EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017)
(Skripsi)
Oleh: Ni Kadek Suriani
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh Ni Kadek Suriani
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram tahun pelajaran 2016/2017 sebanyak 180 siswa yang terdistribusi dalam lima kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII B dan VIII C yang dipilih dengan teknik cluster random sampling. Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran koorperatif tipe TPS tidak efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.
Kata kunci: efektivitas, pembelajaran kooperatif tipe TPS, penalaran matematis
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017) Oleh Ni Kadek Suriani (Skripsi) Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Darma Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 21 Januari 1995. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak I Wayan Darmita dan Ibu Ni Ketut Setuti.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Darma Agung pada tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Seputih Mataram pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Seputih Mataram pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur mandiri (UM) Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa pesanguan, Kecamatan Pematang Sawa, Kabupaten Tanggamus dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri Satu Atap Pematang Sawa.
MOTTO
“ Keberhasilan di peroleh dari keberanian yang lebih besar daripada ketakutan” (Anonim)
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang berharga dalam hidupku Bapak dan Ibuku tercinta: I Wayan Darmita dan Ni Ketut Setuti, yang telah bekerja keras, memberikan kasih sayang, mendidik, selalu memberikan do’a, semangat, dan dukungan sehingga anak mu ini yakin bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk Umat-Nya. Adikku I Komang Sucandra serta seluruh keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doanya kepadaku. Kadek Sukanadi, yang senantiasa mendukung dan menasehatiku dengan penuh kesabaran. Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran. Semua sahabat terbaik yang begitu menyayangiku dan menerima segala kekuranganku, dari kalian aku belajar banyak hal tentang hidup dan memahami kebersaman didalam perbedaan. Almamater universitas lampung tercinta.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Ditinjau Dari Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2016/ 2017)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: 1.
Bapak (I Wayan Darmita) dan Ibu (Ni Ketut Setuti) tercinta, adikku (I Komang Sucandra), serta seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan, memberikan motivasi, semangat, dan dukungan baik secara moril dan materil kepadaku.
2.
Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing Akademik, dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
ii
3.
Bapak Dr. Caswita, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II dan Ketua Jurusan PMIPA yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi perhatian, memotivasi, semangat, serta kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
4.
Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.
5.
Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan serta nasehat kepada penulis.
6.
Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7.
Bapak I Ketut Tompel, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Seputih Mataram yang telah memberikan izin penelitian.
8.
Bapak Wayan Sukra, B.Sc., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam penelitian.
9.
Sahabat-sahabatku tercinta: Wayan, Okta, Diza, Deslita, Mega, Putu, Imur, Didi, Deby, Ana dan Siska yang sangat kusayangi, yang selalu memberikan doa, semangat, nasehat, dan menciptakan rasa bahagia dalam kebersamaan.
10. Kadek Sukanadi, yang telah memberikan doa, semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. 11. Teman-teman karibku tersayang: Septi Nurlaili dan Nikita Yunika Sari. Terima kasih atas segala nasehat dan bantuan yang kalian berikan.
iii
12. Siswa/siswi kelas VIII B dan VIII C SMP Negeri 1 Seputih Mataram Tahun Pelajaran 2016/2017 atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin. 13. Teman-teman seperjuangan, seluruh angkatan 2012 Pendidikan Matematika yang selalu berbagi ilmu, memberi semangat, bantuan serta kebersamaan yang penuh kenangan. 14. Kakak-kakakku angkatan 2009, 2010, 2011 serta adik-adikku angkatan 2013, 2014, 2015 terimakasih atas kebersamaannya. 15. Sahabat-sahabat KKN di Desa Pesanguan, Kecamatan Pematang Sawa, Kabupaten Tanggamus dan PPL di SMP Negeri Satu Atap Pematang Sawa: Ani, Tika, Rohim, Lukman, Ni Luh Eka D.Y, Netika,Winda, Fara, dan Vany atas kebersamaannya selama kurang lebih dua bulan penuh makna dan kenangan. 16. Pak Mariman dan Pak Liyanto, penjaga gedung G, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya selama ini. 17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandarlampung, Penulis
Februari 2017
Ni Kadek Suriani
iv
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... viii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................
6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................
7
E. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................
8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori..................................................... .......................................
9
1. Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ...........................................
