EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK KANDANG KOTORAN SAPI PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KAKAO
Oleh : Asbianah Nim. 080500142
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011
EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK KANDANG KOTORAN SAPI PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KAKAO
Oleh : Asbianah Nim. 080500142
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANAIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2011
HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah
: EFEKTIVITAS PEMBERIAN PUPUK KANDANG KOTORAN SAPI PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KAKAO
Nama
: Asbianah
NIM
: 080 500 142
Program Stud
: Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji,
Rusmini. SP. MP NIP.19811130 200812 2 002
Jamaluddin, SP, M. Si
Menyetujui, Ketua program studi budidaya Tanaman perkebunan
Mengesahkan, Ketua jurusan manajemen Pertanian
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001
Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005
Lulus ujian pada tanggal : 2 Agustus 2011
NIP.19720612 200112 1 003
ABSTRAK ASBIANAH. Efektivitas Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Sapi pada Pertumbuhan Bibit Tanaman Kakao (di bawah bimbingan RUSMINI). Penelitian ini dilatar belakangi oleh mutu produksi tanaman kakao yang masih kurang memuaskan bagi petani kakao, untuk melaksanakan perlu diperhatikan teknis budidaya terutama pemupukan, pemupukan merupakan cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi ketersediaan unsur hara tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Hasil yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi masyarakat atau pemerhati masalah bibit kakao untuk mempertimbangkan dosis pemupukan optimal bagi pertumbuhan bibit kakao. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dalam waktu tiga bulan terhitung dari bulan Desembar 2009 hingga Februari 2010. Pengamatan meliputi persiapan, pemberian pupuk kandang kotoran sapi, pengambilan data dan pengolahan data. Penelit ian ini terdiri dari 4 perlakuan dan masing- masing perlakuan terdiri dari 10 ulangan. Perlakuan terdiri dari pemberian pupuk kotoran sapi dengan dosis 0,25 kg pertanaman (P 1), pemberian pupuk kotoran sapi 0,5 kg (P 2 ), pemberian pupuk kotoran sapi 0,75 kg (P3 ), pemberian pupuk kotoran sapi 1 kg (P 4 ). Analisi data yang di gunakan adalah rataan sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kotoran sapi 0,25 kg pertanaman (P 1 ) meningkatkan pertumbuhan tanaman kakao dengan nilai rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman 15,26 cm, diameter batang 2,72 cm dan jumlah daun 6,0 helai.
RIWAYAT HIDUP ASBIANAH, lahir pada tanggal 3 Oktober 1989 di Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak ke-4 dari 5 bersaudara pasangan Bapak Abdullah dan Ibu Mardiana. Tahun 1995 memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 063 Samarinda lulus pada tahun 2001, melanjutkan ke Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 13 Samarinda dan lulus pada tahun 2004, kemudian melanjutkan ke Sekolah atas (SMA) Negeri 9 Samarinda dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2008 pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Manajemen Pertanian, Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada bulan Maret – Mei 2011 mengikuti (Praktek Kerja Lapang) di Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kota Samarinda. Desa Berambai, Kecamatan Sempaja. Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat pada waktunya.
Karya ilmiah ini disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dari bulan Desember 2010 – Maret 2011, sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan untuk mendapat sebutan Ahli Madya. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Keluarga tercinta yang telah banyak memberikan motifasi maupun materil kepada penulis selama ini. 2. Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 4. Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Progam Studi Budidaya Tanaman Perkebunan dan dosen pembimbing. 5. Bapak Jamaluddin, SP, M. Si selaku dosen penguji. 6. Ibu Rusmini. SP. MP selaku dosen pembimbing 7. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan karya ilmiah dan seluruh mahasiswa Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ini , namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Penulis Kampus Sei Kledang……
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................... v DAFTAR ISI .............................................................................................. vi DAFTAR TABEL....................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii I.
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
3
A. Tinjauan Umum Tanaman Kakao................................................
3
B. Pupuk Kandang Kotoran Sapi .....................................................
5
C. Teknis Pembibitan Tanaman Kakao ............................................
7
METODE PENELITIAN ..............................................................
9
A. Tempat Dan Waktu ......................................................................
9
B. Alat Dan Bahan............................................................................
9
C. Rancangan Penelitian...................................................................
9
D. Prosedur Penelitian ......................................................................
10
E. Pengambilan Data ........................................................................
11
F. Pengolahan Data ..........................................................................
12
HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................
13
A. Hasil .............................................................................................
13
B. Pembahasan .................................................................................
18
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
21
A. Kesimpulan .................................................................................
21
B. Saran ...........................................................................................
21
III.
IV.
V.
Halaman DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
22
LAMPIRAN ................................................................................................
24
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kandungan unsur hara pupuk kandang kotoran sapi................................... 2. Rata-rata pertambahan tinggi bibit tanaman kakao pada umur 4, 8 dan 12 minggu setelah pemupukan ............................................................. 3. Rata-rata pertambahan diameter bibit tanaman kakao pada umur 4, 8 dan 12 minggu setelah pemupukan .......................................................... 4. Rata-rata pertambahan jumlah daun bib it tanaman kakao pada umur 4, 8 dan 12 minggu setelah pemupukan ......................................................
7 13 14 16
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Grafik pertambahan tinggi tanaman kakao (cm) masing- masing perlakuan umur 4, 8 dan 12 minggu setelah pemupukan............................ 2. Grafik pertambahan diameter tanaman kakao (cm) masing- masing perlakuan umur 4, 8 dan 12 minggu setelah pemupukan............................ 3. Grafik pertambahan jumlah daun tanaman kakao (helai) masing-masing perlakuan umur 4, 8 dan 12 minggu setelah pemupukan............................
14 15 17
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Denah penelitian........................................................................................
