ARTIKEL
HUBUNGAN PERNIKAHAN DINI DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM PERNIKAHAN PADA WANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN JAMUSAN, KECAMATAN JUMO KABUPATEN TEMANGGUNG
Oleh : ASWID PARAHITA 040113a006
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO 2016
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Program Studi DIII Kebidanan Karya Tulis Ilmiah, Juli 2016 Aswid parahita (040113a006),Heni HirawatiPranoto, S.SIT, M.Kes (0602108101),Fitria Primi Astuti, S.SIT, M.Kes (0603088101). Hubungan pernikahan dini dengan penyesuaian diri dalam pernikahan pada wanita usia subur di KelurahanJamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung tahun 2016 (xxii + 63 Halaman + 8 Tabel + 2 Gambar + 11 Lampiran) ABSTRAK Banyaknya kejadian pernikahan pada usia muda yaitu usia dibawah 19 tahun yang merupakan salah satu permasalahan yang berkaitan dengan penyesuian diri dalam pernikahan.Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui hubungan pernikahan dini dengan penyesuaian diri dalam pernikahan pada wanita usia subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. Desain penelitian menggunakan deskriptif dengan pendekatan cross sectional pada 52wanita usia subur yang sudah menikah 5 tahun di Kelurahan Jamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung. Teknik pengambilan sampel adalah proportional random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian diperoleh pernikahan dini di Kelurahan Jamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung yang melahkukan pernikahan dini, yaitu sejumlah 12 responden (23,1%), gambaran penyesuaian diri di Kelurahan Jamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 28 responden (53,8%). Ada hubungan pernikahan dini dengan penyesuian diri di Kelurahan Jamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai chi square (χ²) sebesar 14,8 dan nilai p value sebesar 0,008< 0,05. Diharapkan masyarakat menunda usia pernikahan dengan cara meningkatkan tingkat pendidikan. Kata Kunci : penyesuian diri, WUS, pernikahan dini Kepustakaan : 51Daftar Pustaka (2005-2014)
Ngudi Waluyo School of Health Ungaran Diploma III of Midwifery Study Program Scientific Paper, July 2016 Aswid parahita (040113a006), Heni Hirawati Pranoto, S.SIT, M.Kes (0602108101), Fitria Primi Astuti, S.SIT, M.Kes (0603088101). The Correlation between Early Marriage and Marital Adaptation in Women of Chilndbearing Age at Jamusan Village Jumo Sub-district Temanggung Regency in 2015 (xxii+ 63 pages+ 8 tables + 2 figures + 11 appendices ) ABSTRACT Many incidences of young age of marriage meaning under 19 years olg is one of the problems related to the marital adaptation. The purpose of this study is to find the correlation between early marriage and marital adaptation in women of childbearing age at Jamusan Village Jumo Sub-district Temanggung Regency. This was a descriptive study with cross sectional approach in 52 women of childbearing age who had married for 5 years at Jamusan Village Jumo Sub-district Temangung Regency. The data sampling used proportionade random sampling technique. The data were collected by using questionnaires. The data analysis used univariate analysis and bivariate analysis . The result of this study indicate that the respondents are mostly involved in early marriage as many as 12 respondents (23,1%), the description of marital adaptation at Jamusan Vilage Jumo Sub-district Temanggung regency indicates that most of respondents in the category of poor as many as 28 respondents (53,8%). There is a correlation between early marriage and marital adaptation at Jamusan Vilage Jumo Sub-district Temanggung regency. This is indicated by the chi-square value (x2) of 14.8 and p value 0f 0.008<0.05. The societies are expected to delay the age of marriage by increasing knowledge about early marriage . Keywords : Adaptation, Women of Childbearing Age, Early marriage Bibliographies : 51 (2005_2014) PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pernikahan dini diartikan sebagai pernikahan di bawah umur yang persiapannya dapat dikatakan belum maksimal baik persiapan fisik, maupun materi. Dalam pandangan hukum Indonesia pemerintah telah menetapkan usia ideal menikah yaitu umur 21 tahun untuk perempuan dan umur 25 tahun untuk laki-laki (BKKBN, 2008). Pernikahan adalah merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibicarakan dalam media masa. Namun kalau ditanya apa yang dimaksud dengan istilah tersebut maka biasanya orang akan berfikir terlebih dahulu untuk memdapatkan formulasi, walaupun sebenarnya apa yang dimaksud dengan
