EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAPI PERAH PADA MUSIM YANG BERBEDA DI KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG
AYU LESTARI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kecukupan Nutrien Sapi Perah pada Musim yang Berbeda di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014
Ayu Lestari NIM D24090099
ABSTRAK AYU LESTARI. Evaluasi Kecukupan Nutrien Sapi Perah pada Musim yang Berbeda di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang. Dibimbing oleh DESPAL dan LUKI ABDULLAH. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kecukupan nutrien sapi perah dan mengamati dampaknya terhadap produksi dan kualitas susu serta membandingkan pengaruh curah hujan yang berbeda terhadap aspek kecukupan nutrien. Penelitian ini dilakukan mulai bulan September 2012 sampai Juni 2013 melalui survei lapang dan analisis laboratorium. Peubah yang diamati adalah bobot badan, pemberian pakan, komposisi nutrisi, produksi susu, dan kualitas susu. Data dianalisis menggunakan uji T, korelasi, dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi perah di KPSBU Lembang telah terpenuhi kebutuhan nutrien, kecuali mineral Ca. Pada akhir musim hujan, produksi susu, laktosa, protein, dan SNF susu cenderung lebih rendah, tetapi kadar lemak susu lebih tinggi dibandingkan dengan awal musim hujan. Tidak terdapat model pendugaan produksi dan kualitas susu memuaskan dapat dibuat dari informasi yang ada yang menggambarkan kurangnya pertimbangan performa ternak dalam pola pemberian pakan. Kata kunci: kecukupan nutrien, kualitas susu, produksi susu, sapi perah
ABSTRACT AYU LESTARI. Seasonal Nutritional Status of Dairy Cattle Kept by Small Holder Farmer Under KPSBU Lembang Administration. Supervised by DESPAL and LUKI ABDULLAH. This research was aimed at evaluating dairy cows nutritional status on milk production and quality in different rainfall. The research was done from September 2012 until June 2013 for field survey and laboratory analysis. Body weight, feed intake, nutrient contents, milk production, and milk quality have been measured and analyzed. The data were analyzed using T-test to compare the differences rainfall effect, correlation between all parameters heve been tested and regression model of milk production and quality have been made based on the correlation test. The results showed that in average dairy cows kept by small holder famer under KPSBU administration has been offered feed to fulfilled their nutrients requirement,except for mineral Ca. During early rainy, milk production, lactose, protein, and solid non fat (SNF) tends to be lower, but milk quality especially fat content of milk were higher. No satisfaction regression of milk production and quality model could be made from the parameters used which show that farmers did not consider cow performance in feeding their cattle. Keywords: dairy cows, milk production, milk quality, nutrient adequacy
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAPI PERAH PADA MUSIM YANG BERBEDA DI KOPERASI PETERNAK SAPI BANDUNG UTARA (KPSBU) LEMBANG
AYU LESTARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Evaluasi Kecukupan Nutrien Sapi Perah pada Musim yang Berbeda di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang Nama : Ayu Lestari NIM : D24090099
Disetujui oleh
Dr Despal, SPt, MScAgr Pembimbing I
Prof Dr Ir Luki Abdullah, MscAgr Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi: Evaluasi Kecukupan Nutrien Sapi Perah pada Musim yang Berbeda di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang : A yu Lestari
Nama : D24090099
NIM
Disetujui oleh
Dr Despal, SPt, MScAgr Pembimbing I
Tanggal Lulus:
0 7 JAN 2014
Prof Dr Ir Luki Abdullah, MscAgr Pembimbing II
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penulisan skripsi ini adalah nutrisi ternak dengan judul Evaluasi Kecukupan Nutrien Sapi Perah pada Musim yang Berbeda di Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan September 2012 sampai Juni 2013. Ketersediaan pakan merupakan faktor penting dalam usaha peternakan sapi perah. Namun, penyediaan pakan masih menjadi faktor pembatas pada curah hujan 259 mm bulan dimana hijauan tumbuh lambat. Hal ini akan berpengaruh terhadap performa sapi dan produksi susu. Perhatian khusus perlu diberikan pada ketersediaan pakan agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang menunjang produksi. Salah satu cara untuk mengetahui apakah manajemen pemberian pakan sudah tepat adalah dengan melakukan evaluasi kecukupan nutrisi. Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pada masa mendatang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2014 Ayu Lestari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 METODE PENELITIAN 2 Bahan 2 Alat 2 Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Prosedur Penelitian 3 Survei dan Observasi Lapang 3 Teknik Pengambilan Data 3 Analisis Laboratorium 3 Analisis Data 4 Data yang diambil 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Kondisi Umum Lokasi 6 Karakteristik Peternak 7 Pemberian Pakan 8 Kebutuhan Nutrien 9 Kecukupan Nutrien 10 Bobot Badan,Body Condition Score (BCS),Produksi Susu,dan Kualitas Susu 11 Hubungan Pakan dengan Produksi Susu dan Kualitas Susu 12 SIMPULAN DAN SARAN 13 Simpulan 13 Saran 13 DAFTAR PUSTAKA 14 LAMPIRAN 16 RIWAYAT HIDUP 18 UCAPAN TERIMA KASIH 18
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Umur, pendidikan, dan pengalaman beternak responden Pemberian pakan sapi perah Imbangan hijauan dan konsentrat Kebutuhan nutrien sapi perah berdasarkan NRC 1989 Pemberian nutrien pakan sapi perah Evaluasi kecukupan nutrien sapi perah Rata-rata kecukupan nutrien sapi perah Persentase sapi yang memenuhi kebutuhan nutrien Bobot badan, body condition score (BCS), dan produksi susu Rata-rata komposisi susu
7 8 8 9 10 10 11 11 12 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis korelasi antara pemberian pakan dengan produksi-kualitas susu pada awal musim hujan 2 Analisis korelasi antara pemberian pakan dengan produksi-kualitas susu pada akhir musim hujan
16 17
