Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
ISSN 2356 - 4385
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli dan Kepercayaan sebagai Variabel Mediasi dalam Belanja Online Herwin1), Dion Dewa Barata2) Manajemen, Fakultas Ekonomi Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis Jalan Pulomas Selatan Kav. 22, Jakarta Timur 1) Email:
[email protected] 2) Email:
[email protected] Abstract: the study aims to analyzes the effects of brand image and company image toward the intension to buy and its implications to buying decision with the consumer trust as the mediator. The study is conducted based on the phenomenon of the failures of E-Commerce companies in Indonesia. Considering the big prospects the country could generate, the study, then, is expected to establish the right strategies in implementing E-Commerce in Indonesia. This study uses a quantitative research methods to conduct a survey of 217 respondents. The sampling method is purposive sampling. Results of hypothesis testing was conducted using Structural Equation Modeling shows that brand image and consumer trust, both, do not have any effects toward the buying intension. The results also show that brand image has effect on the company image, brand image does have effect to to company image, and that the company image does have effect to the buying intention and consumer trust. As to buying decision is affected by consumer trust and buying intension. Keywords: brand, buying, becision, image, intention, trust Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh citra merek produk terhadap citra perusahaan dan intensi membeli dan implikasikan terhadap keputusan pembelian dengan kepercayaan konsumen sebagai mediasi. Hal ini dipicu dari fenomena banyaknya perusahaan bergerak dibidang E-Commerce, namun masih banyak yang gagal. Dengan melihat prospek yang besar di Indonesia maka diharapkan penelitian ini dapat mengetahui strategi apa yang dapat dilakukan agar dapat berhasil di E-Commerce. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan melakukan survei terhadap 217 responden. Metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Hasil uji hipotesis dilakukan dengan metode Struktural Equation Modeling menunjukkan citra merek dan kepercayaan konsumen tidak berpengaruh terhadap intensi membeli, citra merek berpengaruh pada citra perusahaan, citra perusahaan berpengaruh pada intensi membeli dan kepercayaan konsumen, kepercayaan konsumen dan intensi membeli berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Kata Kunci: citra, intensi, kepercayaan, keputusan, membeli, merek
I. PENDAHULUAN Berdasarkan lembaga riset pasar E-Marketer, populasi pengguna internet di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 83,7 juta orang (sekitar 30 % dari total penduduk), hingga 2018 diperkirakan pengguna internet di Indonesia akan meningkat rata-rata 10% pengguna pertahunnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam situsnya menyatakan pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 82 juta orang, dengan capaian tersebut Indonesia berada pada peringkat ke-6 di dunia. Menurut B.S.A, Chandra dan Martin (2015: 54) seiring pertumbuhan pengguna internet yang pesat
60
ini, berdasarkan data Frost dan Sulivan penjualan E-Commerce Indonesia pun bertumbuh pesat dari $ 120 juta di tahun 2010 menjadi $ 650 Juta di 2012, dan di tahun 2013 MenkomInfo menyatakan nilai transaksi E-Commerce di Indonesia mencapai Rp 130 triliun. Hasil riset yang dilakukan oleh Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) yang memperlihatkan nilai pasar E-Commerce Indonesia saat ini diperkirakan mencapai Rp 94.5 triliyun, dan pada 2016 angkanya diprediksi akan meningkat tiga kali lipat menjadi Rp 295 triliyun. Menurut Pradipta (2015) Rudiantara menyatakan potensi penerapan E-Commerce di indonesia sangat besar, dan tahun ini diperkirakan transaksi dari sistem elektronik ini
Herwin, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan...
bisa mencapai $ 20 miliar, lebih tinggi dari 2014 yang tercatat $ 12 miliar. Saat ini ada diperkirakan sudah ada sekitar 50 pelaku usaha yang ikut serta meramaikan E-Commerce Indonesia, di antaranya adalah Zalora, Lazada, Tokopedia, Bhinneka.com, Berniaga, Elevenia, Dinomarket, Bukalapak.com, Blibli.com dan masih banyak lagi. Dari banyak pelaku E-Commerce di Indonesia banyak yang berhasil dan juga banyak yang gagal, karena masih banyak yang belum paham cara berbisnis melalui E-Commerce. Banyak yang mengira untuk berhasil di E-Commerce cukup dengan membangun situs komersial saja, E-Commerce bukan hanya membutuhkan infrastruktur digital yang mumpuni, tapi juga keterlibatan semua elemen perusahaan dalam merespon tuntutan konsumen. E-Commerce bukan hanya penetapan harga saja, di dalamnya terdapat proses delivery, sistem pembayaran dan penyampaian informasi produk ke konsumen, yang dituntun akurat dan cepat. Menurut Yadi Budhi Setiawan (Managing Director Force One) dalam Fisamawati (2014: 82) E-Commerce merupakan saluran distribusi modern market yang paling efisien, karena bila dikelola dengan baik, pada saluran ini konsumen dapat dengan cepat dan mudah mengetahui informasi dan promo yang dibutuhkan sebelum menentukan pilihan produk. Hal ini akan sangat menguntung-kan konsumen. Oleh karena itu E-Commerce yang baik bukan hanya mencakup menyampaikan pesan/ informa-si berupa promosi dan harga tapi juga dilengkapi dengan sarana pembayaran yang terpercaya dan juga monitoring pengiriman barang. Para pengamat E-Commerce menyatakan bahwa masalah paling utama di E-Commerce Indonesia adalah kepercayaan. Ketidakpercayaan membuat konsumen Indonesia khawatir barang yang di beli tidak sesuai dengan yang diharapkan, ketidakpercayaan membuat konsumen khawatir barang tidak dikirim oleh penjual walaupun sudah dibayar, ketidakpercayaan membuat konsumen khawatir barang yang dibeli diterima dalam keadaan rusak, ketidakpercayaan membuat konsumen tidak yakin produk tertentu dijual secara online. Selain itu budaya konsumen Indonesia yang masih senang berinteraksi secara fisik dengan penjual dan merasakan produk secara fisik menghambat perkembangan E-Commerce di Indonesia. Dari banyaknya pelaku E-Commerce Indonesia yang tidak berhasil, dapat dikatakan bahwa para pelaku E-Commerce tersebut tidak dipercaya oleh konsumen. Hal ini terkait dengan citra perusahaan tersebut yang tidak dikenal oleh konsumen atau
