ESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMANGAT KEBANGSAAN DEMI MASA DEPAN CEMERLANG
DISUSUN OLEH : AMALIA GHASSANI W. ( 071211531031 )
ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 – 2013
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/semangat-kebangsaan-untuk-masa-depan-yang-lebih-cemerlang/
SEMANGAT KEBANGSAAN DEMI MASA DEPAN CEMERLANG Indonesia dikatakan sedang mengalami masa ‘kebobrokan’. Kini Indonesia dilanda krisis pemimpin dan petinggi Negara. Pemimpin dan petinggi Negara yang ada saat ini dinilai belum mampu membawa rakyat Indonesia pada kehidupan yang makmur, aman, damai, dan sejahtera. Banyak sekali faktor penyebabnya, mulai dari kasus korupsi, politik praktis, pengambilan keputusan yang lamban, dan lain sebagainya. Tetapi terdapat 1 hal yang paling menonjol saat ini, yaitu korupsi. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia adalah surganya para koruptor. Berbagai modus tindak korupsi dengan mudahnya dipraktikkan di bumi pertiwi ini. Sedih dan malu rasanya mendengar bahwa saat ini Indonesia menjadi Negara terkorup seAsia Pasifik. Hal ini membuat banyak pihak mulai menggalakkan program anti korupsi seperti memberikan pendidikan berkarakter bagi generasi muda. Program ini sedang dijalankan oleh Universitas Airlangga Surabaya dengan mottonya “Excellence with Morality”. Tidak hanya memberikan pendidikan karakter yang baik saja yang dibutuhkan saat ini, tetapi juga membangun semangat kebangsaan generasi baru untuk meraih masa depan yang cemerlang. Semangat kebangsaan harus ditanam dan dipupuk sejak dini kepada generasi muda. Bisa dibayangkan jika generasi muda hidup tanpa adanya semangat kebangsaan. Mereka akan melakukan apapun seenaknya sendiri. Ya, seperti yang ada saat ini. Orang-orang dengan mudahnya melakukan kejahatan, berbuat kecurangan dan melakukan tindak korupsi. Bila hal seperti ini dibiarkan terus, mau jadi apa Negara Indonesia? Apakah rakyat Indonesia tidak pantas merasakan hidup makmur, aman, damai, dan sejahtera? Dalam essay ini penulis akan memaparkan mengenai kasus-kasus kecurangan yang ada dalam dunia perkuliahan khususnya yang dilakukan oleh para mahasiswa yang jika terus berlanjut akan berpotensi menjadi tindakan korupsi kedepannya. Penulis juga berbagi pengalaman mengenai pendidikan karakter di Universitas Airlangga Surabaya yang bisa menggugah semangat kebangsaan mahasiswa serta berperan aktif dalam program anti korupsi. Selama kurang lebih 4 bulan berkuliah di Universitas Airlangga Surabaya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik prodi Ilmu Komunikasi, saya mengamati masih banyak kecurangan yang dilakukan oleh mahasiswa yang bisa menjurus terhadap tindakan korupsi. Meskipun kerap kali http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/semangat-kebangsaan-untuk-masa-depan-yang-lebih-cemerlang/
dijelaskan mengenai motto “Excellence with Morality”, tapi masih saja ada mahasiswa yang tidak benar-benar mengaplikasikan motto tersebut. Kecurangan mahasiswa yang akan dibahas dalam essay ini adalah plagiarisme dan terlambat masuk kelas. Plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Ada sebuah artikel yang dimuat dalam situs edukasi.kompasiana.com mengenai 5 jenis plagiarism, yaitu : 1. Copy – paste 2. Mengganti dengan bahasa sendiri 3. Mengikuti gaya penalaran tulisan 4. Penulisan metafora 5. Mengikuti ide penulis Kelima jenis plagiarisme tersebut tidak akan menjadi tindakan plagiat apabila mencantumkan penulis serta sumber dari tulisan yang dikutip. Untuk mahasiswa baru, kasus plagiarisme yang seringkali terjadi adalah copy-paste. Mahasiswa masih belum memahami bagaimana mengutip dengan benar dan kutipan seperti apa yang tidak tergolong plagiarisme. Ketika membuat tugas makalah, banyak yang copy-paste
artikel dari situs internet tanpa