istilah itu telah ada dalam pikiran dengan jelas (Walgito, 2010). Pernikahan dini akan menimbulkan masalah-masalah, sebagai berikut : secara fisiologis alat reproduksi yang belum siap, kematian maternal, secara psikologis seperti perceraian ( Suryati, 2012). Kasus perceraian yang terjadi merupakan dampak dari mudanya usia ketika menikah, adanya pihak ketiga selain itu adapula masalah ekonomi, ketidak cocok anantar pasangan atau perselisihan dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Wahyuningsih (2005) dalam satu penelitian menyatakan bahwa berdasarkan data yang dihimpun dari Pengadilan Agama di Yogyakarta dari tahun 2000 sampai tahun 2002, dapat diketahui bahwa permasalahan yang paling sering dilaporkan oleh pasangan suami istri
yang akan bercerai adalah perselisihan yang terus menerus antara pasangan suami istri (48,8%). Terjadinya perselisihan yang terus. Laswell dan Laswell (1987) menyatakan bahwa konsep penyesuaianperkawinan secara tidak langsung menunjukkan adanya dua individu yang saling belajar untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan, dan harapannya dengankebutuhan, keinginan dan harapan dari pasangannya. Dengan adanya penyesuaian diri yang baik dalam pernikahan perceraianpun akan bisa dihindari. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi suami istri dalam melahkukan penyesuaian dalam pernikahan,diantaranya adalah : konsep pasangan ideal, pemenuhan kebutuhan, kesamaan latar belakang, minat dan kepentingan besrama, keserupaan nilai, konsep peran, dan perubahan polah hidup ( Ade, 2011). Berdasarkan data Pengadilan Agama Temanggung pada tahun 2014 jumlah orang tua atau wali dari calon mempelai laki-laki ataupun perempuan yang mengajukan permohonan dispensasi nikah di bawah umur sebanyak 112 kasus. Jumlah tersebut lebih tinggi di bandingkan tahun 2011 sebanyak 99 kasus, sedangkan 2013 sebanyak 108 kasus. Selain data dispensasi juga di dapatkan angka perceraian tahun 2014 terdapat 1830 kasus perceraian, jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu 1174 kasus perceraian (data PA, 2014). Fenomena pernikahan dini di Kelurahan Jamusan terdapat 23 pernikahan dini dari 72 pernikahan yang terjadi pada tahun 2014-2015, dari angka tersebut menunjukan tingginya pernikahan dini di Kelurahan Jamusan. Berdasarkan hasil wawancara 10 wanita usia subur yang di lahkukan pada tanggal 9 desember 2015 di dapatkan hasil banyak wanita usia subur belum dapat menyesuaikan diri dengan keluarga baru, dari 10 wanita usia subur 7 diantaranya, yaitu 3 mengatakan menikah usis 16 tahun, menyatakan belum bisa menyesuaikan diri
dengan keluarga baru, dan 4 mengatakan meningkah umur 17 tahun, dianaranya menyatakan belum bisa menyasuaikan diri dengan keluarga baru, dan 3 diantaraya yaitu 1 mengatakan menikah usia 22 tahun, mengatakan sudah bisa menyesuaikan diri dengan keluarga baru, dan 2 mengatakan, menyatakan sudah bisa menyesuaikan diri dengan keluarga baru. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa wanita usia subur di Kelurahan Jamusan sebagian besar menikah kurang dari 20 tahun dan memiliki penyesusaian diri yang kurang baik dalam pernikahan, hal ini berarti ada kesenjangan teori dengan kejadian di tempat penelitian. Berdasarkan data dan latar belakang diatas peneliti tertarik mengambil penelitian dengan judul “Hubungan Pernikahan Dini dengan Penyesuaian Diri dalam pernikahan pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pernikahan Dini dengan Penyesuaian Diri dalam Pernikahan pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung?”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pernikahan dini dengan penyesuaian diri dalam pernikahan pada wanita usia subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pernikahan dini di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. b. Mengetahui gambaran penyesuaian diri pada pernikahan di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. c. Mengetahui hubungan pernikahan dini dengan penyesuaian diri dalam pernikahan di Kelurahan Jamusan,
Kecamatan Temanggung.
