Volume 16, Nomor 2, Hal. 23-32 Juli – Desember 2014
ISSN:0852-8349
EFIKASI SERBUK LADA HITAM DALAM MENGENDALIKAN HAMA Sitophilus zeamais PADA BIJI JAGUNG SELAMA PENYIMPANAN Hasnah, Masra Rahim dan Linda Suryanti Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Abstract The research was conducted in Plant Pest Laboratory of Agricultural Faculty, Syiah Kuala University, Darussalam Banda Aceh. The purposed of this research was to obtained effective of black pepper powder for controlling Sitophilus zeamais in seed corn during storage. The research results showed that Pepper nigrum powder had significant different on mortality of imago, number progeny of imago emergence, percentace of seed corn damage caused by S.zeamais attacks, and non significant time priod of imago emergence.The highest imago mortality was founded with dosage 1g/100g corn seed reaching 80 percent of mortality at 4 days after aplication.The highest number of imago emergence was founded with control. Where as the lowest number of imago emergence was founded with dosage 1g/100g corn seed, average 2,25 imago.The highest percentace damage corn seed was founded with dosage 0,2g/100g corn seed that is 6,73 percent. The using of P.nigrum powder was very effective for controlling S.zeamais in corn seed during storage. Keywords : Pepper nigrum, Sitophilus zeamais, corn seed PENDAHULUAN Sitophilus zeamais Motsch (Coleoptera : Curculionidae) merupakan hama penting pada bijibijian di penyimpanan, dan tersebar luas di daerah tropis. Biji-bijian yang diserang oleh serangga hama ini antara lain jagung, beras, gandum, kacang tanah, kedelai. Serangan hama ini menyebabkan biji berlubang, cepat pecah serta hancur menjadi tepung sehingga kualitas biji menjadi menurun (Surtikanti, 2004). Proses penyimpanan merupakan faktor penting dalam menjaga mutu bahan, pada tahap ini akan mengalami perubahan kualitas dan kuantitas yang dipengaruhi oleh fasilitas penyimpanan serta hama gudang (Kartono, 2004). Hama ini paling banyak menimbulkan kerugian,khususnya pada komoditi jagung, hal ini terjadi
karena dapat menyerang sejak saat menjelang panen sampai produknya berada dalam penyimpanan (Mangoendihardjo, 1978). Hasil penelitian Tandiabang (1998 dalam Tandiabang et al. 2008) di Maros Sulawesi Selatan, bobot biji jagung yang disimpan selama 6 bulan mengalami penyusutan sampai 17% dan kerusakan biji mencapai 85% akibat serangan dari S. zeamais. Kumbang bubuk ini meletakkan telur satu persatu pada lubang gerekan yang telah dibuat sebelumnya dengan alat mulut, kemudian ditutupi kembali dengan zat semacam gelatin yang berfungsi sebagai sumbatan telur (Haines, 1991). Seluruh perkembangannya mulai dari telur sampai imago berada dalam butiran atau biji, sebelum keluar dari biji imago membuat lubang keluar pada pericarp sehingga bijian menjadi berlubang. 23
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
Umumnya para petani untuk mengatasi hama pascapanen adalah dengan memggunakan insektisida sintetik baik dengan cara penyemprotan maupun dengan fumigasi. Seiring dengan perkembangan waktu ternyata metode ini banyak kekurangannya antara lain meninggalkan residu pada bahan pangan (residual effect) sehingga berbahaya bagi konsumen, lingkungan dan timbulnya resistensi hama. Menurut Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1995, BAB II dalam pasal 19 yang berbunyi bahwa, penggunaan insektisida dalam rangka pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan alternatif terakhir, dan dampak yang ditimbulkan harus ditekan seminimal mungkin. Oleh karena itu, perlu dicari cara pengendalian yang efektif terhadap hama sasaran, namun aman bagi organisme non target dan lingkungan. Salah satu insektisida yang memenuhi persyaratan tersebut adalah insektisida yang berasal dari tumbuhan atau nabati. Penggunaan ekstrak tumbuhan atau tanaman sebagai sumber insektisida nabati didasarkan atas pemikiran bahwa, terdapat mekanisme pertahanan diri dari tumbuhan akibat interaksi dengan serangga pemakan tumbuhan. Senyawa metabolik sekunder yang dihasilkan tumbuhan bisa bersifat sebagai penolak (repellent), penghambat makanan (antifeedant/feeding deterrent), penghambat peletakan telur (oviposition repellent/deterrent) dan juga bisa sebagai senyaea racun sehingga cepat mematikan serangga (Prijono, 1999). Salah satu tanaman yang bersifat insektisida nabati adalah lada hitam
