Ekonomi 2015 dan Tren Konsumen 2015 Rizal E Halim
Abstrak Proyeksi ekonomi dan perkembangan bisnis pada 2015 diperhadapkan pada sejumlah isu khususnya dengan semakin terintegrasinya ekonomi kawasan di dunia. Tidak hanya itu dinamika bisnis juga menghadapi isu kekinian dengan revolusi teknologi digital yang telah mengubah tatanan atau lanskap bisnis dunia. Tulisan ini memfokuskan pembahasan pada ekonomi dunia secara umum dan kaitannya dengan perkembangan perekonomian nasional. isu-‐isu ekonomi global yang dibahas meliputi kebijakan suku bunga negara-‐negara maju seperti Amerika dan Eropa, aliran keluar masuk modal dari dan ke negara berkembang termasuk Indonesia, dan dampak keterkaitan ekonomi kawasan terhadap perekonomian dunia dan nasional. Selain perkembangan ekonomi global yang mempengaruhi perekonomian Indonesia, proyeksi struktur demografi pada 2020-‐2040 yang didominasi oleh kelompok umur produktif memberi insentif tersendiri bagi upaya pembangunan ekonomi nasional. Di sisi lain, kemajuan telnologi digital yang mayoritas dimotori oleh kelompok-‐kelompok muda juga telah memberikan warna baru dalam sejumlah dunia usaha. Hal ini tentunya menjadi bukti bagaimana teknologi dapat menjadi salah stau keunggulan bersaing yang perlu terus didorong agar sekaligus dapat menopang daya saing nasional A. Situasi Makro Integrasi ekonomi dunia berdampak terhadap semakin tingginya tingkat keterhubungan (interconnectedness) ekonomi negara-‐negara yang sekaligus mendorong semakin terbukanya distribusi risiko. Perlambatan global dalam beberapa tahun terakhir ini juga telah mendorong banyak negara untuk meninjau kembali kebijakan ekonomi yang akan ditempuh dalam beberapa waktu ke depan. Bagi Indonesia, tekanan ekonomi global juga mulai dirasakan sejak triwulan 2-‐2012 setelah sebelumnya Indonesia mencatatkan pertumbuhan tinggi di periode 2011. Pertumbuhan ekonomi nasional dalam 8 triwulan ini terus menunjukkan perlambatan. Sepanjang Triwulan 1 sd Triwulan3 tahun 2014, ekonomi nasional tumbuh berturut-‐turut 5,2%, 5,1%, dan 5,0%. Dengan potret ini, maka proyeksi pertumbuhan 2014 (yoy) akan berada di level 5,1-‐ 5,2% (lebih rendah dari asumsi APBNP 2014 sebesar 5,5%). Tahun 2015, ekonomi nasional setidaknya diperhadapkan pada lima tantangan. Pertama, normalisasi kebijakan The Fed ketika ekonomi Amerika Serika mulai menunjukkan pembalikan arah sepanjang Tw1-‐Tw3 tahun 2014 setelah pada tahun 2013 melambat di level 1,9%. Petumbuhan ekonomi Amerika triwulan 2-‐ 3 berturut-‐turut sebesar 3,9% dan 4,6%. Perbaikan ekonomi Amerika ini juga mendorong bank sentral untuk mulai melakukan normalisasi melalui
1
penghentian pelonggaran kuantitatif di akhir 2014 dan menaikkan suku bunga acuannya di tahun 2015. Normalisasi kebijakan ini tentunya berimplikasi pada potensi capital outflows dari negara-‐negara berkembang termasuk Indonesia. Grafik 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara-‐negara Maju
Sumber: Eurostat
Kedua, perlambatan ekonomi Tiongkok beberapa triwulan terkahir juga diperkirakan akan terus melanjutkan tren di 2015. Perlambatan Tiongkok ini kemudian menekan kinerja perdaganngan dan investasi mengingat Tiongkok merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia. Ketiga, ekonomi Jepang masih dalam tahapan resesi setalah tumbuh negatif pada triwulan 1 dan 2 tahun 2014. Keempat, ekonomi zona Eropa juga masih belum menunjukkan perbaikan akibat tekanan hutang, inflasi dan melemahnya sektor manufaktur di kawasan tersebut. Bank Sentral Eropa (ECB) merilis akan terus melanjutkan program stimulus pelonggaran kuantitatif dan tetap mempertahankan suku bunga murah pada 2015. Kelima, pelemahan harga komoditas global masih berlanjut di tahun 2015 mengingat