mencantumkan penulis dan sumbernya. Ada sebuah pengalaman ketika mendapatkan tugas salah satu mata kuliah untuk menjelaskan pengertian serta contoh-contoh dari materi yang belum diterangkan, saya berusaha mencari referensi dari situs internet dan dibubuhkan dengan pemikiran sendiri. Setelah itu dikemas sedemikian rupa agar tidak termasuk plagiarisme. Lalu salah satu teman saya yang masih mengerjakan tugas yang sama meminta ijin untuk melihat hasil tugas saya. Tentu saja diijinkan karena dia hanya bermaksud untuk melihat. Tetapi ketika saya melihat tugas teman tersebut, ternyata dia copy-paste tugas saya! Hanya bentuk paragrafnya saja yang sedikit berbeda. Di situ saya kesal sekali tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Sepertinya dalam hal ini, sosialisasi mengenai tindakan plagiarisme masih kurang terhadap mahasiswa baru. Masih kurang dijelaskan tentang undang-undang hak cipta dan sanksi yang didapatkan bila melakukan plagiarisme. Padahal bila plagiarisme ini berlanjut terushttp://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/semangat-kebangsaan-untuk-masa-depan-yang-lebih-cemerlang/
menerus akan berdampak buruk bagi masa depan bangsa. Generasi muda kelak hanya bisa menjiplak mengambil ide, pemikiran, dan karya orang lain tanpa bisa menciptakan terobosan baru yang merupakan hasil karya diri sendiri. Tentu saja kelak hal ini bisa menjurus ke tindakan korupsi, yaitu mengambil atau mengakui hak milik orang lain tanpa seijin pemiliknya. Perilaku kecurangan kedua yang saya amati adalah datang terlambat ke kelas. Di sini saya melihat perbedaan yang signifikan antara Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi. Ada beberapa hal yang lebih dibebaskan di Perguruan Tinggi, seperti persoalan jam masuk ke kelas. Jika di SMA siswa yang terlambat masuk mendapatkan hukuman, tetapi tidak berlaku bagi mahasiswa. Saya melihat banyak sekali mahasiswa yang datang saat detik-detik berakhirnya mata kuliah. Mereka masuk seperti tanpa ada beban apapun, meskipun mereka terlambat hingga 1 jam lamanya. Sebenarnya apa yang melandasi mereka untuk datang terlambat? Apa keuntungannya bagi mereka? Mereka sudah membayar biaya kuliah dengan jumlah yang tidak sedikit, namun tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin. Jika mereka datang terlambat, mereka tidak bisa mendengarkan penjelasan dari dosen secara rinci. Bukankah kerugian yang mereka dapatkan lebih banyak? Mereka sepertinya telah dirasuki penyakit klasik, yaitu malas! Malas bangun pagi, malas mendengarkan dosen, jadi mereka memilih untuk datang terlambat. Itupun hanya dengan tujuan untuk tanda tangan kehadiran. Ya, mungkin berbeda bila dosen menerapkan suatu peraturan tertentu. Misalnya saja bila mahasiswa terlambat lebih dari 10 menit maka tidak boleh masuk kelas. Mungkin persoalan ini terlihat sepele dan tidak berpengaruh banyak terhadap masa depan Bangsa Indonesia. Tetapi jika perilaku mahasiswa yang tidak baik ini berlanjut hingga ia mendapatkan pekerjaan, sebut saja menjadi anggota DPR, maka bisa termasuk tindakan korupsi. Korupsi waktu lebih tepatnya. Logikanya saja kuliah yang harus mengeluarkan uang saja selalu datang terlambat, apalagi kerja yang malah menghasilkan uang. Mungkin datang ke kantor saat 5 menit sebelum jam pulang kerja. Korupsi waktu tidak kalah bahayanya dengan korupsi uang. Bayangkan saja jika anggota DPR yang seharusnya pukul 07.00 datang menghadiri rapat, tetapi terlambat 1 jam, pasti akan berpengaruh pada jadwal setelahnya. Jadi waktu mereka untuk bekerja mengatasi persoalan rakyatnya berkurang dan semakin banyaklah persoalan Negara yang belum tuntas mendapatkan solusi hanya karena keterlambatan dari para petinggi Negara. http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/semangat-kebangsaan-untuk-masa-depan-yang-lebih-cemerlang/
Dari beberapa contoh yang saya kemukakan di atas, saya merasa kecewa atas kenyataan yang ada. Semboyan “Excellence with Morality” belum diaplikasikan dengan baik oleh mahasiswanya, khususnya mahasiswa baru. Dari contoh-contoh tersebut pula dapat dilihat bahwa mereka belum memiliki semangat kebangsaan yang tinggi karena malas mengerjakan sesuatu dengan jerih payah sendiri serta malas menaati peraturan untuk datang ke kelas tepat waktu. Dari realitas yang ada saat ini, kita semua harus bisa memikirkan bagaimana caranya agar semangat kebangsaan para generasi baru dapat tergugah hingga terwujudlah kehidupan yang anti korupsi yang kelak dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia bukan lagi surga