EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING MODEL DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016-2017)
(Skripsi)
Oleh ARIESTA YANADA PUTRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING MODEL DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh
Ariesta Yanada Putri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Alqurun Teaching Model ditinjau dari pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Penelitian ini menggunakan posttest only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017 yang terdistribusi dalam 4 kelas, kemudian diambil 2 kelas sebagai sampel melalui teknik purposive random sampling. Hasil analisis data menunjukkan bahwa Alqurun Teaching Model tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
Kata kunci: alqurun teaching model, efektivitas, pemahaman konsep matematis
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN ALQURUN TEACHING MODEL DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016-2017)
Oleh
Ariesta Yanada Putri
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gedungsari, Kecamatan Anak Ratu Aji, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung pada tanggal 13 April 1995. Penulis merupakan anak semata wayang dari pasangan Bapak Sumari, S.Pd. dan Ibu Sri Hartati, S.Pd..
Penulis telah menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Gedungsari pada tahun 2007, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji pada tahun 2010, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Kotabumi pada tahun 2013. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2013 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) pada tahun 2016 di Kelurahan Kuripan, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Kotaagung, Kabupaten Tanggamus. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus. Pada forum tingkat program studi MEDFU (Mathematic Education Forum Ukhuwah) sebagai Generasi Muda Medfu pada periode 2013/2014, Bendahara Divisi Pembinaan pada periode 2014/2015 dan Bendahara Umum pada periode 2015/2016. Oorganisasi tingkat jurusan yaitu HIMASAKTA (Himpunan
Mahasiswa Eksakta) sebagai Eksakta Muda pada periode 2013/2014 dan anggota divisi kerohanian pada periode 2014/2015. Organisasi tingkat Fakultas yaitu FPPI (Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam) sebagai Generasi Muda pada periode 2013/2014, Anggota Bidang Humas pada periode 2014/2015 dan Wakil Ketua Biro BBQ (Bimbingan Baca Qur’an) pada periode 2015/2016. Penulis pernah menjadi anggota Panitia Khusus Pemilihan Raya Universitas pada tahun 2015. Selain itu, Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Pembelajaran Berbasis TIK, Statistika Dasar dan Desain Pembelajaran Matematika.
MOTTO
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti terhadap yang kamu kerjakan. (QS. Al-Mujadalah: 11)
Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad: 7)
Do The Best, For The Best, and Be The Best Because Allah SWT
PERSEMBAHAN
Bismillaahirrahmaanirrahiim Segala Puji Bagi Allah Subhanahuwata’ala, Dzat Yang Maha Sempurna Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Murobbi terbaik Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan kasihku kepada: Ibuku Sri Hartati dan Bapakku Sumari tercinta, yang memberi semangat dan selalu mendoakan setiap waktu untuk keberhasilan putrinya. Sehingga putrinya ini yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran, semoga ilmu yang telah diberikan menjadi jariah yang mengalir deras.
Semua keluarga besar Mbah Dullah Sayuti dan Mbah Wakidi yang begitu tulus menyayangi dengan segala kekurangan, selalu memberikan semangat, dan doa terbaik untuk cucu pertamanya ini.
Almamater Universitas Lampung tercinta
SANWACANA
Bismillaahirrohmaanirrohiim. Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang akhlaknya paling mulia, murobbi terbaik yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi uswatun hasanah di muka bumi ini, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Alqurun Teaching Model Ditinjau
dari
Kemampuan
Pemahaman
Konsep
Persamaan
dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel (Studi pada Siswa Kelas VII SMP IT ArRaihan Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibunda tercinta Sri Hartati dan Ayahanda tercinta Sumari yang selalu memberikan cinta, perhatian, kasih sayang, semangat, dan kerja keras yang
telah diberikan selama ini serta doa terbaik yang tak henti-hentinya diucapkan untuk putrinya ini. 2. Keluarga besar Mbah Dullah Sayuti dan Mbah Wakidi yang begitu tulus menyayangi dengan segala kekurangan, selalu membimbing dan memberikan semangat, serta mendoakan yang terbaik untuk cucu pertamanya ini. 3. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran, perhatian, sumbangan pemikiran, motivasi
dan semangat selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini
menjadi lebih baik. 4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Dosen Pembimbing II
yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk membimbing, sumbangan pemikiran, kritik serta saran kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. 5. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan motivasi, kritik, dan saran dalam memperbaiki penulisan skripsi ini. 6. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M. Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 7. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung. 8. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Dosen Pendidikan Matematika yang selalu menginspirasi, memberikan motivasi dan memberikan kesempatan bagi penulis untuk membantu beliau sebagai asisten.
ii
9. Bapak Drs. Pentatito Guno Wibowo, M.Pd., Ibu Rini Asnawati, M.Pd., Ibu Widyastuti, M.Pd., dan Bapak Agung Putra Wijaya, M.Pd., selaku Dosen Pendidikan Matematika yang selalu menginspirasi, dan menjadi penyemangat penulis untuk mengikuti jejak-jejak beliau menjadi seorang dosen yang baik. 10. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 11. Miss Julianti Mustika, S.Pd. selaku guru mitra dan seluruh perangkat sekolah serta staff SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung yang telah memberikan kemudahan selama penelitian. 12. Siswa/siswi kelas VII Abas dan VII Umar SMP IT Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2016/2017, atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin. 13. Bapak Drs. Sugiono selaku guru pamong PPL dan keluarga besar SMAN 1 Kotaagung, terimakasih untuk dukungan, bantuan, dan semangat yang telah diberikan selama ini. 14. Sepupu yang kusayangi: Si partner terbaik dan terrusuh Umi Miftahul Aprilia, si ustadz M. Fathul Falahuddin, si kece Zulfa Salsabila Nur, si pendiam Alifah Zhafarina Izzati, si baik M. Luthfan Fakhri, si cerdas Nadin Alivia, si aktif Alvito Zhafran Izzalul Fadli, si cantik Ammara Shaqila Nur Sabrina, si lucu Ibram Rafanza Rifqy, dan si menggemaskan Ayub Al-Ghifari. 15. Sahabat selamanya Amaturrahman Nurul Fahmi, Ayu Novita Sari, Ely Susanti atas kebersamaannya selama ini. 16. Sahabat-sahabat Akhwat Kece: Ama, Ana wahyu, Aulia, Kiki, Dini, Dewipur, Dewiyul, Anisa, Uus, Hunai, Inayah, Baiti, dan shalihahku: Ngah Oktari, Mb Rena, Mb Linda, Mb Dewi, Mb Wida, Mb Diah, Mb Esy, Mb Tika, Mb Yuni,
iii
Rizky F, Niken, Nisa’ul, Enti, Juzsi, Devisa, Ridha, Qudwah, Dewi Shaum, Hanani, Eka, Yunda, Kumala, Riska, Sartika, Nova, Atun, Atus, dan seluruh tutor Akhwat BBQ FKIP terimakasih untuk kebersamaannya, semoga ukhuwah kita mengantarkan ke Jannah-Nya. 17. Teman-teman organisasi tercinta Medfu, Himasakta, FPPI, dan sahabat dari aktivis Tarbiyah, atas doa dan saling mengingatkan dalam kebaikan, kebenaran, semoga ukhuwah kita mengantarkan ke Jannah-Nya. 18. Sahabat serta teman-temanku: Julia Sekar Mentari (Pembimbing III versi penulis), Ana W. N., Rifki A., Chusna W., Amalia L., Ni Wayan S. S., Dina C. F., Husain K., Humedi, Rizki H. P. terimakasih untuk kebersamaan serta segala bentuk bantuan selama ini. 19. Rekan-rekan asisten Pembelajaran Berbasis TIK Tahun 2015/2016 (Iyi, Ucen, Hadi, Ajeng, Ibro), Statistika Dasar dan Desain Pembelajaran Matematika Tahun 2016/2017 (Iyi, Amel, Ucen, Dessy, Era, Nonik, Jo, Gustiara), terimakasih untuk kebersamaan selama ini. 20. Penghuni Pondok Arita Ibu Mely, Sabee, Mb Cen, Mb Maya, Mb Opa, Mb Mila, Ulul, Indah, Aini, Ayu, Elva, Dewi, Anisa, Mei dan Zaskia terimakasih untuk kebahagiaan setiap hari yang kalian berikan. 21. Rekan seperjuangan KKN-KT Unila Kelurahan Kuripan, Kotaagung Tahun 2016, Dela, Dian, Intan, Deri, Silvi, Imam, Restu, Adi, dan Ubay terimakasih atas kebersamaan dan bantuan selama ini. 22. Teman-teman seluruh angkatan 2013 kelas A dan B Pendidikan Matematika Unila, terimakasih atas kebersamaan dan bantuan selama ini.
iv
23. Kakak tingkat 2011, 2012 serta adik tingkat 2014, 2015 dan 2016 yang telah memberikan bantuan serta dukungan selama ini, terimakasih untuk semuanya. 24. Almamater tercinta yang telah menjadi tempat belajar serta mendewasakan diri. 25. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandarlampung,
Februari 2017
Penulis
Ariesta Yanada Putri
v
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
10
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
10
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
11
E. Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................