9
2. Efektivitas Pembelajaran..................................................................... 11 3. Pembelajaran Kooperatif..................................................................... 12 4. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ...................... 16 5. Pembelajaran Konvensional................................................................ 17 B. Penelitian Relevan................................................................................... 19 C. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 19 D. Anggapan Dasar ...................................................................................... 21
E. Hipotesis Penelitian................................................................................. 22 III. METODE PENELITIAN A.Populasi dan Sampel ................................................................................ 23 B.DesainPenelitian....................................................................................... 24 C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 24 D. Data penelitian ........................................................................................ 25 E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 25 F Instrumen Penelitian ................................................................................ 26 G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis...................................... 32 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian....................................................................................... 38 1. Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ............................. 38 2. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 41 3. Pencapaian Indikator Kemampuan Penalaran Matematis .................. 42 B. Pembahasan............................................................................................. 44 V.
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ................................................................................................. 50 B. Saran ...................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram ..........................................................................................
4
Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) ............................ 17 Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram............ 23 Tabel 3.2 Presstest-Posttest Control Group Desaign ..................................... 24 Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Reliabiitis ........................................................... 29 Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda................................................... 30 Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran ............................................ 31 Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Normalitas data Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa .............................................................................. 31 Tabel 3.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ............................................................................ 34 Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Penalaran Matematis Siswa................ 38 Tabel 4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ............... 39 Tabel 4.3 Data Gain Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
..................... 40
Tabel 4.4 Hasil Uji Kesamaan Dua rata-rata Data Kemampuan Penalaran Matematis Siswa................................................................................. 41 Tabel 4.5 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Penalaran Matematis Siswa.... 42 Tabel 4.6 Pencapaian Indikator Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ........ 43
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman A. PERANGKAT PEMBELAJARAN A.1
Silabus .............................................................................................
59
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) TPS ..............................
63
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kovensional ................
100
A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ...................................................... 121
B. PERANGKAT TES B.1
Kisi-kisi Soal ................................................................................... 157
B.2
Soal Pretest - Posttest...................................................................... 158
B.3
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa 159
B.4 Kunci Jawaban Soal Pretest – Posttest ........................................... 160 B.5
Form Penilaian Validitas Isi............................................ ...............
165
C. ANALISIS DATA C.1 Analisis Reliabilitas Instrumen ......................................................... 168 C.2 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Butir Soal ........... 169 C.3 Analisis Indikator Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Kontrol .............................................................................................. 170 C.4 Analisis Indikator Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas Eksperimen........................................................................................ 178 C.5 Analisi Peningkatan Skor Pretest - Posttest .................................... 186
C.6 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Penalaran Matematis Kelas Kontrol .............................................................................................. 190 C.7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Penalaran Matematis Kelas Eksperimen........................................................................................ 193 C.8 Hasil Uji Homogenitas........................................................................ 196 C. 9 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa ................................................................................. 197 C.10 Uji Proporsi Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Eksperimen . 200
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah faktor penting dalam kehidupan umat manusia, melalui pendidikan tranformasi ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berlangsung secara berkesinambungan dari generasi ke generasi, menuju peningkatan kualitas sumber daya manusia. Inilah yang mendorong negara-negara di dunia berlomba untuk meningkatkan mutu pendidikan agar dihasilkan sumber daya manusia yang dapat membangun diri, bangsa, dan negaranya.
Melalui pendidikan berbagai aspek kehidupan dikembangkan dengan proses belajar dan pembelajaran. Oleh karena itu, program pendidikan di Indonesia berupaya mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan, berpikir kritis, dan mampu bersaing dalam era globalisasi. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki pendidikan akan merubah orang yang tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi paham, serta dapat memberikan kontribusi yang positif kepada negara. Akan tetapi, yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan maksimal manakala setiap elemen dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi senantiasa berorientasi pada tujuan pendidikan nasional.
2 Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UU No.20 Tahun 2003 pasal 3 adalah: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional dioperasionalkan menjadi tujuan pembelajaran di sekolah melalui mata pelajaran yang diberikan. Salah satu pembelajaran yang diberikan di sekolah adalah pembelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dengan memajukan daya pikir manusia (Depdiknas, 2006).
Matematika tumbuh dan
berkembang sebagai aktivitas manusia yang membentuk pola pikir dalam bidangbidang tertentu, terlatih bernalar, berfikir kritis, logis, dan sistematis. Oleh karena itu penguasaan materi matematika harus ditanamkan sejak dini, sehingga siswa mempunyai dasar ilmu untuk dikembangkan dalam menghadapi perkembangan zaman dan teknologi saat ini dan masa yang akan datang.
Dalam pembelajaran matematika terdapat tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006, pembelajaran matematika diberikan kepada siswa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan yaitu: 1) memahami konsep matematika menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah: 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
3 pernyataan matematika; 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh ; 4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; 5) memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000: 67) terdiri dari lima standar kemampuan matematika yang harus dimiliki oleh siswa, yaitu kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi, kemampuan koneksi, kemampuan penalaran, dan kemampuan representasi.