bahkan dikenal tidak baik dimata konsumen, sehingga konsumen lebih memilih berbelanja kepada yang lebih mereka percayai. Konsumen tidak dapat melihat dan merasakan produk secara fisik. Oleh karena itu citra merek produk yang dapat dijadikan pedoman dalam membeli secara online. Hal ini menyebabkan citra merek dan citra perusahaan menjadi penting dalam belanja secara online. Dengan besarnya potensi yang dimiliki E-Commerce di Indonesia dan pentingnya implementasi E-Commerce bagi pertum-buhan perekonomian Indonesia, untuk mencapainya perlu dilakukan kerja keras dan kerja sama semua pihak, baik itu pemerintah sebagai penyedia infrastruktur dan juga para pelaku usaha, baik itu usaha kecil, menengah mau pun yang besar. Dan perlu di lakukan transformasi pada perusahaan pada pelaku usaha E-Commerce yaitu dengan memahami konsumen dan mengembangkan sarana serta prasarana E-Commerce, agar konsumen ikut serta bertansformasi menjadi tidak ragu bertransaksi secara online melalui E-Commerce. Penelitian ini dibatasi hanya pada provider yang hanya menjual produk seperti Lazada, tidak berupa jasa seperti E-tiket.com. Bertitik tolak dari uraian latar belakang masalah dan ruang lingkup penelitian diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1). Apakah citra merek berpengaruh terhadap intensi membeli secara online? 2). Apakah citra merek produk berpengaruh terhadap citra perusahaan? 3). Apakah citra perusahaan berpengaruh terhadap intensi membeli secara online? 4). Apakah citra perusaha-an berpengaruh terhadap tingkat keperca-yaan konsumen dalam belanja online? 5). Apakah kepercayaan konsumen ber-pengaruh terhadap intensi membeli secara online? 6). Apakah intensi membeli berpengaruh terhadap keputusan membeli online? dan 7). Apakah kepercayaan berpengaruh terhadap keputusan membeli online?
II. METODE PENELITIAN A. Kerangka Konseptual Pemasaran dewasa ini merupakan salah satu faktor yang terpenting akan suksesnya sebuah perusahaan, karena tanpa pemasaran oleh perusahaan tidak akan dapat bertahan di dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Perkembangan teknologi yang semakin pesat tanpa disadari merubah konsumen dalam berbelanja hal ini didukung dengan sinergi dari infrastruktur teknologi komunikasi. Kini pemasaran bukan hanya bagaimana menjual barang dan jasa dari pintu ke pintu, tanpa memahami
61
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
pemasaran lebih lanjut perusahaan tidak akan dapat bertahan di dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Berikut ini peneliti mengutip definisi pemasaran dari beberapa pakar: Menurut Kotler dan Keller (2013: 27) Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society at large. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler dan Keller (2009: 5). Pemasaran merupakan satu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingan. Dari pengertian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah seperangkat proses dari mengidentifikasi-kan kebutuhan dan keinginan semua konsumen, menciptakan, mengkomunikasikan hingga menyerahkan barang maupun jasa yang dapat memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen dengan cara yang saling menguntungkan. Bauran Pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2010: 76) Marketing Mix is the set of controllable, tactical marketing tools that the firm blends to produce the response it wants in the target market. The marketing mix consists of everything the firm can do to influence the demand for its product. The many possibilities can be collected into four groups of variables known as “the four Ps”: Product, price, Place, and Promotion. Menurut Morissan (2012: 5) bauran pemasaran adalah proses dan pengembangan hubungan dengan konsumen dengan cara mengamati secara cermat kebutuhan dan keinginan konsumen yang dilanjutkan dengan mengembangkan suatu produk yang memuaskan kebutuhan konsumen dan menawarkan produk tersebut pada harga tertentu serta mendistribusikannya agar tersedia di tempattempat yang menjadi pasar bagi produk yang bersangkutan. Citra merek menurut Blackwell et al. (2006: 339), the entire array of associations that are activated from memory when consumer think about brand. Citra merek dalam Kotler dan Keller (2008: 346). adalah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori konsumen. Merek menurut Tjiptono (2011: 23) sebagai citra merupakan serangkaian asosiasi yang dipersepsikan oleh individu sepanjang waktu, sebagai hasil pengalaman langsung maupun tidak langsung atas sebuah merek.
62
Keller dalam Thunggono dan Suharjo (2011: 242) menjelaskan bahwa citra perusahaan merupakan gambaran pelanggan atas asosiasi pelanggan tersebut kepada penyedia jasa. pelanggan akan melakukan evaluasi atas jasa atau pelayanan yang diterima dan dirasakan olehnya, untuk kemudian dicocokan dengan gambaran yang ada di dalam citra perusahaan menurut persepsi pelanggan tersebut.. Nguyen dan Leblanc dalam Rahman (2012: 57) menyatakan bahwa citra perusahaan berhubungan dengan atribut fisik dan perilaku dari suatu perusahaan. Hal senada diungkapkan oleh Kandampully dan Hu dalam Salam et. al. (2013: 178) yang menyatakan bahwa citra perusahaan terdiri dari dua kompoenen utama yaitu fungsional seperti karakter wujud fisik maupun emosional seperti perasaan sikap dan kepercayaan terhadap organisasi. Menurut Schiffman dan Wisenblit (2015: 308) trusting confidence in the institution’s leadership and vision. Mowen dan Minor dalam Sangadji dan Sopiah (2013: 201) mendefinisikan kepercayaan konsumen sebagai semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen, dan semua kesimpulan yang dibuat oleh konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya. Objek dapat berupa perusahaan, produk, orang atau segala sesuatu yang padanya seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. Atribut adalah karakteristik atau fitur yang mungkin dimiliki atau tidak dimiliki objek. Terdapat dua macam atribut yaitu atribut instrinsik dan ekstrinsik, atribut instrinsik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat aktual produk sedangkan ekstrinsik adalah segala sesuatu yang diperoleh dari segala aspek eksternal produk seperti nama merek, kemasan, dan label. Sangadji dan Sopiah (2013: 202) menyimpulkan bahwa kepercayaan konsumen adalah kekuatan pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen bahwa produk mempunyai objek, atribut dan manfaat. Menurut Luarn dan Lin dalam Ferrinadewi (2008: 147) kepercayaan adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas (kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji), benevolence (perhatian dan motivasi yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka), competency (kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan kebutuhan yang mempercayai) dan predictability (konsistensi perilaku pihak yang dipercaya). Kepercayaan merupakan pondasi dari bisnis, suatu transaksi bisnis antara dua pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing saling mempercayai. Seiring
Herwin, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan...
