PT. GUTEG HARINDO
EXECUTIVE SUMMARY KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
I. LATAR BELAKANG Komitmen Pemerintah dalam rangka pemerataan pembangunan nasional saat ini semakin kuat. Hal ini terwujud dengan telah ditetapkannya proyeksi anggaran infrastruktur prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) III 2014 – 2019 yang dinyatakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) adalah sebesar Rp 5.452 triliun. Jumlah yang sangat besar ini diperlukan agar Indonesia mencapai sasaran Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) pada tahun 2025 yaitu mencapai negara dengan pendapatan menengah. Kondisi geografis Indonesia yang kepulauan tentu saja membutuhkan jaringan infrastruktur jalan yang andal guna menjalin interaksi antar wilayah nusantara. Infrastruktur jalan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota diharapkan mampu terintegrasi secara lokal agar dapat terhubung secara global. Saat ini, jaringan jalan di Indonesia masih dibawah capaian kemantapan jalan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh banyak hal yang antara lain adalah terbatasnya anggaran infrastruktur nasional, rendahnya kualitas hasil pekerjaan perkerasan jalan, minimnya penguasaan teknologi perkerasan jalan, kualitas material aspal yang fluktuatif, dsb. Penyelenggaraan proyek konstruksi yang efektif, efisien dan berkualitas perlu didukung oleh jaminan kualitas sumber daya konstruksi. Dalam hal jaminan kualitas, spesifikasi menjadi suatu alat (tools) yang dapat dijadikan acuan untuk menilai baik atau tidaknya suatu kualitas. Semakin baik spesifikasi yang dipersyaratkan dari suatu produk input, maka akan semakin baik pula produk outputnya. Pekerjaan perkerasan jalan merupakan pekerjaan yang membutuhkan dukungan teknologi yang salah satunya adalah alat produksi asphalt yaitu Asphalt Mixing Plant (AMP). Dukungan AMP yang andal menjadi salah satu kunci keberhasilan terjaminnya capaian kualitas produk jalan. Pemilihan AMP yang tepat dan sesuai spesifikasi menjadi suatu pedoman penting bagi setiap penanggungjawab dan penyelenggara konstruksi jalan. Selain itu, dukungan operator dan mekanik AMP yang bersertifikasi menjadi suatu paket yang tak terpisahkan. Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
1
PT. GUTEG HARINDO
Sebagai salah satu upaya menjawab tantangan permasalahan pekerjaan jalan, Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bermaksud melakukan Kajian dengan tema: “Kinerja Peralatan Asphalt Mixing Plant (AMP) untuk Mendukung Jaringan Jalan di Indonesia”. Hasil dari kegiatan ini diharapkan dapat memperoleh informasi terkait kinerja AMP yang ada (existing) dan upayaupaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja AMP dalam mendukung penyelenggaraan jalan di Indonesia.
II. TUJUAN DAN SASARAN 2.1. Maksud Maksud kegiatan ini adalah untuk mendapatkan kompilasi data kinerja peralatan Asphalt
Mixing
Plant (AMP) yang meliputi sebaran lokasi alat, jumlah, kapasitas AMP, type, tahun pembuatan dan merk serta jumlah penggunaan aspal. 2.2. Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah merumuskan rekomendasi peningkatan kinerja peralatan AMP dalam mendukung pembangunan dan peningkatan jalan di Indonesia.
2.3. Sasaran Sasaran dari kegiatan ini adalah diketahuinya sebaran lokasi alat, jumlah, kapasitas AMP, jumlah aspal yang dihasilkan serta menyusun estimasi terhadap jumlah aspal yang dihasilkan dan penggunaan aspal baik asbuton maupun aspal minyak yang berasal dari penggunaan Asphalt Mixing Plant (AMP) di Indonesia.
III. KAJIAN LITERATUR 3.1. Asphalt Mixing Plant Asphalt mixing plant/AMP (unit produksi campuran beraspal) adalah seperangkat peralatan mekanik dan elektronik dimana agregat dipanaskan,
dikeringkan dan dicampur dengan aspal untuk
menghasilkan campuran beraspal panas yang memenuhi persyaratan tertentu. AMP dapat terletak di lokasi yang permanen atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
2
PT. GUTEG HARINDO
3.1.1.