Kemampuan penalaran merupakan salah satu hal yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika. Selain karena matematika merupakan ilmu yang diperoleh dengan bernalar, tetapi juga karena salah satu tujuan dari pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu menggunakan penalaran pada pola dan melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Menurut Keraf (1985: 5) penalaran merupakan suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.
Penalaran dalam matematika diperlukan pada proses penentuan
suatu argumen matematika benar atau salah dan digunakan untuk membangun suatu argumen matematika.
4 Kemampuan penalaran matematis siswa di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey yang dilakukan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS, 2011) yang menunjukkan bahwa persentase kelulusan kemampuan matematis siswa di Indonesia untuk penalaran sebesar 17%.
Persentase jauh dibawah rata-rata presentase kelulusan interna-
sional yaitu penalaran 30%. Presentase ini menunjukan bahwa penalaran matematis siswa di indonesia masih rendah. Hal ini karena siswa di Indonesia kurang terbiasa menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-soal pada TIMSS, yang subtansinya kontekstual, menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam penyelesaian (Wardhani dkk, 2011: 1). Siswa yang terbiasa mengerjakan soal-soal rutin dan meniru cara guru dalam menyelesaikan masalah akan mengalami kesulitan ketika mendapat soal-soal tidak rutin. Hasil survei tersebut sejalan dengan hasil wawancara kepada guru mitra di SMP Negeri 1 Seputih Mataram yang menyatakan bahwa kemampuan penalaran matematis di SMP tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya siswa yang mampu mengajukan dugaan, melakukan manipulasi matematika, memberikan alasan atas jawabannya, dan menarik kesimpulan dari suatu masalah matematika yang diberikan. Selain itu, dapat lihat dari hasil ulangan harian yang soal-soalnya adalah soal pemahaman konsep. Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Ulangan Harian Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram No
Kelas
Rata-rata Nilai
1. 2. 3. 4. 5.
VIIIA VIIIB VIIIC VIIID VIIIE
65,54 62,05 61,42 59,56 58,12
5 Nilai ini masih di bawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 72. Rendahnya tingkat pemahaman konsep siswa menyebabkan rendahnya matematis siswa. Pembelajaran yang selama ini diterapkan di SMP Negeri 1 Seputih Mataram yaitu dimulai dari guru menjelaskan materi pelajaran, mengerjakan latihan, dan pemberian PR. Dalam kegiatan tersebut guru merupakan sumber informasi utama dalam pembelajaran sehingga terlihat komunikasi berpusat pada guru, meskipun guru telah menerapkan belajar secara diskusi yang terjadi hanya melibatkan siswa tertentu saja. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih banyak menuggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan serta keterampilan, siswa hanya mencontoh dan mencatat bagaimana cara menyelesaikan soal setelah dikerjakan oleh gurunya, jika mereka diberikan soal yang berbeda dengan soal latihan, mereka mulai bingung.
Para siswa jarang bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas atau
kurang di pahami dan siswa juga kurang memiliki keyakinan untuk megerjakan soal kedepan kelas. Salah satu penyebab kurangnya kemampuan penalaran matematis siswa adalah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dikelas kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran atau tidak terjadi diskusi antara siswa dan siswa dengan guru. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak mengeksplorasi, menemukan sifat-sifat, mengajukan konjektur dan hanya menerima apa yang disajikan oleh guru.
6 Untuk mengatasi rendahnya kemampuan penalaran matematis diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga pada proses pembelajaran tidak hanya menerima sajian dari guru. Selain dituntut aktif dalam berpikir, siswa juga dilatih untuk menganalisis suatu permasalahan, mendiskusikan dan mengutaran ide-ide yang mereka miliki. TPS memungkinkan untuk menciptakan situasi tersebut, sehingga TPS diduga dapat mengembangkan kemampuan penalaran siswa. Pembelajaran Kooperatif TPS dicetuskan oleh Frank Lyman 1985 yang bertujuan untuk mengajarkan peserta didik agar lebih mandiri dalam menyelesaikan soalsoal yang dapat mengembangkan kemampuan matematis siswa.
Menurut lie
(2008: 57) keunggulan TPS adalah optimalisasi partisipasi peserta didik. Pembelajaran TPS memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan peserta didik lainya. Selain itu, peserta didik dapat mengembangkan ide-ide yang mereka miliki dalam mengukapkan suatu argumen. Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan penelitian yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Ditinjau dari Kemampuan Penalaran Matematis Siswa”. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran TPS efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa?”