25
2. Kegiatan Prosedur Penelitian....................................................................
26
3. Bibit tanaman kakao setelah tanam...........................................................
27
4. Data awal tinggi bibit tanaman kakao .......................................................
28
5. Data hasil pengamatan pada tinggi umur 4 MST......................................
28
6. Data hasil pengamatan pada tinggi umur 8 MST......................................
28
7. Data hasil pengamatan pada tinggi umur 12 MST....................................
28
8. Data awal diameter bibit tanaman kakao ..................................................
29
9. Data hasil pengamatan pada diameter umur 4 MST .................................
29
10. Data hasil pengamatan pada diameter umur 8 MST .................................
29
11. Data hasil pengamatan pada diameter umur 12 MST ...............................
29
12. Data awal jumlah daun bibit tanaman kakao ............................................
30
13. Data hasil pengamatan jumlah daun umur 4 MST....................................
30
14. Data hasil pengamatan jumlah daun umur 8 MST....................................
30
15. Data hasil pengamatan jumlah daun umur 12 MST ..................................
30
16. Data hasil perhitungan pertambahan tinggi bibit (cm) kakao pada Umur 4 minggu setelah pemupukan......................................................
31
17. Data hasil perhitungan pertambahan tinggi bibit (cm) kakao pada Umur 8 minggu setelah pemupukan......................................................
31
18. Data hasil perhitungan pertambahan tinggi bibit (cm) kakao pada Umur 12 minggu setelah pemupukan....................................................
31
19. Data hasil perhitungan pertambahan diameter bibit kakao pada Umur 4 minggu setelah pemupukan......................................................
32
20. Data hasil perhitungan pertambahan diameter bibit kakao pada Umur 8 minggu setelah pemupukan......................................................
32
Halaman 21. Data hasil perhitungan pertambahan diameter bibit kakao pada Umur 12 minggu setelah pemupukan....................................................
32
22. Data hasil perhitungan pertambahan jumlah daun (helai) bibit kakao pada Umur 4 minggu setelah pemupukan .................................
33
23. Data hasil perhitungan pertambahan jumlah daun (helai) bibit kakao pada Umur 8 minggu setelah pemupukan .................................
33
24. Data hasil perhitungan pertambahan jumlah daun (helai) bibit kakao pada Umur 12 minggu setelah pemupukan ...............................
33
I. PENDAHULUAN Kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional yang berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani dan sumber devisa bagi Negara di samping mendorong berkembangnya agrobisnis kakao da n agroindustri. Indonesia sangat pesat.
Perkembangan kakao di
Keadaan iklim dan kondisi lahan yang sesuai untuk
pertumbuhan kakao akan mendorong pengembangan pembangunan perkebunan kakao Indonesia (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008). Pupuk kandang kotoran sapi mengandung unsur makro yaitu N, P, K, Fe, Cu dan Mg sedangkan unsur mikro yaitu Mn, S, Ca, B dan Zn. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang biasa berkurang akibat adanya penguapan, dekomposisi, dan penyimpanan yang lama, pemakaian pupuk kandang biasanya hanya pada awal penanaman. Alasannya selain untuk memperbaiki struktur tanah, pelepasan unsur hara dari pupuk kandang berlangsung perlahan, pupuk kandang yang telah siap di aplikasikan memiliki ciri dingin , remah wujud aslinya tidak tampak, dan baunya telah jauh berkurang. Jika belum memiliki ciri tersebut, pupuk kandang belum siap digunakan, penggunaan pupuk yang belum matang justru dapat menghambat pertumbuhan tanaman, bahkan biasa mematikan tanaman (Pranata, 2005). Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir. Bagi pupuk kandang padat yang keadaannya demikian bila terpengaruh oleh udara akan cepat tejadi pergerakan-pergerakan sehingga keadaannya menjadi
keras, selanjutnya air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk itu menjadi sukar menembus atau merembes ke dalamnya. Dalam keadaan demikian peranan jasad renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedia dalam tanah untuk mencukupi keperluan pertumbuhan tanaman mengalami hambatan, perubahan berlangsung secara perlahan- lahan. perubahan-perubahan ini kurang sekali terbentuk panas.
Pada
Keadaan demikian
mencirikan bahwa pupuk kandang kotoran sapi adalah pupuk yang dingin (Lingga, 2005). Pupuk kandang kotoran sapi adalah pupuk yang sangat mudah di jangkau selain harganya lebih murah, pupuk kotoran sapi juga mengandung unsur hara yang lengkap bagi pertumbuhan bibit tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan bibit tanaman kakao dengan menggunakan pupuk kandang kotoran sapi Dari hasil yang diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi bagi masyarakat atau pemerhati masalah bibit kakao untuk mempertimbangkan dosis pupuk kandang yang optimal bagi pertumbuhan bibit kakao.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman Kakao 1.
Morfologi Tanaman Kakao Kakao adalah tanaman dengan sufface root feeder, artinya sebagian besar akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah (jeluk) 0-30 cm. menurut Himme 56% lateral tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 11-20 cm, 14% pada jeluk 21-30 cm, dan hanya 4% tumbuh pada jeluk di atas 30 cm dari permukaan tanah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008). Tinggi tanaman umur 3 tahun mencapai 1,8-3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,50-7,0 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam dipengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor- faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao yang berasal dari biji, setelah mencapai tinggi 0,91,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorget (jorquette). Jorget adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortoptrop ke plagiotrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008). Salah satu sifat khusus daun ya itu adanya dua persendian yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daun. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm.
Pada masa tumbuhnya tunas-tunas baru dinamakan
pertunasan, pada saat itu setiap tunas membentuk 3-6 lembar daun baru sekaligus (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008). Bunga kakao mempunyai rumus K 5 C5 A5 G(5). Artinya, bunga di susun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkaran, masing- masing terdiri dari 5 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008). Buah yang ketika muda berwarna hijau jika sudah masak berwarna kuning sementara itu buah muda yang berwarna merah, setelah masak berwarna jingga. Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah, jumlahnya beragam, yaitu 20-50 butir per buah (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008). 2.
