ASIA-PACIFIC DECENT WORK DECADE
2006 2015
Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015
Tren tahun 2015 memperlihatkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi... Kinerja ekonomi selama tiga kuartal pertama tahun 2015 turun menjadi 4,7 persen (tahun ke tahun), yang sebagian besar dikarenakan perubahan yang terjadi di pasar-pasar Asia,
International Labour Organization
saing dan produktivitas serta mempromosikan penciptaan lapangan kerja baru yang lebih baik.
… dan faktor-faktor musiman mempengaruhi kinerja pasar tenaga kerja.
sehingga memperlemah harga-harga komoditas dan menunda pembelanjaan pemerintah. Pada 2015, tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan tetap hampir di angka 4,7 persen, di mana tantangan yang ada misalnya terkait dengan masalah kebakaran hutan dan realisasi pembelanjaan pemerintah yang kemungkinan besar akan mempengaruhi kinerja perekonomian secara keseluruhan. Namun gambaran tren ekonomi untuk tahun 2016 diperkirakan lebih positif, di mana reformasi kebijakan yang baru-baru ini diterapkan pada 2015 diperkirakan akan membuahkan hasil dan mendorong peningkatan investasi sektor swasta (lihat Kotak 1). Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan PDB tahun 2016 akan bergerak moderat, yaitu berkisar antara 5,1 hingga 5,4 persen.1 Penurunan tingkat pertumbuhan ini menunjukkan tantangan baru dan menegaskan perlunya memperkuat daya Kotak 1: Reformasi Kebijakan di Indonesia Untuk membantu menarik minat investor baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi, Pemerintahan Joko Widodo telah meluncurkan beberapa paket reformasi ekonomi sejak September 2015. Fokus utama serangkaian paket reformasi ini adalah mengurangi hambatan dalam menjalankan usaha dan meningkatkan iklim investasi untuk jangka menengah. Paket pertama difokuskan pada upaya mempermudah peraturan perdagangan dan industri yang saling tumpang tindih. Paket kedua dan ketiga difokuskan pada upaya mempercepat proyek-proyek strategis yang terkait dengan kepentingan nasional dengan mempermudah cara mendapatkan perizinan, menyelesaikan masalah pembebasan lahan, mereformasi kebijakan energi serta mengurangi waktu pengadaan barang. Paket keempat difokuskan pada reformasi pasar tenaga kerja, terutama sistem penetapan upah minimum. Sedangkan paket kelima dan keenam difokuskan pada kebijakan regional dan bantuan untuk memperluas zona ekonomi khusus.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia diperkirakan sebesar 122,4 juta pada Agustus 2015, atau meningkat setengah juta dibandingkan Agustus 2014. Jumlah pekerja pada Agustus 2015 mencapai 114,8 juta, atau meningkat sedikit dari 114,6 juta pada Agustus 2014. Kendati tren-tren yang ada mungkin memperlihatkan meluasnya pengangguran di Indonesia, namun perlu dicatat bahwa jumlah pekerjaan terus mengalami fluktuasi besar dari bulan Februari hingga Agustus, dan ini memperlihatkan pengaruh faktor musiman dan faktorfaktor lain dalam menggerakkan pasar tenaga kerja. Sebagai gambaran, pada Februari 2015 ada sekitar 120,6 juta pekerja, sedangkan pada Agustus 2015 menurun menjadi 114,8 juta – yaitu penurunan sebesar 6 juta pekerja (lihat Tabel 1). Tabel 1: Indikator penting pasar tenaga kerja (2013-2015) Variabel
Feb 2013
Agt 2013
Feb 2014
Agt 2014
125,3 121,9
Feb 2015
Agt 2015
Angkatan kerja (juta)
123,6 120,2
128,3 122,4
Pekerja (juta)
116,4 112,8 118,2 114,6 120,6 114,8
Pengangguran (juta) 7,2 7,4 7,2 7,2 7,5 7,6 Tingkat partisipasi angkatan kerja
69,2% 66,8% 69,2% 66,6% 69,5% 65,8%
