Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN CITRA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI MOTOR HONDA Dedi Nurdianto
[email protected]
Tri Yuniati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT The purpose of this research is to find the significant of product quality influence to the purchasing decision of Honda motorcycle with image as mediator variable. Path analysis is used as analysis technique to analyze the influence of variables in this research. The population is the university students who use Honda motorcycle in Surabaya Indonesia School of Economic and the 100 respondents is selected as samples. The result of the research can be concluded that product quality can have direct influence to the purchasing decision as well as indirect influence by passing image as intervening variable then influence the purchasing decision. This condition shows that product quality is important to be considered by the company, since product quality is the main part of company’s strategy in order to achieve sustainable excellence either as the market leader or strategy should grow. Product superiority will create quality perception or good image to customers themselves. Keywords:
Product Quality, Image, Purchasing Decision
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian motor Honda dengan citra sebagai variabel pemediasi. Teknik analisa yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel dalam penelitian ini adalah metode analisis jalur (path analysis). Adapun populasi digunakan adalah mahasiswa pengguna sepeda motor Honda di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia dengan sampel sebesar 100 responden. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas produk dapat berpengaruh langsung terhadap keputusan pembelian maupun berpengaruh tidak langsung dengan melewati citra sebagai variabel intervening kemudian mempengaruhi keputusan pembelian. Kondisi ini menunjukkan kualitas produk merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas produk sebagai bagian utama dari strategi perusahaan dalam meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar maupun sebagai strategi harus tumbuh. Keunggulan suatu produk akan menimbulkan persepsi kualitas atau citra yang baik pada diri konsumen. Kata Kunci : Kualitas Produk, Citra, Keputusan Pembelian
PENDAHULUAN Dalam menunjang keberhasilan usaha maka perlu mengintensifkan usaha pemasaran produknya. Untuk menunjang keberhasilan usaha pemasaran tersebut, perlu adanya usaha untuk lebih mengenal produk kepada masyarakat luas dengan jalan promosi. Untuk kegiatan promosi yang merupakan usaha terbaik dari empat variable, yaitu menonjolkan kualitas produk dan citra, dalam perusahaan tersebut. Kualitas produk merupakan cerminan kemampuan produk untuk menjalankan tugasnya yang mencakup daya tahan, kehandalan atau kemanjuran, kekuatan, kemudahan dalam pengemasan dan reparasi produk dan ciri-ciri lainnya (Kotler, 2011; 273). Bagi penyedia, produk merupakan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
2
sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik, untuk penampilan produk dan kinerja yang dihasilkan. Citra adalah persepsi dan kepercayaan konsumen terhadap barang atau jasa yang memperkuat loyalitas merek dan meningkatkan pembelian ulang (Aker; 2010). Perusahaan selalu berusaha untuk menciptakan suatu citra yang baik, tepat dan sesuai dengan selera konsumen terhadap produk dan jasa yang dihasilkannya. Citra berperan untuk menimbulkan preferensi untuk melakukan pembelian. Citra perusahaan juga akan mempengaruhi citra produk dan selanjutnya akan mempengaruhi preferensi untuk melakukan pembelian. Citra perusahaan tidak bisa direkayasa, artinya citra akan datang dengan sendirinya dari upaya yang kita tempuh sehingga komunikasi dan keterbukaan perusahaan merupakan sebaliknya produk yang mutunya rendah akan sukar untuk memperoleh citra yang baik dari konsumen. Penjualan motor secara nasional selama dua bulan tahun ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan periode sama sebelumnya. Berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia, sepanjang dua bulan 2013 penjualan motor nasional mencapai 1.038.725 unit atau naik 32,8 persen dibandingkan periode sama sebelumnya sebanyak 782.323 unit. Penjualan motor merek Yamaha mendominasi dengan pangsa pasar sekitar 46,7 persen, bersaing ketat dengan produk Astra yakni Honda dengan pangsa pasar sekitar 45 persen. Sisanya penjualan motor merek Suzuki, Kawasaki dan lainnya. Tabel 1 Data Penjualan dan Pangsa Pasar Sepeda Motor di Indonesia Tahun 2009-2012 Merek Honda Yamaha Suzuki Kawasaki Lain-lain Total
2009 2.340.168 (52,85%) 1.458.561 (32,94%) 569.042 (12,85%) 33.686 (0,76%) 26.379 (0,60%) 4.427.835
2010 2.141.015 (45,67%) 1.833.506 (39,11%) 637.031 (13,39%) 38.314 (0,82%) 38.397 (0,82%) 4.688.263
2011 2.874.576 (46,24%) 2.465.546 (39,67%) 793.758 (12,77%) 44.690 (0,72%) 37.295 (0,60%) 6.215.865
2012 2.704.097 (45,97%) 2.674.892 (45,47%) 438.158 (7,45%) 61.217 (1,04%) 3.143 (0,06%) 5.881.777
Sumber: www.triatmono-wordpress.com yang diolah, 2013 Keputusan pembelian adalah sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang hendak melakukan pilihan maka ia harus memiliki pilihan alternatif. Sumarwan (2010:289) agar konsumen memiliki persepsi dan perasaan terhadap produk yang dikeluarkan perusahaan, maka produk harus benar-benar memiliki keistimewaan dan keunggulan tersendiri yang bisa membedakan produknya dengan produk pesaing, misalnya dengan melakukan inovasi terhadap produk yang dihasilkan, sehingga akan nampak lebih berkualitas. Jadi penelitian ini untuk menguji apakah kualitas produk dan citra secara simultan berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli motor Honda, apakah kualitas produk dan citra secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli motor Honda, dan apakah citra merupakan variabel intervening yang dapat memediasi pengaruh
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
3
kualitas produk terhadap keputusan konsumen dalam membeli motor Honda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dan citra secara simultan terhadap keputusan konsumen dalam membeli motor Honda, untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dan citra secara parsial terhadap keputusan konsumen dalam membeli motor Honda dan untuk mengetahui apakah citra merupakan variabel interevening yang dapat memediasi pengaruh kualitas produk terhadap keputusan konsumen dalam membeli motor Honda. TINJAUAN TEORITIS Pengertian Produk Produk, yaitu segala sesuatu yang ditawarkan kepada pangsa pasar agar diperhatikan, diminta, dipakai atau dikonsumsi sehingga memuaskan kebutuhan atau keinginan manusia. Istilah produk mempunyai bermacam-macam arti dan makna. Menurut Kotler (2011;47), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk menarik perhatian, pembelian atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Sedangkan menurut Tjiptono (2010:95), produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan dan ,dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Produk yang ditawarkan tersebut, berupa barang fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat organisasi, dan ide. Jadi, produk dapat berupa tangible maupun intangible yang dapat memuaskan kebutuhan manusia. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa produk bukan hanya bersifat fisik saja. Namun juga dapat bersifat non fisik yaitu jasa, prestise, perusahaan maupun gagasan. Klarifikasi produk berdasarkan berwujud atau tidaknya menurut Tjiptono (2010:98), adalah sebagai berikut: (a) Barang, yaitu merupakan produk yang berwujud fisik sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya; (b) Jasa, yaitu merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya, bengkel reparasi, salon kecantikan kursus, hotel, dan lembaga pendidikan. Produk yang beredar dipasaran saat ini sangat beragam. Produk tersebut dapat berupa barang fisik, jasa ataupun bauran antara keduanya. Produk jasa merupakan atribut pemasaran yang sangat penting. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan produk adalah segala sesuatu baik berwujud barang atau jasa yang digunakan untuk memuaskan konsumen, dimana tiap barang atau jasa tersebut memiliki manfaat yang berbeda. Menurut Kotler (2011:90), dalam merencanakan suatu tawaran pasar atau suatu produk, seorang pemasar harus berpikir melalui tiga tingkatan produk, adalah sebagai berikut: (a) Inti Produk, pada dasarnya merupakan jawaban yang sebenarnya tentang apa yang dibeli oleh seseorang pembeli. Pada intinya produk terlihat manfaat / jasa inti yang merupakan tugas pemasaran perusahaan untuk menginformasikan kepada pembeli; (b) Wujud Produk, inti produk diubah oleh seseorang perencana produk menjadi tingkat nyata dalam bentuk (wujud produk) memakai jawaban atau manfaat yang dibutuhkan oleh pembeli. Wujud produk memiliki lima karakteristik. Pertama, Mutu, yaitu merupakan kemampuan yang bisa dimiliki dari suatu merek dalam menjalankan suatu fungsinya. Kedua, Ciri Produk, yaitu karakter dari suatu produk yang menonjol / kelebihan dari suatu produk. Ketiga, Corak Gaya / Mode atau Ukuran Tertentu, yaitu dari bentuk suatu produk yang menonjolkan sifat-sifat tertentu yang dapat membedakan suatu produk dengan produk lain. Keempat, Merek atau Suatu Nama, Istilah, Lambang (desain) atau Gabungan, yaitu semua yang diharapkan akan mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari produk lain. Kelima, Kemasan,
