Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 90-101
Spectra
OPTIMASI BIAYA PROYEK PENGASPALAN JALAN DENGAN PENGATURAN JUMLAH ASPHALT MIXING PLANT Widyawati Budikusuma Program Pascasarjana Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Malang
ABSTRAKSI Pengaspalan jalan dengan aspal hot mix memerlukan peralatan Asphalt Mixing Plant (AMP). Terbatasnya jumlah peralatan ini akan menyebabkan waktu pelaksanaan proyek menjadi panjang. Namun, semakin banyak jumlah peralatan yang digunakan, maka makin bertambah biaya proyek. Untuk mendapatkan durasi proyek yang memenuhi ketentuan dengan biaya yang paling rendah, diperlukan upaya dalam menentukan jumlah, lokasi, dan kapasitas AMP yang dibutuhkan. Metode Pendekatan Vogel (Vogel’s Approximation Method / VAM) digunakan dalam kasus proyek pengaspalan jalan di 33 kecamatan di Kabupaten Malang tahun anggaran 2011 dengan empat alternatif jumlah AMP, yaitu 1, 2, 3 dan 4, untuk mendapatkan alokasi aspal dari masing-masing AMP, sehingga biaya masing-masing alternatif paling rendah dan waktu pelaksanaan proyek paling efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan 1 AMP diperoleh durasi pelaksanaan proyek selama 192 hari, dengan 2 AMP 126 hari, dengan 3 AMP 82 hari, dan dengan 4 AMP 53 hari. Dengan batas waktu pelaksanaan proyek selama 120 hari, maka alternatif yang memenuhi syarat adalah alternatif dengan 3 AMP dan 4 AMP. Tetapi alternatif terpilih adalah alternatif dengan 3 AMP karena biayanya lebih rendah daripada alternatif dengan 4 AMP. Kata kunci: Waktu, Biaya, Alokasi AMP.
PENDAHULUAN Latar Belakang Jalan merupakan prasarana pendukung dalam pengembangan daerah, baik pengembangan ekonomi maupun sosial. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana jalan untuk pengembangan wilayah, Pemerintah Kabupaten Malang setiap tahunnya memrogramkan pelaksanaan perbaikan maupun pemeliharaan jalan dengan perkerasan hotmix di berbagai tempat. Sesuai dengan ketersediaan anggaran setiap tahunnya, maka pelaksanaan pengaspalan hot-mix tahun anggaran 2011 diprogramkan di 33 kecamatan yang ada di seluruh Kabupaten Malang, dimana pada setiap kecamatan terdapat beberapa lokasi. 90
Optimasi Biaya Pengaspalan Jalan | Widyawati Budikusuma
Pelaksanaan pengaspalan hot mix membutuhkan aspal hot mix yang ditebar dengan Asphalt Mixing Plant (AMP). Selama ini pelaksanaan proyek pengaspalan jalan masih mengalami kendala dalam jumlah, kapasitas, maupun lokasi AMP yang tersedia, sehingga penyelesaian proyek secara keseluruhan mengalami keterlambatan. Proyek yang baik adalah proyek yang biayanya efisien, waktunya tidak melampaui ketentuan, dan mutunya sesuai dengan yang disyaratkan (Kerzner, 2006). Untuk dapat memenuhi persyaratan ini telah tersedia caracara perencanaan penjadwalan proyek, misalnya dengan menggunakan metode Jalur Kritis (Critical Path Method / CPM) (Antil and Woodhead, 1990; Soeharto, 1999). Sedangkan untuk meminimalkan biaya maupun waktu pelaksanaan proyek tersedia juga bermacam-macam metode optimasi (Bronson, 1982; Taha, 1996). Khusus untuk proyek jalan yang membutuhkan transportasi material yang cukup jauh (Suwandira dkk, 2006) telah menerapkan metode Penugasan (Assignment Method) untuk mengoptimasi biaya proyek dalam distribusi aspal dari beberapa AMP ke lokasi-lokasi proyek, sedangkan metode pendekatan Vogel dan Transshipment digunakan oleh Wardhani (2006) untuk mengoptimasi pendistribusian material beton Ready Mix dari beberapa gudang ke lokasi-lokasi proyek. Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan proyek jalan hot mix di Kabupaten Malang adalah transportasi aspal ke lokasi-lokasi proyek yang dapat dioptimalkan dengan menerapkan salah satu metode Operations Research seperti yang dilakukan oleh Suwandira dkk (2006). Dalam hal ini metode pendekatan Vogel (Vogel’s Approximation Method / VAM) dicoba untuk mendapatkan penyelesaiannya. Maksud dan Tujuan Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu memberikan cara penyelesaian yang baik kepada Pemerintah Kabupaten Malang dalam masalah pelaksanaan proyek pengaspalan jalan dengan menggunakan aspal hot-mix yang tersebar di banyak lokasi dalam 33 kecamatan agar waktu pelaksanaannya tidak melebihi waktu yang ditentukan dengan biaya yang serendah mungkin.
