita dalam novel ini. Tema yang diambil pengarang dalam novel ini yang saling berkaitan. Tema percintaan, persahabatan, kehidupan dan keyakinan para tokoh tentang mimpi yang ingin mereka raih menjadikan novel ini patut untuk diteliti dari unsur intrinsiknya. Shipley (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 80-81) memaparkan tema dalam berbagai jenis tingkatan. Tema persahabatan, percintaan dan kehidupan dalam novel ini masuk dalam tingkatan tema sosial. Tema kepercayaan para tokoh terhadap keajaiban mimpi yang beragam dapat digolongkan dalam tema tingkat divine. Burhan Nurgiyantoro sendiri membedakan tema dalam dua jenis yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor yang terdapat dalam novel ini adalah tema tentang persahabatan. Tema ini terlihat dari setiap kisah yang terdapat dalam novel, kisah tentang para tokoh maupun commit peristiwa-peristiwa yang terjadi. Tema minor to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang terlihat adalah tema percintaan, kehidupan dan kepercayaan tokoh terhadap keajaiban mimpi, karena tema-tema tersebut tersebar dan terpisah-pisah menjadi tema tambahan yang memperkaya cerita serta mendukung tema mayor. b.
Penokohan
Albertine Minderop (2005: 6) menjelaskan bahwa dalam menyajikan karakter (watak), pada umumnya pengarang menggunakan dua metode dalam karyanya, yakni metode langsung (telling) dan metode tidak langsung (showing). Novel ini menggunakan metode langsung (telling) dalam menceritakan kisah setiap tokoh. Metode ini dapat dilihat dari ciri-ciri nya, yaitu menggunakan nama tokoh, melalui penampilan tokoh, dan melalui tuturan pengarang. Berdasarkan peranannya, penokohan dalam novel ini dibagi menjadi tokoh utama (protagonis) dan tokoh tambahan (tritagonis). Tokoh yang termasuk tokoh utama (protagonis) adalah Genta, Riani, Arial, Zafran, Ian, dan Arinda/Dinda, sedangkan tokoh tambahan (tritagonis) adalah Indy, dan Pak Sukonto Legowo. c.
Alur
Dalam novel ini, alur yang digunakan sebagian besar merupakan alur lurus atau alur maju, dan terdapat sedikit alur sorot-balik untuk menjelaskan beberapa peristiwa. Alur ini dipandang dari waktu terjadinya peristiwa. Tasrif (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 149) membedakan tahapan plot menjadi lima macam, yakni tahap situation (tahap penyituasian), tahap generating circumstances (tahap pemunculan konflik), tahap ricing action (tahap peningkatan konflik), tahap climax (tahap klimaks), dan tahap denouement (tahap penyelesaian). Novel ini telah memenuhi tahapan plot ini, dimulai dari tahap penyituasian yang mengenalkan latar dan tokoh-tokohnya. Tahap penyelesaian yang ditandai dengan kehidupan para tokoh setelah menikah dan berkeluarga sepuluh tahun kemudian. Penyelesaian cerita dalam novel 5Cm digolongkan ke dalam penyelesaian tertutup. Hal ini dikarenakan nasib setiap tokoh telah ditentukan oleh pengarang di akhir cerita. d. Latar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) membedakan latar menjadi tiga unsur pokok, yakni latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat yang menonjol dalam novel ini antara lain, Secret Garden,yaitu suatu tempat di rumah Arial, dan tempattempat pendakian Gunung Mahameru. Latar waktu yang menonjol dalam novel ini adalah pada tanggal 17 Agustus, ketika mereka mengadakan upacara bendera di puncak Mahameru. Latar sosial yang menonjol dalam novel ini antara lain tentang keadaan kota Jakarta, tentang pendudukan gedung DPR/MPR pada masa reformasi, dan kebersamaan antar sesama pendaki di Mahameru. e.
Sudut pandang
Sudut pandang yang dipakai oleh pengarang dalam novel ini sepenuhnya menggunakan sudut pandang pengarang serba tahu. Sudut pandang pengarang serba tahu ini dapat dilihat dari cara pengarang menyebut nama tokoh dengan sebutan nama atau dia, dan tidak hanya fokus pada satu tokoh saja, tapi semua tokoh mendapatkan penonjolan cerita. Teknik ini disebut sebagai omniscient narratif. (Herman J. Waluyo, 1994: 184). Teknik serba tahu membuat pengarang lebih bebas mengekspresikan cerita tokoh-tokohnya secara detail.