melemahnya permintaan sementara pasokan relatif stabil. Penurunan ini berdampak pada pelemahan nilai ekspor komoditas negara-‐negara berkembang dan berpotensi menekan ruang fiskal. Keenam, tahun 2015 merupakan awal dari pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN sebagai refleksi dari integrasi ekonomi kawasan Asia Tenggara. Dengan demikian terjadi perluasan pasar domestik ke pasar kawasan dengan total penduduk mencapai 600 juta jiwa. Ketujuh, konflik Timur Tengah diperkirakan akan masih berlanjut di 2015 yang berpotensi menganggu pemulihan ekonomi global. Kedelapan, stbilitas politik dalam negeri pada 2015 menyisakan risiko yang tinggi dengan semakin bersitegangnya Koalisi Indoneisa Hebat (KIH) vs Koalisi Merah Putih (KMP). Instabilitas politik dalam negeri ini berdampak signifikan terhadap lambannya respon kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah. B. Perkembangan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi triwulan 3-‐2014 melanjutkan perlambatan di level 5,01% setelah triwulan 1 dan 2 mencapai 5,2 % dan 5,1% berturut-‐turut. Perlambatan ekonomi nasional ini merupakan imbas dari tekanan eksternal dan internal. Seperti yang dibahas pada bagian awal, perlambatan Tiongkok, Jepang
2
dan Amerika memberi sentimen negative bagi perekonomian nasional. Upaya reformasi struktural yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir ini masih belum mencapai titik optimal mengingat tekanan eksternal cukup kuat. Namun demikian, konsumsi rumah tangga masih cukup bertenaga sehingga ekonomi nasional masih cukup kokoh sepanjang tahun 2014. Pertumbuhan tahun 2014 diperkirakan akan berada di kisaran 5,1% (yoy) dan 5,3% (yoy) pada tahun 2015 Grafik 2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan 2010-‐2014
5.01
III
Sumber: BPS diolah
Pendapatan perkapita masyarakat juga menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Tahun 2014, pendapatan per kapita masyarakat diperkirakan akan menyentuh level Rp. 40 juta per tahun dan akan mencapai Rp.44-‐45 juta di akhir 2015. Peningkatan pendapatan perkapita ini tentunya akan mendorong konsumsi rumah tangga khurusnya kelas menengah di tahun 2015. Kinerja inflasi pada tahun 2014 di perkirakan akan berada pada level 7,5% -‐ 7,8% sebagai imbas dari kenaikan Tarif dasar Listrik (TDL), elpiji dan BBM subsidi. Dan tahun 2015 potensi inflasi masih akan berada di atas 7% mengingat rencana kenaikan TDL dan BBM subsiding diperkirakan masih akan berpotensi terjadi di 2015. Di saat yang bersamaan, tingkat suku bunga pada akhir 2014 dinaikkan ke level 7,75 % dari posisi 7,5%. Tingkat suku bunga ini diperkirakan akan kembali naik pada 2015 di level 8 – 8,25% sebagai respon dari normalisasi kebijakan The Fed. Grafik 3: Pertumbuhan PDB, Inflasi dan BI rate 2004-‐2015
3
18$ 17.1$ 16$
Inflasi
14$ 12.75$ 12$ te BI ra
10$
11.06$ 9.75$
9.25$ 8.38$
8$ 6$ 4$
7.43$ 6.4$ $5.00$$
6.6$ $5.70$$ $5.50$$
8.0$ 6.59$ $6.30$$
6.96$ 6.5$
6.5$ $6.00$$
$6.20$$
$6.50$$ 6.0$
$4.60$$
5.75$
7.5$ 5.78$
7.5$
5.1$
8.25$ 7.8$
5.3$
4.3$
han Pertumbu
3.79$
2.78$
2$
$6.23$$
7.75$
0$ 2004$
2005$
2006$
2007$
2008$
Inflasi$(%)$
2009$
2010$
BI$rate$(%)$
2011$
2012$
2013$
2014$
Pertumbuhan$PDB$
*)2014 dan 2015 (proyeksi) sumber: BPS dan BI (diolah)
2015$
Grafik 4. Inflasi Januari-‐November 2014 (mom)
C. Struktur Demografi dan ‘Consuming Class’ Tahun 2015 merupakan bagian dari periode bonus demografi sepanjang 2012-‐ 2035 ketika struktur penduduk didominasi oleh usia produktif (15-‐64 th) sementara di saat yang bersamaan usia non-‐produktif (>14 th dan >65 th) semakin berkurang. Besarnya populasi usia produktif dibanding usia nonproduktif berdampak pada beban ketergantungan (dependency ratio) semakin menyusut. Selama periode bonus demografi, rasio ketergantungan berada dibawah 50% atau 2 orang usia produktif menanggung 1 orang usia non produktif. Grafik 5. Piramida penduduk 1990,2000,2010, 2015, 2020, 2030
