EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF Team Assisted Individualization (TAI) YANG DISERTAI PENYUSUNAN PETA KONSEP PADA PROSES PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA
SKRIPSI
Disusun Oleh: LATIF PURWANINGRUM K4302024
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar perfomansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 2004: 18). Dalam KBK lebih ditekankan pada adanya pencapaian kompetensi atau kemampuan ketrampilan yang diperoleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidikan tidak hanya ditekankan pada penguasaan materi, tetapi juga ditekankan pada penguasaan ketrampilan. Siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai, dan Learning to Know (pembelajaran untuk tahu) dan Learning to Do (pembelajaran untuk berbuat) harus dicapai dalam KBM. Dalam pengajaran KBK, rangkaian pengajaran yang mencakup prinsip dan ketrampilan merupakan hal-hal yang diharapkan sebagai hasil belajar, yang telah dirumuskan sebagai hasil belajar mengajar. Alat-alat dan pendekatan rancangan sistem pengajaran menuntut para guru agar pengajaran menyediakan suatu kondisi belajar bagi siswa yang kondusif, jadi prinsip-prinsip belajar merupakan petunjuk bagi guru dalam menata kondisi belajar yang efektif. Berpijak pada data empirik di SMA Negeri 2 Karanganyar menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam pemahaman konsep pada mata pelajaran Biologi belum memuaskan dalam artian hasil belajar rata-rata yang diperoleh masih berkisar pada nilai batas tuntas yaitu 60. Hal ini disebabkan konsep tersebut sulit untuk dipahami. Akibat yang dirasakan adalah tingkat pemahaman dan penguasaan konsep siswa tidak optimal. Nilai batas tuntas hanyalah batasan minimal yang berarti pencapaian terendah dengan kata lain pengusaan atau pemahaman masih rendah pula. Pembelajaran baru dapat dikatakan berhasil jika mampu melampaui batasan terendah secara signifikan. Upaya untuk mencapai target hasil belajar yang optimal itu dapat diupayakan melalui inovasi
pembelajaran yang mampu memberikan penguatan konsep yang maksimal kepada siswa. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi berupaya untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar dan sekaligus sebagai salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan. Namun perlu diketahui bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menangkap pelajaran dipengaruhi oteh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun faktor dari dalam siswa itu sendiri. Metode pengajaran yang baik hendaknya disesuaikan dengan karakteristik materi pokok yang akan disampaikan. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu metode pembelajaran
yang
diharapkan
dapat
digunakan
sebagai
sarana
untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan untuk siswa secara efektif. Penerapan metodemetode mengajar yang bervariasi akan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran. Berkaitan dengan semakin perlunya reformasi model pembelajaran dan mengingat pentingnya interaksi kooperatif tersebut, maka pembelajaran strategi pembelajaran koopeatif dalam pendidikan sangat penting. Pembelajaran koopeatif mempunyai syarat-syarat untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu, adanya perbedaan etnik/ras, bersifat heterogen, adanya rasa tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan dari salah satu anggota, maka salah seorang anggota tersebut harus membantu kelompoknya dengan melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil (Slavin,1995: 5), Maka perlu adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : diskusi, presentasi, debat pendapat dan sebagainya sehingga KBM yang berlangsung aktif dan siswa tidak cepat mengalami kebosanan. Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang diatur sehingga pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompok dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya. Adapun beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain : Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw,
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Teams Assisted Individualization (TAI). Salah satu metode yang digunakan peneliti adalah metode Teams Assisted Individualization (TAI).. Metode TAI merupakan metode pengajaran secara kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Pada pengajaran TAI. akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Metode
pengajaran
Teams
Assisted
Individualization
(TAI).dapat
diterapkan untuk materi yang ada kegiatan praktikumnya. Kesulitan pemahaman konsep-konsep awal yang berkaitan dengan materi dapat dipecahkan secara bersama-sama karena keberhasilan dari tiap individu ditentukan oleh kebehasilan kelompok. Pengajaran dengan metode TAI. dapat menghemat waktu presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif dan dititikberatkan pada keaktifan siswa. Metode TAI. sendiri dapat disertai dengan penyusunan peta konsep untuk pemahaman konsep bagi siswa. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri dari dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Sejumah konsep yang sama dapat tersusun dengan hierarki. Setiap peta konsep memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya. Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas maka dilakukan penelitian dengan judul: " EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF Team Assisted Individualization
(TAI) YANG DISERTAI PENYUSUNAN
PETA KONSEP PADA PROSES PEMBELAJARAN
BIOTEKNOLOGI
TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA”
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran di SMP N 2 Karanganyar masih menggunakan metode konvensional yang selama ini dinilai kurang sesuai maka perlu digunakan metode pembelajaran lain. 2. Guru kurang mengoptimalkan sarana dan prasarana dalam proses kegiatan belajar mengajar karena hanya berorientasi pada aspek kognitif. 3. Pemahaman konsep siswa terhadap mata pelajaran biologi masih rendah dilihat dari nilai rata-rata siswa yang masih berkisar pada nilai batas tuntas.
C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai dan agar tepat sasaran, serta adanya keterbatasan pada penelitian ini maka tidak memungkinkan semua masalah diteliti. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan
identifikasi
masalah,
maka
pengkajian
dan
pembatasan
masalah
dititikberatkan pada : 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas X SMA N 2 Karanganyar semester genap tahun 2006/2007. 2. Obyek Penelitian. a.
Materi Pokok Materi yang dipelajari adalah pokok bahasan Bioteknologi.
b.
Metode Pembelajaran Metode pembelajaran TAI . Metode TAI adalah metode pengajaran secara kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu beperan sebagai asisten yang bertugas menbantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok.
Dalam pembelajaran ini juga disertai
penyusunan peta konsep oleh siswa dan guru.
Peta konsep memiliki
pengertian menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsepkonsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Bentuk penyusunan peta konsep adalah pohon jaringan. Metode pembandingnya adalah metode konvensional. c.
Hasil Belajar Biologi. Hasil belajar biologi yang dibatasi pada materi pokok bahasan Bioteknologi adalah penilaian hasil belajar ranah kognitif yang meliputi C1 sampai C6 (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi). Penilaian ranah afektif meliputi A1 sampai A5 (memperhatikan, merespon, menghayati nilai, mengorganisasi, dan perangkat nilai) disusun dalam bentuk angket Sumarsih (2007). Penilaian ranah psikomotor meliputi P1 sampai P6 (persepsi, set, respon terbimbing, respon mekanistik, dan respon kompleks) disusun dalam bentuk lembar observasi Anita Wulandari (2007)
D. Perumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan penggunaan metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan metode konvensional terhadap hasil belajar Biologi materi Bioteknologi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2006/2007 ? 2. Apakah metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep efektif digunakan dalam pembelajaran Biologi materi Bioteknologi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2006/2007?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui
adanya
pengaruh
model
pembelajaran
Team
Assisted
Individualization (TAI) yang disertai penyusunan peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar semester genap tahun ajaran 2006/2007.
2. Mengetahui model pembelajaran
yang paling efektif
antara model
pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yang disertai penyusunan peta konsep dan metode konvensional terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar semester genap tahun ajaran 2006/2007.
F. Manfaat Penelitian Dan hasil penelitian ini maka diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi belajar mengajar. 2. Bagi Calon Guru Hasil penelitian ini bermanfaat dalam mempersiapkan diri untuk memilih metode pembelajaran yang tepat. 3. Bagi Siswa Untuk memotivasi belajar memecahkan permasalahan secara kooperatif dan sikap menghargai sesama teman. 4. Dinas Terkait Sebagai bahan pertimbangan upaya perbaikan KBM sehingga mata pelajaran biologi meningkat.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan (Sobry Sutikno M, 2004 : 15). Menurut Dahlan dalam Sobry Sutikno M. (2004:15), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan penbelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Dalam pembelajaran kooperatif, kerja sama merupakan hal yang sangat penting. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur yang membedakan antara pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Saling ketergantungan positif (positive dependence) Tiap anggota kelompok harus ikut serta dalam kegiatan kelompoknya untuk mencapai tujuan kelompok. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.
b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) Setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. c. Interaksi tatap muka antar siswa (face to face interaction) Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja. d. Ketrampilan berinteraksi antar individu dengan kelompok (interpersonal and group skill) Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. e. Evaluasi proses kelompok (group processing) Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru agar siswa selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik. Urutan langkah-langkah kegiatan guru menurut metode pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997:113) adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Fase Fase 1. Menjelaskan tujuan-tujuan dan menetapkan materi. Fase 2. Menyajikan materi.
Kegiatan Guru Guru menjelaskan tujuan-tujuan pelajaran dan menetapkan materi belajar. Guru menyajikan materi kepada siswa baik lisan maupun teks.
Fase 3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu kelompok membuat perubahan yang efisien
Fase 4. Mendampingi kelompok
Guru mendampingi kelompok belajar
bekerja dan belajar. Fase 5. Tes dengan soal-soal
mengerjakan pekerjaanya Guru mengetes pengetahuan soal-soal pelajaran atau kelompok menyajikan hasil kerjanya.
Fase 6. Memberi penghargaan
Guru
menemukan
menghargai
secara
jalan
untuk
individu
dan
kelompok atas usaha dan prestasinya
Menurut Robert E. Slavin (1995 : 2-3), keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena ada 5 prinsip, yaitu: a. Adanya sumbangan dari ketua kelompok Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberi sumbangan pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompoknya adalah seseorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lainnya. Dalam hal ini anggota kelompok diharapkan dapat memperhatikan, mempelajari informasi atau penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada anggota kelompok yang marasa belum jelas, walaupun tugas ini juga bisa dilakukan oleh anggota kelompok lain. b. Keheterogenan kelompok Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota kelompok yang heterogen, baik dalam jenis kelamin, latar belakahg sosial, ataupun tingkat kecerdasannya. c. Ketergantungan pribadi yang positif Setiap anggota kelompok, belajar untuk berkembang dan bekerja sama satu sama lain. Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya sendiri terlebih dahulu sebelum mereka bekerja sama dengan temannya.