32
(Piper nigrum) yang mengandung senyawa aktif antara lain saponin, flavonoida, minyak atsiri, kavisin, piperin, piperline, piperolaine, piperanine, piperonal (Conectique, 2012). Senyawa piperine yang dikandung lada hitam bersifat repellent pada S. zeamais, karena mengeluarkan aroma dan rasa pedas sehingga dapat mempengaruhi dalam menghasilkan telur dan juga menimbulkan kematian (Djamil, 1998 ; Udo et al., 2011). Menurut Awoyinka et al., (2006) bahwa penggunaan ekstrak lada hitam dengan konsentrasi 1,45 mg/mL dalam waktu 80 menit dapat mengakibatkan kematian 10 imago S. zeamais. Selanjutnya, hasil penelitian Ashouri & Shayesteh, 2009 menunjukkan bahwa, aplikasi serbuk lada hitam dengan konsentrasi 0,5% (w/w) dapat mematikan 90% S. granarius setelah lima hari. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka perlu diteliti lebih lanjut tentang keefektifan serbuk hitam terhadap mortalitas dan perkembangan S. zeamais pada jagung di penyimpanan. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala., Darussalam Banda Aceh. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan: biji jagung, serbuk lada hitam, imago S. zeamais hasil biakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan kain kasa. Alat
Hasnah., dkk: Aplikasi Serbuk Lada Hitam Dalam Mengendalikan Hama Sitophilus zeamais Pada Biji Jagung Selama Penyimpanan
yang digunakan: stoples, plastik, gunting, timbangan analitik, blender, kaca pembesar, cerra tester, ayakan. Pelaksanaan Penelitian Pembiakan serangga uji Pembiakkan serangga uji dilakukan dengan mengumpulkan imago S. zeamais dari jagung yang terserang dari Pasar Peunayong. Kemudian dibawa ke laboratorium dan dipelihara dalam stoples yang ditutup dengan kain kasa. Imago yang keluar dari jagung biakan, dipindahkan ke dalam stoples lain yang telah diisi dengan biji jagung utuh yang telah disortir, dan berkadar air 12-14% (Firmansyah et al., 1996). Kumbang tersebut dibiarkan berkopulasi dan meletakkan telurnya di dalam biji jagung sampai menghasilkan imago yang baru (F1). Imago keturunan F1 inilah yang dijadikan serangga uji. Pembuatan Serbuk Lada Hitam sebagai Insektisida Nabati Biji lada hitam dikeringkan dengan sinar matahari, kemudian diblender dan diayak menggunakan Tabel 1 : Susunan Perlakuan Perlakuan Dosis serbuk lada hitam/100 gram biji jagung D0 0,0 gram ( tanpa D1 perlakuan) D2 0,2 gram D3 0,4 gram D4 0,6 gram D5 0,8 gram 1,0 gram Peubah yang diamati 1. Mortalitas Imago Pengamatan terhadap mortalitas imago S. zeamais diamati pada 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 hari setelah aplikasi (HSA), dengan mengamati jumlah
ayakan 60 mesh. Hasil ayakan ini digunakan sebagai insektisida nabati. Metode Aplikasi Sebanyak 100 gram biji jagung dimasukkan ke dalam stoples, dan ditaburi serbuk lada hitam sesuai dengan perlakuan lalu diaduk sampai merata.Baru kemudian di investasikan lima pasang imago S. zeamais ke dalam stoples tersebut. Kemudian stoples ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang serta diberi label sesuai dengan perlakuan. Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yang terdiri dari 6 taraf dosis perlakuan yaitu: 0,0 gram, 0,2 gram, 0,4 gram, 0,6 gram, 0,8 gram dan 1 gram serbuk lada hitam / 100 gram biji jagung. Tiap perlakuan diulangi sebanyak 4 kali sehingga jumlah unit percobaan sebanyak 24 unit. Adapun susunan perlakuan yang dicobakan dapat dilihat pada Tabel. 1 berikut ini : imago yang mati pada setiap unit percobaan. Mortalitas imago dihitung menggunakan rumus (Abbot, 1925 dalam Prijono, 1999). Po Po r n
r
= n × 100 % = Mortalitas imago = Jumlah imago yang mati = Jumlah imago keseluruhan
2. Lama Imago Muncul (hari) Untuk pengamatan lama imago muncul diamati sejak 25 HSA sampai imago pertama muncul dari setiap unit perlakuan.