METODOLOGI Permasalahan yang dihadapi adalah berapa jumlah dan kapasitas AMP yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek pengaspalan jalan yang lokasinya tersebar di 33 kecamatan agar waktu pelaksanaannya tidak melebihi waktu yang ditentukan dengan biaya yang serendah mungkin. Untuk menyelesaikan masalah ini digunakan metode optimasi, khususnya metode transportasi. Metode ini digunakan karena masalah yang dihadapi adalah pengalokasian aspal dari beberapa AMP ke beberapa lokasi proyek. 91
Spectra
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 90-101
Metode transportasi merupakan bagian dari metode Linear Programming, khususnya Integer Programming yang mengatur distribusi material dari sumber-sumber penyedia (supply) ke tempat-tempat yang membutuhkan (demand) secara optimal (Bronson, 1982; Subagyo, dkk, 1986). Dalam hal ini material yang dimaksud adalah aspal hot-mix, sumber penyedia adalah AMP, dan tempat-tempat yang membutuhkan adalah lokasi-lokasi proyek. Fungsi tujuan dari metode ini dinyatakan sebagai berikut (Subagyo, dkk, 1986):
dengan batasan-batasan: dan 1. Apabila demand = supply:
2. Apabila demand < supply:
3. Apabila demand > supply:
92
Optimasi Biaya Pengaspalan Jalan | Widyawati Budikusuma
Dimana: : banyaknya aspal yang dikirim dari AMP i ke lokasi proyek j : biaya pengiriman setiap satuan aspal dari AMP i ke lokasi proyek j : aspal yang tersedia di AMP i (i = 1, 2, 3, …………., m) : aspal yang dibutuhkan di lokasi proyek j (j = 1, 2, 3, …………., n)
Walaupun persoalan transportasi material ini dapat dipecahkan melalui metode Linear Programming, namun metode pendekatan Vogel (VAM) juga dapat diterapkan dengan menggunakan tabel seperti terlihat pada Tabel 1 (Bronson, 1982; Taha, 1996). Tabel 1. Transportasi Material Ke Dari AMP 1 AMP 2 AMP 3
Proyek 1 c11 x11
Kebutuhan proyek
….
c23 x23
c31
c32 x32
….
c33 x33
…. cm1
…. cm2
xm2 b1
c13
c22 x22
xm1
….
x13
c21
x31
Proyek 3
c12 x12
x21
…. AMP m
Proyek 2
b2
b3
….
c1n x1n c2n x2n c3n x3n
…. cm3
xm3
….
Proyek n
…. ….