d. Ketrampilan bekerja sama Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang dibutuhkan tersebut adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompoknya. e. Otonomi kelompok Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa nama kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah setelah melewati tahap kegiatan kelompok maka mereka. akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok yang lain. Di dalam metode belajar kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu sama lainnya, berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa dapat bekerja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini akan menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berfikir untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha unluk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya poses belajar mengajar. Kalau belajat dikatakan milik siswa maka mengajar merupakan kegiatan yang dimiliki oleh guru. Pengertian mengajar semula adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Namun dengan definisi di atas kegiatan belajar mengajar jadi bersifat teacher centered. Untuk menyikapi fenomena itu kemudian dibuat definisi mengajar yang lebih luas yaitu sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Mengajar merupakan kegiatan memgorganisasikan proses belajar. Seorang guru harus mampu menjadi organisator yang'baik. Secara makro guru dituntut untuk dapat mengorganisasikan komponen-konponen yang terlibat dalam proses
belajar mengajar, sehingga diharapkan terjadi proses pengajaran
yang
optimal.(Sardiman, 1994: 50). Metode kerja kelompok sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Kerja kelompok telah banyak diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Akhirakhir ini metode kerja kelompok mengalami kemajuan yang sangat pesat berhubungan dengan ditemukannya inovasi-inovasi baru dalam metode kerja kelompok. Slavin (1995:5) memperkenalkan 5 macam metode mengajar yang menggunakan metode kerja kelompok: a. Student Team Achievement Division (STAD) b. Team Game Tournament (TGT) c. Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) d. Team Assisted Individualization (TAI) e. Jigsaw 2 a. Metode Team Assisted Individualization (TAI) Metode
pengajaran
TAI
adalah
suatu
metode
pengajaran
yang
dikemukakan oleh Slavin (1995). "Team Assisted Individualization" dapat diterjemahkan sebagai kelompok yang dibantu secara individual atau kelompok di mana ada seorang asisten yang membantu secara individual. Metode pengajaran TAI ini merupakan teori belajar konstruktivisme dan teori belajar kognitif. Jadi, metode TAI merupakan metode pengajaran secara kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu beperan sebagai asisten yang bertugas menbantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Pada pengajaran TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Secara umum TAI terdiri dari delapan komponen utama, yaitu:
1)
Kelompok / Tim
Peserta didik dalam pengajaran TAI terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang mewakili bagiannya dari kelas dalam menjalankan aktivitas akademik. Jenis kelamin, dan suku atau etnik. Fungsi utama dari tim adalah membentuk semua tim agar mengingat materi yang telah diberikan dan lebih memahami yang telah diajarkan yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja sehingga bisa mengerjakan dengan baik. Dalam hal ini biasanya siswa menggunakan cara pembelajaran diskusi tentang masalah-masalah yang ada, membandingkan soal yang ada, dan mengoreksi beberapa miskonsepsi jika dalam tim mengalami kesalahan. Semuanya tersebut dilakukan setelah presentasi awal dari guru dan pemberian lembar kerja. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada anggota yang telah ditunjuk sebagai ketua atau anggota yang telah ditunjuk sebagai ketua anggota lain yang lebih tahu. 2)
Tes Pengelompokan
Siswa-siswa diberi tes awal program pengajaran. Hasil dari tes awal digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan point yang mereka peroleh. 3)
Materi Kurikulum
Pada proses pengajaran harus disesuaikari dengan materi yang terdapat pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan masalah untuk penguasaan materi. 4)
Kelompok Belajar
Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa dalam kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan lembar kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru meminta penjelasan dari guru. 5)
Penilaian dan Pengakuan Tim
Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat/penghargaan tertentu atau sejenisnya jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan.
6)
Mengajar Kelompok
Materi yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru menjelaskan materi pada kelompok tersebut. Pada saat guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual maupun secara kelompok dengan kebebasan tetapi bertanggung jawab. Keaktifan siswa sangat diutamakan pada pembelajaran TAI. 7)
Lembar Kerja
Pada setiap materi pokok diberikan lembar kerja secara individual untuk memahami pemahaman individu, bahan atau materi dapat berupa ringkasan materi yang dipelajari di rumah kemudian pertemuan selanjutnya dikerjakan. 8)
Mengajar Seluruh Kelas
Setelah akhir pengajaran tentang materi pokok suatu materi, guru menghentikan program pengelombokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. pada akhir pengajaran diberikan kesimpulan dari materi (Slavin, 1995 : 102-104). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAl, dalam pelaksanaannya terbagi dalam: 1) Pengelompokan Sebelum pengajaran TAI dilaksanakan suatu tes awal (tes kemampuan awal) yang menyangkut tentang konsep-konsep yang akan diajarkan. Tes awal ini berguna untuk pembentukan kelompok agar penyebaran siswa berdasarkan point yang didapat pada tes awal tersebar secara homogen. Selain itu dalam tes awal ini dapat digunakan untuk menunjuk ketua atau asisten yang memimpin suatu kelompok. Dalam proses pengelompokan juga didasarkan pada prestasi belajar sebelumnya, dalam hal ihi nilai ulangan harian materi pokok sebelumnya. 2) Tahap Penyajian Materi Pelajaran Pada tahap ini bahan-bahan atau materi pelajaran diperkenalkan melalui penyajian kelas. Pada penyajian materi ini dilakukan melalui: a) Pengajaran kelompok Jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami dalam suatu kelompok maka kelompok tersebut dapat meminta guru menjelaskan materi yang
belum dipahami tersebut, sedangkan kelompok yang lain yang sudah paham dapat melanjutkan pekerjaannya. b) Pengajaran Seluruh Kelas Pengajaran ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Guru menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting. Dalam pembelajaran, keaktifan siswa sangat diharapkan melalui latihan pengajaran. c) Kegiatan Kelompok Setelah terbagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing individu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja pada guru mereka. Meraka bekerja satu tim, jika terdapat kesulitan dipecahkan secara bersama-sama dengan kelompoknya. Setelah selesai mengerjakan secara mandiri kemudian saling mencocokkan dengan teman sekelompoknya. Paket soal yang terdapat di LKS diberikan menurut tingkat kesukaran soal, diurutkan dari soal yang mudah dilanjutkan ke soal yang sukar dan juga sesuai dengan urutan materi, dari materi yang mudah dilanjutkan ke materi yang sulit. Setelah paket soal selesai dikerjakan maka dicocokkan dengan kelompok lain untuk mengukur keberhasilan dari kelompok untuk kemudian diberikan nilai oleh guru. Slavin (1995: 101-102) menyatakan bahwa pembelajaran koperatif tipe TAI mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut: 1) Guru akan terlibat secara minimal dalam pengaturan dan pengecekan rutin 2) Guru akan menggunakan paling sedikit separuh waktunya mengajar dalam kelompok-kelompok kecil. 3) Pelaksanan program baik untuk guru atau siswa cukup sederhana 4) Siswa akan termotivasi pada hasil secara teliti dan cepat 5) Para siswa dapat mengecek pekerjaan satu sama lain 6) Mengurangi perilaku yang mengganggu 7) Mengurangi konflik antar pribadi 8) Program ini sangat membentu siswa yang lemah. 9) Menimbulkan sikap positif siswa. Di samping kelebihan tersebut, pembelajaran kooperatif tipe TAI juga terdapat kekurangan-kekurangan antara lain, dibutuhkan biaya yang besar dan
waktu yang lama untuk pembuatan dan pengembangan perangkat pembelajaran. Apabila siswa dalam kelas cukup besar, maka guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing siswa yang membutuhkan bimbingan, sehingga diperlukan beberapa guru dalam pelaksanan pembelajaran tersebut.
b. Peta Konsep 1) Pengertian Peta Konsep Menurut Oemar Hamalik (2003: 162)” Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.Konsep-konsep tidak terlalu kongruen dengan pengalaman pribadi kita tetapi menyajikan usaha-usaha manusia untuk mengklasifikasikan pengalaman kita. Konsep adalah suatu yang sangat luas”. Konsep bersifat abstrak dan universal. Menurut Arends (1997: 288), konsep merupakan sarana seseorang dalam mengklasifikasikan suatu objek dan jaringan pemikiran (ide) untuk menentukan prinsip dan aturan, dan semua itu merupakan pondasi dari bagaimana jaringan pemikiran atau ide dapat tersusun, guna menuntun seseorang dalam berpikir. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada aneka objek dalam lingkungan fisik. Sedangkan konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbeda ( W.S. Winkel, 2005: 113). Pengetahuan seseorang mengungkapkan suatu pengertian atau kesadaran akan objek, kejadian, dan ide. Pemikiran yang ada dalam otak perlu diungkapkan dalam skema pemikiran ataupun kerangka pemikiran seseorang akan sesuatu hal, salah satu cara adalah dengan menuliskan skema pemikirannya dalam suatu peta konsep (concept mapping). Ausebel dalam bukunya yang berjudul Educational Phsycologi A Cognitif View menyatakan bahwa “The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertainthis and teach him accordingly”. Pernyataan tersebut kurang lebih bermakna : faktor paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini
dajarilah ia demikian (Ratna Wilis Dahar, 1989: 117). Bertolak dari kenyataan Ausebel tersebut, Novak (1985) dalam bukunya Learning How To Learn dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 122) mengemukakan suatu gagasan yang dapat membantu guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui siswa dengan pertolongan peta konsep atau pemetaan konsep. Menurut Martinis Yamin (2006: 118) “Peta konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi”. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsepkonsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic. Dalam kata yang kita buat terdiri dari satu kata yang dapat dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk proposisi. Menurut Novak dan Gowin (Paul Suparno,1997: 56) “ Peta konsep adalah suatu bagan skematis untuk menggambarkan suatu rangkaian pernyataan”. Pada peta konsep, konsep yang lebih inklusif diletakkan di atas konsep yang kurang inklusif kemudian dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep yang lebih khusus ditempatkan dibawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata penghubung. Konsep yang inklusif dapat dihubungkan dengan beberapa konsep yang kurang inklusif. Konsep yang paling inklusif diletakkan pada puncak pohon konsep (Rusmansyah, 2003). Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Belajar bermakna terjadi bila siswa bila siswa menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui konsep, perubahan konsep yang telah ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah dipunyai siswa yang akan tertuang dalam peta konsep.
2) Ciri-ciri Peta Konsep Menurut Martinis Yamin (2006: 125) ciri-ciri peta konsep adalah a) Peta konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau proposisi-proposisi suatu bidang studi agar lebih jelas dan bermakna. b) Peta konsep merupakan suatu gambar yang berbentuk dua dimensi dari suatu bidang studi, atau bagian dari bidang studi yang memperlihatkan tata hubungan antara konsep-konsep. Di samping itu juga
memperlihatkan bentuk belajar kebermaknaan dibanding dari cara belajar bentuk lain dengan tidak memperlihatkan hubungan-hubungan konsep. Peta konsep memperlihatkan hubungan konsep satu dengan yang lain. c) Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dapat berbentuk aliran, air, cabang pohon, urutan-urutan kronologis dan lain sebagainya. d) Peta konsep berbentuk hirarkis, manakala suatu konsep di bawahnya terdapat beberapa konsep, maka konsep itu akan lebih terurai secara jelas sehingga apapun yang berkaitan dengan konsep tersebut akan timbul seperti; fungsi, bentuk, contoh, tempat dan sebagainya. 3) Cara Membuat Peta Konsep Pembuatan peta konsep dilakukan dengan menbuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain (Trianto 2007: 160). Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasikan ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Menurut Trianto (2007: 160), langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut : memilih suatu bahan bacaan, menentukan konsep-konsep yang relevan, mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif, menyusun konsep-konsep tersebut dalalm bagan, konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung. Dalam proses belajar dengan strategi peta konsep dilaksanakan diskusi kelompok, sehingga ide-ide yang terkumpul dalam diskusi dapat dituangkan dalam peta konsep. Belajar dengan diskusi kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group/ kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut. Menurut Moedjiono dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001), “Metode kerja kelompok adalah format belajar mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama”. Peta konsep menggambarkan jalinan antarkonsep yag dibahas dalam bab yang bersangkutan yaitu materi bioteknologi. Konsep dinyatakan dalam bentuk
istilah atau label konsep. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan katakata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung. Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan kata lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain. Pada peta konsep, konsep yang lebih inklusif diletakkan diatas konsep yang kurang inklusif kemudian dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep yang lebih khusus ditempatkan dibawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata penghubung. konsep yang paling inklusif diletakkan pada puncak pohon konsep. Konsep ini disebut kunci konsep. Konsep pada jalur yang satu dapat dihubungkan dengan konsep pada jalur yang lain dengan kata penghubung. Hubungan ini disebut dengan ikatan silang. Ikatan silang menunjukkan keterpaduan antarjalur pengembangan konsep dalam satu bahasan yang disebut penyesuaian integratif. 4) Macam-macam Peta Konsep Menurut Nur (2000) dalam Trianto (2007 : 161-165), peta konsep ada empat macam yaitu : a) Pohon Jaringan Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain pada garis-garis penghubung. Kata–kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. b) Rantai Kejadian Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses.
