EVALUASI ROTASI KERJA KARYAWAN: STUDI KEADILAN DISTRIBUTIF DAN PROSEDURAL ROTASI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KINERJA Heru Kurnianto Tjahjono dan Diana Puspita Sari
FAKTOR PENENTU NIATAN UNTUK MEMBELI KEMBALI SECARA ONLINE: SUATU INTEGRASI ANTESEDEN FAKTOR KEPERCAYAAN DAN KEPUASAN Jeniwanti Carolina Kotte DEVIDEND PAY OUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Dionysia Kowanda, Rowland Bismark Fernando Pasaribu, dan Dian Indah Sari STRUKTUR MODAL PADA USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN MANOKWARI Nugroho Riyanto, Rintar Agus Simatupang, dan Louis Soemadi Bopeng MANAJEMEN KUALITAS JASA PERAWATAN MOTOR DENGAN METODE SERQUAL, QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT DAN MODEL KANO Risky Ramadhano dan Anjar Priyono KARAKTERISTIK PENGGUNAAN PELAKU PERJALANAN DALAM PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI PEKERJA DI KOTA JAKARTA BARAT Gideon P. Adirinekso
Vol.11
No. 1
Hal. 1-89
Juni 2016
JRMB, Volume 11, No.1, Juni 2016
JURNAL RISET MANAJEMEN DAN BISNIS Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta ISSN : 1907-7343
Ketua Penyunting Perminas Pangeran
Dewan Penyunting Erni Ekawati (Universitas Kristen Duta Wacana) Heru Kurnianto Tjahjono (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I Putu Sugiartha Sanjaya (Universitas AtmaJaya) Mahatma Kufepaksi (Universitas Lampung) Singgih Santoso (Universitas Kristen Duta Wacana)
Pembantu Pelaksana Tata Usaha (Administrasi, Desain, Distribusi dan Pemasaran) Elisonora Guruh Bramaji Lukas Surya Wijaya
Alamat Penyunting dan Tata Usaha Fakultas Bisnis, Universitas Kristen Duta Wacana Jl. Dr. Wahidin S. No. 5-19, Yogyakarta 55224 Telp( 0274 ) 563929, Fax : ( 0274)513235 www.ukdw.ac.id/jrmb/
Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis (JRMB) terbit sejak tahun 2006. Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian, kajian analitis kritis dan tinjauan buku dalam bidang manajemen dan bisnis. Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik dengan format seperti tercantum pada Pedoman Penulisan Artikel yang terlampir di halaman belakang.
DEVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
DEVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA Dionysia Kowanda Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
[email protected] Rowland Bismark Fernando Pasaribu Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
[email protected] Dian Indah Sari Jurusan Akuntansi FE Universitas Gunadarma
Abstract This study aims to analyze and empirically test the significance of partial and simultaneous effect of insider ownership, DER, ROE, firm size, IOS, PER, and EPS dividend payout ratio (DPR) in manufacturing companies in Indonesia Stock Exchange of 2008-2013 period. The results showed that partially turned out just ROE, IOS, PER, and EPS significantly influence of dividend payout ratio, while the insider ownership, DER, and firm size does not affect significant. Meanwhile simultaneously, all variables INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS significantly influence DPR. From coefficient of determination can be concluded that the ability of Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size, IOS, PER and EPS in explaining dividend payout ratio amounted to 71.1 per cent while the remaining 28.9 per cent influenced or explained by other variables not used in this study.
Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis dan menguji secara empiris signifikansi parsial dan simultan pengaruh insider ownership, DER, ROE, firm size, IOS, PER, dan EPS terhadap dividend payout ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ternyata hanya ROE, IOS, PER, dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan kepemilikan internal, DER, dan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan.Sedangkan secara simultan, seluruh variabel INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR. Dari nilai Koefisien determinasi dapat disimpulkan bahwa kemampuan variabel Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size, IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan dividend payout ratio adalah sebesar 71,1 persen sedangkan sisanya 28,9 persen dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Kata Kunci: insider ownership, firm size, investment opportuinity set, earning per share, dividend payout ratio
PENDAHULUAN Pemulihan ekonomi negara-negara maju seperti Amerika Serikat membawa dampak positif terutama di sisi perdagangan bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun menurut Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia versi World Bank Maret 2014 selain memberikan peluang, kondisi ini juga memberikan suatu tantangan bagi Indonesia. Pertama, pertumbuhan ekonomi dunia akan terpusat pada negara-negara maju. Kedua, tekanan suku bunga global akibat kebijakan moneter negara-negara maju terus berlangsung. Skenario dasar kedepan menunjukkan pertumbuhan ekonomi global yang terus menguat, dipimpin oleh pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju. Perubahan orientasi ekspor Cina ke arah domestik yang diperkirakan akan berdampak positif pada ekspor Indonesia nyatanya belum terlihat. Selama ini Cina mengandalkan impor komoditas yang tinggi terhadap Indonesia, namun hingga akhir 2014 belum ada peningkatan
31
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
yang berarti di sektor ekspor. Dalam siaran pers Forecasting 2014 Bank Dunia: Pertumbuhan Melambat di Negara Berkembang di Kawasan Asia Timur dan Pasifik, menyatakan bahwa pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi akan lebih lambat dan baru akan meningkat di tahun 2015. Negaranegara berkembang di Asia Timur dan Pasifik akan mendapatkan manfaat yang baik akibat pemulihan ekonomi global. Akan tetapi, manfaat yang dirasakan setiap negara akan berbeda-beda tergantung dengan iklim investasi dan ekspor negara tersebut. Menurut peralaman Bank Dunia, perekonomian Indonesia pada tahun 2014 akan menurun menjadi 5,2% dari 5,8% di tahun 2013 (Tabel 1.2). Hal ini terjadi karena Indonesia masih menjadikan ekspor komoditas sebagai andalan.Selain itu, penurunan harga komoditas, ketidaksesuaian perkiraan belanja pemerintah, serta ekspansi kredit yang melambat turut menjadi faktor menurunnya perekonomian Indonesia. Hingga Triwulan IV tahun 2014, Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia mencatat adanya kenaikan nilai investasi langsung di luar investasi Migas, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, dan Industri Rumah Tangga. Untuk Triwulan I sampai dengan Triwulan III 2014 Kurs US$ 1 = Rp 10.500 sesuai dengan APBN 2014. Pada Triwulan IV Kurs US$ 1 = Rp 11.600 sesuai dengan APBN-P 2014. Realisasi investasi pada Triwulan IV 2014 adalah Rp 120,4 triliun, meningkat 0,4% dari Triwulan III 2014 sebesar Rp 119,9 triliun atau meningkat 14,3% dari Triwulan IV 2013 dengan nilai realisasi sebesar Rp 105,3 triliun. Realisasi investasi pada bulan Januari sampai dengan Desember 2014 sebesar Rp 463,1 triliun.