7 Mengacu pada pengertian efektivitas pembelajaran, rumusan masalah di atas dapat dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian, yaitu : 1. “Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran TPS lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?” 2. “Apakah persentase siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang dikategorikan baik dengan KKM yaitu 72 pada kelas yang menggunakan pembelajaran TPS mencapai lebih dari 60% dari jumlah siswa?” C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembelajaran TPS terhadap kemampuan penalaran matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap
pembelajaran
matematika,
terkait
pembelajaran
TPS
serta
hubungannya dengan kemampuan penalaran matematis siswa. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dan peneliti lain.
8 a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. b. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitan lebih lanjut tentang model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun Ruang lingkup penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini membahas materi relasi dan fungsi dengan menerapkan pembelajaran TPS ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1.
Kemampuan Penalaran Matematis Siswa
Pada dasarnya setiap penyelesaian soal matematika memerlukan kemampuan penalaran. Melalui penalaran, siswa diharapkan dapat melihat bahwa matematika merupakan kajian yang masuk akal atau logis. Dengan demikian siswa merasa yakin bahwa matematika dapat dipahami, dipikirkan, dibuktikan, dan dapat dievaluasi.
Materi matematika dan penalaran merupakan dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan karena materi matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatih melalui belajar matematika (Depdiknas, 2002:6). Brodie(2010:7) menyatakan bahwa, “Mathematical reasoning is reasoning about and with the object of mathematics.” Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa penalaran matematis adalah penalaran mengenai dan dengan objek matematika. Kemudian Suriasumantri (2007:42) mengatakan bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Selain itu, Shadiq (2004:2) menjelaskan bahwa penalaran adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan.
10 Menurut Wardani (2008:12) ada dua cara untuk menarik kesimpulan yaitu secara induktif dan deduktif, sehingga dikenal dengan istilah penalaran induktif dan penalaran deduktif. Adapun pengertian dari penalaran induktif dan penalaran deduktif yaitu: a.
Penalaran induktif adalah proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta atau kejadian-kejadian khusus yang sudah diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
b.
Penalaran deduktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang hal khusus yang berpijak pada hal umum atau hal yang sebelumnya telah dibuktikan (diasumsikan) kebenaranya.
Menurut Suriasumantri (1999 : 43) sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika. Kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu. Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya.
Pada petunjuk teknis peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004 tanggal 11 November 2004 ( Wardani, 2005:1) tentang penilaian perkembangan anak didik SMP dicantumkan indikator dari kemampuan penalaran matematika adalah a.
Menyajikan pernyataan matematika secara tertulis dan gambar
b.
Mengajukan dugaan
c.
Melakukan manupilasi matematika
d.
Menarik kesimpulan
11 Menurut Saragih (2007:4) pembelajaran yang lebih menekankan pada penalaran dan pemecahan masalah sangat erat kaitannya dengan prestasi yang dicapai oleh siswa. Dengan kata lain, untuk memperoleh prestasi siswa yang tinggi dalam pembelajaran matematika, proses pembelajaran ditekankan pada penggalian kemampuan penalaran siswa.
Berdasarkan uraian di atas kemampuan penalaran matematis adalah suatu aktivitas atau proses penarikan kesimpulan yang ditandai adanya langkah-langkah dalam proses berpikir
2.
Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari Bahasa Inggris effective yang berarti berhasil atau tepat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Efektivitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaiman cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan outputnya (Siagian, 2001: 24). Dalam lingkup pembelajaran, lebih lanjut menurut Hamalik (2004:171) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan aktivitasaktivitas belajar.
Adapun hasil dari pembelajaran yang efektif adalah siswa
mendapat pemahaman, pengetahuan, dan wawasan.
Depdiknas (2008:4) menyatakan bahwa kriteria keberhasilan pembelajaran salah satunya ialah peserta didik menyelesaikan serangkaian tes, baik tes formatif, tes
12 sumatif, maupun tes ketrampilan yang mencapai tingkat keberhasilan rata-rata 60%. Keefektifan suatu pembelajaran dapat terlihat dari persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator. Pernyatan tersebut sejalan dengan BSNP (2006;12) ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara kriteria ideal untuk masing-masing indikator adalah dengan kriteria ketuntasan minimal ditentukan masing-masing lembaga pendidikan. Untuk mata pelajaran matematika kemampuan yang diukur dalam pencapaian ketuntasan belajar terdiri dari kemampuan rendah hingga kemampuan tingkat tinggi. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah tercapai tidaknya ukuran atau tingkat keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran dan mampu melatih kemampuan penalaran setelah melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Pada penelitian ini keefektifan pembelajaran yang diukur hanya dari kemampuan penalaran matematis sehingga kriteria masing-masing indikator yang digunakan adalah dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sesuai dengan yang ditetapkan sekolah yaitu 72 serta diperoleh jumlah siswa yang mencapai KKM lebih dari 60% dari jumlah siswa dalam satu kelas. 3. Pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian belajar yang dilakukan oleh siswa dgalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan . Menurut Slavin (2008: 103) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen dan
13 terdiri dari empat sampai enam orang siswa. Selanjutnya menurut Agus Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan ( reward), jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan. Model pembelajaran kooperatif mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang ditemui selama proses pembelajaran. Pola interaksi yang bersifat langsung dan terbuka diantara anggota kelompok sangat membantu siswa dalam memperoleh keberhasilan proses belajarnya. Hal ini disebabkan mereka melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar (Suprayekti, 2006: 89).
