Sapta Indarsih
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS III DI SD NEGERI GUNUNGSAREN SRANDAKAN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Martalia Ardiyaningrum dan Sapta Indarsih Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah STIA Alma Ata Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA kelas III di SD N Gunungsaren antara pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pembelajaran model konvensional dan mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III di SD N Gunungsaren. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD N Gunungsaren, dengan sampel penelitian adalah kelas III B yang memperoleh perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT dan kelas III A dengan model konvensional. Analisis data meliputi uji Normalitas, Homogenitas, dan Uji Mann-Whitney U-Test dengan bantuan program SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan hasil belajar kelas konvensional pada pembelajaran IPA kelas III di SD N Gunungsaren Srandakan Bantul. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini efektif digunakan karena rata-rata yang didapatkan di kelas eksperimen 95 dan terdapat 100% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dari jumlah siswa. Kata kunci: ABSTRACT The aims of this study are to determine : 1) the differences of the learning outcome between cooperative learning model Number Head Together (NHT) and conventional learning model 2) the effectiveness of cooperative learning model Number Head Together (NHT) on the learning outcome of science (IPA) subject in the third grade student of SDN Gunungsaren. The population of this research are the third grade students of SDN Gunungsaren and the samples are students in the class IIIB as intervention group (NHT) and IIIA as the control group (conventional). Data were analized using Mann-Whitney U-Test with SPSS 16. This research shows that there is a significant difference between learning outcomes in IPA subject from intervention group and control group. Cooperative learning model Number Head Together (NHT) has an effective impact on student’s learning outcomes for average score obtained were 95 and 100% student pass the KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Keyword: PENDAHULUAN Di zaman globalisasi ini pendidikan sangat penting, dikarenakan dengan adanya pendidikan akan melahirkan generasi-generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa Indonesia selanjutnya. Tujuan pendidikan 24
LITERASI, Volume VII, No. 1 Juni 2016
nasional di dalam Tap MPR No. II/1998 dikatakan: “Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.”1 Tujuan pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang sengaja direncana oleh orang yang berkompeten di bidang pendidikan untuk membantu mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik, sehingga di saat dewasa nanti akan dapat dimanfaatkan untuk masa depannya. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber ilmu, karena perkembangan sains dan teknologi memungkinkan peserta didik memperoleh ilmu dari berbagai sumber seperti internet (e-journal & e-book), program televisi, gambar, audio, dan sebagainya. Fungsi guru sebagai fasilitator lebih memungkinkan peserta didik untuk membentuk karakternya sebagai generasi yang “melek media”.2 Akan tetapi, fungsi guru sebagai fasilitator belum dijalankan sepenuhnya di SD N Gunungsaren khususnya dikelas III. SD N Gunungsaren merupakan salah satu institusi sekolah dasar yang terletak di kampung Gunungsaren Lor, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta. Meskipun institusi ini telah mendapatkan nilai akreditasi A, akan tetapi pembelajaran IPA di kelas III di SD N Gunungsaren berjalan dengan monoton, guru dalam menjelaskan mata pelajaran IPA hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan.3 Hasil observasi yang peneliti lakukan di SD N Gunungsaren menunjukkan bahwa metode pembelajaran yang dilaksanakan guru masih monoton, atau bisa dikatakan guru masih memegang peranan aktif dalam pembelajaran IPA di kelas III. Guru menyampaikan materi pembelajaran IPA tidak menggunakan media pembelajaran, padahal pelajaran IPA memiliki banyak pilihan media yang dapat digunakan. Selain itu saat pembelajaran IPA di kelas III berlangsung, Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan dan Praktis, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2009), hlm. 36 2 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Berkarakter, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya: 2013), hlm. 17 3 Kasmiyati, Guru Pengampu Mata Pelajaran IPA Kelas III B SD N Gunungsaren, wawancara tanggal 10 Agustus 2015