maraknya kejahatan internet seperti misalnya pembobolan kartu kredit dan penipuan, faktor kepercayaan (trust) menjadi hal yang sangat penting dalam transaksi belanja online. Konsep kepercayaan ini berarti bahwa pembeli percaya terhadap keandalan pihak penjual online yang dapat menjamin keamanan bertransaksi online. Keamanan berarti bahwa transaksi penjualan online dapat dipercaya. Kepercayaan akan menimbulkan sebuah celah bagi seorang konsumen untuk menghadapi resiko penipuan, ketidakpastian, dan/ atau kerentanan pada saat melakukan belanja secara online. Kepercayaan dari konsumen penting bagi situs toko online karena dengan tingkat kepercayaan yang tinggi maka dapat mendorong konsumen untuk lebih berani dalam melakukan pembelian melalui situs toko online. Kepercayaan merupakan penggerak utama dari semua model bisnis E-Commerce. Intensi membeli menurut Blackwell et al. (2006: 411) is what consumers think they will buy. Menurut Anoraga dalam Nurani dan Haryanto (2011: 108) intensi membeli atau niat beli merupakan suatu proses pengambilan keputusan yang dilakukan konsumen sebelum mengadakan pembelian atas produk yang ditawarkan atau yang dibutuhkan oleh konsumen tersebut. Minat beli adalah bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecendrungan resoponden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilakukan. Minat beli merupakan tahap kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benarbenar dilaksanakan. Seorang pelanggan yang sudah memiliki minat untuk membeli suatu barang atau jasa, dapat hampir dipastikan memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian terhadap barang atau jasa tersebut. Menurut Soderlund dan Ohman dalam Hartanto (2012: 263) ada tiga jenis konstruk yang membentuk intensi, yang dimana selama ini orang hanya beranggapan bahwa ada satu saja kontruksi intensi, yaitu intensi sebagai harapan, intensi sebagai rencana dan intensi sebagai keinginan. Menurut Howard dalam Dwityanti (2008: 21), intensi membeli didefinisikan sebagai pernyataan yang berkaitan dengan batin yang mencerminkan rencana dari pembeli untuk membeli suatu merek tertentu dalam suatu periode waktu tertentu. Menurut Ferdinand dalam Dwityanti (2008: 21) minat beli dapat diidentifikasi melalui indikatorindikator sebagai berikut: 1) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk. 2) Minat refrensial, yaitu ke cenderungan seseorang untuk mereferen-sikan produk kepada
orang lain. 3). Minat preferensial, yaitu minat yang menggam-barkan perilaku seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi suatu dengan produk prefrensinya. 4). Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut. Stigler dalam Pujadi (2010: 6), menyatakan bahwa suatu merek yang dikenal oleh pembeli akan menimbulkan minatnya untuk mengambil keputusan pembelian. Dampak dari simbol suatu produk memberikan arti didalam pengambilan keputusan konsumen sebab simbol dan image merupakan hal penting dalam periklanan dan mempunyai pengaruh dalam minat untuk membeli. Dapat disimpulkan minat beli adalah motivasi atau keinginan dalam diri konsumen untuk melakukan pembelian dengan melalui tahap perencanaan, merekomendasikan, memilih dan pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian. Menurut Peter dan Olson (2002: 166), keputusan pembelian konsumen adalah proses kognitif dimana konsumen mencari informasi tentang produk dan mengumpulkan pengetahuan untuk membuat sebuah pilihan antara banyak alternatif yang tersedia. Menurut Schiffman dan Kanuk (2004: 547) keputusan merupakan penyeleksian tindakan dari dua atau lebih alternatif. Dengan kata lain, keputusan dapat dibuat hanya jika ada beberapa alternatif yang dipilih, apabila alternatif pilihan tidak ada maka tindakkan yang dilakukan tanpa adanya pilihan tersebut tidak dapat dikatakan membuat keputusan. Proses pengambilan keputusan melibatkan tiga tahapan, antara lain: input, proses dan output. Tahapan input mempengaruhi rekognisi terhadap kebutuhan produk dan terdiri dari dua sumber utama, yaitu usaha pemasaran perusahaan (produk, tempat, harga, dan promosi) dan pengaruh sosioekternal konsumen (keluarga, teman, tetangga, kelas sosial dan budaya). Tahapan proses fokus terhadap bagaimana konsumen membuat keputusan yang mencakup faktor psikologis (motivasi, persepsi, belajar, kepribadian,dan sikap) yang mempengaruhi rekognisi terhadap kebutuhan, pencarian alternatif sebelum pembelian dan evaluasi alternatif. Tahapan output merupakan pembelian dan perilaku setelah pembelian. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Keputusan pembelian dapat diartikan sebagai keputusan konsumen untuk membeli atau
63
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
mengkonsumsikan produk tertentu, yang akan diawali dengan pengenalan kebutuhan, waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan individu, pengaruh pemasaran, pencarian informasi, pencarian internal dan pencarian eksternal. Proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari lima tahap, yaitu: 1). Tahap pengenalan masalah/ kebutuhan/ keinginan, Menurut Oentoro (2012: 109) proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan, dimana pembeli mengenali masalah atau kebutuhan yang diinginkan. Menurut Sunyoto (2012: 280). Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal kalau kebutuhan normal seseorang lapar dan haus muncul ketingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan. Suatu kebutuhan juga dapat dipicu oleh rangsangan eksternal. Penganalisa keinginan dan kebutuhan ini ditujukan terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Masalah timbul dari dalam diri konsumen yang berupa kebutuhan, yang digerakkan oleh rangsangan dari dalam diri pembeli atau dari luar. Berdasarkan pengalaman yang telah lalu, seseorang belajar bagaimana mengatasi dorongan ini ke arah satu jenis objek yang dapat menjenuhkannya, semua rangsangan yang ada pada diri konsumen menyebabkannya dia mengenal suatu masalah, sehingga perusahaan perlu mengetahui jawaban dari pertanyaan apakah masalah yang dirasakan, apa yang menyebabkan semua itu muncul dan bagaimana kebutuhan atau masalah ini menyebabkan seseorang mencari produk tertentu. Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditunjukkan terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. 2). Tahap pencarian informasi, Seseorang konsumen yang sudah tertarik mungkin mencari lebih banyak informasi, tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhannya dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Setelah timbul suatu masalah berupa kebutuhan yang digerakkan oleh rangsangan dari luar, dan didorong untuk memenuhi kebutuhan tersebut, konsumen akan mencari informasi tentang objek yang bisa memuaskan keinginannya. Menurut Sunyoto (2012: 280) pencarian informasi tergantung oleh kuat lemahnya kebutuhan banyaknya informasi yang telah dimilikinya kemudian mengadakan pernilaian terhadap informasi yang diperoleh. Menurut Oentoro (2012: 109). Tahap kedua (menilai sumber-sumber)
64
dalam proses pembelian ini sangat berkaitan dengan lamanya waktu dan jumlah uang yang tersedia untuk membeli Tahap (menetapkan tujuan pembelian) ketika konsumen memutuskan untuk tujuan apakah pembelian dilakukan, yang tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya. 3). Tahap pengevaluasian alternatifn adalah tahap dari proses keputusan pembelian ketika konsumen mengunakan informasi untuk mengevaluasi merek alternatif dalam perangkat pilihan. Dari informasi yang diperoleh konsumen, digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai alternatif-alternatif yang dihadapi serta daya tarik masing-masing alternatif. Menurut Sunyoto (2012: 281) Untuk mengetahui proses evaluasi yang dilakukan konsumen terlebih dahulu harus dipahami beberapa konsep dasar yaitu atribut golongan produk, keyakinan merek dagang, pembeli kemungkinan besar beranggapan bahwa keputusan dapat diperoleh dari setiap produk berubah-ubah, dengan berubahnya tingkat alternatif dari tiap atribut, dan konsumen menentukan sikap terhadap merek melalui proses evaluasi. 4). Tahap keputusan pembelian, Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada tahap ini, keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan menyangkut jenis produk, bentuk produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara membayar. Tahap evaluasi berakibat bahwa konsumen membentuk prefensi di antara alternatifalternatif merek dagang. Menurut Sunyoto (2012: 281) biasanya barang dengan merek yang disukainya adalah barang yang akan dibelinya, disamping sikap, masih ada dua faktor yang mempengaruhi nilai seseorang untuk membeli, yaitu : faktor sosial dan faktor situasi. Menurut Oentoro (2012: 109). Tahap keputusan pembelian adalah ketika konsumen mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Jika dianggap bahwa keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan menyangkut Jenis produk, bentuk produk, merek, penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara membayar. 5). Perilaku setelah/ pasca pembelian, Setelah membeli produk, menurut Sunyoto (2012: 281) konsumen akan merasa puas atau tidak. Bila produk tidak memenuhi harapan konsumen, maka konsumen merasa tidak puas, begitu pula sebaliknya. Konsumen mendasarkan harapan merek pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman, keluarga dan sumber-sumber lain. Untuk mempertahankan konsumen, penjual dan produsen harus dapat memenuhi harapan konsumen,
Herwin, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan...
atau lebih baik melebihi harapan mereka, sehingga konsumen merasa sangat puas. Hal ini dapat berupa mengakomodasi semua keluhan konsumen, sehingga citra perusahaan menjadi positif. Setelah melakukan pembelian, konsumen akan merasakan kepuasan atau mungkin ketidak puasan. Ini menarik bagi produsen untuk memerhatikan tindakan konsumen setelah melakukan pembelian. Konsumen dalam memenuhi keinginannya mempunyai pengharapan agar bisa terpuaskan, pengharapan konsumen itu timbul dari pesan-pesan yang diterima para penjual, teman dan sumber lain bahkan dari perusahaan sendiri. Tahap terakhir yaitu ketika konsumen sudah melakukan pembelian terhadap produk tertentu. Respon konsumen setelah membeli produk sangat beragam. Menurut Oentoro (2012: 109) apabila perusahaan ingin mempertahankan pelanggan, maka semua keluhan dari konsumen harus diakomodasi. Memenuhi keinginan dan harapan konsumen dapat meningkatkan citra positif perusahaan. Keputusan membeli secara online dipengaruhi oleh Deavaj et al. dalam Suhari (2008: 142): 1). Efisiensi untuk pencarian, yaitu waktu cepat, mudah dalam penggunaan, dan usaha pencarian mudah. 2). Value, yaitu harga bersaing dan kualitas baik. 3). Interaksi, yaitu informasi, keamanan, load time, dan navigasi. Kemudahan dalam mencari informasi tergantung dari layout halaman web. Jika layout cukup jelas, waktu yang diperlukan untuk searching dapat dipersingkat. Usaha untuk searching lebih mudah. Sehingga efisiensi meningkat. Informasi pada halaman web dihubungkan dengan beberapa komponen teks atau grafis. Ukuran komponen isi dan grafis mempengaruhi waktu loading. Liau dan Cheung dalam Suhari (2008: 143) menyatakan bahwa network dengan kecepatan yang tinggi tidak secara signifikan mempengaruhi hararapan untuk berbelanja melalui internet. Terlalu banyak grafis memerlukan memori yang besar dan membuat beberapa kesulitan untuk menampilkan halaman situs. Dengan kata lain, menjadikan konsumen tidak senang. Bahkan untuk mengatasi kemacetan, meskipun tidak banyak membutuhkan memori konsumen menutup beberapa halaman situs yang tidak diperlukan. Sedangkan menurut Mahkota et al. (2014: 3) keputusan pembelian online adalah proses seleksi yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya yang kuat hubungannya dengan karakter personal, vendor/ service, website quality, sikap pada saat pembelian, maksud untuk membeli online, dan pengambilan keputusan.