Peralatan Unit Produksi AMP
Apabila ditinjau dari unit memproduksi campuran beraspal dan kelengkapannya, terdiri dari tiga jenis AMP, yaitu : jenis takaran (batch plant), jenis menerus (continuous plant), jenis drum. a)
Proses pencampuran campuran beraspal pada AMP jenis takaran dimulai dengan penimbangan agregat, bahan pengisi (filler) bila diperlukan dan aspal sesuai komposisi yang telah ditentukan berdasarkan Rencana Campuran Kerja (RCK) dan dicampur pada pencampur (mixer/pugmill) dalam waktu tertentu. Pengaturan besarnya bukaan pintu bin dingin dilakukan untuk menyesuaikan gradasi agregat dengan rencana komposisi campuran, sehingga aliran material ke masing - masing bin pada bin panas menjadi lancar dan berimbang. Unit produksi AMP jenis takaran/timbangan dapat dilihat pada Gambar 1
b)
Proses pencampuran pada unit produksi campuran beraspal jenis menerus, komposisi campuran didapat dengan cara pengaturan keluaran agregat dari bin panas yang dicampur dengan jumlah aspal yang diatur melalui pengaturan kecepatan pompa. Unit produksi AMP jenis menerus dapat dilihat pada Gambar 2.
c)
Proses pencampuran pada AMP jenis pencampur drum, agregat panas langsung dicampur dengan aspal panas di dalam drum pemanas atau di dalam silo pencampur di luar drum pemanas. Penggabungan agregat dilakukan dengan cara mengatur bukaan pintu pada bin dingin dan pemberian aspal ditentukan berdasarkan kecepatan pengaliran dari pompa aspal. Unit produksi AMP jenis menerus dapat dilihat pada Gambar 3.
Namun secara umum kebanyakan AMP dikategorikan atas jenis takaran (timbangan) atau jenis drum pencampur. Perbedaan utama dari AMP jenis timbangan dan jenis drum adalah dalam hal kelengkapan dan proses bekerjanya. Pada AMP jenis timbangan komposisi bahan dalam campuran beraspal ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan sedangkan pada AMP jenis pencampur drum komposisi bahan dalam campuran ditentukan berdasarkan berat masing-masing bahan yang diubah ke dalam satuan volume atau dalam aliran berat per satuan waktu. Terlepas dari perbedaan jenis dari AMP, tujuan dasarnya adalah sama. Yaitu untuk menghasilkan campuran beraspal panas yang mengandung bahan pengikat dan agregat yang memenuhi semua persyaratan spesifikasi . Perbedaan dalam hal kelengkapan dari kedua jenis AMP tersebut adalah; AMP jenis takaran dilengkapi saringan panas (hot screen), bin panas (hot bin), timbangan (weight hopper) dan
pencampur (pugmill/mixer) sedangkan pada AMP jenis pencampur drum kelengkapan tersebut tidak tersedia. Tentunya kedua jenis AMP tersebut juga mempunyai persamaan yaitu sama-sama dilengkapi bin dingin, pengontrol dan pengumpul debu serta pencampur.
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
3
PT. GUTEG HARINDO
Keterangan Gambar : 1. Bin dingin (cold bins) 3. Sistem pemasok agregat dingin (cold elevator) 5. Pengumpul debu (dust collector) 7. Sistem pemasok agregat panas (hot elevator) 9. Bin panas (hot bins) 11. Pencampur (mixer atau pugmill) 13. Tangki aspal (hot asphalt storage)
2. cold feed gate 4. Pengering (dryer) 6. Cerobong pembuangan (exhaust stack) 8. Unit ayakan panas (hot screening unit) 10. Timbangan Agregat (weigh box) 12. Penyimpanan filler (mineral filler storage) 14. Penimbangan aspal (aspal weigh bucket).
Gambar 1. Skema Unit AMP jenis takaran ( batch plant ) Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1996)
Keterangan gambar : 1. Bin dingin 3. Pengering 5. Cerobong asap 7. Elevator panas 9. Bin panas
2. Elevator dingin 4. Pengumpul debu 6. Tangki aspal 8. Unit ayakan 10. Elevator panas
Gambar 2. Skema Unit AMP jenis menerus ( continous plant ) Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1996)
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
4
PT. GUTEG HARINDO
Keterangan Gambar : 1. Bin dingin 2. Ban berjalan membawa agregat dingin 3. Timbangan otomatis 4. Drum pengering dan pencampur 5. Pompa aspal
6. Tangki aspal 7. Pengumpul debu 8. Ban berjalan membawa campuran panas 9. Penampung campuran panas 10. Ruang kontrol
Gambar 3. AMP jenis pencampur drum (drum mix) Sumber: Departemen Pekerjaan Umum (1996)
3.1.2.
Proses Pencampuran Aspal Beton Menggunakan Asbuton
Jenis Asbuton granular ( berbutir) antara lain BGA dan LGA. AMP yang digunakan harus ditambah komponen lain yang bisa menimbang, mengangkut asbuton ke pugmill tanpa merusak komponen AMP yang ada (asbuton feeder system). Unit AMP menggunakan asbuton dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Alat Asphalt Mixing Plant Menggunakan Asbuton.
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
5
PT. GUTEG HARINDO
3.1.3.
