[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
AFIASI
Faktor Penyebab Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe Causes of Early Marriage in Sampara Village Konawe Wa Ana Sari, Yanti Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Avicenna. Abstrak Angka statistik menunjukkan bahwa sekitar 25 % pernikahan dini terjadi di Indonesia. Bahkan beberapa daerah melebihi angka tersebut seperti di Jawa Timur (39,43%), Kalimantan (35,48%), Jambi (30,63%), Jawa Barat (36%) dan Jawa Tengah (27,84%). Penelitian ini menggunakan pendekatan Case Control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua yang menikah dini di Kelurahan Sampara tahun 2014 yaitu sebanyak 32 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil secara total sampling yaitu pengambilan sampel dari seluruh data remaja yang menikah dibawah usia 19 tahun di Kelurahan Sampara. Hasil menunjukkan ada pengaruh pengetahuan terhadap pernikahan dini dengan nilai OR = 2,218 dan nilai lower dan upper limit (1,106 – 4,448), ada pengaruh pendidikan terhadap pernikahan dini dengan nilai OR = 1,690 dan nilai lower dan upper limit (1,786 – 3,635), dan ada pengaruh kehamilan terhadap pernikahan dini, dengan nilai OR = 2,232 dan nilai lower dan upper limit (1,999 – 4,988). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara pengetahuan, pendidikan dan kehamilan terhadap pernikahan dini. Disarankan perlunya sosialisasi berkelanjutan oleh instansi terkait dalam hal pencegahan dan mengatasi dampak dari pernikahan dini khususnya warga di Kelurahan Sampara. Kata Kunci: Pengetahuan, Pendidikan, Kehamilan, Pernikahan Dini
2.232 and the value of the lower and upper limit (1.999 to 4.988). The conclusion that are influence of knowledge, education and pregnancy towards early marriage. Suggested more socialization continuously by the relevant agencies in preventing and overcoming the impact of early marriage especially residents in villages Sampara. Key word: Science, Education, Marry pregnancy, Early nuptials
Pendahuluan United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) tahun 2014 menyatakan bahwa pernikahan dini (early mariage) merupakan suatu pernikahan formal atau tidak formal yang dilakukan dibawah usia 18 tahun1. Lebih dari 700 juta perempuan yang hidup saat ini menikah ketika masih anak-anak, dimana satu dari tiga diantaranya menikah sebelum usia 15 tahun. Laporan menunjukkan bahwa di antara perempuan pernah kawin usia 20-24 tahun, 25 persen menikah sebelum usia 18 tahun menurut Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 20122. Di Indonesia satu dari lima penduduk berada dalam rentan usia remaja, menurut data profil Kesehatan Indonesia tahun 2012, 21 % populasi penduduk Indonesia berusia remaja 10 19 tahun dan separuh dari jumlah itu adalah remaja putri dan banyak dari mereka yang harus mengalami resiko kehamilan diusia muda baik yang diinginkan maupun tidak3. Pernikahan dini banyak terjadi pada masa pubertas, hal ini terjadi karena remaja sangat rentan terhadap perilaku seksual3. Pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Selain itu, faktor penyebab terjadinya pernikahan muda adalah pengetahuan, pendidikan dan hamil pranikah. Perkawinan dini
Abstract Statistics shows shows that about 25% early marriage in Indonesia. Even some areas exceed that number as in East Java (39.43%), Kalimantan (35.48%), Jambi, (30.63%), Jawa Timur (36%) and Jawa Tengah (27.84%). This study used a Case Control approach. The population in this study were all married early in the Village Sampara years 2014 as many as 32 people. The sample in this study were taken by total sampling is the sampling of the entire adolescents who get married under the age of 19 years in Sampara. The results show there are influence of knowledge towards early marriage with OR = 2.218 and the value of the lower and upper limit (1.106 to 4.448), there are influence of education towards early marriage with OR = 1.690 and the value of the lower and upper limit (1.786 to 3.635), and also there are influence of pregnancy towards early marriage, with OR =
6
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