Sapta Indarsih
tampak bahwa minat belajar siswa masih rendah. Hal ini terlihat saat guru menjelaskan materi, banyak siswa yang asyik mengobrol dengan temannya. Saat guru bertanya kepada siswa, banyak siswa yang tidak menjawab, hanya ada satu dua siswa yang menjawab itupun karena mereka duduk di meja paling depan, selebihnya mereka asyik dengan aktivitasnya masing-masing. Hasil ulangan IPA kelas III A dan III B juga belum optimal. Siswa Kelas III A yang mendapatkan nilai lebih dari KKM ada 4 siswa dari 27 siswa, artinya siswa yang telah mencapai KKM sebesar 14,8%, Sedangkan kelas III B dengan siswa berjumlah 22, semuanya memiliki nilai kurang dari KKM.4 Dari fakta-fakta di atas, maka harus ada inovasi dalam model pembelajaran IPA kelas III di SD N Gunungsaren. Menurut Soekamto, dkk mereka mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah ”Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.5 Jadi model pembelajaran adalah suatu kerangka atau arah bagi pengajar atau guru untuk mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Salah satu jenis model pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran kelompok yang dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain serta dapat meningkatkan harga diri. Pembelajaran kooperatif juga dapat dikatakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil (empat sampai enam peserta didik) dengan latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda.6
1
Hasil observasi kelas III B dan IIIA yang dilakukan pada tanggal 10 dan 15 Agustus 2015 5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgersif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 22 6 Suyadi, Strategi Pembelajaran…, hlm. 62 4
LITERASI, Volume VII, No. 1 Juni 2016
25
Sapta Indarsih
Pembelajaran kooperatif ini banyak sekali macamnya salah satunya adalah Numbered Head Together (NHT). Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang mempengaruhi interaksi siswa, dan sebagai pilihan untuk kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) ini dikembangkan pertama kali oleh Spenser Kagen pada tahun 1993, untuk melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi pembelajaran dan juga digunakan dalam mengecek pemahaman siswa setelah materi pembelajaran sudah disampaikan. Dalam mengaplikasikan pembelajaran koopertif Numbered Head Together (NHT) ini maka berikut fase-fasenya: penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersama, dan menjawab.7 Deng an mengkaji karakteristik dan keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini diduga dapat mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa kelas III di SD N Gunungsaren. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini mengutamakan keterlibatan dalam pembelajaran sehingga menguatkan pemahaman siswa, dan diharapkan dapat efektif sehingga hasil belajar IPA siswa kelas III di SD N Gunungsaren akan lebih baik. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas III di SD N Gunungsaren antara pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pembelajaran model konvensional? Bagaimanakah efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III di SD N Gunungsaren? METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode eksperimen. Penelitian ini akan menguji efektifitas penggunaan model Trianto, Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group: 2009), hlm. 82 7
26
LITERASI, Volume VII, No. 1 Juni 2016
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD N Gunungsaren Srandakan Bantul. Untuk menguji efektifitas maka peneliti akan menggunakan dua kelas yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan memberikan pre-test dan post-test terhadap dua kelas tersebut, untuk mengetahui hasil belajar. Desain Penelitian Desain penelitian yang ingin digunakan oleh peneliti adalah quasi experimental design. Peneliti akan menggunakan salah satu desain quasi eksperimen yaitu Non-equivalent control group design. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III di SD Negeri Gunungsaren. Sampel dari penelitian ini adalah siswa kelas III B yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) dan siswa kelas III A yang memperoleh model pembelajaran konvensional. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian ini akan bertempat di SD N Gunungsaren Srandakan Bantul Yogyakarta, dan akan dilaksanakan bulan November tahun 2015 semester ganjil pada tahun pelajaran 2015/2016, penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan untuk setiap kelas eksperimen dan kelas kontrol. Variabel Penelitian Variabel peneliti dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: Variabel Independent (variabel bebas) dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini hasil belajar IPA kelas III di SD N Gunungsaren. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