Kapasitas Asphalt Mixing Plant
Kapasitas AMP bervariasi dan umumnya berkisar dari 500 kg sampai 1200 kg per batch atau lebih besar. Proses pencampuran untuk masing-masing batch sekitar 40 menit. Untuk jalan-jalan dengan lalu-lintas padat dan berat disarankan menggunakan kapasitas AMP yang lebih besar dari 800 kg per batch. Beberapa keunggulan dari penggunaan kapasitas 800 kg per batch atau lebih adalah sebagai berikut:
Penggunaan kapasitas yang besar akan membantu menghasilkan campuran yang relatif seragam dan mengurangi faktor ketidakpastian.
Kapasitas yang lebih besar relatif lebih menjamin kelancaran pasokan campuran beraspal ke unit penghampar. Pasokan yang tidak lancar pada unit penghampar dapat mengakibatkan permukaan jalan tidak rata dan kepadatan tidak tercapai, karena campuran di bawah alat penghampar telah dingin sehingga pada bagian tersebut sulit diratakan dan dipadatkan.
Kapasitas yang besar akan mempercepat penyelesaian pekerjaan, yang berarti mengurangi gangguan terhadap kelancaran lalu-lintas. Pada jalan-jalan utama gangguan akibat adanya pekerjaan pelapisan ulang sangat besar pengaruhnya.
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Bagan Alir Suatu metoda studi dikembangkan untuk memberikan jaminan (assurance) bahwa sasaran atau keluaran studi ini dapat dicapai dengan tepat dan akurat. Metodologi studi secara diagramatis dijelaskan pada Gambar 5.
4.2. Lokasi Kegiatan Kegiatan kajian ini berpusat di Jakarta dan akan dilaksanakan survei di 3 provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan. Lokasi kegiatan telah mencerminkan wilayah perwakilan kajian.
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
6
PT. GUTEG HARINDO
LAPORAN PENDAHULUAN
MULAI PERSIAPAN: PENYUSUNAN METODOLOGI STUDI & RENCANA KERJA PENGUMPULAN DATA AWAL DAN HASIL-HASIL KAJIAN TERKAIT SEBELUMNYA PELAKSANAAN FGD I
PENGUMPULAN DATA RENCANA PEMBANGUNAN & PENINGKATAN JALAN OLEH PEMERINTAH PADA TAHUN ANGGARAN 2016
KAPASITAS KEMAMPUAN ASPHALT MIXING PLANT DALAM MEMPRODUKSI CAMPURAN ASPAL (SUPPLY)
ESTIMASI KEBUTUHAN ASPAL MENDUKUNG PEMBANGUNAN & PENINGKATAN JALAN (DEMAND)
LAPORAN ANTARA
PENGUMPULAN DATA JUMLAH, SEBARAN LOKASI, JENIS, MEREK, TIPE, TAHUN & PABRIK PEMBUATAN, KAPASITAS ASPHALT MIXING PLANT (ASPAL MINYAK & ASBUTON) DI INDONESIA
ANALISIS KINERJA ASPHALT MIXING PLANT DALAM MENDUKUNG KEBUTUHAN PEMBANGUNAN & PENINGKATAN JALAN DI INDONESIA (ANALISIS KESENJANGAN SUPPL DAN DEMAND)
KONSEP LAPORAN AKHIR
WORKSHOP 1 (SURABAYA) VERIFIKASI & VALIDASI KINERJA AMP DALAM MENDUKUNG JARINGAN JALAN WILAYAH JAWA, BALI, NTB, NTT & KALIMANTAN
WORKSHOP 2 (PALEMBANG) VERIFIKASI & VALIDASI KINERJA AMP DALAM MENDUKUNG JARINGAN JALAN WILAYAH SUMATERA
WORKSHOP 3 (MAKASSAR) VERIFIKASI & VALIDASI KINERJA AMP DALAM MENDUKUNG JARINGAN JALAN WILAYAH SULAWESI, KEP. MALUKU & PAPUA
PERUMUSAN REKOMENDASI PENINGKATAN KINERJA AMP DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN & PENINGKATAN JALAN DI INDONESIA
LAPORAN AKHIR
PELAKSANAAN FGD II PENYEMPURNAAN HASIL KAJIAN & RUMUSAN REKOMENDASI HASIL KAJIAN KOMPILASI DATA KINERJA KAPASITAS AMP & REKOMENDASI PENINGKATAN KINERJA AMP DALAM MENDUKUNG JALAN DI INDONESIA
SELESAI
Gambar 4. Metodologi Studi Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
7
PT. GUTEG HARINDO
V. HASIL KAJIAN 5.1. Identifikasi Awal Sebaran Pembangunan Jalan di Indonesia
No.
KEGIATAN
ALOKASI TA. 2016 (Rp. Milyar) Jumlah
1.
DITJEN BINA MARGA
45,201
Preservasi (2016: 47.017 Km)
23,371
a. Pemeliharaan Jalan (Rutin, Berkala, Rekon)
2.