….
a1 a2 a3 ….
cmn xmn
Kapasitas (Suplai) AMP
am
bn
Perhitungan dengan menggunakan VAM didasarkan atas pengalokasian material sebanyak-banyaknya ke tempat yang membutuhkan dengan harga satuan (cij) yang termurah dari sumber yang mempunyai perbedaan harga satuan terkecil dan terkecil kedua paling besar. Hal ini dimaksudkan untuk menekan pengalokasian material yang berlebihan dari sumber ke tempat yang biaya satuannya lebih besar. Dengan menerapkan langkah-langkah dalam VAM (Subagyo, dkk, 1986; Taha, 1996) akan didapat alokasi aspal (xij) untuk masing-masing lokasi proyek dari masing-masing AMP yang akan menimbulkan biaya total (z) paling rendah. Biaya langsung proyek adalah biaya mobilisasi AMP ditambah dengan biaya-biaya bahan, alat dan tenaga kerja. Namun, didalam perhitungan dengan VAM ini biaya yang diminimumkan adalah biaya mobilisasi AMP saja, karena biaya bahan, alat dan tenaga kerja tidak mempengaruhi alokasi aspal dari AMP ke proyek. Berhubung biaya yang akan diminimumkan adalah biaya mobilisasi AMP dan biaya ini ke semua proyek dalam satu kecamatan adalah sama 93
Spectra
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 90-101
sehingga cij untuk semua proyek dalam satu kecamatan adalah sama, maka untuk meminimumkan biaya ini pengalokasian aspal untuk proyek-proyek dalam satu kecamatan dilakukan sebanyak-banyaknya dari AMP yang biaya mobilisasinya ke kecamatan itu termurah. Dan karena cij untuk semua proyek dalam satu kecamatan adalah sama, maka pengalokasian yang efektif akan diperoleh apabila dilakukan dengan urutan dari proyek yang mempunyai kebutuhan dari yang terbesar ke yang terkecil. Apabila di dalam masalah transportasi pada umumnya suplai material dibatasi oleh kapasitas sumber, maka di dalam masalah alokasi aspal ini berhubungan dengan waktu, karena kapasitas AMP adalah banyaknya aspal yang dapat diproduksi per hari. Oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah ini langkah-langkah VAM diterapkan lebih dahulu secara harian, yaitu sampai kapasitas harian semua AMP terpenuhi. Jadi ai (i = 1, 2, 3, … m) dalam Tabel 1 adalah kapasitas harian masing-masing AMP. Apabila aspal yang diperlukan oleh semua proyek melebihi kapasitas harian semua AMP, maka pengalokasian selanjutnya dilakukan lagi dengan cara yang sama untuk sisa kebutuhan yang belum terpenuhi. Dengan cara ini maka akan diperoleh pengalokasian aspal pada masing-masing lokasi proyek dengan biaya yang terendah dan waktu yang efektif. Berdasarkan kapasitas suplai masing-masing AMP per hari, maka waktu yang diperlukan oleh masing-masing AMP untuk menyelesaikan seluruh proyek akan bisa dihitung dari jumlah aspal yang harus disediakan oleh masing-masing AMP dibagi dengan kapasitas AMP per hari, sehingga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek adalah waktu terlama yang diperlukan oleh salah satu dari AMP-AMP itu. Cara perhitungan dengan VAM diterapkan untuk masing-masing kecamatan, yang mana pada masing-masing kecamatan terdapat beberapa lokasi proyek. Setiap perhitungan dilakukan dengan alternatif jumlah AMP = 1, 2, 3, dan 4, sehingga untuk masing-masing kecamatan diperoleh jumlah aspal yang sebaiknya dialokasikan oleh masing-masing AMP. Dari jumlah aspal yang harus dilayani oleh masing-masing AMP biaya total pengaspalan pada masing-masing kecamatan bisa didapat. Biaya bahan, alat dan tenaga kerja juga diperhitungkan berdasarkan volume aspal yang dibutuhkan dan harga satuannya masing-masing yang ditunjukkan dalam Tabel 4. Biaya total seluruh proyek di semua kecamatan adalah jumlah dari biaya masing-masing kecamatan, dan waktu yang diperlukan adalah jumlah dari waktu yang diperlukan pada masing-masing kecamatan. Dari keempat alternatif jumlah AMP itu dipilih alternatif yang mempunyai waktu yang memenuhi ketentuan dengan biaya yang paling rendah. Sebagai kasus contoh digunakan proyek jalan yang dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Malang tahun 2011, yaitu sebanyak 410 paket proyek yang tersebar di 33 kecamatan dengan waktu yang disediakan selama 120 hari kerja dan AMP yang tersedia hanya 1, yaitu di Kecamatan 94
Optimasi Biaya Pengaspalan Jalan | Widyawati Budikusuma
Bululawang; dalam pelaksanaannya ternyata seluruh proyek ini mengalami keterlambatan. Kebutuhan aspal hot-mix dan estimasi durasi pelaksanaannya apabila hanya dilayani oleh 1 AMP saja seperti terlihat pada Tabel 2, sedangkan lokasi dan kapasitas AMP yang digunakan seperti pada Tabel 3. Biaya mobilisasi AMP diasumsi sesuai dengan jaraknya dan dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu: untuk jarak dekat Rp 5 juta, untuk jarak sedang Rp 6 juta, dan untuk jarak jauh Rp 7 juta, sehingga biaya mobilisasi masing-masing AMP ke masing-masing kecamatan menjadi seperti terlihat dalam Tabel 4.