Menurut Isjoni (2009: 17) ada beberapa ciri-ciri dari cooperative learning, diantaranya adalah sebagai berikut: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Roger dan Davin Johnson dalam Agus Suprijono (2009:58) mengatakan bahwa tidak semua belajar
kelompok bisa semua belajar kelompok bisa dianggap
14 pembelajaran koopeatif.
Untuk mencapi hasil maksimal, lima unsur dalam
pembelajaran kooperaif harus diterapkan, yaitu: 1) Positive interdependence ( saling ketergantungan) unsur ini menunjukan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok.
Kedua,
menjamin semua anggota kelompok secara individual mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. 2) Personal responsbiity (tanggung jawab perseorangan) Pertanggung jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. 3) Face to face promotive interaction (Interaksi promotif) unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah (a) saling membantu secara efektif dan efesien; (b) saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan; (c) memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efesien; (d) saling mengingatkan; (e) saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi. (f) saling percaya; (g) saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. 4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapian tujuan peserta didik dalam pencapaian peserta didik harus: (a) saling megenal dan mempercayai; (b) mampu
15 berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius; (c) saling menerima dan mendukung; (d) mampu menyelesaikan konflik secara konsttuktif. 5) Group processing (pemrosesan kelompok) melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektifitas anggota dalam memberikan konstibusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif: 1) guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan motivasi belajar kepada peserta didik; 2) Guru menyampaikan informasi kepada peserta didik, baik dengan peragaan atau teks; 3) Peserta didik dikelompokkan ke dalam kelompokkelompok belajar; 3) Bimbingan kelompok-kelompok belajar pada saat peserta didik bekerja sama mengerjakan tugas yang diberikan; 4) Setiap akhir pembelajaran guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran oleh peserta didik; dan 5) Menyampaikan hasil evaluasi kepada peserta didik.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajarai materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.
16 4. Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) Pembelajaran TPS atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model TPS ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman di Maryland University. Menurut Huda (2011: 132) dalam pembelajaran TPS, pertama-tama setiap siswa diminta untuk berpikir sendirisendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikirannya dengan pasangan disebelahnya untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka berdua. Asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2007:61). Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami. Guru memilih menggunakan Think Pair Share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Menurut Ibrahim (2000: 26-27 ) ada tiga tahapan dalam pembelajaran Tipe TPS. Untuk masing-masing tahapnya disajikan dalam tabel berikut:
17
Tabel 2.1 Fase Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS) Fase Pembelajaran Tipe TPS 1. Berpikir (think)
Tingkah Laku Guru Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2. Berpasangan (pair)
Guru meminta siswa berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan
3. Berbagi( share)
Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran Tipe TPS adalah pembelajaran yang dilakukan siswa dengan cara berpasangan dengan cara tersebut siswa mampu berpikir dan merespon apa yang diperoleh serta membagi informasi yang didapat dari siswa lainya.
5. Pembelajaran Konvensional
Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Menurut Djamarah (1996), metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah
18 dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran.
Menurut Freire (1999), memberikan istilah
terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber “gaya bank” penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal. Menurut Sanjaya (2006: 259) pada pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
Menurut Sanjaya (2009:177), pembelajaran
konvensional adalah model
pembelajaran yang menekankan pada penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi secara optimal. Pembelajaran konvensional ini lebih banyak guru berceramah di kelas. Peran guru dalam metode ceramah lebih aktif dalam hal menyampaikan bahan pelajaran, sedangkan peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh guru. Secara umum, Menurut Djamarah (1996) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran konvensional sebagai berikut: 1) Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana peserta didik menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai standar; 2) Belajar secara individual; 3) Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis; 4) Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan; 5) Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final; 6) Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran; 7) Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik; 8) Interaksi di antara peserta
19 didik kurang; 9) Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran konvensiaonal adalah pembelajaran dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan.
B. Penelitian Relevan
Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini : 1. Juniza (2014) menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada pembelajaran konvensional pada siswa kelas IX SMPN 1 Kepenuhan Hulu. 2. Nataliasari (2013) menyatakan bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TPS lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.