PENDAHULUAN Peternakan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat membantu menopang pembangunan ekonomi nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produk domestik bruto (PDB) sektor peternakan menyumbang lebih dari 12% produk domestik bruto (PDB) pertanian selama periode 2005 sampai 2010 (BPS 2012). Sementara dari aspek penyerapan tenaga kerja, kontribusi sub sektor peternakan lebih dari 11% terhadap sektor pertanian pada periode 2009 sampai 2011 (Pusdatin 2012). Peternakan sapi perah merupakan salah satu sub sektor peternakan yang cukup mendapat perhatian dimana peternakan sapi perah dikembangkan untuk memenuhi permintaan susu yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dan juga melihat peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan kesadaran sebagian masyarakat akan pentingnya gizi. Usaha peternakan sapi perah di Indonesia didominasi oleh peternakan rakyat dengan jumlah rumah tangga peternak sebanyak 192 ribu RTP (rumah tangga peternak) serta skala kepemilikan ternak 3 sampai 4 ekor per peternak dan ratarata produksi 11.51 liter ekor-1hari-1 (Ditjennak 2010; BPS 2011). Berdasarkan data Dirjen Peternakan, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebesar 5 125 ton, Indonesia masih mengimpor dari luar negeri sebanyak 4 150 ton (80%) sebab kebutuhan dalam negeri hanya bisa memenuhi 975 ton (20%) (Ditjennak 2012). Kebutuhan susu yang meningkat merupakan salah satu faktor pendorong bagi perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia. Perkembangan peternakan yang semakin meningkat membutuhkan manajemen yang baik. Manajemen pakan merupakan hal paling penting dalam usaha peternakan sapi perah. Pakan yang diberikan pada ternak akan mempengaruhi performa ternak itu sendiri (Toharmat 2003). Jika produksi susu dari ternak itu baik, maka pakan yang diberikan diperkirakan telah mencukupi kebutuhan nutrisi dari ternak tersebut. Sebaliknya, jika performa dari ternak tidak seperti yang diharapkan, maka diperkirakan terdapat kesalahan yang terjadi dalam manajemen pemberian pakan tersebut. Pemberian pakan harus sesuai dengan bobot badan sapi, kadar lemak susu, dan produksi susu, terutama bagi beberapa sapi yang telah berproduksi (Sudono et al. 2003). Produksi optimal dapat tercapai dengan cara menyediakan cukup pakan, baik kualitas maupun kuantitasnya, serta terpenuhinya kecukupan gizi sesuai dengan kebutuhan ternak, tidak kekurangan maupun kelebihan (Santosa et al. 2009). Sudono (1999) menyatakan pakan yang diberikan pada sapi perah minimal harus memenuhi tiga macam kebutuhan nutrisi pakan yaitu bahan kering, protein kasar, dan total digestible nutrient (TDN). Tujuan utama dari usaha beternak sapi perah adalah menghasilkan sapi-sapi laktasi dalam kondisi yang baik agar dapat berproduksi secara optimal. Perhatian khusus perlu diberikan pada ketersediaan pakan agar dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang menunjang produksi. Salah satu cara untuk mengetahui apakah manajemen pemberian pakan sudah tepat adalah dengan melakukan evaluasi kecukupan nutrien. Kawasan peternakan KPSBU Lembang merupakan salah satu daerah sentra peternakan sapi perah di Jawa Barat. Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara
2 (KPSBU) terletak di Kecamatan Lembang, 15 km sebelah utara kota Bandung. KPSBU berdiri pada tanggal 8 Agustus 1971 dan memiliki jumlah anggotanya sekitar 8 509 orang. Kegiatan usaha KPSBU Lembang meliputi usaha simpan pinjam, perdagangan susu, penyediaan makanan ternak atau biasa disebut MAKO (Makanan Konsentrat), pembibitan dan kesehatan hewan, dan usaha perdagangan. Kawasan peternakan anggota KPSBU Lembang berada di daerah padat penduduk yang terus berkembang. Potensi pariwisata yang tinggi menyebabkan persaingan peruntukan lahan semakin tinggi. Hal tersebut menyebabkan penyediaan pakan terutama hijauan untuk sapi perah semakin terbatas. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kecukupan nutrien sapi perah dan mengamati dampak kecukupan nutrien terhadap produksi dan kualitas susu. Penelitian ini juga ditujukan untuk membandingkan pengaruh curah hujan yang berbeda terhadap aspek kecukupan nutrien. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam dunia peternakan, khususnya dalam manajemen pemberian pakan sehingga dapat diaplikasikan oleh peternak.
METODE PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan, meliputi ternak dan pakan. Ternak yang diamati, yaitu sebanyak 113 ekor sapi laktasi peranakan Fries Holstein (FH) yang terdapat pada peternakan sapi perah rakyat aggota KPSBU Lembang dengan jumlah peternak sebanyak 30 peternak. Pakan yang diberikan di peternakan sapi perah rakyat anggota KPSBU Lembang, antara lain hijauan dan konsentrat. Alat Peralatan yang digunakan, antara lain kuisioner untuk peternak, timbangan, gelas takar, botol sampel susu, plastik, label, pita ukur, alat tulis, dan alat analisis susu Lactoscan type S_L. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu pengambilan data di lapang selama 4 bulan dari September sampai November 2012 dan Februari 2013 di peternakan sapi perah rakyat anggota KPSBU Lembang dan pengujian sampel selama 5 bulan dari November sampai Desember 2012 dan April sampai Juni 2013 di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB, Laboratorium Kimia Fakultas MIPA IPB, dan Laboratorium PAU IPB.
3 Prosedur Penelitian Survei dan Observasi Lapang Survei dilakukan di peternakan sapi perah rakyat anggota KPSBU Lembang. Pengamatan dilakukan bersamaan dengan wawancara kepada setiap responden. Pengamatan dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keterampilan teknis peternak. Pengamatan juga dilakukan sebagai konfirmasi terhadap hasil wawancara. Teknik Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan data primer yang didapatkan dari pengukuran dan wawancara di lapang yang disertai pengisian kuesioner. Responden diambil secara random, yaitu sebanyak 6 responden masing-masing dari 5 daerah yang berbeda. Berdasarkan data BMKG, curah hujan bulan Oktober-November 2012 sebesar 438 mm bulan-1 yang disebut sebagai periode awal musim hujan, sedangkan curah hujan bulan Pebruari-Maret 2013 sebesar 259 mm bulan-1 yang disebut sebagai akhir musim hujan (BMKG 2012 dan 2013). Analisis Laboratorium 1.