12
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka .............................................................................
14
1. Efektivitas Pembelajaran ............................................................
14
2. Alqurun Teaching Model ............................................................
18
3. Pemahaman Konsep ...................................................................
22
B. Kerangka Pikir ................................................................................
25
C. Anggapan Dasar ..............................................................................
30
D. Hipotesis Penelitian ........................................................................
30
vi
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel .......................................................................
31
B. Desain Penelitian ............................................................................
32
C. Prosedur Penelitian .........................................................................
33
D. Data Penelitian ................................................................................
34
E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................
34
F. Instrumen Penelitian .......................................................................
35
1. Validitas Instrumen ....................................................................
36
2. Reliabilitas Instrumen ................................................................
37
3. Daya Pembeda ...........................................................................
38
4. Tingkat Kesukaran .....................................................................
39
G. Teknik Analisis Data .......................................................................
41
1. Uji Normalitas ............................................................................
41
2. Uji Homogenitas ........................................................................
43
3. Uji Hipotesis ...............................................................................
44
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...............................................................................
48
1. Data Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa ...........................
48
2. Pencapaian Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep ...........
49
3. Hasil Uji Hipotesis Pertama .......................................................
51
4. Hasil Uji Hipotesis Kedua ..........................................................
52
B. Pembahasan .....................................................................................
53
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .........................................................................................
vii
61
B. Saran ...............................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
63
LAMPIRAN .................................................................................................
66
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Rata-rata Nilai Ujian Mid Semester Ganjil Kelas VII SMP IT
Halaman
Ar-Raihan Bandarlampung TP. 2016/2017 .........................................
31
3.2. Desain Penelitian .................................................................................
33
3.3. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa.........
35
3.4. Interpretasi Reliabilitas ........................................................................
38
3.5. Interpretasi Koefisien Reliabilitas Posttest ..........................................
38
3.6. Interpretasi Daya Pembeda ..................................................................
39
3.7. Interpretasi Koefisien Daya Pembeda Posttest ....................................
39
3.8. Interpretasi Tingkat Kesukaran ............................................................
40
3.9. Interpretasi Koefisiesn Tingkat Kesukaran Posttest ............................
40
3.10. Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Posttest ............................................
41
3.11. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Konsep .....................
43
3.12. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Pemahaman Konsep .................
44
4.1. Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ..................
48
4.2. Data Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ...............
49
4.3. Hasil Uji Independent Sample T-Test Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ..................................................................................
51
4.4. Hasil Uji Proporsi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ........
52
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 1. Contoh Jawaban Siswa ............................................................................. 5 2. Contoh Jawaban Siswa .............................................................................
x
6
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman LAMPIRAN A: PERANGKAT PEMBELAJARAN A.1. Silabus Kelas Eksperimen ...............................................................
68
A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ......
74
A.3. Silabus Kelas Kontrol .....................................................................
93
A.4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol .............
97
A.5. Lembar Kerja Peserta Didik ............................................................ 110 LAMPIRAN B: PERANGKAT TES B.1. Kisi-kisi Soal Posttest ..................................................................... 132 B.2. Soal Posttest .................................................................................... 134 B.3. Kunci Jawaban Soal Posttest .......................................................... 135 B.4. Validasi Instrumen Penilaian .......................................................... 137 B.5. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ............................... 139 LAMPIRAN C: ANALISIS DATA C.1. Analisis Tes Uji Coba ..................................................................... 141 C.2. Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran .......................................... 142 C.3. Analisis Statistik Deskriptif Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................ 143 C.4. Analisis Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep ....................... 145 C.5. Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ........ 148
xi
C.6. Uji Homogenitas Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis .... 149 C.7. Uji Kesamaan Dua Rata-rata .......................................................... 150 C.8. Uji Proporsi Posttest Kelas Eksperimen ......................................... 152 LAMPIRAN D: LAIN-LAIN D.1. Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ................................................... 155 D.2. Daftar Hadir Seminar Proposal ....................................................... 157 D.3. Daftar Hadir Seminar Hasil ............................................................ 159 D.4. Surat Izin Penelitian Pendahuluan .................................................. 161 D.5. Surat Izin Penelitian ........................................................................ 162 D.6. Surat Keterangan Validitas Posttest ................................................ 163 D.7. Surat Keterangan Penelitian ............................................................ 164
xii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Kualitas pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Selain dapat mengembangkan potensi dan keterampilan, pendidikan juga dapat membantu mengarahkan manusia dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk beragama dan makhluk sosial dengan baik. Seperti yang dirumuskan pada UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Diperlukan perbaikan mutu pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Perbaikan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya yaitu melalui proses pembelajaran. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20 menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Selanjutnya menurut Sudjana (2004: 28) pembelajaran dapat diartikan
2 sebagai setiap upaya yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan kegiatan interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran yang baik dan sesuai sangat mempengaruhi proses pendidikan.
Pembelajaran mencakup beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan mata pelajaran nasional yang sudah ada sejak jenjang sekolah dasar. Matematika memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemampuan kognitif maupun keterampilan lain. Hal ini sejalan dengan hakikat matematika dalam kurikulum 2006 yakni matematika adalah ilmu universal yang mendasari dari perkembangan teknologi modern saat ini yang memiliki peran penting dalam berbagai disiplin ilmu serta untuk memajukan daya pikir manusia.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa matematika adalah salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa. Hal ini ditetapkan
berdasarkan
pentingnya
matematika
untuk
siswa.
Cornelius
(Abdurrahman, 2003: 253) menyatakan: lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. Kelima alasan perlunya belajar matematika menunjukkan manfaat
3 matematika bagi pengembangan potensi siswa. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari siswa dengan sungguh-sungguh.
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika ialah agar siswa dapat memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep serta dapat mengaplikasikan konsep tersebut secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan tersebut, adanya pembelajaran matematika di tingkat satuan pendidikan ditujukan sebagai sarana untuk melatih siswa agar setiap siswa dapat memiliki kemampuan pemahaman konsep. Ini menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep merupakan salah satu aspek penting di dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ruseffendi (2006: 156) bahwa terdapat banyak siswa yang setelah belajar matematika tidak mampu memahami bahkan pada bagian yang paling sederhana sekalipun, banyak konsep yang dipahami secara keliru sehingga matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan sulit. Padahal pemahaman konsep merupakan bagian yang paling penting dalam pembelajaran matematika seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003: 7) bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada konsep. Artinya dalam mempelajari matematika siswa harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata. Sedangkan kemampuan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam memahami materi atau konsep matematika sehingga
4 siswa dapat menguraikan kembali materi tersebut secara jelas dan rinci dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.
Namun sebagian besar siswa Indonesia masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam matematika. Hal ini terbukti dari hasil survei Programme for International Student Assesment (PISA) pada tahun 2012 (OECD, 2014: 5) dengan hasil survei bahwa rata-rata skor kemampuan matematika siswa Indonesia adalah sebesar 375, sedangkan rata-rata skor pada PISA 2012 adalah sebesar 494 bahkan skor ideal yang ditetapkan oleh PISA adalah sebesar 500. Berdasarkan hasil survei tersebut siswa Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara. Selain itu, Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) (Mullis, Martin, Foy, dan Arora, 2012: 462) menyatakan bahwa rata-rata skor yang diperoleh Indonesia pada tahun 2011 adalah 386. Skor tersebut masih jauh dari standar skor internasional yaitu 500.
Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa kemampuan matematis siswa Indonesia untuk pengetahuan, penerapan, dan penalaran masih rendah. Rendahnya skor yang diperoleh siswa Indonesia dikarenakan sebagian besar siswa masih belum terbiasa mengerjakan soal-soal non rutin, mencakup konteks yang kompleks, dan melakukan penyelesaian yang banyak. Rustaman (2003: 11) menyatakan bahwa soal-soal tersebut disajikan dalam bentuk bervariasi, bentuk pilihan ganda, isian singkat, atau esai. Dalam menjawab soal-soal tersebut dibutuhkan pemahaman yang baik terhadap konsep-konsep dalam matematika.