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
4
yaitu bagi suatu produk yang bila direncanakan dengan baik dapat memberikan suatu daya tarik bagi para pembeli. Kualitas Produk Kualitas merupakan kemampuan sebuah produk atau jasa untuk memuaskan kebutuhan atau tuntutan dari pelanggan. Meningkatkan kualitas produk atau jasa merupakan tantangan dari kompetitif kritis yang dihadapi oleh perusahaan yang bergerak dipasar global. Ditinjau dari pandangan konsumen secara subyektif kebanyakan orang mengatakan bahwa kualitas adalah sesuatu yang cocok dengan selera. Produk atau jasa tersebut mempunyai kecocokan penggunaan bagi dirinya, pandangan lain bahwa kualitas adalah barang atau jasa yang dapat menaikkan status pemakainya. Menurut Ahyari (2010:333) mendefinisikan kualitas adalah: “Secara umum mutu atau kualitas adalah sebagai jumlah dari atribut atau sifat-sifat sebagaimana didiskripsikan dalam produk yang bersangkutan sehingga dengan demikian termasuk didalam kualitas ini adalah daya tahan dari produk, kenyamanan pemakai, daya guna dan lain sebagainya”. Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang diartikan kualitas dalam hal ini dibatasi pada pengertian kualitas suatu produk saja maka produk tersebut mempunyai sifat-sifat yang paling berhubungan yang dikatakan dengan mutu, sedang sifat-sifat tersebut meliputi: kekuatan, dimensi, tata warna, ukuran dan bentuk. Dalam perusahaan atau pabrik, menurut Assauri (2010:25) Istilah mutu itu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang atau jasa tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang atau jasa itu dibutuhkan. Produsen harus menyesuaikan produknya dengan kegunaanya, artinya kita tidak dapat mengatakan bahwa suatu kualitas itu baik atau buruk, karena hal ini tergantung pada pasar dimana produk itu berada. Suatu barang dikatakan kualitasnya baik, buruk atau sedang itu mengatakan tingkat kegunaan, tingkat kecocokan dan tujuan pemakainnya. Dimensi Kualitas Produk Dalam riset ini telah membicarakan tentang kualitas produk sedangkan dimensidimensi kualitas produk menurut Kotler (2011:329), adalah sebagai berikut: Pertama, Performance (Kinerja), yaitu seberapa baik suatu produk melakukan apa yang memang harus dilakukannya dan sejauh mana produk atau jasa digunakan dengan benar serta kemampuan perancang produk untuk menangani masalah dengan baik yang diberikan kepada konsumen. Kedua, Esthetic (keindahan), yaitu nilai keindahan atau daya tarik suatu produk, dan bagaimana daya tarik produk tersebut bisa menarik konsumen bahwa kualitas produk tidak tergantung dari kemampuan fungsional yang sering harus diperbaiki. Ketiga, Suitability (Kesesuaian), yaitu kesesuaian produk dalam standar yang baik pada kebutuhan yang ada pada masing-masing konsumen dari selera konsumen sampai kepuasan konsumen. Keempat, Features (Ciri-Ciri), yaitu ciri-ciri yang khas pada produk untuk meningkatkan fungsi dasar produk yang akan memudahkan konsumen selalu ingat produk tersebut. Citra Citra perusahaan (corporate image) merupakan kesan psikologis dan gambaran dari berbagai kegiatan suatu perusahaan di mata khalayak publiknya yang berdasarkan pengetahuan, dan tanggapan serta pengalaman-pengalaman yang telah diterimanya. Penilaian tertentu terhadap citra perusahaan oleh publiknya bisa berbentuk citra baik, sedang, dan buruk. Faktor-faktor yang mempengaruhi citra perusahaan, yaitu: (a) Orientasi terhadap manfaat yang telah diberikan atau diterima, dan sebagaimana diinginkan oleh
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
5
kelompok khalayak sasarannya; (b) Manfaat yang ditampilkan melalui kualitas atau kuantitas pelayanan cukup realistis dan mengesankan bagi khalayaknya; (c) Citra yang baik tersebut telah dipresentasikan berdasarkan kemampuan perusahaan, kebanggaan, nilai-nilai kepercayaan, kejujuran dan mudah dimengerti oleh publik sebagai khalayak sasaran; (d) Citra yang baik muncul dari akibat penilaian atau tanggapan publik, terhadap berbagai aktivitas, empati, prestasi, prestasi, dan reputasi perusahaan selama melakukan berbagai kegiatannya; (e) Citra baik perusahaan lainnya yang dapat timbul dari aspek yang menampilkan keseriusannya dalam tanggungjawab sosial perusahaan yang lebih peduli pada kelestarian lingkungan hidup, menggunakan teknologi ramah lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Pentingnya perusahaan yang mempunyai citra baik di mata konsumen, produk dan jasanya relatif lebih bisa diterima konsumen daripada perusahaan yang tidak mempunyai citra. Perusahaan yang memiliki citra positif di mata konsumen cenderung survive pada masa kritis, kalaupun menderita kerugian jumlah nominalnya jauh lebih kecil dibanding perusahaan yang citranya kurang baik, penyebabnya karena dimasa krisis masyarakat melakukan pengetatan keuangan, mereka akan lebih selektif dalam mengkonsumsi dan memilih yang secara resiko memang aman. Karena itu, umumnya mereka memilih salah satu faktor utama untuk mendapat citra perusahaan yang positif. Upaya membangun citra perusahaan tidak bisa dilakukan secara serampangan pada saat tertentu saja tetapi merupakan suatu proses yang panjang. Perusahaan yang memiliki citra yang positif pada umumnya berhasil membangun citranya setelah belajar banyak dari pengalaman Mereka berupaya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada masa lampau. Konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi sesuatu bukan hanya mengharapkan sekedar barang saja, akan tetapi ada sesuatu yang lain sesuatu yang lain itu dengan citra yang terbentuk dalam dirinya suatu perusahaan berkepentingan untuk memberikan informasi kepada publik agar dapat membentuk citra yang baik ada pepatah yang mengatakan bahwa citra merupakan poin awal untuk sukses dalam pemasaran istilah citra atau image ini mulai populer pada tahun 1950-an dalam konteks organisasi, perusahaan, nasional, dan sebagainya citra tidak dapat dibuat seperti barang dalam suatu pabrik, akan tetapi citra, yaitu kesan yang diperoleh sesuai dengan pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu citra yang ada pada perusahaan terbentuk dari bagaimana perusahaan tersebut melakukan kegiatan operasionalnya yang mempunyai landasan utama pada segi pelayanan. Suatu perusahaan harus mampu untuk melihat sendiri bagaimana citra yang ditampilkan kepada masyarakat yang dilayani perusahaan juga harus bisa memberikan suatu evaluasi apakah citra yang diberikan telah sesuai dengan yang diharapkan atau jika perlu ditingkatkan lagi. Jadi, citra ini dibentuk berdasarkan impresi atau pengalaman yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu sehingga pada akhirnya membangun suatu sikap mental. Sikap mental ini nantinya akan dipakai sebagai pertimbangan untuk mengambil keputusan karena citra dianggap mewakili totalitas pengetahuan seseorang terhadap sesuatu. Ciri-Ciri Pembentuk Citra Ciri-ciri produk atau jasa yang membentuk suatu citra berkaitan dengan unsurunsur kegiatan pemasaran. Ciri-ciri pembentuk citra yang sering bersinggungan dengan kegiatan pemasaran, misalnya merek, desain produk atau jasa, pelayanan, label, dan sebagainya. Program yang baik dalam suatu perencanaan dalam pengembangan produk atau jasa tidak akan lupa untuk mencantumkan kegiatan perusahaan yang mencakup ciri pembentuk citra untuk produk atau jasa atau perusahaannya.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