Tingkat pengangguran 5,8% 6,2% 5,7% 5,9% 5,8% 6,2% Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Tingkat pengangguran pada Agustus 2015 diperkirakan sebesar 6,2 persen, dan angka ini tergolong tinggi bila dibandingkan periode-periode sebelumnya. Meskipun demikian, secara absolut, kenaikan jumlah pengangguran ini tergolong kecil, di mana ada penambahan pekerja yang menganggur dari bulan Februari hingga Agustus 2015 sebesar 110.000 orang. Kenaikan tingkat pengangguran ini seiring dengan penurunan
Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015
partisipasi angkatan kerja. Di samping itu, perlu dicatat bahwa
absolut) dibandingkan periode sebelum tahun 1998, di mana
fluktuasi pekerjaan cenderung terkait dengan ketiadaan
ia menjadi motor penggerak ekonomi dan pertumbuhan
kegiatan ketimbang pengangguran, di mana jumlah pekerja
pekerjaan di Indonesia. Kendati demikian, perlu dicatat bahwa
yang keluar dari pekerjaan untuk tidak berkegiatan lebih tinggi
jumlah pekerjaan di sektor pengolahan cenderung berfluktuasi
dibandingkan jumlah pekerja yang keluar dari pekerjaan untuk
sepanjang tahun akibat sifat sektor ini yang tergantung pada
menjadi pengangguran.
permintaan. Yang menarik, data dari survei perusahaan-
Secara
sektoral,
sektor
pertanian
mempertahankan
dominasinya, dengan mempekerjakan 37,8 juta orang, diikuti dengan sektor perdagangan (25,7 juta) dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan (17,9 juta) pada
perusahaan skala besar dan menengah menunjukkan bahwa kinerja perekonomian sektor pengolahan nyaris sama dengan tahun-tahun sebelumnya kendati tingkat pertumbuhan PDB secara keseluruhan mengalami penurunan.2
Agustus 2015. Sedangkan pekerjaan di sektor pertanian
Hal lain yang perlu dicatat adalah di sektor bangunan,
mengalami penurunan pada Agustus 2015, yang sebagian
yang mengalami tingkat pertumbuhan kerja yang kuat dan
besar diakibatkan menurunnya partisipasi angkatan kerja di
berkelanjutan selama beberapa tahun belakangan ini. Sektor
kalangan pekerja keluarga tanpa upah dan pekerja wiraswasta
bangunan menyediakan lapangan kerja bagi 8,21 juta orang
di daerah pedesaan. Sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan
dan angka ini meningkat 12,8 persen dari bulan Agustus 2014
perorangan juga mengalami penurunan pada Agustus 2015, di
hingga Agustus 2015. Kombinasi tren pertumbuhan di sektor
mana penundaan pembelanjaan pemerintah merupakan salah
pengolahan dan bangunan menyediakan informasi penting
satu faktor yang menyebabkan tren ini (lihat Tabel 2).
tentang investasi dan tingkat pertumbuhan di Indonesia. Trentren ini didukung inisiatif kebijakan yang memprioritaskan investasi
Tabel 2: Pekerjaan berdasarkan sektor (juta, 2014-2015)
sektor
infrastruktur
dan
mempromosikan
reindustrialisasi perekonomian Indonesia.
Feb 2014
Agt 2014
Feb 2015
Agt 2015
Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan
40,83
38,97
40,12
37,75
Pengolahan
15,39 15,26 16,38 15,25
Bangunan
7,21 7,28 7,72 8,21
Tren-tren pertumbuhan terus berlanjut untuk karyawan tetap,3
Perdagangan Besar, Eceran, Restoran dan Hotel
25,81
di mana 44,43 juta orang atau 38,7 persen dari mereka bekerja
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi
5,33 5,11 5,19 5,11
Jasa Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan
3,19
3,03
3,65
3,27
Jasa kemasyarakatan, Sosial, dan perorangan
18,48
18,42
19,41
17,94
Kegiatan lain
1,93 1,83 1,73 1,61
periode ini, dan ini menunjukkan bahwa “pendapatan dari
118,17 114,63 120,85 114,82
upah” menjadi sumber penghasilan yang semakin penting
Variabel
Jumlah
24,83
26,65
25,68
… dan pekerjaan berupah terus diperluas.