C. Kerangka pikir Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran tipe TPS terhadap kemampuan penalaran matematis siswa. Pembelajaran tipe TPS dalam penelitian ini diterapkan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dijadikan sebagai variabel bebas. Kemampuan penalaran matematis siswa sebagai variabel terikat. Pembelajaran tipe TPS merupakan pembelajaran yang menekankan agar siswa dapat aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran tipe TPS siswa tidak hanya dituntut agar dapat memecahkan masalah dalam kelompok, namun siswa juga
20 diberi waktu untuk dapat menyelesaikan masalah secara individu. Tahapan dalam model pembelajaran tipe TPS dimulai dengan pendahuluan, berpikir secara mandiri ( Think), kemudian dilanjutkan berpasangan ( Pair), selanjutnya yaitu berbai (Share).
Tahap pertama yaitu pendahuluan, pada tahap ini guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran dan menjelaskan hal-hal yang diperlukan selama proses pembelajaran.
Guru memberikan motivasi kepada siswa, dan meng-
kondisikan siswa dengan memberikan apersepsi yang berhubungan dengan masalah sehari-hari. Pada tahap ini siswa diajak memahami pertanyaan atau pernyataan yang diberikan tersebut, kemudian siswa mengubah pernyataan yang diberikan guru ke dalam bahasa matematika. Pada tahap ini, rasa ingin tahu siswa akan muncul. Dengan demikian, siswa akan lebih semangat dalam proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan siswa dalam menyajikan pernyataan matematis secara tertulis dan gambar.
Tahap kedua yaitu berpikir (Think).
Memasuki tahap ini, guru membagikan
Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap siswa. Pada tahap ini siswa dituntut mengoptimalkan kemampuan individu siswa dalam menyajikan pertanyaan atau pernyataan matematika secara tertulis atau gambar, serta mengajukan suatu dugaan dari permasalahan tersebut. Dengan demikian kemampuan penalaran matematis siswa dapat ditingkatkan.
Tahap ketiga yaitu berpasangan (Pair). Pada tahap ini guru membagi siswa kedalam kelompok heterogen beranggota dua orang. Dalam aktivitas diskusi, siswa dituntut dapat mengungkapkan jawaban dari pertanyaan pada tahap kedua.
21 Menyusun suatu jawaban yang diduskusikan memerlukan suatu manipulasi matematis.
Selain
itu
dengan
berpasangan,
siswa
diharapkan
mampu
mengembangkan ide-ide, mengungkapkan alasan dari suatu jawaban dan menambah atau merinci secara detail jawaban dari masing-masing siswa dalam kelompok, sehingga mereka memperoleh ragam jawaban dari hasil diskusi tersebut. Serta siswa dapat membuat suatu kesimpualan dari jawaban yang dianggap paling benar. Dengan demikian kemampuan penalaran matematis siswa dapat ditingkatkan.
Tahap selanjutnya yaitu berbagi (Share). Pada tahap ini, masing-masing pasangan berbagi dengan pasangan lainya. Guru membantu siswa dalam mengevaluasi hasil diskusi, serta bersama-sama dengan siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. Pada tahap ini siswa dapat merinci suatu jawaban dari kelompok lainnya. Selain itu siswa akan lebih lancar dalam menggunakan konsep matematika, karena dengan berbagi siswa dapat mengetahui berbagai macam jawaban yang mungkin benar dan berbeda dengan yang mereka hasilkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran TPS memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis .
D. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Setiap siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 1 Seputih Mataram memperoleh materi pelajaran matematika dan sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
22 2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan penalaran matematis siswa selain model pembelajaran tipe TPS dan model pembelajaran konvensional dianggap memiliki pengaruh yang sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Umum Pembelajaran TPS efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa. 2. Hipotesis Khusus a. Peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran TPS lebih tinggi dari pada kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. b. Siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang dikategorikan baik setelah pembelajaran TPS mencapai lebih dari 60% dari jumlah siswa.
23
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/ 2017 di SMP Negeri 1 Seputih Mataram yang terletak di Jln.
AMD Wirata Agung,
Kecamatan Seputih Mataram Kabupaten Lampung Tengah.
Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram yang berjumlah 180 siswa yang terdistribusi dalam lima kelas.
Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram No 1. 2. 3. 4. 5.
Kelas VIIIA VIIIB VIIIC VIIID VIIIE
Rata-rata Nilai 65,54 62,05 61,42 59,56 58,12
Dari kelima kelas tersebut dipilih dua kelas sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling.