4
1990
2000
75+
75+
70-‐74
70-‐74
65-‐69
65-‐69
60-‐64
60-‐64
55-‐59
Laki-‐laki
12
10
8
6
4
2
75+
70-‐74 65-‐69
Laki-‐laki
55-‐59
Laki-‐laki
Perempuan
2010
55-‐59
50-‐54
50-‐54
50-‐54
45-‐49
45-‐49
45-‐49
40-‐44
40-‐44
40-‐44
35-‐39
35-‐39
35-‐39
30-‐34
30-‐34
30-‐34
25-‐29
25-‐29
25-‐29
20-‐24
20-‐24
20-‐24
15-‐19
15-‐19
15-‐19
10-‐14
10-‐14
10-‐14
5-‐9
5-‐9
0-‐4
0-‐4
0
0
2
4
Jutaan
6 Jutaan
8
10
12
12
10
8
6 Jutaan
4
2
5-‐9 0-‐4 0
0
Perempuan
60-‐64
Perempuan
2
4 6 Jutaan
8
10
12
12
10
8
6
4
2
0
0
2
4
Jutaan
6
8
10
12
Jutaan
Kel. Umur
2015
75+ 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4
Kel. Umur
Laki-laki Perempuan
14 12 10
8
6
4
2
0
2020
75+ 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4 2
Jutaan
4
6
8
10 12 14
Kel. Umur 2030 75+ 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4
Laki-laki Perempuan
14 12 10
Jutaan
8
6
4
2
0
Jutaan
2
4
6
8
10 12 14
Laki-laki Perempuan
14 12 10
8
6
4
2
0
2
Jutaan
Jutaan
4
6
8
10 12 14
Jutaan
Sumber: BKKBN diolah
Dengan dominasi usia produktif (hampir 70% dari total populasi) dalam piramida penduduk Indonesia, konsumsi domestik diperkirakan akan terus meningkat sepanjang periode bonus demografi. Fenomena ini juga mendorong tumbuh pesatnya kelas menengah yang selama 1 dekade ini menopang konsumsi domestik. Kelas menengah ini dikenal sebagai kelompok masyarakat dengan daya beli yang tinggi, pengadopsi teknologi tidak hanya sebagai alat produksi tetapi juga sebagai gaya hidup. Semakin besar kelompok usia produktif, semakin besar pula probabiltas pertumbuhan kelas menengah. Melonjaknya usia produktif dan kelas menengah mendorong peningkatan pendapatan mereka. Peningkatan pendapatan ini juga menstimuli konsumsi dan pembelanjaan yang tinggi sepanjang periode bonus demografi. (more people, more working age, more money…..more purchase) Grafik 6. PDB per kapita 2004-‐2015 PDB#per#kapita#(Rp#juta)# 60% 49%
50% 40.7%
Rp#Triliun##
40%
36.6% %33.34%% 30.42%
30%
26.79% 21.01%
20% 10.5%
12.6%
14.9%
23.56%
17.4%
10%
0% 2004%
2005%
2006%
2007%
2008%
2009%
2010%
PDB%per%kapita%(Rp%juta)%
*)2014 dan 2015 (proyeksi) sumber: BPS dan BI (diolah)
5
2011%
2012%
2013%
2014%
2015%
Dengan semakin besar kelompok usia produktif dan peningkatan jumlah kelas menengah, maka porsi pembelanjaan atau konsumsi juga diperkirakan akan tumbuh secara signifikan. Besarnya permintaan dari kelompok produktif dan kelas menengah ini tidak hanya berdampak pada jumlah barang/jasa yang tersedia tetapi juga model penawaran barang/jasa juga akan berkembang secara dinamis. Bagian selanjutnya akan membahas perkembangan Generasi ke Generasi beserta karakteristiknya. Masing-‐masing generasi tumbuh dan berkembang pada situasi yang berbeda sehingga para pemasar dapat menggunakan infomasi generasi ini untuk mengenali profil dan kebutuhan mereka. D. Revolusi Teknologi Perkembangan teknologi telah mendorong munculnya model bisnis yang baru sekaligus merubah peta persaingan dalam penyediaan barang/jasa. Perkembangan ini termasuk didalamnya kemajuan teknologi informasi-‐ komunikasi dengan semakin terbukanya informasi. Informasi menjadi barang umum yang tersebar secara merata. Informasi tidak lagi bersifat eksklusif dan dapat diakses oleh semua orang dengan kemajuan teknologi informatika (internet). Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet yang cukup besar saat ini. Hasil riset e-‐marketer menyebutkan pada tahun 2014 ini, pengguna internet di Indonesia mecapai 83,7 juta orang dari total 3 miliar orang pengguna internet di dunia. Angka ini sekaligus mencatatkan Indonesia sebagai negara pengguna internet terbesar ke-‐6 di dunia setelah Tiongkok, Amerika, India, brazil dan Jepang berturut-‐turut. Dari jumlah sebesar 83,7 juta orang, sebanyak 80% merupakan pengguna kelompok usia 15-‐35 tahun menurut catatan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Sebagian besar pengguna internet kelompok 15-‐25 tahun ini mengakses internet menggunakan ponsel pintar dengan harga dibawah Rp.3 juta. Semakin banyaknya smartphone (ponsel pintar) dengan harga murah dan juga layanan internet broadband yang meningkat di negara berkembang, seperti Indonesia, akan mendorong jumlah pengguna internet aktif di waktu-‐waktu mendatang. Tabel 2. Peringkat Pengguna Internet 2013-‐2018
6
o o o
o o
Peringkat 6 pengguna internet terbesar dunia Sebagian besar pengguna internet (60-‐ 70%) mengakses melalui ponsel pintar Indonesia juga mencatatkan sebagai pengguna facebook terbesar ke-‐4 dengan jumlah pengguna sebesar 69 juta orang Pengguna twitter terbesar ke-‐5 dunia dengan jumlah 30 juta orang. Facebook memiliki pangsa pasar terbesar di Indonesia (98%) kemudian Google Plus (54%), Twitter (44 %), Yahoo Messenger (42 %), WhatsApp (21 %), WeChat (16 %), Line (10 %), Instagram (5 %), dan Skype (4 %).
Sumber : eMarketer
Catatan dari Global Web Index menyebutkan bahwa perkembangan pengguna internet di Indonesia merupakan yang tercepat ke-‐2 di dunia (setelah Filipina) dalam lima tahun terkahir. Namun demikian, walaupun perkembangan pengguna internet di Indonesia tercepat kedua di dunia, namun kecepatan koneksi atau akses internet Indonesia merupakan yang terlambat di dunia menurut laporan “State of Intenet 2013”, Indonesia menempati peringkat ke 118 dari 130 negara yang disurvey terkait dengan kecepatan koneksi internet. Grafik.7. Perkembangan Pengguna Internet dalam 5 tahun terakhir
Sumber: Global Web Index
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan media internet ini telah berimbas pada perubahan lanskap persaingan bisnis, perubahan pola perilaku konsumsi, dan strategi pemasaran perusahaan. Media-‐media tradisional
7
kini dibayang-‐bayangi oleh kelompok media digital, media sosial, dan forum-‐ forum komunitas online yang tersebar di dunia maya. E. Lintas Generasi dan Karakteristiknya Secara umum, perkembangan struktur demografi terkini diyakini akan banyak membawa perubahan pola konsumsi baik dari segi kuantitas, kualitas, dan juga jensi barang dan jasa yang diharapkan. Perubahan pola konsumsi sebagai bagian dari gaya hidup juga dapat dibedakan berdasarkan kelompok generasi dalam terminology pemasaran (cohort). Sebelumnya pada abad 19, kita mengenal generasi “baby boomers”, mereka yang pada saat itu berada pada usia 35-‐54 atau yang lahir pada tahun 1946-‐1965. Generasi ini merupakan generasi paska perang dunia ke-‐2 dimana tingkat kelahiran pada saat itu cukup tinggi. Makanya di sebut ‘baby boomer’, masa tingginya angka kelahiran bayi setelah perang dunia ke-‐2. Generasi ‘baby boomers’ dikenal sebagai generasi yang hadir ditengah perubahan ekonomi sosial politik yang dramatis. Generasi berikutnya muncul Gen-‐X atau biasa disebut Xers adalah generasi yang lahir diantara tahun 1966-‐1980. Generasi ini relatif skeptis terhadap otoritas dan kemerdekaan, berjiwa wirausaha dan relatif lebih stabil. Generasi ini juga mulai diperkenalkan pada era baru kemajuan teknologi seperti komputerisasi, dan internet. Generasi setelah Gen-‐X adalah Gen-‐Y atau biasa disebut gen millennia. Generasi Y atau gen millennia adalah generasi yang lahir di antara tahun 1980-‐1990. Gen-‐Y atau milenia adalah generasi yang tumbuh seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet. Generasi ini menggunakan kemajuan teknologi informasi seperti internet