Hasil-hasil survei dan uraian diatas sejalan dengan hasil observasi dan wawancara guru di SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung. Hal tersebut dapat dilihat dari
5 rendahnya nilai ujian mid semester ganjil kelas VII tahun pelajaran 2016/2017 yang sebagian besar mendapatkan nilai di bawah KKM. Rendahnya kemampuan matematis siswa salah satunya karena kurangnya pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran masih menggunakan cara konvensional, yaitu pembelajaran terpusat pada guru dan siswa kurang aktif. Bahkan selama proses pembelajaran siswa cenderung hanya menyimak apa yang guru sampaikan. Selain itu, siswa hanya menghafalkan konsep-konsep yang dipelajarinya tanpa memahami dengan baik. Sehingga mengakibatkan lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep matematika. Berikut ini adalah salah satu soal dalam ujian mid semester ganjil kelas VII tahun pelajaran 2016/2017. “OSIS Ar-Raihan menyelenggarakan pagelaran musik islami, Awesome Islamic Song. Dalam pagelaran ini, penyanyi-penyanyi yang diundang adalah Harris J, Raef, dan Maher Zein. Karcis ekonomi terjual 2.360 buah dan karcis VIP terjual 1.836 buah. Koran Radar Lampung melaporkan pagelaran musik ini ditonton sekitar 4.500 orang. Sementara koran Lampung Post melaporkan bahwa pagelaran musik ini ditonton oleh sekitar 4.000 orang. Manakah laporan koran-koran tersebut yang benar? Jelaskan alasanmu.” Setelah soal tersebut diujikan, hanya terdapat beberapa siswa yang berhasil menjawab dengan tepat, sedangkan siswa yang lain masih belum bisa memberikan jawaban yang benar dan alasan yang tepat. Berikut ini beberapa contoh jawaban siswa untuk soal diatas.
(Gambar 1. Contoh Jawaban Siswa)
6
(Gambar 2. Contoh Jawaban Siswa) Gambar 1. menunjukkan bahwa siswa sudah mampu menentukan alasan yang tepat dan penaksiran yang benar dalam menjawab soal, namun seharusnya siswa dapat menuliskan proses perhitungan (dalam soal yaitu proses penjumlahan tiket ekonomi dan VIP) atau langkah-langkah dalam memperoleh hasil perhitungan. Sedangkan, gambar 2. menunjukkan bahwa siswa sama sekali tidak memahami soal dan konsep materi dalam mengaitkan diantara keduanya. Siswa justru memberikan jawaban yang tidak matematis dan cenderung hanya asal menjawab soal yang diberikan. Masih banyak jawaban siswa yang kesalahan pengerjaannya seperti gambar 2. Dari kedua contoh jawaban siswa tersebut, terkhusus gambar 2 dapat terlihat bahwa sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang diberikan bahkan untuk kategori soal yang mudah. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi yang guru ajarkan masih tergolong cukup rendah dan terjadi karena guru berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang guru terapkan akan sangat berpengaruh dalam memberikan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Proses pembelajaran yang guru terapkan memiliki peranan penting dalam membentuk kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
7 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan haruslah interaktif, menyenangkan, serta dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) juga dijelaskan bahwa proses pembelajaran haruslah berpusat pada siswa. Jadi, selama proses pembelajaran berlangsung siswalah yang dituntut harus berperan aktif. Guru sebagai pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator yang bertugas memfasilitasi dan mengarahkan pola berpikir siswa. Dengan demikian, selama proses pembelajaran siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Akan tetapi, pada kenyataannya sebagian besar proses pembelajaran khususnya pembelajaran matematika masih berpusat pada guru. Pembelajaran yang demikian cenderung membuat siswa kurang aktif selama proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan selama proses pembelajaran berlangsung, guru hanya menjelaskan materi tanpa melibatkan partisipasi siswa. Siswa hanya diberi kesempatan untuk mendengarkan, mencatat dan mengerjakan soal sesuai dengan apa yang guru jelaskan.
Menurut pemikir teori belajar konstruktivisme, Glaserfeld, Bettencourt (1989) dan Matthews (1994) (Siregar, 2010: 39) mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan hasil konstruksi (bentukan) orang itu sendiri. Hal ini berarti pengetahuan memang perlu dibentuk oleh siswa dan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seorang guru kepada siswanya tersebut. Satu prinsip yang mendasar pada teori ini adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini guru dapat memberikan
8 kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru berperan sebagai fasilitator dan membawa siswa ke tingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata-kata mereka sendiri. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa makna belajar menurut konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dan dimilikinya.
Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan keluasan pada tingkat pemahaman konsep, keaktifan siswa dan hal lain sesuai teori konstruktivisme adalah Alqurun Teaching Model (ATM). Menurut Sutiarso (2016: 29) Alqurun Teaching Model (ATM) adalah model pembelajaran yang memiliki urutan kegiatan yang sesuai dengan urutan hurufnya, yaitu: A, L, Q, U, R, U, N. Huruf A berarti Acknowledge (pengakuan), L berarti Literature (penelusuran pustaka), Q berarti Quest (menyelidiki/menganalisis), U berarti Unite (menyatukan/mensistesis), R berarti Refine (menyaring), U berarti Use (penggunaan) dan N berarti Name (menamakan).
Acknowledge (pengakuan) adalah kegiatan pendahuluan yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu pengakuan terhadap kebesaran Allah yang telah memberikan ilmu dan pengakuan terhadap kemampuan awal siswa. Selanjutnya Literature (penelusuran pustaka) adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dan guru menyediakan berbagai sumber belajar dari materi yang akan dipelajari siswa.
9 Tujuan kegiatan ini adalah agar siswa mampu menemukan informasi terkait materi yang dipelajari dengan sendirinya. Quest (menyelidiki/menganalisis) adalah kegiatan penyelidikan siswa terhadap beberapa objek, fakta, atau data dari materi yang dipelajari. U berarti Unite (menyatukan/mensistesis) adalah kegiatan menggabungkan berbagai unsur yang memiliki kesamaan sifat atau karakteristik dari beberapa objek, fakta, atau data yang mereka pelajari. Hal ini sejalan dengan teori belajar Dienes, Dienes (Suherman, 2003: 49) berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisahmisahkan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur dan mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur.
Selanjutnya Refine (menyaring) adalah kegiatan menyaring atau memilih gabungan unsur dari hasil kegiatan Unite. Use (penggunaan) adalah kegiatan mengimplementasikan pengetahuan yang diterima siswa dari hasil kegiatan inti sebelumnya. Name (menamakan) adalah kegiatan menentukan cara baru (mengkreasikan atau menciptakan) penyelesaian masalah/soal yang paling efektif, dan siswa memberikan nama cara barunya tersebut. Hal ini sejalan dengan beberapa ciri belajar berbasis kontruktivisme yang disampaikan Driver dan Oldham (Siregar, 2010: 39) yang menyatakan bahwa penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi, kemudian review,
yaitu dalam
mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah.
10 Oleh karena itu, dilakukan sebuah penelitian dengan judul “Efektivitas Pembelajaran Alqurun Teaching Model Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilaksanakan pada siswa kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah Alqurun teaching model efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel?”
Dari rumusan masalah tersebut dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu: 1.
Apakah kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa yang mengikuti Alqurun Teaching Model lebih tinggi
daripada
kemampuan
pemahaman
konsep
persamaan
dan
pertidaksamaan linear satu variabel siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional? 2.
Apakah persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel lebih dari 60% dari banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun Teaching Model?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya, maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas Alqurun
11 Teaching Model ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika yang berkaitan dengan Alqurun teaching model
dan
model konvensional serta hubungannya dengan kemampuan pemahaman konsep siswa. 2.
Manfaat Praktis a.
Manfaat bagi guru dan calon guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif model pembelajaran dan sumbangan pemikiran khususnya bagi guru kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
b.
Manfaat bagi sekolah, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam upaya pembinaan para guru khususnya SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.
c.
Manfaat bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan serta bahan kajian pada penelitian berikutnya yang sejenis di masa yang akan datang.
12 E. Ruang Lingkup Penelitian
Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu di jelaskan agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dengan pembaca. 1.
Efektivitas
pembelajaran
adalah
tingkat
keberhasilan
suatu
model
pembelajaran dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan dan sasarannya. Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran ditinjau dari dua aspek, yaitu: a.
Aspek pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Pembelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa yang mengikuti pembelajaran Alqurun Teaching Model (ATM) lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b.
Aspek ketuntasan belajar siswa. Pembelajaran efektif apabila lebih dari 60% dari banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun Teaching Model (ATM) memiliki kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel memperoleh nilai serendahrendahnya 75 (skala 100).
2.