pada anak sering terjadi akibat putus sekolah dan akibat dari permasalahan ekonomi5. Masa dewasa muda adalah masa bagi kehidupan seseorang yang berusia antara 20 - 40 tahun. Pada masa ini, keadaan fisik berada pada kondisi puncak dan kemudian menurun secara perlahan. Dalam sisi perkembangan psikososial, terjadi proses pemantapan kepribadian dan gaya hidup serta merupakan saat membuat keputusan tentang hubungan yang intim. Pada saat ini, kebanyakan orang menikah dan menjadi orang tua6. Data Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 menunjukkan prevalensi kejadian pernikahan dini sebesar 176 orang. Pada tahun 2012 meningkat menjadi 236 orang dan pada tahun 2013 meningkat kembali sebanyak 289 orang. Di Kabupaten Konawe prevalensi data kejadian pernikahan dini sebesar 56 orang pada tahun 2012 sebanyak 83 orang dan pada tahun 2013 meningkat kembali sebanyak 105 orang. Sedangkan data dari Kelurahan Sampara tahun 2014 dari awal Januari sampai bulan Juli terdapat 32 orang yang menikah dibawah umur 19 Tahun7. Sebagian besar pengetahuan masyarakat di Kelurahan Sampara belum mengetahui batas usia perkawinan yang ideal khususnya usia perkawinan yang tercantum dalam Undang-undang tahun 1992. Hal ini diakibatkan karena tidak ada sosialisasi tentang batas usia perkawinan yang ideal serta dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini sehingga mengakibatkan banyak remaja yang melakukan pernikahan dini. Kebanyakan remaja di Kelurahan Sampara tergolong menengah kebawah karena tidak mampu melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Terkadang hanya bisa melanjutkan sampai sekolah menengah saja atau bahkan tidak menempuh pendidikan sama sekali. Hal ini biasanya terjadi setelah remaja lulus SMP atau bahkan belum lulus. Fenomena yang terjadi saat ini adalah perilaku pacaran justru banyak dilakukan oleh remaja yang berpacaran yang terdiri atas tahapan tertentu mulai dari pegangan tangan, ciuman, pelukan, memegang atau meraba bagian sensitif dan bersenggama, yang pada akhirnya menyebabkan kehamilan. Meskipun
AFIASI
tidak semua remaja berpacaran melakukan hal yang tidak diinginkan, tetapi dari fakta ini menunjukkan kecenderungan yang mengkhawatirkan dan memprihatinkan yang diwujudkan mulai dari melirik kearah bagian sensual pasangan sampai bersenggama yang dilakukan oleh remaja yang sedang berpacaran. Metode Penelitian ini menggunakan desain case control. Penelitian dilakukan di Kelurahan Sampara Kabupaten Konawe pada bulan November 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasangan yang menikah di Kelurahan Sampara tahun 2014 yaitu sebanyak 32 orang, diantaranya terdapat yang menikah dibawah usia 18 tahun sebanyak 16 orang. Sampel kasus adalah semua remaja yang melakukan pernikahan dibawah usia 18 tahun sebanyak 16 orang, dan sampel kontrol adalah semua remaja yang melakukan pernikahan diatas usia 18 tahun sebanyak 16 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan tehnik total sampling. Data dalam penelitian ini dianalisis menggunakan SPSS dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil Pengaruh Pengetahuan terhadap Pernikahan Dini Tabel 1 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada kelompok kasus dominan yang berpengetahuan rendah yaitu sebanyak 10 orang (31,2%) dan hanya 6 orang (18,8%) yang berpengetahuan tinggi, Pada kelompok control, dominan yang berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 11 orang (34,4%) dan hanya 5 orang (15,6%) yang berpengetahuan rendah. Hasil uji statistik menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor penyebab pernikahan dini berdasarkan nilai OR = 2,218 dan menyatakan ada pengaruh dengan nilai lower dan upper limit (1,106 – 4,448) yang tidak mencakup (melalui) nilai 1.
7
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
AFIASI
Tabel 1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Pernikahan Dini Jumlah Kasus Kontrol Pengetahuan OR CI N % N % N % 6 18,8 11 34,4 17 53,2 LL = 1,106 Tinggi 2,218 10 31,2 5 15,6 15 46,8 UL = 4,448 Rendah 16 50,0 16 50,0 32 100 Jumlah berpendidikan rendah. Hasil uji statistik menyatakan bahwa pendidikan merupakan faktor penyebab pernikahan dini berdasarkan nilai OR = 1,690 dan menunjukkan adanya pengaruh berdasarkan nilai lower dan upper limit (1,786 – 3,635) yang mencakup (melalui) nilai 1.
Pengaruh Pendidikan terhadap Pernikahan Dini Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pada kelompok kasus dominan yang berpendidikan rendah yaitu sebanyak 13 orang (40,6%) dan hanya 3 orang (9,4%) yang berpendidikan tinggi. Sedangkan pada kelompok control, dominan yang berpendidikan tinggi yaitu sebanyak 12 orang (37,5%) dan hanya 4 orang (12,5%) yang
Tabel 2. Pengaruh Pendidikan terhadap Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Tahun 2014 Pernikahan Dini Jumlah Kasus Kontrol Pendidikan OR CI N % N % N % 3 9,4 12 37,5 15 46,9 LL = 1,786 Tinggi 13 40,6 4 12,5 17 53,1 Rendah 1,690 UL = 3,635 16 50,0 16 50,0 32 100 Jumlah statistik menyatakan bahwa kehamilan merupakan faktor penyebab pernikahan dini berdasarkan nilai OR = 2,232 dan menunjukkan adanya pengaruh berdasarkan nilai lower dan upper limit (1,9994,988) yang mencakup (melalui) nilai 1.