Grafik 1. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Triwulan IV Tahun 2014 500 450 400 350 300 250 200 150
PMA : Penanaman Modal Asing PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
100 50 0
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia
Hal ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 16,2% dari tahun 2013 yaitu Rp 398,6 triliun (Grafik 1). Peningkatan investasi langsung dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung.Salah satunya adalah stabilitas politik yang memadai. Selain politik, yang menjadi fokus utama investor adalah pertumbuhan ekonomi dan kebijakan pemerintah. Investor tidak akan menanamkan modalnya jika pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak menunjukkan prospek yang baik. Hal tersebut akan sangat berisiko untuk kelanjutan usahanya. Selain itu, pemerintah yang dinilai konsisten dalam menjalankan kebijakannya akan memberikan rasa aman bagi investor untuk menanamkan modalnya. Selain investasi langsung, investasi dapat pula dilakukan melalui pasar modal. Pasar modal sebenarnya sama dengan pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli, namun yang diperjual belikan di sini adalah modal berupa saham, obligasi, atau surat-surat berharga lainnya.
32
DEVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1995, Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Di tempat ini, pihak yang memiliki dana (surplus) bertemu dengan pihak yang membutuhkan dana (defisit). Pasar modal memberikan banyak manfaat bagi para pelakunya.Meskipun demikian, nyatanya hal ini belum menjadi daya tarik bagi mayoritas masyarakat di Indonesia.Pendidikan dan pengetahuan yang kurang menjadikan masyarakat masih enggan berinvestasi dalam bentuk modal.Masyarakat Indonesia masih cenderung berinvestasi dalam bentuk emas, berlian, tanah, atau aktiva tetap lainnya.Padahal bagi pelaku usaha, pasar modal bermanfaat untuk mendapatkan pendanaan jangka panjang. Sedangkan bagi investor, pasar modal memberikan alternatif untuk mengalokasikan dana secara tepat dan optimal. Bukan hanya itu, investor juga akan mendapatkan pengembalian baik dalam bentuk dividen atau capital gain bagi pemegang saham, dan bunga bagi pemegang obligasi. Pasar modal juga memberikan manfaat bagi pemerintah dan perekonomian. Tersedianya dana dari investor akan memberikan kesempatan bagi para pelaku usaha untuk melanjutkan atau bahkan meningkatkan kinerja operasional usahanya. Peningkatan usaha di berbagai sektor akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang baik. Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik maka pembangunan dapat dilaksanakan secara optimal dan merata. Sebelum menginvestasikan dananya, seorang investor membutuhkan informasi untuk mengurangi tingkat ketidakpastian. Informasi ini berhubungan dengan keadaan ekonomi dan politik.Selain itu, informasi mengenai kinerja perusahaan juga perlu diperhatikan.Informasi ini terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Dalam menilai kinerja sebuah perusahaan, investor dapat menggunakan rasio keuangan.Rasio keuangan menggambarkan hubungan antar pos atau akun di dalam laporan keuangan. Data yang dibutuhkan untuk menganalisis rasio keuangan dapat diambil dari neraca, laporan laba rugi, maupun kombinasi dari keduanya. Rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan terdiri dari likuiditas, profitabilitas, leverage. Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Profitabilitas menggambarkan seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kemakmuran dengan memperoleh pendapatan atau tingkat pengembalian investasi, baik berupa dividen ataupun capital gain. Kebijakan dividen pada suatu perusahaan menjadi pusat perhatian bagi investor. Kebijakan tersebut akan menjadikan seorang investor akan membeli, mempertahankan atau memutuskan untuk tidak membeli atau menjual saham yang investor miliki. Apabila dividen yang dibagikan kepada pemegang saham telah maksimal, maka langkah yang sebaiknya diambil oleh para investor adalah mempertahankan saham perusahaan. Apabila pembagian dividen kepada para investor dinilai kurang cukup atau tidak maksimal maka yang dilakukan para investor yaitu menjual saham perusahaan dengan harapan masih memperoleh keuntungan dari capital gain pada pasar modal. Hal ini bisa menyebabkan turunnya nilai suatu perusahaan yang juga dapat berdampak pada turunnya harga saham perusahaan. Oleh karena itu, penentuan rasio pembayaran dividen merupakan keputusan penting yang nantinya akan menunjukkan presentase laba suatu perusahaan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham (Rahayuningtyas, et.al, 2014). Kebijakan dividen sebuah perusahaan memiliki dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat di masyarakat. Bagi pemegang saham atau investor, dividen merupakan imbal hasil investasi mereka berupa kepemilikkan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividen merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan. Bagi kreditor, dividen dapat menjadi sinyal mengenai kecukupan kas perusahaan untuk membayar bunga atau bahkan melunasi pokok pinjaman. Kebijakan dividen yang cenderung membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar akan mampu memotivasi pemerhati untuk membeli saham perusahaan. Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan (Azmi dan Listiadi, 2014). Pada dasarnya kebijakan dividen melibatkan dua pihak yang saling bertentangan yaitu pihak pemegang saham dan pihak manajemen. Sebagai pengelola, manajemen memiliki kecenderungan untuk menahan sebagian besar labanya daripada dibagikan dalam bentuk dividen.Hal ini terjadi karena manajemen memiliki kepentingan untuk menanamkan kembali laba melalui berbagai investasi
33
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
yang menguntungkan.Sedangkan pemegang saham menginginkan pembagian dividen yang relatif besar sebagai pengembalian atas investasi mereka. Menurut Hikmah (2010), keputusan dividen dapat mempengaruhi secara signifikan kebutuhan pembiayaan eksternal perusahaan. Dengan kata lain jika perusahaan membutuhkan pembiayaan, semakin besar dividen tunai yang dibayarkan, semakin besar jumlah pembiayaan yang harus diperoleh dari eksternal melalui pinjaman atau melalui penjualan saham biasa atau saham preferen. Pada dasarnya, kebijakan dividen suatu perusahaan tergambar pada besarnya Dividend Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan persentase laba setelah pajak yang dibagikan dalam bentuk deviden tunai. Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) telah banyak dilakukan.Penelitian terdahulu didominasi oleh analisis rasio keuangan. Sebagian besar penelitian mencoba untuk menganalisis tingkat profitabilitas dan leverage perusahaan. Tingkat profitabilitas diukur dengan menggunakan debt to equity ratio.Menurut Kriscahyadi (2013) debt to equity ratio berpengaruh terhadap dividend payout ratio.Menurut Mahaputra dan Wirawati (2014) debt to equity ratio berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.Hal tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu, et al., (2014) yang menyatakan bahwa debt equity ratio berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara statistik terhadap dividend payout ratio. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Swastyastu, et al., (2014), Pratama (2014), Rahayuningtyas, et al., (2014), Mardaleni (2014), dan Faujimi (2014) yang menunjukkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio. Penelitian terhadap terhadap tingkat profitabilitas perusahaan diukur melalui return on equity. Menurut Rahayuningtyas, et al., (2014) dan Mardaleni (2014) return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Namun hal tersebut bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azmi dan Listiadi (2014) yang menyatakan bahwa return on equity berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio.Selain menganalisis rasio kinerja perusahaan, investor juga menilai beberapa rasio yaitu Price Earning Ratio yang mencerminkan berapa jumlah rupiah yang harus dikeluarkan oleh investor untuk mendapatkan setiap Rp 1 laba per saham perusahaan.Rasio ini diukur dengan membandingkan harga pasar saham dengan laba per lembar saham.Harga pasar saham menunjukkan seberapa besar harapan investor terhadap pertumbuhan suatu perusahaan.Perusahaan dengan harga saham yang tinggi mencerminkan harapan pertumbuhan laba yang tinggi oleh investor, dan sebaliknya. Laba per lembar saham (Earning per Share) menunjukkan seberapa besar keuntungan investor dari setiap lembar saham yang dimiliki. Penelitian terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) tidak hanya sebatas pengaruh rasio keuangan.Firm size atau ukuran perusahaan juga memiliki hubungan dengan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham.Pada dasarnya firm size mengukur besar kecilnya sebuah perusahaan. Perusahaan yang besar mungkin lebih memilikipemikiran yang luas, skill karyawan yang tinggi, sumber informasi yang banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. Karyawan, aktiva, penjualan, market value dan value added adalah beberapa ukuran umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memilki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar (Pasaribu, et al., 2014). Menurut Putri (2013) ukuran perusahaan atau firm size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap dividend payout ratio.Sedangkan menurut Pasaribu, et al., (2014) firm size berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap dividend payout ratio. Bertentangan dengan hasil tersebut, Kriscahyadi (2013), Swastyasty, et al., (2014), Mahaputra dan Wirawati (2014), dan Faujimi (2014) menyatakan bahwa firm size tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Selain rasio keuangan dan ukuran perusahaan, faktor-faktor manajemen juga memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap dividend payout ratio (DPR). Salah satunya adalah investment opportunity set atau kesempatan investasi. Kesempatan investasi ini sangat erat kaitannya dengan manajemen. Manajemen akan cenderung menahan laba yang dibagikan sebagai dividen apabila terdapat kesempatan investasi yang baik di masa yang akan datang. Hal ini biasa terjadi pada perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pratama
34
DEVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
(2014) investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Hal tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Putri (2013), dan Azmi dan Listiadi (2014) yang menyatakan bahwa investment opportunity set memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio.Selain kesempatan investasi, insider ownership atau kepemilikan manajerial juga mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Jika dihubungkan dengan konflik kepentingan antara manajemen dan pemegang saham, maka insider ownership dapat mendorong adanya kesamaan kepentingan di antara pihak-pihak tersebut. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hikmah (2010) insider ownership yang menjadi variabel agency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Santikarani (2012) yang menyatakan bahwa insider ownership berpengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio.Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Mertha (2012) memberikan hasil yang bertentangan, yaitu insider ownership tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio.
Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang dirumuskan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji secara empiris signifikansi parsial dan simultan Insider Ownership, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Firm Size, Investment Opportunity Set, Price Earning Ratio, dan Earning per Share berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
TELAAH LITERATUR Dividend payout ratio Menurut Bangun dan Hardiman (2014), kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam kebijakan dividen. Menurut Hikmah (2010), teori stakeholder memberikan suatu pandangan perusahaan sebagai suatu nexus of contract (kumpulan kontrak-kontrak) dengan memasukkan investor dan non-investor sebagai stakeholder perusahaan. Teori stakeholder ini dikemukakan oleh Cornell dan Shapiro (1987) yang melengkapi temuan dari Titman (1984), dengan melihat klaim implisit dari suatu perusahaan. Aspek klaim implisit dari teori stakeholder, Cornell dan Shapiro menciptakan hubungan antara kepuasan investasi dan keputusan financial/keuangan perusahaan, karena tingkat dari net operating income dari perusahaan dapat dipengaruhi oleh keputusan finansial, seperti rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio). Menurut Husnan (1996), ada beberapa faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan kebijakan dividen, perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk membayar dividen dengan jumlah yang sebesar-besarnya (bahkan secara teoritis tidak perlu membagi dividen). Selanjutnya terdapat keengganan untuk menurunkan pembayaran dividen per lembar saham. Dalam keadaan tidak terdapat biaya transaksi, tambahan kekayaan karena kenaikan harga saham sama menariknya dengan tambahan kekayaan karena pembayaran dividen. Masalahnya adalah bahwa untuk merealisir uang kas, pemegang saham perlu menjual sebagian saham, sedangkan pembayaran dividen berarti menerima kas (yang tidak perlu menjual saham). Sayangnya jika pemodal menjual saham, mereka akan terkena biaya transaksi. Dengan demikian, jika tidak ada faktor pajak, menerima dividen akan lebih menguntungkan dari pada memperoleh capital gains. Selanjutnya, Karena pemodal juga membayar pajak penghasilan personal tax, maka bagi pemodal yang sudah berada dalam tax bracket yang tinggi, mungkin akan lebih menyukai untuk tidak menerima dividen dan memilih menikmati capital gains. Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Dengan demikian seberapa besar porsi laba yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan seberapa besar porsi laba yang akan ditahan untuk diinvestasikan kembali, merupakan masalah yang cukup serius bagi pihak manajemen (Hikmah, 2010) atau lebih dikenal dengan Teori Signalling. Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividend payout ratio-nya yaitu presentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividend payout ratio akan
35
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividend payout ratio sesuai dengan harapan pemegang saham tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh (Mardaleni, 2014).