31
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
3. Jumlah Imago Turunan Pertama (ekor) Jumlah F1 yang muncul dihitung sejak 25 hari masa inkubasi, pengamatan dilakukan sejak keluarnya S. zeamais turunan pertama (F1 ), imago yang keluar dihitung dan dikeluarkan dari stoples. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai tidak ada lagi serangga turunan pertama (F1) yang keluar selama lima hari berturut-turut. 4. Persentase Kerusakan Biji Jagung Persentase kerusakan biji jagung diamati pada 64 HSA, menggunakan rumus:
P P a b
a
= b × 100 % = Persentase kerusakan biji jagung = Bobot jagung yang rusak = Bobot jagung awal (100 gram) HASIL DAN PEMBAHASAN
Mortalitas Imago Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi serbuk lada hitam berpengaruh sangat nyata terhadap persentase mortalitas imago S. zeamais. Rata-rata persentase mortalitas imago S. zeamais akibat aplikasi serbuk lada hitam pada pengamatan 1, 2, 3, 4, dan 5 HSA ( Hari Setelah Aplikasi) dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 : Rata-Rata Mortalitas Imago S. zeamais akibat Aplikasi Serbuk Lada Hitam pada 1, 2, 3 dan 4 HSA Pengamatan (HSA)
Perlakuan D0 D1 D2 D3 D4 D5 Keterangan:
1 2 3 0,00 a 0,00 a 0,00 a 7,50 abc 20,00 b 40,00 b 10,00 bc 27,50 b 52,50 b 7,50 ab 35,00 b 45,00 b 10,00 bc 22,50 b 55,00 b 17,50 c 47,50 b 67, 50 b Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada menunjukkan tidak nyata pada taraf P 0,05.
Secara dapat umum pada Tabel 2 di atas dilihat bahwa rata-rata mortalitas imago S. zeamais pada awal pengamatan belum menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan, namun pada pengamatan 2, 3 dan 4 HSA sudah menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan serbuk lada hitam dengan kontrol. Pada kontrol tidak terdapat mortalitas serangga sejak awal pengamatan sampai 4 HSA, karena tidak diaplikasi serbuk lada hitam. Pada pengamatan 4 HSA 32
4 0,00 a 57,50 b 60,00 b 62,50 b 70,00 b 80,00 b kolom sama
mortalitas imago mencapai 80% pada dosis serbuk lada hitam (1 gram/100 gram biji jagung) dan terendah pada dosis (0,2 gram/100 gram biji jagung). Hal ini terjadi karena serbuk lada hitam mengandung senyawa aktif piperin dan aroma yang menyengat, sehingga serangga tidak mau mendekati sumber makanannya dengan kata lain bersifat repellent. Selain itu serbuk lada hitam juga berperan sebagai racun kontak dan racun pernafasan. Racun kontak masuk melalui integument (kulit
Hasnah., dkk: Aplikasi Serbuk Lada Hitam Dalam Mengendalikan Hama Sitophilus zeamais Pada Biji Jagung Selama Penyimpanan
serangga) lalu berpenetrasi ke tubuh menuju hemolimfa. Kemudian serangga pada bagian yang dilapisi mengikuti aliran hemolimfa dan oleh kutikula, seperti selaput antar disebarkan ke seluruh bagian tubuh ruas, selaput persendian pada serangga sehingga mengalami pangkal embelan dan kemoreseptor kematian. Selanjutnya hasil pada tarsus. Selanjutnya racun penelitian Udo et al,. (2011) tersebut masuk ke dalam saluran membuktikan bahwa, tingkat darah dan sistem saraf, sehingga mortalitas S. zeamais yang serangga menjadi kejang-kejang, diaplikasikan serbuk lada hitam pingsan dan menimbulkan kematian dengan dosis 10 gram dapat pada serangga uji. Sesuai dengan menimbulkan kematian 100% setelah pendapat Prijono (1994) dalam 96 jam aplikasi. Sinaga (2011), menyatakan bahwa racun kontak akan berpenetrasi ke Lama Imago Muncul (hari) dalam tubuh serangga melalui bagian Hasil pengamatan menunjukkan yang dilapisi oleh kutikula yang tipis, bahwa aplikasi serbuk lada hitam seperti selaput antar ruas, selaput tidak berpengaruh