sebagai karyawan tetap pada Agustus 2015 (lihat Gambar
Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
1). Tren ini sangat positif karena ini berarti mereka memiliki sumber penghasilan dan akses atas layanan kesehatan (BPJS Kesehatan) dan pensiun (BPJS Ketenagakerjaan).4 Ini juga berarti bahwa jumlah penduduk yang dianggap sebagai “pekerja berupah” telah mengalami peningkatan selama
bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, kebijakan tentang upah adalah hal yang penting bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Sektor pengolahan dan bangunan terus menghasilkan lapangan kerja .... Sektor pengolahan menciptakan lapangan kerja bagi 15,3 juta orang atau 13,3 persen dari total pekerjaan yang ada pada Agustus 2015. Pekerjaan di sektor ini terus mengalami pertumbuhan selama beberapa tahun belakangan ini dan sekarang lebih tinggi (dalam hal pangsa sektoral dan angka
2
di
Gambar 1: Status pekerjaan, 2006-2015 45.0%
40.0%
35.0%
30.0%
25.0%
20.0%
15.0%
10.0%
5.0%
0.0%
August 2006
August 2007
August 2008
August 2009
August 2010
August 2011
August 2012
August 2013
August 2014
Own account worker
Employer assisted by temporary worker / unpaid worker
Employer assisted by permanent workers
Employee
Casual employee in agriculture
Casual employee not in agriculture
August 2015
Unpaid worker
Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Dengan peningkatan jumlah penduduk yang bekerja sebagai
dari waktu ke waktu. Tren-tren ini menunjukkan bahwa
5
karyawan tetap, pekerjaan rentan dan pekerjaan informal
peningkatan produktivitas mengalami percepatan setelah krisis
mengalami penurunan – baik dalam hal pangsa pekerjaan
keuangan global dan seiring dengan pertumbuhan pekerjaan
dan angka absolut. Sebagai gambaran, pada 2006, 68,9
berupah dan pertumbuhan sektor pengolahan yang jauh lebih
persen pekerja dianggap sebagai pekerja yang terlibat dalam
tinggi.
pekerjaan rentan, sementara pada 2015, angka ini berkurang menjadi 57,8 persen. Ini merupakan perubahan penting
Tabel 3: Tren produktivitas dan pekerjaan
selama jangka waktu yang singkat. Tren-tren positif ini seiring dengan peningkatan pendidikan dan perluasan pekerjaaan di sektor jasa, serta perluasan pekerjaan di sektor pengolahan dan penerapan sistem kontrak jangka pendek. Tren-tren status pekerjaan juga memperlihatkan penurunan jumlah orang yang bekerja sebagai wiraswasta dan pekerja keluarga tanpa upah dari bulan Agustus 2014 hingga Agustus 2015. Hal yang menarik, faktor-faktor musiman tampak mempengaruhi para pekerja, di mana perkiraan fluktuasi
Variabel
2011
2012
2013
2014
Pekerjaan (juta)
107,4 112,5 112,8 114,6
Karyawan tetap (juta)
37,8 40,9 41,1 42,4
PDB, Rupiah Konstan tahun 2010 (trilyun)
7.287,6 7.727,1 8.158,2 8.568,1
PDB per pekerja (juta)
67,9
68,7
72,3
74,7
Pertumbuhan PDB per pekerja
8,3%
1,2%
5,3%
3,4%
Sumber: BPS (2015) Keadaan pekerja, Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
pekerjaan pada Februari dan Agustus terbilang sangat besar. Data ini menunjukkan adanya beberapa persoalan yang terkait
Peningkatan produktivitas pekerja (PDB per pekerja) ini perlu
dengan pasar tenaga kerja bagi pekerja keluarga tanpa upah
diikuti dengan dialog tentang bagi hasil, karena dialog ini
dan pekerja wiraswasta, di mana para pekerja ini sering keluar
dapat menghasilkan pekerjaan yang lebih bermutu, termasuk
masuk dari partisipasi angkatan kerja. Situasi ini menunjukkan
upah dan kondisi kerja yang lebih baik yang dibutuhkan
perlunya kebijakan dan program pasar tenaga kerja untuk
untuk meningkatkan standar kehidupan para pekerja. Kotak
memperkuat partisipasi angkatan kerja dari kelompok ini.