Sapta Indarsih
Tabel 1 Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Post-test No Item soal PG 2.Memahami 2.1.Membedakan ciri-ciri 2.1.1.Menjelaskan lingkungan sehat 1, 2, 3 kondisi lingkungan lingkungan sehat dan 2.1.2.Menjelaskan lingkungan tidak sehat 4, 5, 6 yang berpengaruh lingkungan tidak sehat 2.1.3.Membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan 7, 8, 9 terhadap kesehatan berdasarkan pengamatan lingkungan tidak sehat berdasarkan pengamatan dan upaya menjaga 2.2.Mendeskripsikan 2.2.1. Menjelaskan pengaruh kondisi lingkungan 10,11, 12 kesehatan lingkungan kondisi lingkungan yang sehat terhadap kesehatan berpengaruh terhadap 2.2.2. Menjelaskan pengaruh kondisi lingkungan 13,14, 15 kesehatan tidak sehat terhadap kesehatan Jumlah soal SK
KD
Tes
Tes adalah untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya objek atau subyek yang diteliti.8 Dalam tes ini peneliti akan mengukur kemampuan kognitifnya untuk memperoleh hasil belajar pada mata pelajaran IPA di kelas III SD N Gunungsaren. Tes yang digunakan peneliti yaitu tes pre-test dan post-test, yang akan dilakukan di kelas eksperimen (III B) dan kelas kontrol (III A). Observasi Observasi (observation) merupakan teknik pengumpulan data yang artinya mengumpulkan data atau menjaring data dengan melakukan pengamatan terhadap subyek dan atau obyek penelitian secara seksama (cermat dan teliti) dan sistematis.9 Dengan melakukan observasi ini maka peneliti akan melakukan pengamatan terhadap subyek penelitian (kelas III di SD N Gunungsaren) dengan cermat dan teliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data bagaimana proses pembelajaran di SD N Gunungsaren, dan juga untuk memperoleh data apakah peneliti melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dokumentasi Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hlm.266 Supardi, Metode Penelitian Ekonomi & Bisnis, (Yogyakarta, UII Press: 2005), hlm. 136 8
Indikator
Jumlah Soal 3 3 3 3 3 15 soal
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.10 Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan dokumentasi untuk mendapatkan data-data yang berkaitan deng an SD N Gunungsaren yang diperlukan peneliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data gambaran umum sekolah SD N Gunungsaren, nilai ulangan siswa, suasana kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan wawancara kepada guru. Dalam penelitian ini instrumen pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti yaitu sebagai berikut: Test
Tes yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini ada dua yaitu: pre-test dan post-test. Pre-test dilaksanakan pada awal pembelajaran dan post-test dilaksanakan pada akhir pembelajaran untuk evaluasi. Test ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas III yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Tabel 1 Kisi-kisi soal pre-test dan post-test yang akan disampaikan: Lembar Observasi Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam observasi yaitu lembar observasi. Lembar obser vasi digunakan untuk mencatat dan menilai bagaimana peneliti melakukan penelitian dengan mengajar mata pelajaran IPA, dengan
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hlm. 274
10
LITERASI, Volume VII, No. 1 Juni 2016
27
Sapta Indarsih
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) kelas III di SD N Gunungsaren dan menggunakan metode konvesional. Dalam penelitian ini lembar observasi ini diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dan yang diminta untuk mengisi lembar observasi adalah guru mata pelajaran IPA SD N Gunungsaren kelas III A adalah Ibu Ana Woro Naningtyas, S.Pd. SD dan III B Ibu Kasmiyati, S. Pd. Dokumentasi Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran di kelas saat pembelajaran IPA dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) diterapkan di kelompok eksperimen, dan juga akan digunakan untuk kelompok kontrol.Sedangkan dokumentasi ini juga digunakan untuk mengetahui data sekolah, seperti gambaran umum sekolah SD N Gunungsaren nilai ulangan siswa, dan lain-lain. Keabsahan Data Dalam keabsahan data ini peneliti menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji Validitas Uji validitas peneliti menggunakan validitas isi dan validitas kontruk. Validitas isi dilakukan dengan membandingkan antara isi instrument dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.11 Soal yang di validitas isi 25 soal, dan yang menjadi validator adalah dua dosen STIA Universitas Alma Ata, yaitu Ibu Laelatul Badriah, M.Pd dan Ibu Martalia Ardyaningrum, M.Pd. Validitas konstruk dilakukan di MI Ma’arif Kadipolo dan SD Muhammadiyah Bendo, dan penghitungannya dengan rumus product moment dengan bantuan SPSS 16. Dari 25 soal yang di uji coba di dua instansi sekolah tersebut didapatkan hasil 15 valid dan 10 tidak valid. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan Kuder Richardson, dengan hasil Sugiyono, Statistik untuk…, hlm. 353