Dalam membuat rantai kejadian, pertama-tama temukan satu
kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal, kemudian temukan kejadian berikutnyadalam rantai itu dan lanjutkan sampai mencapai hasil. c) Peta Konsep Siklus Rangkaian kejadian tidak menghasilkan hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan
kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya. d) Peta Konsep Laba-Laba Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah pendapat
ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat
memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak ide-ide ini yang berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. 5) Manfaat Peta Konsep (Gawith,1998; Bruce,et al,1993; Sia. A.P,1995) yang dikutip dalam Rusmansyah (2007).
Dalam pembelajaran, penggunaan peta konsep dapat
memberikan manfaat yaitu : 1) Bagi guru a) Membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang lebih
sederhana,
merencanakan dan
memulai suatu topik
pembelajaran, serta mengolah kata kunci yang akan digunakan dalam pembelajaran b) Membantu untuk mengingat kembali dan merevisi konsep pembelajaran, membuat pola catatan kerja dan belajar yang sangat baik untuk keperluan presentasi c) Membantu untuk mendiagnosa apa yang telah diketahui para siswa dalam bentuk struktur yang mereka bangun dalam bentuk kata-kata d) Membantu untuk mengetahui adanya miskonsepsi
dari para siswa,
contohnya dari ujian akan tergambar kemampuan siswa mengolah idenya dalam bentuk grafik ataupun penggunaan visual yang representatif e) Membantu untuk mengecek pemahaman siswa akan konsep yang akan dipelajari, dimana peta konsep yang dibuat siswa benar atau masih salah f) Membantu untuk memperbaiki kesalahan konsep yang diterima siswa sebagai dasar untuk pembelajaran selanjutnya sehingga akhirnya efektif untuk merubah kesalahan konsep yang diterima siswa
g) Membantu
untuk
merencanakan
instruksional
pembelajaran
dan
evaluasinya ataupun untuk mengukur keberhasilan tujuan instruksional pembelajaran 2) Bagi siswa a) Membantu
untuk
mengidentifikasi
kunci
konsep,
menaksir/memperkirakan hubungan pemahaman dan membantu dalam pembelajaran lebih lanjut b) Membantu membuat susunan konsep pelajaran menjadi lebih baik sehingga mudah untuk keperluan ujian c) Membantu menyediakan sebuah pemikiran untuk menghubungkan konsep pembelajaran d) Membantu untuk berpikir lebih dalam dengan ide siswa dan menjadikan para siswa mengerti benar akan pengetahuan yang diperolehnya e) Mengklarifikasi ide yang telah diperoleh siswa tentang sesuatu dalam bentuk kata-kata f) Membuat suatu struktur pemahaman dari bagaimana semua fakta-fakta (fakta baru dan eksis) dihubungkan dengan pengetahuan berikutnya g) Belajar bagaimana mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke
dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk
pemahaman yang baik dan menuliskannya dengan benar. Dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran maka dapat diperkirakan kedalaman dan keluasan konsep yang perlu diajarkan kepada siswa. Kaitan konsep yang satu dengan yang lain bagi siswa merupakan hal yang terpenting dalam belajar, sehingga apa yang dipelajari oleh siswa akan lebih bermakna, lebih mudah diingat dan lebih mudah dipahami, diolah serta dikeluarkan kembali bila diperlukan.
c.
Metode Konvensional atau Ceramah
Metode konvensional merupakan suatu teknik pengajaran yang biasa digunakan oleh suatu sekolah. Tiap-tiap sekolah mempunyai karakteristik metode pengajaran tersendiri dalam penyampaian materi. Hal ini dipengaruhi oleh
berbagai hal, baik dari pengajar, siswa ataupun lingkungan dari sekolah. Metode ini sejak dulu sering dipakai dan paling banyak digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Metode konvensional ini di sekolah yang masih banyak digunakan adalah ceramah. Berdasarkan
Kamus
Bahasa
Indonesia
dinyatakan
bahwa
kata
konvensional mempunyai arti sama dengan tradisional. Menurut Syaiful Bahri Jamarah (2006: 97) bahwa metode ceramah adalah cara penyajian yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelaan lisan secara langsung kepada siswa. Roestiyah N.K (1991: 137) berpendapat bahwa “metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan informasi atau uraian tentang persoalan serta masalah secara lisan. Metode ceramah ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta. Pada akhir tatap muka dilakukan tanya jawab. Margono (1998) menyatakan: "Pengajaran klasikal atau pembelajaran tradisional adalah pengajaran yang kita kenal sehari-hari di mana guru mengajar sejumlah siswa dalam suatu ruangan dan mempunyai tingkat kemampuan tertentu." Dalam hal ini kelas disusun berdasarkan asumsi bahwa siswa mempunyai kesamaan dalam minat, kepentingan, kecakapan dan kecepatan belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode konvensional atau ceramah merupakan metode di mana guru mengajar dengan jalan memberikan informasi dan pengetahuan secara lisan berupa penjelasan, konsep, prinsip dan fakta kepada peserta didik yang umumnya pasif untuk mencapai tujuan pengajaran. Banyak pendapat mengatakan bahwa metode ceramah atau metode konvensional merupakan metode klasik, namun masih banyak digunakan hingga sekarang bahkan metode ini paling banyak digunakan. Hal ini dapat dimaklumi karena ceramah paling mudah dilakukan oleh guru, apalagi karena guru sudah terbiasa dan umumnya belum merasa puas serta belum merasa mengajar apabila belum banyak berceramah. Demikian pula siswa, karena telah terbiasa belajar
dengan mendengarkan penjelasan guru atau ceramah, maka merasa tidak puas dan terasa belum belajar kalau belum ada ceramah dari guru. Metode ceramah ini juga mempunyai keterbatasan yang dapat menjadi kendala dalam proses pembelajaran, antara lain: a. Keberhasilan siswa tidak terukur b. Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur c. Peran siswa dalam pembelajaran rendah d. Materi kurang terfokus e. Pembicaraan sering melantur Dalam pelaksanannya, metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan yang diungkapkan oleh Syaiful bahri Jamarah (2006: 97) sebagai berikut: a. Kelebihan metode ceramah 1)
Guru mudah menguasai kelas
2)
Mudah mengorganisasikan kelas/ tempat duduk
3)
Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
4)
Mudah mempersiapkan dan melaksanakan
5)
Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
b.
Kekurangan metode ceramah
1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) 2) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap dari sisi auditnya dapat lebih besar menerimanya. 3) Bila selalu digunakan dan terlalu, akan membosankan 4) Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik 5) Meenyebabkan anak didik menjadi pasif.
2. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, biasa dinyatakan dengan nilai-nilai yang diperoleh melalui tes
formatif. Tes formatif diperoleh melalui ujian formatif yang memuat sebagaian bahan pelajaran untuk mencapai sebagaian hasil belajar. Bidang hasil belajar dalam penilaian tes formatif itu misalnya adalah ulangan harian, tes sisipan 1, tes sisipan 2, yang isinya merupakan sebagaian dari bahan pelajaran.(Masidjo. 1995: 25). Menurut Suharsimi Arikunto (1995:36), dewasa ini dikenal tiga ranah perilaku yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan instrument penilaian. Tiga ranah perilaku tersebut adalah ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. a. Ranah Kognitif (Pengetahuan / Pemahaman) Ranah ini menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom (1956) dalam Pophan (2003: 63) menyatakan tingkatan-tingkatan dalam ranah ini adalah: 1) Pengetahuan, Pengetahuan mencakup ingatan tentang hal-hal khusus, atau hal-hal yang umum tentang metode-metode dan proses-proses. Harus diperhatikan bahwa ciri pokok ranah ini adalah ingatan. 2) Pemahaman Taraf ini mencakup bentuk pengertian yang paling rendah. Taraf ini berhubungan dengan sejenis pemahaman yang menunjukkan bahwa siswa mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan. 3) Penerapan (Aplikasi) Aplikasi mencakup digunakannya abstraksi dalam situasi yang khusus dan kongkret. Abstraksi yang digunakan dapat prosedur, gagasan umum, atau metode yang digeneralisasikan. 4) Analisis (Pengkajian) Analisis mencakup penguraian suatu ide-ide ke dalam unsur-unsur pokoknya, sedemikian hierarki menjadi jelas. 5) Sintesis Sintesis mencakup kemampuan menyatukan unsur-unsur dan bagianbagian sehingga merupakan suatu keseluruhan.
6) Evaluasi. Menyangkut penilaian bahan dan metode untuk mencapai tujuan tertentu. b. Ranah Afektif Menurut Oemar Hamalik (2002: 81.) ranah afektif adalah sikap, perasaan, dan
karakteristik
moral
yang
merupakan
aspek-aspek
penting
dalam
perkembangan siswa. Menurut Pophan (2003: 63) ranah ini dibagi daiam lima tingkatan, yaitu: 1) Memperhatikan Memperhatikan ini mengenai kepekaan terhadap fenomena-fenomena dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untuk menerima atau memperhatikan. 2) Merespons Siswa sudah memiliki motivasi yang cukup sehingga ia bukan saja "mau memperhatikan", melainkan sudah memberikan respon. 3) Menghayati nilai Dalam tingkatan ini tampak bahwa siswa sudah menghayati nilai tertentu. 4) Mengorganisasikan Dalam mempelajari nilai-nilai, siswa-siswa menghadapi situasi yang berhubungan lebih dari satu nilai. Karena itu siswa perlu mengorganisasikan nilai-nilai menjadi suatu sistem. 5) Memperhatikan atau perangkat nilai Pada taksonomi afektif tertinggi ini siswa telah mendarahdagingkan nilai-nilai sedemikian rupa sehingga dalam prakteknya ia sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau perangkat nilai tersebut. c. Ranah Psikomotorik Ringkasan sistem taksonomi untuk segi psikomotorik dikemukakan oleh Simpson dalam Pophan (2003: 32) sebagai berikut: 1) Persepsi Langkah pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah menyadari obyek. Sifat atau hubungan-hubungan melalui indra.
2) Set Kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau untuk bereaksi tehadap suatu kejadian menurut cara tertentu. Ada tiga aspek, yaitu: a) Aspek intelektual b) Aspek fisis c) Aspek emosional 3) Respon terbimbing Respon inilah tingkat permulaan dalam mengembangkan ketrampilan motoris. Yang ditekankan adalah kemampuan-kemampuan yang merupakan bagian dari ketrampilan yang lebih kompleks. 4) Respon mekanistik. Pada taraf ini siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. 5) Respon kompleks. Pada taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris yang boleh dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks (Pophan et all, 2003: 64).
a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengauhi hasil belajar banyak sekali, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Ngalim Purwanto (1990: 101) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya belajar adalah: Faktor kematangan, kecerdasan, latihan, keadaan rumah tangga, guru dan cara atau metode yang digunakan dalam mengajar, alat-alat yang digunakan, lingkungan dan motivasi sosial. Faktor tersebut perlu dikondisikan dengan benar agar siswa dapat memberikan prestasi belajar yang baik. Seorang guru harus mampu membangkitkan semangat siswa untuk mengerahkan seluruh kemampuannya pada saat proses belajar sedang berlangsung. Jika faktor ini diperhatikan dengan baik maka besar kemungkinan harapan bahwa siswa dapat menunjukkan prestasi belajar yang baik dan menggembirakan.
b. Fungsi Penilaian Belajar. Hasil penilaian proses belajar akan memperlihatkan sejauh mana prestasi belajar siswa. Menurut Muhibin Syah (2004; 142) Evaluasi belajar mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: a. b. c. d. e.
Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku rapor; Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan; Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching atau pengajaran perbaikan; Sumber daya BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan; Bahan pertimbangan dan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat belajar mengajar. Sementara itu Cronbach dalam Oemar Hamalik (2002: 204) menyatakan
bahwa: Fungsi penilaian bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar siswa, tetapi sangat luas, diantaranya adalah: 1. Membantu siswa untuk merealisasikan dirinya untuk mengubah perilakunya; 2. Membantu siswa mendapatkan kepuasan terhadap apa yang dilakukannya; 3. Membantu guru untuk mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat; 4. Membantu guru untuk membuat pertimbangan administrasi. Beberapa fungsi penilaian di atas mampu memberikan gambaran kepada siswa dan guru maupun orang tua mengenai hasil belajar yang telah dicapai siswa. Oleh karena itu siswa diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar di rumah maupun di sekolah, sedangkan bagi guru dan orang tua agar lebih mengarahkan anaknya untuk belajar lebih banyak melalui motivasi dan bimbingannya. c. Pengukuran Hasil Belajar Dalam pengukuran hasil belajar atau evaluasi, dibutuhkan suatu alat pengukur hasil tersebut. Menurut Slameto (2003:29) ada dua teknik penilaian yaitu:
1) Tes Tes sudah ada distandarisasikan atau sudah dibakukan, artinya mengalami proses kesahihan atau validitas dan keandalan atau reliabilitas untuk suatu tujuan. Menurut Sumadi Suryabrata (1997: 327): Suatu tes adalah reliable apabila tes itu mempunyai keajegan hasil atau konsistensi. Artinya tes itu sama dengan dirinya sendiri. Jika suatu tes itu diberikan pada sekelompok subyek yang sama atau hampir sama, maka tes tersebut mempunyai rcliabilitas yang tinggi. Jenis tes terdiri dari tiga bentuk yaitu: a). Tes lisan b). Tes tulis c). Tes tindakan Jenis tes tersebut biasanya digunakan untuk menilai isi proses belajar mengajar, misalnya aspek pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan pemahaman terhadap pelajaran yang telah diberikan oleh guru. 2) Non Tes Menurut Slameto (2003: 30) alat-alat khusus untuk melaksanakan teknik non tes ini dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, hasil karya/laporan, karangan dan skala sikap. Menurut Muhibin Syah (1995: 54), mengukur keberhasilan siswa dengan berdimensi kognitif atau ranah cipta dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan cara tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Sedangkan dalam penyusunan instrument tes prestasi siswa yang berdimensi afektif atau ranah rasa, jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi harus mendapat perhatian yang khusus. Alasannya, karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak dalam mengendalikan sikap dan perbuatan siswa. Dalam ranah rasa yang dicari bukan benar atau salah, melainkan sikap atau kecenderungan untuk setuju atau tidak setuju. Jadi tidak sama dengan evaluasi ranah cipta yang secara prinsip bertujuan mengungkapkan kemampuan akal dengan salah dan benar. Alat penilaian afektif ini berbentuk non tes. Ada dua hal yang penting untuk diukur dalam ranah afektif, yang pertama yaitu kompetensi afektif dan yang kedua adalah sikap serta minat terhadap suatu pelajaran.
Sedangkan untuk ranah psikomotor dapat dilakukan dengan cara observasi tentang ketrampilan siswa dan gerak gerik siswa dalam mengikuti pelajaran serta kemampuan siswa dalam menerapkan keahliannya. Dalam aspek psikomotorik ini dapat dilihat dari kegiatan siswa seperti memilih, menirukan, meragakan, menyusun, merangkai, menggunakan, memperbaiki dan kemampuan lain yang berhubungan dengan keahlian yang dimiliki siswa.
3. Hakikat Bioteknologi Bioteknologi merupakan salah satu materi pokok dalam bidang studi Biologi, dimana berdasarkan pada kurikulum 2004 telah diajarkan pada siswa kelas X SMA pada semester genap, Standar kompetensi yang harus dicapai siswa pada materi pokok ini adalah : siswa mampu menjelaskan Bioteknologi, prinsip-prinsip, peran, dan implikasinya bagi teknologi dan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Pada materi pokok Bioteknologi ini menyangkut beberapa subpokok bahasan diantaranya adalah 1. Pengertian Bioteknologi, 2. Peran Bioteknologi dalam kehidupan, 3. Implikasi dan dampak dari Bioteknologi. a. Pengertian Bioteknologj. Bioteknologi merupakan teknologi yang memanfaatkan mikroorganisme atau agen hayati atau bagian organisme untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bioteknologi modern memanfaatkan agen hayati atau bagian dari organisme yang telah direkayasa secara invitro untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri. Penerapan bioteknologi biasanya mencakup produksi sel atau biomasa dan perubahan atau transformasi kimia yang diharapkan meliputi: pembentukan produk akhir yang diharapkan (enzim, antibiotik, asam organik dll.) dan penguraian bahan baku (buangan air limbah, buangan industri, tumpahan minyak). Teknik yang digunakan dalam Bioteknologi:
1) Fermentasi yaitu dengan memanfaatkan mikroorganisme misalnya jamur dll. Yang digunakan secara anaerob atau tanpa menggunakan oksigen.
2) DNA rekombinan 3) Kultur jarinagan yaitu memanfaatkan sebagaian dari organ tertentu dari organisme untuk dibiakkan pada media khusus.
4) Kloning 5) Transfer embrio 6) Hibridoma
b. Peran Bioteknologi bagi kehidupan. Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya. Bioteknologi berperan sangat besar bagi sains, karena menambah konsep baru dalam bidang biologi. Sedang bagi teknologi adalah munculnya teknik baru dalam memanfaatkan bahan organik dari makhluk hidup. Bioteknologi bagi
lingkungan dapat
memanfaatkan bahan organik yang tidak terpakai menjadi bahan yang berguna dan membersihkan lingkungan.
Untuk pemanfaatan produk Bioteknologi dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel 2. Manfaat Bioteknologi. Produk
Keterangan
Yogurt, keju
Bahan
dasar
berupa susu
yang
difermentasikan oleh
Streptococcus termopilus, Lactobaccilus bulgaricus Mentega
Bahan dasar berupa susu yang difermentasikan oleh Streptococcus lactis.
Kecap
Fermentasi
kedelai
yang dilakukan oleh Aspergilus soyae atau
Aspergillus orizae PTS
Protein
yang
dihasilkan
oleh
organisme
bersel
tunggal
seperti spirulina, chlorella, protein sel tunggal Interferon
Untuk pengobatan berbagai penyakit yang diderita pasien, juga untuk mengobati jenis kanker tertentu
Anti
bodi Untuk mendiagnosis jenis penyakit, juga untuk meningkatkan daya
monoklonal
tahan tubuh terhadap kanker dan penyakit lainnya
Hormon
Untuk mengobati kekerdilan atau (Dwarfisme ) digunakan pula untuk
pertumbuhan
meningkatkan produk susu daging hewan ternak
Antibiotik
Untuk mengobati penyakit yang dihasilkan melalui teknik peleburan atau fusi sel
c. Implikasi dan dampak Bioteknologi Dengan ditemukan rekayasa genetika ternyata ada masalah-masalah bahaya baru yang berasal dari proses dan produk rekayasa genetika itu sendiri, yang berdampak terhadap lingkungan sosial, ekonomi, etika, dan perkembangan dan falsafah biologi itu sendiri. 1) Dampak tehadap etika Terutama etika lingkungan, etika sosial, etika agama. Contoh: pemindahan gen dari spesies satu ke spesies lain, pemindahan gen hewan ke manusia. 2) Dampak tehadap kesehatan Gen yang masuk ke dalam tubuh hewan dapat mempengaruhi gen yang lain, sehingga menimbulkan racun, alergi, sakit dan bahkan kematian. 3) Dampak sosial ekonomi Menaiknya produk susu sapi melalui hasil RG hingga 20 % menyebabkan petani tradisional tergusur, sehingga kesenjangan ekonomi semakin besar. 4) Dampak tehadap lingkungan Pelepasan Genetic Engineerin Organisms (GEO) menyebabkan polusi biologi.
B. Kerangka Berpikir Proses pengajaran yang telah dilakukan sebelum adanya kurikulum KBK pengajaran hanya terpusat pada guru saja, sedangkan siswa hanya sebagai pendengar. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa kurang berkembang, karena siswa menjadi tidak aktif dan cenderung menerima begitu saja apa yang disampaikan oleh guru. Keadaan semacam ini harus diubah, agar siswa dapat terlibat secara langsung dalam proses mengajar, dengan tujuan dapat mengubah pola pikir mereka dari sekedar memahami materi melalui mendengar menjadi memahami konsep dan prinsip keilmuan yang harus dikuasai oleh setiap siswa. Untuk itu perlu adanya pengembangan dalam proses belajar mengajar itu sendiri. Yang termasuk di dalamnya adalah pengubahan metode mengajar atau perubahan
cara mengajar yang seluruhnya harus dimulai dari setiap komponen dari pendidikan yang meliputi guru, siswa dan metode mengajar. Metode mengajar mempunyai peran yang sangat penting dalam berhasil tidaknya siswa memperoleh/menyerap informasi pelajaran yang diterimanya. Karena baik tidaknya suatu metode mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya siswa, tujuan, fasilitas, dan pengajar, maka perpaduan dari pengaruh faktor-faktor itulah yang menjadi pertimbangan utama untuk menentukan model mana yang paling baik untuk secara optimal berpengaruh terhadap faktor-faktor tersebut. Metode mengajar berperan dalam menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Penggunaan metode mengajar yang sesuai materi, maka minat siswa untuk memperhatikan pelajaran lebih besar dan akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan. Proses pencapaian kompetensi itu dapat dikembangkan melalui pemilihan strategi belajar yang baik yang meliputi pembelajaran dengan tatap muka dan pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar merupakan kegiatan yang melibatkan fisik dan mental yang dilakukan oleh siswa dalam berintcraksi dengan lingkungannya serta dengan bahan ajarnya. Pengalaman belajar didapat siswa saat siswa berusaha untuk menguasai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk dapat menguasai pengalaman belajar yang lebih baik maka perlu adanya metode pengajaran yang lebih bervariasi. Metode pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) merupakan salah satu metode yang dikembangkan oleh beberapa ahli. Metode TAI adalah metode pengajaran secara berkelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Pada metode pengajaran ini guru hanya sebagai fasilitator dan mediator. Metode pengajaran TAI ini diharapkan dapat memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa meninggalkan aspek koopertif. Sedangkan peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Konsep-konsep ini dihubungkan oleh kata-kata sehingga
membentuk suatu unit. Dalam bentuk sederhana peta konsep terdiri dua konsep yang dihubungkan oleh kata penghubung sehingga memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya. Dari kerangka berpikir di atas dapat diduga bahwa ada perbedaan pencapaian hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi dengan menggunakan metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan konvensional. X1
Y1
X2
Y2
X
Gambar 1. Paradigma Penelitian Keterangan: X
: Metode pembelajaran
XI
: Metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep
X2
: Metode konvensional
Yl
: Hasil belajar dengan metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep
Y2
: Hasil belajar dengan metode konvensional
C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan penggunaan metode pembelajaran TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X Semester II SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2006/2007. 2. Metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep efektif digunakan dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X Semester II SMA Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2006/2007.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penclitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Karanganyar Tahun pelajaran 2006/2007. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan secara bertahap yang secara garis besar dapat di bagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penelitian, dan tahap penyelesaian. a. Tahap persiapan Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, permohonan izin survai, dan konsultasi instrumen penelitian pada pembimbing. Tahap ini dimulai pada bulan April 2007. b. Tahap penelitian Tahap penelitian meliputi kegiatan yang berlangsung di lapangan, yaitu uji coba instrumen dan pengambilan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Mei 2007. c. Tahap Penyelesaian Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007 - selesai.
B. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu (Quasi experimental research), karena tidak mungkin mengontrol semua variabel yang relevan. Sumadi Suryabrata (1997 : 33) menyatakan bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan." Eksperimen ini berupa pengajaran dengan menggunakan metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan konvensional (ceramah), Pada penelitian ini menggunakan dua kelas, satu sebagai kelompok kontrol dan yang satu sebagai kelas eksperimen. Dari penelitian ini siswa yang diperlakukan sebagai kelompok kontrol adalah kelompok siswa yang dikenai metode
ceramah. Sedangkan kelompok eksperimen adalah kelompok siswa yang dikenai metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep. Pada akhir eksperimen kedua kelompok tersebut diukur hasil belajarnya dengan menggunakan alat ukur yang sama, yaitu tes bentuk obyektif. Kedua kelompok diasumsikan sama dalam semua segi dan hanya berbeda dalam pemberian metode pembelajaran. Sebelum memulai perlakuan, terlebih dahulu mengecek kemampuan awal dari kedua kelompok, untuk memperoleh siswa yang seimbang kemampuan awalnya. Data yang digunakan untuk menguji keseimbangan adalah nilai Ujian akhir Semester (UAS) semester gasal bidang studi IPA Biologi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized control-groups only design (Nasir, 1999:281). Pada akhir eksperimen kedua kelompok diberikan tes, hasilnya kemudian dibandingkan, dengan rancangan penelitian sebagai berikut: Tabel 3. Pola Penelitian Pretest
Perlakuan
Pcsttest
Kel. Percobaan
-
X1
Tl
Kel. Kontrol
-
X2
T2
Keterangan: XI
:
Perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran TAI yang disertai penyusunan peta konsep.
X2
:
Perlakuan dengan menggunakan metode (ceramah).
Tl
:
Hasil post test dengan metode pembelajaran TAI yang di disertai penyusunan peta konsep.
T2
:
Hasil post test kelompok kontrol dengan metode konvensional (ceramah).
Pada akhir eksperimen semua kelompok tersebut diukur dengan menggunakn alat ukur yang sama, yaitu soal-soal tes pencapaian hasil belajar Biologi. Hasil pengukuran dianalisis dan dibandingkan dengan uji statistik yang digunakan.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Sumanto (1995: 39) berpendapat bahwa “yang dimaksud dengan populasi adalah kelompok dimana seorang peneliti akan memperoleh hasil penelitian yang disamaratakan
digeneralisasikan). Suatu populasi mempunyai sekurang-kurangnya satu karakteristik yang membedakan populasi itu dengan kelompok-kelompok yang lain”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006: 130) menyatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 2 Karanganyar semester genap tahun pelajaran 2006/2007.
2. Sampel Penelitian Suharsimi Arikunto (2006: 131) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut M. Iqbal (2001: 84) “sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap dapat mewakili populasi.” Sesuai pendapat tersebut maka sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari delapan kelas yang ada dalam populasi. Pembagian kedua tersebut antara lain sebagai berikut: a. Kelas eksperimen (pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) yang disertai penyusunan peta konsep) b. Kelas kontrol (pembelajaran Konvensional (ceramah))
3. Teknik Pengambilan Sampel Dalam pengambilan sampel, penulis berpedoman pada pernyataan Suharsimi Arikunto (2006: 134) “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem Cluster Random Sampling, sebagaimana dijelaskan oleh Sumanto (1995:44) bahwa pemilihan sampel “cluster random sampling adalah pemilihan sampel di mana yang dipilih secara random bukan individual, tetapi kelompok-kelompok”. Dari delapan kelas yang menjadi populasi kemudian diacak dan diambil dua kelas sebagai sampel, yaitu X.2 sebagai kelas eksperimen dan X.4 sebagai kelas control.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber obyek pengamatan dan sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang dipilih untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi: 1) Pembelajaran dengan menggunakan metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep. 2) Pembelajatan dengan metode Konvensional. b. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh variabel yang lain, Variabel terikat dalam penelitian ini adalah belajar biologi ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk pengumpulan data ada dua macam, yaitu metode tes dan metode dokumentasi. a. Teknik Dokumentasi Suharsimi Arikunto (2002 : 206) menjelaskan bahwa Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal - hal atau berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, legger, agenda dan sebagainya. Teknik dokumentasi lebih mudah digunakan dibanding teknik lain karena apabila ada kekeliruan sumber datanya belum berubah. Pada metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tapi benda mati. Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan nilai ulangan terakhir (UAS) semester satu mata pelajaran biologi yang digunakan untuk menguji keseimbangan kemampuan awal antara kelompok penelitian dan kelompok kontrol. b. Teknik Tes
Suharsimi Arikunto (2002:198) menyatakan bahwa Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Data yang diperoleh digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa ranah kognitif, sebelum diujikan kepada siswa soal tersebut diujicobakan kepada kelompok ujicoba. Hasil ujicoba digunakan untuk analisis item. c. Teknik Angket Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk ceklist yaitu bentuk angket dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (V) pada kolom yang telah disediakan. Angket digunakan untuk mengambil data tentang prestasi belajar pada siswa yang ditinjau dari hasil belajar pada ranah afektif (Sumarsih, 2007). d. Teknik Observasi Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar psikomotorik siswa selama proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru (Anita Wulandari, 2006) 3. Instrumen Penelitian a. Instrumen Tes Tes digunakan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa aspek kognitif. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah buatan guru. Langkah-langkah penyusunan instrument tes : 1) Proses spesifikasi data Ditekankan pada penyusunan konsep yang menjadi pusat perhatian, kemudian dapat diukur dan menentukan indikator. 2) Penyusunan kisi-kisi tes Dari variable dan indikator yang telah dirumuskan dapat dibuat kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes dapat diperoleh pedoman penyusunan item pertanyaan maupun pernyataan beserta jumlahnya, sehingga keseluruhan aspek dapat tercakup. 3) Penyusunan item tes Dari kisi-kisi tes yang telah dibuat, disusun item soal / tes 4) Perbaikan soal tes Instrumen tes yang baik adalah instrument yang telah diujicobakan kepada kelas lain kemudian baru diterapkan pada kelas kelas eksperimen dan control. Instrument tes yang baik
dapat diketahui dengan terlebih dahulu mencari taraf kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitasnya. 1)
Uji Validitas
Validitas adalah kesesuaian suatu hal yang diukur dengan alat ukurnya, Suatu instrumen yang valid akan mempunyai validitas tinggi. Uji Validitasnya dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment, dari Karl Pearson. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data yang diteliti dengan tepat. Untuk mengukur ketepatan data tersebut menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 170) digunakan teknik uji validitas yang dikemukakan Karl Pearson dengan rumus : R xy
Nxy (x )(y) Nx (x ) 2 Ny 2 (y) 2
2
Keterangan: R xy
:
koefisien korelasi antar variabel x dan variabel y
X
:
jumlah skor masing-masing item soal
Y
:
jumlah skor masing-masing siswa
∑ xy
:
Jumlah perkalian x dan y
∑x2
:
Jumlah kuadrat x
∑y2
:
Jumlah kuadrat y
N
:
Jumlah subyek
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% Klasifikasi validitas soal ditunjukkan oleh Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Validitas Koefisien Korelasi
Kualifikasi
0,91 - 1,00
Sangat tinggi
0,71 - 0,90
Tinggi
0,41 - 0,70
Cukup
0,21 - 0,40
Rendah
Negatif - 0,20
Sangat rendah
Sumber ( Masidjo, 1995 : 141)
Kreteria item dinyatakan valid apabila rxy > rtabel. Sedang criteria item dinyatakan tidak valid (drop) apabila rxy < rtabel. Dari data try out item soal, hasil uji validitas instrument tes kognitif diperoleh 5 dari 40 soal invalid dan di drop atau tidak dipakai.
2)
Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercayakan untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Uji reliabilitas yang digunakan adalah rumus Kuder-Richardson (K-R 20) dari Suharsimi Arikunto (2006 : 188). 2 N St Piqi r11 St 2 N 1
Keterangan r11
:indeks reliabilitas instrumen.
p
: proposi subyek yang menjawab item dengan benar.
q
: proposi subyek yang menjawab item dengan salah (q-l-p)
pq
: jumlah hasil perkalian antara p dan q
N
: cacah butir instrumen
St
2
: Variansi total
Klasifikasi koefisien reliabilitas: 0,80 ≤ r11 < 1,00
: Sangat tinggi (ST)
0,60 ≤ r11 < 0,80
: Tinggi (T)
0,40 ≤ r11 < 0,60
: Cukup (C)
0,20 ≤ r11 0,40
: Rendah (R)
0,00 ≤ r11 < 0,20
: sangat rendah
Dari data try out item soal, hasil uji reliabilitas instrument tes kognitif diperoleh 5 dari 45 soal invalid dan di drop atau tidak dipakai. 3)
Tingkat Kesukaran
Taraf kesukaran suatu soal ditujukan dengan indeks kesukaran. Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.
Pengujian tingkat kesukaran soal dipergunakan rumus soal dari Masidjo (1995:189-192) sebagai berikut :
IK=
B N skor maksimal
Keterangan : IK
: Indeks kesukaran
B
: Jumlah jawaban yang benar
N
: Jumlah siswa
Skor maksimal
: Besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban Benar dari suatu item.
Kualifikasi indeks kesukaran sebagai berikut : 0,81 - 1,00
: Mudah sekali
0,61 - 0,80
: Mudah
0,41 - 0,60
: Sedang/cukup
0,21-0,40
: Sukar
0,00 - 0,20
: Sukar sekali
Sumber ( Masidjo, 1995 : 192) 4)
Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Menurut Marsidjo ( 1995 : 198 - 201 ), daya pembeda soal disebut juga indeks diskrimiriasi yang dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
ID =
KA N KA atau NKB skor maksimal
Keterangan : ID
: Indeks diskriminasi
KA
: Jumlah jawaban yang benar diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok atas.
KB
: Jumlah jawaban yang benar diperoleh dari siswa yang tergolong kelompok bawah
NKA atau N
: Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : 0,80 - 1,00
: Sangat berbeda
0,60 - 0,79
: Lebih membedakan
0,40 - 0,59
: Cukup membedakan
0,20 - 0,39
: Kurang membedakan
Negatif - 0,19
: Sangat kurang membedakan.
Sumber (Masidjo, 1995 : 201)
b. Instrumen Angket Angket digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar ranah afektif. Data yang diperoleh dari ujicoba angket digunakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. Angket yang telah tersusun ini kemudian digunakan untuk mengukur tingkat sikap ilmiah siswa terhadap pelajaran biologi. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk ceklist yaitu bentuk angket dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (V) pada kolom yang telah disediakan. Alternative jawaban tiap item ada lima. Untuk item positif skor yang diberikan mulai dari 4 sampai 0.