terhadap lama persendian pada pangkal embelan imago muncul. Rata-rata lama imago dan kemoreseptor pada tarsus. muncul akibat aplikasi serbuk lada Senyawa aktif diduga mampu hitam dapat dilihat pada Tabel 3 berdifusi dari lapisan kutikula terluar berikut ini. melalui lapisan yang lebih dalam Tabel 3 : Rata-Rata Lama Imago S. zeamais Muncul akibat Aplikasi Serbuk Lada Hitam (hari) Perlakuan Lama imago muncul (hari) D0 31,80 D1 32,80 D2 37,50 D3 33,00 D4 32,00 Secara umum dapat dilihat pada Tabel 3 di atas bahwa aplikasi serbuk lada hitam tidak berbeda nyata terhadap lama imago S. zeamais muncul. Hal ini disebabkan serbuk lada hitam bersifat non-persisten (mudah terurai) sehingga tidak mempengaruhi perkembangan serangga, dengan perkataan lain bahwa efek residu dari serbuk lada hitam tidak sampai pada serangga turunannya (F1). Sesuai dengan pendapat Prijono (1999) yang menyatakan bahwa insektisida nabati mudah terurai sehingga tidak berpengaruh terhadap serangga turunannya. Selain itu aplikasi
serbuk lada hitam tidak berbeda nyata antar perlakuan terhadap lama imago muncul, begitu juga dengan kontrol. Pada penelitian ini lama imago muncul berkisar antara 31-38 hari dengan suhu ruangan 29oC. Hal ini membuktikan bahwa serbuk lada hitam tidak mempengaruhi stadia perkembangan serangga S. zeamais. Sesuai dengan pendapat Kalshoven (1981), bahwa perkembangan S. oryzae di Bogor berkisar antara 3045 hari pada suhu ruang rata-rata 27oC.
31
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
yang muncul (F1). Rata-rata jumlah Jumlah Imago Muncul (ekor) Hasil pengamatan menunjukkan imago yang muncul akibat aplikasi bahwa, aplikasi serbuk lada hitam serbuk lada hitam dapat dilihat pada berpengaruh terhadap jumlah imago Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 : Rata-Rata Jumlah Imago S. zeamais Turunan Pertama yang Muncul akibat Aplikasi Serbuk Lada Hitam. Perlakuan Rata-rata imago muncul(ekor) D0 22,50 c D1 6,00 b D2 5,00 ab D3 3,75 ab D4 2,50 ab D5 2,50 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf P0,05. Secara umum dapat dilihat pada dalam penelitian ini lama imago Tabel 4 di atas bahwa, aplikasi munculberkisar antara 31-38 hari serbuk lada hitam tidak berbeda dengan suhu ruangan 29oC. Hal ini nyata terhadap lama imago S. membuktikan bahwa serbuk lada zeamais muncul. Hal ini disebabkan hitam tidak berpengaruh terhadap serbuk lada hitam bersifat nonstadia perkembangan S. zeamais. persisten (mudah terurai) sehingga Sesuai dengan pendapat Kalshoven tidak berpengaruh terhadap stadia (1981), bahwa perkembangan S. perkembangan serangga, dengan kata oryzae di Bogor berkisar antara 30lain bahwa efek residu dari senyawa 45 hari pada suhu ruang rata-rata aktif serbuk lada hitam terutama 27oC. piperin tidak sampai pada serangga turunan pertama (F1). Sesuai dengan Jumlah Imago Turunan Pertama pendapat Prijono (1999) yang (ekor) menyatakan bahwa, insektisida Hasil pengamatan menunjukkan nabati mudah terurai sehingga tidak bahwa, aplikasi serbuk lada hitam berpengaruh terhadap serangga berpengaruh nyata terhadap jumlah turunannya. imago yang muncul (F1). Rata-rata Aplikasi serbuk lada hitam tidak jumlah imago yang muncul (F1) berbeda nyata terhadap lama imago akibat aplikasi serbuk lada hitam muncul pada semua perlakuan, dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5 : Rata-Rata Jumlah Imago Turunan Pertama S. zeamais akibat Aplikasi Serbuk Lada Hitam Perlakuan Jumlah F1 (Ekor) Do 22,50 c D1 6,00 b D2 5,00 ab D3 3,75 ab D4 2,50 ab D5 2,25 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf P0,05.