Syarat Tumbuh Tanaman kakao Lingkungan alami tanaman coklat adalah hutan tropis, dengan demikian, curah hujan, temperatur, dan sinar matahari menjadi bagian dari faktor iklim yang menentukan (Siregar et all., 2010). Hal penting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman dan produksi kakao adalah distribusinya sepanjang tahun. Areal pena naman kakao yang ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1.100 - 3.000 mm pertahun (Siregar et all., 2010). Tanaman coklat dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki kemasaman (pH) 6 -7,5 tidak lebih dari 8 (delapan) serta tidak lebih rendah
dari 4 (empat).
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah
lempung liat berpasir (Siregar et all., 2010).
Tanaman kakao dipupuk setelah berumur dua bulan. diharapkan
mampu
meningkatkan
pertumbuhan
Pemupukan
vegetatif
dan
mempertahankan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit (Siregar et all., 2010). Melakukan pemupukan terutama pada bibit dalam polybag. Dosis pupuk Urea yang diberikan setiap polybag sekitar 1 gram, dan diletakkan 5 cm dari bibit yang kemudian disiram. Pemupukan ini dilakukan pada umur 1 minggu setelah dipindahkan ke polybag dan diulang setiap 2 minggu. Ada pula yang menggunakan pupuk NPK 15 : 6 : 4 dan dimulai pada umur 2 bulan dengan peningkatan pemberian dosis pupuk sebagai berikut : 1.
Pada umur 2 bulan 1,5 gram/bibit
2.
Pada umur 3 bulan 2 gram/bibit
3.
Pada umur 4 bulan 2,5 gram/bibit
4.
Pada umur 5 bulan 3 gram/bibit Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu lakukan peningkatan dosis
setiap bulan karena semakin bertambah umur bibit tanaman, semakin meningkat kebutuhan unsur hara yang diperlukan (Susanto, 2004).
B. Pupuk Kandang Kotoran Sapi Pupuk kandang adalah pupuk yang berupa kotoran padat dan cair dari hewan ternak. Kotoran ini dapat tercampur dengan sisa-sisa makanan dan jerami alas kandang ataupun tidak. Pupuk kandang merupakan pupuk utama yang dibuat oleh petani disamping pupuk hijau.
Dewasa ini meskipun
pupuk buatan sangat mudah diperoleh, peran pupuk kandang masih sangat penting, yaitu sebagai pelengkap pupuk buatan yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisik tanah. Beberapa jenis komoditi usaha tani terutama hortikultura (sayur-sayuran, buah-buahan, dan bunga-bungaan) sangat membutuhkan pupuk kandang (Setyamidjaja, 2005). Pupuk kandang merupakan salah satu pupuk yang sangat penting peranannya. Adapun fungsi pupuk kandang antara lain: 1.
Menambah
unsur
hara
tanaman.
Umumnya
pupuk
kandang
mengandung hampir seluruh unsur- unsur hara yang diperlukan oleh tanaman; 2.
Menambah kandungan bahan organik tanah dan humus;
3.
Memperbaiki sifat-sifat fisik tanah terutama struktur tanah, daya ikat air dan porositas tanah;
4.
Memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah. Pupuk kandang dikatakan siap pakai apabila tidak lagi terjadi
penguraian oleh mikroba, artinya tidak lagi tercium bau yang tajam,
bentuknya sudah seperti tanah yang gembur bila diremas nampak berwarna cokelat tua serta tidak terasa panas (Lingga, 2005).
Tabel 1. Jumlah dan kandungan unsur hara kotoran sapi. Sumber
kotoran (ton/tahun
Kotoran sapi padat
5,5
kandungan unsur hara (kg/ton) N P (P2 O5) K (K2 O) 21,5
1,7 (3,8)
2,9 (3,5)
Sumber : Evers and Potheven (1995) dalam Wijaya (2008). C. Pembibitan Kakao 1. Teknis Pembibitan Tanaman Kakao Perbanyakan tanaman kakao banyak dilakukan dengan cara generatif karena bibit dihasilkan dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak. Benih yang baik berasal dari buah berbentuk normal, sehat dan masak di pohon.
Buah tersebut berwarna kuning, jika
diguncang timbul suara dan jika diketuk dengan tangan timbul gema. Bibit yang baik adalah bibit yang pertumbuhannya normal, yaitu tidak kerdil dan tidak terlalu jagur, bebas hama dan penyakit serta kerusakan lainnya, dan berumur 4–6 bulan (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008).
2. Penyiapan Benih Bib it coklat yang berasal dari biji harus dibebaskan dari pulp yang melekat. Pembuangan pulp dilakukan dengan cara menggosok biji yang dicampurkan dengan abu dapur, cara lain adalah dengan merendam biji di dalam air kapur (25 gram/liter air). Dengan digosok menggunakan tangan, pulp akan mudah sekali lepas. (Siregar dkk., 2010). 3. Penyemaian Benih Pada tahap awal pembibitan, biji dikecambahkan pada bedengan perkecambahannya yang lebarnya 1 m dan panjangnya sesuai dengan jumlah biji yang dikecambahkan. Perkecambahan dilaksanakan dengan cara menanam biji sejajar di dalam bedengan sedalam
1-1,5 cm,
berjarak 2 cm x 3 cm.
Hal ini di
media bedengan berupa pasir.
maksudkan untuk memudahkan terangkatnya biji dan agar akarnya tumbuh lurus.
Kecambah dipelihara selama 21 hari sebelum
dipindahkan, pemeliharaan meliputi penyiraman dan penyemprotan insektisida Gusadrin 2-5 cc per liter air untuk mencegah serangan hama (Siregar dkk., 2010). 4. Pemeliharaan bibit Kecambah yang memenuhi syarat untuk dipindahkan ke dalam pembibitan berkecambah pada minggu ke 4-5, tetapi biji yang belum berkecambah masih dapat dibiarkan 2-3 hari lagi sebelum di buang
sebagai biji aktif.
Setelah berumur 21 hari, bibit sudah dapat
dipindahkan ke polybag yang telah disiapkan.
Pemeliharaan bibit
meliputi penyiraman, pemupukan dan penyemprotan insektisida serta fungisida, penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore (Siregar dkk., 2010).