Keterangan
penyekorannya adalah sebagai berikut : 1) Untuk jawaban selalu (SL) diberikan skor 4 yang menunjukkan sikap dan minat yang paling tinggi. 2) Untuk jawaban sering (SR) diberikan skor 3 yang menunjukkan sikap dan minat yang tinggi. 3) Untuk jawaban kadang (KD) diberikan skor 2 yang menunjukkan sikap dan minat sedang. 4) Untuk jawaban jarang (J) diberikan skor 1 yang menunjukkan sikap dan minat rendah.
5) Untuk jawaban tidak pernah (TP) diberikan skor 0 yang menunjukkan sikap dan minat yang paling rendah. Untuk item negatif skor yang diberikan kebalikan dari item positif.
Keterangan
penyekorannya adalah sebagai berikut : 1) Untuk jawaban selalu (SL) diberikan skor 0 yang menunjukkan sikap dan minat yang paling rendah. 2) Untuk jawaban sering (SR) diberikan skor 1 yang menunjukkan sikap dan minat rendah. 3) Untuk jawaban kadang (KD) diberikan skor 2 yang menunjukkan sikap dan minat sedang. 4) Untuk jawaban jarang (J) diberikan skor 3 yang menunjukkan sikap dan minat tinggi. 5) Untuk jawaban tidak pernah (TP) diberikan skor 4 yang menunjukkan sikap dan minat yang paling tinggi. Instrument angket perlu diuji untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket. 1) Validitas Untuk menguji validitas instrument angket aktivitas belajar siswa sama dengan menguji validitas instrument tes dengan menggunakan korelasi produk-moment. 2) Reliabilitas Untuk menguji reliabilitas angket menurut Suharsimi Arikunto (2006 :196) digunakan rumus alpha
r11
σb 2 k 1 σt 2 k 1
Keterangan: r11
: indeks reliabilitas instrumen
σb 2
: jumlah varian butir
k
: cacah butir instrumen
σt
2
: variansi total
c. Instrument observasi Instrument penilaian psikomotor berupa lembar penilaian observasi kinerja (Performance assessment). Bentuk instrument ini digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan
praktek. Perangkat tes ini diisi oleh guru atau asisten laboratorium sesuai dengan kriteria skor untuk tiap-tiap aspek yang dinilai.
E. Teknik Analisis Data 1. Uji Kesamaan Kcmampuan Awal Siswa Uji kesamaan kemampuan awal dilakukan untuk mengetahui apakah ada kesamaan kemampuan awal antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan, yaitu dengan menganalisa data dokumentasi yang berupa nilai ujian akhir semester 1 mata pelajaran biologi yang melipuiti aspek kognitif. Adapun rumus yang digunakan adalah uji Z sesuai dengan teknik dari Budiyono (2004: 149), dengan langkah - langkahnya adalah sebagai berikut: a.
Hipotesis Ho : 1 = 2 (kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama) H1 : 1 2 (kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf Signifikasi (a) = 0,05 c. Statistik Uji yang digunakan :
Z
(x1 x 2 ) 12 22 n1 n 2
X 2 X n n
N (0,1)
2
2
Keterangan :
X 1 = mean dari sampel kelompok eksperimen TAI yang disertai penyusunan peta konsep
X 2 = mean dari sampel kelompok kontrol 12 = variasi dari kelompok eksperimen TAI yang disertai penyusunan peta konsep 22 = variasi dari kelompok kontrol n1 = ukuran sampel kelompok eksperimen TAI yang disertai penyusunan peta konsep n2 = ukuran sampel kelompok kontrol
Menentukan daerah kritik (DK): Z | Z | Z d. Keputusan Uji Tolak Ho jika Zhitung terletak di daerah kritik. e. Kesimpulan
2
1) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal sama jika Ho diterima. 2) Kedua kelompok sampel memiliki kemampuan awal berbeda jika Ho ditolak.
2. UJi Prasarat Analisis a. Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas ini adalah untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal populasi yang normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan metode Liliefors menurut Sudjana (2002: 263). Adapun prosedur uji normalis populasi dengan menggunakan metode Liliefors adalah sebagai berikut: 1) Menentukan hipotesis Ho : Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Hi : Sampel tidak berasal dari populasi yang teristribusi normal. 2) SatistikUji Lo : Maks F(zi) - S (zi) Dimana: F(zi)
: P(Z > Zi) Z N(0,1)
S (zi)
: Proposi cacah Z Zi
Zi : Skor standar
Z1
Xi X S
3) Daerah kritik DK = { Lo/La > La, n} Lo > L a, n yang didapat dari Liljefors pada tingkat signifikasi dan derajat kebebasan n (ukuran sampel) 4) Keputusan Uji Ho ditolak jika L € DK atau diterima jika € DK 5) Menentukan Kriteria Pengujian Terima Ho, jika 2hitung < 2tabel dengan DK = 3 = 0,05 berarti sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. b. Uji Homogenitas
Uji ini dipakai untuk mengetahui apakah dua kelompok: sampel dalam penelitian memiliki varaian yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett sesuai dengan uji dari Sudjana (2002:263) dengan langkah - langakah sebagai berikut: Menentukan hipotesis not (Ho) Ho : Kelompok data nilai siswa eksperimen dan kelas kontrol homogen Hi : Kelompok data nilai siswa eksperimen dan kelas kontrol tidak homogen. Menghitung variasi gabungan dari semua sampel dengan rumus :
(n 1)S12 S2 (n 1 1) Menghitung harga satuan B, dengan rumus : 2 = (In 10) (B- (ni – l)log Si2), dk = k – 1 Kriteria uji Terima Ho jika 2hitung < 2tabel yang berarti sampel homogen. 3. Uji Hipotesis Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis yang ada dilakukan dengan menggunakan uji t-test atau uji t pihak kanan dari Sudjana (2002: 239), dengan langkah - langkah sebagai berikut: Hipotesis Ho : i = 2 : rata - rata hasil belajar siswa kelas eksperimen sama dengan rata - rata hasil belajar kelas kontrol. Hi : i > 2 : rata - rata hasil belajar siswa kelas eksperimen tidak sama dengan rata - rata hasil belajar kelas kontrol Kriteria :
jika thitung < ttabel maka Ho diterima, dan jika thitung > ttabel maka Ho ditolak tingkat signifikansi: = 0,05
statistik uji: T=
X
1
X2
1 1 S n1 n 2
(n 1) S12 (n 2 1) S 22 S= n1 n 2 2 Keterangan:
X 1 = nilai rata-rata metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep X 2 = nilai rata-rata metode ceramah n1 = jumlah siswa kelompok kontrol S2 = variasi kelompok eksperimen S = veriasi gabungan Dk = {t Z < – Z 2 atau Z < Z 2 } Keputusan uji Ho ditolak jika Z € DK
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Berkaitan dengan hipotesis yang telah dikemukakan pada bab II maka diperlukan adanya data-data yang perlu dianalisa untuk mengetahui terbukti atau tidaknya hipotesis. Data ini berupa nilai prestasi belajar siswa pada materi pokok Bioteknologi. Nilai prestasi belajar ini meliputi nilai kognitif, afektif dan psikomotor. Data-data tersebut diambil dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Data diambil dari siswa kelas X SMU N 2 Karanganyar tahun pelajaran 2006/2007 sebanyak 2 kelas, dengan jumlah sampel sebanyak 92 siswa. Untuk lebih jelasnya deskripsinya data penelitian akan diulas dari masing-masing variabel. 1. Prestasi belajar siswa pada materi pokok bioteknologi Dari hasil penelitian dengan menggunakan metode belajar yang telah diterapkan maka menunjukkan prestasi belajar siswa yang berbeda-beda. Sedangkan untuk deskripsi data penelitian mengenai prestasi belajar dengan menggunakan metode kooperatif model Team Assisted Individualization (TAI) yang disertai penyusunan peta konsep dan ceramah secara ringkas disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Rangkuman deskripsi data penelitian Uraian
TAI yang dsertai penyusunan peta konsep
Ceramah
Rerata nilai kognitif
74,5
67,4
Rerata nilai afektif
76,5
72,0
Rerata nilai psikomotorik
73,2
62,0
Data rata-rata nilai hasil penelitian ini dipaparkan dalam set distribusi frekuensi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam pengamatan hasil penelitian. Set distribusi frekuensi penelitian untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut: 1. Nilai Kognitif Materi Pokok Bioteknologi a. Distribusi Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Kelas Eksperimen 48
Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas eksperimen pada materi pokok Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas eksperimen Interval 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 – 79 80 – 84 85 – 89
Batas nyata 64,5 69,5 74,5 79,5 84,5 89,5
Frekuensi 2 7 17 8 7 4 17
18 16
Frekuensi
14 12
8
10
7
8
7 4
6
2
4 2 0
60,5
64,5
60,5
64,5
69,5 69,5
74,5
74,5
79,5
79,584,5
89,5 84,5
89,5
Nilai Kognitif Kelas Eksperimen
Gambar 2. Histogram nilai kognitif kelas eksperimen
b. Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas kontrol Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas kontrol pada materi pokok Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut: Tabel 7. Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas kontrol Interval 54 – 58 59 – 63 64 – 68 69 – 73 74 – 78 79 – 83
Batas nyata 58,5 63,5 68,5 73,5 78,5 83,5
Frekuensi 5 13 5 14 6 4
14
16
13
14
Frekuensi
12 10
6
8
5
6
5
4
4 2 0
54,5
63,5
58,5
68,5 58,5
54,5
63,5
73,5 68,5
78,578,5
73,5
83,5
83,5
Nilai Kognitif Kelas Kontrol
Gambar 3. Histogram nilai kognitif kelas kontrol 2. Nilai Afekif pada Materi Pokok Bioteknologi a. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen Distribusi frekuensi nilai Afektif siswa kelas eksperimen pada materi pokok Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut: Tabel 8. Distribusi Frekuensi Nilai Afektif Siswa Kelas Eksperimen Interval 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 – 79 80 – 84 85 – 89
Batas nyata 64,5 69,5 74,5 79,5 84,5 89,5
Frekuensi 2 5 9 14 9 6
16
14
14
Frekuensi
12 9
10
9
8
6 5
6 4
2
2 0
60,5
64,5
60,5
69,5 64,5
69,5
74,5 74,5
79,5
84,5 79,5
89,5
84,5
89,5
Nilai Afektif Kelas Eksperimen
Gambar 4. Histogram nilai Afektif kelas eksperimen b. Distribusi frekuensi nilai Afektif siswa kelas kontrol Distribusi frekuensi nilai Afektif siswa kelas kontrol pada materi pokok Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut: Tabel 9. Distribusi frekuensi nilai kognitif siswa kelas kontrol
Interval 54 – 58 59 – 63 64 – 68 69 – 73 74 – 78 79 – 83
Batas nyata 58,5 63,5 68,5 73,5 78,5 83,5
Frekuensi 1 4 8 12 14 8
16
14
14
12
Frekuensi
12 10
8
8
8 6
4
4 1
2 0
54,5
63,554,5
58,5
58,5
63,5
68,5 68,5
73,5
78,5
73,5 83,5
83,5
78,5
Nilai Afektif Kelas Kontrol
Gambar 5. Histogram Nilai Afektif Kelas Kontrol
3. Nilai Psikomotorik pada Materi Pokok Bioteknologi a. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Eksperimen Distribusi frekuensi nilai Psikomotorik siswa kelas eksperimen pada materi pokok Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogra sebagai berikut: Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Eksperimen Interval 50 – 57 58 – 65 66 – 73 74 – 81 82 – 89 90 – 97
Batas nyata 57,5 65,5 73,5 81,5 89,5 97,5
12
10
10
Frekuensi
Frekuensi 8 7 10 8 7 5
8
8
7
8
7 5
6 4 2 0
50,5
57,5
50,5
65,5 57,5
65,5
73,5 73,5
81,5
Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen
81,5 89,5
97,5
89,5
97,5
Gambar 6. Histogram nilai Psikomotorik kelas eksperimen
b. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Kontrol Distribusi frekuensi nilai Psikomotorik siswa kelas kontrol pada materi pokok Bioteknologi disajikan dalam tabel dan histogram sebagai berikut: Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Kontrol Interval 40 – 47 48 – 55 56 – 63 64 – 71 72 – 79 80 – 87
Batas nyata 47,5 55,5 63,5 71,5 79,5 87,5
Frekuensi 5 6 9 21 5 1
25
21
Frekuensi
20
15
9
10
6
5
5
5
0
1 40,5
47,5
40,5
55,5 47,5
55,5
63,5 63,5
71,5
71,5 79,5
87,5
79,5
87,5
Nilai Psikomotorik Kelas Kontrol
Gambar 7. Histogram Nilai Psikomotorik Siswa Kelas Kontrol
B. Uji Prasyarat Analisis Dalam penelitian ini uji prasyarat analisis yang digunakan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Pada uji normalitas digunakan uji Liliefors, untuk hasil selengkapnya akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Dalam pengujian normalitas ini digunakan Lillefors dengan menggunakan rumus seperti yang telah ditulis dalam bab III. Hasil uji normalitas untuk selisih nilai kognitif, afektif dan
psikmotorik secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran dan selanjutnya terangkum dalam tabeltabel berikut ini. Tabel 12. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol dan kelas Eksperimen
1
Kognitif kelas eksperimen
Harga L Hitung Tabel 0,1137 0,1321
2
Kognitif kelas kontrol
0,1087
0,1292
Normal
3
Afektif kelas eksperimen
0,0526
0,1321
Normal
4
Afektif kelas kontrol
0,0013
0,1321
Normal
5
Psikomotorik kelas eksperimen
0,1231
0,1321
Normal
6
Psikomotorik kelas control
0,1095
0,1292
Normal
No.