dalam mengumpulkan informasi-‐informasi yang dibutuhkan. Generasi ini juga lahir di tengah kemajuan ekonomi sehingga akses mereka terhadap berbagai barang dan jasa juga sangatlah memadai. Generasi selanjutnya adalah Gen-‐Z atau biasa disebut gen platinum. Generasi Z atau Gen platinum adalah generasi yang lahir di antara tahun 1990-‐2009 dan kadang mereka disebut sebagai generasi digital. Generasi ini lahir ditengah kemajuan teknologi digital yang begitu pesat. Digitalisasi dari seluruh peralatan, alat, dan kebutuhan rumah tangga sangat akarab dengan generasi ini. Mulai dari internet super cepat, utilisasi media sosial, tablet, ipad, dan sebagainya. Dan yang paling muda adalah Generasi Alpha atau Gen-‐Alpha, atau mereka yang lahir di antara tahun 2010-‐2024 menurut hasil kajian sosiolog Australia Mark McCrindle. Generasi ini merupakan generasi yang keberadaannya ditandai dengan kemajuan pesat teknologi di hampir sebagian besar sektor kehidupan. Misalnya kemajuan teknologi nano, robotic, google glass, hologram, dan lain sebagainya. Bagi generasi ini, teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupannya untuk melaksanakan fungsi, peran, dan eksistensi diri. Tabel 1. Kelompok Generasi Identitas
Baby-‐
Gen-‐X
8
Gen-‐Y
Gen-‐Z
Gen-‐Alpha
Boomers
(Xers)
(Millenia)
(Platinum)
1. Tahun Kelahiran
1946-‐1965
1966-‐1980
1980-‐1990
1990-‐2009
2. Iconic technology
TV, radio transistor, audio cassette.
Cable TV, PC, video game, walkman
Internet, DVD, playstation, Ipod , smartphone, tablet
Telepon “Call me”
Email, sms “email me”
4. Sikap terhadap teknologi
Early adopters
Digital immigrants
Media sosial “text me” atau “ping me” Digital natives
Teknologi digital, facebook, twitter, android, google glass Integrated product (Samsung watch, dll) “ see you online” Technoholic
5. Musik
Rock n Roll Rolling stones Beatles
Madonna Nirvana Guns n Rose
3. Media komunikasi Slogan
Eminem Britney Spears
Rihanna Justien Bieber
2010-‐2024 Proyeksi à robotic, teknologi nano
Proyeksi à teknologi terintegrasi menggunakan hologram dan sebagainya Proyeksi à teknologi bagian dari diri NA
F. Tren Perilaku Konsumen 2015 Berangkat dari fenomena di atas dan perkembangan ekonomi terkini, maka pada tahun 2015 setidaknya ada 6 tren perilaku konsumen yang cenderung mengemuka sepanjang tahun tersebut. Ke-‐6 tren tersebut adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya pembelanjaan online (online shopping) Peningkatan nilai pembelanjaan online oleh konsumen di Indonesia seiring dengan semakin berkembangnya e-‐commerce. Nilai e-‐commerce di Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan mencapai USD 10,08 miliar (Rp.118 triliun) menurut catatan Kementerian Perdagangan. Tahun 2013, nilai transaksi online mencapai sebesar USD 8 milliar (Rp.94,5 triliun). Data Kementerian Perdagangan RI menunjukkan rata-‐rata pertumbuhan transaksi online dari tahun ke tahun mencapai 40%. Untuk tahun 2015, transaksi online diperkirakan akan mampu mencapai USD 14-‐15 miliar (Rp.160-‐170 triliun, kurs kurs USD 1 = Rp.11.800) dan pada 2016 mencapai USD 21-‐25 miliar (Rp.240-‐260 triliun, kurs USD 1 = Rp.11.800). Diperkirakan satu dari dua pengguna internet di Indonesia memiliki probabilita 95-‐98% akan berbelanja atau berjualan secara online. Komposisi konsumen maupun penjual e-‐commerce di Indonesia saat ini didominasi oleh kelompok pegawai kantoran sebesar 63,4%, sisanya adalah kelompok remaja, ibu rumah tangga dan lain-‐lain. Barang/jasa yang paling banyak dibeli pada transaksi online meliputi; tiket
9
pesawat/KA, hotel, fashion, barang elektronik, buku, gadget, dan sebagainya. Grafik 8. Perkembangan Transaksi Online 2013-‐2016 21-‐26
25 20 15 10
8
10-‐11
14-‐15
2013 2014 2015 2016