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini di laksanakan di persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Waktu yang digunakan dalam pe nelitian ini adalah selama tiga bulan terhitung dari bulan Desember 2010 hingga Februari 2011. Penelitian meliputi persiapan, pemberian pupuk kandang kotoran sapi, pengambilan data dan pengolahan data. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah : ember, cangkul, parang, spidol, ayakan diameter 1,5 cm, label, timbangan, kamera, alat tulis, penggaris, mikrokaliver, gembor. Bahan yang digunakan adalah : bibit kakao forestero umur 2 bulan, pupuk kandang kotoran sapi, polybag ukuran 30 x 20 cm. C. Rancangan penelitian Rancangan penelitian faktor- faktor per lakuan adalah sebagai berikut: P1 : pupuk kandang kotoran sapi 0,25 kg P2 : pupuk kandang kotoran sapi 0,5 kg P3 : pupuk kandang kotoran sapi 0,75 kg P4 : pupuk kandang kotoran sapi 1 kg Selanjutnya masing- masing pemberian pada tanaman kakao perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Sehingga jumlah polybag adalah 40 polybag. Denah penelitian dapat di lihat pada Lampiran 1.
D. Prosedur Penelitian. 1.
Persiapan media tanam Mengambil tanah topsoil yang ada di sekitar areal
penelitian,
kemudian membersihkan dan menggemburkan tanah dengan cangkul dan mengayaknya dengan ayakan 1,5 cm, Mencampurkan tanah yang sudah diayak dengan pupuk kandang kotoran sapi sesuai perbandingan yang sudah ditentukan. Gambar dapat dilihat pada Lampiran 1. 2.
Persiapan bahan tanaman Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman kakao jenis forastero dari perbanyakan secara generatif berumur 2 bulan.
3.
Penanaman bibit Masing-masing polybag akan ditanami 1 bibit tanaman kakao dengan pertambahan yang seragam pada setiap perlakuan. Untuk menghindari terjadinya bias pada perlakuan, maka dilakukan pengukuran pendahuluan untuk mengetahui data awal tanaman sebelum dilakukan pengamatan selanjutnya. Pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter batang. Gambar dapat dilihat pada Lampiran 2.
4.
Perlakuan pemberian pupuk Masing-masing polybag diisi sesuai dosis yang ditentukan.
Pada
pupuk kandang kotoran sapi dengan dosis 0,25 kg/polybag maka tanah yang
dibutuhkan sebanyak 2,75 kg, pada dosis 0,5 kg/polybag maka tanah yang dibutuhkan 2,5 kg, dosis 0,75 kg/polybag maka tanah yang dibutuhkan 2,25 kg, dan dosis 1 kg/polybag maka tanah yang di butukan 2 kg 5.
Pemeliharaan Melakukan penyiraman 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari dengan alat gembor dan apabila hujan tidak dilakukan penyiraman. Penyiangan dilakukan hanya apabila terdapat gulma di sekitar tanaman.
E. Pengambilan Data Pengamatan data di lakukan sebanyak 3 kali dengan interval waktu pengamatan 4 minggu setelah tanaman. 1. Pertambahan tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang 1 cm di atas permukaan tanah sampai pada titik tumbuh ujung tunas tertinggi dengan menggunakan penggaris.
Pertambahan tinggi tanaman didapatkan
dengan cara mengurangkan tinggi tanaman pengamatan pertama dengan data awal tinggi tanaman dan seterusnya Gambar bibit tanaman umur bibit minggu setelah tanam dapat dilihat pada Lampiran 3. 2. Pertambahan diameter batang Diukur dari bagian batang paling bawah yang telah ditandai dengan menggunakan
spidol.
Pertambahan
diameter
batang
tanaman
didapatkan dengan cara mengurangkan diameter tanaman pengamatan pertama dengan data awal diameter tanaman dan seterusnya. 3. Pertambahan jumlah daun Jumlah daun yang diamati adalah daun yang sudah membuka sempurna. Pertambahan jumlah daun tanaman didapatkan dengan cara mengurangkan data jumlah daun pengamatan pertama dengan data awal daun dan setrusnya. F.
Analisis Data Penelitian ini menggunakan rataan hitung sederhana dengan rumus yang digunakan adalah : x =
?x n
x
= rata-rata hitung
n
= banyaknya data
x
= variasi yang diteliti
?
= jumlah
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1.
Pertambahan Tinggi Tanaman Hasil penelitian pemberian pupuk kotoran sapi pada rata-rata pertambahan tinggi bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata pertambahan tinggi (cm) bibit tanaman kakao pada umur 4, 8 dan 12 minggu setelah aplikasi pupuk kandang sapi dengan dosis 0,25 kg, 0,5 kg, 0,75 kg dan1 kg/polybag.
Perlakuan
Umur tanaman(MST) 4
8
12
P1
2,93
9,49
15,26
P2
2,59
4,17
15,13
P3
2,46
2,95
13,76
P4
1,55
3,42
13,56
Tabel 2 menunjukan bahwa pertambahan tinggi bibit tanaman kakao yang dipupuk menggunakkan pupuk kotoran sapi dengan dosis 0,25 kg/polybag (P 1 ) diduga hasil rata-rata lebih tinggi, dengan rata-rata pertambahan tinggi tanaman 15,26 cm pada umur 12 minggu setelah tanam. Sedangkan pertambahan tinggi bibit tanaman kakao yang lebih rendah diduga oleh tanaman yang dipupuk dengan menggunakan pupuk kotoran sapi dengan dosis 1 kg kg/polybag (P 4 ) dengan rata-rata tinggi tanaman
13,56 cm pada umur 12 minggu setelah tanam. Data hasil pengamatan tinggi bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Lampiran 4.
Hasil
perhitungan rata-rata pertambahan tinggi tanaman kakao dapat dilihat pada Lampiran 5. Grafik pertambahan tinggi bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :
Tinggi Batang Tinggi (cm)
20 15
Minggu
P1
10
P2
5
P3
0
P4 4
8
12
Umur Tanaman (mst)
2.