E-Commerce menurut Laudon dan Traver (2012: 49) diartikan sebagai the use of internet and the world wide web to transact business. More formally, digitally enabled commercial transactions between and among organizations and individuals. E-Commerce merupakan penggunaan internet dan situs untuk bertransaksi bisnis, secara lebih formal, mendigitalkan transaksi komersial antara organisasi dan individu.Sedangkan menurut Diana dan Tjiptono (2007: 29) E-Commerce di artikan sebagai transaksi jual beli produk, jasa, dan informasi antar mitra bisnis lewat jaringan komputer, termasuk internet. B. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Dalam pemasaran Keputusan membeli merupakan perilaku pelanggan yang sangat penting, setiap hal yang dilakukan pemasar baik itu dalam bentuk nilai, taktik maupun strategi berujung pada keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Tanpa keputusan pembelian oleh konsumen semua nilai, taktik dan strategi yang dilakukan pemasar akan dinilai gagal. Keputusan pembelian juga terdiri dari sekumpulan keputusan yang meliputi produk/ jasa, merek, waktu, penjual dan cara pembayaran. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh faktor pribadi, psikologis dan sosial. Dan keputusan pembelian dapat di rangkum dalam tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, pengevaluasian alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian yang semuanya harus diperhatikan pemasar dalam menetapkan nilai, taktik dan strategi yang tepat untuk menyakinkan konsumen untuk memutus-kan membeli produk atau mengunakan layanan yang dibuat dan diberikan perusahaan. Dalam hal belanja online, keputusan pembelian konsumen di pengaruhi oleh kepercayaan konsumen terhadap penjual/ provider dan juga karena adanya minat membeli produk atau layanan yang disediakan secara online. Minat membeli di pengaruhi oleh citra merek produk dan tingkat kepercayaan provider sehingga timbul minat untuk mencoba membeli.Kerangka pemikiran dalam penelitian ini terdiri dari variabel citra merek produk, citra merek provider dan kepercayaan konsumen terhadap minat beli dan implikasinya pada keputusan pembelian. Hipotesis menurut Kountur (2007: 89) merupakan dugaan sementara atau jawaban sementara atas masalah penelitian yang memerlukan data untuk menguji kebenaran dugaan tersebut. Hipotesis dapat berupa pernyataan hubungan yang terjadi antara dua
65
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
atau lebih variabel, yang dapat menjadi tuntunan bagi peneliti dalam meneliti. Berdasarkan rumusan masalah dan hubungan antar variabel dalam kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1). Pengaruh citra merek terhadap intensi membeli, citra merek produk yang dikenal baik yang meliputi atribut produk dan non produk, benefit dan attitude dapat menimbulkan minat membeli online. Dalam belanja online, konsumen tidak dapat secara langsung melihat produk yang ingin dibelinya. Beda dengan pemasaran secara tradisional, konsumen dapat secara langsung melihat produk yang ingin dibelinya, bahkan dapat merasakannya. Hal ini menjadikan citra merek penting bagi pemasar yang ingin menjual produknya secara online. Dengan citra merek konsumen dapat mengidentifi-kasikan produknya, menjamin kualitas yang diperoleh konsumen. Dengan citra merek, konsumen dapat mempertimbang-kan membeli sebuah produk, atau sebalik-nya. Berdasarkan kerangka pemikiran dan landasan teori diatas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H1: terdapat pengaruh positif antara variabel citra merek terhadap intensi membeli. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Wang dan Tsai (2014: 27) yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara citra merek terhadap intensi membeli. Hasil pengujian hipotesis oleh Fahrian et al. (2015: 1) juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara citra merek terhadap minat beli. Senada dengan penelitian oleh Rahma (2007: 5). Dengan Temuan empiris yang mengindikasikan bahwa citra merek berpengaruh signifikan terhadap minat membeli dengan nilai korelasi sebesar 0,30. 2). Pengaruh citra merek terhadap citra perusahaan, perusahaan (provider) yang menjual produk yang bermerek bagus dan terpercaya akan mudah diingat oleh konsumen. Dengan demikian hipotesis yang diajukan: H2:terdapat pengaruh positif antara variabel citra merek terhadap citra perusahaan. Hipotesis ini didukung oleh Penelitian yang dilakukan Nurmiyati (2009: v). Temuan empiris tersebut mengindikasikan bahwa citra merek berpengaruh signifikan terhadap citra perusahaan dengan nilai regressi sebesar 0,243. 3). Pengaruh Citra Perusahaan terhadap Intensi Membeli, citra perusahaan (provider) yang terkenal membuat konsumen memperhatikan produk yang dijualnya dan menjadi salah satu pilihan konsumen. Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan: H3: terdapat pengaruh positif antara variabel citra perusahaan terhadap intensi membeli.
66
Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian Suharyono dan Kumadji (2015: 1) yang menunjukkan citra perusahaan berpengaruh signifikan terhadap minat beli dengan koefisien jalur sebesar 0,616. Hipotesis ini juga didukung oleh hasil analisis linier berganda yang dilakukan Koesuma dan Soesanto (2011: 25) yang menunjukkan bahwa variable citra perusahaan memiliki pengaruh terbesar kedua terhadap intensi beli setelah variable nilai pelanggan, dan variable kualitas pelayanan memiliki pengaruh terbesar ketiga terhadap intensi beli. 4). Pengaruh Citra Perusahaan terhadap Kepercayaan Konsumen, citra perusahaan (provider) yang memberikan jaminan kualitas dalam bentuk pelayanan dan kualitas produk secara konsisten dapat membuat konsumen membeli produk walaupun konsumen belum merasakan produk dan jasa secara langsung, sehingga kepercayaan berperan penting bagi citra perusahaan.Dengan demikian hipotesis yang diajukan: H4: terdapat pengaruh positif antara variabel citra perusahaan terhadap kepercayaan. Hipotesis ini didukung oleh hasil penelitian Suharyono dan Kumadji (2015: 1) yang menunjukkan citra perusahaan berpengaruh signifikan terhadap keperca-yaan. Dengan kontribusi sebesar 0,416 atau 41,6% dan koefisien jalur sebesar 0,645. 5.) Pengaruh Kepercayaan terhadap Intensi Membeli, dalam belanja online konsumen menunjukkan intensi untuk membeli setelah diyakinkan bahwa pemasar akan menepati janjinya mengi-rimkan produk yang dibelinya dan produk yang dibeli sesuai dengan apa yang terlihat di laman pemasar. Maka hipotesis yang diajukan: H5: terdapat pengaruh positif antara variabel kepercayaan terhadap intensi membeli. Hipotesis ini didukung oleh Hong dan Cha (2013) dalam Suharyono dan Kumadji (2015: 5) mengemukakan bahwa kepercayaan sebagai mediasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat pembelian online. Berdasarkan hal tersebut memperlihatkan bahwa keperca-yaan pada suatu merek akan timbul apabila harapan konsumen terpenuhi, sehingga mampu mengarahkan konsumen minat untuk membeli. Hasil pengujian hipotesis oleh Fahrian et al. (2015: 1). menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kepercayaan terhadap minat, dalam hal ini apabila kepercayaan meningkat maka minat beli akan menurun. 6). Pengaruh Intensi Membeli terhadap Keputusan Membeli, Menurut Mowen dalam Purba (2012: 32) mengatakan bahwa intensi membeli merupakan penentu dari pembeli untuk melakukan suatu tindakan seperti membeli suatu produk atau jasa. Intensi membeli konsumen yang
Herwin, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan...