5 0 Nilai Transaksi Online (USD milliar)
*)2014 -‐2016 bersifat proyeksi Sumber: diolah dari Kementerian Perdagangan dan Asosiasi E-‐Commerce Indonesia
2. “Cashless society” Selain perkembangan transaksi online, maka penggunaan uang elektronik pada tahun 2015 juga diperkirakan akan meningkat pesat. Electronic-‐ money (e-‐money) atau digital money akan menjadi tren baru dalam lima tahun ke depan. Secara umum uang elektronik atau e-‐money dapat dibagi dalam dua kelompok yakni card-‐based product. dan sotfware-‐based product. Jenis card-‐based sudah lama diimplementasikan di Indonesia dalam bentuk kartu ATM/debit dan kartu kredit. Sementara yang software-‐based memang masih dalam tahap awal pengembangan setelah Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12/PBI/2009 yang telah diubah menjadi Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/8/2014 sebagai salah satu pendukung agenda Bank Indonesia untuk menciptakan less cash society
Berdasarkan data Bank Indonesia, per April 2014 nilai transaksi kartu ATM/Debit mencapai Rp 11,4 triliun per hari dengan jumlah kartu 87,9 juta kartu. Sementara nilai transaksi kartu kredit Rp 690,8 miliar per hari dengan jumlah kartu 15,2 juta. Untuk transaksi uang elektronik (e-‐ money) yang berbasis software , nilainya mencapai Rp 7 miliar per hari . Transaksi e-‐money pada tahun 2009 tercatat sebanyak 48 ribu kali dengan nilai Rp 1,4 miliar per hari. Pada tahun 2010 jumlahnya naik menjadi 73 ribu transaksi dengan nilai Rp 1,9 miliar per hari kemudian meningkat menjadi Rp 3,9 miliar per hari di tahun 2012. Artinya pertumbuhan transaksi e-‐money tahun 2014 mencapai hampir 100% dari tahun 2012. Perkembangan nilai transaksi e-‐money ini dalam beberapa tahun ke depan akan semakin meningkat. Beberapa contoh software-‐ based product di beberapa negara antara lain, Kleline (Prancis), e-‐cash (Swiss), Barclaycoin (UK), CyberCoin (USA) dan lain-‐lain.
10
Grafik 9. Nilai Transaksi e-‐money per hari 7 7 6
3.9
5
2009 2010
4 1.4
3
1.9
2012 2014
2 1 0 Nilai Transaksi e-‐money (Rp Milyar per hari) Sumber: BI diolah
Dalam peraturan BI, provider e-‐money dibagi menjadi tiga lembaga yakni perbankan dan lembaga selain bank. Saat ini ada 17 penerbit e-‐ money baik perbankan maupun non bank. Untuk provider bank, BCA menjadi pemimpin di e-‐money dengan brand Flazz yang telah beredar sekitar 5 juta kartu. Dari segi diversifikasi, Bank Mandiri memiliki variasi produk e-‐money seperti E-‐Toll Cards untuk membayar tiket masuk jalan tol, Indomaret Card untuk berbelanja di gerai minimarket Indomaret, GazCard untuk pengisian bensin, dan yang paling baru adalah Mandiri E-‐ Cash yakni model e-‐wallet. Bank lainnya yakni BNI dengan produk TapCash, BRI dengan produk BRIZZI, Bank CIMB Niaga dengan rekening ponselnya, Bank DKI dengan JackCard yang bisa digunakan untuk membayar angkutan umum Busway dan beberapa jalur kereta api, dan bank-‐bank lainnya. Sementara untuk provider non-‐bank, seperti TCash dari Telkomsel, Dompetku dari Indosat, XL Tunai dari XL Axiata. Untuk tahun 2015, penggunaan e-‐money diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan kemajuan teknologi dan dukungan regulasi dari Bank Indonesia. Walapun mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi, namun transaksi e-‐money di Indonesia masih sangat rendah dibanding negara-‐negara lain di dunia. Laporan Mastercard 2013, menempatkan Indonesia pada lapisan terbawah dari cashless society seperti yang terlihat pada grafik 10 di bawah ini. Grafik.10. Fase Less Cash Society di dunia
11
Sumber: MasterCard, 2013