HASIL DAN ANALISANYA Sebagai contoh perhitungan per kecamatan diambil Kecamatan Bululawang. Apabila digunakan 1 AMP saja yang berada di Kecamatan Bululawang, maka seluruh kebutuhan aspal akan disuplai dari AMP ini seperti terlihat dalam Tabel 2. Tabel 5, 6 dan 7 menunjukkan alokasi aspal dari 2, 3 dan 4 AMP untuk masing-masing proyeknya. Perhitungan biaya proyek dan waktu yang diperlukan di Kecamatan Bululawang ini dengan 1, 2, 3, dan 4 AMP ditunjukkan masing-masing dalam Tabel 8. Cara yang sama diterapkan untuk kecamatan-kecamatan yang lain dan hasilnya diringkas dalam Tabel 9 untuk biaya proyek dan waktu yang diperlukan. Dari Tabel 9 terlihat bahwa: 1. Makin banyak AMP yang digunakan, makin pendek waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya. Waktu tersingkat adalah dengan menggunakan 4 AMP. 2. Sebaliknya dengan biaya, makin banyak AMP yang digunakan, makin tinggi biayanya. Biaya yang diperlukan paling rendah terdapat pada alternatif dengan 1 AMP. 3. Dilihat dari aspek waktu dari keempat alternatif itu yang memenuhi ketentuan (maksimum 120 hari) adalah alternatif dengan 3 dan 4 AMP, namun dari aspek biaya alternatif dengan 3 AMP lebih baik dari pada alternatif dengan 4 AMP, sehingga alternatif terbaik dari keempat alternatif ini adalah alternatif dengan 3 AMP. Dengan cara ini Pemerintah Kabupaten Malang dapat memperkirakan waktu dan biaya proyek pengaspalan jalan. Namun demikian perhitungan di atas perlu diteliti lebih lanjut apabila alternatif penggunaan AMPnya diubah, karena makin dekat lokasi AMP dengan proyek, makin rendah biayanya. Jadi apabila pemilihan AMP dapat dilakukan secara acak, sebaiknya AMP yang dipilih adalah AMP yang dekat dengan lokasi proyek. Menerapkan cara ini dengan membatasi per kecamatan adalah untuk mempermudah perhitungan. Namun efektifitas AMP kadang-kadang akan terabaikan. Waktu yang diperlukan untuk satu kecamatan dihitung dari waktu terlama yang diperlukan oleh salah satu dari AMP-AMP yang digunakan (lihat Tabel 5, 6 atau 7). Jadi untuk AMP yang sudah bisa 95
Spectra
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 90-101
menyelesaikan tugasnya kurang dari waktu ini seakan-akan tidak termanfaatkan karena untuk penugasan ke kecamatan yang lain menunggu AMP-AMP yang lain. Oleh karena itu perlu dipikirkan lebih lanjut cara perhitungan yang lebih baik lagi untuk mengefektifkan semua AMP. Juga apabila kebutuhan aspal di proyek-proyek dalam satu kecamatan kecil sekali sehingga dapat dilayani oleh 1 AMP saja dalam waktu 1 hari, seperti yang terjadi di Kecamatan Sumberpucung di mana kebutuhan aspal hanya 270,95 ton, maka pada hari tersebut AMP-AMP yang lain diperhitungkan tidak beroperasi, sehingga dari segi waktu tidak efektif, walaupun dari segi biaya akan minimum. Apabila dalam hal ini kebutuhan aspal tersebut akan dibebankan secara merata kepada AMP-AMP yang lain untuk mengefektfkan waktunya, maka biayanya akan