11
28
LITERASI, Volume VII, No. 1 Juni 2016
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
������� 0,845 sedangkan nilai ������ 0,325. Maka dapat disimpulkan bahwa ������� lebih besar daripada ������, sehingga instrument test yang digunakan oleh peneliti dapat dikatakan reliabel. Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian pengolahan dan analisis data menggunakan uji prasyarat dan teknik analisis data. Uji prasyarat Uji prasyarat menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas Dalam perhitungan yang dilakukan peneliti dengan menggunakan kolmogorov dengan bantuan SPSS 16 maka didapatkan hasil nilai p kelas eksperimen = 0,012 dan p kelas kontrol = 0,032, jadi p < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa dua kelas tersebut dinyatakan tidak normal. Karena persyaratan data disebut normal jika probilitas atau p > 0,05 pada uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov.12 Uji homogenitan Untuk menguji homogenitas peneliti akan menggunakan rumus uji F, dengan taraf kesalahan sebesar 5%, rumus uji F. F diketahui dengan membagi antara varians terbesar dibagi varians terkecil. Ketentuan dari uji F ini bila harga ������� < atau = ������, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ho diterima artinya varians homogens.13 Hasil yang didapatkan adalah ������� 1,88 sedangkan ������ 1,99, ������ diketahui dengan cara dk pembilang = (27 – 1) dan dk penyebut = (22 – 1). Berdasarkan dk pembilang = 26 dan penyebut = 21, dengan taraf kesalahan ditetapkan = 5%, maka harga ������ = 1,99. Dalam hal ini berlaku ketentuan, bila harga ������� lebih kecil atau sama dengan ������ (��:��), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Ho diterima artinya varians homogen.14 Dalam perhitungan ini ������� < ������, 1,88 < 1,99, Triton, SPSS 13.0 Terapan Riset Parametik Statistik Terapan, (Yogyakarta, Andi Offset : 2006), hlm.79 13 Sugiyono, Statistik untuk…, hlm. 140-141 14 Ibid., hlm. 141 12
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan Ho diterima artinya varians homogen. Analisis Data Dalam teknik analisis data ini peneliti menggunakan hipotesis komparatif dua sampel yang tidak berpasangan atau independen. Jadi untuk menguji hipotesis yang 1 peneliti menggunakan uji Mann-Whitney U-Test, dengan bantuan SPSS 16. Dengan kaidah pengambilan keputusan jika nilai Exact Sig. (1-tailed) kurang dari atau sama dengan � (0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan jika Exact Sig. (1-tailed) lebih dari � (0,05) maka Ho dierima dan Ha ditolak.15 Untuk menguji hipotesis 2 menggunakan hasil belajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kaidah pengambilan keputusan jika nilai presentase ketuntasan siswa > 95% dari jumlah siswa maka Ho2 ditolak dan Ha2 diterima. Jika persentase ketuntasan siswa < 95 % dari jumlah siswa maka Ho2 diterima dan Ha2 diterima. Hipotesis statistik Hipotesis Statistik, dalam penelitian ini adalah: Ho1 : �11 = �21 Ha1 : �11 ≠ �21 Ho2 : �12 > �22 Ha2 : �12 < �22
Artinya: Ho 1 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan kelas yang konvesional. Ha1 : terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan kelas konvesional. Ho2 : Persentase ketuntasan siswa < 95 % dari jumlah siswa Ha2 : Persentase ketuntasan siswa ≥ 95 % dari jumlah siswa Wahid Sulaiman, Statistik Non-Parametrik Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS, (Yogyakarta, Andi Offset: 2005), hlm. 31 15
Sapta Indarsih