3. Revolusi Teknolig Digital @ Fenomena “high tech, high touch…. everything done at your finger” akan menjadi realita yang terus tersajikan pada tahubn 2015. Digitalisasi akan menghampiri seluruh aktivitas masyarkat (konsumen) dalam 2-‐3 tahun ke depan. Revolusi Digital adalah perubahan dari teknologi mekanik ke teknologi analog hingga ke teknologi digital. Revolusi digital ini dipelopori oleh Gen-‐Y, kelompok remaja yang lahir tahun 1980an. Perkembangan teknologi digital saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-‐hari mulai dari e-‐bangking, e-‐news, e-‐government, e-‐book, e-‐ magazine, e-‐ticketing, tv streaming, radio streaming dan sebagainya. Semuanya dikemas dalam prinsip efisiensi sumber daya baik waktu maupun tempat. Digitalisasi telah merubah tidak hanya pola konsumsi, tetapi juga merubah cara pandang masyarakat (konsumen) dalam menyikapi setiap fenomena yang ada di sekitarnya. Perkembangan atau dinamika pada digital space juga telah menjadi wahana untuk saling berbagi bahkan untuk menyatakan pendapat hingga berujung pada
12
sebuuah gerakan sosial (class action). Masih ingat kasus RS Omni dan dukungan kepada Prita yang merebak dan berdampak pada penanganan kasus tersebut? Masih ingat fenomena Briptu Norman Kamaru? Semuanya terjadi pada era revolusi digital. Tahun 2015, revolusi digital akan semakin mengemuka pada sektor-‐sektor seperti perbankan, pendidikan, kesehatan, informasi, periklanan, dan lain sebagainya. Gambar 1. Revolusi Digital
Perkembangan teknologi digital dalam beberapa tahun terakhir ini juga berdampak pada sektor media berita dan informasi. Media konvensional seperti suratkabar, majalah, tabloid, kini diperhadapkan pada tantangan digitalisasi. Kehadiran media-‐media digital yang didukung kemajuan telekomunikasi dan teknologi informasi kini semakin mengemuka bagi sebagian besar masayrakaat khususnya di perkotaan. Penggunaan ponsel pintar dan tablet menjadi pilihan dalam mengkonsumsi berita-‐berita terkini. Media-‐media konvensional kini diperhadapkan pada perubahan model bisnis dan lanskap persaingan bisnis media. Tahun 2015, realita ini akan semakin mengemuka dimana media-‐media konvensional yang gagal dalam melakukan digitalisasi akan semakin terpinggirkan dalam persaingan. Gambar 2. Digital Media Vs Konvensional 4. Pertumbuhan Industri Healthcare
13
Di tengah perkembangan teknologi, perubahan struktur populasi, peningkatan pendapatan masyarakat, informasi yang merata, dan tingkat pendidikan semakin tinggi, masayrakat (konsumen) saat ini memberi perhatian yang cukup besar terhadap kesehatan. Bahkan ini terjadi pada kelompok kelas menengah yang berada mada usia 39-‐55 tahun. Mereka adalah konsumen terbesar untuk produk-‐produk Health Care. Menurut data Forst & Sullivan, pasar farmasi Indonesia berada di peringkat tiga besar di ASEAN dalam hal pertumbuhan, dan diperkirakan akan mencapai USD 10 miliar pada tahun 2018. Indonesia juga memiliki proporsi tertinggi dalam penjualan OTC di ASEAN, dengan jumlah sebesar 40% dari pasar farmasi, menunjukkan kecenderungan konsumen Indonesia terhadap pengobatan pribadi. Sementara itu pasar perangkat medis diperkirakan akan tumbuh sebesar 12,5% per tahun sepanjang 2013-‐2018, dan akan mencapai USD 1 miliar pada tahun 2018. Grafik 11. Pangsa Industri Healthcare Indonesia Indonesia Healthcare Market Size (USD milyar) 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
CAGR = 8,7% 5549.3
2011
6515.9
6016.3
2012
2013
7072.1
2014
7742.5
2015
*)2014 (estimasi), 2015 (proyeksi) Sumber: Frost & Sullivan
Grafik 12. Pengeluaran Healthcare perkapita di Asia Tenggara
5. “Social media, the new marketing channel”
14