tinggi akan mendorong konsumen membeli suatu produk. Sebaliknya, intensi membeli konsumen yang rendah akan mencegah konsumen untuk membeli produk. Dari paparan di atas dapat diajukan hipotesis berikut: H6: terdapat pengaruh positif antara variabel intensi membeli terhadap keputusan membeli. Penelitian oleh Rahma (2007: 5). Dengan Temuan empiris yang mengindikasikan bahwa intensi membeli berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. 7). Pengaruh Kepercayaan terhadap Keputusan Membeli, ketika konsumen memutuskan melakukan pembelian, konsumen akan mengeluarkan uang untuk dipertukarkan dengan produk atau jasa yang dibutuhkannya. Hal ini menandakan bahwa konsumen mempercayakan pemasar akan memberikan produk atau jasa yang dibutuhkannya sesuai dengan kesepakatan yang telah diketahui bersama. Dengan demikian hipotesis yang diajukan: H7: terdapat pengaruh positif antara variabel kepercayaan terhadap keputusan membeli. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Mahkota et al. (2014: 1), diketahui kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian online. Seperti pada Gambar 1.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non Probabilitas Sampling, metode penentuan sampel menggunakan metode Judgement Purposive Sampling yaitu dengan kriteria responden yang pernah membeli secara online. Jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 217 responden, Dalam penelitian ini, indikator-indikator variabel diuji validitas dan reliabilitasnya mengunakan program SPSS v.20, kemudian model penelitian dianalisis dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dalam Supriyadi (2013: 101) yang merupakan suatu teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel laten (langsung) dengan variabel teramati sebagai indikator, hubungan antar variabel laten, serta kesalahan pengukuran. Menurut Latan (2012: 5) Structural Equation Modelling (SEM) memungkinkan peneliti untuk menguji dan mengestimasi secara simultan hubungan antara multiple exogeneous dan endogeneous variable dengan banyak indikator. Dengan analisis SEM menurut Latan (2012: 46), untuk mengestimasi model persamaan struktural terlebih dahulu dilakukan uji model pengukuran kemudian dilanjutkan dengan uji model struktural. Dari model penelitian yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji kelayakan model.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Peneliti melakukan penyaringan dengan kriteria responden yang pernah belanja secara online yaitu dengan pernyataan 4 dan 6 di dalam kuesioner tentang identitas responden, dan pernah berbelanja di provider yang menjual produk bukan jasa, yaitu
Gambar 1 Model Penelitian
C. Prosedur Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengirimkan kuesioner melalui Facebook (Google Form) dan secara langsung kepada responden yang telah melakukan pembelian secara online. Penyebaran kuesioner akan dilakukan dalam kurun waktu 05 Juni 2015 – 15 Juli 2015. Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah para responden yang pernah melakukan pembelian online. Sampel dalam penelitian ini adalah para pembeli online yang pernah (minimal 1 kali) membeli secara online yang terhubung dengan peneliti melalui sosial media Facebook.
Gambar 2 Uji model pengukuran
67
tesis
Uji T
rangan
Citra Merek berpengaruh 1,21 Ditolak terhadap Intensi Membeli Citra Merek berpengaruh H2 3,54 Diterima terhadap Citra Perusahaan Citra Perusahaan menunjukkan bahwaterhadap nilai Intensi Normed 4,65 Chi Square yang H3 berpengaruh Diterima didapatkanMembeli dalam penelitian ini adalah 2,32. Hal ini Citra Perusahaan berarti penelitian sudah baik 4,85 atau good fit. H4 model berpengaruh terhadap Diterima Nilai Kepercayaan RMSEAKonsumen dalam penelitian ini adalah Kepercayaan Konsumen 0,078H5yangberpengaruh berarti kelayakan model1,71 penelitian masih terhadap Intensi Ditolak Membeli dalam kategori sedang atau good fit. Nilai GFI yang Intensi Membeli dihasilkan dalam penelitian atau 86 % H6 berpengaruh terhadap ini adalah 2,910.86 Diterima Keputusan Membeli yang berarti kelayakan model penelitian masih dalam Kepercayaan Konsumen kategori sedang atauterhadap moderate fit. 3,00 Nilai CFI dalam H7 berpengaruh Diterima Membeli penelitian Keputusan ini adalah 0.94 atau 94 % yang berarti H1
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016
dengan pernyataan 7 di dalam kuesioner mengenai identitas responden. Apabila responden tidak menjawab pertanyaan kuesioner, maka jawaban responden tersebut tidak dapat dipakai di dalam penelitian. Kemudian untuk pernyataan 7, apabila responden menjawab hanya di provider yang menjual jasa (seperti traveloka dan E-tiket), maka jawaban responden tersebut tidak akan dipergunakan di dalam penelitian ini. Dari hasil uji validitas didapatkan bahwa semua indikator memiliki nilai loading factor >0,5 yang berarti semua indikator valid (Gambar 2). Hasil uji reliabilitas pada Tabel 1, menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha >0.6 yang menunjukkan bahwa instrumen penelitian reliabel. Tabel 1 Uji reliabilitas variabel Tabel 1 Uji Reliabilitas Variabelpenelitian Penelitian Variabel
Nilai Cronbach’s Alpha
Citra Merek
0,700
Reliabel
Citra Perusahaan 0,745 Tabel 1 Uji Reliabilitas Variabel Penelitian Kepercayaan Variabel Konsumen