Alqurun Teaching Model (ATM) memiliki tujuh tahapan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan urutan hurufnya, yaitu: A, L, Q, U, R, U, N. Huruf A berarti Acknowledge (pengakuan), L berarti Literature (penelusuran pustaka), Q berarti Quest (menyelidiki/menganalisis), U berarti Unite (menyatukan/mensistesis), R berarti Refine (menyaring), U berarti Use (penggunaan) dan N berarti Name (menamakan).
13 3.
Kemampuan pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek tertentu sesuai dengan konsepnya, memberi contoh dari suatu konsep, mempresentasikan suatu konsep, serta mengaplikasikan konsep dan algoritma dalam pemecahan masalah. Dalam penelitian ini dikhususkan pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.
4.
Pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang biasa digunakan guru dalam pembelajaran di sekolah tempat penelitian. Pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan oleh guru kelas VII SMP IT Ar-Raihan selama ini adalah ceramah, tanya jawab, pemberian latihan soal dan diskusi.
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1.
Efektivitas Pembelajaran
Kata efektivitas berasal dari kata effective yang merupakan kata serapan dari bahasa asing yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab (tentang obat) dan dapat membawa hasil serta berhasil guna (tentang usaha, tindakan). Sementara, menurut Muslih (2014: 71), efektivitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterikatan
antara
nilai-nilai
yang
bervariasi.
Efektivitas
menunjukkan
keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Menurut Siagian (2001: 24), efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Dengan demikian, efektivitas merupakan konsep yang berkaitan erat dengan keberhasilan untuk mencapai suatu tujuan berdasarkan upaya yang telah dilakukan.
15 Aspek-aspek efektivitas berdasarkan pendapat Sujud (Wardhani, 2016: 8) efektivitas suatu program dapat dilihat sebagai berikut. 1.
Aspek tugas atau fungsi. Suatu lembaga dikatakan efektif jika melaksanakan tugas atau fungsinya, begitu juga suatu program akan efektif jika tugas dan fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik dan peserta didik dalam belajar akan efektif jika melaksanakan tugas dengan baik.
2.
Aspek rencana program. Rencana atau program yang dimaksud adalah rencana pengajaran yang terprogram, jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau program dikatakan efektif.
3.
Aspek ketentuan dan aturan. Efektivitas suatu program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses kegiatan. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan dengan guru maupun yang berhubungan dengan peserta didik, jika aturan ini dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif.
4.
Aspek tujuan atau kondisi ideal. Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atau kondisi ideal program tersebut dilaksanakan dengan baik berarti ketentuan atau aturan telah berlaku secara efektif.
Dari keempat aspek di atas dapat disimpulkan bahwa dapat dikatakan efektivitas jika suatu program atau tujuan maupun tugas dan fungsinya dapat terlaksana dengan baik. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif pula kegiatan tersebut. Jadi efektivitas dapat diartikan tingkat keberhasilan dari suatu cara tertentu dengan waktu dan usaha yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai tanpa mengesampingkan kegiatan pembelajaran. Tujuan yang dimaksud
16 dalam penelitian ini adalah tujuan pembelajaran yaitu ketercapaian kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, kajian tentang pembelajaran telah banyak dilakukan oleh para ahli dan
peneliti,
sehingga
telah
menghasilkan
banyak
definisi
mengenai
pembelajaran. Sesuai yang dirumuskan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses interaksi yang dimaksudkan adalah kegiatan edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik sebagai warga belajar dan pendidik sebagai sumber belajar. Menurut Sagala (2009: 61) menyatakan bahwa pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang membelajarkan siswa berupa informasi atau kemampuan baru melalui upaya penataan lingkungan belajar yang kondusif sesuai dengan tingkat perkembangan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Sutikno (2005: 88) menyatakan efektivitas pembelajaran adalah kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Pernyataan tersebut berarti suatu kegiatan pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan, baik dari segi tujuan pembelajaran maupun prestasi siswa yang maksimal. Menurut
17 Pasaribu dan Simanjuntak (Wardhani, 2016: 9), suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Indikator keefektifan pembelajaran antara lain; (1) ketercapaian tujuan pembelajaran; (2) ketercapaian keefektifan aktivitas siswa, yaitu pencapaian waktu ideal yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan yang termuat dalam rencana pembelajaran; dan (3) respon siswa terhadap pembelajaran yang positif.
Menurut Wortruba dan Wright (Mahanani, 2016: 9), indikator yang dapat menunjukkan efektivitas dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) Pengorganisasian materi yang baik; (2) Komunikasi yang efektif; (3) Penguasaan dan antuisiasme terhadap materi pelajaran; (4) Sikap positif terhadap siswa; (5) Pemberian nilai yang adil; (6) Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran; (7) Hasil belajar siswa yang baik. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran atau tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Menurut Uno (Mahanani, 2016: 9) menyatakan bahwa pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Selain itu, Wicaksono (2011: 1) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila mengacu pada ketuntasan belajar yaitu apabila lebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah siswa memperoleh nilai ketuntasan minimal 65 dalam peningkatan hasil belajar dan strategi pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, penggunaan kriteria ketuntasan ini bergantung dari ketetapan setiap sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
18 setiap sekolah berbeda karena potensi atau kemampuan hasil belajar setiap siswa berbeda di masing-masing sekolah.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran merupakan ukuran keberhasilan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kriteria efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan nilai KKM yaitu 75 dengan persentase ketercapaian > 60% dari jumlah siswa dalam satu kelas.
2.
Alqurun Teaching Model (ATM)
Sutiarso (2016: 29) menyatakan bahwa Alqurun Teaching Model (ATM) adalah model pembelajaran yang memiliki urutan kegiatan yang sesuai dengan urutan hurufnya, yaitu: A, L, Q, U, R, U, N. Huruf A berarti Acknowledge (pengakuan), L
berarti
Literature
(penelusuran
pustaka),
Q
berarti
Quest
(menyelidiki/menganalisis), U berarti Unite (menyatukan/mensistesis), R berarti Refine (menyaring), U berarti Use (penggunan) dan N berarti Name (menamakan). Menurut Sutiarso (2016: 29) pada kegiatan Acknowledge atau pengakuan adalah urutan pertama atau kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran. Kemudian kegiatan inti dalam pembelajaran terdiri atas Literature atau penelusuran pustaka, Quest atau menyelidiki/menganalisis, Unite atau menyatukan/mensintesis, dan Refine atau menyaring. Kegiatan penutup dalam pembelajaran terdiri atas Use atau penggunaan dan Name atau menamakan.
19 Berikut ini urutan kegiatan dalam Alqurun Teaching Model, yakni: 1.
Acknowledge Acknowledge atau pengakuan adalah urutan pertama atau kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran. Pengakuan itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu (1) pengakuan terhadap kebesaran Allah yang telah memberikan ilmu, dan (2) pengakuan terhadap kemampuan awal siswa. Tujuan pengakuan pada bagian 1 di atas adalah untuk mencapai sikap spiritual, dan pengakuan pada bagian 2 adalah untuk apersepsi.
Pada kegiatan pendahuluan ini, guru akan memberikan informasi, ilustrasi, contoh, dan aktivitas yang dapat membangkitkan pengakuan dan kesadaran siswa akan kebesaran Allah dan perlunya mendekatkan diri kepadaNya. Selanjutnya, guru juga harus mengakui keterbatasan kemampuan awal siswa, sehingga guru perlu melakukan berbagai apersepsi yang disesuaikan dengan kemampuan awal siswa yang beragam juga. Teori belajar terkini menyebutkan bahwa guru perlu memberikan pengakuan (Acknowledge) dari apa yang siswa lakukan atau miliki.
Studi pada teori motivasi Frederick Herzberg (Cellilo, 2016) menyatakan “...strongly suggest that giving praise or recognition for someone’s perceived good work is the primary motivation for continued good work. It is a better motivator than money!”. Kajian pada teori motivasi Frederick Herzberg bahwa ia sangat menyarankan untuk memberikan pujian atau pengakuan untuk seseorang yang dirasakan pekerjaan yang baik adalah motivasi utama untuk melanjutkan pekerjaan yang baik . Ini adalah motivator yang lebih baik
20 daripada uang!. Itulah yang ia katakan dan saat ini teori motivasi Frederick Herzberg telah banyak diterapkan pada sekolah/akademi dan universitas di negara maju.
2.