Insider Ownership, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Firm Size, Investment Opportunity Set, Price Earning Ratio, dan Earning per Share Manajemen sangat berhati-hati dalam menentukan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini terjadi karena manajemen cenderung berkeinginan menahan laba untuk ditanamkan kembali dalam operasional perusahaan. Besar kecilnya dividend payout ratio dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1) Faktor likuiditas, 2) Faktor kebutuhan dana untuk melunasi utang, 3)Tingkat ekspansi yang direncanakan, 4) Faktor pengawasan, 5) Ketentuan-ketentuan pemerintah, dan 6) Pajak kekayaan (Wibisono, 2010). Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu Insider Ownership, Debt to Equity Ratio, Return on Equity, Firm Size, dan Investment Opportunity Set, Price Earning Ratio, dan Earning per Share. Insider Ownership merupakan kepemilikan saham oleh manajemen. Jensen dan Meckling (1976) dalam Santikarani (2012) menjelaskan bahwa jumlah kepemilikan saham manajemen akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Kesamaan kepentingan antara pihak manajemen dengan pihak pemegang saham maka dapat menurunkan potensi konflik diantara keduanya. Insider Ownership lebih menyukai apabila laba perusahaan tidak dibagikan kepada pemegang saham karena digunakan sebagai modal internal untuk kegiatan operasional perusahaan. Debt to Equity Ratio menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar dan merupakan rasio yang mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai dari utang (Pasaribu, et al., 2014). Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam total modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan neto. Semakin besar ROE berarti semakin besar kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih sehingga perusahaan menetapkan dividen yang tinggi (Setiawan dan Mertha, 2012). Firm Size atau ukuran perusahaan lebih disebabkan operasi ketersediaan informasi yang terpublikasi. Jumlah informasi yang terpublikasi untuk perusahaan meningkat sesuai dengan ukuran perusahaan. Perusahaan besar lebih banyak disorot oleh masyarakat dibandingkan perusahaan kecil. Oleh karena itu, perusahaan besar cenderung menjaga image perusahaan di mata masyarakat. Untuk menjaga image tersebut perusahaan berusaha untuk membagikan dividen kepada pemegang saham (Kriscahyadi, 2013). Investment Opportunity Set, nilai pilihan investasi sangat tergantung pada nilai aset yang dimiliki oleh perusahaan. Kesempatan investasi tidak selalu berujud secara fisik tetapi dapat berupa suatu kesempatan yang bersifat intangible namun memiliki peluang yang memberikan keuntungan bagi perusahaan. (Azmi dan Listiadi, 2014). Price Earning Ratio, PER dihitung dengan membandingkan antara harga per saham dengan laba per sahamnya. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi pula. Hal inilah yang menunjukkan bahwa pasar mengharapkan laba besar di masa mendatang (Rahayuningtyas et al., 2014). Earning per Share, merupakan besaran laba yang dihasilkan perusahaan untuk setiap lembar saham yang beredar. EPS juga dapat digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Pengaruh Insider OwnershipTerhadapDividend Payout Ratio Berdasarkan penelitian sebelumnya, Santikarani (2012) menyatakan bahwa insider ownership berpengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio, alasan yang bisa menjelaskan ini dikarenakan insider ownership dengan jumlah yang lebih besar daripada outsider akan lebih mementingkan kepentingan pribadi atau kepentingan kelompoknya sehingga mengesampingkan kepentingan pemegang saham. Melalui analisis regresi linier berganda, Hikmah (2010) menyatakan bahwa insider ownership sebagai variabel agency cost berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio, hal ini sejalan dengan teori yang ada yaitu semakin meningkatnya kepemilikan
36
DEVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
dari manajemen, maka biaya agensinya semakin menurun, sehingga rasio pembayaran dividen juga akan menurun. Hasil yang berbeda dikemukakan oleh Setiawan dan Mertha (2012) yang menyatakan bahwa Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan uraian singkat di atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut: H1 : Insider Ownership berpangaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Dividend Payout Ratio Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio total utang terhadap total ekuitas, yang mencerminkan sejauh mana perusahaan menggunakan utang dibandingkan dengan modal sendiri (Putri, 2013). Berdasarkan penelitian sebelumnya, Kriscahyadi (2013) menyatakan bahwa debt to total equity berpengaruh terhadap dividen payout ratio, dengan semakin meningkatnya debt to equity ratio (dimana beban hutang juga semakin besar), maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Sebaliknya, studi Pasaribu, et al., (2014), Faujimi (2014), Mahaputra dan Wirawati (2014), Swastyastu, et al., (2014), Pratama (2014), dan Rahayuningtyas, et al., (2014) justru menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, hal ini terjadi karena utang yang cenderung tinggi menyebabkan tingginya beban bunga yang harus ditanggung perusahaan sehingga mengurangi kemampuan memperoleh laba bersih yang optimal yang berdampak pada pembayaran dividen yang lebih kecil kepada investor. Berdasarkan uraian di atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut: H2 : Debt To Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Dividend Payout Ratio Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau profit, sehingga mempunyai pengaruh pada kebijakan dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka mendapatkan laba yang tinggi pula dan pada akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan kepada para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham maka pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula (Bangun dan Hardiman, 2012). Hasil penelitian Mardaleni (2014), dan Rahayuningtyas, et al., (2014) menunjukkan bahwa return on equity tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, hal ini kemungkinan terjadi karena perusahaan cenderung mengutamakan laba yang diperolehnya untuk melakukan investasi daripada dibagikan sebagai dividen. Sebaliknya, Azmi dan Listiadi (2014) justru menyatakan bahwa return on equity berpengaruh, hal ini dapat diartikan bahwa besarnya return on equity yang dihasilkan oleh suatu perusahaan berpengaruh terhadap besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan. Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut: H3 : Return On Equity berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Firm Size Terhadap Dividend Payout Ratio Ukuran perusahaan mencerminkan bahwa suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sedangkan perusahaan kecil sebaliknya. Perusahaan yang dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal, maka perusahaan tersebut akan mampu mendapatkan dan dalam waktu yang relatif cepat. Oleh karena itu, perusahaan dengan ukuran yang lebih besar diperkirakan memiliki kemampuan untuk menghasilkan earning yang lebih besar, sehingga akan mampu membayar deviden yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil (Hatta, 2002 dalam Faujimi, 2014). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat diukur dengan melihat dari total asset perusahaan tersebut (Putri, 2013). Namun beberapa hasil studi empiris justru menyatakan hal yang berbeda. Hasil studi Pasaribu, et al., (2014), Kriscahyadi (2013), Mahaputra dan Wirawati (2014), Swastyastu, et al., (2014), dan Faujimi (2014), justru menyatakan bahwa firm size tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut: H4 : Firm Size berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
37
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Dividend Payout Ratio Investment opportunity set (IOS) merupakan nilai kesempatan investasi dan merupakan pilihan untuk membuat investasi dimasa yang akan datang. Kesempatan berinvestasi ini juga dipengaruhi oleh kebijakan dividen yang akan dilakukan oleh pihak perusahaan. Perusahaan dengan IOS atau kesempatan investasi yang tinggi akan cenderung menentukan tingkat dividend payout ratio yang rendah. Hal ini dikarenakan apabila kondisi perusahaan sangat baik maka pihak manajemen akan cenderung lebih memilih investasi baru daripada membayar dividen. (Azmi dan Listiadi, 2014). Berdasarkan penelitian sebelumnya, Putri (2013), dan Azmi dan Listiadi (2014) serta Bangun dan Hardiman (2013) menyatakan bahwa investment opportunity set berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, hal tersebut mengindikasikan bahwa investasi yang dilakukan perusahaan memberikan tingkat keuntungan yang baik sehingga perusahaan dapat membagikan dividen yang tinggi. Sebaliknya, Pratama (2014) menunjukkan bahwa investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, hal tersebut kemungkinan dikarenakan perusahaan yang telah cukup lama beroperasi dan telah memasuki dalam tahap dewasa (sehingga kegiatannya lebih terfokus pada upaya menghasilkan keuntungan dan membagikannya kepada para pemegang sahamnya. Berdasarkan uraian di atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut: H5 : Investment Opportunity Set berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Dividend Payout Ratio Price Earning Ratio merupakan perbandingan antara harga pasar saham dengan laba bersih per lembar saham perusahaan. PER dapat menggambarkan seberapa mahal suatu saham dihargai oleh investor atau seberapa besar rupiah yang harus dibayarkan investor untuk mendapatkan setiap Rp 1 laba perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi pula. Hal inilah yang menunjukkan bahwa pasar mengharapkan laba besar di masa mendatang. PER biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa mendatang (Rahayuningtyas, et al., 2014). Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H6 : Price Earning Ratio berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
Pengaruh Earning per Share (EPS) Terhadap Dividend Payout Ratio Earning per Share menggambarkan besarnya keuntungan suatu perusahaan bagi setiap lembar saham yang dimiliki investor. Semakin besar laba per lembar saham maka akan memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk untuk dapat membagikan dividen per lembar saham yang besar pula. Berdasarkan uraian di atas, maka diperoleh hipotesis sebagai berikut: H7 : Earning per Share (EPS) berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode 2008-2013. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel secara tidak acak atau sesuai dengan kriteria tertentu. Kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti sebagai berikut: 1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008; 2) Perusahaan manufaktur yang selalu membagikan dividen selama periode penelitian 2008-2013. Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampel yang dapat digunakan dalam penelitian ini sebanyak 22 perusahaan.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari teknik data dokumenter berupa laporan keuangan yang
38
DEVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
dipublikasikan dan ringkasan kinerja perusahaan manufakturyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui www.idx.co.id, web resmi perusahaan, dan data harga saham melalui Yahoo Finance.
Definisi Operasional Variabel Penelitian ini menganalisis secara empiris tentang variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian atas hipotesishipotesis yang telah diajukan. Pengujian hipotesis dilakukan menurut metode penelitian dan analisis yang dirancang sesuaidengan variabel-variabel yang diteliti agar mendapatkan hasil yang akurat.