Pertambahan Diameter Batang Hasil penelitian pemberian pupuk kotoran sapi terhadap rata-rata pertambahan diameter batang bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.
Rata-rata pertambahan diameter (cm) bibit tanaman kakao pada umur 4, 8 dan 12 minggu setelah aplikasi pupuk kandang sapi dengan dosis 0,25 kg, 0,5 kg, 0,75 kg dan 1 kg/polybag.
Perlakuan
P1
4
2,35
Umur tanaman (MST) 8
2,53
12
2,72
P2
1,36
1,63
2,59
P3
1,34
1,51
2,11
P4
1,49
1,65
1,93
Tabel 3 menunjukkan bahwa diameter batang bibit tanaman kakao yang dipupuk menggunakan pupuk kotoran sapi dengan dosis 0,25 kg /polybag (P1 ) diduga hasil rata-rata lebih tinggi, dengan rata-rata pertambahan diameter tanaman 2,72 cm pada umur 12 minggu setelah tanam. Sedangkan pertambahan diameter batang bibit tanaman kakao yang lebih rendah ditunjukkan oleh tanaman yang dipupuk menggunakan pupuk kotoran sapi dengan dosis 1 kg/polybag (P4 ) dengan rata-rata pertambahan diameter tanaman 1,93 cm pada umur 12 minggu setelah tanam. Data hasil pengamatan diameter bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil perhitungan rata-rata pertambahan diameter tanaman kakao dapat di lihat pada Lampiran 7. Grafik pertambahan diameter batang bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Gambar 2 berikut :
DIAMETER BATANG 3 Diameter (cm)
2,5 Minggu
2
P1
1,5
P2
1
P3
0,5
P4
0 4
8
12
Umur Tanaman (mst)
3. Pertambahan Jumlah Daun Hasil penelitian pemberian pupuk kotoran sapi terhadap rata-rata pertambahan jumlah daun bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata pertambahan jumlah daun (helai) bibit tanaman kakao pada umur 4, 8 dan 12 minggu setelah penggunaan pupuk kandang sapi dengan dosis 0,25 kg, 0,5 kg, 0,75 kg dan 1 kg/polybag. Perlakuan
Umur tanaman (MST) 4
8
12
P1
3,2
5,5
6,0
P2
2,4
4,2
4,9
P3
2,5
3,9
5,1
P4
2,6
3,8
4,4
Tabel 4 menunjukan bahwa rata-rata pertambahan jumlah daun bibit tanaman kakao yang dipupuk dengan menggunakan pupuk kotoran sapi
dengan dosis 0,25 kg/polybag (P 1) diduga hasil rata-rata lebih tinggi, dengan rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman 6,0 helai pada umur 12 minggu setelah tanam. Sedangkan rata-rata pertambahan jumlah daun bibit tanaman kakao yang lebih rendah ditunjukan oleh tanaman yang dipupuk menggunakan pupuk kotoran sapi dengan dosis 1 kg/polybag (P 4) dengan rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman 4,4 helai pada umur 12 minggu setelah tanam. Data hasil pengamatan jumlah daun pada bibit tanaman kakao dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil perhitungan rata-rata pertambahan jumlah daun tanaman kakao dapat di lihat pada Lampiran 9. Grafik pertambahan jumlah daun dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :
Jumlah Daun 7 Jumlah daun (helai)
6 5 Minggu
4
P1
3
P2
2
P3
1
P4
0 4
8
12
Umur Tanaman (mst)
B. Pembahasan Dari hasil pengamatan pemberian pupuk kandang kotoran sapi dengan dosis 0,25 kg/polybag (P 1) diduga menunjukan hasil rata-rata lebih tinggi dengan ratarata pertambahan tinggi tanaman 15,26 cm pada umur 12 minggu setelah tanam, diameter tanaman 2,72 cm pada umur 12 minggu setelah tanam dan jumlah daun 6,0 cm pada umur 12 minggu setelah tanam dibandingkan dengan perlakuan pemberian pupuk kotoran sapi dengan dosis 0,5 kg/polybag (P 2 ), pemberian pupuk kandang kotoran sapi dengan dosis 0,75 kg/polybag (P 3 ) dan pemberian pupuk kandang kotoran sapi 1 kg/polybag (P4 ), menunjukan hasil rata-rata yang lebih rendah. Hal ini diduga dengan bibit kakao yang ditanam pada umur 2 bulan, dosis pupuk kandang kotoran sapi 0,25 kg/polybag sudah mampu memberikan pertumbuhan yang optimal pada pertumbuhan bibit tanaman bibit tanaman kakao, hal ini dibuktikan dengan pupuk kandang kotoran sapi dengan dosis 0,25 kg/polybag mengandung unsur N sebanyak 5,375 g, unsur P sebanyak 4,25 g dan unsur K sebanyak 7,25 g (Wijaya, 2008). Semakin bertambahnya umur tanaman, tinggi tanaman dan diameter tanaman semakin tinggi dan besar, sedangkan jumlah daun semakin banyak. Hal ini diduga dengan bertambahnya umur tanaman pada batasan tertentu pupuk kandang kotoran sapi yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh tanaman. Karena pupuk kandang kotoran sapi adalah pupuk yang mengandung unsur hara
yang dibutuhkan oleh tanaman kakao untuk pertumbuhannya seperti N, P, K yang sudah tersedia. Perlakuan pemberian pupuk kandang kotoran sapi dengan dosis 0,5 kg/polybag, 0,75 kg/polybag dan 1 kg/polybag, menunjukan pertumbuhan yang lebih rendah dari semua tanaman variabel penelitian.