Analisis Proksimat (Metode AOAC 1988)
Sampel pakan yang sudah dikoleksi untuk analisis kandungan nutrisi, diambil sebanyak 1 kg (hijauan) dan 500 g (pakan penguat). Sampel hijauan dikeringkan di bawah sinar matahari selama 15 jam intensitas matahari (Asti et al. 2010). Hijauan kering dan pakan penguat digiling hingga melewati saringan 0.5 mm. Sebanyak 50 g dari sampel hasil gilingan dipisahkan untuk analisis proksimat. Analisis bahan kering (BK) dilakukan dengan mengeringkan ±4 g sampel dalam wadah cawan porselin yang sudah diketahui beratnya menggunakan oven 105 ºC selama 24 jam (hingga berat konstan). Persentase bahan kering (BK) dihitung sebagai persentase dari berat sampel setelah oven dan sebelum oven. Kandungan abu diperoleh setelah sampel yang sama diinsinerasi (dibakar) pada oven (tanur) bersuhu 600 ºC selama 6 jam (hingga bahan organik hilang). Kadar lemak ditentukan dengan ekstraksi petroleum benzene, sedangkan protein dianalisis menggunakan metode Kjeldahl. Kandungan serat kasar diperoleh dari sisa penyaringan setelah dilarutkan pada pelarut asam dan basa. 2.
Analisis Mineral Preparasi Sampel (Metode Reitz et al. 1987)
Sebanyak ±1 g sampel pakan/rumput dimasukkan ke dalam erlenmeyer ukuran 125 ml/100 ml, kemudian ditambahkan 5 ml HNO3 (p) dan didiamkan selama 1 jam pada suhu ruang di ruang asam. Selanjutnya, erlenmeyer dipanaskan di atas hot plate dengan temperatur rendah selama 4 sampai 6 jam (dalam ruang asam), kemudian didiamkan semalam dalam keadaan sampel ditutup. Setelah itu, ke dalam erlenmeyer ditambahkan 0.4 ml H2SO4 (p) dan dipanaskan di atas hot plate hingga larutan berkurang (lebih pekat) ±1 jam. Selanjutnya, ke dalam erlenmeyer ditambahkan 2 sampai 3 tetes larutan campuran HClO4 : HNO3 (2 : 1). Sampel masih tetap di atas hot plate dengan pemanasan sampai terjadi perubahan
4 warna dari coklat kuning tua menjadi kuning muda (±1 jam). Setelah ada perubahan warna, pemanasan masih dilanjutkan selama 10 sampai 15 menit, kemudian sampel dipindahkan lalu didinginkan dan ditambahkan 2 ml aquadest dan 0.6 ml HCl (p). Selanjutnya, erlenmeyer dipanaskan kembali sampai sampel larut (±15 menit) kemudian sampel dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Apabila ada endapan disaring dengan glass wool. Hasil pengabuan basah dianalisa menggunakan AAS atau spektrofotometer untuk analisa berbagai mineral. Namun, sebelumnya sampel dipreparasi terlebih dahulu dengan faktor pengenceran yang dibutuhkan dan penambahan bahan kimia untuk menghilangkan ion-ion pengganggu (Cl3La.7H2O). Preparasi Larutan Larutan yang diperlukan untuk analisis mineral, yaitu larutan A yang dibuat dengan melarutkan sebanyak 17 g TCA dengan aquadest sampai 100 ml, larutan B yang dibuat dengan melarutkan 10 g (NH4)6Mo7O24.4H2O dengan 60 ml aquadest dan ditambahkan 28 ml H2SO4 pekat secara bertahap dimana larutan tersebut dibuat sampai 100 ml dengan menambah aquadest, kemudian didinginkan dalam suhu kamar, larutan C yang dibuat dengan melarutkan 10 ml larutan B, 60 ml aquadest, dan 5 g FeSO4.7H2O dalam 100 ml dengan menambah aquadest, larutan standar untuk P yang dibuat dengan melarutkan 4.394 g KH2PO4 dalam aquadest sampai 1000 ml, larutan pengikat anion-anion pengganggu (Cl3La.7H2O) yang dibuat dengan melarutkan 6.6838 g Cl3La.7H2O dalam aquadest sampai 25 ml. Analisis Mineral Phospor (P) (Metode Taussky dan Shorr 1953) Konsentrasi larutan standar P = 2,3,4 dan 5 ppm dibuat dengan melarutkan 0.4, 0.6, 0.8, dan 1 ml KH2PO4 dalam 5 ml pengencer. Masing-masing volume tersebut ditambahkan 2 ml larutan C dan aquadest sampai volume akhir 5 ml. Selajutnya, filtrat sampel dipipet ke dalam tabung (ukuran volume sampel yang dipipet tergantung kadar P pada sampel), kemudian ditambahkan 2 ml larutan C. Setelah itu, untuk mengetahui nilai absorbansi digunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 660 nm. Analisis Mineral Calcium (Ca) (Metode AOAC 2003) Konsentrasi larutan standar Ca : 2,4 dan 6 ppm dibuat dengan memipet sebanyak 0.25 ml filtrat ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 0.05 ml Cl3La.7H2O. Selanjutnya, ke dalam tabung reaksi ditambahkan aquadest sampai volume larutan 5 ml dan disentrifuge 3000 rpm selama 10 menit. Setelah itu, untuk mengetahui nilai absorbansi digunakan AAS (Spektrofotometer Serapan Atom). Analisis Data Data yang diambil 1.
Bobot Badan Pendugaan bobot badan dilakukan dengan mengukur lingkar dada (LD) setiap ternak yang dijadikan sampel. Pendugaan bobot badan dapat dihitung dengan menggunakan rumus Schoorl (Sudono 2003) yaitu :
5 BB
= (LD + 22)2/100
Keterangan : BB : bobot badan (kg) LD : lingkar dada (cm) 2.
Body Condition Score (BCS) Penilaian kondisi tubuh dilakukan dengan cara pengamatan dan perabaan terhadap deposit lemak pada bagian tubuh ternak, yaitu pada bagian punggung dan seperempat bagian belakang, seperti pada bagian processus spinosus, processus spinosus ke processus transversus, processus transversus, legok lapar, tuber coxae (hooks), antara tuber coxae dan tuber ischiadicus (pins), antara tuber coxae kanan dan kiri, dan pangkal ekor ke tuber ischiadicus dengan skor 1-5 (skor 1 = sangat kurus, skor 3 = sedang, dan skor 5 = sangat gemuk) skala 0.25 (Edmonson et al. 1989).
3.