2 membahas lebih jauh tentang tren-tren upah, pekerjaan dan
Perubahan komposisi menuju pekerjaan berupah ini diikuti
produktivitas di sektor pengolahan.
dengan peningkatan produktivitas pekerja. Seperti yang terlihat dalam Tabel 3, produktivitas pekerja meningkat secara bertahap
3
Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015
yang menganggur. Tabel ini memperlihatkan bahwa tingkat Kotak 2: Upah dan produktivitas di tingkat perusahaan Penelitian yang menganalisis pekerjaan, upah dan produktivitas dengan mempergunakan data mengenai perusahaan-perusahaan pengolahan mendapati bahwa ada tren umum di mana upah tidak terkait dengan produktivitas di beberapa sektor dalam perekonomian Indonesia. Meskipun demikian, sektor pengolahan di Indonesia mengalami peningkatan rasio upah-produktivitas sejak tahun 2008, terutama di perusahaan skala besar dan menengah. Analisa data berdasarkan survei perusahaan pengolahan skala besar dan menengah menegaskan adanya hubungan kausal yang positif antara upah dengan produktivitas secara dua arah. Produktivitas adalah faktor penentu yang terpenting dalam menetapkan upah. Intensitas permodalan per pekerja mempengaruhi upah dan produktivitas secara positif dan signifikan. Hubungan kausal dua arah yang positif antara upah dengan produktivitas juga ditemukan di usaha mikro dan kecil di sektor pengolahan.
pengangguran tertinggi berada di kalangan mereka yang memiliki latar belakangan pendidikan SMA atau SMK. Tabel 4: Tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan Feb 2014
Agt 2014
Feb 2015
Agt 2015
SD atau kurang
3,69
3,04
3,61
2,74
SMP
7,44 7,15 7,14 6,22
SMA
9,10 9,55 8,17 10,32
Sektor
SMK
7,21 11,24 9,05 12,65
Diploma I/II/III
5,87 6,14 7,49 7,54
Universitas
4,31 5,65 5,34 6,40
Jumlah pengangguran
5,70 5,94 5,81 6,18
Sumber: BPS (2015) Pasar Tenaga Kerja Indonesia Agustus 2015, Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Tren-tren pengangguran di kalangan muda lulusan SMA
Hal yang mengejutkan adalah bahwa analisa ini menemukan orientasi ekspor dan kepemilikan asing tidak memunyai dampak yang besar terhadap upah dan produktivitas di perusahaan di berbagai skala dan intensitas faktor. Hal ini menunjukkan bahwa pasar domestik dan sumber investasi domestik menjadi semakin penting bagi sektor pengolahan di Indonesia, dan ini berbeda dengan situasi sebelum krisis Asia di akhir era 1990an.
menunjukkan
Di samping itu, hasil temuan mendukung hubungan yang positif secara umum antara upah dengan pekerjaan setelah mempertimbangkan dampak produktivitas terhadap upah. Hasil-hasil ini bertentangan dengan kebijakan konvensional yang menerima hubungan negatif antara upah dengan pekerjaan. Bukti yang bertentangan dengan ortodoksi ini tampak jelas di antara perusahaan-perusahaan pengolahan skala besar dan menengah yang modern, lebih dinamis dan terorganisir.
informasi tentang keterampilan yang mereka butuhkan
Sumber: Tadjoeddin, Z. dan Auwalin, I. (2015) Upah dan produktivitas di tingkat perusahaan: Studi tentang perusahaan mikro, kecil, menengah dan besar di sektor manufaktur Indonesia, Kantor ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Jakarta.