6
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi motivasi membeli konsumen adalah citra perusahaan. Pada kenyataannya, perusahaan yang memiliki banyak pelanggan dan dapat bertahan hidup yaitu perusahaan yang memiliki citra baik di mata konsumennya. Hal itu disebabkan karena konsumen termotivasi untuk mengadakan pembelian suatu produk pada perusahaan tersebut. Menurut Keller (2010;103) ada tiga tipe dalam brand association yang akan membentuk brand image. Pertama, Strength of Brand Association, yaitu faktor-faktor kritis yang menentukan dari informasi yang diingat oleh konsumen sehingga mempengaruhi keputusan merek mereka. Semakin seseorang memikirkan informasi suatu produk dan menghubungkannnya dengan pengetahuan merek yang ada, akan menghasilkan asosiasi merek yang kuat. Kedua, Favorability of Brand Association, yaitu Keberhasilan program pemasaran direfleksikan dalam penciptaan keuntungan asosiasi merek, ketika konsumen percaya bahwa suatu merek memiliki atribut dan keuntungan yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka dimana sikap positif suatu merek dibentuk secara keseluruhan. Ketiga, Uniqueness of Brand Association, yaitu keunikan yang dimiliki suatu merek sebagai suatu kelebihan sehingga memberikan alasan bagi konsumen untuk memilih merek tersebut dibandingkan merek lain. Esensi dari brand positioning adalah suatu merek yang memiliki competitive advantage yang menunjang atau “unique selling proposition” yang memberikan konsumen sebuah alasan yang memaksa mereka membeli suatu merek tertentu. Dimensi Citra Ketika konsumen mempunyai pengalaman yang baik atas penggunaan berbagai merek produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan, maka konsumen akan mempunyai citra yang positif atas perusahaan tersebut. Suatu perusahaan memiliki citra yang positif atau negatif melalui kesan yang benar berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. (Jefkins dan Yodin, 2011:23). Citra perusahaan dapat diukur dengan menggunakan dimensi citra. Dimensi-Dimensi dalam citra tersebut menurut Pina et al, (2010:7). Pertama, Persepsi, yaitu hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain individu akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya mengenai rangsang. Kedua, Reputasi merupakan estimasi atau penaksiran terhadap konsistensi suatu atribut sebuah entitas dari waktu ke waktu. Ketiga, Sikap merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu. Citra berperan untuk menimbulkan preferensi untuk melakukan pembelian. Citra perusahaan juga akan mempengaruhi citra produk dan selanjutnya akan mempengaruhi preferensi untuk melakukan pembelian pembentukan citra dipengaruhi familiritas terhadap produk dan perusahaan yang bersangkutan. Familiaritas dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang diterima oleh konsumen yang bersumber dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dan media massa. Jadi, dimensi citra adalah kesan terhadap objek tertentu karena kejelasan pengaruh visual dan pengaruh spiritual (arti yang terkandung dalam objek tersebut), bahwa arsitektur atau lingkungan binaan bukan gejala ketrampilan teknis semata namun juga mewartakan kesan penghayatan yang mempunyai arti tertentu. Citra suatu wadah kegiatan merupakan kesan yang terbentuk oleh persepsi pemakai terhadap karakter wadah. Identitas atau ciri khas tersebut berkaitan erat dengan karakter pembentuknya yang dapat diidentifikasikan melalui beberapa elemen tertentu. Citra perusahaan tidak bisa direkayasa, artinya citra akan datang dengan sendirinya dari upaya
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
7
yang kita tempuh sehingga komunikasi dan keterbukaan perusahaan merupakan sebaliknya produk yang mutunya rendah akan sukar untuk memperoleh citra yang baik dari konsumen. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan sebagai lembaga yang berusaha memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Tujuan dari bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan konumen dapat dikembangkan dan dipertahankan melalui strategi pemasaran. Menurut Mangkunegara (2010:3) perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa secara ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu yang secara langsung terlibat didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Swastha, 2010:9). Sedangkan menurut Simamora (2010:6) perilaku konsumen adalah proses sikap atau tingkah laku yang dilaksanakan seseorang atau konsumen di dalam merencanakan dan mengambil keputusan terhadap penggunaan suatu produk baik barang dan jasa. Model Perilaku Konsumen Model perilaku konsumen adalah sebuah bagan yang menunjukkan interaksi antara pemasar (marketer) dengan perilaku yang dimiliki konsumen (consumer behavior) yang menghasilkan suatu keputusan untuk mengambil atau menggunakan suatu merek (brand) tertentu. Dari tiga definisi yang telah dikemukakan sebelumnya dapat dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh individu yang menyangkut proses pengambilan keputusan dalam memilih, menilai, mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa untuk memuaskan konsumen. Dalam mempelajari perilaku konsumen tidak hanya meliputi kegiatan konsumen pada saat melakukan pembelian, tetapi sebenarnya meliputi segala kegiatan memilih, menilai, mendapatkan dan menggunakan produk tersebut. Untuk lebih jelas lagi model perilaku konsumen secara sederhana dapat ditunjukkan pada gambar 1. Dalam gambar 1 terdapat dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan atau pilihan konsumen, sebagai berikut: (a) Faktor pribadi (individual consumer); (b) Faktor lingkungan (environmental influences)
FEEDBACK TO CONSUMER The Individual Consumer Decision Making Environmental
Consumer Response
FEEDBACK TO MARKETER Gambar 1 Simple Model Of Consumer Behavior Sumber: Assael, et all (2011:18)
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
8
Proses Keputusan Pembelian Para pemasar memang perlu untuk memusatkan perhatian pada proses pembelian sacara keseluruhan bukan hanya pada keputusan membeli. Setiap konsumen melakukan baebagai macam keputusan dalam pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk, dan merek pada setiap periode tertentu. Berbagai macam keputusan harus dilakukan oleh konsumen pada setiap hari. Kita dapat membedakan lima peran yang dimainkan orang dalam keputusanpembelian (Sunarto 2011;126) sebagai berikut: (a) Pencetus yaitu seseorang yang pertama kali mengusulkan gagasan untuk membeli suatu produk atau jasa; (b) Pemberi pengaruh yaitu seseorang yang pandangan atau sasarannya mempengaruhi keputusan; (c) Pengambil keputusan yaitu seseorang yang mengambil keputusan untuk setiap komponen keputusan pembelian apakah membeli, tidak membeli, bagaimana membeli dan dimana akan membeli; (d) Pembeli yaitu orang yang melakukan pembelian yang sesungguhnya; (e) Pemakai : seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk dan jasa. Pengambilan keputusan konsumen berbeda–beda, bergantung pada jenis keputusan pembelian. Terdapat perbedaan yang besar antara membeli pasta gigi, sebuah raket tenis, sebuah mobil baru dan komputer pribadi. Pembeli yang kompleks dan mahal mungkin membutuhkan lebih banyak pertimbangan pembeli dan mahal mungkin membutuhkan lebih peserta. Assael membedakan empat jenis prilaku pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan merek–merek. Keempet jenis prilaku tersebut diperlihatkan dalam tabel dibawah ini : Tabel 2 Keterlibatan Dalam Pengambilan Keputusan Keterlibatan Tinggi Perbedaan besar antar merek Perbedaan kecil antar merek
Prilaku pembelian yang rumit Prilaku pembelian yang mengurangi ketidaknyamanan Sumber : Sunarto (2011:139)
Keterlibatan Rendah Prilaku pembelian yang mencari variasi Prilaku pembelian yang rutin