Produksi Susu Pengukuran produksi susu dilakukan dengan cara mengukur susu yang dihasilkan oleh setiap sapi laktasi pada saat pemerahan pagi dan sore hari. Pengukuran susu dilakukan pada saat memindahkan susu dari ember perah ke milk can dengan menggunakan gelas ukur 2000 ml. Jumlah produksi susu yang telah diukur dicatat dalam satuan liter.
4.
Pemberian Pakan Pakan hijauan dan konsentrat diukur dengan menggunakan timbangan pada saat peternak akan memberi makan ternak dan mengambil sampel pakan yang diberikan. Jumlah pakan yang diberikan dicatat dalam satuan kg. Sampel yang diambil sebanyak 1-2 kg untuk hijauan dan 0.5-1 kg untuk konsentrat. Sampel dianalisis untuk kandungan proksimat dan mineral pakan.
5.
Komposisi Susu Sampel susu hasil pemerahan pagi dan sore tiap ekor sapi laktasi diambil sebanyak ±20 ml. Sampel diambil segera setelah selesai pemerahan dan dimasukkan ke dalam botol sampel susu. Komposisi susu diuji dengan menggunakan lactoscan type S_L.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Statistik Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi peternakan di kawasan peternakan sapi perah rakyat anggota KPSBU Lembang, karakteristik peternak, mendeskripsikan bobot badan, produksi susu, body condition score (BCS), pemberian pakan, analisis pakan, dan analisis kualitas susu. 2. Uji T Uji-T digunakan untuk membandingkan variabel antar musim. Persamaan uji T adalah sebagai berikut (Steel dan Torrie 1995) :
6
Keterangan : t : koefisien t-student xi : rata-rata kelompok ke-i ni : jumlah data kelompok sampel ke-i s : standar deviasi sampel 3. Analisis korelasi dan regresi Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemberian pakan dengan produksi dan kualitas susu. Apabila terdapat korelasi nyata maka dilanjutkan dengan mencari persamaan regresinya. Koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan rumus Walpole (1982) sebagai berikut :
Regresi linear pendugaan produksi dan kualitas susu mengikuti persamaan sebagai berikut : y = a + b1x1 + b2x2 + .... + bnxn Keterangan : y : produksi dan kualitas susu xi : komposisi nutrien a : intersep b : koefisien komposisi nutrien n : jumlah sampel yang digunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Kecamatan Lembang merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat yang berjarak 15 km sebelah utara kota Bandung dan merupakan salah satu kawasan yang cocok dalam pengembangan sapi perah. Kecamatan Lembang berbatasan dengan : Kabupaten Subang di sebelah Utara, Kabupaten Sumedang dan Kecamatan Cimenyan di sebelah Timur, Kota Bandung di sebelah Selatan, dan Kecamatan Parompong di sebelah Barat. Luas total wilayah Kecamatan Lembang adalah 8952.48 ha yang terdiri dari 16 desa dan 43 dusun. Berdasarkan topografinya, Kecamatan Lembang memiliki ketinggian tempat 1200 sampai 1257 m dpl. Temperaturnya berkisar antara 15.6 sampai 16.8 ºC pada musim hujan dan 30.5 sampai 32.7 ºC pada curah hujan 259 mm bulan. Keadaan lingkungan tersebut sangat sesuai untuk usaha peternakan sapi perah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1981) bahwa daerah sejuk dan kering yang sesuai untuk sapi perah adalah pegunungan dengan ketinggian minimal 800 m dpl dan bersuhu 18.3 ºC.
7 Karakteristik Peternak Hasil pengukuran karakteristik peternak responden meliputi umur, pendidikan, dan pengalaman beternak. Tabel 1 Umur, pendidikan, dan pengalaman beternak responden No. 1
2
3
Uraian Umur (tahun) 24 – 39 (muda) 40 – 55 (sedang) 56 -70 (tua) Pendidikan SD SMP SMA Universitas Pengalaman beternak (tahun) 1 - 12 (baru) 13 – 26 (berpengalaman) 27 – 39 (sangat berpengalaman)
Jumlah Peternak Orang % 17 10 3
57 33 10
20 3 5 2
67 10 17 6
10 15 5
33 50 17
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa peternak responden yang melakukan usaha sapi perah mempunyai umur terendah 24 tahun dan tertinggi 70 tahun. Sebagian besar peternak (90%) berada pada usia kerja produktif (24-55 tahun). Hal tersebut merupakan potensi tenaga kerja yang sangat besar. Menurut Rasyaf (1995) dalam Nuraeni dan Purwanta (2006) bahwa umur 25-55 tahun merupakan umur produktif, sedangkan umur di atas 55 tahun tingkat produksinya telah melewati titik optimal dan akan menurun sejalan dengan pertambahan umur. Pendidikan formal secara langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi pola pikir peternak dan kinerja peternak dalam mengelola usaha sapi perah. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa 67% peternak berpendidikan sekolah dasar, 27% berpendidikan sekolah menengah dan sebanyak 6% sudah mengenyam pendidikan di universitas. Komposisi pendidikan yang demikian cukup ideal untuk pelaksanaan suatu peternakan dimana terdapat peternak yang memiliki latar belakang pendidikan lebih tinggi dapat memberikan contoh kepada peternak lainnya yang memiliki latar belakang pendidikan lebih rendah namun berpengalaman dalam beternak. Pengalaman beternak adalah lamanya seseorang menekuni usaha peternakan sapi perah yang dinyatakan dalam tahun. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar (67%) peternak sudah memiliki pengalaman lebih dari 12 tahun dan 17% peternak berpengalaman 1-12 tahun. Pengalaman beternak sapi perah yang demikian dapat menjadi modal yang sangat penting dalam keberhasilan usaha sapi perah.