Uji Normalitas
Kesimpulan Terdistribusi Normal
2. Uji Homogenitas Dalam penelitian ini, uji homogenitas yang digunakan adalah uji Barttlet. Hasil uji homogenitas ini secara lengkap dijabarkan dalam tabel-tabel sebagai berikut: Tabel 13. Ringkasan Hasil Uji homogenitas Uji Homogenitas Nilai kognitif
2 Hitung 0,050
-
Kesimpulan Homogen
2
Nilai afektif
0,0013
3,841
Homogen
3
Nilai psikomotorik
0,665
3,841
Homogen
No 1
2 Tabel
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa harga 2 hitung kurang dari 2 tabel atau berada di luar daerah kritis, yang berarti bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji statistik uji t satu pihak (uji t pihak kanan). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho = Rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen (pengajaran dengan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep) sama dengan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol (pengajaran dengan metode ceramah).
Hi =
Rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen (pengajaran dengan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep) lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol (pengajaran dengan metode ceramah). Berdasarkan hasil perhitungan dalam analisis data dengan menggunakan uji t pihak kanan
didapatkan harga thitung yang dipaparkan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 14. Perbandingan antara thitung dan ttabel Aspek Kognitif
thitung 5,090
ttabel 1,665
Afektif
3,462
1,665
Psikmotorik
4,497
1,665
Hasil tersebut menunjukkan bahwa thitung > ttabel, sehingga Ho ditolak. Dengan ditolaknya Ho berarti Hi diterima. Sehingga pengajaran biologi dengan menggunakan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep pada pokok bahasa Bioteknologi memberikan pengaruh yang berbeda bila dibandingkan dengan metode ceramah pada pokok bahasan yang sama ditinjau dari hasil belajar siswa. Memiliki pengaruh berbeda di sini yaitu metode mengajar TAI yang disertai penyusunan peta konsep baik bila dibandingkan dengan metode mengajar ceramah, hal ini ditinjau dari jumlah rerata nilai kognitif, afektif dan psikomotorik, yang dapat dilihat pada tabel 14 di atas.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data Pada penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara penggunaan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan metode ceramah ditinjau dari hasil belajar biologi siswa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun sampel yang digunakan adalah siswa kelas X SMA N 2 Karanganyar sebanyak 2 kelas. Kelas yang dipakai untuk penelitian adalah kelas X.2 untuk pembelajaran model kognitif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep, kelas X.4 untuk pembelajaran dengan model ceramah. Untuk mengetahui apakah sampel yang diambil mempunyai kemampuan awal yang sama maka diuji dengan menggunakan uji Z. Data yang digunakan untuk uji Z ini diambil dari nilai ulangan akhir
semester gasal. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sampel yang digunakan mempunyai kemampuan awal yang sama. Dari data penelitian didapatkan nilai rata-rata untuk aspek kognitif kelas TAI yang disertai penyusunan peta konsep adalah 74,5 dan kelas ceramah 67,4. Sedangkan nilai afektif kelas TAI yang disertai penyusunan peta konsep adalah 76,5 dan ceramah 72. Untuk rata-rata nilai psikomotorik kelas TAI yang disertai penyusunan peta konsep adalah 73,2 dan untuk kelas ceramah adalah 62. Setelah diadakan uji hipotesis dengan menggunakan uji t maka dapat diketahui bahwa ada perbedaan pengaruh penggunaan metode yang berbeda, yaitu metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan metode ceramah terhadap hasil belajar kognitif, afektif, dan psikmotorik siswa kelas X pada materi pokok Bioteknologi. Hal ini terbukti pada pengujian uji t yang menunjukkan hasil thitung > ttabel. Rangkuman hasil uji dapat dilihat pada tabel 14. Dari hasil uji t untuk nilai kognitif siswa diperoleh hasil untuk t hitung > ttabel (5,090 > 1,665) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan menggunakan metode kooperatif TAI yang disertai penyusunan peta konsepdan metode ceramah terhadap hasil belajar biologi. Sedangkan nilai aspek afektif diperoleh hasil untuk thitung > ttabel ( 3, 462 > 1,665) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan penggunaan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan metode ceramah terhadap hasil belajar biologi aspek afektif siswa. Untuk uji t nilai psikomotorik siswa diperoleh hail untuk thitung > ttabel ( 4,467 > 1,665) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan perbedaan yang signifikan penggunaan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan metode ceramah terhadap hasil belajar biologi aspek psikomotorik siswa. Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan metode ceramah memiliki pengaruh berbeda dibandingkan dengan metode ceramah ditinjau dari hasil belajar biologi siswa aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal ini dikarenakan metode pembelajaran kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep adalah suatu metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaanya pengajaran dengan metode ini guru harus mempersiapkan siswa untuk dapat berinteraksi dengan guru dan dengan siswa yang lain selama
proses belajar mengajar berlangsung sehingga terjadi interaksi 2 arah yaitu dari siswa dan dari guru. Pembelajaran model TAI yang disertai penyusunan peta konsep selain setiap siswa terlibat aktif dalam pembelajaran juga dapat mengembangkan sikap percaya diri sendiri pada diri siswa tentang apa yang didapatkan pada proses pebelajaran. Konsep yang diperoleh dapat bertahan lebih lama karena siswa memperoleh konsep sendiri. Metode pembelajaran ini juga memiliki beberapa kelemahan antara lain adanya kemungkinan hanya beberapa siswa pandai saja yang terlibat secara aktif dalarn proses belajar mengajar dan yang sebagian hanya pasif serta menunggu partisipasi dari temannya. Kelemahan yang lain adalah banyaknya waktu yang diperlukan untuk melakukan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep sedangkan waktu di sekolah sudah disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh kurikulum. Tidak mungkinnya siswa diberi kesempatan untuk membuktikan secara bebas yang dipermasalahkan juga merupakan kelemahan dari metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep ini. Pengajaran dengan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep ini guru tidak memaksakan siswa belajar sesuai keinginan guru, akan tetapi siswa belajar sesuai dangan minat dan kemampuan siswa. Keberhasilan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep ini sangat dipengaruhi oleh keaktifan siswa dalam berpartisipasi selama proses belajar mengajar berlangsung dan dipengaruhi juga kreatifitas dan kemampuan guru untuk mengelola kelas sehingga kelas selalu dalam keadaan kondusif saat proses belajar mengajar berlangsung. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa model pembelajaran TAI yang disertai penyusunan peta konsep pada proses pembelajaran bioteknologi lebih efektif
dari pada
pembelajaran dengan metode konvensional yaitu metode ceramah baik dari ranah kognitif, afektif maupun psikomotor siswa. Perbedaan itu berdasarkan nilai rata-rata aspek kognitif 74,5 > 67,4, afektif 76,5 > 72, dan psikomotor 73,2 > 62. Hasil analisis dari nilai rata-rata ini di ubah dalam bentuk persen sehingga didapat untuk ranah kognitif 52,50% > 47,50%, afektif 51,51% > 48,49% dan psikomotor 54,14% > 45,86%. Dari uraian di atas dapat diketahui dan disimpulkan bahwa model pembelajaran TAI yang disertai penyusunan peta konsep pada proses pembelajaran bioteknologi dan metode ceramah memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Mengenai keefektifan dari kedua metode
tersebut pembelajaran TAI yang disertai penyusunan peta konsep pada proses pembelajaran bioteknologi lebih efektif daripada pembelajaran dengan metode ceramah dilihat dari ketiga ranah tersebut pada siswa kelas X.2 SMA N 2 Karanganyar, karena SMA ini merupakan SMA berkembang yang masih dalam tahap menuju perguruan tinggi yang berkualitas. Dalam kegiatan KBM belum begitu ada perkembangan yang sesuai dengan kurikulum KBK, dimana pembelajaran masih berorientasi pada penguasaan materi semata dan masih teks book. Sehingga metode ini dapat digunakan sebagai salah satu metode alternatif untuk penyampaian materi bioteknologi. Selama proses pembelajaran yang telah dilakukan terlihat kelompok eksperimen secara nyata lebih baik daripada kelompok kontrol karena keaktifan siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi, di samping itu karena adanya kerja sama yang baik antar siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization menganut sistem gotong royong yang dapat mencegah timbulnya agresivitas dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif. Pembelajaran ini mampu menciptakan norma-norma proakademik di kalangan siswa yang mempunyai dampak terhadap hasil belajar siswa. Dengan adanya sistem gotong royong, bagi siswa yang merasa mampu akan memberikan masukan yang berarti bagi teman kelompoknya pada saat melakukan diskusi maupun mengemukakan pendapat hampir semua siswa berdiskusi dengan siswa lain tentang materi yang dipelajari dan semua siswa telah ikut aktif dalam menentukan konsep penting. Bila seorang siswa telah menguasai struktur dasar, maka mudah baginya untuk mempelajari materi lain dari bidang studi yang sama, dan siswa akan mudah ingat akan bahan baru. Hal ini disebabkan karena siswa telah memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna dalam bidang studi itu. Penggunaan pembelajaran TAI yang di sertai dengan penyusunan peta konsep, siswa dapat melihat materi pelajarannya secara jelas dan dapat mempelajarinya dengan lebih bermakna. Selain itu, siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan informasi yang baru diterimanya sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan guru. Peta konsep dapat membantu siswa untuk mengorganisasikan konsep ke dalam struktur yang berarti, memudahkan siswa untuk menyusun dan memahami isi pelajaran serta meningkatkan memori atau ingatan. Pada penelitian yang telah dilaksanakan para siswa terlihat sangat antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep. Pada proses