bagi para koruptor. Ketika mahasiswa saja sudah berani melakukan korupsi kecil-kecilan, bagaimana kelak jika diamanahkan sebuah jabatan besar? Mungkin sudah terlatih untuk melakukan korupsi yang lebih besar. Tentu tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi. Untuk itu sangatlah diperlukan kesadaran masing-masing individu agar dapat mengintrospeksi diri, berkaca terhadap apa yang selama ini dilakukan. Apakah selama ini kita sudah mengaplikasikan hidup tanpa korupsi dalam bentuk apapun? Atau mungkin sebaliknya? Mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang saya dapatkan dari Pak Adib sangatlah membantu dalam persoalan ini. Kami diberikan bekal mengenai pendidikan anti korupsi. Dalam pengajarannya, beliau juga mencoba menumbuhkan rasa nasionalisme dan semangat kebangsaan dalam diri mahasiswa dengan secara rutin menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mengheningkan Cipta. Beliau juga menambahkan nilai spiritual dengan berdoa sebelum memulai pembelajaran. Hal yang kecil namun bermakna ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat kebangsaan dalam diri mahasiswanya. Sekarang saya baru benar-benar mengerti mengapa setiap tugas PPKn seperti membuat makalah, harus dicantumkan pernyataan tidak plagiat. Hal ini penting sekali untuk membiasakan mahasiswa tidak melakukan plagiarisme. Bila diketahui hasil karyanya merupakan plagiarisme, akan mendapatkan sanksi yang berat. Salah satu contohnya jika skripsi sudah dibuat dan dinyatakan lulus menempuh studi S-1, namun setelahnya diketahui bahwa mahasiswa tersebut melakukan plagiat maka gelar yang sudah didapatkannya akan dicabut begitu saja.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/semangat-kebangsaan-untuk-masa-depan-yang-lebih-cemerlang/
Materi-materi dari mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan juga turut memberikan wadah bagi mahasiswanya untuk mengembangkan ide bagaimana caranya agar pendidikan anti korupsi dapat terwujud dengan baik di Negara Indonesia melalui tugas pembuatan makalah maupun essay yang diberikan Pak Adib. Tugas yang telah dibuat oleh mahasiswa juga mendapatkan apresiasi yang tinggi dengan dimasukkannya hasil terbaik ke dalam blog pribadi milik Pak Adib. Hal itu dapat memicu mahasiswa agar menuangkan ide hasil karya sendiri bukan berdasarkan copy-paste. Kesimpulan dari tulisan ini adalah tindakan plagiarisme dan terlambat masuk kelas yang dilakukan oleh mahasiswa bisa berpotensi sebagai tindakan korupsi kelak. Kedua permasalahan tersebut didasari oleh kemalasan yang merasuki mahasiswa. Kita harus senantiasa menumbuhkan semangat
kebangsaan
anti
korupsi.
Dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan sudah mengajari kita bagaimana penerapan pendidikan anti korupsi yang baik. Kini yang sangat dibutuhkan adalah kesadaran masing-masing individu apakah bisa menumbuhkan semangat kebangsaan anti korupsi bagi diri sendiri? Jika semangat saja tidak punya, lantas akan seperti apa jadinya Negara Indonesia? Menumbuhkan semangat kebangsaan anti korupsi bagi generasi muda sangatlah penting demi masa depan yang cemerlang. Tindakan korupsi bukan hanya dilakukan oleh petinggi Negara saja. Kita juga harus memperhatikan dari hal-hal terkecil misalnya plagiarisme. Sosialisasi mengenai bahayanya plagiarisme untuk mahasiswa sangatlah penting agar tidak ada lagi kasus plagiarisme dalam dunia perkuliahan. Peraturan yang lebih ketat mengenai jam masuk kelas di perguruan tinggi harus lebih ditingkatkan agar mahasiswa tidak seenaknya keluar masuk kelas tanpa aturan. Jika hal-hal kecil seperti itu tidak diperhatikan, maka dampaknya akan lebih buruk untuk masa depan bangsa. Mari kita mulai dari sekarang, tumbuhkan semangat kebangsaan demi masa depan cemerlang. Daftar Pustaka : http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/28/5-jenis-plagiarisme/ http://id.wikipedia.org/wiki/Plagiarisme http://nasional.kompas.com/read/2012/02/22/15413395/
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/semangat-kebangsaan-untuk-masa-depan-yang-lebih-cemerlang/
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/semangat-kebangsaan-untuk-masa-depan-yang-lebih-cemerlang/