Literature Literature atau penelusuran pustaka merupakan kegiatan inti dalam pembelajaran. Literature atau penelusuran pustakan ini dilakukan oleh siswa, dan guru menyediakan atau memfasilitasi berbagai sumber belajar dari materi yang akan dipelajari siswa. Guru dapat menyediakan literatur dalam beberapa bentuk, seperti buku, majalah, kliping, video/film, rekaman suara, atau sumber belajar dari internet. Selain itu guru juga dapat memfasilitasi literatur tersebut dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mencari literatur pada sumber yang ditentukan. Tahap penelusuran literatur ini dapat dilakukan pada saat belajar, atau beberapa hari sebelum belajar. Literature (penelusuran pustaka) merupakan kegiatan yang dapat memberikan banyak manfaat bagi siswa. Ross (Sutiarso, 2016: 29) menyebutkan beberapa manfaat literatur, yaitu “(1) develops thingking skill, (2) develop visual literac, (3) helps children deal with their problems, and (4) improves reading ability and attitudes.”
3.
Quest Quest atau menyelidiki/menganalisis adalah kegiatan penyelidikan siswa terhadap beberapa objek, fakta, atau data dari materi yang dipelajari. Pada saat siswa melakukan aktivitas penyelidikan, maka guru berperan memberikan bimbingan, bantuan, atau pendampingan. Penyelidikan oleh
21 siswa harus didasarkan pada literatur yang ditelusuri sebelumnya. Penyelidikan siswa harus dapat memilah suatu objek, fakta, atau data menjadi beberapa bagian yang lebih kecil/sederhana.
4.
Unite Unite atau menyatukan/mensintesis adalah kegiatan menggabungkan berbagai unsur yang memiliki kesamaan sifat atau karakteristik dari beberapa objek, fakta, atau data dari materi yang dipelajari. Hal ini sejalan dengan teori belajar Dienes, Dienes (Suherman, 2003: 49) berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisahmisahkan
hubungan-hubungan
di
antara
struktur-struktur
dan
mengkategorikan hubungan-hubungan di antara struktur-struktur. Pada tahap unite ini, peranan guru memberikan pengarahan dan klarifikasi terhadap hasil sintesis yang dilakukan siswa.
5.
Refine Refine atau menyaring adalah kegiatan siswa dalam menyaring atau memilih gabungan unsur dari hasil kegiatan unite. Kegiatan refine ini bertujuan untuk mengendapkan unsur-unsur yang penting dari hasil kegiatan unite. Hermawan (2014: 5) menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar siswa perlu menyaring informasi yang didapat kemudian hanya mengambil informasi yang dibutuhkan oleh siswa dan mengabaikan informasi yang tidak dibutuhkan oleh siswa. Pada tahap refine, guru memberikan kesempatan siswa untuk menginternalisasi (memasukkan) materi tersebut dalam pikirannya.
22 6.
Use Use atau penggunaan adalah kegiatan mengimplementasikan pengetahuan yang diterima siswa dari hasil kegiatan inti sebelumnya. Penggunaan dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Peranan guru adalah memberikan keleluasaan siswa untuk menyelesaikan masalah/soal tersebut dengan caranya sendiri.
7.
Name Name atau menamakan adalah kegiatan menentukan cara baru (mengkreasikan atau menciptakan) penyelesaian masalah/soal yang paling efektif, dan siswa memberikan nama cara barunya tersebut. Guru berperan mengarahkan dan menguji efektivitas cara baru yang dinamakan siswa. Driver dan Oldham (Siregar,
2010:
39)
menyatakan
bahwa
ciri-ciri
belajar
berbasis
kontruktivisme diantaranya adalah penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk perlu diaplikasikan pada
bermacam-macam
situasi,
kemudian
review,
yaitu
dalam
mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah.
3.
Pemahaman Konsep
Hal terpenting yang harus dicapai dalam proses pembelajaran adalah mampu memahami sesuatu berdasarkan pengalaman belajarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Menurut Sadiman (Wardhani, 2016: 17) pemahaman adalah
suatu
kemampuan
seseorang
dalam
mengartikan,
menafsirkan,
23 menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Ernawati (2003: 8) yang menyatakan bahwa pemahaman adalah mampu mengungkapkan suatu materi dalam bentuk lain yang dapat dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu mengklarifikasikannya. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman tidak hanya sekadar tahu ataupun hafal, tetapi pemahaman adalah kemampuan untuk mengemukakan kembali tentang sesuatu yang diperolehnya dalam bentuk lain yang dapat dimengerti orang lain serta mengerti aplikasinya dalam kehidupan.
Menurut Soedjadi (2000: 14) menyatakan konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Bahri (2008: 30) yang menyatakan bahwa konsep dapat diartikan sebagai satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Menurut Singarimbun dan Effendi (Wardhani, 2016: 17) konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Sehingga dapat dikatakan konsep adalah sekumpulan gagasan atau ide abstrak yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama dan membentuk suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan.
Berdasarkan penjelasan diatas, pemahaman konsep adalah sebuah proses dalam menerima dan memahami sebuah ide abstrak atau pengertian melalui perhatian sehingga siswa mampu mengungkapkan konsepsi tersebut dengan cara lain,
24 mengeksplorasi
kemungkinan
terkait
dan
mengadakan
klasifikasi
atau
penggolongan.
Pemahaman konsep sangat penting karena penguasaan konsep akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika. Seperti yang dinyatakan Zulkardi (2003: 7) bahwa mata pelajaran matematika menekankan pada konsep. Artinya dalam mempelajari matematika peserta didik harus memahami konsep matematika terlebih dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan pembelajaran tersebut di dunia nyata. Konsep matematika yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti/isi dari materi matematika (Budiono, 2009: 4). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah kecakapan atau kemahiran untuk menjelaskan kembali dengan benar tentang suatu konsep matematika dan dapat diaplikasikan konsep tersebut untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematika.
Adapun indikator pemahaman konsep matematis berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/Kep/PP/2004 adalah sebagai berikut. a. b. c. d. e. f. g.
Menyatakan ulang suatu konsep. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. Mengaplikasikan konsep.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam memahami materi atau konsep
25 matematika sehingga siswa dapat menguraikan kembali materi tersebut secara jelas dan rinci dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.
Kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel adalah kemampuan siswa dalam memahami PLSV yaitu suatu persamaan (kalimat terbuka yang menggunakan relasi sama dengan (=) dan hanya mempunyai satu variabel berpangkat satu) yang berbentuk
+
= 0 dan PtLSV
+
<0
yaitu suatu kalimat terbuka yang memiliki sebuah variabel dan berpangkat satu (linear) yang dinyatakan dengan bentuk ≥0
+
+
>0
+
≤ 0 serta menentukan nilai-nilai variabel yang memenuhi
persamaan dan pertidaksamaan linear tersebut. Sesuai Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 506/C/Kep/PP/2004 maka dalam penelitian ini kemampuan pemahaman konsep matematis siswa ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh dari hasil tes pemahaman konsep, dengan menggunakan indikator sebagai berikut. a.
Menyatakan ulang suatu konsep.
b.
Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.
c.
Menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
d.
Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
e.
Mengaplikasikan konsep.
B. Kerangka Pikir
Penelitian tentang efektivitas Alqurun Teaching Model dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terdiri dari dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini
26 adalah model pembelajaran, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Keberhasilan mempelajari ilmu matematika, salah satunya dapat dilihat dari berkembangnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa secara optimal.
Tujuan pembelajaran matematika disekolah salah satunya yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Mengingat pentingnya pengembangan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, guru dalam menyampaikan materi pelajaran harus menggunakan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa secara optimal.
Pembelajaran yang dapat membuat siswa membangun pengetahuannya, menemukan suatu konsep/ide, dan melakukan kerjasama dengan suatu kelompok tertentu, melalui proses diskusi dan tanya jawab yang dikaitkan dengan konten kehidupan sehari-hari dinilai dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini disebabkan, saat siswa membangun pengetahuan dan menemukan konsep/ide, siswa akan terbiasa untuk menginterpretasi dan menganalisis berbagai permasalahan. Lebih lanjut, pada saat siswa melakukan diskusi untuk menyelesaikan soal-soal latihan yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, siswa terbiasa untuk menganalisis dan mengevaluasi berbagai permasalahan dengan anggota kelompoknya. Hal ini berarti, kemampuan siswa dalam melakukan interpretasi, analisis, dan evaluasi terhadap suatu
27 permasalahan akan terlatih dengan baik. Salah satu pembelajaran yang dapat memberikan kondisi-kondisi seperti penjelasan di atas adalah Alqurun Teaching Model.
Pada model Alqurun Teaching Model, siswa dihadapkan pada permasalahanpermasalahan dalam dunia nyata yang dijadikan konteks bagi siswa untuk belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan yang harus mereka selesaikan dalam kelompok-kelompok kecil jika dibutuhkan. Tahap model Alqurun Teaching Model dimulai dari Acknowledge (pengakuan), Literature (penelusuran pustaka), Quest (menyelidiki/menganalisis), Unite (menyatukan/mensistesis), Refine (menyaring), Use (penggunaan) dan Name (menamakan).