Dari tabel diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: Pertama, Keterlibatan tinggi artinya Prilaku pembeli komplek adalah suatu konsumen mempunyai prilaku pembelian kompleks ketika mereka sagat terlibat dalam suatu pembelian dan menyadari adanya perbedaan nyata antara berbagai merek. Para konsumen sangat terlibat bila suatu produk mahal, jarang dibeli, beresiko dan mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi. Biasanya konsumen tidak mengetahui banyak mengenai kategori produk dan harus banyak belajar, maka dari itu pembeli harus mengetahui suatu proses belajar terlibih dahulu sebelum membeli. Perilaku pembelian yang mengurangi ketidak sesuain kadang – kadang konsumen sangat terlibat dalam suatu pembelian tetapi tidak melihat banyak perbedaan dalam merek. Setelah pembelian tersebut konsumen itu mungkin mengalami ketidak sesuaian yang disebabkan oleh adanya hal tertentu yng mengganggu dari mobil itu atau mendengar hal – hal yang menyenangkan mengenai mobil lain. Konsumen akan waspada terhadap informasi yang dapat membenarkan keputusan dia. Kedua, Keterlibatan rendah yaitu Prilaku pembelian karena kebiasaan artinya banyak produk dibeli dengan kondisu rendahnya keterlibatan konsumen dantidak adanya perbedaan merek yang signifikan. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama, hal itu
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
9
karena kebiasaan bukan karena kesetiaan terhadap merek yng kuat. Prilaku konsumen dalam kasus produk dengan keterlibatan rendah tidak melalui urutan umum keyakinan, sikap dan prilaku. Konsumen tidak secara luas mencari informasi tantang merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan memutuskan merek apa yang akan dibeli. Perilaku pembelian yang mencari variasi yaitu beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang rendah namun perbedaan merek yang signifikan. Namun pada kesempatan berikutnya, konsumen mungkin mengambil merek lain karena bosen atau ingin mencari rasa yang berbeda. Pada saat konsumen memutuskan untuk membeli atau menggunakan suatu merek (brand) konsumen tersebut tidak akan gegabah untuk memilih suatu merek tanpa adanya informasi lebih lanjut mengenai merek (brand) dari media lain bahkan dari mulut ke mulut. Kotler dan Amstrong menggambarkan bagaimana proses pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap suatu merek (brand) seperti ditunjukkan pada gambar 2 PENGENALA N KEBUTUHAN
PENCARIAN INFORMASI
EVALUASI ALTERNATI F
Sumber: Kotler dan Amstrong (2011:179)
KEPUTUSAN PEMBELIAN
PERILAKU PASCA PEMBELIAN
Gambar 2 Proses Keputusan Pembelian Hubungan Kualitas Produk, Citra Terhadap Keputusan Pembelian Kualitas produk merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan oleh perusahaan, karena dengan kualitas produk yang baik akan memberikan kepuasan terhadap konsumen. Kualitas produk yang baik ini akan memberikan kepercayaan kepada konsumen dalam penggunaannya yang kemudian menjadi motivasi konsumen untuk membeli/ menikmati produk tersebut. Dapat dikatakan jika kualitas produk yang dihasilkan bagus dan terjamin maka penjualan akan meningkat, sehingga laba perusahaan juga akan ikut meningkat sedangkan jika kualitas produk yang dihasilkan kurang bagus maka penjualan akan menurun sehingga laba perusahaan akan ikut menurun pula. Konsumen akan sangat kecewa apabila harapan mereka terhadap dimensi ini tidak terpenuhi. Produk dikatakan mempunyai kinerja yang baik apabila produk tersebut mampu bekerja sesuai dengan keinginan. Menurut Tandjung (2010 : 81), kualitas produk adalah tingkatan dimana sebuah produk sesuai dengan harapan dan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen. Perlu diperhatikan, bahwa tidak semua konsumen menyukai kualitas terbaik dan layanan untuk setiap pembelian. Citra diasumsikan memiliki pengaruh pada pilihan konsumen terhadap perusahaan ketika atribut pelayanan sulit untuk dievaluasi, dan citra perusahaan dipercaya dapat menciptakan hallo effect untuk keputusan konsumen. Ketika konsumen dipuaskan dengan pelayanan yang diberikan dan sikap konsumen terhadap perusahaan akan membaik. Berdasarkan transaksi yang didorong oleh pengalaman kepuasan secara alamiah, beberapa penulis menentukan bahwa citra menentukan fungsi dari pengaruh kumulatif kepuasan atau ketidakpuasan konsumen. (Bolton dan Drew, dan Fornell et al., 2011). Ketika pelayanan sulit untuk dievaluasi, citra dipercaya menjadi faktor terpenting yang dapat mempengaruhi kualitas persepsikan, dan evaluasi konsumen terhadap keputusan pembelian. Image yang diyakini oleh konsumen terhadap suatu merek sangat bervariasi tergantung pada persepsi masing-masing individu. Saat ini masyarakat mulai terbuka wawasannya mengenai kualitas dan performance atas suatu produk. Apabila suatu produk
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
10
memiliki brand image positif dan diyakini oleh konsumen dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya, maka dengan sendirinya akan menumbuhkan keputusan pembelian konsumen akan produk yang ditawarkan. Sebaliknya jika brand image suatu produk negatif dimata konsumen, maka keputusan pembelian konsumen terhadap produk tersebut akan berkurang bahkan bisa juga konsumen tidak melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Pengembangan Hipotesis Berdasarkan pada landasan teori yang berupa teori-teori dan pendapat para ahli di atas maka hipotesis yang dikemukakan penulis adalah sebagai berikut: (a) kualitas produk berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli motor Honda; (b) Citra berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan konsumen dalam membeli motor Honda; (c) Citra merupakan variabel intervening yang dapat memediasi pengaruh kualitas produk terhadap keputusan konsumen dalam membeli motor Honda. METODE PENELITIAN Popupasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa pengguna sepeda motor Honda di lingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia. Teknik Pengambilan Sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling, hal ini disebabkan tidak diketahuinya probabilitas sampel yang akan dipilih. Jumlah populasi yang dipilih menjadi sampel adalah berdasarkan keputusan peneliti dan dibatasi oleh karakteristik tertentu yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan rumus yang dikutip Sugiyono (2010 : 85), dikarenakan jumlah populasi tidak diketahui (Unknow populations) dengan rumus sebagai berikut :
n
Z . p.q d
Keterangan : n = jumlah sampel. Z = harga standar normal (1,976) p = estimator proporsi populasi (0,5) d = interval/penyimpangan (0,10) q = 1-p Jadi besar sampel dapat di hitung sebagai berikut :
n
(1,976)(0,5)(0,5) = 97,6 dibulatkan menjadi 100 responden. (0,10)
Dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 100 responden. Adapun penilian jawaban responden tersebut akan diberi penilaian mengingat data-data dalam penelitian ini merupakan data kualitatif yang di kuantitatifkan maka menggunakan skala Likert dengan rentang skala 1-4 dengan kriteria sebagai berikut : Skala Kode Kategori interval Jawaban 1 Sangat tidak Setuju / Baik / Mempengaruhi d 2 Tidak Setuju / Baik / Mempengaruhi c 3 Setuju / Baik / Mempengaruhi b 4 Sangat Setuju / Baik / Mempengaruhi a
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
11
Teknik Pengumpulan Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer, data yang diperoleh langsung peneliti berasal dari obyek penelitian. Disini yang menjadi obyek adalah responden yang telah ditentukan oleh peneliti dengan mengumpulkan jawaban melalui butir-butir pertanyaan kuisioner. Berdasarkan sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer maka adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut: Pertama, Studi Kepustakaan untuk mempelajari dan mengumpulkan teori-teori dan konsep dalam buku-buku literatur yang berhubungan dengan pembahasan masalah sebagai landasan teoritis dalam pemecahan masalah yang ada. Kedua, Survey lapangan untuk mencari keterangan yang diperlukan untuk mendukung hipotesa yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ketempat penelitian, dengan menggunakan metode: (a) Wawancara (Interview) Adalah metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) deangan responden. Dalam wawancara tersebut proses interaksi antara pewawancara dengan responden. wawancara digukanan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahulan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti; (b) Kuisioner (Angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawab. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu diidentifikasi terlebih dahulu agar tidak terdapat perbedaan cara pandang terhadap variable penelitian. Variabel penelitian ini terdiri dari variable bebas (independent) dan variable terikat (dependent) yang masing-masing memiliki hubungan sebab-akibat. Variabel bebas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitas produk (KP), citra (C). Sedangkan variabel terikat (dependent) yaitu keputusan pembelian (KP). Definisi Operasional Variabel Masing-masing variabel bebas dan terikat didefinisikan sebagai berikut : Pertama, Kualitas Produk (KP) Kemampuan sebuah produk untuk dapat memuaskan kebutuhan atau tuntutan dari para pelanggan. Adapun indikator dari kualitas produk, sebagai berikut: (a) Bentuk (KP.1) Merupakan fisik dari produk tersebut yang dapat dilihat, dirasakan dan dimanfaatkan oleh konsumen; (b) Keistimewaan (KP.2) Merupakan karakteristik yang dapat melengkapi fungsi dasar dari produk; (c) Mutu kinerja (KP.3) Merupakan karakteristik dasar dari produk itu beroperasi; (d) Daya tahan (KP.4) Merupakan suatu ukuran usia produk yang diharapkan dalam kondisi normal atau berat, merupakan atribut yang berharga untuk produk-produk tertentu; (e) Gaya (KP.5) Merupakan sesuatu yang menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh produk itu bagi pembeli; (f) Rancangan (X1.6) Merupakan totalitas keistimewaan yang mempengaruhi penampilan dan fungsi suatu produk dari segi kebutuhan konsumen. Kedua, Variabel Citra (C) Citra merupakan kesan psikologis dan gambaran dari berbagai kegiatan suatu perusahaan di mata khalayak publiknya yang berdasarkan pengetahuan, dan tanggapan serta pengalaman-pengalaman yang telah diterimanya. Yang dimaksud dengan citra dalam penelitian ini adalah sebagai persepsi tentang sebuah merek yang digambarkan sebagai asosiasi merek (brand association). Adapun indikator dari citra, sebagai berikut: (a) Strength of Brand Association (C.1) adalah faktor-faktor kritis yang menentukan dari informasi yang diingat oleh konsumen sehingga mempengaruhi keputusan mereka. Semakin seseorang memikirkan informasi suatu produk dan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
12
menghubungkannya dengan pengetahuan merek yang ada, sehingga akan menghasilkan asosiasi merek yang kuat; (b) Favorability of Brand Association (C.2) adalah penciptaan keuntungan asosiasi merek, dimana ketika konsumen percaya bahwa suatu merek memiliki atribut dan keuntungan yang dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka, sikap positif suatu merek dibentuk secara keseluruhan; (c) Uniqueness of Brand Association (C3) adalah keunikan yang dimiliki suatu merek sebagai suatu kelebihan sehingga memberikan alasan bagi konsumen untuk memilih merek tersebut dibandingkan dengan merek yang lain. Ketiga, Keputusan Pembelian Konsumen (KP) adalah aktivitas konsumen yang dipengaruhi oleh beberapa faktor untuk mengambil suatu tindakan dalam memilih produk yang akan di beli. Adapun indikator yang di pergunakan adalah: (a) Keputusan konsumen membeli yang dipengaruhi oleh kualitas produk; (b) Keputusan konsumen membeli yang dipengaruhi oleh citra. Teknik Analisa Data Teknik analisis data adalah suatu kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan dari lapangan atau pustaka menjadi seperangkat hasil, baik dalam bentuk penemuan baru maupun dalam kebenaran hipotesis. Tujuan dari analisis data adalah untuk membatasi penemuan, sehingga menjadi data yang teratur dan lebih berarti. Dimana menganalisis data dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut: (a) Analisis Kualitatif metode analisa yang bertujuan untuk mengklasifikasikan keterangan fakta dan hasil penelitian. Dengan menggunakan data – data dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar dan dengan tidak menggunakan angka – angka ke dalam rumusan statistik; (b) Analisa kuantitatif metode analisis dengan menggunakan angka – angka kedalam rumusan statistik. Fungsinya untuk mengetahui bagaimana variabel yang satu berhubungan dengan variabel yang lain dan mempererat hasil analisa data kualitatif. PENGUJIAN HIPOTESIS Uji Validitas Menurut Santoso (2010:268) menyatakan bahwa validitas dalam penelitian di artikan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur peneliti tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada kemampuan atau tidak alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki. Jadi validitas merupakan kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur oleh sebab itu alat ukur yang valid akan memiliki varians kesalahan yang rendah sehingga diharapkan alat tersebut akan di percaya, bahwa angka yang dihasilkan merupakan angka yang sebenarnya. Menurut Santoso (2010:272) menyatakan bahwa tujuan pengujian validitas adalah proses menguji butir-butir pertanyaan yang ada dalam sebuah angket, apakah isi dan butir pertanyaan tersebtu sudah valid. Jika butir-butir sudah valid berarti butir tersebut sudah bisa untuk mengukur faktornya. Pengujian validitas menggunakan metode korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut : xy =
Dimana
:
∑ √[ ∑
(∑
(∑ )(∑ ) )][ ∑
(∑
)]
rxy = adalah korelasi product moment x dan y n = jumlah sampel x = indikator y = skor variabel
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
13
Pengujian validitas menggunakan ketentuan jika signifikansi dari r hitung atau r hasil > r tabel maka item variabel disimpulkan valid. Uji Reliabilitas Reliabilitas dapat diartikan tentang sejauh mana suatu pengukuran dapat memberikan suatu hasil yang relatif sama,jika dilakukan pengukuran kembali pada subyek penelitian yang sama, relatif dsama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaanperbedaan kecil di anrtara hsail beberapa kali pengukuran, atau dengan kata lain jika jawaban responden terhadap pertabyaan adalah konsisiten dari waktu ke waktu. Umar (2011:7) menyatakan bahwa reliabilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian atau keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. ∑
[ ][ ] Dimana : k = banyaknya belahan tes S2j = varian belahan j Sx2= varian skor tes Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara one shot method atau pengukuran sekali saja. Untuk mengukur reliabilitas dengan melihat cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 (Ghozali,2010 : 42). Uji Asumsi Klasik Pertama, Uji Autokorelasi (Korelasi Serial) Suatu asumsi penting dari model linier adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau kondisi yang berurutan diantara gangguan yang masuk dalam persamaan fungsi regresi. Konstanta Durbin-Watson (DW) dapat dipergunakan untuk pengujian, apakah terdapat autokorelasi variabel bebas terhadap penyimpangan fungsi gangguan (Ghozali, 2010: 96). kedua, Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Penelitian ini menggunakan plot probabilitas normal (Normal probability plot) untuk menguji kenormalitasan jika penyebaran data (titik) disekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi Normalitas. Ketiga, Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Salah satu cara mendeteksi adanya multikoniearitas adalah dengan melihat Tolerance dan Variance Inflasion Factor (VIF). Tolerance mengukur variabelitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cut off yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. (Ghozali, 2010:91). Keempat, Uji Heterokesdatisitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi terdapat kesamaan varians dari residu dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain sama, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians bebeda disebut heteroskedestisitas. (a) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada berbentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit ) maka telah terjadi heteroskedestisitas; (b) Jika ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah O pada Y, maka tidak terjadi heteroskedestisitas.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
14
Analisis Jalur (Path Analysis) Analisa data yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel dalam penelitian ini adalah metode analisis jalur (path analisis). Menurut Ghozali, (2010 : 99). Analisa jalur bertujuan untuk menerangkan akibat langsung dan tak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap seperangkat variabel lainnya yang merupakan variabel akibat. Analissi jalur merupakan perluasan dari analisis regresi. Didalam analisis regresi upaya mempelajari hubungan antar variabel tidak pernah mempermasalahkan mengapa hubungan tersebut ada atau tidak. Selain itu tidak pernah dipermasalahkan apakah hubungan yang ada antara variabel terikat (KP) dan variabel bebas (C) disebabkan oleh variabel X-nya sendiri atau ada variabel lain diantara kedua variabel tersebut sehingga variabel tidak secara langsung mempengaruhi variabel Y tetapi ada variabel lain sebagai variabel perantara (intervening).