Sepanjang tahun 2015, penggunaan saluran pemasaran semakin berkembang tidak lagi sebagai komplimen bagi saluran tradisional tetapi telah menjadi saluran utama yang banyak digunakan pemasar. Salah satu saluran pemasaran yang akan berkembang pesat yakni saluran mobile baik yang menggunakan ponsel pintar maupun tablet. Media yang akan banyak digunakan adalah media-‐media sosial yang tumbuh fantastis di Indonesia seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Aktivitas pemasaran seperti iklan, promosi, pengenalan produk, pembangunan merek, dan lain sebagainya diperkirakan akan menggunakan saluran ini dengan massif pada tahun 2015. Dengan melimpahnya informasi pada kelompok generasi muda sebagai pengguna terbesar media sosial, maka keunggulan bersaing tidak hanya pada tampilan, teknologi, tetapi juga yang mengenal dengan baik kelompok penggunanya (Gen-‐Y dan Gen-‐Z). Belanja iklan secara keseluruhan pada tahun 2014 diestimasi sebesar Rp.140-‐150 triliun dan akan meningkat 15% pada 2015 mencapai Rp. 170 triliun. Pertumbuhan belanja iklan 2015 relatif lebih rendah dari tren pertumbuhan selama 3 tahun terakhir yang tumbuh di atas 20%. Dari total belanja iklan tersebut, pertumbuhan iklan digital diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dan disaat yang sama belanja iklan konveensional relatif melambat. Pangsa iklan digital pada tahun 2013 mencapai 5% dan tahun 2014 diperkirakan berada pada lebel 8%. Sedangkan pada 2015, pangsa iklan digital diproyeksikan akan mencapai 14-‐15% dari total belanja iklan. Grafik 12. Belanja Iklan Nasional 170%
180% 150%
160%
14%
140%
80% 60%
10%
87.5%
100% 59.8%
72.7%
6% 4%
3%
20% 2010%
2011%
2%
1%
0.5%
0%
2012%
Belanja%Iklan%(Rp%Triliun)%
0% 2013%
2014%
6. Munculnya Model-‐model Bisnis baru
15
2015%
Pangsa%Iklan%digital%(%)%
Sumber: Nielsen dan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia
8%
7%
40%
14% 12%
106.8%
120%
16%
Peradaban yang berkembang pesat dengan dukungan revolusi teknologi juga telah mendorong hadirnya model bisnis baru yang inovatif, enerjik, praktis, dengan pelayanan yang optimal. Kehadiran model-‐model bisnis yang inovatif ini banyak dimotori oleh kelompok generasi muda (Gen-‐Y, juga sebagian Gen-‐Z). Pembaharuan model dan proses bisnis yang dilakukan membawa dampak yang besar tidak hanya pada pergeseran perilaku masyarakat (konsumen) tetapi juga mengubah pola dan konsentrasi persaingan industri. Sebagian besar bisnis ini merupakan industri-‐industri kreatif mulai dari pengembangan aplikasi, online game, animasi, dan lain sebagainya. Selain industri kreatif, juga berkembang model bisnis baru yang bersifat personalized. Bisnis ini biasanya merupakan sektor yang heavy dengan penggunaan teknologi terkini. Taruhlah misalnya Google, Facebook, Twitter, Alibaba, Yahoo atau di Indonesia ada Kaskus, Buka Lapak, Tokopedia, Blibli, Toko Bagus, Lazada, Bhinneka, atau bahkan situs singapura Agoda yang juga popular di Indonesia. Begitu pula model bisnis baru yang ditawarkan situs belanja Groupon Disdus, Livingsocial, yang menyasar konsumen yang sensitive terhadap potongan harga. Selain model bisnis di atas, juga berkembang penggunaan Sefl-‐service Technology (SST) yang kini banyak berkembang di sekitar kita (selain vending machine). Misalnya restaurant yang menggunakan aplikasi layanan di meja. Anda tinggal memilih menu yang tertera pada layanan digital di atas meja , dan pesanan akan langsung terhubung ke bagian dapur dan kasir. Gambar 3. Self Service Technology di Kafetaria dan Restaurant
Selain itu, kini hadir pula aplikasi bisnis jasa transportasi yang dikemas dengan proses bisnis yang baru. Contoh GrabTaxi asal Malaysia atau Easy
16
Taxi dan Uber Taxi yang keduanya merupakan perusahaan asal Amerika Serikat. Aplikasi pemesanan taksi ini tidak hanya mendorong efisiensi di bisnis taksi tetapi juga akan memunculkan arena persaingan baru dalam pelayanan jasa transportasi khususnya taksi.
Gambar 4. Proses Bisnis Aplikasi Pemesanan Taksi
17