2,148
c. Pelebaran Jalan
8,369 14,647
a. Pembangunan Jalan Baru
6,956
b. Pembangunan Jembatan Baru
3,881
c. Pembangunan Jalan Bebas Hambatan
2,915
d. Pembangunan FO/UP/Terowongan
51.70
12,854
b. Pemeliharaan Jembatan
Pembangunan
%
32.40
895
Sumber : Ditjen Bina Marga (2015)
Gambar 5 . Kondisi Jaringan Jalan Di Indonesia Sumber : Ditjen Bina Marga (2015)
Berdasarkan dari Gambar 5, dari keseluruhan panjang jalan di Indonesia (± 39.379,53 km), 95,61% diantaranya menggunakan jenis perkerasan lentur dengan menggunakan aspal sebagai materialnya. Hal ini berakibat pada besarnya kebutuhan aspal nasional yaitu mencapai 1,5 juta ton per tahun 5.2. Supply Demand Aspal Minyak di Indonesia Perusahaan aspal minyak di Indonesia saat ini adalah PT. Pertamina, sedangkan perusahaan pengelola aspal buton saat ini berjumlah 6 buah perusahaan yang semuanya berlokasi di daerah kepulauan Buton, Sulawesi Tenggara. Kapasitas Supply berdasarkan data yang diperoleh, kapasitas supply aspal dan konsumsi aspal di Indonesia adalah sebagai berikut:
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
8
PT. GUTEG HARINDO
Tabel 1. Kapasitas Supply dan demand Aspal di Indonesia TAHUN 2015 DEMAND
NO
SUPPLY NASIONAL*
JENIS MPK
INFRASTRUCTURE
NON-INFRASTRUCTURE
Jumlah Kebutuhan
UTILITAS (%)
a
b
c
d
e=(d/a)
60.44
15.250
45.751
61.00
100%
UNITS
1
SEMEN
2
BAJA
JUTA TON
6.20
3.90
3.70
12.50
202%
3
ASPAL
RIBU TON
591.693
1258.7
66.3
1325
224%
4
ALAT BERAT
RIBU UNIT
3.779
2.323
4.313
6.636
176%
JUTA TON
Sources: dari berbagai sumber (diolah) Note:
Asumsi Persentase Demand:
*) Data Supply Nasional (diluar import)
Semen
25% Infrastruktur
75% non-infrastruktur
Data Total Demand berasal dari data penjualan
Baja
40% Infrastruktur
38% non-infrastruktur
Supply Aspal Minyak (sudah termasuk Aspal Buton)
Aspal
95% Infrastruktur
5% non-infrastruktur
Supply Alat Berat adalah Unit Baru HINABI
Alat Berat
35% Infrastruktur
65% non-infrastruktur
Selisih Demand-Supply = Import
5.3. Supply Demad Asbuton di Indonesia 105 K
51 K
55 K
54 K 43 K
25 K
25 K
21 K 13 K 4 K
2007
2008
2009
= Realisasi
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
= Rencana/target Gambar 6. Peta Potensi Pemanfaatan Asbuton
5.4. Sebaran Lokasi Asphalt Mixing Plant di Indonesia
Gambar 7. Sebaran Lokasi Asphlat Mixing Plant di Indonesia (Sumber: AABI, 2016)
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
9
PT. GUTEG HARINDO
5.5. Ketersediaan Asphalt Mixing Plant di Indonesia Jumlah unit asphalt Mising Plant yang ada di Indonesia berdasarkan data tahun 2015, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ketersediaan Aspal Mixing Plant di Indonesia No.
Provinsi
Total Ketersediaan AMP (Unit) 62
Total Produksi AMP Terdata (Unit) 62
Total Produksi AMP Tidak Terdata (Unit) 0
Keterangan
1
Aceh
2
Sumatera Utara
64
54
10
3
Jambi
30
11
19
4
Kepulauan Riau
16
3
13
5
Riau
32
10
22
6
Sumatera Barat
25
22
3
7
Bengkulu
10
8
2
8
Kep. Bangka Belitung
18
5
13
9
Lampung
16
16
0
10
Sumatera Selatan
36
11
25
11
DKI. Jakarta
5
4
1
12
Banten
5
4
1
13
Jawa Barat
47
34
13
14
D.I. Yogyakarta
7
4
3
15
Jawa Tengah
57
26
31
16
Jawa Timur
60
25
35
17
Sulawesi Barat
10
7
3
18
Sulawesi Selatan
52
25
27
19
Sulawesi Tengah
31
20
11
20
Sulawesi Tenggara
21
18
3
21
Kalimantan Barat
25
25
0
22
Kalimantan Selatan
35
35
0
23
Kalimantan Tengah
42
42
0
24
Kalimantan Timur
63
63
0
25
Bali
19
14
5
26
Nusa Tenggara Barat
23
17
6
27
Nusa Tenggara Timur
43
36
7
28
Maluku
26
23
3
29
Maluku Utara
17
12
5
30
Papua
18
17
1
31
Papua Barat
14
13
1
BBPJN X (APBN)
32
Sulawesi Utara
29
24
5
BPJN XI
33
Gorontalo
12
10
2
TOTAL
970
700
270
( 72% )
( 28 % )
BBPJN I BBPJN II
BBPJN III (APBN)
BBPJN IV
BBPJN V (APBN)
BBPJN VI (APBN)
BBPJN VII
BPJN VIII
BPJN IX
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
10
PT. GUTEG HARINDO
Berdasarkan data Tabel 2. diatas diketahui bahwa terdapat total 970 unit AMP yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 72% merupakan AMP yang terdata. Sedangkan sisanya tidak terdata. Jumlah terbanyak unit AMP berada di provinsi Sumatera Utara diikuti provinsi Kalimatan Timur. Jumlah terkecil berada di DKI Jakarta dan Banten. Adapun unit AMP yang terdaftar secara keseluruhan terdapat pada Provinsi Kalimantan Tengah, Barat, Timur, Selatan dan Lampung serta Aceh.