meningkat. Oleh karena itu hal ini juga masih perlu diteliti kembali untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik. Pengalokasian aspal ke masing-masing lokasi proyek dari masingmasing AMP tergantung dari harga satuan alokasi materialnya (cij). Apabila harga satuan ini sama besarnya untuk semua proyek di satu kecamatan dari satu AMP, maka pengalokasiannya memprioritaskan proyek dengan volume kebutuhan aspal yang lebih besar pada AMP dengan biaya mobilisasi yang lebih murah. Perhitungan ini dilakukan hanya dengan menyederhanakan biaya mobilisasi dari lokasi AMP ke kecamatan-kecamatan menjadi tiga kategori saja. Apabila diinginkan hasil yang lebih akurat, maka perhitungan dapat dilakukan dengan biaya mobilisasi AMP yang lebih akurat, misalnya berdasarkan biaya mobilisasi per kilometer. Namun seberapa perlunya perhitungan semacam ini dilakukan masih perlu diteliti lebih lanjut.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil perhitungan yang diperoleh adalah: proyek pengaspalan jalan hot mix di Kabupaten Malang tahun anggaran 2011 sebaiknya dilaksanakan dengan 3 AMP yang berlokasi di BululawangKabupaten Malang, Pandaan-Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Mojokerto, sehingga dapat dilaksanakan dalam waktu 82 hari dengan biaya Rp 87,308 milyar. Walaupun cara ini sudah dapat diterapkan untuk proyek-proyek yang akan datang, namun disarankan sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya untuk: (1) mengefektifkan waktu perpindahan peralatan dari satu kecamatan ke kecamatan yang lain, (2) mengefektifkan waktu dan mengefisienkan biaya untuk kecamatan dengan kebutuhan proyek yang kecil, dan (3) melihat pengaruh penggunaan biaya mobilisasi AMP yang lebih akurat.
96
Optimasi Biaya Pengaspalan Jalan | Widyawati Budikusuma
Tabel 2. Paket Proyek Aspal Hot-mix Jumlah Kebutuhan aspal Estimasi ) paket (ton) waktu * (hari) 1 Ampelgading 13 1.246,18 4,15 2 Bantur 28 2.247,71 7,49 3 Bululawang 7 911,68 3,04 4 Dampit 14 2.148,89 7,16 5 Dau 10 1.343,52 4,48 6 Donomulyo 13 1.005,44 6,56 7 Gedangan 32 3.068.85 10,23 8 Gondanglegi 24 3.243,31 10,81 9 Jabung 7 1.021.90 3,41 10 Kalipare 6 827,32 2,76 11 Karangploso 15 2.379,63 7,93 12 Kasembon 10 601,30 2,00 13 Kepanjen 15 5.492,76 18,31 14 Kromengan 4 433,51 1,45 15 Lawang 19 1.920,36 6,40 16 Ngajum 7 1.517.79 5,06 17 Ngantang 10 836,37 2,79 18 Pagak 13 1.733,61 5,78 19 Pagelaran 10 2.145,15 7,15 20 Pakis 18 3.820,02 12,73 21 Pakisaji 5 800,79 2,67 22 Poncokusumo 6 1.164,73 3,88 23 Pujon 9 820,13 2,73 24 Singosari 19 2.408,77 8,03 25 Sumbermanjing Wetan 17 1.841,05 6,14 26 Sumberpucung 2 270,95 0,90 27 Tajinan 11 1.595,63 5,32 28 Tirtoyudo 11 876,39 2,92 29 Tumpang 18 2.932,31 9,77 30 Turen 17 3.244,52 10,82 31 Wagir 7 1.048,66 3,50 32 Wajak 7 935,26 3,12 33 Wonosari 6 523,49 1,74 Total 410 56.407,98 191,24 ) Keterangan: * Estimasi waktu pelayanan oleh AMP 1 saja (kapasitas 300 t/hari). No.