Variabel Dependen Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio. Dividend Payout Ratio (DPR) merupakan presentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Dividend payout ratio (DPR) merupakan rasio dari dividend per share (DPS) terhadap earning per share (EPS), yang merefleksikan dari beberapa earning yang tersedia bagi pemegang saham biasa yang didistribusikan sebagai dividen (Azmi dan Listiadi, 2014). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: ࡰ࢜ࢊࢋ ࢋ࢘ ࢋ࢈ࢇ࢘ ࢙ࢇࢎࢇ ࡰࡼࡾ = ࡸࢇ࢈ࢇ ࢈ࢋ࢙࢘ࢎ ࢋ࢘ ࢋ࢈ࢇ࢘ ࢙ࢇࢎࢇ
Variabel Independen Variabel independen (variabel bebas) yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Insider Ownership: pemilik sekaligus pengelola perusahaan atau semua pihak yang mempunyai kesempatan terlibat dalam pengambilan kebijaksanaan dan mempunyai akses langsung pada informasi perusahaan (Yuniningsih, 2008 dalam Santikarani, 2012). Insider Ownership didapat dari persentase saham yang dimiliki oleh insider dengan jumlah saham beredar suatu perusahaan. Insider ownership dirumuskan sebagai berikut:
ࡵ࢙ࢊࢋ࢘ ࡻ࢝ࢋ࢙ࢎ =
∑ࡿࢇࢎࢇ ࢟ࢇࢍ ࢊ ࢙ࢊࢋ࢘ ∑ࡿࢇࢎࢇ ࢈ࢋ࢘ࢋࢊࢇ࢘
Debt to Equity Ratio: rasio yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar keseluruhan hutang (Bangun dan Hardiman, 2012). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: ࢀ࢚ࢇ ࡴ࢛࢚ࢇࢍ ࡰࡱࡾ = ࢀ࢛࢚ࢇ ࡱ࢛࢚ࢇ࢙ Return on Equity (ROE): Return on Equity menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam total modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan neto. Semakin besar ROE berarti semakin besar kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih sehingga perusahaan menetapkan dividen yang tinggi (Setiawan dan Mertha, 2012). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: ࡸࢇ࢈ࢇ ࡿࢋ࢚ࢋࢇࢎ ࡼࢇࢇ ࡾࡻࡱ = ࢀ࢚ࢇ ࡱ࢛࢚ࢇ࢙ Firm Size: Variabel ini diukur dengan menghitung berapa total aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk membayar dividen kepada seluruh pemegang saham (Faujimi, 2014). Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat diukur dengan melihat dari total asset perusahaan tersebut (Putri, 2013). Firm Size dirumuskan sebagai berikut: ࡲ࢘ ࡿࢠࢋ = ࡸ(ࢀ࢚ࢇ ࢚࢜ࢇ)
Investment Opportunity Set: Kesempatan perusahaan untuk tumbuh disebut sebagai Investment Opportunity Set (IOS) yang dijadikan dasar untuk menentukan klasifikasi pertumbuhan perusahaan di masa depan (Bangun dan Hardiman, 2012). Investment Opportunity Set adalah kombinasi antara aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa depan. Investmen Opportunity Set diproksikan 39
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
dengan market to book value of equity (MVE). MVE diukur dari kapitalisasi pasar dibagi total ekuitas (Azmi dan Listiadi, 2014). Investment Opportunity Set dirumuskan sebagai berikut: ࡷࢇ࢚ࢇ࢙ࢇ࢙ ࡼࢇ࢙ࢇ࢘ ࡹࢂࡱ = ࢀ࢚ࢇ ࡱ࢛࢚ࢇ࢙
Price Earning Ratio: Price Earning Ratio menunjukkan jumlah rupiah yang harus dibayar investor untuk setiap 1 rupiah laba periode berjalan (Deitiana, 2009). PER dirumuskan sebagai berikut: ࡴࢇ࢘ࢍࢇ ࢋ࢘ ࢋ࢈ࢇ࢘ ࢙ࢇࢎࢇ ࡼࡱࡾ = ࡸࢇ࢈ࢇ ࢈ࢋ࢙࢘ࢎ ࢋ࢘ ࢋ࢈ࢇ࢘ ࢙ࢇࢎࢇ Earning per Share: Earning per Share merupakan ukuran kemampuan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham yang dimiliki (Wibisono, 2010). EPS dirumuskan sebagai berikut: ࡸࢇ࢈ࢇ ࢋ࢙࢘ࢎ ࡿࢋ࢚ࢋࢇࢎ ࡼࢇࢇ ࡱࡼࡿ = ࡶ࢛ࢇࢎ ࡸࢋ࢈ࢇ࢘ ࡿࢇࢎࢇ
Teknik Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan deskripsi data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian yang dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi (Santikarani, 2012).Analisis deskriptif digunakan untuk memberi gambaran umum mengenai variabel Insider Ownership, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Firm Size, dan Investment Opportunity Set (IOS) dalam penelitian ini.
Interpretasi Persamaan Multiregresi Persamaan analisis regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + е Keterangan : Y = Dividend Payout Ratio α = Konstanta = Koefisien Regresi Variabel Independen β 1- β 5 X1 = Insider Ownership X2 = Debt to Equity Ratio(DER) X3 = Return on Equity (ROE) X4 = Firm Size = Investment Opportunity Set (IOS) X5 e = Error
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskriptif Statistik Tabel 1. Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel
Min
DPR INSDOWN DER ROE FSIZE IOS PER EPS
0,0349 0,0001 0,1041 0,0027 248,502 0,2049 16,763 99,737
Sumber: Hasil Olah Data
40
Max 30,294 0,2562 31,101 13,746 329,970 494,584 7,297,810 555,875,178
Mean 0,5275 0,0291 0,8109 0,2724 289,527 48,128 202,523 22,566,177
Std. Deviation 0,3952 0,0707 0,7141 0,2668 18,257 83,221 635,693 62,499,764
DEVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
Dari 74 sampel data INSDOWN (Insider Ownership), nilai rata-ratanya sebesar 2,9 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata saham yang dimiliki oleh manajemen dalam perusahaan manufaktur yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sangat kecil. Kepemilikan manajerial akan mendorong pengambilan keputusan yang lebih baik oleh manajemen dalam berbagai bidang. Hal ini terjadi karena pihak manajemen turut serta menjadi pemilik dari perusahaan. Namun fakta bahwa rata-rata saham yang dimiliki hanya 3 persen, kemungkinan besar hal ini tidak dapat mengurangi konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajemen. Selanjutnya, nilai-rata-rata DER sebesar 81 persen menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur yang menjadi objek penelitian ini memiliki hutang yang cukup besar dibanding modal yang dimiliki namun masih dapat dikatakan aman karena masih dibawah 100%. Nilai rata-rata ROE sebesar 27,24 menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola modal dalam menghasilkan laba bersih. Maka, dengan melihat rata-rata yang diperoleh, perusahaan dengan ROE yang kurang dari 27,24% dianggap kurang baik dalam pengelolaan modalnya, dan sebaliknya. Dari 132 sampel FSIZE (Firm Size), nilai minimum sebesar 24,8502 terdapat pada PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2008. Nilai Maksimum sebesar 32,9970 terdapat pada PT Astra International Tbk tahun 2013. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 28,952728 dan standar deviasi 1,908820. Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural total aktiva yang dimiliki perusahaan karena dianggap lebih representatif dan stabil dibanding dengan kapitalisasi pasar dan penjualan. Dari 132 sampel IOS (Investment Opportunity Set), nilai minimum sebesar 0,2049 terdapat pada Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk tahun 2013. Nilai maksimum sebesar 49,4584 terdapat pada PTUnilever Indonesia Tbk tahun 2013. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 4,812827 dan standar deviasi 8,3221346. IOS menunjukkan tingkat kesempatan investasi yang dimiliki perusahaan. IOS yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut belum sepenuhnya matang dan masih memiliki kesempatan yang tinggi untuk tumbuh. Dari 132 sampel PER (Price Earning Ratio), nilai minimum sebesar 1,6763 terdapat pada PT Lionmesh Prima Tbk tahun 2012. Nilai maksimum sebesar 729,7810 terdapat pada PTGoodyear Indonesia Tbk tahun 2008. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 20,2523 dan standar deviasi 63,5693. PER dapat mencerminkan seberapa besar saham dinilai oleh investor dari setiap laba per lembar saham yang dihasilkan perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan nilai rata-rata yang masih jauh dengan nilai maksimumnya, hal ini mengindikasikan PER masing-masing perusahaan objek memiliki rentang yang cukup besar karena terdiri dari berbagai sektor industri manufaktur. Dari 132 sampel EPS (Earning per Share), nilai minimum sebesar 9,9737 terdapat pada PT Kimia Farma Tbk tahun 2008. Nilai maksimum sebesar 55587,5178 terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2013. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 2256,6177 dan standar deviasi 6249,9764. EPS merupakan besaran laba bersih untuk per lembar saham perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan nilai rata-rata yang masih jauh dengan nilai maksimumnya, hal ini terjadi karena laba dari setiap perusahaan akan berbeda-beda tergantung produk yang dihasilkan oleh masing-masing industri. Dari hasil olah data diperoleh temuan bahwa secara parsial ternyata hanya ROE, IOS, PER, dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan kepemilikan internal, DER, dan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan.Sedangkan secara simultan, seluruh variabel INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR. Nilai Koefisien determinasi sebesar 0,711 menyatakan bahwa kemampuan variabel Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size, IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan variabel DPR adalah sebesar 71,1% sedangkan sisanya 28,9 % dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
Pembahasan Hasil penelitian statistik dengan uji-t menunjukkan bahwa variable Insider Ownership berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap DPR dengan nilai sig.t 0,215 yang berarti meningkatnya Insider Ownership akan menurunkan DPR. Tingkat signifikan yang > 0,05 menunjukkan bahwa manajemen telah dapat memisahkan fungsinya sebagai manajemen dan pemegang saham. Hasil ini sesuai dengan signalling hypothesis theory, dimana dengan meningkatnya kepemilikan manajerial yang diikuti pengingkatan pembagian dividen maka manajemen ingin
41
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
menunjukkan kepada investor dan masyarakat bahwa manajemen sebagai bagian dari pemegang saham berperan positif terhadap keuntungan yang akan didapatkan. Hasil pengujian inimendukung penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Mertha (2012) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial (insider ownership) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen, namun bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hikmah (2010) dan Santikarani (2012) yang menyatakan bahwa insider ownership berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Debt to Equity Ratio menunjukkan seberapa besar hutang dibanding dengan modal yang dimiliki perusahaan. Pada kenyataannya akan sulit bagi perusahaan dalam membiayai kegiatan operasionalnya jika hanya mengandalkan modal sendiri. Pengendalian terhadap hutang yang baik akan mempengaruhi laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan tidak signifikan dengan nilai sig. t sebesar 0,572 yang berarti meningkatnya hutang akan menurunkan besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar hutang yang dimiliki perusahaan dalam penelitian ini merupakan kewajiban yang berhubungan dengan operasional sehingga tidak menimbulkan beban bunga yang besar dan dapat mengurangi jumlah laba bersih perusahaan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Faujimi (2014), Swastyastu, et al., (2014), Pratama (2014), Rahayuningtyas, et al., (2014), Pasaribu, et al., (2014) dan Mahaputra dan Wirawati (2014) yang menyatakan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Return on Equity merupakan rasio seberapa jauh perusahaan dapat mengelola modal untuk menghasilkan laba bersih. Perusahaan harus mampu mengelola modal dengan efektif untuk mendapatkan laba yang maksimal. Semakin besar ROE maka semakin besar kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba bersih sehingga perusahaan dapat menetapkan dividen yang tinggi atau dapat dikatakan berpengaruh positif. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Return on Equity (ROE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,000 yang artinya semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya untuk menghasilkan laba maka semakin tinggi pula dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Azmi dan Listiadi (2014) yang menunjukkan bahwa return on equity berpengaruh secara signifikan terhadap DPR, namun bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Mardaleni (2014), Rahayuningtyas, et al., (2014) menunjukkan hasil bahwa return on equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Firm Size berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap DPR dengan nilai sig.t sebesar 0,513 yang berarti semakin besar suatu perusahaan akan meningkatkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Perusahaan yang besar memiliki akses yang lebih mudah dalam memasuki pasar modal. Hal ini dapat memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam mendapatkan pendanaan. Pendanaan yang cukup untuk membiayai operasional perusahaan akan memberikan kemampuan untuk menghasilkan laba yang lebih besar dibanding perusahaan yang lebih kecil. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap dividen yang dibagikan tidak signifikan karena banyak faktor lain yang lebih mempengaruhi DPR, seperti ketersediaan dana, pengelolaan modal, pengawasan hutang, dan lain sebagai. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013), Kriscahyadi (2013), Mahaputra dan Wirawati (2014), Swastyastu, et al., (2014), Pasaribu, et al., (2014), dan Faujimi (2014) yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap DPR. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,020 yang berarti semakin tinggi kesempatan investasi perusahaan akan menurunkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini dapat terjadi karena perusahaan dengan nilai IOS yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan tersebut belum sepenuhnya matang dan masih memiliki kesempatan untuk berkembang. Perusahaan dengan IOS yang tinggi akan menentukan tingkat DPR yang rendah dan memilih untuk menggunakan laba untuk investasi baru yang dapat mengembangkan perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013), dan Azmi dan Listiadi (2014) yang menunjukkan hasil bahwa IOS berpengaruh secara signifikan terhadap DPR, namun bertolak