adanya
persoalan-persoalan
yang
terkait
dengan transisi mereka dari “sekolah ke pekerjaan” dan menunjukkan perlunya penyesuaian antara kurikulum di lembaga pendidikan dengan kebutuhan dan persyaratan kerja. Tingkat pengangguran yang masih tinggi di kalangan lulusan SMA ini menunjukkan pentingnya upaya untuk mendorong dialog tentang antisipasi keterampilan antara pengusaha dengan lembaga-lembaga pelatihan. Pengusaha memiliki dan dialog tentang kebutuhan pelatihan dapat membantu lembaga-lembaga pelatihan dalam menyesuaikan kurikulum mereka agar dapat meningkatkan kemampuan kerja para lulusan. Dialog dapat didorong melalui keterlibatan pengusaha dan pekerja dalam merancang standar-standar pekerjaan dan sistem pelatihan. Pengusaha juga dapat mengembangkan kerjasama yang lebih erat dengan lembaga-lembaga pelatihan dengan menyediakan pelatih tamu serta menawarkan peluang magang bagi para pelajar.6 Dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan panduan karir yang buruk, kaum muda biasanya menyelesaikan sekolah dan memasuki dunia kerja dengan berbekal kualifikasi yang
Pengangguran di kalangan lulusan SMA masih mengkhawatirkan
tidak sesuai dengan kebutuhan pengusaha. Ketidakcocokan kualifikasi merupakan persoalan besar di Indonesia maupun di beberapa negara di kawasan ini (lihat Gambar 2). Analisa menemukan bahwa hampir separuh kaum muda yang
Pengangguran di kalangan muda merupakan masalah klasik di
menganggur di Indonesia memiliki kualifikasi yang lebih
Indonesia. Lebih dari 50 persen penduduk yang menganggur
rendah untuk pekerjaan mereka karena latar belakang
terdiri dari kaum muda dan sebagian besar kaum muda
pendidikan mereka yang rendah. Dengan angkatan kerja yang
yang menganggur adalah mereka yang berlatar pendidikan
berkualifikasi rendah ini, mereka menghadapi risiko yang
SMA. Tabel 4 menampilkan data tentang pengangguran
terkait dengan tingkat pertumbuhan produktivitas yang rendah
berdasarkan latar belakang pendidikan di kalangan penduduk
dan transisi struktural yang lebih lambat menuju kegiatan bernilai tambah yang lebih tinggi.
4
Gambar 2. Ketidakcocokan kualifikasi di kalangan muda yang bekerja, (persen)7
Sumber: ILO (2015) Asia Pacific Labour Market Updates, Oktober 2015, Kantor Regional ILO, Bangkok.
Implikasi kebijakan
dapat lebih dioptimalkan melalui investasi di lembagalembaga pasar tenaga kerja. Hubungan yang lebih baik antara kenaikan upah dengan peningkatan produktivitas
Beberapa implikasi muncul dari kajian tentang situasi
dapat membantu mempromosikan pertumbuhan yang
pekerjaan saat ini di Indonesia, termasuk:
lebih adil. w
w Untuk mempertahankan momentum perekonomian dan pasar tenaga kerja, fokus pada penciptaan lapangan kerja
Upaya untuk terus mengurangi jumlah pekerja yang terlibat dalam pekerjaan rentan dan pekerjaan informal merupakan prioritas. Dengan memperkuat pasar tenaga
dan produktivitas pekerja dibutuhkan untuk mendukung
kerja bagi pekerja rentan dan membantu mereka dalam
pekerjaan bermutu dan tingkat pertumbuhan yang
memperoleh akses atas pekerjaan tetap kemungkinan
mampu menciptakan banyak lapangan kerja. Gambaran
besar akan memberi dampak besar, termasuk dalam
ekonomi yang bergerak lambat memperbesar tantangan
menciptakan kesetaraan gender.
bagi para pembuat kebijakan dalam menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan pekerjaan yang bermutu
w Banyaknya pengangguran di kalangan mereka yang berpendidikan
tinggi.
SMA
membutuhkan
upaya
untuk
memperkuat kemitraan antara sektor swasta dengan w
Tren-tren yang terkait dengan sektor pengolahan, serta
balai-balai pelatihan, terutama dalam hal transisi dari
perluasan pekerjaan berupah, kemungkinan besar akan
sekolah ke pekerjaan, agar dapat memastikan kaum
diikuti dengan peningkatan produktivitas pekerja secara
muda memperoleh akses atas peluang kerja baru.
terus-menerus.