32
Hasnah., dkk: Aplikasi Serbuk Lada Hitam Dalam Mengendalikan Hama Sitophilus zeamais Pada Biji Jagung Selama Penyimpanan
Secara umum pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah imago yang muncul ada perbedaan yang nyata antara perlakuan kontrol dengan perlakuan yang lainnya. Jumlah imago yang paling banyak muncul pada kontrol mencapai ratarata 22,50 ekor, sedangkan terendah pada dosis 1 gram/100 gram biji jagung yaitu rata-rata 2,50 ekor. Jumlah imago yang muncul (F1) ada kaitannya dengan kandungan senyawa aktif piperin dalam serbuk lada hitam yang bersifat antifeedant dan repellent, sehingga dapat menghambat proses peletakkan telur dari S. zeamais dan berpengaruh terhadap jumlah turunan pertama yang dihasilkan. Jumlah imago yang muncul ada kaitan dengan jumlah telur yang diletakkan oleh serangga uji, karena senyawa piperin dapat bersifat antioviposisi (penolakan
peletakan telur) pada serangga. Penelitian Udo et al,.(2011), aplikasi serbuk lada hitam dengan dosis 5 gram/600 gram bahan menghasilkan jumlah imago S. zeamais yang muncul mencapai 85,75 ekor sampai pada pengamatan 7 hari setelah pemunculan imago, sedangkan pada dosis 10 gram / 600 gram bahan jumlah imago yang muncul hanya 52,70 ekor. Hal ini membuktikan bahwa senyawa aktif piperin dari lada hitam mempengaruhi jumlah imago F1 yang muncul. Persentase Kerusakan Biji Jagung Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi serbuk lada hitam berpengaruh terhadap persentase kerusakan biji jagung. Rata-rata persentase kerusakan biji jagung akibat serangan dari S. zeamais dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6 : Rata-Rata Persentase kerusakan Biji Jagung Akibat Serangan S. zeamais Perlakuan Persentase Kerusakan Biji (%) D0 7,88 c D1 6,73 bc D2 3,90 ab D3 3,73 ab D4 3,40 a D5 3,10 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berpeda nyata pada taraf P0,05. Pada Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa secara umum rata-rata pesentase kerusakan biji jagung akibat serangan S. zeamais setelah aplikasi serbuk lada hitam ada perbedaan yang nyata antara perlakuan dan juga kontrol. Rata-rata persentase kerusakan biji jagung tertinggi dijumpai pada kontrol (0,0 gram / 100 gram biji jagung) yaitu sebesar 7,88% dan terendah pada dosis 1 gram / 100 gram biji
jagung yaitu 3,10%. Tingginya persentase kerusakan biji pada kontrol disebabkan tidak adanya senyawa kimia yang dapat menghambat serangga untuk meletakkan telur. Adapun tujuan serangga merusak tanaman adalah untuk meletakkan telur, berlindung dan sebagai sumber makanannya. Tinggi rendahnya persentase kerusakan biji jagung ada kaitannya dengan jumlah imago yang ada 31
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
sebelumnya dan juga ada kaitan dengan jumlah telur yang diletakkan serangga sebelumnya. Sesuai dengan pendapat Chapman (1998) yang menyatakan bahwa, tujuan dari serangga merusak tanaman adalah untuk tempat berlindung, bertelur dan sebagai sumber makanannya. Sebagaimana diketahui S. zeamais meletakkan telur dalam butiran jagung dengan cara menggerek, setelah menetas larva tetap berada dalam biji dan memakan isi biji sehingga biji berlubang. Selanjutnya, Winarno (1975) menambahkan, tingkat kerusakan oleh hama serangga pada suatu bahan simpan tergantung pada jumlah serangga yang ada serta kemampuan merusaknya. Semakin tinggi populasi hama yang terdapat pada bahan simpan, maka semakin tinggi pula tingkat kerusakan yang ditimbulkannya. KESIMPULAN 1.