Citra (Ci) p3
p2 Kualitas Produk (KP)
p1
Keputusan Pembelian (Pemb)
Gambar 4 Model Analisis Jalur (Path Analysis) Sumber : Ghozali, (2010:174) Dari model analisa jalur pada halaman sebelumnya dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural, yaitu persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan, (Ghozali, 2010: 175) sebagai berikut : Ci = b1 KP + e 1 (1) Pemb = b1 KP + b2 Ci + e 2 (2) Standardize koefisien untuk Kualitas Produk (KP) pada persamaan (1) akan memberikan nilai p2. Sedangkan koefisien untuk Kualitas Produk (KP) dan Citra (Ci) pada persamaan (2) akan memberikan nilai p1 dan p3. Pengaruh langsung KP ke Keputusan pembelian Pengaruh tak langsung KP ke Ci ke Keputusan pembelian
= p1 = p2 x p3 ___________
Total Pengaruh (korelasi) KP ke keputusan pembelian
= p1 + (p2 x p3)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Uji validitas dilakukan atas item-item pertanyaan pada kuesioner yaitu dengan jalan menghitung koefisien korelasi dari tiap–tiap pertanyaan dengan skor total yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan angka kritis r product moment. Tujuan dari uji validitas data adalah untuk melihat apakah variabel atau pertanyaan yang diajukan mewakili segala
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
15
informasi yang seharusnya diukur atau validitas menyangkut kemampuan suatu pertanyaan atau variabel dalam mengukur apa yang harus diukur.
Uji Reliabilitas Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara one shot methode atau pengukuran sekali saja. Untuk mengukur reliabilitas dengan melihat cronbach alpha. Suatu konstruk atau variabel dapat dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60. (Ghozali, 42:2010) Tabel. 3 Hasil Uji Reliabilitas
Sumber: out put spss
Dari hasil uji tersebut terlihat nilai cronbach’s alpha sebesar 0,613 lebih besar 0,60 yang berarti butir-butir pertanyaan dari seluruh variabel seluruhnya reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian. Uji Normalitas Uji Normalitas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji apakah dari variabel-variabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi normal, dapat diuji dengan metode Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik. Pendekatan Kolmogorov Smirnov, Menurut Santoso, (2011 : 214) dasar pengambilan keputusan, yaitu sebagai beikut: (a) Nilai Probabilitas > 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal; (b) Nilai Probabilitas < 0,05, maka hal ini berarti bahwa data tersebut tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil Uji Normalitas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 12.0. diperoleh hasil : Tabel. 4 Hasil Uji Normalitas
Sumber : Diolah penulis
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
16
Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Asymp sig (2tailed) sebesar 0,206 > 0,050, hal ini sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal dan dapat digunakan dalam penelitian. Pendekatan Grafik pendekatan kedua yang dipakai untuk menilai normalitas data dengan pendekatan grafik, yaitu grafik Normal P-P Plot of regresion standard dengan pengujian ini disyaratkan bahwa distribusi data penelitian harus mengikuti garis diagonal antara 0 dan pertemuan sumbu X dan Y. Grafik normalitas disajikan dalam gambar berikut: Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Keputusan Pembelian 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 5 Grafik Pengujian Normalitas Data Sumber: Diolah penulis Menurut Santoso (2011: 214) jika penyebaran data (titik) di sekitar sumbu diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa distribusi data telah mengikuti garis diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum. Prob.) dengan sumbu X (Observed Cum Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik melalui pendekatan Kolmogorov Smirnov maupun pendekatan grafik model regresi telah memenuhi asumsi normalitas. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas, Menurut Santoso, (2011 : 206) deteksi tidak adanya Multikolinieritas, sebagai berikut: (a) Mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10; (b) Mempunyai angka tolerance mendekati 1. Berdasarkan hasil Uji Multikolinieritas dengan alat bantu komputer yang menggunakan Program SPSS. 12.0. diperoleh hasil : Tabel. 5 Hasil Uji Multikolinieritas Variance Variabel
Influence Factor (VIF)
Kualitas Produk
1,209
Citra Sumber : Diolah penulis
1,209
Keterangan
Bebas Multikolinieritas Bebas Multikolinieritas
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
17
Berdasarkan pada tabel. di atas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Variance Influence Factor (VIF) pada seluruh variabel baik kualitas produk dan citra lebih kecil dari 10, dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka hal ini berarti model yang digunakan dalam penelitian tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bisa disebut juga dengan bebas dari Multikolinieritas, sehingga variabel tersebut dapat digunakan dalam penelitian. Uji Heteroskedaktisitas Uji Heteroskedaktisitas menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual (kesalahan pengganggu) satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedaktisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedaktisitas atau tidak terjadi Heteroskedaktisitas. Pendeteksian adanya heteroskedaktisitas menurut Santoso (2011: 210), jika sebaran titik-titik berada di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas, maka tidak terjadi heteroskedaktisitas. Scatterplot
Dependent Variable: Keputusan Pembelian
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4 -3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Gambar 6 Heteroskedaktisitas pada Regresi Linier Berganda Sumber: Diolah penulis Dari gambar di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas pada model regresi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi regresi linier berganda layak digunakan untuk interprestasi dan analisa lebih lanjut. Analisis Model 1 Analisis model I digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu kualitas produk terhadap citra sepeda motor merek Honda secara linier. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner tentang kualitas produk dan citra sepeda motor Honda kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.12.0. Adapun hasil dari olahan data tersebut dapat dibuat dalam model persamaan 1, sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
18
Tabel. 6 Koefisien Regresi
Sumber: Diolah penulis Persamaan Model I Dari tabel 12 diatas maka persamaan model I dapat ditulis sebagai berikut: Ci = 4,936 + 0,257KPrd Berdasarkan pada model persamaan regresi tersebut di atas, dapat diinterprestasikan, yaitu sebagai berikut: (a) Konstanta merupakan intersep variabel terikat jika variabel bebas = 0, hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model penelitian sebesar konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta adalah 4,936 menunjukkan bahwa jika variabel kualitas produk = 0 atau konstan, maka variabel citra akan sebesar 4,936; (b) Koefisien regresi variabel kualitas produk besarnya nilai koefisien regresi kualitas produk sebesar 0,257, nilai koefisien regresi ini bersifat positif yang menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel kualitas produk dengan citra sepeda motor Honda. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik persepsi konsumen atas kualitas produk motor Honda, maka citra sepeda motor tersebut semakin meningkat. Dengan kata lain jika kualitas produk naik satu satuan akan mendorong citra sepeda motor meningkat sebesar 0,257 satuan. Pengujian Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Citra Untuk melihat pengaruh kualitas produk terdahadap citra sepeda motor Honda dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 7 Hasil Perolehan t hitung dan Tingkat Signifikan Nilai Variabel thitung Standardized Sig Keterangan Beta Kualitas Produk