Peningkatan
produktivitas
mungkin
5
Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November 2015
Catatan Akhir 1 IMF, Economic Outlook, Oktober 2015; ADB (2015) Asian Development Outlook 2015 Update, Asian Development Bank, Manila; Bank Dunia (2015) East Asia and Pacific economic update, Oktober 2015, Bank Dunia, Washington D.C. 2 BPS (2015) Pertumbuhan Produksi Pengolahan Skala Besar dan Menengah per Kwartal, Badan Pusat Statistik, Jakarta. 3 Menurut BPS, “Karyawan adalah orang yang bekerja secara permanen untuk orang lain atau lembaga/kantor/perusahaan lain dan memperoleh uang/tunai atau barang sebagai upah/gaji. Buruh yang tidak memiliki majikan secara permanen tidak tergolong sebagai buruh/karyawan/ pegawai tapi sebagai pekerja bebas. Buruh, secara umum dianggap memiliki majikan permanen jika sudah bekerja untuk majikan yang sama selama satu bulan terakhir, dan khusus untuk buruh di sektor bangunan adalah selama 3 bulan. Jika majikannya adalah sebuah lembaga, maka boleh lebih dari 1 (satu).” 4 Perlu dicatat bahwa ada banyak pekerja yang dianggap sebagai “karyawan tetap” oleh statistik resmi tentang angkatan kerja, adalah pekerja yang bekerja untuk jangka pendek dan bukan kontrak permanen dan oleh karena itu mereka masih memiliki pengaturan kontrak yang tidak pasti. Secara khusus, sekitar 40 persen karyawan tetap punya masa kerja 36 bulan atau kurang. UU tenaga kerja No. 13 tahun 2003 menyebutkan bahwa kontrak jangka pendek dapat diberikan selama dua tahun pertama dengan opsi diperpanjang selama maksimal 12 bulan berikutnya. 5 Estimasi pekerjaan informal dalam catatan ini mengikuti definisi nasional tentang pekerjaan informal, yaitu berbeda dari data berdasarkan definisi ICLS.
6 Pendekatan ILO untuk kegiatan magang bermutu ditekankan pada dialog sosial, denifisi yang jelas tentang peran dan tanggungjawab, kerangka hukum dan pengaturan keuangan bersama sebagai empat pilar yang membangun kegiatan magang bermutu. Kegiatan magang bermutu adalah mekanisme balajar yang canggih berdasarkan rasa saling percaya dan kerjasama antar pemangku kepentingan yaitu: kaum muda, otoritas ketenagakerjaan dan pendidikan, pengusaha dan pekerja. 7 Metrik tentang ketidakcocokan kualifikasi ini didasari pada latar belakang pendidikan berdasarkan the International Standard Classification of Education (ISCED) dengan pengelompokan pekerjaan berdasarkan the International Standard Classification of Occupations (ISCO). Kelompok pekerjaan 1, 2 dan 3 ISCO dianggap sebagai pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan terkait dengan level 5 dan 6 ISCED-97. Sedangkan kelompok 4, 5, 6, 7 dan 8 ISCO dianggap sebagai pekerjaan yang membutuhkan keterampilan menengah dan terkait dengan level 3 dan 4 ISCED. Kelompok 9 ISCO adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan rendah yang terkait dengan level 1 dan 2 ISCED. Berdasarkan pendekatan formatif ini, pekerja yang memiliki pekerjaan yang sesuai dengan latar belakangan pendidikan mereka dianggap memiliki kualifikasi yang memadai. Sedangkan mereka yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi dianggap memiliki kualifikasi yang terlalu tinggi dan mereka yang memiliki level lebih rendah dianggap sebagai pekerja yang memiliki kualifikasi terlalu rendah. Mereka yang memiliki kualifikasi lebih tinggi dan lebih rendah ini dianggap tidak memiliki kecocokan kualifikasi. Sehingga latar belakang pendidikan mereka tidak sesuai dengan persyaratan kerja.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Kantor ILO Jakarta Menara Thamrin Lantai 22, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3 - Jakarta 10250 Telp. +62 21 391 3112; Faks. +62 21 3983 8959 Email:
[email protected]; Website: www.ilo.org/jakarta
6