Estimasi Odds Ratio Model-1 Parameter Derajat kejenuhan
OR
Pembasahan 25%
384.672
Pembasahan 50%
777.137
Pembasahan 75%
20.314
Tebal lapisan lanau-2
3m
17.217
Sudut kemiringan lereng
60o
9511.249
70o
16.716
80o
5.027
Ketepatan klasifikasi hasil observasi dan prediksi Model-1 Prediksi Observa si
Persentase Kritis (0)
Aman (1)
Kritis (0)
114
8
93.4 %
Aman (1)
8
110
93.2 %
Total
122
118
93.3 %
Kesalahan klasifikasi :
8+8 APER = X100% = 6.67% 114 + 8 + 8 + 110
Ketepatan klasifikasi :
100 % − 6 . 67 % = 93 . 33 %
Hasil analisa model-2 Parameter
Signifikan
Kesimpulan
Derajat kejenuhan
0.004
Berpengaruh
Inisial
0.622
Tidak Berpengaruh
Pembasahan 25%
0.998
Tidak Berpengaruh
Pembasahan 50%
0.001
Berpengaruh
Pembasahan 75%
0.031
Berpengaruh
Sudut kemiringan lereng
0.086
Berpengaruh
40o
1.000
Tidak Berpengaruh
50o
0.998
Tidak Berpengaruh
60o
0.006
Berpengaruh
70o
0.098
Berpengaruh
80o
0.249
Tidak Berpengaruh
80
Estimasi Odds Ratio-Model-2 Parameter Derajat kejenuhan
Sudut kemiringan lereng
OR
Pembasahan 50%
97.039
Pembasahan 75%
10.294
60o
54.653
70o
8.817
80o
4.364
Ketepatan klasifikasi hasil observasi dan prediksi Model-2 Prediksi Observa si
Persentase Kritis (0)
Aman (1)
Kritis (0)
32
2
94.1 %
Aman (1)
2
54
96.4 %
Total
34
56
95.6 %
Kesalahan klasifikasi :
Ketepatan klasifikasi :
2+2 APER = X100% = 4.44% 32 + 2 + 2 + 54
100 % − 4 . 44 % = 95 . 56 %
Hubungan antara Kadar Air dan Tegangan Air Pori 40.00
Makin tinggi kadar air dalam tanah, maka nilai tegangan air pori negatifnya makin kecil. Seperti terlihat pada grafik hubungan antara kadar air dan tegangan air pori negatif
30.00
20.00
10.00
0.00 35.173
39.512
43.851 Kadar Air (w, %)
48.191
52.530
Hubungan antara tegangan air pori dan koefisien perm eabilitas 0.200
Saat awal penambahan kadar air nilai koefisien permeabilitasnya makin naik, lalu kemudian pada penambahan air berikutnya nilai koefisien permeabilitasnya makin kecil sampai mendekati nol
0.180 0.160 0.140 0.120 0.100 0.080 0.060 0.040 0.020 0.000 31.77
14.95
5.002
Tegangan air pori
3.482
1.981
8 8
6 6
2
4
Y
Dari kondisi inisial Sampai Pembasahan 50%(wsat-wi)
4
2
0
0
-2
-2
-4 0.0000
0.0005
0.0010 Y-Velocity
0.0015
0.0020
1.7604e+002
2.9259e+004 -4 0.00
depan
atas
bawah
X-Velocity vs. X
15
0.10 Y-Velocity
belakang
20
0.05
X-Velocity vs. X 0.00008
0.00006
X-Velocity
X-Velocity
10
0.00004
05
0.00002
00
0.00000
0.15
15
15
10
5
10
Y
Dari kondisi Pembasahan 100%(wsat-wi) Sampai Pembasahan 50%(wsat-wi)
5
0
-5 0.0000
0
-5 0.0005
0.0010
0.0015
0.0020
0.00
Y-Velocity
depan
atas
bawah
X-Velocity vs. X
X-Velocity vs. X
08 0.4
06 0.3
00
X-Velocity
X-Velocity
02
0.10 Y-Velocity
belakang
04
0.05
0.2
0.1
0.0
0
15
15
10
5
5
0
0.00005
0.00010
0.00015
0.00020
1.2935e+000
0
-5 0.00000
10
Y
Dari kondisi Pembasahan 100%(wsat-wi) Sampai Pembasahan 100%(wsat-wi)
7.2044e+000
-5 0.000
belakang
depan bawah
atas
X-Velocity vs. X 0.00010