Keterangan: �11= hasil belajar siswa kelas III pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). �21= hasil belajar siswa kelas III pada pembelajaran IPA tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). �1 2 = presentase ketuntasan siswa di kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) atau di kelas konvesional. �2 2 = dari jumlah siswa di kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) atau di kelas konvesional. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan memberikan pembelajaran IPA sebanyak dua kali pertemuan untuk masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran IPA dilakukan sebagai treatment (perlakuan) pada masing-masing kelas yang telah ditentukan sebagai sampel. Selanjutnya dilakukan post-test untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa di kelas eksperimen dan kontrol. Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan suatu model pembelajaran yang mengelompokan siswa secara heterogen. Yang dimaksud heterogen adalah dalam membentuk kelompok harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa, jenis kelamin siswa, dan suku ras siswa kalau berbeda. Pada awal pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), peneliti menyampaikan materi pembelajaran tentang lingkungan. Setelah itu, dibentuk kelompok secara heterogen. Setelah dikelompokkan, peneliti memberikan nomor kepada seluruh anggota siswa, nomor yang diberikan itu berbeda-beda. Selanjutnya siswa mengerjakan soal atau mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan terakhir menjawab. Dengan pendampingan guru, siswa diminta untuk memahami setiap soal beserta jawabannya, dikarenakan setiap anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab. Berikut LITERASI, Volume VII, No. 1 Juni 2016
29
Sapta Indarsih
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
peneliti akan jabarkan hasil tes pada kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol: Tabel 2. Hasil Belajar IPA Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kelas Statistik Deskriptif
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Pretest Post-test Pretest Posttest
N 22 Median 88,5 Modus 87 Standar Deviasi 21,18 Rata-rata 86 Nilai ≥ KKM 75 19 Nilai < KKM 75 3
22 100 100 6,17 95 22 0
27 80 93 29,06 75 19 8
27 93 93 20,77 86 21 6
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa pada bagian nilai pre test sebanyak 19 siswa telah mencapai nilai di atas KKM dan sebanyak 3 siswa belum mencapai nilai KKM. Jika dipersentasekan, sebesar 13,64% belum mencapai KKM dan sebesar 83,36 % telah mencapai KKM. Sedangkan pada bagian kolom nilai post test dapat diketahui bahwa sebanyak 22 siswa telah mencapai KKM dan sebanyak 0 siswa belum mencapai KKM. Jika dipersentasekan sebesar 0% belum mencapai KKM dan sebesar 100% telah mencapai KKM. Sedangkan pada kelas kontrol dapat diketahui bahwa pada bagian nilai pre test sebanyak 19 siswa telah mencapai nilai di atas KKM dan sebanyak 8 siswa belum mencapai nilai KKM. Jika dipersentasekan sebesar 29,63% belum mencapai KKM dan sebesar 70,37 % telah mencapai KKM. Sedangkan pada bagian kolom nilai post test dapat diketahui bahwa sebanyak 21 siswa telah mencapai KKM dan sebanyak 6 siswa belum mencapai KKM. Jika dipresentasekan sebesar 22,22% belum mencapai KKM dan sebesar 77,78% telah mencapai KKM. Dari hasil instrument test yang peneliti ujikan didapatkan bahwa terjadi peningkatan hasil post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada awal pelaksanaan di kelas eksperimen terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata pre-test 86 dan rata-rata post-test 95, sedangkan untuk kelas kontrol terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata pre-test 75 dan rata-rata post-test 86.
Hasil Uji Mann-Whitney U-test Analisis data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian adalah uji Mann-Whitney U-test. Hal ini dikarenakan, hipotesis peneliti termasuk hipotesis komparatif dua sampel independen dan data yang diperoleh tidak berdistribusi normal. Hipotesis penelitian dengan menggunakan Uji Mann-Whitney U-test adalah sebagai berikut: Ho 1 : tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan kelas yang konvesional. Ha 1 : terdapat perbedaan hasil belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan kelas yang konvesional. Hasil uji Mann-Whitney U-test dengan menggunakan program SPSS 16 dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Mann-Whitney U-test Test Statisticsa hasil_belajar
Mann-Whitney U 203.000 Wilcoxon W 581.000 Z -1.985 Asymp. Sig. (2-tailed) .047 .046 Exact Sig. (2-tailed) Exact Sig. (1-tailed) .023 Point Probability .000 a. Grouping Variable: model_pembelajaran
Jika nilai Exact Sig. (1-tailed) kurang dari atau sama dengan �(0,05) maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima, dan jika Exact Sig. (1-tailed) lebih besar �(0,05) maka Ho1 dierima dan Ha1 ditolak.16 Dari tabel test statistics di atas didapatkan bahwa nilai Exact Sig. (1-tailed) adalah 0,023. Nilai Exact Sig. (1-tailed) = 0,023 kurang dari �(0,05) maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Jadi terdapat perbedaan hasil belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan kelas yang konvesional.