5.6. Kapasitas Asphalt Mixing Plant di Indonesia Tabel 3. Kapasitas AMP di Indonesia Provinsi Bali DI Yogyakarta
Kapasitas (Ton/Jam) 60
Prosentase 0.1%
280
0.5%
DKI Jakarta Jawa Barat
8.155 3.250
15.9% 6.3%
Jawa Tengah Jawa Timur
3.544 2.387
6.9% 4.7%
Kalimantan Barat Kepulauan Riau
390 1.780
0.8% 3.5%
Lampung Riau
5.570 1.976
10.9% 3.9%
Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah
13.414 3.441
26.2% 6.7%
Sulawesi Utara Sumatera Barat
880 2.120
1.7% 4.1%
Sumatera Selatan Sumatera Utara
990 2.950
1.9% 5.8%
Total
51.187
100.0%
5.7. Estimasi Kebutuhan Asphalt Mixing Plant Di Indonesia Estimasi kebutuhan AMP berdasarkan kebutuhan aspal dan kapasitas AMP yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut : Kapasitas AMP yang direkomendasikan adalah 800 kg/batch. Kadar Aspal 6% Kapasitas produksi 1 jam = 60 menit x 0,8 ton = 48 ton/ jam Kapasitas produksi 1 hari = 5 jam x 48 ton = 240 ton / hari Kapasitas produksi 1 minggu = 5 hr x 240 ton = 1.200 ton/minggu Kapasitas produksi 1 Bulan = 4 minggu x 1.200 ton = 4.800 ton/bulan Kapasitas produksi 1 tahun = 7 bulan x 4.800 ton = 33.600 ton/tahun
Demand Aspal : 1.520.000 ton Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
11
PT. GUTEG HARINDO
Kapasitas produksi 1 tahun = 7 bulan x 4.800 ton = 33.600 ton/tahun
Kebutuhan Aspal untuk memenuhi produksi 1 AMP/th = 33.600 x 6% = 2.016 ton/AMP/Th Untuk mengakomodir demand aspal sebesar 1.520.000 ton, dibutuhkan AMP secara keseluruhan sebesar : 753,96 = 754 AMP/th dengan kapasitas minimum pugmill sebesar 800 kg/batch. Total ketersediaan AMP 970 unit, terdata 720 unit. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah yang ada dapat memenuhi kebutuhan. 5.8. Merek Asphalt Mixing Plant di Indonesia No
Merek
Jumlah
Prosentase
Tahun Pembuatan
1
AMMANN
5
2.0%
2011-2013
2
AZP
48
18.8%
1995-2015
3
Barber Green
5
2.0%
1992, 1995, 1996, 1998, 2000
4
Bukaka
20
7.8%
5
Cederapid
1
0.4%
1996, 1997, 2002, 2003, 2006, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 1992
6
CQ-800
1
0.4%
2007
7
CTA
1
0.4%
2014
8
Fujian TTM
1
0.4%
2013
9
Golden Star Handa
9
3.5%
1994, 2008, 2010, 2011, 2013
10
Great Star
1
0.4%
1994
11
Henan Roady
2
0.8%
2011, 2012
12
Kore-Indo
1
0.4%
1994
13
LB 1000
1
0.4%
2011, 2012, 2015
14
Linnhoff
11
4.3%
1985, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012, 2015
15
LYZ
1
0.4%
2015
16
Malaysia
1
0.4%
2000
17
MBW
29
11.3%
1992, 2003, 2004, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2012, 2013
18
Mountain
1
0.4%
2012
19
Niigata
11
4.3%
1990, 1991, 1996, 1997, 2005, 2006
20
Nikko
16
6.3%
1980, 1982, 1985, 1991, 1994, 1996, 2000, 2006, 2015
21
Osaka
1
0.4%
2008
22
RB
3
1.2%
2011, 2012, 2015
23
Roady
2
0.8%
2012
24
Sakai
1
0.4%
2012
25
Selo Sakti
12
4.7%
1998
26
Shin Shaeng
41
16.0%
27
Speco
9
3.5%
1981, 1988, 1990, 1991, 1992, 1994, 1995, 1996, 2001, 2002, 2003, 2005, 2006, 2010 1990, 2003, 2004, 2007, 2008, 2012, 2015
28
Sumitomo
1
0.4%
1994
29
Tai Tsung
1
0.4%
1991, 20013
30
Taian Yueshou TSAP 1000
3
1.2%
2010, 2011, 2013
31
Tanaka
14
5.5%
1978, 1980, 1985, 1989, 1992, 1994, 1995, 1999, 2011
32
Tokyokoky
1
0.4%
2008
33
Yueshou
1
0.4%
2010
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
12
PT. GUTEG HARINDO
Berdasarkan data pada Tabel 3 diketahui bahwa jenis AMP yang paling banyak digunakan adalah AMP dengan Merek AZP (18,8%).