4,524
0,416 (P2)
0,000
Signifikan
Sumber: Diolah penulis Dari tabel di atas diperoleh tingkat signifikan untuk variabel kualitas produk sebesar 0,000 < = 0,050 (level of signifikan) yang menunjukkan pengaruh kualitas produk terhadap citra sepeda motor Honda adalah signifikan. Kualitas produk merupakan kemampuan sebuah produk atau jasa untuk memuaskan kebutuhan atau tuntutan dari pelanggan. Kualitas atau mutu suatu barang menjadi sangat penting artinya dalam dunia bisnis dengan ini kualitas dari barang yang diproduksi sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi/citra konsumen atas produk tersebut. Semakin tinggi citra produk dimata konsumen akan semakin terbuka kesempatan dalam meningkatkan nilai penjualan produk tersebut.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
19
Hasil pengujian menunjukkan kualitas produk berpengaruh signifikan positif terhadap citra sepeda motor Honda. Hasil ini menunjukkan semakin baik kualitas produk akan semakin meningkatkan citra produk tersebut pada konsumen. Hasil ini temuan ini menunjukkan bahwa perusahaan harus membuat kualitas produk yang dihasilkannya lebih dari pesaingnya, sebagai bagian utama dari strategi perusahaan dalam meraih keunggulan yang berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar maupun sebagai strategi harus tumbuh. Keunggulan suatu produk akan menimbulkan persepsi kualitas atau citra yang baik pada diri konsumen. Analisis Model II Analisis model II digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu kualitas produk dan citra sepeda motor merek Honda terhadap keputusan pembelian secara linier. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner tentang kualitas produk dan citra sepeda motor Honda kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS.12.0. Adapun hasil dari olahan data tersebut dapat dibuat dalam model persamaan regresi linier, sebagai berikut : Tabel 8 Koefisien Regresi
Sumber: Data diolah Persamaan Model II Dari tabel 9 diatas maka persamaan model II dapat ditulis sebagai berikut: KP = 1,932 + 0,251KProd +0,382Ci, berdasarkan pada model persamaan regresi tersebut di atas, dapat diinterprestasikan, yaitu sebagai berikut: (a) Konstanta merupakan intersep variabel terikat jika variabel bebas = 0, hal ini menunjukkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model penelitian sebesar konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta adalah -1,932 menunjukkan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari kualitas produk dan citra = 0 atau konstan, maka variabel keputusan pembelian akan sebesar 1,932; (b) Koefisien (b1) Untuk Variabel Kualitas Produk Besarnya nilai koefisien regresi kualitas produk sebesar 0,251, nilai koefisien regresi ini bersifat positif yang menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel kualitas produk dengan variabel keputusan pembelian. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik persepsi konsumen atas kualitas produk motor Honda, maka keputusan dalam melakukan pembelian produk tersebut semakin meningkat. Dengan kata lain jika kualitas produk naik satu satuan akan mendorong keputusan dalam melakukan pembelian meningkat sebesar 0,251 satuan dengan asumsi bahwa variabel brand image bersifat konstan; (c) Koefisien (b1) Untuk Variabel Citra Besarnya nilai koefisien regresi citra sebesar 0,382, nilai koefisien regresi ini bersifat positif yang menunjukkan adanya hubungan yang searah antara variabel citra dengan variabel keputusan pembelian. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin baik citra motor Honda dimata konsumen, maka keputusan dalam melakukan pembelian semakin meningkat.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
20
Dengan kata lain jika citra naik satu satuan akan mendorong keputusan dalam melakukan pembelian meningkat sebesar 0,382 satuan dengan asumsi bahwa variabel iklan tayangan televisi bersifat konstan Pengujian Secara Simultan Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui prosentase kontribusi variabel kualitas produk dan citra secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian. Hasil Perhitungan memalui alat bantu SPSS 12.0, tingkat koefisien determinasi dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 9 Moodel Summary
Sumber: Diolah penulis Melihat hasil output SPSS 12.0 tersebut di atas diketahui R square (R2) sebesar 0,494 atau 49,4 % yang berarti bahwa sumbangan atau kontribusi dari variabel variabel kualitas produk dan citra secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian adalah cukup besar. Sedangkan sisanya (100 % - 49,4% = 50,6%) dikontribusi oleh faktor lainnya. Koefisien korelasi berganda digunakan untuk mengukur keeratan hubungan secara simultan antara variabel kualitas produk dan citra secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian. Koefisien korelasi berganda ditunjukkan dengan (R) sebesar 0,703 atau 70,3 % yang mengindikasikan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel kualitas produk dan citra secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian memiliki hubungan yang erat. Pertama, Uji F, Yaitu untuk menguji pengaruh dari variabel kualitas produk dan citra secara bersamasama terhadap keputusan pembelian, digunakan Uji F dengan menggunakan taraf signifikan 5%. Adapun kriteria pengujian secara simultan dengan tingkat level of signifikan α = 5% yaitu sebagai berikut: (a) Jika nilai signifikansi Uji F > 0.05, maka H0 tidak berhasil ditolak dan H1 tidak terdukung, yang berarti variabel kualitas produk dan citra secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian; (b) Jika nilai signifikansi Uji F < 0.05, maka H0 berhasil ditolak dan H1 terdukung, yang berarti variabel kualitas produk dan citra secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil analisa dengan software SPSS 12.0. sebagai berikut. Tabel 10 Anova
Sumber: Diolah penulis
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
21
Dari hasil output analisa dengan software SPSS di atas didapat tingkat signifikan uji F = 0,000 < 0.05 (level of signifikan), yang menunjukkan pengaruh variabel kualitas produk dan citra secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor Honda ditentukan oleh seberapa baik persepsi mereka atas kualitas produk, serta seberapa baik persepsi mereka atas citra merek pada produk tersebut. Pengujian Secara Partial Uji hipotesis yang kedua adalah uji t yaitu menguji koefisien regresi secara parsial untuk mengetahui apakah masing-masing variabel kualitas produk dan citra mempunyai pengaruh terhadap variabel keputusan pembelian. Adapun prosedur pengujian yang digunakan, sebagai berikut: (a) Jika nilai signifikansi Uji t > 0.05, maka H0 tidak berhasil ditolak dan H1 tidak terdukung, yang berarti variabel kualitas produk dan citra secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian; (b) Jika nilai signifikansi Uji t < 0.05, maka H0 berhasil ditolak dan H1 terdukung, yang berarti variabel kualitas produk dan citra secara parsial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.