0,854 Nilai Cronbach’s Alpha 0,627 0,700
Intensi Membeli Citra Merek Keputusan Citra Perusahaan Membeli Kepercayaan
Penjelasan
bahwa model penelitian ini sudah baik atau good fit. Tabel 5 Hasil Uji Kelayakan Model Penelitian (Goodness of Fit) Tabel 3 Hasil uji kelayakan model penelitian Indikator
Kriteria
Hasil Uji
Keterangan
Normed Chi Square RMSEA
1-3
2,32
Good Fit
0,05-0,08
0,078
Good Fit
GFI
>0,90
0,86
CFI
>0.90;>0,95
0,94
Moderate Fit Good Fit
Reliabel Reliabel Penjelasan Reliabel Reliabel
0,672 0,745
Reliabel Reliabel
0,854
Reliabel
Konsumen
Dari hasil uji model pengukuran didapatkan 0,627 Reliabel factor memiliki nilai loading >0,5 yang berarti semua0,672 indikator valid sehingga Keputusan Reliabel Tabel 2 Hasil Uji Hipotesis dapat mengukur variabel dengan baik. Membeli HipoHasil KeteDari uji model struktural didapatkan hasil uji Pernyataan tesis Uji T rangan hipotesis yang ditunjukkan pada Tabel 2. Hasil uji Citra Merekyang berpengaruh kelayakan model ditunjukkan Tabel 3 H1 1,21pada Ditolak Intensi Membeli bahwa semua indikator
terhadap Intensi Membeli
Tabel 2 HasilUji UjiHipotesis Hipotesis Tabel 2 Hasil Citra Merek berpengaruh H2
3,54 Diterima terhadap Citra Perusahaan Citra Perusahaan HipoHasil KetePernyataan H3 berpengaruh terhadap Intensi 4,65 Diterima tesis Uji T rangan Membeli CitraMerek Perusahaan Citra berpengaruh HH1 1,21 Ditolak berpengaruh terhadap 4,85 Diterima 4 terhadap Intensi Membeli Kepercayaan Konsumen Citra Merek berpengaruh H2 3,54 Diterima Kepercayaan terhadap Citra Konsumen Perusahaan H5 berpengaruh terhadap Intensi 1,71 Ditolak Citra Perusahaan Membeli terhadap Intensi H3 berpengaruh 4,65 Diterima Intensi Membeli Membeli H6 berpengaruh terhadap 2,91 Diterima Citra Perusahaan Keputusan Membeli H4 berpengaruh terhadap 4,85 Diterima KepercayaanKonsumen Konsumen Kepercayaan H7 berpengaruh Konsumen terhadap 3,00 Diterima Kepercayaan Keputusan Membeli H5 berpengaruh terhadap Intensi 1,71 Ditolak Membeli Intensi Membeli Tabel 5 Hasil Uji Kelayakan Model Penelitian (Goodness berpengaruh terhadap 2,91 Diterima 6 ofHFit) Keputusan Membeli Kepercayaan Konsumen H7 berpengaruh terhadap 3,00 Diterima Hasil Indikator Kriteria Keterangan Keputusan Membeli Uji
Normed Chi
1-3
2,32
Good Fit
RMSEA
0,05-0,08
0,078
Good Fit
GFI Indikator
>0,90 Kriteria
0,86 Hasil
Moderate Keterangan Fit
5 Hasil Uji Kelayakan Model Penelitian (Goodness 68Tabel of Fit)Square
IV. SIMPULAN Simpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah variabel citra merek berpengaruh positif terhadap variabel citra perusahaan dalam berbelanja secara online, artinya semakin baik citra merek akan semakin tinggi citra perusahaan yang berjualan secara online, variabel citra perusahaan berpengaruh positif terhadap variabel intensi membeli dalam berbelanja secara online, artinya, semakin tinggi citra perusahaan yang berjualan secara online akan semakin tinggi intensi membeli secara online, variabel citra perusahaan berpengaruh terhadap variabel kepercayaan konsumen dalam berbelanja secara online, artinya, semakin tinggi citra perusahaan yang berjualan secara online akan semakin tinggi juga kepercayaan konsumen untuk berbelanja secara online, variabel intensi membeli berpengaruh terhadap variabel keputusan membeli dalam berbelanja secara online, artinya semakin tinggi intensi membeli secara online maka semakin tinggi keputusan membeli secara online, variabel kepercayaan konsumen berpengaruh terhadap variabel keputusan membeli dalam berbelanja secara online, artinya semakin tinggi kepercayaan konsumen dalam berbelanja secara online akan semakin tinggi keputusan membeli secara online, dan kemudian di temukan variabel citra merek tidak berpengaruh terhadap variabel intensi membeli dalam berbelanja secara online, artinya semakin tinggi atau semakin rendah citra merek tidak menimbulkan
Herwin, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan...
akan intensi membeli secara online dan variabel kepercayaan konsumen tidak berpengaruh terhadap variabel intensi membeli dalam berbelanja secara online, artinya semakin tinggi atau semakin rendah kepercayaan konsumen dalam berbelanja secara online tidak membuat konsumen untuk memutuskan membeli secara online.
Edisi 13, Jilid 2. Jakarta: Erlangga, Alih Bahasa oleh Bob Sabran. Kotler, P. & Gary A. (2010). Principle of Marketin, 13th edition, Global Edition. Pearson Education Limited Harlow: England. Kotler, P. & Keller, K. L. (2013). Marketing Management, 14th edition, Horizon Edition. Pearson Education Limited Harlow: England.
V. DAFTAR RUJUKAN
Kountur, R. (2007). Metode Penelitian untuk Penulisan
Mohammad. et al. (2015). “E-commerce: Pengalaman Belanja Online Pertama Kali amat Penting”. Swa, Vol. 31 No.3 Februari, hlm 52-54.
Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM. Latan, H. (2012), Struktural Equation Modeling: Konsep dan Aplikasi Menggunakan Program LISREL 8.80.
Blackwell, R. D. et al. (2006). Consumer Behavior, 10 edition, th
International Student Edition. Mason: Thomson.
Bandung: Alfabeta Laudon. K. C. & Traver, C. G. (2012). E-Commerce 2012:
Diana, A. & Tjiptono, F. (2007). E-Business. Yogyakarta:
Business, Technology, Society, 8th edition. England: Pearson.