Jumo,
Kabupaten
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masarakat Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyesuaian diri dalam pernikahan. 2. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang metode penelitian, penyesuaian diri dalam pernikahan, serta dapat dapat menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dalam perkuliahan pada permasalahan di dunia nyata. 3. Bagi Insitusi Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam memberikan penyuluhan berkaitan dengan penyesuaian diri dalam pernikahan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti selanjutnya tentang penyesuaian diri dalam pernikahan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Kelurahan Jamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung pada 4 Juni – 12 Juni 2016. Populasi jumlah WUS yang sudah menikah pada tahun 2011-2015 berjumlah 107 orang, dengan sampel 52 orang. Teknik sampling yang digunakan ialah random sampling berjenis proportionate random sampling. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebar kuesioner, data sekunder diperoleh dari Kantor Kelurahan Kelurahan Jamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung, yaitu data jumlah WUS yang sudah menikah pada tahun 2011-2015. Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yaitu kuesioner. Analisa yang digunakan adalah analisis univariat dan analisa bivariat.
A. Analisis Univariat 1. Pernikahan Dini Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pernikahan Dini pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung Pernikahan Dini Menikah Dini Menikah Cukup Umur Jumlah
12 40
Persentase (%) 23,1 76,9
52
100,0
Frekuensi
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 52 responden wanita usia subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung, lebih banyak responden yang menikah cukup umur, yaitu sejumlah 40 orang (76,9%). 2. Penyesuaian Diri dalam Pernikahan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyesuaian Diri dalam Pernikahan pada W Wanita Usia Subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung Penyesuaian Diri dalam Pernikahan Kurang Baik Jumlah
Frekuensi 28 24 52
Persentase (%) 53,8 46,2 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar penyesuaian diri dalam pernikahan pada responden di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 28 orang (53,8%). B. Analisis Bivariat Bagian ini disajikan hasil hubungan pernikahan dini dengan penyesuaian diri dalam pernikahan pada wanita usia subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. Untuk menganalisis hubungan ini digunakan uji Chi Square, dan hasilnya disajikan sebagai berikut.
Tabel 4.5 Hubungan Pernikahan Dini dengan Penyesuaian Diri dalam Pernikahan pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung Penyesuaian dalam Pernikahan Pernikahan pKurang Baik Total value OR Dini % F % F % f Dini 11 91,7 1 8,3 12 100 0,008 14,8 Cukup Umur 17 42,5 23 57,5 40 100 Total 28 53,8 24 46,2 52 100
Hasil tabulasi silang sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.5 ditemukan bahwa responden yang menikah dini sebagian besar kurang dapat menyesuaikan diri dalam pernikahannya sejumlah 11 orang (91,7%). Sedangkan responden yang menikah dengan cukup umur sebagian besar dapat menyesuaikan diri dalam pernikahannya sejumlah 23 orang (57,5%). Hasil uji Chi Square diperoleh bahwa nilai ² hitung 7,109 dengan pvalue 0,008. Oleh karena p-value 0,008 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pernikahan dini dengan penyesuaian diri dalam pernikahan pada wanita usia subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. Hasil Chi Square juga terdapat nilai Odds Rasio sebesar OR = 14,8. Nilai ini menunjukkan bahwa responden yang menikah secara dini beresiko 14,8 kali lebih besar kurang dapat menyesuaikan diri dalam pernikahan dibandingkan responden yang menikah dengan cukup umur. PEMBAHASAN Bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilakukan terkait dengan hubungan pernikahan dini dengan penyesuian diri dalam pernikahan pada wanita usia subur di Kelurahan Jamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung pada tanggal 4 Juni 2016 – 12 Juni 2016 yang dikaitkan dengan karakteristik responden dan teori-teori yang terkait. A. Analisis Univariat 1. Gambaran pernikahan dini pada wanita usia subur di Kelurahan Jamusan,
Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. Hasil penelitan terhadap 52 responden diketahui wanita usia subur menikah dini sejumlah 12 responden (23,1%). Menikah dini yang dimaksud adalah pernikahan yang dilahkukan oleh sepasang laki-laki dan perempuan remaja (Kumalasari, dkk, 2012). Hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat sesuai dengan budaya yang ada di masyarakat yaitu menganggap anak perempuan yang terlambat menikah merupakan aib bagi keluarga. Pernikahan usia dini masih banyak terjadi di negara berkembang terutama di pelosok terpencil. Pernikahan usia dini terjadi baik di daerah pedesaan maupun perkotaan di Indonesia serta meliputi berbagai strata ekonomi dengan beragam latar belakang. Berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia (SDKI) 2007. Suatu studi literasi UNICEF menemukan bahwa interaksi berbagai faktor menyebabkan anak berisiko menghadapi pernikahan di usia dini. Diketahui secara luas bahwa pernikahan anak berkaitan dengan tradisi dan budaya, sehingga sulit untuk mengubah. Alasan ekonomi, harapan mencapai keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan banyak orangtua mendorong anaknya untuk menikah di usia muda. Menurut Bowner dan Spanier dalam Rahmi (2003) terdapat beberapa alasan seseorang untuk menikah seperti mendapatkan jaminan ekonomi, membentuk keluarga, mendapatkan keamanan emosi, harapan orang tua, melepaskan diri dari kesepian, menginginkan kebersamaan, mempunyai daya tarik seksual, untuk mendapatkan perlindungan, memperoleh posisi sosial dan prestise, dan karena cinta . Manurut Romaulin (2012) dampak dari pernikahan dini dari segi kesehatan perempuan adalah alat reproduksi belum siap menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai komplikasi, Kehamilan dini dan kurangnya terpenuhi gizi bagi diri dirinya sendiri, resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi,
beresiko pada kematian usia dini, meningkatkan angka kematian ibu, resiko terkena penyakit menular seksual, dan Kehilangan kesempatan mengembangkan diri. Menurut penelitian yang dilahkukan yenrizal Makmur (2014), dampak dari pernikahan dini kesehatan reproduki salah satunya yaitu perempuan usia 15-19 tahun memiliki kemungkinan dua kali lebih besar meninggal saat melahirkan dibandingkan yang berusia 2025 tahun, sedangkan usia di bawah 15 tahun kemungkinan meninggal bisa 5 kali. Kesehatan reproduksi dan pernikahan usia dini Penting untuk diketahui bahwa kehamilan pada usia kurang dari 17 tahun meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada anak. Kehamilan di usia yang sangat muda ini ternyata berkorelasi dengan angka kematian dan kesakitan ibu. Disebutkan bahwa anak perempuan berusia 10-14 tahun berisiko lima kali lipat meninggal saat hamil maupun bersalin dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun, sementara risiko ini meningkat dua kali lipat pada kelompok usia 15-19 tahun. Angka kematian ibu usia di bawah 16 tahun di Kamerun, Etiopia, dan Nigeria, bahkan lebih tinggi hingga enam kali lipat.5 Anatomi tubuh anak belum siap untuk proses mengandung maupun melahirkan, sehingga dapat terjadi komplikasi berupa obstructed labour serta obstetric fistula. Data dari UNPFA tahun 2003, memperlihatkan 15%-30% di antara persalinan di usia dini disertai dengan komplikasi kronik, yaitu obstetric fistula. Fistula merupakan kerusakan pada organ kewanitaan yang menyebabkan kebocoran urin atau feses ke dalam vagina. Wanita berusia kurang dari 20 tahun sangat rentan mengalami obstetric fistula. Obstetric fistula ini dapat terjadi pula akibat hubungan seksual di usia dini. Pernikahan anak berhubungan erat dengan fertilitas yang tinggi, kehamilan dengan jarak yang singkat, juga terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Mudanya usia saat melakukan hubungan seksual pertamakali juga meningkatkan risiko penyakit menular
seksual. Banyak remaja yang menikah dini berhenti sekolah saat mereka terikat dalam lembaga pernikahan, mereka seringkali tidak memahami dasar kesehatan reproduksi, termasuk di dalamnya risiko. Lebih jauh lagi, perbedaan usia yang terlampau jauh menyebabkan anak hampir tidak mungkin meminta hubungan seks yang aman akibat dominasi pasangan. Pernikahan usia muda juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya karsinoma serviks. Keterbatasan gerak sebagai istri dan kurangnya dukungan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena terbentur kondisi ijin suami, keterbatasan ekonomi, maka penghalang ini tentunya berkontribusi terhadap meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas pada remaja yang hamil. Persalinan pada kehamilan remaja akan mengalami persalinan yang lama yang disebabkan oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his, dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah ( Manuaba, 2008; Imron, 2006). 