5.9. Kondisi Peralatan Asphalt Mixing Plant di Indonesia Kondisi Operasi AMP B2PJN
Jumlah Unit
50
V
57
60 45
40 30 18
20
LAIK
15
TIDAK LAIK
6
10
1
0
JATENG
JATIM
DIY
Provinsi
Kondisi Operasi AMP B2PJN VI 33
35
Jumlah Unit
30 25
21
20 15
19
17 12
10
LAIK
10
7
7
TIDAK LAIK
5 0
SUL-TENG
SUL-TENGG
SUL-SEL
SUL-BAR
Provinsi
Kondisi Operasi AMP B2PJN III 30
Jumlah Unit
25
27 22
20
17
18
15
11
9
10
8
9
LAIK TIDAK LAIK
5 0
SUM-SEL
BELITUNG
LAMPUNG
BENGKULU
Provinsi
Gambar 8. Rekapitulasi Kondisi AMP Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional III, V dan VI
Berdasarkan Data kondisi AMP di B2PJN3, B2PJN5 dan B2PJN 6, diperoleh data bahwa masih banyak unit AMP yang tidak laik operasi dengan besaran rata-rata 65,9%. Hal ini sangat memprihatinkan, karena AMP merupakan faktor alat dalam mendukung kinerja jaringan jalan yang handal. Hal ini menunjukkan bahwa peralatan AMP membutuhkan pembinaan teknis untuk mendapatkan jumlah kondisi laik lebih besar lagi.
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
13
PT. GUTEG HARINDO
5.10. Permasalahan Ditemukan bahwa permasalahan yang ada terkait dengan komponen peralatan AMP, diantaranya adalah pemanasan ketel aspal dilakukan dengan cara pemanasan langsung, tidak Ada Mixing Timer, Menggunakan Bahan Bakar Alternatif (BBA) , Peralatan AMP sudah tua/compang camping.
5.11. Tahapan Pemeriksaan Asphalt Mixing Plant Layak Operasi Pemeriksaan teknis peralatan dan pengujian untuk pelaksanaan kelaikan operasi dan kelaikan produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) dilakukan secara bertahap melalui 3 (tiga) tahapan pemeriksaan dan pengujian sebagai berikut :
Gambar 9. Tahapan Pemeriksaan Kondisi AMP Laik Proses
1. Pemeriksaan Tahap 1 a. Pada pemeriksaan tahap I ini, pemeriksaan dilaksanakan terhadap kondisi teknis semua bagian atau komponen peralatan AMP, dimana peralatannya dalam keadaan tidak dihidupkan. b. Sebelum dilaksanakan pemeriksaan, terlebih dahulu dicatat/ diinventarisir keberadaan AMP meliputi : Lokasi, Pemilik, Merk / tipe, Tahun pembuatan Kapasitas, Jenis, Pejabat berwenang, Tanggal pemeriksaan c. Setelah dicatat data tersebut di atas, lalu dilaksanakan pemeriksaan tahap I, pemeriksaan ini dilaksanakan terhadap kondisi teknis semua bagian atau komponen peralatan AMP dalam keadaan tidak dihidupkan. Kondisi teknis dimaksud adalah kondisi bagian atau komponen AMP saat dilaksanakan pemeriksaan antara lain misalnya dinding cold bins ada yang keropos, sobek atau berlubang, pintu cold bins berlubang, dial timbangan kacanya pecah, belt conveyor putus atau bucket pada hot elevator ada yang tidak terpasang atau sama sekali tidak ada serta kerusakan-kerusakan lain sejenisnya. d. Bilamana pada pemeriksaan tahap I masih terdapat kerusakan pada bagian atau komponennya, maka pemeriksaan tahap II belum bisa dilaksanakan sebelum kerusakan atau kekurangan pada pemeriksaan tahap I di atas (diperbaiki). Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
14
PT. GUTEG HARINDO
2. Pemeriksaan Tahap 2 a. Pemeriksaan tahap II dilaksanakan dalam keadaan peralatan dihidupkan, dimana semua bagian atau komponen yang bisa digerakkan apabila mesin penggerak dihidupkan dapat diperiksa atau diuji pergerakannya misalnya bucket pada hot elevator, penutup pintu pada hot bin. b. Bagian atau komponen yang bergerak atau hidup tersebut diperiksa apakah pergerakannya baik dan lancar atau tidak lancar, misalnya putaran rantai pada hot elevator. Ada kemungkinan juga sama sekali tidak bisa dihidupkan atau tidak bisa digerakan. c. Bilamana pada pemeriksaan tahap II ada bagian atau komponen yang tidak bisa dihidupkan atau digerakkan atau hidupnya / gerakannya tidak lancar karena ada sesuatu yang tidak baik atau rusak, maka bagian atau komponen yang bersangkutan harus segera diperbaiki sampai bagian atau komponen tersebut bisa dihidupkan / digerakkan dan difungsikan sebagaimana mestinya. Contohnya belt conveyor pada cold bin tidak bisa berjalan karena rollnya tidak bisa diputar, dan kerusakan lain sejenisnya.