2. Keterjalinan Antarunsur Intrinsik dalam Novel 5Cm karya Donny Dhirgantoro Unsur-unsur intrinsik dalam novel ini saling terjalin dengan baik. Tema yang merupakan unsur pembangun utama didukung dengan sudut pandang yang di ambil oleh pengarang dalam menceritakan tokoh-tokohnya. Alur yang disesuaikan dengan jalannya cerita, dilengkapi dengan pengenalan latar oleh pengarang, membuat novel ini dapat dicerna dengan baik oleh pembaca. Keterjalinan antarunsur intrinsik ini dapat diuji melalui hukum plot, yaitu plausibility (kebolehjadian), surprise (kejutan), suspense (ketegangan), dan unity (kesatuan). Jika unsur-unsur intrinsik dalam suatu cerita telah memenuhi hukum plot, jalinan cerita tersebut dikatakan mempunyai keterjalinan cerita yang baik. Berdasarkan analisis dan pembahasan mengenai keterjalinan antarunsur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
intrinsik novel 5Cm di atas, disimpulkan bahwa setiap unsur mempunyai keterjalinan dengan unsur-unsur lainnya. Tema dalam 5Cm mendukung keseluruhan unsur intrinsik karena tema adalah gagasan dasar yang melatari cerita. Penokohan dan hubungan antartokoh dalam cerita 5Cm mendukung terjalinannya plot. Unsur latar memberi penekanan pada penokohan dan mendukung terjadinya jalinan cerita/plot. Sudut pandang penceritaan memberi kontribusi yang bebas bagi pengarang dalam menjalin semua unsur berdasarkan posisinya sebagai pengarang.
3. Nilai Pendidikan yang Terdapat dalam Novel 5Cm Karya Donny Dhirgantoro Nilai pendidikan dalam sebuah karya sastra secara garis besar dibagi menjadi empat bagian. Empat bagian nilai pendidikan ini sangat berguna untuk merangsang setiap pembaca dalam menelaah dan memahami makna pendidikan dalam kehidupan. Nilai pendidikan ini tidak dimiliki oleh pengetahuan lain, sebab karya sastra dan pendidikan memiliki kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. a) Nilai Pendidikan Sosial Nilai pendidikan sosial bertujuan membentuk manusia yang mempunyai kesadaran sosial, sikap sosial, dan kemampuan sosial. Karya sastra merupakan tempat bagi pengarang untuk menyalurkan nilai pendidikan sosial. Pendidikan sosial yang ingin disampaikan oleh pengarang dapat berupa pengalaman pribadi dalam bermasyarakat maupun pandangan subyektifnya sendiri tentang cara bersosialisasi dalam masyarakat. Novel 5Cm ini memberikan berbagai contoh nilai pendidikan sosial. Hubungan sosial antar sesama sahabat yaitu saling mengerti tentang kelebihan dan kekurangan masing-masing merupakan hal yang mutlak antar sesama sahabat. Hubungan sosial antar sesama manusia yaitu memandang semua manusia memiliki derajat yang sama dan patut disayangi. Hubungan sosial antara anak dan orang tua yaitu kepatuhan anak kepada orang tua, serta kasih sayang orang tua kepada anak.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Nilai Pendidikan Moral Nilai pendidikan moral disebut juga dengan pendidikan kepatutan atau pendidikan etika. Pendidikan moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patutnya manusia bergaul di dalam kehidupan bermasyarakat. Karya sastra dapat dipahami sebagai alat didik yang cukup bagus untuk memenuhi kelayakan bagi seorang makhluk sosial di dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang pengarang haruslah berhati-hati dalam menciptakan karya sastra. Ia tidak bisa seenaknya saja menciptakan karya-karya sastra yang menyesatkan, tetapi harus mampu menghadirkan nilai pendidikan etika yang benar sehingga menimbulkan efek yang positif bagi pembacanya. Novel 5Cm ini menyiratkan pendidikan moral yang baik. Judul novel ini sendiri berarti bahwa sebagai manusia, kita harus meletakkan mimpi kita 5 cm di depan kening kita. Makna yang terkandung adalah agar kita senantiasa melihat, mengingat dan merasakan mimpi kita tersebut, sehingga