2. Gambaran penyesuian diri dalam pernikahan pada wanita usia subur yang telah menikah (pada 2011-2015) di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. Hasil penelitan 52 responden diketahui bahwa sebagian besar wanita usia subur penyesuan diri dalam pernikahan kurang baik sejumlah 53,8% responden. dilihat pada pengisian kuisioner dengan pernyataan “Pasangan saya membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga”.53,8% responden menjawab tidak, hal ini karena responden beranggapan bahwa kewajiban suami hanya mencari nafkah. Menurut Willis dalam sebuah pernikahan akan lebih indah jika dalam rumah tangga saling membantu satu sama lain, misalnya dalam masalah mencari nafkan pasangan suami istri harus saling membantu dalam proses mencari nafkah. penyesuan diri dalam pernikahan kurang baik juga dilihat dari pengisian kuesioner nomordengan pernyataan” Saat ada masalah, saya dan pasangan mencari solusi yang dapat memenuhi harapan
kami berdua”.51,9% responden menjawab tidak, hal ini karena mereka berfikir untuk menyelesaikan masalah sendiri. Menurut Gunarsa, salah satu penyesuaian diri dalam pernikahan adalah cara penyelesaian masalah dalam rumah tangga harus diselesaikan secara bersama tidak bias diselesaiakan sendiri-sendiri. Selaian itu penyesuan diri dalam pernikahan kurang baik juga dilihat dari pengisian kuesioner dengan pernyataan” Saya senang dengan cara kami mengakhiri perselisihan dalam hubungan kami”.61,5% responden menjawab tidak. Penyesuan diri dalam pernikahan yang dimaksud adalah proses adaptasi antara suami dan istri, dimana suami dan istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri (Hurlock 2006). Harber & Ruyon berbendapat, penyesuaian diri merupakan proses yang terus berlangsung seiring dengan kehidupan seseorang.penyesuian diri ini berubah-ubah, sesuai dengan pengalaman dan tujuan hidup yang senantiasa berubah ubah, sesuai dengan keadaan tertentu. Jadi perubahan status dan peran yang tiba-tiba dari remaja yang bebas kemudian menjadi seorang suami istri tidak jarang membuat pasangan muda ini terkejut apabila mereka tidak cukup dewasa dalam menyikapi hal ini dan mereka bisa dapat mengalami permasalahan dalam penyesuian dirinya. Kondisi yang mempengaruhi penyesuaian diri dalam pernikahan salah satunya adalah pernikahan dini . Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa wanita usia subur sebagian melahkukan pernikahan dini. Hal ini tidak sesuai dengan Ade (2011), bahwa salah satu yang menyebabkan kesulitan penyesuain diri dalam pernikahan adalah pernikahan dini. B. Analisis Bivariat Hubungan pernikahan dini dengan penyesuian diri dalam pernikahan pada wanita usia subur di Kelurahan Jamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung. responden yang menikah dini sebagian besar kurang dapat menyesuaikan
diri dalam pernikahannya sejumlah 11 orang (91,7%). Kemungkinan faktor dorongan lingkungan yang menyebabkan penyesuaian dirinya kurang. Seperti yang diungkapkan menurut kartono (2007) faktor penyesuian diri dalam perkawinan adalah faktor psikologis yaitu berupa pengalaman, trauma, situs dan kesulitan belajar, kebiasaan, penetuan diri, frustasi, konflik dan saat-saat kritis, selain hal tersebut, juga terdapat kondisi lingkungan dan alam sekitar, misalnya keluarga, sekolah, lingkungan kerja, dan teman-teman. Selain itu dari hasil penelitian menunjukan bahwa wanita usia subur di kelurahan jamusan yang melahkukan perikahan dini penyesuian dirinya kurang. Hal ini dimungkinkan faktor yang menyebabkan kurangnya penyesuaian diri karena melahkukan pernikahan dini. Maka dari itu penyesuaian diri semakin sulit. Ade (2011), berpendapat kondisi yang menyebabkan kesulitan penyesuian diri dalam pernikahan adalah persiapan pernikahan yang belum matang, peran dalam pernikahan, pernikahan dini, konsep yang tidak realistis dalam pernikahan, pernikahan campuran, dan konsep pernikahan yang romantis. Landis (2010) menyatakan bahwa ada beberapa area penyesuian pada suatu pernikahan yaitu kepribadian dan kemampuan untuk saling menyesuian diri dengan pasangan. Menurut Nojmi (2010) bahwa tidak terdapat hubungan pernikahan dini dengan penyesuian diri. Tingginya angka perceraian berkaitan dengan penyesuian yang kurang. Hurlock (2006), berpendapat ada empat hal pokok yang merupakan faktorfaktor penyesuian diri dalam pernikahan yang umum dan paling penting dalam menciptakan kebahagian pernikahan. Faktor –faktor pemyesuian diri dalam pernikahan ini dapat digunakan untuk mengungkapkan gambaran penyesuianpernikahan yaitu, penyesuaian dengan pasangan, penyesuian seksual, penyesuian keuangan, penyesuian dengan pihak keluarga pasangan.