8 Pemberian Pakan Rata-rata pemberian hijauan dan konsentrat relatif sama pada kedua kondisi curah hujan, yaitu secara berurutan 13.65 (kg BK ekor-1 hari-1) dan 10.78 (kg BK ekor-1 hari-1) pada awal musim hujan serta 13.71 (kg BK ekor-1 hari-1) dan 10.78 (kg BK ekor-1 hari-1) pada akhir musim hujan. Pemberian hijauan berdasarkan bahan segar (BS) sudah memenuhi patokan pemberian hijauan, yaitu 10% dari bobot badan (Sudono 2003). Data pemberian pakan sapi perah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Pemberian pakan sapi perah Jenis pakan Hijauan BS kg e-1 hari-1 BK kg e-1 hari-1 % BB dari BS % BB dari BK Konsentrat BS kg e-1 hari-1 BK kg e-1 hari-1 % BB dari BS % BB dari BK
Curah hujan Awal musim hujan Akhir musim hujan
Uji T
60.22±32.80 13.65±7.19 14.03±7.98 3.18±1.75
61.94±30.18 13.71±7.07 14.10±7.27 3.14±1.71
0.688 0.454 0.469 0.510
24.71±10.11 10.78±3.82 5.72±2.37 2.48±0.86
23.88±9.39 10.78±3.51 5.45±2.21 2.46±0.84
0.249 0.459 0.150 0.265
BS : bahan segar; BK : bahan kering; BB : bobot badan
Imbangan hijauan dan konsentrat berdasarkan bahan kering pada akhir musim hujan lebih tingggi dibandingkan dengan awal musim hujan, yaitu 56:44 pada akhir musim hujan dan 55:45 pada awal musim hujan. Hal ini disebabkan bervariasinya jenis hijauan yang diberikan pada akhir musim hujan. Tabel 3 Imbangan hijauan dan konsentrat Musim Awal musim hujan BS kg e-1 hari-1 BK kg e-1 hari-1 % BB dari BS % BB dari BK Akhir musim hujan BS kg e-1 hari-1 BK kg e-1 hari-1 % BB dari BS % BB dari BK
Jenis pakan Hijauan Konsentrat
Imbangan
60.22±32.80 13.65±7.19 14.03±7.98 3.18±1.75
24.71±10.11 10.78±3.82 5.72±2.37 2.48±0.86
71 : 29 55 : 45
61.94±30.18 13.71±7.07 14.10±7.27 3.14±1.71
23.88±9.39 10.78±3.51 5.45±2.21 2.46±0.84
72 : 28 56 : 44
BS : bahan segar; BK : bahan kering; BB : bobot badan
9 Menurut Siregar (1992), untuk mencapai produksi susu yang tinggi dengan tetap mempertahankan kadar lemak susu dan memenuhi persyaratan kualitas, perbandingan antara bahan kering hijauan dan konsentrat adalah 60:40. Namun, apabila hijauan yang diberikan berkualitas rendah, perbandingan bergeser menjadi 55:45, sedangkan apabila hijauan yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi, perbandingan dapat berubah menjadi 64:36. Selain itu, Musnandar (2011) menyatakan bahwa imbangan hijauan dan konsentrat 50% lebih baik karena memberikan keseimbangan gizi yang lebih baik dan saluran pencernaan relatif sehat. Kebutuhan Nutrien Dalam penyusunan ransum sapi perah khususnya periode laktasi dibutuhkan informasi dari bobot badan, kadar lemak, dan produksi susu (NRC 1989). Semakin tinggi bobot badan, kadar lemak, dan produksi susu maka kebutuhan nutrien semakin tinggi pula. Sudono (1999) menyatakan pakan yang diberikan pada sapi perah minimal harus memenuhi tiga macam kebutuhan nutrisi pakan yaitu bahan kering, protein kasar, dan total digestible nutrient (TDN). Pakan yang dikonsumsi oleh sapi perah pada dasarnya yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk berproduksi. Rata-rata kebutuhan BK, PK, Ca, P, dan TDN sapi pada awal musim hujan dan akhir musim hujan tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini disebabkan bobot badan dan produksi susu sapi tidak jauh berbeda selama periode tersebut sehingga kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi susu relatif sama. Data kebutuhan nutrien sapi perah dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kebutuhan nutrien sapi perah berdasarkan NRC 1989 Kebutuhan Awal musim hujan nutrien µ±std min-maks (kg) BK 14.53±2.15 10.99-21.99 PK 2.03±0.49 1.15-3.68 Ca 0.07±0.01 0.05-0.14 P 0.05±0.01 0.03-0.08 TDN 9.40±1.81 6.09-15.31
Akhir musim hujan µ±std
min-maks
14.54±2.06 2.06±0.54 0.08±0.02 0.05±0.01 9.56±1.93
10.80-22.83 0.83-3.72 0.04-0.14 0.02-0.09 5.30-15.70
Uji T 0.496 0.316 0.213 0.206 0.257
BK : bahan kering; PK : protein kasar; Ca : calcium; P : phospor; TDN : total digestible nutrient
Kebutuhan bahan kering (BK) untuk sapi perah adalah sekitar 2.5 sampai 3% dari bobot badannya (NRC 1989). Kebutuhan energi (TDN) untuk sapi perah adalah berdasarkan kebutuhan untuk hidup pokok, produksi susu, kadar lemak susu dan, kebutuhan untuk reproduksi (Schmidt et al. 1988). Disamping energi, protein merupakan zat pakan yang penting untuk proses metabolisme tubuh (Sudono 1999). Jumlah protein yang dibutuhkan sapi laktasi tergantung pada berat badan, jumlah susu yang dihasilkan dan kadar lemak susu yang dihasilkan (Siregar 1972). Mineral di dalam ransum sapi perah digunakan untuk efisiensi produksi susu, memelihara kesehatan dan reproduksi (Mc Dowell 1985).