Wahid Sulaiman, Statistik Non-Parametrik… hlm. 31
16
30
LITERASI, Volume VII, No. 1 Juni 2016
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
Perbedaan Hasil Belajar IPA kelas III di SD N Gunungsaren antara Pembelajaran yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dengan Pembelajaran Model Konvensional. Berdasarkan pada uji Mann-Whitney U-test dengan program SPSS 16 diperoleh hasil nilai Exact Sig. (1-tailed) adalah 0,023, karena hasil tersebut lebih kecil dari 0,05 maka Ho1 ditolak dan Ha 1 diterima. Hal ini berdasarkan pada kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut, jika nilai Exact Sig. (1-tailed) kurang dari atau sama dengan � (0,05) maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima, dan jika Exact Sig. (1-tailed) lebih besar �(0,05) maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.17 Jadi terdapat perbedaan hasil belajar kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan kelas yang konvesional. Ini dilihat dari perolehan hasil belajar post-test dari kedua kelas tersebut, untuk kelas eksperimen bila presentasekan ada 100% siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan KKM, sedangkan kelas kontrol bila dipresentasikan 77,78% siswa yang memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan KKM. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yang mempengaruhi interaksi antara anggota kelompok dan juga antara kelompok. Adanya interaksi ini maka diharapkan siswa dapat aktif dalam berdiskusi dan juga aktif dalam menjawab pertanyaan.18 Adanya penomoran untuk menganti nama siswa sehingga peneliti atau temannya dapat memilih nomor tanpa mengetahui siapa pemilik nomor tersebut, ini dikarenakan ada banyaknya siswa di kelas tersebut dan juga nomor siswa tidak ditempel dikepala, nomor siswa hanya berupa kartu nomor kecil yang akan diingat oleh setiap siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) ini dihadirkan dengan soal-soal yang dikerjakan bersamasama dalam satu kelompok, sehingga peneliti mengharapkan siswa dapat mampu berdiskusi atau adanya interaksi antar siswa. Siswa yang belum
Sapta Indarsih
paham dapat bertanya dengan temannya yang paham, sehingga dapat menambah pemahaman setiap siswa dalam memahami materi yang ada di soal-soal. Setiap siswa diharapkan untuk memahami semua jawaban tersebut. Sehingga berfikir bersama dapat meningkatkan pemahaman siswa karena adanya diskusi kelompok, melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi pembelajaran, mengecek pemahaman siswa setelah materi pembelajaran sudah disampaikan, dan juga melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai pendapat teman dalam kelompok, dan lebih memotivasi siswa dalam belajar.19 Setelah siswa melakukan diskusi maka selanjutnya adalah menjawab soal, agar dapat memotivasi siswa untuk belajar. Dalam menjawab yang dipanggil adalah nomor siswanya, setiap siswa mempunyai peluang yang sama dalam menjawab pertanyaan, dalam pemanggilan nomor siswa ini dapat menyebabkan siswa aktif dalam menjawab, dan melatih siswa berani dalam menyampaikan pendapat dan berani bicara di depan kelas.20 Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa kelas III di SD N Gunungsaren Penelitian ini dikatakan efektif apabila memenuhi dua kriteria keefektifan yang telah ditentukan peneliti sebelumnya yaitu: 1. Nilai rata-rata siswa pada pembelajaran IPA di atas nilai KKM yaitu 75. Nilai rata-rata post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol sudah mendapatkan nilai ratarata di atas nilai KKM yaitu 75. Nilai rata-rata post-test kelas eksperimen 95 dan nilai rata-rata post-test kelas kontrol 86. 2. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal 95% dari jumlah siswa. Siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM minimal 95% dari jumlah siswa ini terdapat di kelas eksperimen. Kelas eksperimen pada post-test jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM bila dipresentasikan ada 100% Agus Awang Pamungkas, Pengaruh Strategi Cooperative…, hlm. 13 20 Ibid., hlm. 13 19
Ibid,. hlm.31 18 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran…, hlm. 82 17
LITERASI, Volume VII, No. 1 Juni 2016
31
Sapta Indarsih
dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM. Untuk kelas kontrol siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM bila dipresentasekan terdapat 77,78% dari jumlah siswa. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen atau kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) efektif digunakan pada mata pelajaran IPA di SD N Gunungsaren karena telah memenuhi dua kriteria kefektifan di atas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti memperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut: Terdapat perbedaan hasil belajar IPA kelas III di SD N Gunungsaren antara pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan pembelajaran model konvensional. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji Mann-Whitney U-Test. Hasil penelitian dengan menggunakan uji Mann-Whitney U-Test untuk post-test kelas eksperimen dan post-test kelas kontrol dengan nilai Exact Sig. (1-tailed) 0,023 < � (0,05), maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Terdapat efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III di SD N Gunungaren. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa terpenuhinya dua kriteria keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) di kelas eksperimen yaitu nilai rata-rata siswa pada pembelajaran IPA di atas nilai KKM yaitu 75 dan siswa yang mendapat nilai di atas KKM minimal 95% dari jumlah siswa. Nilai rata-rata yang didapatkan di kelas eksperimen 95 dan terdapat 100% siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM dari jumlah siswa. DAFTAR PUSTAKA Abbudin, Nata. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Achmad, Sugandi, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Press Agus Awang, Pamungkas. 2014. Pengaruh Strategi Cooperative Learning Tipe Numbered Head 32
LITERASI, Volume VII, No. 1 Juni 2016
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
Together (NHT) Terhadap MInat Belajar dan Prestasi Belajar pada Mata Pelajaran Ibadah SiswaKelas XI SMA Muhammadiyah Mlati Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Sunan Kalijaga, Skripsi Agus, Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajars Ahmad, Susanto. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Bambang, Marhiyanto, Syamsul, Arifin. 1999. Kamus Lengakap 165.000.000. Solo: Buana Raya Haryanto. 2004. Sains Untuk SD Kelas III. Jakarta: Erlangga Heri, Gunawan. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta Jamil, Suprihatining r um. 2013. Strategi Pembelajaran Teori & Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Junaedi, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Malang: LAPIS PGMI Listiani, Lina, dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1. Surabaya: LAPIS-PGMI Maestro. 2015. Ilmu Pengetahuan Alam Model Pembelajaran yang Meliputi Aspek Kompetensi Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan. Sukoharjo: CV Hasan Pratama Miftahul, Huda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Muhammad Thobroni, Arif Mustofa. 2011. Belajar & Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Nana, Syaodih Sukmadinata. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nasution. 2013. Metodologi Penelitian Naturalistik kualitatif. Bandung: Alfabeta. Ngalim, Purwanto. 2009. Ilmu Pendidikan dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Nur, Wahidah. 2013. Pengaruh Penerapan Metode Numbered Head Together (NHT) Terhadap
Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif
Minat dan Hasil Belajar IPA Biologi Siswa di MTs N Maguwoharjo. Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Skripsi. Parisa, Westa, dkk. 1980. Ensiklopedi Administrasi. Jakarta: H. Mas Agung. Poerwadaminta. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Robert E, Slavin. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Rusdi, Pohan. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Lanarka Publisher. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Grafindo Persada. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. -------------. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. -------------. 2013. Statistik Nonparametris. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Sapta Indarsih
Supardi. 2005. Metode Penelitian Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta: UII Press. Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Berkarakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. --------. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara. Triton. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Parametik Statistik Terapan. Yogyakarta: Andi Offset. Umar. 2014. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika Dengan Menggunakan Metode Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Siswa Kelas II Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Krendetan Kecamatan Bagelan Kabupaten Purworejo. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Sunan Kalijaga, Skripsi. Wahid, Sulaiman. 2005. Statistik Non-Parametrik Contoh Kasus dan Pemecahannya dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset Wina, Sanjaya. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
LITERASI, Volume VII, No. 1 Juni 2016
33