Selain itu dari hasil penelitian terdapat 17 (42,5%) responden yang menikah cukup umur tapi penyesuian dirinya kurang. Kemungkinan faktor yang menyebabkan responden penyesuaian dirinya kurang karena persiapan pernikahan yang belum matang. Hasil uji Chi Square diperoleh bahwa nilai ² hitung 7,109 dengan pvalue 0,008. Oleh karena p-value 0,008 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pernikahan dini dengan penyesuaian diri dalam pernikahan pada wanita usia subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung. Hasil Chi Square juga terdapat nilai Odds Rasio sebesar OR = 14,8. Nilai ini menunjukkan bahwa responden yang menikah secara dini beresiko 14,8 kali lebih besar kurang dapat menyesuaikan diri dalam pernikahan dibandingkan responden yang menikah dengan cukup umur. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada WUS di Kelurahan Jamusan Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung sejumlah 52 responden, peneliti dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Sebagian besar wanita usia subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung, melakukan pernikahan cukup umur, yaitu sejumlah 40 orang (76,9%). 2. Sebagian besar wanita usia subur di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung, dalam kategori penyesuian diri kurang yaitu sejumlah 28 orang (53,8%). 3. Ada hubungan yang signifikan antara pernikahan dini dengan penyesuian diri dalam pernikahan di Kelurahan Jamusan, Kecamatan Jumo, Kabupaten Temanggung, dengan p-value = <α (0,05). Orang yang menikah dini beresiko 14,8 kali lebih besar kurang dapat menyesuiakan diri dalam pernikahan dibandingkan yang menikah cukup umur.
B. Saran 1. Bagi Masyarakat Mengingat begitu banyaknya dampak negatif pernikahan dini pada kesehatan, diharapkan menunda usia pernikahan dengan cara menambah pengetahuan tentang pernikahan dini dengan cara mencari informasi melalui media masa dan anjuran tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan tentang dampak pernikahan dini. 2. Bagi peneliti Diharapkan dimasa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penelitian yang lebih detail yang berhubungan dengan penyesuian diri dalam pernikahan. 3. Bagi Insitusi Agar dapat digunakan untuk refrensi penelitian selanjutnya, dan dapat digunakan untuk bahan materi kebidanan komunitas. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, I., 2006. Dari Domistik ke Publik: Jalan Panjang Pencarian Identitas Perempuan. Sangkan Paran Gender. (Abdullah, I., Ed.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Fakih, M., 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyadi, A., 2011. Perempuan Madura Pesisir Meretas Budaya Mode Produksi Patriakat. dalam Jurnal Karsa. Vol. 19, No. 2. Rahma, Z.F., 2012. Resiko Pada Remaja Akibat Pernikahan Dini.
(Diakses 03 Desember 2015). Setiawati, E., 2005. Nikah Sirri (tersesat di jalan yang benar). (Atif, N.F., Ed.) Bandung: Kepustakaan Eja Insani. Sugiyono, 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Kartono, Kartini. 2006. Patologi Sosial Kenakalan Remaja. Jakarta, Rajawali. Pers. 2. Manaf, Abdul, dkk. 2000. Profil Statistik dan Indikator Gender Provinsi Sumatera Utara Tahun 2000. Jakarta: Kementrian Pemberdayaan Perempuan . Departemen Kesehatan RI. 2006. Panduan, Pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KRR). Jakarta: Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-hak Reproduksi. Siswanto, Wilopo, A. 2005. Ada Apa Dengan Gender?. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN). Sunarto, HM, Mpd, Drs. 2007. Bahan Penyuluhan BKR Tentang Materi Ketahanan Keluarga Bagi Calon Pengantin. Jakarta: Badan Kependdudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BkkbN). Sarlito,
Sarwono. 2005. Teori-teori Psikologi Sosial. Jakarta : CV. Rajawali.