08
0.00008
06 X-Velocity
X-Velocity
0.00006
04
0.00004
02
00
0.010 Y-Velocity
Y-Velocity
X-Velocity vs. X
0.005
0.00002
0.00000
0.0
Kesimpulan Perubahan parameter akibat pembasahan antara lain ; -Kadar airnya bertambah sehingga nilai derajat kejenuhan meningkat -Nilai kohesi dan sudut geser dalamnya makin kecil Tingkat kekritisan stabilitas lereng saat hujan sangat dipengaruhi oleh ; - Derajat kejenuhan tanah(Sr) - Sudut kemiringan lereng (α) -Tebalnya lapisan lanau-2 (h2) Ketiga parameter tersebut akan dapat menentukan daya rembes dan kecepatan rembes air yang melalui penampang tanah serta koefisien rembesannya. Kondisi yang paling kritis adalah pada ; -Kondisi pembasahan ≥ 50%(wsat-wi) -Sudut kemiringan lereng ≥ 60o -Tebal lapisan lanau-2 ≥ 2 m Nilai angka keamanan tertinggi terjadi saat pembasahan 25%(wsat-wi), dimana pada kondisi tersebut terjadi peningkatan nilai kohesi sehingga berpengaruh pada kekuatan geser tanah.
Saran Penyelidikan tanah baik di lapangan maupun di laboratorium menjadi sangat penting untuk mengetahui ketebalan lapisan tanah lanau dan lapisan batuan dasarnya, mengingat lapisan tanah yang bersifat lepas merupakan faktor terbesar yang menyebabkan bahaya longsor pada lereng. Perlu adanya sistem drainase pada daerah perbukitan tersebut
JURUSAN TEKNIK SIPIL – FTSP ITS SURABAYA
SELESAI
TERIMA KASIH
Sudut residual arah dalam dengan angka kemanan lereng
Uji Signifikansi Parameter Pengaruh Sudut Tanah Residual Arah Dalam B Step 1(a)
S.E.
Wald
DerKejenuhan
df
Sig.
Exp(B)
15.104
4
.004
Berpengaruh
DerKejenuhan(1)
-.581
1.180
.243
1
.622
Tdk berpengaruh
DerKejenuhan(2)
23.583
8229.261
.000
1
.998
Tdk berpengaruh
DerKejenuhan(3)
4.575
1.325
11.930
1
.001
berpengaruh
DerKejenuhan(4)
2.332
1.081
4.653
1
.031
berpengaruh
.302
2
.860
Tdk berpengaruh
SudutResiduaDalaml SudutResiduaDalaml(1)
-.441
.925
.227
1
.634
Tdk berpengaruh
SudutResiduaDalaml(2)
.000
.919
.000
1
1.000
Tdk berpengaruh
9.642
5
.086
Berpengaruh
SudutLereng SudutLereng(1)
.000
1.272
.000
1
1.000
Tdk berpengaruh
SudutLereng(2)
23.878
8611.736
.000
1
.998
Tdk berpengaruh
SudutLereng(3)
4.001
1.443
7.683
1
.006
Berpengaruh
SudutLereng(4)
2.177
1.315
2.739
1
.098
Berpengaruh
SudutLereng(5)
1.473
1.278
1.328
1
.249
Tdk berpengaruh
-3.425
1.432
5.723
1
.017
.033
Constant
Koreksi Nilai C dan Ø kondisi pembasahan 25% dan 50%
Parameter input data program GeoSlope/SLOPE-W
Kondisi
Kadar air (w)
Berat volume tanah
Angka por i
Derajad
(e)
kejenuhan (Sr)
Cohesi ©
Sudut Ges er
basah (γt)
kering (γd )
%
gr/cm3
gr/cm3
nisial
35.173
1.524
1.127
1.452
65.699
9.900
54.16
Pembasahan 25 %
39.512
1.573
1.127
1.452
74.817
15.900
Pembasahan 50 %
43.851
1.622
1.128
1.452
83.040
Pembasahan 75 %
48.191
1.671
1.128
1.452
Pembasahan 100 %
52.530
1.720
1.128
1.452
( )
%
korek si c
Ø
43.068
14.8
41.924
12.100
34.790
11.55 36.527
91.263
11.500
26.754
99.488
8.600
19.886