Terpilihlah kelas VIIIB dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIIIC dengan jumlah 36 siswa sebagai kelas kontrol. Kelima kelas tersebut diajar oleh guru yang sama, dan menggunakan model pembelajaran konvensional yang diterapkan sehingga tingkat kemampuan kedua kelas relatif sama.
24
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experiment (eksperimen semu) dengan the pretest–posttest control group design. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.1. berikut:
Tabel 3.2. Pretest – Posttest Control Group Design Kelompok Eksperimen Kontrol
Pretest A1 B1
Perlakuan Pembelajaran Posttest X A2 B2 Menurut Sugiyono (2009:112)
Keterangan: A1 : pretest yang dilaksanakan pada kelas eksperimen A2 : posttest yang dilaksanakan pada kelas eksperimen X : perlakuan yang diberikan dikelompok eksperimen yaitu model pembelajaran TPS B1 : pretest yang dilaksanakan pada kelas kontrol B2 : posttest yang dilaksanaka pada kelas kontrol dan kelas kontrol
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes yang dilakukan sebelum (pretest) dan sesudah diberikan perlakuan (posttest). Tes yang digunakan berupa tes kemampuan penalaran matematis siswa yang berbentuk uraian. Pemberian tes berguna untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran TPS dan kelas yang mengikuti pembelajaran konvensional.
25
D. Data Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kemampuan penalaran matematis siswa yang diinterpretasikan dengan skor pretest-posttest dan data skor peningkatan (gain). Data ini berupa data kuantitatif.
E. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Penelitian yang akan dilakukan meliputi beberapa tahapan. Urutan pelaksanaan penelitian yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi untuk melihat karekteristik populasi yang ada. b. Menentukan sampel penelitian c. Menentukan materi yang akan digunakan dalam penelitian d. Menyusun proposal penelitian e. Membuat perangkat pembelajaran dan instrumen tes untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol f. Mengonsultasikan bahan ajar dan instrumen dengan dosen pembimbing dan guru bidang studi matematika g. Melakukan ujicoba instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan pretest pada kelas kontrol dan eksperimen sebelum mendapatkan perlakuan. .
26
b. Melaksanakan
pembelajaran
matematika
dengan
model
pembelajaran
koorperatif tipe TPS pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol c. Memberikan posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah mendapat perlakuan.
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan data dari sampel terkait hasil tes kemampuan pretest dan posttest penalaran matematis siswa. b. Mengolah dan menganalisis hasil data yang diperoleh dari masing-masing kelas serta membuat kesimpulan. c. Menyusun laporan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrumen tes untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian yang disusun berdasarkan indikator kemampuan penalaran matematis siswa. Tes yang diberikan pada setiap kelas yaitu soal-soal pretest dan posttest. Materi yang diujikan adalah pokok bahasan Relasi dan Fungsi. Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Melakukan pembatasan materi yang diujikan 2) Menentukan tipe soal 3) Menentukan jumlah butir soal
27
4) Menentukan waktu mengerjakan soal dan menuliskan petunjuk mengerjakan soal 5) Membuat kisi-kisi soal berdasarkan indikator pembelajaran yang ingin dicapai 6) Menuliskan butir soal 7) Menuliskan kunci jawaban, dan pedoman penskoran 8) Menganalisis validitas isi 9) Mengujicobakan instrumen 10) Menganalisis reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran 11) Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah dilakukan Berdasarkan
indikator
penalaran
metematis
siswa,
pedoman
penskoran
kemampuan penalaran matematis siswa dapat dilihat pada ( Lampiran B.3) .
a.
Validitas Isi
Validitas isi tes kemampuan penalaran matematis diketahui dengan cara menilai kesesuaian isi yang terkandung dalam tes penalaran matematis dengan indikator kemampuan penalaran matematis siswa yang telah ditentukan.
Pengujian validitas instrumen tes dalam penelitian ini dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VIII
dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran
matematika kelas VIII SMP Negeri Seputih Mataram Lampung Tengah mengetahui dengan benar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk tingkat SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Instrumen Tes yang dikateorikan valid adalah yang
28
butir-butir tesnya telah dinyatakan sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pembelajaran yang diukur.
Penilaian terhadap kesesuain isi instrumen tes terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan penilaian terhadap kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan penalaran siswa dilakukan dengan menggunakan daftar checklist oleh guru mitra. Hasil konsultasi dengan guru menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data kemampuan penalaran masalah matematis siswa telah memenuhi validitas isi (Lampiran B.5).