Tahap pertama adalah Acknowledge atau pengakuan yang merupakan urutan pertama atau kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran. Pada kegiatan pendahuluan ini, guru akan memberikan informasi, ilustrasi, contoh, dan aktivitas yang dapat membangkitkan pengakuan dan kesadaran siswa akan kebesaran Allah dan perlunya mendekatkan diri kepadaNya. Selanjutnya, guru juga harus mengakui keterbatasan kemampuan awal siswa, sehingga guru perlu melakukan berbagai apersepsi yang disesuaikan dengan kemampuan awal siswa yang beragam juga. Teori belajar terkini menyebutkan bahwa guru perlu memberikan pengakuan (Acknowledge) dari apa yang siswa lakukan atau miliki.
Tahap selanjutnya yaitu literature atau penelusuran pustaka merupakan kegiatan inti dalam pembelajaran. Guru dapat menyediakan literatur dalam beberapa bentuk, seperti buku, majalah, kliping, video/film, rekaman suara, atau sumber
28 belajar dari internet. Selain itu guru juga dapat memfasilitasi literatur tersebut dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mencari literatur pada sumber yang ditentukan. Tahap penelusuran literatur ini dapat dilakukan pada saat belajar, atau beberapa hari sebelum belajar. Literature (penelusuran pustaka) merupakan kegiatan yang dapat memberikan banyak manfaat bagi siswa.
Quest atau menyelidiki/menganalisis adalah kegiatan penyelidikan siswa terhadap beberapa objek, fakta, atau data dari materi yang dipelajari. Pada saat siswa melakukan aktivitas penyelidikan, maka guru berperan memberikan bimbingan, bantuan, atau pendampingan. Penyelidikan oleh siswa harus didasarkan pada literatur yang ditelusuri sebelumnya. Penyelidikan siswa harus dapat memilah suatu objek, fakta, atau data menjadi beberapa bagian yang lebih kecil/sederhana.
Unite atau menyatukan/mensintesis adalah kegiatan menggabungkan berbagai unsur yang memiliki kesamaan sifat atau karakteristik dari beberapa objek, fakta, atau data dari materi yang dipelajari. Pada tahap unite ini, peranan guru memberikan pengarahan dan klarifikasi terhadap hasil sintesis yang dilakukan siswa.
Refine atau menyaring adalah kegiatan siswa dalam menyaring atau memilih gabungan unsur dari hasil kegiatan unite. Kegiatan refine ini bertujuan untuk mengendapkan unsur-unsur yang penting dari hasil kegiatan unite. Pada tahap refine,
guru
memberikan
kesempatan
siswa
(memasukkan) materi tersebut dalam pikirannya.
untuk
menginternalisasi
29 Use atau penggunaan adalah kegiatan mengimplementasikan pengetahuan yang diterima siswa dari hasil kegiatan inti sebelumnya. Penggunaan dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Peranan guru adalah memberikan keleluasaan siswa untuk menyelesaikan masalah/soal tersebut dengan caranya sendiri.
Name atau menamakan adalah kegiatan menentukan cara baru (mengkreasikan atau menciptakan) penyelesaian masalah/soal yang paling efektif, dan siswa memberikan nama cara barunya tersebut. Guru berperan mengarahkan dan menguji efektivitas cara baru yang dinamakan siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka pada model Alqurun Teaching Model terdapat tahap-tahap pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis yang tidak didapatkan dalam pembelajaran konvensional. Hal ini karena dalam pembelajaran konvensional guru menjelaskan materi dan siswa hanya mendengarkan, mencatat, dan diberikan latihan soal yang penyelesaiannya mirip dengan contoh soal, sehingga siswa tidak diberi kesempatan menunjukkan kemampuannya dalam bentuk gagasan/ide matematika. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Alqurun Teaching Model efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dibandingkan pembelajaran konvensional atau dengan kata lain terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diajarkan dengan Alqurun Teaching Model dan pembelajaran konvensional.
30 C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut. 1.
Semua siswa kelas VII semester ganjil SMP IT Ar-Raihan tahun pelajaran 2016-2017 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
2.
Faktor lain yang memengaruhi kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa selain model pembelajaran dikontrol sehingga memberikan pengaruh yang sangat kecil dan dapat diabaikan.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: 1.
Hipotesis Umum Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah ATM efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa di kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.
2.
Hipotesis Khusus a.
Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti Alqurun Teaching Model lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b.
Persentase siswa yang tuntas belajar lebih dari 60% dari banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun Teaching Model.
31
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 di SMP IT Ar Raihan Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP IT Ar Raihan Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 113 siswa yang terdistribusi dalam empat kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling yaitu memilih secara acak dua kelas yang diajar oleh guru yang sama dengan pertimbangan sebelum penelitan dilakukan kedua kelas tersebut mendapat perlakuan yang sama sehingga memiliki pengalaman belajar yang sama. Distribusi dan rata-rata nilai ujian mid semester ganjil siswa kelas VII di SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung pada tahun pelajaran 2016/2017 disajikan pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Mid Semester Ganjil Kelas VII SMP IT ArRaihan Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017 No. 1. 2. 3. 4.
Kelas VII Abas VII Ali VII Umar VII Utsman
Banyak Siswa 29 28 28 28
Rata-rata Nilai 60,72 52,64 65,46 67,46
Berdasarkan teknik pengambilan sampel, terpilih kelas VII Abas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang mengikuti alqurun teaching model dan kelas VII Umar sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang mengikuti pembelajaran
32 konvensional. Disamping itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru, kelas VII Utsman memiliki kemampuan yang tinggi dan kelas VII Ali memiliki kemampuan yang rendah dibandingkan kelas yang lain. Maka dari itu, dipilihlah kelas VII Abas dan kelas VII Umar agar lebih representatif dan memiliki kemampuan awal yang sama. Banyaknya siswa pada kelas VII Abas adalah 29 siswa tetapi hanya 27 siswa yang diambil sebagai sampel karena dua siswa tidak mengikuti posttest. Sedangkan banyaknya siswa pada kelas VII Umar adalah 28 siswa tetapi hanya 27 siswa yang diambil sebagai sampel karena satu siswa tidak mengikuti posttest.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment) yang terdiri atas satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran yaitu alqurun teaching model dan model pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group design. Sukardi (Wardhani, 2016: 25) menyatakan bahwa posttest only control group design merupakan desain penelitian dengan pemberian tes di akhir pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam penelitian ini kelas eksperimen adalah kelas yang mengikuti alqurun teaching model sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional. Desain penelitian disajikan pada Tabel 3.2 berikut.
33 Tabel 3.2 Desain Penelitian Kelas
Pembelajaran
Posttest
E
ATM
Y1
K
Konvensional
Y2
Keterangan: E = Kelas Eksperimen K = Kelas Kontrol Y1 = Skor posttest pada kelas eksperimen Y2 = Skor posttest pada kelas kontrol
C. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur dalam penelitan ini dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: 1.
Tahap persiapan penelitian Tahap-tahap persiapan penelitian ini adalah: a.
Pemilihan populasi dan sampel penelitan.
b.
Menyusun Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) penelitan sesuai dengan model yang akan digunakan selama penelitan, yaitu RPP dengan ATM dan model pembelajaran konvensional.
c.
Membuat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sebagai media pembelajaran untuk kelas eksperimen.
d.
Membuat instrumen penelitan yang terlebih dahulu membuat kisi-kisi yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.
e. Menguji validitas instrumen penelitian. f. Melakukan uji coba instrumen penelitian.
34 2.
Tahap pelaksanaan penelitian Tahap-tahap pelaksanaan penelitian ini adalah: a.
Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Melakukan pembelajaran dengan ATM pada kelas eksperimen dan model konvensional pada kelas kontrol.
b.
3.
Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Tahap akhir penelitian Tahap-tahap akhir penelitian ini adalah: a. Mengumpulkan data kuantitatif. b. Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh. c. Membuat laporan penelitan.
D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari tes pemahaman konsep matematis siswa pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel siswa yang diperoleh sesudah mengikuti Alqurun teaching model di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional di kelas kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada materi PLSV dan PtLSV. Tes dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan ATM pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah pembelajaran bertujuan untuk melihat keefektifan
35 pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa khususnya pada materi PLSV dan PtLSV.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes pemahaman konsep matematis. Instrumen tes terdiri dari empat soal uraian. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator pemahaman konsep matematis.