10 Kecukupan Nutrien Jumlah pemberian BK, LK, PK, SK, Ca, P, dan TDN pakan dapat dilihat pada Tabel 5. Pemberian BK, SK, Ca, P, dan TDN tidak berbeda nyata antara awal musim hujan dan akhir musim hujan. Rata-rata pemberian bahan kering (BK) pada awal musim hujan adalah sebesar 24.43±8.09 (kg ekor-1 hari-1), sedangkan pada akhir musim hujan adalah 24.48±7.70 (kg ekor-1 hari-1). Tabel 5 Pemberian nutrien pakan sapi perah Pemberian nutrien (kg) BK LK PK SK Ca P TDN
Awal musim hujan
Akhir musim hujan
µ±std
min-maks
µ±std
min-maks
24.43±8.09 0.85±0.29 2.98±1.13 5.41±2.15 0.05±0.02 0.07±0.02 15.21±4.76
12.34-43.24 0.37-1.51 1.43-6.10 2.41-10.53 0.03-0.12 0.04-0.11 7.56-24.11
24.48±7.70 0.87±0.26 2.99±0.93 5.34±2.12 0.04±0.01 0.06±0.02 15.31±4.34
12.24-43.24 0.39-1.43 1.46-4.94 2.41-11.56 0.02-0.08 0.03-0.11 7.52-23.54
Uji T 0.458 0.069 0.343 0.475 1.000 1.000 0.400
BK : bahan kering; LK : lemak kasar; PK : protein kasar; SK : serat kasar; Ca : calcium; P : phospor; TDN : total digestible nutrient
Data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah pemberian pakan telah memenuhi bahkan melebihi kebutuhan. Namun, masih terdapat kekurangan Ca, baik pada awal musim hujan maupun akhir musim hujan. Hal ini disebabkan rendahnya kandungan mineral dalam pakan. Tabel 6 Evaluasi kecukupan nutrien sapi perah Rata-rata Pemberian (kg) Kebutuhan (kg) Nutrient balance (kg)
Awal musim hujan
Akhir musim hujan
BK
PK
Ca
P
TDN
BK
PK
Ca
P
TDN
24.43
2.98
0.05
0.07
15.21
24.48
2.99
0.04
0.06
15.31
14.53
2.03
0.08
0.05
9.40
14.54
2.07
0.08
0.05
9.56
+9.90
+0.95
-0.03
+0.02
+5.81
+9.94
+0.92
-0.04
+0.01
+5.75
BK : bahan kering; PK : protein kasar; Ca : calcium; P : phospor; TDN : total digestible nutrient
Rata-rata kecukupan nutrien sapi perah dapat dilihat pada Tabel 7. Pada Tabel 7 terlihat bahwa persentase kecukupan nutrien sapi perah telah memenuhi bahkan melebihi kebutuhan sapi perah, kecuali pemenuhan mineral Ca yang kurang dari 100%.
11 Tabel 7 Rata-rata kecukupan nutrien sapi perah Kebutuhan nutrien Bahan Kering Protein Kasar Calcium Phospor Total Digestible Nutrient
Awal musim hujan (%) 171.83 155.63 69.08 140.04 167.34
Akhir musim hujan (%) 172.51 156.33 57.94 134.10 167.44
Rata-rata jumlah sapi yang telah memenuhi kebutuhan BK, PK, Ca, P, dan TDN pada awal musim hujan dan akhir musim hujan dapat dilihat pada Tabel 8. Bervariasinya persentase sapi yang memenuhi kebutuhan nutrien diduga disebabkan kualitas pakan yang beragam, efisiensi pakan, dan tingkat kecernaan pakan. Kecernaan bahan pakan tergantung dari keseimbangan nutrisi pakannnya, semakin seimbang nutrisi pakan semakin baik koefisien cernanya (McDonald et al. 1992). Pada akhir musim hujan lebih banyak sapi yang terpenuhi kebutuhan BK dan TDN, namun PK, Ca, dan P lebih sedikit terpenuhi. Hal tersebut disebabkan kandungan BK bahan pakan yang lebih tinggi pada akhir musim hujan, namun kualitas protein menurun. Tabel 8 Persentase sapi yang memenuhi kebutuhan nutrien Kebutuhan nutrien Bahan Kering Protein Kasar Calcium Phospor Total Digestible Nutrient
Awal musim hujan (%)
Akhir musim hujan (%)
84.35 77.39 15.65 70.43 82.61
91.30 73.91 5.22 66.09 88.69
Bobot Badan,Body Condition Score (BCS),Produksi Susu,dan Kualitas Susu Rata-rata bobot badan, body condition score (BCS) dan produksi susu sapi pada awal musim hujan tidak berbeda nyata (P>0.05) dibandingkan dengan akhir musim hujan. Body Condition Score (BCS) sepanjang laktasi minimum dan maksimum masing-masing adalah 2.25 dan 3.25. Hasil ini sesuai penelitian Sukandar et al. (2008) yang menyatakan bahwa Body Condition Score (BCS) sepanjang laktasi minimum dan maksimum masing-masing adalah 2.00 dan 3.75. Namun, nilai BCS tersebut masih di bawah rekomendasi Penn State (2004) yang menyatakan bahwa nilai BCS sepanjang laktasi minimum dan maksimum adalah 3.00 dan 3.25. Kondisi tubuh sapi dewasa yang ideal berkaitan erat dengan produksi susu optimal. Sapi dewasa yang berada pada kondisi tubuh terlalu gemuk atau terlalu kurus akan menurunkan produksi susu. Hal ini sesuai dengan pernyatan Taylor dan Field (2004), yang menyatakan bahwa setelah beranak sapi perah akan mengalami kesulitan menyediakan nutrisi untuk produksi susu karena konsumsi pakan terbatas, sehingga cadangan lemak tubuh digunakan untuk
12 memenuhi kebutuhan. Oleh karenanya, sapi perah akan mengalami kehilangan bobot tubuh selama peningkatan produksi susu sehingga BCS menurun. Data bobot badan, body condition score (BCS), dan produksi susu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Bobot badan, body condition score (BCS), dan produksi susu Peubah
Awal musim hujan
Akhir musim hujan
Uji T
Bobot badan (kg) Body Condition Score Produksi susu (kg e-1 h-1)
434.42±35.85 2.65±0.19 18.73±6.07
441.90±35.10 2.66±0.22 18.31±6.05
0.052 0.912 0.324
Rataan kandungan lemak, laktosa, protein, dan solid non fat (SNF) masingmasing sebesar 4.17%, 4.28%, 2.93%, dan 7.75% pada awal musim hujan, sedangkan rataan kandungan lemak, laktosa, protein, dan solid non fat (SNF) pada akhir musim hujan sebesar 4.55%, 4.17%, 2.91%, dan 7.53%. Kadar lemak dan protein telah memenuhi syarat mutu susu segar Badan Standarisasi Indonesia (2011), yaitu minimum kadar protein susu sebesar 2.8% dan kadar lemak susu 3%. Namun, untuk kadar solid non fat (SNF) masih di bawah syarat minimum susu segar, yaitu 7.8%. Tabel 10 Rata-rata komposisi susu Komposisi susu Lemak Laktosa Protein Solid Non Fat
Rata-rata (%) Awal musim hujan Akhir musim hujan 4.17 4.55 4.28 4.17 2.93 2.91 7.75 7.53
Uji T 0.034* 0.000* 0.304 0.000*
** sangat berbeda nyata (P<0.001); * berbeda nyata (P<0.05)
Rata-rata kadar lemak susu pada awal musim hujan nyata (P<0.05) lebih rendah dibandingkan dengan akhir musim hujan. Namun, untuk kadar laktosa, solid non fat (SNF) pada awal musim hujan sangat nyata (P<0.001) lebih tinggi dibandingkan dengan akhir musim hujan, sedangkan untuk kadar protein tidak berbeda nyata (P>0.05) antara kedua kondisi curah hujan. Kadar bahan kering tanpa lemak (SNF) juga dipengaruhi kadar lemak susu dan kadar lemak susu rendah maka kadar bahan kering tanpa lemak susu (SNF) cenderung lebih tinggi (Sembiring 2002). Hal ini dikarenakan solid non fat (SNF) merupakan pengurangan total solid (TS) dengan lemak. Data komposisi susu dapat dilihat pada Tabel 10. Hubungan Pakan dengan Produksi Susu dan Kualitas Susu Hubungan antara pemberian pakan dengan produksi susu dan kualitas susu pada awal musim hujan didapatkan persamaan sebagai berikut : Produksi susu (%) = 35.014 – 0.748 SK (R = 0.335, R2 = 10.4%)