Kecamatan
Tabel 3. Lokasi dan Kapasitas AMP AMP AMP 1 AMP 2 AMP 3 AMP 4
Lokasi Bululawang Kab. Malang Pandaan Kab. Pasuruan Kab. Mojokerto Kab. Blitar
Kapasitas (t/hari) 300 200 300 300
97
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 90-101
Spectra
Tabel 4. Biaya mobilisasi AMP No
Ke Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Ampelgading Bantur Bululawang Dampit Dau Donomulyo Gedangan Gondanglegi Jabung Kalipare Karangploso Kasembon Kepanjen Kromengan Lawang Ngajum Ngantang Pagak Pagelaran Pakis Pakisaji Poncokusumo Pujon Singosari Sumbermanjing Wetan Sumberpucung Tajinan Tirtoyudo Tumpang Turen Wagir Wajak Wonosari
98
AMP-1 6 6 5 6 6 6 6 5 6 5 7 6 5 6 7 5 6 5 5 6 5 5 6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Biaya Mobilisasi (Rp juta) AMP-2 AMP-3 7 7 7 7 6 7 6 7 5 6 7 7 6 7 6 7 5 6 6 7 5 7 7 7 6 7 6 7 5 6 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 5 6 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 7 7 6 7 6 7
AMP-4 7 6 5 6 6 6 6 5 6 5 7 7 5 5 7 5 6 5 5 6 5 6 7 7 6 5 6 6 6 6 6 6 5
Optimasi Biaya Pengaspalan Jalan | Widyawati Budikusuma
Tabel 5. Alokasi Aspal di Kecamatan Bululawang dengan 2 AMP No 1 2 3 4 5 6 7
Dari Ke Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Bakalan –Urek Urek Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Bululawang – Jambearjo Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Gading – Sukonolo Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Krebet Senggrong – Kasembon Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Lumbangsari – Gading Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Pringu – Sudimoro Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Sempalwadak – Wadanpuro Suplai / Total
AMP-1 Ci1 = Rp 5 juta
AMP-2 Ci2 = Rp 6 juta
Kebutuhan Aspal (ton)
Urutan
220,770
1
88,234
107,040
4,6
60,210
60,210
8
155,543
3
74,928
7
88,308
5
204,881
2
220,770 18,806
155,543
88,308 204,881 600,000
311,680
911,680
Keterangan: Kapasitas AMP-1 = 300 t/hr, kapasitas AMP-2 = 200 t/hr; kapasitas 2 AMP = 500 t/hr Sisa kebutuhan setelah 1 hari = 911,680 t – 500 t = 411,680 t dibebankan ke AMP-1 300 t dan ke AMP-2 111,680 t pada hari kedua
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 6. Alokasi Aspal di Kecamatan Bululawang dengan 3 AMP Dari AMP-1 AMP-2 AMP-3 Kebutuh. Ci1 = Rp Ci2 = Rp Ci3 = Rp Aspal Urutan Ke 5 jt 6 jt 7 jt (ton) Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan 220,770 220,770 1 Bakalan –Urek Urek Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan 44,557 62,583 107,040 4, 7 Bululawang – Jambearjo Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan 60,210 60,210 8 Gading – Sukonolo Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan 155,543 155,543 3 Krebet Senggrong – Kasembon Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan 74,928 74,928 6 Lumbangsari – Gading Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan 88,308 88,308 5 Pringu – Sudimoro Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan 190,910 13,971 204,881 2, 9 Sempalwadak – Wadanpuro Suplai / Total 411,680 200,000 300,000 911,680
Keterangan: Kapasitas AMP-1 = 300 t/hr, kapasitas AMP-2 = 200 t/hr, kapasitas AMP 3 = 300 t/hr; kapasitas 3 AMP = 800 t/hr Sisa kebutuhan setelah 1 hari = 911,680 t – 800 t = 111,680 t dibebankan ke AMP-1.