kita tidak mudah menyerah dalam menggapai impian atau cita-cita. Nilai moral lain adalah saling tolong menolong antar sesama manusia, dan lebih mengutamakan tindakan nyata daripada hanya perkataan. c) Nilai Pendidikan Religius Nilai religius merupakan sudut yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Sesuatu yang berbau religius dapat berarti segala sumber ketenangan dan kebahagiaan hidup. Keterkaitan antara nilai religius dengan karya sastra sangat erat, terutama karena sastra banyak berangkat dari pengalaman-pengalaman religi pengarangnya. Novel 5Cm ini menyertakan nilai religius yang paling pokok, yaitu mempercayai keberadaan Tuhan dan ciptaan-Nya. Manusia sebagai ciptaan Tuhan harus selalu menyembah dan berdoa kepadaNya. Melestarikan dan memanfaatkan ciptaan Tuhan dengan sebaik-baiknya merupakan bentuk rasa syukur yang mendalam. d) Nilai Pendidikan Estetika
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai estetika atau nilai keindahan adalah salah satu fungsi karya sastra. Membaca sebuah karya sastra membuat pembaca menemukan gaya bahasa yang indah, keberadaan diksi-diksi yang indah, irama dan nada yang indah, dan lainlainnya termasuk peristiwa-peristiwa di dalam cerita yang dipulasnya dengan keindahan. Novel 5Cm ini memiliki nilai estetika yang cukup menarik. Metode penceritaan dan pemilihan kata-kata yang indah menjadikan nilai estetikanya mudah untuk dibayangkan pembacanya. Pengarang menggambarkan keadaan alam gunung Mahameru yang sangat indah dengan pemilihan kata yang tepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1.
Analisis Struktural Penceritaan novel ini disusun dari berbagai unsur intrinsik yang saling
berhubungan. Unsur-unsur intrinsik tersebut tersusun dan membangun peristiwa serta makna dalam cerita. Unsur-unsur intrinsik tersebut adalah sebagai berikut. a. Tema Tema dalam novel 5Cm ini adalah tema tentang persahabatan, percintaan dan mimpi-mimpi para tokohnya. b. Alur Alur yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran. Sebagian besar alur yang digunakan oleh pengarang adalah alur maju yang diselingi beberapa alur mundur untuk mengisahkan masa lalu tokoh-tokohnya. c. Penokohan Tokoh utama yang dihadirkan oleh pengarang adalah lima orang sahabat karib yaitu Genta, Arial, Riani, Zafran dan Ian. d. Sudut Pandang Pengarang novel 5Cm menggunakan sudut pandang pengarang serba tahu. e. Latar Latar yang terdapat dalam novel ini adalah latar tempat, waktu, dan sosial. Latar tempat dalam novel ini antara lain tempat tinggal mereka di Jakarta, dan di Gunung Semeru. Latar waktu yang sangat terlihat adalah ketika mereka berupacara di puncak Gunung Semeru tanggal 17 Agustus. Latar sosial dalam novel ini antara lain keadaan sosial di Jakarta dan keadaan sosial ketika mereka mendaki Gunung Semeru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
digilib.uns.ac.id
Keterjalinan antarunsur Intrinsik dalam Novel 5Cm Unsur-unsur intrinsik dalam novel ini yaitu tema, alur, latar, dan
penokohan dapat dipahami secara mudah karena pengarang novel menggunakan sudut pandang orang ketiga. 3.
Nilai Pendidikan yang Terdapat dalam Novel 5Cm
a. Nilai Pendidikan Sosial Nilai sosial mengacu pada hubungan sosial yang baik dengan sesama sahabat, orang tua, dan dosen, bahkan orang-orang yang baru mereka kenal. b. Nilai Pendidikan Moral Nilai moral yang ditonjolkan yaitu mau membantu sesama agar menjadi lebih baik, serta sebagai manusia harus memiliki mimpi dan cita-cita yang harus dikejar sekuat tenaga. c. Nilai Pendidikan Religius Nilai religius novel ini mengajarkan untuk selalu mempercayai dan selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa. d. Nilai Pendidikan Estetika Nilai estetika tersirat pada penggambaran tempat dan pemilihan kata yang menarik.
B.