13 Lemak susu (%)
= -0.283 + 0.0193 BK - 0.704 LK + 0.103 SK + 8.278 P + 0.030 TDN (R = 0.421, R2 = 17.7%) Laktosa susu (%) = 3.374 + 0.033 PK + 1.833 P (R = 0.330, R2 = 10.9%) Solid Non Fat susu (%) = 6.100 + 0.064 PK + 3.204 P (R = 0.338, R2 = 11.4%) Hubungan antara pemberian pakan dengan produksi susu dan kualitas susu pada akhir musim hujan didapatkan persamaan sebagai berikut : Produksi susu (%) = 9.415 + 1.552 LK – 0.060 SK + 24.700 Ca (R = 0.299, R2 = 8.9%) Protein susu (%) = 7.547 – 0.293 LK – 0.067 PK – 2.194 P - 0.034 TDN (R = 0.294, R2 = 8.7%) Laktosa susu (%) = 3.620 + 0.045 PK (R = 0.184, R2 = 3.4%) Lemak susu (%) = 5.920 - 7.372 Ca (R = 0.246, R2 = 6.0%) Koefisien determinasi (R2) yang kecil pada persamaan pendugaan produksi dan kualitas susu dari pemberian pakan menunjukkkan bahwa peternak belum mempertimbangkan produksi dan kualitas susu dalam pemberian pakan. Oleh karena itu, dibutuhkan informasi lain untuk dapat meningkatkan akurasi pendugaan seperti kandungan serat atau fraksi serat dari analisisis Van Soest.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sapi perah di KPSBU Lembang telah terpenuhi kebutuhan nutrisi, kecuali mineral Ca. Pada akhir musim hujan, produksi susu, laktosa, protein, dan SNF susu cenderung lebih rendah, tetapi kadar lemak susu lebih tinggi dibandingkan dengan awal musim hujan. Saran Pemberian pakan pada ternak sapi perah sebaiknya memperhatikan kebutuhan nutrisi, meliputi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi agar sapi perah dapat berproduksi optimal. Selain itu, dapat digunakan legum sebagai hijauan tambahan dan ditambahakan mineral mix dalam pakan untuk memenuhi kebutuhan mineral Ca. Diperlukan informasi tambahan seperti fraksi serat untuk meningkatkan akurasi pendugaan produksi dan kualitas susu.
14
DAFTAR PUSTAKA [AOAC] Associaton of Official Analitycal Chemist. 1988. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (US): AOAC Inc. [AOAC] Associaton of Official Analitycal Chemist. 2003. Official Method of Analysis of The Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (US): AOAC Inc. Asti ND, Permana IG, Suryahadi, Despal. 2010. Technical effect and drying time on the quality of ramie (Boehmeria nivea, L. GAUD) leaves hay. Proceeding Seminar Empowerment of Local Feeds to Support Feed Security" The 1st International Seminar and The 7th Biennial Meeting of Indonesian Nutrition and Feed Science Association (AINI); 2009 July18-19; Purwokerto, Indonesia. Purwokerto (ID): Unsoed Pr. Hlm 68-72. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah, dan Kerbau 2011. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha [Internet]. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik. [diunduh 4 Oktober 2013]. Tersedia pada http://www.bps.go.id/pdb.php [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2011. Definisi Susu Segar (SNI 01-31412011). Jakarta (ID): Dewan Standarisasi Nasional. [Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2010. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2010. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. [Ditjennak] Direktorat Jenderal Peternakan. 2012. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI. Edmonson AJ, Lean IJ, Weaver LD, Farver T, Webster G. 1989. A body condition scoring chart for Holstein dairy cows. J Dairy Sci. 72: 68 – 70. McDonald P, Edward RA, Grenhalg JFD. 1992. Animal Nutrition. 4th Ed. London (GB): Longman. McDowell M. 1985. Mineral Nutrition of Animals. Connecticut (US): AVI Publishing Company Inc, Musnandar E. 2011. Efisiensi energi pada sapi perah holstein yang diberi berbagai imbangan rumput dan konsentrat. J Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 13(2): 53-58. [NRC] National Research Council. 1989. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 6th Revised Edition. Washinhton DC (US): National Academy Pr. Nuraeni, Purwanta. 2006. Potensi sumber daya dan analisis pendapatan usaha peternakan sapi perah di Kabupaten Sinjai. J Agrisistem 2 (1): 8-17. Penn State. 2004. Begginer’s Guide to Body Condition Scoring: ATool for Dairy Herd Management.Revised Edition. Washington DC (US): National Academy Pr. [Pusdatin] Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2012. Tenaga Kerja Pertanian [Internet]. Jakarta (ID): Kementan RI [diunduh 4 Oktober 2013]. Tersedia pada http://pusdatin.deptan.go.id/admin/satlak/Tenaga-KerjaPertanian.pdf
15 Reitz LL, Smith WH, Plumlee MP. 1987. A Simple Wet Oxidation Procedure for Biological Material. West Lafayee (US) : Purdue University. Santosa KA, Dwiyanto K, Toharmat T. 2009. Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia. Jakarta (ID): LIPI Pr. Schmidt GH, Van Vleck LD, Hutgens MF. 1988. Principles of Dairy Science. 2nd Edition. New Jersey (US): Prenttice Hall. Sembiring SBR. 2002. Pengaruh pemberian kultur Bacillus sp. terhadap produksi dan kualitas susu sapi perah fries holland [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siregar SB. 1972. Berbagai faktor yang mempengaruhi kadar lemak susu sapi perah. Wartazoa. (2): 13-15. Siregar SB. 1992. Sistem pemberian pakan dalam upaya meningkatkan produksi susu sapi perah. Wartazoa. 2(3-4) : 23-27. Sudono A. 1999. Ilmu Produksi & Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sudono A, Rosdiana RF, Setiawan BS. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Sukandar A, Purwanto BP, Anggraeni A. 2008. Keragaan body condition score dan produksi susu sapi perah friesian-holstein di peternakan rakyat KPSBU Lembang, Bandung. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner [Waktu tidak diketahui]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sutardi T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian Makanannya. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Steel RGD,Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Diterjemahkan : Bambang Sumantri. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama. Taussky HH, Shorr E. 1953. A micro colorimetric method for the determination of inorganic phosphorus. J BiolChem (202):675-685. Taylor RE, Field TG. 2004. Scientific Farm Animal Production : An Introduction to Animal Science. New Jersey (US): Perason Prentice Hall. Toharmat T. 2003. Nutrisi Sapi Perah. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan. Bogor (ID): Insitut Pertanian Bogor. Walpole RE. 1982. Ilmu Peluang dan Statistik untuk Insinyur dan Ilmuwan. Bandung (ID): ITB Pr.