Ghufron, M.N. & Risnawita R.S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Kaplan, H.I., Benyamin, J.S. & Jack A.G. 2007. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Alih bahasa Dr Wijaya Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. Santrock, J. W. 2007. Adolescence: Perkembangan Remaja, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Santrock, J. W. 2005. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Jilid 2 Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Alfiyah. 2010. Sebab-sebab Pernikahan Dini. http// alfiyah23.student.umm.ac.id. Diakses tanggal 1 Desember 2015.
Al-Gifari, A. 2005. Pernikahan Dini Dilema Generasi Ekstravaganza. Bandung : Mujahid Press. Eko, S. 2014. Pernikahan Dini Kembali jadi Tren Remaja Perkotaan. http// www.tribun.com/kesehatan/2014/0 1/27/pernikahan-dini-kembali-jaditren-perkotaan.html. Diakses tanggal 1 Desember 2015. Juspin, L., Ridwan T., Zulkifli A., Studi Kasus Kebiasaan Pernikahan Usia Dini Pada Masyarakat Kecamatan Sanggalangi Kabupaten Tana Toraja. Makasar: Jurnal MKMI, Vol 5 No.4. Oktober 2009, hal 8994. Nad.
2014. Beragam Efek Buruk Pernikahan Dini. http// www.beritasatu.com/gayahidup/177423-beragam-efek-burukpernikahan-dini.html. Diakses tanggal 1Desember 2015.
Nandang M., Ijun R. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Usia Menikah Muda pada Wanita Dewasa Muda di Kelurahan Mekarsari Kota Bandung. Jurnal Kesehatan Kartika STIKES A. Yani. JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015 280 BKKBN. 2010. Pendewasaan Usia Perkawinan dan Hak-Hak Reproduksi Bagi Remaja Indonesia. tersedia pada www.bkkbn.go.id. Diakses tanggal 8 Desember 2013. BKKBN. 2011. Penyebab Pernikahan Dini. tersedia pada www.bkkbn.go.id. Diakses tanggal 8 Desember 2015. BKKBN. 2015. Kajian Pernikahan Dini Pada Beberapa Provinsi di Indonesia : Dampak Overpopulation, Akar Masalah Dan Peran Kelembagaan di Daerah.
Dlori, M. 2005. Jeratan Nikah Dini, Wabah Pergaulan. Jogjakarta : Media Abadi. Guimaraes, et al. 2012. Is Adolescent Pregnancy a Risk Factor For Low Birth Weight?. Rev Saude Publica 2013;47(1):11-9. Himsyah, F.A. 2011. Batas Usia Perkawinan. . Tersedia pada www: lib.uin-malang.ac.id. Diakses tanggal 8 Desember 2015. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Lina, S. 2012. Akibat Menikah Dini Ditinjau Dari Sisi Kesehatan. tersedia pada www.leyyuna.wordpress.com. Diakses tanggal 8 Desember 2015. Muhyidin, M. 2006. Meluruskan Kesehatan Berfikir Seputar Pernikahan Dini. Jakarta : Diva Press. Nojmi, M. 2010. Delayed Childbearing: Pregnancy and Maternal Outcome. Reprod Med, 8 (2): 80-85. Panga, M. 2013. Pengaruh Kehamilan Dini Terhadap Ibu dan Bayi. tersedia pada www.mahasiswa.ung.ac.id. Diakses tanggal 8 Desember 2015.
Parasuramalu, B.G. 2010. A Study on Teenage Pregnant Mothers Attending Primary Health Centers of Kempegowda Institute of Medical Science, Bangalore. Indian Journal of Public health, Volume 54, Issue 4, October-December. Prianita, A.W. 2010. Pengaruh Faktor Usia Ibu Terhadap kelauaran Maternal dan Perinatal Pada Persalinan Primigravida di RS Kariadi Semarang. tersedia pada eprints.undip.ac.id/32864/1/Anna_ widi.pdf. Diakses tanggal 5 Desember 2015 Rafidah, E.O dan Wahyuni, B. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pernikahan Dini di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat. Vol.25, No.2, Hal. 5158. Santhya, et al. 2010. Association Between Early Marriage and Young Women's Marital and Reproductive Health Outcomes: Evidence From India. International perspectives on Sexual and reproductive Health. 36 (3): 132-139. 39 Watcharaseranee, N. 2006. The Incidence and Complication of Teenage Pregnancy at Chonbury Hospital. J Med Assoc Thai, 89 (4): 118-12