42
DEVIDEND PAYOUT RATIO PADA EMITEN…………………..……………….…..……(Kowanda, Pasaribu, & Sari)
belakang dengan penelitian Bangun dan Hardiman (2013), dan Pratama (2014) yang menunjukkan hasil bahwa IOS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap DPR. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Price Earning Ratio (PER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR dengan nilai sig. t sebesar 0,000 yang berarti meningkatnya nilai saham perusahaan akan meningkatkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini dapat terjadi karena PER diukur dengan harga pasar saham yang mencerminkan harapan dari investor. Semakin tinggi harga pasar saham maka semakin tinggi pula harapan investor terhadap pertumbuhan suatu perusahaan. Tingginya harapan investor akan menuntut perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya sehingga dapat menghasilkan laba yang lebih besar setiap periode sehingga dapat memenuhi harapan pemegang saham. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Earning per Share (EPS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR dengan nilai sig.t sebesar 0,001 yang berarti meningkatnya laba per lembar saham yang dihasilkan oleh perusahaan akan meningkatkan dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. Hal ini terjadi karena semakin besar laba per lembar saham yang diperoleh perusahaan akan meningkatkan jumlah dividen yang mampu dibayarkan kepada penegang saham.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Insider Ownership, Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Firm Size, Investment Opportunity Set (IOS), Price Earning Ratio (PER), dan Earning per Share (EPS) dalam memprediksi Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial ternyata hanya ROE, IOS, PER, dan EPS yang berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan kepemilikan internal, DER, dan Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan secara simultan, seluruh variabel INSDOWN, DER, ROE, FSIZE, IOS, PER, EPS berpengaruh signifikan terhadap DPR. Nilai Koefisien determinasi sebesar 0,711 menyatakan bahwa kemampuan variabel Insider Ownership, DER, ROE, Firm Size, IOS, PER dan EPS dalam menjelaskan variabel DPR adalah sebesar 71,1% sedangkan sisanya 28,9% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menambahkan variabel-variabel independen lain yang diduga dapat mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR). Karena dalam penelitian ini, variabel independen hanya mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 71,1% sementara sisanya dijelaskan oleh variabel dependen lain.Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel perusahaan yang berbeda agar dapat melihat hasil pengujian yang beragam.
DAFTAR REFERENSI Azmi, Maulidiyah Nur. dan Listiadi, Agung. 2014 .Analisis Pengaruh Profitabilitas dan IOS Terhadap Kebijakan Dividen dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 2, No. 3: 990-1001. Bangun, Nurainun. dan Hardiman, Stefanus. 2014. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Cash Position, Debt To Equity Ratio (DER), dan Kesempatan Investasi Terhadap Kebijakan Deviden Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Pada Tahun 2008-2010. Journal of Capital Market and Banking, 1(2): 80-102. Deitiana, Tita. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 11(1): 57-64.
43
JRMB, Volume 11, No. 1, Juni 2016
Faujimi, Indrima. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Maufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. Jurnal Akuntansi, 2(2): 1-26. Hikmah, Khoirul. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen: Pendekatan Teori Stakeholder. Jurnal Kharisma, 4(2): 91-105. Kriscahyadi, Herdy Tedjo. 2013. Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Cash Position, Debt To Equity Ratio dan Company Size terhadap Dividen Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur Di BEI Tahun 2008-2010. Q-MAN, 2(7): 81-96. Mahaputra, Gede Agus, dan Ni Gusti P. W. 2014. Pengaruh Faktor Keuangan dan Ukuran Perusahaan Pada Dividend Payout Ratio Perusahaan Perbankan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9(3): 695-708. Mardaleni. 2014. Analisis Pengaruh Return On Equity, Debt to Equity Ratio, dan Current Ratio terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012. E-Jurnal Apresiasi Ekonomi, 2(2): 73-79. Pasaribu, Rowland Bismark Fernando. Kowanda, Dionysia. Nawawi, Kholid. 2014. Determinan Dividend Payout Ratio Pada Emiten LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 8(1): 1-12. Pratama, Diky May. 2014. Pengaruh Profitabilitas, Investment Opportunity Set, Cash Flow, Debt To Equity Ratio, danRisiko Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Pengolahan Non Migas. Jurnal Ilmu Manajemen, 2(2): 460-472. Putri, Dithi Amanda. 2013. Pengaruh Investment Opportunity Set, Kebijakan Utang dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen, 2(2): 1-13. Rahayuningtyas, Septi, Suhadak, dan Siti Ragil Handayani. 2014. Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) (Studi Pada Perusahaan yang Listing di BEI Tahun 2009 – 2011). Jurnal Administrasi Bisnis, 7(2): 1-9. Santikarani, Diska. 2012. Pengaruh Asset Growth, Cash Position, Size, dan Insider Ownership terhadap Dividend Payout Ratio Pada LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010. Jurnal Kajian Pendidikan dan Akuntansi Indonesia, 1(3): 1-23. Setiawan, Agus. dan, Mertha, I Made. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Wholesale dan Retail Trade di BEI. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 1(2): 1-20. Swastyastu, M. W., Gede Adi Y., Anantawikrama T. Atmadja. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividend Payout Ratio yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). e-Journal S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1): 1-12. Utama, I Made Karya. 2012. Dividend Payout Ratio dan Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Pada Bursa Efek Indonesia periode 2006-2010). Manajemen Bisnis Syariah, 6(1): 1-12. Wibisono, Anjar. 2010. Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, dan Profitabilitas terhadap Dividend Pay Out Ratio (Studi pada Perusahaan Go-Public di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Aplikasi Manajemen, 8(3): 720-731.
44