99
Nomor 21 Volume XI Januari 2013: 90-101
Spectra
Tabel 7. Alokasi Aspal di Kecamatan Bululawang dengan 4 AMP Dari No Ke Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Bakalan –Urek Urek Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Bululawang – Jambearjo Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Gading – Sukonolo Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Krebet Senggrong – Kasembon Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Lumbangsari – Gading Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Pringu – Sudimoro Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan Sempalwadak – Wadanpuro Suplai / Total
1
2
3
4
5
6
7
AMP-1 Ci1 = Rp 5 jt
AMP-2 Ci2 = Rp 6 jt
AMP-3 Ci3 = Rp 7 jt
AMP-4 Ci4 = Rp 5 jt
220,770
220,770
88,234
18,806
60,210
155,543
23,458
51,470
88,308
79,230 300,000
Kebutuh UrutAspal an (ton)
200,000
111,680
1
107,040 5, 7
60,210
9
155,543
3
74,928
8, 10
88,308
6
125.651
204,881 2, 4
300,000
911,680
Keterangan: Kapasitas AMP-1 = 300 t/hr, kapasitas AMP-2 = 200 t/hr, kapasitas AMP-3 = 300 t/hr, kapasitas AMP-4 = 300 t/hr; kapasitas 4 AMP = 1100 t/hr Kebutuhan seluruhnya dapat dilayani 4 AMP dalam 1 hari.
Tabel 8. Biaya dan Waktu Pelaksanaan Proyek di Kecamatan Bululawang sesuai Jumlah AMP Uraian Biaya mobilisasi Biaya bahan, alat, tenaga kerja Biaya Total Waktu (hari)
1 AMP 5.000.000 1.397.129.233,07
2 AMP 11.000.000 1.397.129.233,07
3 AMP 18.000.000 1.397.129.233,07
Satuan biaya: Rp 4 AMP 23.000.000 1.397.129.233,07
1.402.129.233,07 3,04
1.408.129.233,07 2
1.415.129.233,07 1,37
1.420.129.233,07 1
Keterangan: Volume pekerjaan = 911,680 ton Harga satuan bahan, alat dan tenaga kerja = Rp 1.532.477,66 /ton
100
Optimasi Biaya Pengaspalan Jalan | Widyawati Budikusuma
Tabel 9. Biaya dan Waktu Pelaksanaan Proyek di Kabupaten Malang sesuai Jumlah AMP Satuan biaya: Rp juta Satuan waktu: hari No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Ampelgading Bantur Bululawang Dampit Dau Donomulyo Gedangan Gondanglegi Jabung Kalipare Karangploso Kasembon Kepanjen Kromengan Lawang Ngajum Ngantang Pagak Pagelaran Pakis Pakisaji Poncokusumo Pujon Singosari Smbrmanjing Wetan Sumberpucung Tajinan Tirtoyudo Tumpang Turen Wagir Wajak Wonosari Total
25 26 27 28 29 30 31 32 33
1 AMP Biaya Waktu 1.915,74 4,15 3.450,57 7,49 1.402,13 3,04 3.299,12 7,16 2.064,91 4,48 1.546,82 6,56 4.708,95 10,23 4.975,30 10,81 1.572,04 3,41 1.272,85 2,76 3.653,73 7,93 927,47 2,00 8.422,53 18,31 670,35 1,45 2.949,92 6,40 2.330,99 5,06 1.287,71 2,79 2.661,72 5,78 3.292,39 7,15 5.860,10 12,73 1.232,20 2,67 1.789,92 3,88 1.262,83 2,73 3.697,38 8,03