Hal ini diduga pupuk
kandang yang diberikan berlebihan sehingga unsur hara yang diperoleh tanaman terutama unsur makro N, P, K melebihi dosis yang dinjurkan untuk tanaman umur 2 bulan. Sehingga berakibat menurunkan pertumbuhan bibit tanaman kakao Evers and Potheven (1995) dalam Wijaya (2008). Perbedaan pertumbuhan tanaman diduga penggunaan pupuk kandang berlebihan akan mengakibatkan unsur C dan C/N ratio besar apabila kandungan bahan organik tanah cukup tinggi maka C/N ratio tinggi sehingga unsur hara N,P,K dalam keadaan tidak tersedia atau terikat koloid-koloid dalam tanah. Pemberian pupuk kandang seharusnya tidak sekaligus diberikan, melainkan sedikit demi sedikit. Karena pupuk kandang berlebiha n mengakibatkan C/N ratio besar, dan mikrorganisme aktif berkembang biak sehingga nitrogen yang dihasilkan menjadi rendah. Selain itu sifat senyawa NH3 dan NO3 nitrat yang dihasilkan dari perombakan pupuk kandang untuk menghasilkan unsur hara nitrogen mempunyai kemampuan terbatas yaitu sifatnya mudah menguap dan tercuci, oleh karena itu dalam penggunaan pupuk kandang yang berlebihan dianjurkan tidak diberikan sekaligus tetapi diberikan beberapa kali (Soepardi, 1979).
Efek kelebihan pupuk kandang akan me nimbulkan pencemaran nitrat (NO3 ) dan amonia (NH3 ) sehingga menyebabkan eutrofikasi (eutrofication). Disamping itu sering pula tidak tersedia bagi tanaman, karena diserap oleh mikroorganisme untuk kebutuhan hidupnya (Jumin, 2008). Tersedianya unsur hara yang telah dilepaskan oleh pupuk kandang sapi baik unsur makro maupun mikro dari hasil dekomposisi akan mempengaruhi tanaman, terutama unsur nitrogen yang sangat mempunyai peran penting terhadap pertumbuha n (Sutejo, 2006). Menurut Lingga (2005), pembentukan hijau daun dalam proses fotosintesis, nitrogen sangat berperan penting dan dapat berfungsi membentuk protein, lemak dan persenyawaan lainnya yang diperlukan oleh tanaman. Selain itu, unsur nitrogen merupakan unsur hara makro yang menyusun protoplasma dan meningkatkan protein dalam tubuh tanaman sehingga secara keseluruhan membantu pertumbuhan vegetatif tanaman Adapun unsur P (phospat), yang terdapat dalam pupuk kotoran sapi merupakan bagian dari protoplasma yang sangat penting dalam pembelahan sel dan bagi perkembangan jaringan meristem tanaman, bertambahnya unsur P (phospat), pada media tumbuh dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan diameter tanaman kakao melalui aktifitas pembelahan selnya dan perkembangan jaringan meristemnya (Sutejo, 2006).
Unsur K (kalium), memiliki peranan penting memperlancar proses fotosintesis, memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat pemula, memperkuat ketegaran batang sehingga mengurangi resiko mudah rebah (Suriatna, 2007).
Tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cuk up dapat memacu pertambahan tanaman. Apabila unsur hara yang ada dalam tanah memadai bagi pertumbuhan tanaman, maka tanaman akan lebih banyak menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah tersebut (Suriatna, 2007).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian pupuk kotoran sapi dengan dosis 0,25 kg/polybag memberikan nilai rata-rata yang lebih baik terhadap pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter dan jumlah daun tanaman kakao. 2. Pupuk kotoran sapi mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh bibit tanaman kakao yang dapat memberikan pertumbuhan yang maksimal pada fase vegetatif.
B. Saran 1. Untuk mengetahui pertumbuhan bibit tanaman kakao yang lebih baik perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan penggunaan dosis yang lebih rendah. 2. Perlu waktu pengamatan yang lebih lama dengan dosis yang berbeda untuk mengetahui tingkat perkembangan pada tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun pada bibit tanaman kakao.
DAFTAR PUSTAKA Jumin, Hasan Basri. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta Lingga. P. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta Pranata S.A. 2005. Pupuk Organik Cair Dan Manfaatnya. AgroMedia Pustaka. Bandung Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indo nesia. 2008. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. AgroMedia Pustaka. Jember Setimidjaja. K. 2005. Pupuk Dan Pemupukan. CV Simplex. Jakarta Siregar. S. H Tumpal, Riadi Slamet, Nuraeni Laeli. 2010. Budidaya Coklat. Penebar Swadaya. Jakarta Soepardi. G. 1979. Sifat Dan Ciri Tanah. Ii. IPB. Bogor. Suriatna. S. 2007. Pupuk dan Cara Pemupukan, PT, Metlo Putra, Jakarta Susanto
FX. 2004. Tanaman Kanasius.Yogyakarta.
Kakao,
Budidaya
dan
Pengolahan
Sutejo, 2006. Pupuk Dan Cara Pemupukan. CV Simplex. Jakarta . Wijaya . K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil Dan Resistensi Alamai Tanaman. Jakarta.
Hasil,
LAMPIRAN
( P 1 )1
( P 1 )8
( P 2 )5
( P 2 )1
(P 3 ) 2
( P 3 )1
(P 4 ) 2
( P 4 )1
( P 1 )3
( P 1 )9
( P 2 )7
( P 2 )10
( P 3 )4
( P 3 )3
( P 4 )4
( P 4 )3
( P 1 )5
( P 1 )6
( P 2 )2
( P 2 )6
( P 3 )6
( P 3 )5
( P 4 )6
( P 4 )5
( P 1 )2
( P 1 )10
( P 2 )3
( P 2 )4
( P 3 )8
( P 3 )7
( P 4 )8
( P 4 )7
( P 1)4
( P 1 )7
(P2)8
( P 2 )7
( P 3 )10
( P 3 )9
( P 4 )10
( P 4 )9
Lampiran 1. Denah Penelitian
Keterangan : P1 P2 P3 P4
pupuk kandang kotoran sapi 0,25 kg pupuk kandang kotoran sapi 0,5 kg pupuk kandang kotorn sapi 0,75 kg pupuk kandang kotoran sapi 1 kg
Lampiran 2. Kegiatan Prosedur Penelitian
Gambar 1. Percampuran tanah dan pupuk kandang kotoran sapi
Gambar 2. Penanaman Tanaman Kakao Ke Polybag
Lampiran 3. Bibit tanaman kakao setelah tanam
Gambar 3. Bibit tanaman kakao minggu setelah tanam.