3. Pemeriksaan Tahap 3 a. Pemeriksaan tahap III dilaksanakan setelah pada pemeriksaan tahap II peralatan pencampur aspal panas atau AMP tersebut dinyatakan kondisinya baik dan dapat dilanjutkan untuk pemeriksaan tahap III, yaitu kalibrasi dan pemeriksaan kelaikan operasi untuk dapat menghasilkan produk sesuai fungsi peralatan pencampur aspal panas tersebut, yaitu campuran aspal panas (hot mix) yang memenuhi mutu / spesifikasi yang disyaratkan. b. Pada pemeriksaan tahap III ini peralatan pencampur aspal panas atau AMP dihidupkan / dioperasikan sesuai dengan fungsinya yaitu memproduksi campuran aspal panas (trial mix). c. Peralatan pencampur aspal panas tersebut diberi beban muatan material (agregat) yang dipanaskan / dikeringkan (di dalam dryer) dalam jumlah yang cukup (sesuai kapasitas per jamnya untuk pelaksanaan pengujian kalibrasi), selanjutnya ditambah dengan material lain yaitu filler (apabila diperlukan) kemudian dicampur dengan aspal panas di dalam komponen pencampur (pugmill). d. Pemeriksaan dan pengujian dilaksanakan pada peralatan pencampur aspal panas atau AMP, meliputi antara lain pengaturan bin dingin untuk mengalirkan agregat dingin untuk dikeringkan, kemampuan dryer untuk memanaskan agregat sampai mencapai temperatur yang diijinkan, mengukur temperatur hasil campuran, mengukur jarak pedal tip dengan dinding bagian dalam dari pugmill, jarak ujung / sisi luar pedal tip dengan pedal tip, waktu pencampuran (mixing), temperatur aspal panas, keausan screen (saringan), temperatur campuran aspal beton. Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
15
PT. GUTEG HARINDO
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
Berdasarkan total 970 unit AMP yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 72% merupakan AMP yang terdata. Sedangkan sisanya tidak terdata. Jumlah terbanyak unit AMP berada di provinsi Sumatera Utara diikuti provinsi Kalimatan Timur. Jumlah terkecil berada di DKI Jakarta dan Banten. Adapun unit AMP yang terdaftar secara keseluruhan terdapat pada Provinsi Kalimantan Tengah, Barat, Timur, Selatan dan Lampung serta Aceh. Hali ini perlu adanya tidak lanjut pendataan secara periodic dan berkesinambungan supaya mendapatkan data yang valid.
2.
Berdasarkan Data Kondisi Operasi AMP laik operasi unit AMP pada B2PJN III,IV dan V lebih besar dari kondisi yang tidak laik, kecuali padaa Sumsel dan Sulteng dimana kondisi laik lebih kecil dari kondisi tidak laik. Hal ini perlu adanya perhatian khusus utk dilakukan tindakan lebih lanjut. Tetapi secara menyeluruh bahwa kondisi tidak laik unit AMP pada ketiga Balai tersebut mempunyai rata-rata tinggi yaitu 65,9%. Hal ini memerlukan perhatian khusus terutama didalam proses pengajuan sertifikasi termasuk memerlukan adanya pedoman untuk dapat diterapkan.
3.
Untuk mendapatkan kinerja AMP yang laik operasi maka perlu melakukan 3 tahapan pemeriksaan. Tahap 1 (mesin dimatikan) , tahap 2 (mesin dihidupkan) dan tahap 3 (trial mix).