Pengaruh Kehamilan terhadap Pernikahan Dini Tabel 3 menunjukkan bahwa kehamilan pada kelompok kasus lebih banyak yaitu sebanyak 12 orang (37,5%) sedangkan pada kelompok kontrol hanya 2 orang (6,2%) yang hamil. Hasil uji
Tabel 3. Pengaruh Kehamilan terhadap Pernikahan Dini di Kelurahan Sampara Pernikahan Dini Jumlah Kehamilan OR CI Kasus Kontrol n % N % N % 4 12,5 14 43,8 18 56,3 LL = 1,999 Tidak hamil 12 37,5 2 6,2 14 43,7 2,232 UL = 4,988 Hamil 16 50,0 16 50,0 32 100 Jumlah alat reproduksi remaja yang belum siap menerima kehamilan, merasa tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri terkadang perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman atau lingkungan masyarakat. Pada sisi lain, kehamilan juga berdampak negatif pada keharmonisan keluarga. Hal ini
Pembahasan Hasil uji statistik menyatakan bahwa pengetahuan merupakan faktor penyebab pernikahan dini. pada usia kehamilan yang terjadi dibawah usia 20 tahun dalam keadaan belum matangnya mental seseorang remaja akan mempengaruhi penerimaan kehamilannya, dimana
8
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
disebabkan oleh kondisi psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional. Pada usia yang belum matang ini biasanya remaja masih kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang masih tinggi serta belum matangnya sisi kedewasaan untuk berkeluarga sehingga banyak ditemukan kasus perceraian yang merupakan dampak dari mudanya usia untuk menikah4. Hasil uji statistik variabel pendidikan menunjukkan bahwa pendidikan merupakan faktor penyebab pernikahan dini. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memberikan pemahaman secara matang kepada individu untuk memilih atau memutuskan suatu hal. Individu tersebut tidak menginginkan jika hal yang buruk yang tidak diinginkan menimpa dirinya akibat dari keputusan yang telah diambil olehnya. Kalau pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun, maka secara emosi remaja masih ingin berpetualang menemukan jati dirinya. Kurangnya pendidikan bisa dikarenakan faktor ekonomi, dari faktor ekonomi inilah seseorang tidak mampu melanjutkan pendidikan dan juga dikarenakan oleh keluarga yang relatif besar. Selain itu faktor sosial budaya juga mempengaruhi kurangnya pendidikan, mungkin pendidikan masyarakat di lingkungan sekitar yang tergolong rendah menyebabkan para remaja malas melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi8. Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa kehamilan merupakan faktor penyebab pernikahan dini. Kehamilan remaja perempuan sebelum menikah termasuk dalam kenakalan remaja dan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang4. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Perilaku menyimpang yang terjadi karena kurangnya kesadaran remaja akan kehidupan mereka kedepan. Terbatasnya perhatian orang tua, pendidikan agama, pengetahuan norma serta tidak membatasi pergaulan remaja akan meningkatkan angka kenakalan remaja. Khususnya pada remaja perempuan membutuhkan perhatian yang lebih dari kedua orang tuanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan menurut Hurlock, saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan
AFIASI
seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks mahluk hidup dapat terus bertahan hidup menjaga kelestarian keturunanya. Masalah seksualitas di kalangan remaja adalah masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Perkembangan seksual itu muncul sebagai bagian dari perkembangan yang harus dijalani, namun, di sisi lain, penyaluran hasrat seksual yang belum semestinya dilakukan dapat menimbulkan dan berakibat yang serius, seperti kehamilan9. Kesimpulan Terdapat pengaruh antara pengetahuan, pendidikan dan kehamilan terhadap pernikahan dini. Nilai OR = 2,218 dan nilai lower dan upper limit (1,106 - 4,448) pada variabel pengetahuan. Nilai OR = 1,690 dan nilai lower dan upper limit (1,786 - 3,635) pada variabel pendidikan. Dan nilai OR = 2,232 dan nilai lower dan upper limit (1,9994,988) pada variabel kehamilan. Artinya pengetahuan, pendidikan dan kehamilan merupakan faktor penyebab pernikahan dini dikalangan remaja. Saran Sosialisasi perlu dilaksanakan secara berkelanjutan oleh instansi terkait dalam hal pencegahan dan mengatasi dampak dari pernikahan dini khususnya warga di kelurahan sampara. Perlu proses pengembangan kurikulum pendidikan kesehatan tentang dampak dan resiko dari Pernikahan Dini terhadap remaja Indonesia. Daftar Pustaka 1.
2.
3. 4.
9
Irne W. Desiyanti. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Pernikahan Dini Pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Mapanget Kota Manado. JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015 Badan Pusat Statistik. 2016. Kemajuan yang Tertunda: Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia, Berdasarkan Hasil Susenas 2008-2012 dan Sensus Penduduk 2010. Jakarta-Indonesia Depkes RI, 2012. Perilaku Organisasi. Penerbit PT. Sinar Baru Algesindo, Jakarta Sarwono, 2008. Buku Panduan praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi pertama,Cetakan Pertama Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
[Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol.1, No.4 April 2016]
5. 6. 7. 8. 9.
Sanderowitz, 2009. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta : Kencana. Feldman, 2010. Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta : Nuha Medika. Dinkes Kota Kendari. 2013. Profil Kesehatan Kota Kendari. Dinkes Kota Kendari Darmawan, 2010. Sikap Manusia dan Pengetahuannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hurlock, 2008. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Erlangga, Jakarta.
10
AFIASI