2 AMP Biaya Waktu 1.922,74 2,15 3.457,57 5,24 1.408,13 2,00 3.305,12 4,74 2.069,91 3,72 1.533,82 4,00 4.714,95 6,23 4.981,30 6,81 1.577,04 2,11 1.278,85 2,00 3.658,73 5,90 934,47 1,34 8.428,53 11,00 676,35 1,00 2.954,92 5,60 2.336,99 3,06 1.293,71 2,00 2.667,72 3,67 3.298,39 4,48 5.866,10 8,00 1.238,20 2,00 1.795,92 2,55 1.268,83 2,00 3.702,38 7,04
3 AMP Biaya Waktu 1.929,74 2,00 3.464,57 3,00 1.415,13 1,37 3.312,12 3,00 2.075,91 3,00 1.560,82 3,00 4.721,95 4,00 4.988,30 4,14 1.583,04 2,00 1.285,85 1,09 3.665,73 3,00 941,47 1,00 8.435,53 7,00 683,35 1,00 2.960,92 3,00 2.343,99 2,00 1.300,71 1,12 2.674,72 2,45 3.305,39 3,00 5.873,10 5,00 1.245,20 1,00 1.802,92 2,00 1.275,83 1,07 3,708,38 3,04
4 AMP Biaya Waktu 1.936,74 1,13 3.470,57 2,04 1.420,13 1,00 3.318,12 1,95 2.081,91 1,22 1.566,82 0,91 4.727,95 2,79 4.993,30 2,95 1.589,04 0,93 1.290,85 0,75 3.672,73 2,16 948,47 0,55 8.440,53 4,99 688,35 0,39 2.967,92 1,75 2.348,99 1,38 1.306,71 0,76 2.679,72 1,58 3.310,39 1,95 5.879,10 3,47 1.250,20 0,73 1.808,92 1,22 1.282,83 0,75 3.715,38 2,19
2.826,37
6,14
2.832,37
4,00
2.839,37
2,80
2.845,37
2,00
420,22 2.450,27 1.348,05 4.498,70 4.977,15 1.612,04 1.438,27 807,24 86.625,99
0,90 5,32 2,92 9,77 10,82 3,50 3,12 1,74 191,24
420,22 2.456,27 1.354,05 4.504,70 4.983,15 1.619,04 1.444,27 813,24 86.817,99
0,90 3,32 2.25 6,00 6,82 2,16 2,00 1,08 125,20
420,22 2.463,27 1.361,05 4.511,70 4.990,15 1.626,04 1.451,27 820,24 87.037,99
0,90 2,65 2,00 4,00 4,15 1,83 1,45 1,00 81,74
420,22 2.469,27 1.367,05 4.517,70 4.996,15 1.632,04 1.457,27 825,24 87.225,99
0,90 1.45 0,8 2,67 2,95 0,95 0,85 0,48 52,60
DAFTAR PUSTAKA Antil, James M. and Ronald W. Woodhead. 1990. Critical Path Method. Fourth Ed. USA: John Wiley & Sons, Inc. Kerzner, Harold. 2006. Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling and Controlling. Ninth Ed. USA: John Wiley & Sons, Inc. Subagyo, Pangestu, Marwan Asri dan T. Hani Handoko. 1986. Dasar-Dasar Operations Research. Edisi Kedua Cetakan Kedua. Yogyakarta: BPFE. Suwandira, G.N.P., R. Indrayani dan Ida Ayu Rai Widhiawati. 2006. Optimasi Biaya Pekerjaan Aspal Hot Mix dengan Model Penugasan (Assignment) pada Proyek Jalan di Bali. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil ITS Vol. 10 No. 1 Januari 2006. Wardhani, K. 1996. Optimasi Distribusi Material dengan Model Transportasi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Simpang Susun Waru – Bandara Juanda Surabaya. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
101