16 Lampiran 1 Analisis korelasi antara pemberian pakan dengan produksi-kualitas susu pada awal musim hujan BK BK LK PK SK Ca P TDN Prod. Susu F L PR SNF
1
LK
PK
SK
Ca
P
TDN
0.713** 1
0.170 0.473** 1
-0.607** -0.678** -0.145 1
0.095 0.368** -0.100 -0.510** 1
0.438** 0.506** 0.465** -0.173 -0.252** 1
0.305** 0.506** 0.422** -0.635** 0.464** 0.172 1
Prod. Susu 0.117 0.235* 0.074 -0.224* 0.257** -0.097 0.84 1
F 0.064 0.011 0.126 0.180 -0.246** 0.143 0.046 -0.295** 1
L
PR
-0,159 -0.101 -0.004 -0.261** 0.184* -0.204* 0.091 0.176 0.032 -0.134 0.075 -0.194* 0.006 -0.216* -0.329** 0.289* 1
-0.146 0.071 0.130 1
SNF -0.109 0.010 0.178 0.037 0.054 0.054 -0,011 -0.246** 0.199* 0.848** 0.117 1
** sangat berbeda nyata (P<0.001); * berbeda nyata (P<0.05); BK : bahan kering, LK : lemak kasar, PK : protein kasar, SK : serat kasar, Ca : calcium, P : phosphor, TDN : total digestible nutreint, F : lemak, L : laktosa, PR : protein, SNF : solid non fat
17 Lampiran 2 Analisis korelasi antara pemberian pakan dengan produksi-kualitas susu pada akhir musim hujan
BK LK PK SK Ca P TDN Prod. Susu F L PR SNF
BK
LK
PK
SK
Ca
P
TDN
1
0.501** 1
-0.055 0.601** 1
-0.613** -0.312** 0.366** 1
-0.106 -0.193* -0.236* -0.057 1
0.103 -0.166 -0.033 0.075 -0.468** 1
0.413** 0.649** 0.135 -0.569** -0.203* -0.165 1
Prod. Susu 0.044 0.137 0.055 -0.335** -0.026 -0.177 0.143 1
F
L
PR
SNF
-0.197* -0.351** -0.176 0.255** 0.038 0.225* -0.272**
0.001 0.049 0.226* 0.164 -0.146 0.233* -0.095
-0.078 -0.055 -0.037 -0.022 0.132 -0.024 0.005
0.003 0.062 0.244** 0.166 -0.156 0.226* -0.088
-0.327** 1
-0.400** 0.433** 1
-0.159 0.086 0.231* 1
-0.395** 0.376* 0.987** 0.224* 1
** sangat berbeda nyata (P<0.001); * berbeda nyata (P<0.05); BK : bahan kering, LK : lemak kasar, PK : protein kasar, SK : serat kasar, Ca : calcium, P : phosphor, TDN : total digestible nutreint, F : lemak, L : laktosa, PR : protein, SNF : solid non fat
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Purwono dan Ibu Emy Setyaningsih yang dilahirkan di Jember, 18 Desember 1989. Penulis menempuh pendidikan di SDN Jember Lor 1. dilanjutkan di SMP Negeri 2 Jember dan dilanjutkan di SMA Negeri 1 Jember. Penulis lulus pada tahun 2009 dan diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur Ujian Talenta Mandiri IPB. Selama mengikuti studi. penulis aktif sebagai staf Leadership and Enterpreneurship School (LES) BEM KM IPB pada tahun 2010 sampai 2011. Penulis juga aktif sebagai staf Biro Kewirausahaan BEM Fakultas Peternakan IPB pada tahun 2011 sampai 2012. Prestasi yang dicapai penulis yaitu penerima dana penelitian untuk program kreatifitas mahasiswa (PKM-K dengan judul “Depot Silase Ransum Komplit Berbasis Limbah Pasar Pilihan”) pada tahun 2011. Selain itu, penulis merupakan penerima beasiswa BBM mulai tahun 2010 sampai 2013.
UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Despal, SPt, MScAgr dan Prof Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr selaku dosen pembimbing akademik serta dosen pembimbing skripsi penulis. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Dwierra Evvyernie Amirroenas, MSMSc selaku dosen penguji seminar hasil penelitian penulis pada tanggal 25 Juli 2013, Ir Sudarsono Jayadi, MSc dan Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku dosen penguji sidang ujian akhir sarjana, serta panitia sidang Dr Ir Widya Hermana, MSi pada tanggal 28 November 2013. Ungkapan terima kasih penulis juga sampaikan kepada pihak KPSBU Lembang dan peternak atas segala bantuan selama penelitian. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Laboratorium Nutisi Ternak Perah Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB yang telah membantu selama penelitian dilaksanakan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua dari penulis (Bapak Purwono dan Ibu Emy Setyaningsih), kakak dan adik dari penulis (Mbak Endah dan Bagus), teman–teman tim penelitian Kunak-Lembang (Yesi, Jazmi, dan Hari) atas bantuan, suka duka. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada Jubed, Fitri, Vinsen, Debo, Reisha, Fichar, Noval, Acho, Haman, dan Fadil serta teman-teman tercinta Nutritiousz 46. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan yang lebih baik.