2.
3.
32
Aplikasi serbuk lada hitam pada biji jagung berpengaruh terhadap mortalitas imago, jumlah imago turunan pertama yang muncul dan persentase kerusakan biji jagung akibat serangan S. zeamais, dan tidak berpengaruh terhadap lama imago muncul. Persentase kerusakan biji jagung tertinggi dijumpai pada kontrol sebesar 7,88% dan terendah pada aplikasi serbuk lada hitam pada dosis 1 gram / 100 gram biji jagung yaitu 3,10%. Aplikasi serbuk lada hitam 1 gram / 100 gram biji jagung sudah efektif untuk mengendalikan S. zeamais karena menghasilkan mortalitas sampai 80%.
DAFTAR PUSTAKA Ashouri, S & N Shayesteh. 2009. Insectisidal Activities of Black Pepper and Red Pepper in Powder form on Adults of Rhyzopertha dominica (F.) and Sitophilus granarius. Journal Entomol. Vol. 31(2): 799-804. Awoyinka, OA, IO Oyewolel, BMW Amos & OF Onasoga. 2006. Comparative Pesticidal Activity of Dichloromethane Extracts of Piper nigrum Against Sitophilus zeamais and Calosobruchus maculatus. Journal of Biotechnology Vol.5 (24): 2446-2449. Chapman RF. 1998. The Insect. Structure and Function. 4th Ed. Cambridge University Press. New York. Conectigue. 2012. Lada Hitam (Piper nigrum). http://www.conectigue.com. Djamil,MS. 1998. Daya Insektisida Ekstrak Lada Putih dan Lada Hitam (Piper nigrum L.) terhadap Perkembangan Serangga Hama Gudang Sitophilus zeamais Motsch. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. Kalshoven, LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve. Jakarta. Kartono. 2004. Teknik Penyimpanan Benih Kedelai Varietas Wilis pada Kadar Air dan Suhu Penyimpanan yang Berbeda. Bulletin Teknik Pertanian Vol.9 No. 2. Mangoendihardjo, S. 1978. Hama dan Penyakit Pascapanen. Fakultas Pertanian
Hasnah., dkk: Aplikasi Serbuk Lada Hitam Dalam Mengendalikan Hama Sitophilus zeamais Pada Biji Jagung Selama Penyimpanan
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Prijono, D. 1999. Prospek dan Strategi Pemanfaatan Insektisida Alami. dalam Dadang B.W Nugroho & D. Prijono (Penyunting). Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu.IPB Bogor. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1995. Perlindungan Tanaman. Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta. Sinaga, NMR. 2010. Pengendalian Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera ; Bruchidae) dengan Menggunakan Serbuk dan Ekstrak Biji Sirsak, Saga dan Bengkuang pada Benih Kacang Hijau. Departemen Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera : Curculionidae) dan Strategi Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian Vol. 23(4). Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Tandiabang, J A, Tenrirawe & Surtikanti. 2008. Pengelolaan Hama Pascapanen Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Udo, IO, MS Ekanem & EU Inyang. 2011. Laboratory Evaluation of West African Black Pepper (Piper guineense) Seed Powder Against Maize Weevil (Sitophilus zeamais Motsch). Journal of Mun. Ent. Zool. Vol.6 No.2. University of Uyo, Nigeria. inarno, FG. 1975. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia. Jakarta.
31
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
32