ANDI yang
Mahkota. A. P. et al.(2014). “Pengaruh Kepercayaan dan
terhadap
Kenyamanan terhadap Keputusan Pembelian Online
Layanan Internet Banking Mandiri: Studi Kasus pada
(Studi pada Pelanggan Website Ride Inc) ”. Jurnal
Karyawan Departmen Pekerjaan Umum Jakarta”. Tesis
Administrasi Bisnis, JAB; vol XIII no.2. hal 1-7.
Dwityanti.
E.
(2008).
mempengaruhi
“Analisis
Minat
Beli
Faktor-Faktor Konsumen
Universitas Diponegoro. Semarang. Fahrian. F. et al. (2015). “Pengaruh Citra Merek, Lokasi, Kepercayaan dan Kualitas Pelayanan terhadap Minat
Morrisan, M.A. (2012). Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu, edisi ke 1. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.
Membeli BBM di SPBU Gasindo Mekar Putra
Nurani, E. S. & Haryanto, J. O. (2015). “Pengaruh Celebrity
Semarang”. Jurnal Universitas Pendanaran; Vol 1
Endorser, Brand Association, Brand Personality dan
No.1, hlm 1-19.
Product Characteristics dalam Menciptakan Intensi
Ferrinadewi, E. (2008). Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Fisamawati. (2014). “Volume E-Commerce Relatif masih Kecil”. Marketing, Edisi 8/XIV/Agustus, hlm 82-83. Hartanto. A. & Haryanto, J. O. (2012). “Pengaruh Display, Kepercayaan Merek, Keakraban Merek, Persepsi Harga terhadap Intensi Pembelian dan Pembelian tak Terencana”. Proceeding For Call Paper. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Kristen Satya Wacana. Pekan Ilmiah Dosen. 14 Desember 2012, hal 261-282.
Pembelian (Studi pada Iklan Kuku Bima Ener-G Rosa Versi Chris John)”. Journal of Business and Execution; Univesitas Kristen Satya Wacana. vol 2 no.2. hal 104125. Nurmiyati (2009). “Analisis Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, dan Promosi Penjualan terhadap Citra Perusahaan (Studi pada CV. Aneka Ilmu Cabang Cirebon”. Tesis Universitas Diponegoro. Semarang. Oentoro, D. (2012). Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.
Koesuma. Z. Y. & Soesanto, H. (2011). “Analisis Pengaruh
Peter. J. P. & Olson, J. O (2002). Consumer Behavior
Kualitas Pelayanan, Nilai Pelanggan dan Citra
and Marketing Strategy, 6th edition, international
Perusahaan terhadap Minat Beli (Studi Kasus pada
edition:McGraw-Hill.o%3A+Roadmap+eCommer
Pelanggan PT. Indo Sunmotor Gemilang Semarang”.
ce+Selesai+dalam+Waktu+3++6+bulan/0/sorotan_
Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
media#.VS9vOJO-U2g.
Diponegoro, Semarang. Kotler, P. & Keller, K. L. (2008). Manajemen Pemasaran, Edisi 12, Jilid 1. Jakarta: PT. Indeks, Alih Bahasa oleh Benjamin Molan.
Pujadi. B. (2010). “Studi tentang Pengaruh Citra Merek terhadap Minat Beli melalui Sikap terhadap Merek”. Tesis Universitas Diponegoro. Semarang. Purba, J. S. (2012). “Analisis Pengaruh Persepsi Nilai
Kotler, P. & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran,
Konsumen terhadap Minat Beli Produk Private Label
Edisi 13, Jilid 1. Jakarta: Erlangga, Alih Bahasa oleh
Hypermarket Carrefour di Kota Semarang”. Skripsi
Bob Sabran.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Kotler, P. & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran,
Rahma, E. S. (2007). “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan
69
Kalbisocio,Volume 3 No. 2 Agustus 2016 dan Citra Merek terhadap Minat Beli dan Dampaknya pada
Keputusan
Pembelian”.
Tesis
Universitas
Rahman, M.S. (2012). “ Service Quality, Corporate Image, and Customer’s Satisfaction Towards Customer Perseption: an Explorationary Study on Telecom Customers in Bangladesh”. Business intelligence journal, Vol. 5 No.1, hlm 56-63. Salam, E. M. et al. (2013). “The Impact Of Corporate Image And Reputation On Service Quality, Customer Satisfaction And Customer Loyalty: Testing The Mediating Role. Case Analysis In An International Service Company”. The Business and Management Review. Vol. 3 N0.2, hlm 179-196. Disertai
Himpunan
Jurnal
Penelitian. Jakarta: Andi. Schiffman, L. G. & Joseph, L. W. (2015). Consumer Behavior, 11th edition, Global edition. Harlow: Pearson. Schiffman, L. G. & Leslie, L. K. (2004). Consumer Behavior, 8 edition, International Edition. New Jersey: Pearson. th
Suhari, Y. (2008). “Keputusan Membeli secara Online dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya”. Jurnal Teknologi Informasi Dinamik, Vol. XIII No.2, hal 140146.
70
Sunyoto, D. (2012). Konsep Dasar Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Yogyakarta: CAPS. Supriyadi, E. (2013). Analisis jalur dan Structural Equation Model. Jakarta: In Media. Thunggono, Y. B. & Suhardjo, S. (2011). “Pengaruh Kepuasan, Iklan dan Citra Perusahaan terhadap Kesetian Konsumen terhadap Program Software Antivirus AVG dengan Sikap terhadap Merek sebagai Variabel Intervening”. Derema (Develoment Resecarch of Management), Jurnal Manajemen, Vol. 6 No.2. hal 239-247.
Sangadji, M. E. & Sopiah. (2013). Perilaku Konsumen: Praktis
terhadap Kepercayaan serta Dampaknya pada Minat Beli”, Jurnal Adminstrasi Bisnis, Vol. 3 No.1, hal 1-6.
Diponegoro. Semarang.
Pendekatan
Suharyono & Srikandi, K. (2015). “Pengaruh Citra Perusahaan
Tjiptono, F. (2011). Manajemen & Strategi Merek, Edisi ke-1. Yoygyakarta: Penerbit Andi Wang, Y. & Cing, F. (2014). “The Relationship Between Brand Image and Purchase Intention: Evidence from Award Winning Mutual Fund”, The International Journal of Business and Finance Research, Vol. 8 No.2, hlm 2740.