Pemberian tes berbentuk
uraian bertujuan agar indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat diidentifikasi dengan jelas melalui langkah-langkah penyelesaian masalah yang diberikan siswa. Adapun pedoman pemberian skor pemahaman konsep matematis terdapat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa No Indikator Keterangan Skor 1. Menyatakan Tidak menjawab. 0 ulang suatu Hanya sedikit dari menyatakan ulang suatu konsep 1 konsep yang benar. Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar, 2 tetapi salah dalam mendapatkan solusi. Menyatakan ulang suatu konsep dengan proses 3 benar dan mendapat solusi dengan benar. 2. Memberi Tidak menjawab. 0 contoh dan Hanya sedikit dari memberi contoh dan non1 non-contoh contoh dari konsep. dari konsep. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep 2 tetapi salah. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep 3 dengan benar. 3. Menyajikan Tidak menjawab. 0 konsep Hanya sedikit dari menyajikan konsep dalam 1 dalam berbagai bentuk representasi matematika dengan berbagai benar. bentuk Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk 2 representasi representasi matematika dengan benar tetapi salah matematika dalam mendapatkan solusi. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk 3 representasi matematika dengan benar dan mendapatkan solusi yang benar.
36 No Indikator 4. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu 5. Mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah
Keterangan Tidak menjawab. Hanya sedikit dari menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur yang benar. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur, tetapi salah dalam mendapatkan solusi. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur, dan mendapatkan solusi yang benar.
Skor 0 1
Tidak menjawab. Hanya sedikit mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah yang benar. Mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah tetapi tidak tepat. Mengaplikasikan konsep pada pemecahan masalah dengan tepat.
0 1
2 3
2 3
Setelah perangkat tes tersusun, perangkat tersebut diujicobakan untuk mengetahui apakah soal-soal tersebut memenuhi kriteria soal yang layak digunakan, yaitu meliputi validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen.
1.
Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi dari tes kemampuan pemahaman konsep ini diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan pemahaman konsep dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan pemahaman konsep yang telah ditentukan.
Pengujian validitas isi dalam penelitian ini dilakukan oleh guru mitra. Validitas yang dilakukan berdasarkan guru mitra adalah penilaian terhadap kesesuaian materi dan bahasa yang digunakan berdasarkan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VII SMP IT Ar-Raihan mengetahui dengan benar kurikulum serta kemampuan bahasa siswa tingkat SMP. Tes yang dikategorikan valid adalah
37 yang telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan penilaian terhadap kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar checklist yang diisi oleh guru mitra. Hasil konsultasi dengan guru menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.4 halaman 137) Sehingga selanjutnya
instrumen
dapat
diujicobakan
untuk
mengetahui
kriteria
reliabilitasnya.
2.
Reliabilitas Instrumen
Menurut Suherman (2003: 154), suatu alat evaluasi disebut reliabel apabila hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha menurut Arikunto (2011: 109) sebagai berikut.
=
−1
1−
∑
Keterangan: r11 : Koefisien reliabilitas n : Banyaknya soal ∑ : Jumlah varians skor tiap butir soal : Varians skor total Koefisien reliabilitas suatu butir soal diinterpretasikan dalam Arikunto (2011: 75) disajikan sebagai berikut.
38 Tabel 3.4 Interpretasi Reliabilitas Koefisien Reliabilitas r11 < 0,20 0,20 ≤ r11 < 0,40 0,40 ≤ r11 < 0,70 0,70 ≤ r11 < 0,90 0,90 ≤ r11 ≤ 1,00
Interpretasi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan reliabilitas soal yang telah diujicobakan disajikan pada Tabel 3.5. Hasil perhitungan reliabilitas soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.1 halaman 141. Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Reliabilitas Posttest Data Posttest
Koefisien 0,82
Interpretasi Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.5, dapat disimpulkan bahwa soal posttest memiliki reliabilitas yang tergolong tinggi sehingga layak digunakan pada penelitian ini.
3.
Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut membedakan antara sampel yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan sampel yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau yang menjawab salah. Setelah diketahui skor pada hasil tes uji coba, nilai daya pembeda tiap butir soal dihitung menggunakan rumus berikut. =
−
Keterangan: DP : koefisien daya pembeda : rata-rata skor untuk siswa kelompok atas : rata-rata skor untuk siswa kelompok bawah SMI : skor maksimal ideal
39 Menurut
Sudijono
(2008:
121)
koefisien
daya
pembeda
suatu
soal
diinterpretasikan sebagai berikut. Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda Koefisien Daya Pembeda Negatif ≤ DP ≤ 0.10 0.10 ≤ DP ≤ 0.19 0.20 ≤ DP ≤ 0.29 0.30 ≤ DP ≤ 0.49 DP ≥ 0.50
Interpretasi Sangat Buruk Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik
Daya pembeda soal yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 142. Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Daya Pembeda Posttest Nomor Soal 1 2 3 4a 4b
Koefisien 0,38 0,30 0,73 1,00 0,80
Interpretasi Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 3.7, dapat disimpulkan bahwa soal posttest memiliki daya pembeda yang tergolong baik, dan sangat baik sehingga layak digunakan dalam penelitian ini.
4.
Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu tes dikatakan baik jika sebagian besar soal memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Menurut Sudijono (2008: 372), untuk menghitung derajat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut.
40 =
Keterangan: TK : Koefisien tingkat kesukaran suatu butir soal : Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh : Jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) yang tertera dalam Tabel 3.8. Tabel 3.8 Interpretasi Tingkat Kesukaran Koefisien Tingkat Kesukaran 0,00 ≤ TK ≤ 0,15 0,16 ≤ TK ≤ 0,30 0,31 ≤ TK ≤ 0,70 0,71 ≤ TK ≤ 0,85 0,86 ≤ TK ≤ 1,00
Interpretasi Sangat Sukar Sukar Sedang Mudah Sangat Mudah
Tingkat kesukaran soal yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.9 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2 halaman 142. Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Tingkat Kesukaran Posttest Nomor Soal 1 2 3 4a 4b
Koefisien 0,83 0,44 0,68 0,57 0,35
Interpretasi Mudah Sedang Sedang Sedang Sedang
Berdasarkan Tabel 3.9, dapat disimpulkan bahwa soal posttest memiliki tingkat kesukaran yang tergolong mudah, dan sedang sehingga layak digunakan dalam penelitian ini.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis diperoleh rekapitulasi hasil tes
41 kemampuan pemahaman konsep matematis dan kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.10. Tabel 3.10 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba Posttest No Soal 1 2 3 4a 4b
Validitas
Valid
Reliabilitas
Daya Pembeda
Tingkat Kesukaran
0,82 (Reliabilitas tinggi)
0,38 (Baik) 0,30 (Baik) 0,73 (Sangat Baik) 1,00 (Sangat Baik) 0,80 (Sangat Baik)
0,83 (Mudah) 0,44 (Sedang) 0,68 (Sedang) 0,57 (Sedang) 0,35 (Sedang)
Dari Tabel 3.10 diketahui bahwa soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis pada penelitian ini telah memenuhi kriteria reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang ditentukan serta telah dinyatakan valid, sehingga soal tes kemampuan pemahaman konsep matematis sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis. Data nilai pada siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol dianalisis menggunakan uji statistik untuk mengetahui efektivitas Alqurun teaching model ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Berikut ini adalah langkah-langkah pengolahan data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya. Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
42 dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menurut Russefendi (1998: 405). Berikut langkah-langkah uji normalitas: a.
Hipotesis H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b.
Taraf Signifikan: α = 0,05
c.
Statistik Uji =|
( ) − ( )|dengan z =
Xi
X
Keterangan: = angka pada data = rata-rata data s = standar deviasi Dn = nilai hitung Kolmogorov Smirnov Fn(xi) = peluang harapan data ke i F(xi) = luas kurva z data ke i d.
Keputusan Uji Dalam penelitian ini, uji Kolmogorov-Smirnov Z menggunakan bantuan software SPSS Statistic 17.0. Kriteria pengujian yang digunakan Trihendradi (2010: 113) adalah terima H0 jika nilai probabilitas (sig) > 0,05.
Hasil uji normalitas soal posttest dapat dilihat pada Tabel 3.11 dan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.5 halaman 148. Berdasarkan perhitungan uji Normalitas dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.0 diperoleh data bahwa nilai sig. pada data posttest pada kelas yang mengikuti ATM dan konvensional lebih dari 0,05. Akibatnya pada
= 5 %, H0 diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa kedua data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
43 Tabel 3.11Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Sig.
Posttest Kelas Abas (Alqurun Teaching Model)
0.098
27
0.200*
Postest Kelas Umar (Konvensional)
0.120
27
0.200*
2.