pembelajaran yang telah dilakukan terlihat hampir semua siswa berdiskusi dengan siswa lain tentang materi yang dipelajari, anak yang telah ditunjuk sebagai asisten bekerja sesuai dengan tugasnya membantu rekan satu kelompok yang kurang mampu dalam memahami materi yang dipelajari. Anak –anak yang kurang aktif menjadi lebih aktif karena adanya rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan kelompoknya, misalnya tidak malu bertanya kepada temannya apabila siswa tersebut belum bisa memahami materi. Sebelum adanya pemberian metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep siswa dalam memahami materi hanya dengan menghafal. Hafalan tersebut tidak bertahan lama dalam ingatan siswa. Hal itu disebabkan kurangnya pemahaman siswa, siswa hanya menerima materi dari guru. Dengan adanya metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep para siswa mebuat konsep-konsep materi yang dipetakan dengan bimbingan asisten dan guru sehingga peta konsep yang dibuat bermakna bagi siswa tersebut. Peta konsep dapat membantu meningkatkan pemahaman materi oleh siswa. Ingatan siswa menjadi lebih kuat dan tahan lama. Hal ini dibuktikan dengan hasil post tes yang telah dilakukan. Bila seorang siswa telah menguasai struktur dasar, maka mudah baginya untuk mempelajari materi lain dari bidang studi yang sama, dan siswa akan mudah ingat akan bahan baru. Hal ini disebabkan karena siswa telah memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna dalam bidang studi itu. Dengan peta konsep, siswa dapat melihat materi pelajarannya secara jelas dan dapat mempelajarinya dengan lebih bermakna. Selain itu, siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan informasi yang baru diterimanya sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi yang diajarkan guru. Peta konsep dapat membantu siswa untuk mengorganisasikan konsep ke dalam struktur yang berarti, memudahkan siswa untuk menyusun dan memahami isi pelajaran serta meningkatkan memori atau ingatan. Hal ini sejalan dengan penelitian Retna Kusumaningrum (2007 : 82) menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) melalui pemanfaatan LKS terhadap hasil belajar kognitif matematika siswa kelasVIII SMP Negeri II Semarang tahun Pelajaran 2006/2007 yang ditunjukkan dengan hasil uji t thitung (3,014) > ttabel (1,66). Pada penelitian Jasti (2009) tentang penerapan peta konsep menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar biologi antara kelompok eksperimen dan kelompok control yang ditunjukkan hasil uji t, thitung (49,42) > ttabel (1,98). Hal ini berarti bahwa hasil belajar biologi
kelompok eksperimen yang menerapkan peta konsep lebih baik daripadda hasil belajar kelompok control. Pembelajaran dengan metode ini memberikan banyak keuntungan, selain siswa terlibat aktif dalam pembelajaran juga dapat mengembangkan sikap percaya diri. Pada pengajaran kooperatif model TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Pembelajaran TAI dibentuk dalam berbagai kelompok atau team dengan maksud membentuk semua anggota agar mengingat materi yang telah diajarkan dan lebih memahami yang nantinya digunakan dalam mengerjakan lembar kerja. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada anggota yang telah ditunjuk sebagai ketua atau anggota lain yang lebih tahu. Kelompok yang mengalami kesulitan dalam memahami suatu materi dapat meminta guru menjelaskan materi yang belum dipahami tersebut, sedangkan kelompok lain yang sudah paham dapat melanjutkan pekerjaannya. Metode pembelajaran ini juga memiliki beberapa kelemahan antara lain adanya kemungkinan hanya beberapa terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar dan yang sebagian hanya pasif serta menunggu partisipasi dari temannya. Kelemahan yang lain antara lain banyaknya waktu yang diperlukan untuk melakukan metode kooperatif model TAI sedangkan waktu di sekolah sudah disesuaikan dengan ketentuan yang diteapkan oleh kurikulum. Pada dasarnya siswa masih belajar dengan cara hapalan untuk memahami konsep-konsep biologi yang ada. Cara hapalan ini mempunyai kelemahan karena informasi yang diterima tidak dikaitkan dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh sebelumnya sehingga konsep-konsep yang diterima mudah lupa. Untuk meningkatkan pemahaman dalam proses belajar mengajar biologi maka diusahakan peningkatan pembelajaran biologi dengan menggunakan peta konsep secara bertahap, sehingga siswa bisa belajar lebih bermakna. Dalam kelas kontrol metode yang digunakan adalah metode konvensional yaitu metode ceramah. Dalam pembelajaran ini, siswa cenderung sebagai penerima sedangkan informasi hanya berasal dari guru. Sehingga proses berjalan satu arah. Siswa kurang berpartisipasi dalam pencarian konsep. Tugas siswa di dalam kelas adalah mencatat setiap informasi yang berasal dari guru. Meskipun kadang guru juga menggunakan cara tanya jawab, tetapi ternyata hal itu belum bisa memancing siswa untuk aktif terlibat dalam pembelajaran. Metode pengajaran ini mempunyai beberapa kelemahan antara lain, kurang merangsang keingintahuan siswa karena
siswa hanya mengerjakan tugas dan petunjuk yang terdapat pada lembar kerja. Kelamahan yang lain adalah informasi atau konsep yang diperoleh siswa tidak bertahan lama dalam ingatan siswa karena siswa tidak menemukan konsep sendiri. Siswa juga tidak terlatih untuk berpikir selama guru menyampaikan materi pelajaran, sehingga guru akan mendominasi kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan hasil analisa yang telah diuraikan di atas, maka menggunakan metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep memperoleh hasil positif yaitu metode kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep menunjukkan hasil yang lebih baik daripada metode konvensional terhadap hasil belajar siswa pokok bahasan Bioteknologi pada siswa kelas X SMA N 2 Karanganyar.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada perbedaan yang signifikan pemberian metode pembelajaran kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan konvensional terhadap hasil belajar Biologi materi pokok Bioteknologi siswa kelas X semester II SMA N 2 Karanganyar pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik; 2. Metode pembelajaran kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep efektif digunakan dalam pembelajaran Biologi materi pokok Bioteknologi siswa kelas X semester II SMA N 2 Karanganyar dilihat dari prosentase masing-masing aspek. Aspek kognitif 52,50% > 47,50%, aspek afektif 51,51% > 48,49%, dan aspek psikomotorik 54,14% > 45,86%.
B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi sekolah yang bersangkutan tentang pembelajaran kooperatif model TAI dan peta konsep sebagai informasi bagi sekolah tentang pemilihan metode untuk digunakan dalam proses belajar mengajar agar tercapai tujuan pembelajaran. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digeneralisasikan di sekolah yang siswanya memiliki persamaan dengan sekolah yang digunakan dalam penelitian ini. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.
2. Implikasi Praktis Dari hasil penelitian di atas maka pembelajaran kooperatif model TAI yang disertai penyusunan peta konsep dapat digunakan dan dikembangkan untuk meningkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar. Sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran yang dapat membantu menumbuhkan pemahaman terhadap materi yang diajarkan 62
dalam meraih hasil belajar yang lebih baik.
C. Saran-Saran 1. Guru a. Guru hendaknya membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan dari berbagai informasi yang didapat dan mendorong keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran. b. Guru hendaknya memotivasi siswa untuk berani mengemukakan pendapat, mendorong siswa untuk memecahkan masalah berdasarkan kemampuannya sendiri c. Guru hendaknya mampu menjadi fasilitator dan mediator dalam setiap kegiatan belajar mengajar, mampu memberikan masukan-masukan dan membantu siswa yang mengalami kesulitan. d. Guru hendaknya mampu menerapkan metode yang tepat dalam mengajar yang mampu memberikan dampak yang baik terhadap hasil belajar.
2. Siswa a. Siswa hendaknya berpartisipasi aktif dalam setiap pembelajaran karena pembelajaran kooperatif yang menggunakan model TAI yang disertai penyusunan peta konsep menuntut adanya peran serta siswa dalam pelaksanannya sehingga siswa mampu menguasai konsep yang diajarkan untuk pencapaian kompetensi tertentu. b. Siswa hendaknya mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. c. Siswa hendaknya lebih kreatif dalam memanfaatkan media pembelajaran yang ada di sekolah dan di luar sekolah. d. Siswa diharapkan mampu menentukan cara belajar yang sesuai dengan kemampuannya.
3. Orang Tua a. Orang tua sebagai pendidik di rumah hendaknya senantiasa memotivasi anak untuk giat belajar dan memperhatikan siswa selama di rumah b. Orang tua hendaknya selalu mengontrol dan mengingatkan siswa untuk mengerjakan setiap tugas yang diberikan sekolah. c. Orang tua hendaknya menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat digunakan untuk menunjang kegiatan belajar siswa di rumah.
4. Dinas Terkait a. Sekolah hendaknya menyediakan kelengkapan yang mendukung proses pembelajaran b. Pengawas, pemantauan dan pengawasan kepada guru bidang studi terutama jalannya pembelajaran yang merupakan salah satu hal yang menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar. c. MGMP, membahas lebih dalam tentang pembelajaran yang sesuai dengan materi biologi karena dengan pembelajaran yang tepat pengalaman belajar akan lebih bermakna.
5. Peneliti a. Supaya diadakan penelitian dengan menambah materi dan waktu penelitian yang lama agar mendapatkan data yang lebih baik b. Bagi para peneliti perlu mengadakan penelitian sejenis yang melibatkan variabel lain yang lebih berkaitan dengan hasil belajar, sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan hasil belajar siswa. c. Supaya diadakan penelitian dengan metode pembelajaran yang lebih baru dan inovatif.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 1998. Learning to Teach.4th Edition. Singapore: Mc Grow-Hill Budiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. Istamar Syamsuri. 2004. Biologi IB Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga Jasti. 2009. Pengaruh Peta Konsep Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Siak Hulu Kabupaten Kampar Tahun Ajaran 2008 – 2009. Skripsi: Pekanbaru. Margono. 1998. BPK. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta: UNS Press. Martinis Yamin. 2006. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press. Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius. Muhibin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Earn. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyani Sumantri dan Johar Permana. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nana Sudjana. 2002. Caret Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Nasir, 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Oemar Hamalik. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Paul Suparno, Paul. 1997. Filsafat Kontruktivitas dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Pophan, 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Retna Kusumaningrum. 2007. Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Melalui Pemanfaatan LKS (Lembar Kerja Siswa) Terhadap 65 Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belahketupat Pada Hasil Belajar Matematika Sub Siswa Kelas VII SMPN 11 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi UNNES.
Roestiyah. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rumansyah. 2001. http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/42/rumansyah.htm (Akses: 19-2-2007) Sardiman A.M. 1994. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning Theory Research and Practice, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon. Sobry Sutikno, M. 2004. Model Pembelajaran Interaksi Sosial Pembelajaran Efektif dan Retorika. Mataram: NTP Press. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sumarsih, 2007. Studi Komparasi Pembelajaran Biologi dengan Metode Inkuiri Terpimpin dan Metode Ceramah disertai LKS pada Siswa VII SMP N 1 Polokarto. Skripsi : UNS. Suryabrata, S. 1997.Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. W. James Pophan dan Eva L. Baker. 2002. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka Cipta Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. Wulandari Anita, 2006. Studi Komparasi Antara Metode Group Investigation (GI) dan Metode Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) serta Metode Konvensional Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi : UNS.