Variabel
Tabel 11 Hasil Perolehan t hitung dan Tingkat Signifikan Nilai thitung Standardized Sig Keterangan Beta
Kualitas Produk
5,421
0,430 (P1)
0,000
Signifikan
Citra
5,102
0,405 (P3)
0,000
Signifikan
Sumber: Diolah penulis Menurut hasil diatas Uji Parsial Pengaruh Kualitas Produk terhadap Keputusan Pembelian diperoleh tingkat signifikan untuk variabel kualitas produk sebesar 0,000 < = 0,050 (level of signifikan), menunjukkan pengaruh kualitas produk terhadap keputusan membeli sepeda motor Honda secara parsial adalah signifikan. Kualitas produk adalah tingkatan dimana sebuah produk sesuai dengan harapan dan spesifikasi yang diinginkan oleh konsumen. Perlu diperhatikan, bahwa tidak semua konsumen menyukai kualitas terbaik dan layanan untuk setiap pembelian. Pada banyak kasus masih dianggap lebih penting. Jadi, untuk dapat bertahan dan mencapai tujuan perusahaan yang bersifat umum, yaitu laba maka perusahaan perlu memprihatinkan kualitas produk agar konsumen merasa tertarik untuk membeli produk, Sedangkan menurut hasil Uji Parsial Pengaruh Citra terhadap Keputusan Pembelian diperoleh tingkat signifikan untuk variabel citra sebesar 0,000 < = 0,050 (level of signifikan), menunjukkan pengaruh citra terhadap keputusan membeli sepeda motor Honda adalah signifikan. Citra merupakan persepsi tentang sebuah merek yang digambarkan sebagai asosiasi merek yang ada dalam ingatan konsumen. Brand association (asosiasi merek) adalah informasi lain yang dihubungkan dengan merek dalam ingatan dan mengandung arti merek bagi konsumen. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengaruh variabel citra bersifat positif terhadap keputusan pembelian sepeda motor Honda, hasil ini menunjukkan semakin baik citra seseorang terhadap sepeda motor tersebut semakin menambah kuat keyakinan dan kesan mereka yang terbentuk terhadap produk tersebut. Image yang diyakini oleh
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
22
konsumen terhadap suatu merek sangat bervariasi tergantung pada persepsi masingmasing individu. Saat ini masyarakat mulai terbuka wawasannya mengenai kualitas dan performance atas suatu produk. Apabila suatu produk memiliki citra positif dan diyakini oleh konsumen dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya, maka dengan sendirinya akan menumbuhkan keputusan pembelian konsumen akan produk yang ditawarkan. Sebaliknya jika citra suatu produk negatif dimata konsumen, maka keputusan pembelian konsumen terhadap produk tersebut akan berkurang bahkan bisa juga konsumen tidak melakukan pembelian terhadap produk tersebut Analisis Jalur (Path Analysis) Analisis jalur digunakan untuk mengetahui kualitas produk berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap tingkat keputusan pembelian yang dimediasi oleh citra sepeda motor Honda. Tabel 12 Analisis Jalur Nilai Variabel thitung Standardized Sig Keterangan Beta Kualitas Produk-Keputusan 5,421 0,430 (P1) 0,000 Signifikan Pembelian Citra – Keputusan Pembelian
5,102
0,405 (P3)
0,000
Signifikan
Kualitas Produk - Citra
4,524
0,416 (P2)
0,000
Signifikan
Sumber: Diolah penulis Dari tabel diatas dapat dilihat hasil perhitungan program SPSS 12.0 menunjukkan pengaruh kualitas produk dan citra masing-masing berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Demikian juga pengaruh kualitas produk terhadap citra menunjukkan pengaruh yang signifikan. Kondisi ini dapat disimpulkan bahwa kualitas produk dapat berpengaruh langsung terhadap keputusan pembelian maupun berpengaruh tidak langsung dengan melewati citra sebagai variabel intervening kemudian mempengaruhi keputusan pembelian. Besarnya pengaruh langsung antara kualitas produk dengan keputusan pembelian sebesar P1 = 0,430. Sedangkan pengaruh tidak langsung sebesar dihitung dengan mengalikan P2 x P3 = 0,416 x 0,405 = 0,168 Total pengaruh variabel kualitas produk baik secara langsung maupun saat dimediasi oleh citra terhadap keputusan pembelian adalah sebagai berikut : Total Pengaruh Kualitas Produk = (P1) + (P2) (P3) - Pengaruh langsung = 0,430 - Pengaruh tidak langsung (0,416 x 0,405) = 0,168 _________
Total pengaruh Kualitas Produk
= 0,598
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
23
Citra (Ci) p3 = 0,405 p2 = 0,416 Kualitas Produk (KP)
p1= 0,430
Keputusan Pembelian (Pemb)
Gambar 7 Analisis Jalur Sumber: Diolah penulis Dari gambar analisis jalur diatas terlihat kualitas produk dapat berpengaruh langsung dengan keputusan pembelian dengan besarnya pengaruh langsung sebesar 0,430 dan besarnya pengaruh tidak langsung sebesar 0,168 sehingga total pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian motor Honda yang dimediasi oleh citra sebesar 0,598. Kualitas merupakan kemampuan sebuah produk atau jasa untuk memuaskan kebutuhan atau tuntutan dari pelanggan. Meningkatkan kualitas produk atau jasa merupakan tantangan dari kompetitif kritis yang dihadapi oleh perusahaan yang bergerak dipasar global. Kualitas produk yang baik ini akan memberikan kepercayaan dan persepsi (citra) yang baik juga kepada konsumen dalam penggunaan produk tersebut yang kemudian menjadi motivasi konsumen untuk membeli / menikmati produk tersebut. Sumarwan (2010:289) agar konsumen memiliki persepsi dan perasaan terhadap produk yang dikeluarkan perusahaan, maka produk harus benar-benar memiliki keistimewaan dan keunggulan tersendiri yang bisa membedakan produknya dengan produk pesaing, misalnya dengan melakukan inovasi terhadap produk yang dihasilkan, sehingga akan nampak lebih berkualitas hal ini akan membentuk persepsi (citra) yang baik sehingga konsumen mau membeli produk tersebut. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Dari hasil penilitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) Hasil pengujian simultan menunjukkan variabel kualitas produk dan citra secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil ini mengindikasikan bahwa naik turunnya keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor Honda ditentukan oleh kualitas produk dan citra merek produk tersebut. (b) Tingkat koefisien kolerasi yang dihasilkan sebesar 70,3 % yang mengindikasikan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel kualitas produk dan citra secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian memiliki hubungan yang erat. (c) Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas produk mempunyai pengaruh secara langsung yang signifikan terhadap keputusan pembeian demikian juga saat dimediasi oleh citra mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian motor Honda.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 10 (2013)
24
SARAN Berdasarkan kesimpulan yang ada maka penulis dapat memberikan saran– saran sebagai berikut: (a) Perusahaan lebih meningkatkan kualitas motor yang diproduksi dan selalu melakukan inovasi yang lebih menarik. Hal ini dilakukan agar konsumen memiliki pilihan yang semakin banyak dalam membeli produk yang dihasilkan; (b) Perusahaan menciptakan citra produk yang baik dimata konsumen. Hal ini dilakukan agar konsumen terus memberikan perhatian dan gambaran pada produk tersebut, sehingga jika mereka menginginkan produk sepeda motor gambaran pertama yang ada dalam benak mereka adalah motor Honda; (c) Untuk lebih meningkatkan niat beli konsumen, perusahaan lebih meningkatkan lagi akan kualitas pelayanan yang diberikan baik saat pembelian maupun purna pembelian, sehingga konsumen akan merasakan bahwa pabrikan morot Honda selalu memberikan total pelayanan yang sangat besar untuk memuaskan konsumen. DAFTAR PUSTAKA
Aaker. 2011. Managing Brand Equity Capitalizing on the Value of A Brand Name. New York. Ahyari. 2010. Dasar-Dasar manajemen. Edisi I. Jilid Dua. UGM. Penerbit BPFE. Yogyakarta Assauri. 2010. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi IV, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Bolton et al. 2011. “A Multistage Model of Customers Asessments of Services Quality and Value”, Journal of Consumers Research. Vol. 17, March, pp. 275-284. Ghozali. 2010. Analisis Multvariat Dan Percobaan Dengan SPSS, Edisi Pertama, Penerbit PT Elek Media Komputindo, Jakarta. Jefkins, F and Y, Daniel. 2011. Public Relations. Alih Bahasa Oleh Haris Manandar. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta. Keller. 2010. Strategic Brand Management : Building, Measuring and Managing Brand Equity. International Edition, Pearson Education. New Jersey. Kotler, P dan Gary A. 2011. Dasar – dasar Pemasaran. Edisi Kesembilan. Jilid I.Penerbit PT. Indeks Kel. Gramedia. Jakarta. Mangkunegara P. A., 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia cetakan ke-3. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Pina, et al. 2010. Modelling the Impact of Services Brand Extension on Corporate Image. School Working Papers Series. Santoso, S., 2010, Statistik Multivariat, Penerbit PT Elek Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. __________ 2011. Riset Pemasaran Konsep dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Simamora, H., 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Ketiga, STIE YKPN, Yogyakarta. Sumarwan, U. 2010. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya Dalam Pemasaran. PT. Ghalia Indonesia. Bogor. Sunarto, 2011, Perilaku Konsumen, Cetakan Pertama, Penerbit Bina Rupa Aksara, Jakarta. Swastha, B., 2010, Manajemen Penjualan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Tandjung, J.W., 2010. Marketing Management: Pendekatan pada Nilai-Nilai Pelanggan. Penerbit Banyumedia Publishing. Malang. Tjiptono, F., 2010. Strategi Pemasaran, Andy Offset. Yogyakarta. Umar, H., 2011. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. www.triatmono-wordpress.com, 2013.