Uji Homogenitas
Dalam penelitian ini uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data yaitu data pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti ATM dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional memiliki varians yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2005: 249-250) untuk menguji homogenitas dilakukan dengan ketentuan berikut. a.
Hipotesis H0 : H1 :
= ≠
(kedua populasi memiliki varians sama) (kedua populasi memiliki varians tidak sama)
b.
Taraf Signifikan: α = 0,05
c.
Statistik Uji =
Keterangan: : varians terbesar : varians terkecil d.
Keputusan Uji Statistik di atas berdistribusi F dengan kriteria pengujian adalah tolak H 0 jika ≥
dengan
=
(
,
)
yang diperoleh dari daftar
44 distribusi F dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan masingmasing sesuai dengan dk pembilang dan penyebut.
Hasil uji homogenitas varians disajikan dalam Tabel 3.12 dan data selengkapnya pada Lampiran C.6 halaman 149. Berdasarkan perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan aplikasi SPSS 17.0 kriteria uji yang digunakan adalah terima H0 jika Sig. > 0,05. Diperoleh data bahwa nilai Sig. > 0,05 yaitu sebesar 0,683 ini menunjukkan bahwa H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua populasi memiliki varians yang sama. Tabel 3.12 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Pemahaman Konsep Sumber Data
Sig. pada tes Levene untuk kesamaaan varians
Kesimpulan H0
Nilai siswa yang mengikuti ATM dan konvensional
0,683
Diterima
3.
Uji Hipotesis
a.
Uji Hipotesis Pertama Hipotesis pertama adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti Alqurun teaching model lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Setelah dilakukan uji normalitas terhadap data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, diketahui bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang sama. Dengan demikian, uji statistik yang digunakan adalah uji-t atau dalam SPSS 17.0 menggunakan uji Independent Sample T-Test. Dengan hipotesis sebagai berikut:
45 :
=
, artinya rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti Alqurun teaching model sama dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
:
>
, artinya rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti Alqurun teaching model lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Statistik yang digunakan untuk uji-t menurut Sudjana (2005: 239) adalah:
=
̅
̅
=
dengan
(
)
(
)
Keterangan: ̅ = rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen ̅ = rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol = banyaknya siswa kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas kontrol = varians yang mengikuti kelas eksperimen = varians yang mengikuti kelas kontrol = varians gabungan <
Kriteria pengujian adalah terima kebebasan
=
+
,
dengan derajat
− 2 dengan peluang (1 − ) dengan taraf signifikan
= 0,05. Untuk harga t lainnya
ditolak. Karena dalam penelitian ini akan
menggunakan software SPSS Statistic 17.0 untuk melakukan uji Independent Sample T Test maka ada dua cara, bisa dilakukan dengan melihat
atau
dengan melihat nilai signifikasinya dengan kriteria uji adalah terima H0 jika nilai probabilitas atau nilai signifikasi > 0,05.
46 Diperoleh nilai probabilitas dilihat dari nilai Sig. (2-tailed) dalam baris t-test for Equality of Means adalah 0,713 > 0,05 maka H0 diterima yang berarti rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti ATM sama dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti ATM tidak lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7 halaman 150.
b. Uji Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua adalah persentase siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel lebih dari 60% dari banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun teaching model. Uji hipotesis yang kedua yaitu uji proporsi. Uji proporsi pada penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60% dari banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun teaching model. Jika data yang diperoleh dari kelas yang mengikuti Alqurun teaching model berdistribusi normal maka dilakukan uji proporsi satu pihak.
Menurut Sudjana (2005: 234) rumusan hipotesis untuk uji proporsi adalah: :
:
= 60% artinya persentase siswa tuntas belajar sama dengan 60%.
> 60% artinya persentase siswa tuntas belajar lebih dari 60%.
47 Statistik yang digunakan untuk uji ini adalah: =
−
(1 −
)
Keterangan: = banyaknya siswa tuntas belajar pada kelas eksperimen = banyaknya siswa pada kelas eksperimen = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan
Kriteria ujinya adalah tolak signifikasinya α = 0,05 dan peluang (0,5 − ).
,
jika
≥
diperoleh dari daftar normal baku dengan
Dari hasil perhitungan uji proporsi diperoleh = 0,1736 dengan
, dengan taraf
,
= 0,05. Karena
<
= −2,43559 dan , maka H0
diterima yang berarti bahwa persentase siswa yang memperoleh nilai serendah-rendahnya 75 (skala 100) pada siswa yang mengikuti Alqurun teaching model sama dengan 60% dari banyaknya siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa persentase siswa yang tuntas belajar tidak lebih dari 60% dari banyaknya siswa yang mengikuti Alqurun teaching model. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8 halaman 152.
61
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ATM tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada siswa kelas VII SMP IT Ar-Raihan Bandarlampung semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017. Ketidakefektifan pembelajaran ATM berdasarkan dua aspek yang dijabarkan sebagai berikut. 1. Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa mengikuti pembelajaran ATM tidak lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. 2. Persentase siswa yang memahami konsep pada pembelajaran dengan ATM tidak lebih dari 60% dari banyaknya siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan dan penelitian, dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1.
Bagi guru yang ingin menerapkan pembelajaran dengan ATM hendaknya a.
melakukan pengelolaan kelas yang baik dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif sehingga memperoleh hasil yang optimal,
62 b.
memperhatikan tahapan literature agar siswa benar-benar paham konsep dan tidak hanya dengan membaca, tetapi demonstrasi guru atau videovideo yang terkait materi yang dipelajari, dan
c.
memberikan alokasi waktu yang lebih lama pada tahap use agar pemberian latihan soal masalah nyata yang beragam kepada siswa dapat terlaksana dengan baik.
2.
Kepada peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian tentang kemampuan pemahaman konsep matematis melalui ATM disarankan melakukan penelitian pendahuluan terlebih dahulu supaya siswa dapat beradaptasi dengan ATM.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Bahri, D. S. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Budiono. 2009. Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran. Tersedia di http://www.scribd.com/doc/21684083/Pengem-Materi-PembelajBudionoSMANEJA-Blitar. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2016. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Dharma Bhakti. ________. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. ________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Ernawati. 2003. Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep Matematika Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Bandung: UPI. Firmansyah, M. 2010. Pengaruh Iringan Musik dalam Penyelesaian Soal Matematika terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP Negeri 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung Hermawan, Deddy Indra. 2015. Teknik Permainan Edukatif Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri 02 Tugu Jumantono Tahun Pelajaran2014/2015. Thesis FKIP UNS Oktober 2015. [Online]. Tersedia: https://eprints.uns.ac.id/20576/. Diakses pada 17 Oktober 2016.
64 Mahanani, Nadya. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Galery Walk Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 4 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2015/2016). Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Mullis, I. V. S., Martin, M.O., Foy, P., dan Arora, A. 2012. Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011 International Result in Mathe-matics. Boston: TIMSS and PIRLS International Study Center. Muslih. 2014. Analisis Efektifitas Program Magang untuk Sinkronisasi Link dan Match Perguruan Tinggi dengan Dunia Industri (Studi Terhadap Program Magang Pada Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara). Jurnal Manajemen & Bisnis Vol. 14 No. 01 April 2014. Sumatra Utara: Universitas Muhamadiyah Sumatra Utara. OECD. 2014. PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds know and what they can do with what they know. [Online]. [http://www.oecd.org/pisa/ keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf diakses pada 17 Oktober 2016]. Ruseffendi, E.T. 2006. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press. Rustaman, Nuryani Y. 2003. Literasi Sains Anak Indonesia 2002 & 2003. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Siagian, P. Sondang. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Siregar, Eveline., Nara, Hartini. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Ghalia Indonesia. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departeman Pendidikan Nasional. Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.
65 Sutiarso, Sugeng. 2016. Metode Pembelajaran AL QURAN (Alquran Teaching Model). Prosiding Seminar Nasional Mathematics, Science & Education National Conference (MSENCo). ISBN: 978-602-74581-0-9. Bandarlampung: IAIN Raden Intan Bandarlampung. Sutikno, M. S. 2005. Pembelajaran Efektif: Mengupayakannya?. Mataram: NTP Press.
Apa
dan
Bagaimana
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trihendradi, Cornelius. 2010. Step By Step SPSS 17.0 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Andi Offset. Wardhani, Resti Ayu. 2016. Efektivitas Problem Based Learning Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 12 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2015/2016). Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Wicaksono. 2011. Efektivitas Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://agung. smkn1pml.sch.id diakses pada Oktober 2016. Zulkardi. 2003. Realistic Mathematics Education (RME) atau Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). (Makalah Semiloka Nasional 20-21 Agustus 2003). Palembang.