Gambar 4. Bibit tanaman kakao 4 minggu setelah tanam
Lampiran 4. Data awal tinggi bibit tanaman kakao No
Perlakuan
1 2
P1 P2 P3 P4
3 4
1 9 19 14 8,4
2 10 12,4 17,7 22,5
3 9,5 17 15 22,2
4 25 22,4 15,5 17
Ulangan 5 6 16,5 15,6 12,3 18,2 12,3 17,4 21 9
7 12,3 20,3 16 14,5
8 21,3 14,5 15,5 12,3
9 13 23,3 11,6 19,5
10 17 16 17,8 13,4
Lampiran 5. Data hasil pengamatan pada tinggi umur 4 MST
No
Ulangan
Perlakuan
1 2
P1 P2
3 4
P3 P4
1 11,5 22,5
2 11 17,6
3 15 20
4 26,3 24
5 21 13,4
6 19, 7 20
7 15 22,3
8 23 19
9 17 25,5
10 19 17
16,5
20,4
20,5
17
14,5
19
18,5
18
14
19
10
23,6
24,3
18
22,5
10,2
16
14
21
15,7
Lampiran 6. Data hasil pengamatan pada tinggi umur 8 MST No
Perlakuan
1
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
21,5
19
24,3
36,2
27,4
31
22
28
25
29
2
P2
29,3
22
21,5
25
17,6
23
26
20
32
26,6
3
P3
20,7
27
24
22,3
15,5
21
20
20
15
21,4
4
P4
13
28,5
27
20
26
13,3
19,7
15
22
25
Lampiran 7. Data hasil pengamatan pada umur tinggi 12 MST No
Perlakuan
1
Ulangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
32
33,5
39
46,2
62
52
38,1
42
32,7
50
2
P2
52
32
35,8
37,5
31
29
49
32,5
55
40,5
3
P3
35,5
39,8
37,5
40,5
25,4
32
34
32,5
28
39
4
P4
22
34,5
39
34,5
46
32,2
38,5
21
42
35,4
Lampira 8. Data awal diameter batang bibit tanaman kakao No
Perlakuan
1 2 3 4
P1 P2 P3 P4
Ulangan 1 0,21
2 1,89
3 1,41
4 1,34
5 2,17
6 0,79
7 1,14
8 1,70
9 1,76
10 1,11
1,24 3,16 0,92
1,72 2,39 0,64
1,82 2,28 1,52
1,26 2,87 2,36
1,25 1,50 2,07
1,71 1,60 1,87
1,73 1,72 0,76
1,88 2,17 2,15
0,83 2,35 1,95
1,95 1,83 1,95
8 4,44 2,80 3,58 2,76
9 3,64 1,55 2,70 3,91
10 4,41 3,25 4,48 3,16
Lampira 9. Data hasil pengamatan pada diameter umur 4 MST No
Perlakuan
1 2 3 4
P1 P2 P3 P4
1 2,82 4,76 3,20 2,61
2 2,93 3,98 4,12 2,19
3 3,22 3,21 3,38 3,19
4 4,43 2,77 2,98 3,38
Ulangan 5 6 3,93 4,12 2,87 2,83 3,20 4,00 4,17 2,85
7 3,11 2,99 3,64 2,87
Lampira 10. Data hasil pengamatan pada diameter umur 8 MST No
Perlakuan
1
P1
2
P2
3 4
Ulangan
1 5,79
2 6,03
3 6,45
4 6,10
5 6,13
6 6,38
7 5,09
8 6,65
9 5,93
10 7,84
P3
7,34 5,12
5,38 5,15
5,37 4,43
4,93 4,15
4,36 5,72
4,51 5,34
4,47 5,08
4,79 5,25
3,12 4,39
5,02 5,77
P4
4,57
4,36
4,32
4,58
6,41
4,45
5,16
3,87
5,74
4,17
Lampira 11. Data hasil pengamatan pada diameter umur 12 MST
No
Perlakuan
1
P1
2
P2
3
P3
4
P4
Ulangan
1 9,10 9,56 7,46 6,04
2 8,98 8,34 7,02 6,15
3 10,39 7,44 6,63 6,22
4 8,80 6,50 6,94 6,48
5 8,49 7,55 7,28 8,58
6 8,17 7,30 7,41 5,59
7 8,64 6,91 7,43 6,21
8 9,39 7,40 7,10 5,07
9 9,38 7,40 6,62 7,13
10 12,27 7,74 7,65 7,77
Lampira 12. Data awal jumlah daun bibit tanaman kakao
No
Perlakuan
1
P1
2 3
P2 P3
4
P4
Ulangan 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
5 10
9 8
8 8
7 9
7 6
10 6
6 6
8 8
8 8
10 7
7
8
8
8
6
7
8
4
4
8
5
7
10
5
10
7
7
6
9
8
Lampira 13. Data hasil pengamatan pada jumlah daun umur 4 MST No
Perlakuan
1
2
3
4
Ulangan 5 6
7
8
9
10
1 2 3
P1 P2 P3
9 11 9
11 11 12
11 10 10
11 11 10
8 10 8
12 9 10
10 8 10
12 11 7
10 10 7
13 9 10
4
P4
8
10
16
7
12
10
9
8
12
10
Lampira 14. Data hasil pengamatan pada jumlah daun umur 8 MST No
Perlakuan
1
P1
2
P2
3
P3
4
P4
Ulangan
1 15 17 14 11
2 14 14 15 13
3 19 14 13 22
4 17 12 13 10
5 14 20 15 15
6 18 13 12 16
7 15 10 14 13
8 15 14 10 11
9 15 14 11 13
10 20 15 15 14
Lampira 15. Data hasil pengamatan pada jumlah daun umur 12 MST No
Perlakuan
1
P1
2
P2
3 4
Ulangan
P3
1 19 20 19
2 18 20 23
3 24 20 18
4 22 19 17
5 21 22 16
6 26 19 16
7 24 17 20
8 21 18 17
9 21 17 15
10 26 19 20
P4
15
19
25
13
22
18
16
13
22
18
Lampiran 16. Data hasil perhitungan pertambahan tinggi bibit (cm) kakao pada umur 4 MST. Ulangan keHari ke
4
S
X
2
29,3
2,93
2,2
1
25,9
2,59
2,5
2,4
1,2
24,6
2,46
1,7
1,5
2,3
15,5
1,55
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
2,5
1
5,5
1,3
4,5
4,1
2,7
1,7
4
P2
3,5
5,2
3
1,6
1,1
1,8
2
4,5
P3
2,5
2,7
5,5
1,5
2,2
1,6
2,5
P4
1,6
1,1
2,1
1
1,5
1,2
1,5
Lampiran 17. Data hasil perhitungan pertambahan tinggi bibit (cm) kakao pada umur 8 MST. Ulangan keHari ke
S
X
10
94,9
9,49
6,5
9,6
41,7
4,17
2
1
2,4
29,5
2,95
1
1
9,3
34,2
3,42
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
10
18
9,3
9,9
6,4
11,3
7
5
8
P2
6,8
4,4
1,5
1
4,2
3
3,7
1
P3
4,2
6,6
3,5
5,3
1
2
1,5
P4
3
4,9
2,7
2
3,5
3,1
3,7
8
Lampiran 18. Data hasil perhitungan pertambahan tinggi bibit (cm) kakao pada umur 12 MST.