6.2. Rekomendasi Untuk mendukung pencapaian kinerja jaringan jalan di Indonesia, maka unit AMP harus: andal memenuhi spesifikasi yg disyaratkan, Laik operasi dengan sertifikasi dan terkalibrasi, Jenis/Tipe AMP yang direkomendasi adalah Jenis Takaran (Batch Type), Kapasitas minimum pengaduk (pug mill) 800 Kg, Timbangan dengan komputerisasi , Bahan bakar yg digunakan adalah minyak atau gas, bukan batu bara , Penempatan dilokasi ideal dan tidak menimbulkan potensi konflik dan Dukungan operator dan mekanik AMP yg bersitifikat, sehingga perlu dilakukan : 1.
Bimbingan Teknis Pemeriksaan AMP bagi
para pengawas
dan operator amp yang telah
dilaksanakan di masing masing propinsi di lingkungan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional, dengan target peserta adalah para pengguna jasa dan penyedia jasa yang terikat kontrak pekerjaan. 2.
Bimbingan Teknis Laboratorium
para pengawas
dan teknisi laboratorium yang telah
dilaksanakan di masing masing propinsi di lingkungan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional dengan target gpeserta adalah para pengguna jasa dan penyedia jasa yang terikat kontrak pekerjaan.
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
16
PT. GUTEG HARINDO
3.
Bimbingan Teknik pendampingan Penyusunan RMP dan RMK yang telah dilaksanakan di masing masing propinsi di lingkungan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional dengan target peserta adalah para pengguna jasa dan penyedia jasa yang terikat kontrak pekerjaan.
4.
Bimbingan Teknik pendampingan Penyusunan RK3K yang telah dilaksanakan di masing masing propinsi di lingkungan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional, dengan target peserta adalah para pengguna jasa dan penyedia jasa yang tgerikat kontrak pekerjaan.
5.
Perlu adanya kerjasama antara Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional dengan Direktorat Jenderal Bina Konstruksi mengadakan Bimbingan Teknis Sertifikasi Petugas K3.
6.
Penyusunan SOP, Pelaksanaan Audit Internal, Pelaksanaan Rapat tinjauan manajemen
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
17
PT. GUTEG HARINDO
DAFTAR PUSTAKA The Asphalt Institute, Manual Series No.22 (MS-22), Principle of Construction of Hot-Mix Asphalt Pavements. The Asphalt Institute, Manual Series No.4 (MS-4), The Asphalt Handbook. US Army Corp of Engineers, Hot-Mix Asphalt Paving Hand book 2000 Jackson G.P and D. Brien, Asphaltic Concrete, Published By Shell Petrolium Co. Ltd, London 1962. Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, Petunjuk Pemeriksaan Peralatan Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant), No. 032/T/BM/1996 Maret 1996. Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga tentang Pengaturan Teknis Unit Produksi Campuran Beraspal panas menggunakan bahan bakar Batubara untuk pemanas agregat No. 04/SE/Db/2009, tanggal 30 Maret 2009 Menteri Pekerjaan Umum tentang Pedoman penggunaan batubara untuk pemanas agregat pada Unit Produksi Campuran Beraspal (AMP), No.10/SE/Db/2011, tanggall 31 Oktober 2011 Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga nomor tentang Perhatian Khusus pada Persiapan Pekerjaan Campuran Beraspal Panas, No. Um0103-Db/362, tanggal 27 Juni 2014 Surat Ka.BBPJN III tentang Sertifikasi laik Operasi Asphalt Mixing Plant, No. Ph.07.03-Bu/04/473, tanggal 19 Juni 2015 Manual Konstruksi dan Bangunan (Dirjen Bina Marga) tentang Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal panas (Asphalt Mixing Plants) – Buku 01 No. 001/BM/2007 tanggal Desember 2007 Manual Konstruksi dan Bangunan nomor: 001-2/BM/2007 tanggal Desember 2007(Dirjen Bina Marga) tentang Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal panas (Asphalt Mixing Plants) – Buku 02 Pemeriksaan Kelaikan Operasi Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga, Manual Konstruksi dan Bangunan tentang Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal panas (Asphalt Mixing Plants) – Buku 03 Pengoperasian dan Perawatan, No. 001-2/BM/2007 tanggal Desember 2007 Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga tentang pelaksanaan Sertifikasi kelaikan Operasi Peralatan Asphalt Mixing Plant (AMP), No. Um0103-Db/65.3, tanggal 27 Pebruari 2009 Direktur Bina Teknik tentang Standar format lampiran Laporan Hasil Pemeriksaan Asphalt Mixing Plant, No. Um.01.11-Bt/51, tanggal 5 Maret 2011 Departemen Pekerjaan Umum, Dirjen Bina Marga, Petunjuk Teknis Konstruksi dan Bangunan tentang Tata cara sertifikasi Kelaikan Operasi Peralatan Di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga, No. 001/BM/2009
Executive Summary: KINERJA PERALATAN ASPHALT MIXING PLANT (AMP) UNTUK MENDUKUNG JARINGAN JALAN DI INDONESIA TAHUN ANGGARAN 2016
18