Implikasi
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam menganalisis karya sastra perlu dilakukan analisis unsur intrinsik yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan sudut pandang. Pemahaman tentang analisis unsur intrinsik mempermudah peneliti untuk menganalisis hal lainnya seperti analisis pendidikan dalam karya sastra. Analisis pendidikan dalam karya sastra meliputi analisis pendidikan moral, pendidikan sosial, pendidikan religius dan pendidikan estetika. Implikasi yang didapatkan oleh penulis dalam penelitian ini sebagai berikut. 1.
Implikasi Teoretis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Menambah pengetahuan mengenai pendalaman materi bersastra, khususnya karya sasta novel. b. Menambah pengetahuan mengenai beragam novel yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. c. Memungkinkan adanya penelitian yang lebih beragam mengenai analisis struktural, hubungan antarunsur intrinsik dalam membangun keindahan dan nilai pendidikan. 2.
Implikasi Pedagogis a. Menambah referensi novel yang dapat digunakan untuk pembelajaran menganalisis novel. Novel 5Cm dapat digunakan sebagai alternatif materi pembelajaran apresiasi sastra karena isinya tidak terlalu serius, tetapi mengandung banyak nilai pendidikan yang dapat diambil hikmahnya. Jika dikaitkan dengan silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA, novel 5Cm cocok diberikan untuk siswa kelas XI SMA. Silabus Bahasa Indoensia di SMA kelas XI berisi standar kompetensi berupa memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan. Standar kompetensi tersebut berisi kompetensi dasar yang relevan dengan penelitian ini, yakni menjelaskan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan. b. Memberi gambaran bahwa keberhasilan pembelajaran tidak hanya tergantung pada faktor dari siswa tetapi faktor-faktor yang berasal dari guru juga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh karena itu, siswa maupun guru haruslah mempunyai kesadaran tentang tugas dan kewajiban masing-masing supaya tercipta proses pembelajaran yang efektif, efisien, kondusif, dan pada akhirnya akan mampu mencapai tujuan pembelajaran.
3.
Implikasi Praktis a. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penelitian sastra sehingga peneliti lain akan termotivasi untuk melakukan penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sejenis yang nantinya dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah. b. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih mencermati media pembelajaran yang tepat bagi siswa.
C.
Saran
Beberapa saran berikut semoga dapat menjadi masukan yang baik guna memajukan pendidikan, khususnya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 1.
Saran bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Guru Bahasa dan Sastra Indonesia sebaiknya dapat menggunakan novel
5Cm sebagai media pembelajaran. Pembeelajaran yang dapat diambil khususnya mengenai apresasi karya sastra yang menitikberatkan kepada apresiasi pendidikan yang terdapat di dalamnya. 2.
Saran bagi Siswa dan Mahasiswa Siswa hendaknya membiasakan diri membaca karya sastra, khususnya
berupa novel. Novel yang dibaca dan diserap setiap nilai-nilai luhurnya dapat sangat bermanfaat untuk menambah, mempertajam dan meningkatkan pemahaman kedewasaan dan pola pikir yang lebih baik. Mahasiswa calon peneliti karya sastra diharapkan dapat memilah-milah nilai karya sastra yang terdapat dalam novel. Kepada mahasiswa FKIP Bahasa Indonesia diharapkan dapat menjadi calon guru Bahasa Indonesia yang dapat menyerap nilai-nilai luhur dalam karya sastra berupa novel sehingga dapat mengajarkan nilai-nilai luhur tersebut kepada murid-muridnya kelak. 3.
Saran bagi Peneliti Lain Kepada peneliti lain yang hendak melakukan penelitian, khususnya
mengenai kajian karya sastra ditinjau dari struktural dan nilai pendidikan. Alangkah baiknya penelitian tersebut dikerjakan setelah peneliti memperkaya diri dengan bacaan-bacaan tentang penelitian yang serupa. Sehingga dapat memperlancar pengerjaan dan dapat menemukan lebih dari tiga rumusan masalah yang dapat dipecahkan. Peneliti karya sastra berupa novel harus melengkapi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitiannya dengan buku-buku yang berkaitan dengan pengkajian karya sastra sehingga dapat menunjang penelitian. Peneliti diharapkan dalam meneliti sastra dengan tinjauan sastra struktural dan nilai pendidikan perlu terlebih dahulu mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan sastra agar tidak menemukan kesulitan.
commit to user