Hari ke
12
Ulangan ke Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
10
34,6
21
16,1
14
7,7
10
14,3 12,5 13,4
6
23
11
14
P1
10,5 14,5 14,7
P2
22,7
P3
14,8 12,8 13,8 18,2
P4
9
10
6
S
12
14,5
9,9 20
18,9 18,8
X
152,6
15,26
12,5 23
13,9 151,3
15,13
12,5 13
17,6 137,6
13,76
10,4 135,6
13,56
6
20
Lampiran 19. Data hasil perhitungan pertambahan diameter bibit (cm) kakao pada umur 4 MST.
Hari ke
4
Perlakuan
1
2
3
4
Ulangan ke5 6
7
8
9
10 3,3
S
X
P1
2,61 1,04 1,81 3,09
1,76 3,33 1,97 2,74
1,88
23,53
2,353
P2 P3
3,52 2,26 1,39 1,51 0,04 1,73 1,1 1,11
1,62 1,12 1,26 0,92 1,7 2,4 1,92 1,41
9,72 1,3 13,62 0,35 2,65 13,41
1,362 1,341
P4
1,69 1,55 1,67 1,02
2,1
1,96 1,21
1,49
0,98 2,11 0,61
14,9
Lampiran 20. Data hasil perhitungan pertambahan diameter bibit (cm) kakao pada umur 8 MST. Ulangan keHari ke
8
Perlakuan 1 P1 2,97
2 3,1
3 4 3,23 1,67
5 2,2
6 7 8 2,26 1,98 2,21
S 9 10 2,29 3,43 25,34
X 2,534
1,4
P2
2,58
2,16 2,16
1,49 1,68 1,48 1,99
1,57 1,77 16,28
1,628
P3 P4
1,92 1,03 1,05 1,17 1,96 2,17 1,13 1,2
2,52 1,34 1,44 1,67 2,24 1,6 2,29 1,11
1,69 1,29 15,12 1,83 1,01 16,54
1,512 1,654
Lampiran 21. Data hasil perhitungan pertambahan diameter bibit (cm) kakao pada umur 12 MST.
Hari ke
12
4 2,7
Ulangan ke5 6 7 8 2,36 1,79 3,55 2,74
S 9 10 3,45 2,43 27,22
2,722
2,22 2,96 2,07 1,57 2,34 1,87 2,2 2,79 1,47 1,79 1,9 1,9
3,19 2,79 2,44 2,61 1,56 2,07 2,35 1,85 2,24 1,58 2,29 1,2
4,28 1,77 25,9 2,23 1,88 21,14 1,39 3,6 19,36
2,59 2,114 1,936
Perlakuan 1 2 3 P1 3,31 2,95 3,94 P2 P3 P4
X
Lampiran 22. Data hasil perhitungan pertambahan jumlah daun bibit (cm) kakao pada umur 4 MST.
Hari ke
4
Ulangan ke5 6 7
Perlakuan
1
2
3
4
P1
4
2
3
4
1
3
P2 P3
1 2
3 4
2 2
2 2
4 2
P4
3
3
6
2
2
S
X
3
32
3,2
2 3
2 2
24 25
2,4 2,5
2
2
26
2,6
8
9
10
4
4
4
3 3
2 2
3 3
2
2
2
Lampiran 23. Data hasil perhitungan pertambahan jumlah daun bibit (cm) kakao pada umur 8 MST. Ulangan keHari ke
8
S
X
Perlakuan P1
1 6
2 3
3 8
4 6
5 6
6 6
7 5
8 3
9 5
10 7
55
5,5
P2
6
3
4
1
10
3
2
3
4
6
42
4,2
P3 P4
5 3
3 3
3 6
3 3
7 3
2 6
4 4
3 3
4 1
5 6
39 38
3,9 3,8
S
X
Lampiran 24. Data hasil perhitungan pertambahan jumlah daun bibit (cm) kakao pada umur 12 MST. Ulangan keHari ke
12
Perlakuan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
P1
4
4
5
5
7
8
9
6
6
6
60
6,0
P2
3
6
6
7
2
7
7
4
3
4
49
4,9
P3 P4
5 4
8 7
5 3
5 3
1 7
4 2
6 3
7 2
4 9
5 4
51 44
5,1 4,4