Setelah semua butir soal dinyatakan valid maka selanjutnya soal tes tersebut diujicobakan pada siswa kelas diluar sampel yaitu kelas IXA. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dengan menggunakan bantuan Software Microsoft Excel untuk mengetahui reliabilitas tes, daya pembeda, dan indeks kesukaran butir soal.
b. Reliabilitas Tes
Reliabilitas berhubungan dengan ketetapan hasil dari data yang diperoleh, yang artinya data tidak berubah-ubah dan apabila hasilnya berubah-ubah, perubahannya dapat dikatakan tidak berarti.
Perhitungan reliabilitas instrumen tes dalam
penelitian ini menggunakan reliabilitas total dari semua butir soal. Perhitungan ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2011 : 208-209) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus Alpha, yaitu : 2 n i 1 r11 2 i n 1
29
Keterangan: r11 : koefisien reliabilitas instrumen tes : banyaknya item n
i
2
2 i
: jumlah varians dari tiap-tiap item tes : varians total.
Menurut
Sudijono
(2011:209)
koefisien
reliabilitas
r11 yang diperoleh
diinterpretasikan ke dalam kriteria koefisien reliabilitas sebagai berikut.
Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Reliabilitas Koefisien reliabilitas 0,00 - 0,20 0,21 - 0,40 0,41 - 0,60 0,61 - 0,80 0,81 - 1,00
Kriteria Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai koefisien reliabilitas tes adalah 0,93 dapat dilihat pada ( Lampiran C.1) Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang digunakan memiliki reliabilitas yang sangat tinggi.
c.
Indeks Daya Pembeda
Daya pembeda tiap butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang dapat menjawab benar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak dapat menjawab dengan benar (berkemampuan rendah). Menurut Suherman (2003:159) mengungkapkan bahwa Daya pembeda (DP) dari suatu butir soal menyatakan kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa
30
yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan indeks daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut (Suherman, 2003) :
=
−
Keterangan : DP
: indeks daya pembeda butir soal tertentu : Rata-rata skor siswa kelompok atas : Rata-rata skor siswa kelompok bawah : skor maksimal ideal
Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda Nilai -1,00 −0,09 0,10 − 0,19 0,20 − 0,29 0,30 − 0,49 0,50 − 1,00
Interpretasi Sangat Buruk Buruk cukup baik Baik Sangat Baik
Soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal yang memiliki interpretasi cukup baik, baik, atau sangat baik. Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda butir soal instrumen pada uji coba diperoleh daya pembeda tes yang baik . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa daya pembeda soal instrumen sesuai
dengan kriteria yang digunakan sehingga instrumen dapat digunakan dalam penelitian. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.2
d. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak
31
terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba mengerjakan kembali karena di luar jangkauannya.
Menurut Sudijono (2008: 372) untuk menghitung tingkat kesukaran soal, digunakan rumus sebagai berikut. =
Keterangan: TK : indeks tingkat kesukaran suatu butir soal JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal. Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) sebagai berikut :
Tabel 3.5 Interpretasi Indeks Tingkat Kesukaran Nilai
Interpretasi
0.00 − 0.15
Sangat Sukar
0.31 − 0.70
Sedang
0.86 − 1.00
Sangat Mudah
0.16 − 0.30 0.71 − 0.85
Sukar
Mudah
Soal yang akan diambil dalam penelitian ini adalah soal yang termasuk dalam kriteria mudah, sedang dan sukar. Berdasarkan hasil perhitungan data uji coba instrumen tes, semua butir soal memiliki tingkat kesukaran yang sedang. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C.2.
32
G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Data yang diperoleh dari hasil pretest dan postest dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Hake (1998: 1) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain ternormalisasi (normalized gain) yaitu: −
=
−
Hasil perhitungan skor gain kemampuan penalaran matematis siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.3 dan C.4.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terhadap data gain skor kemampuan Penalaran matematis siswa, maka dilakukan uji prasyarat terhadap data kuantitatif dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian prasyarat ini dilakukan untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari data populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.
1. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data gain kemampuan penalaran kedua sampel penelitian, yaitu data kelas eksperimen dan kelas kontrol, berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji Chi Kuadrat. Uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273), yaitu a.
Hipotesis Ho: data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal
33
H1 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal b.
Taraf signifikan : α = 0,05
c.
Statistik uji Rumus uji Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut: (
=∑
)
Keterangan:
= frekuensi pengamatan = frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan d.
Kriteria Uji Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika χ
= χ
(
∝)(
)
<
dengan
Rekapitulasi uji normalitas data gain kemampuan matematis disajikan pada Tabel 3.5. perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan Lampiran C.7
Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Penalaran Matematis Pembelajaran
X2hitung
X2 kritis
Keputusan H0
TPS konvensional
6,724 7,623
9,49 9,49
diterima diterima
Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa data gain kemampuan penalaran matematis pada siswa yang mengikuti pembelajaran TPS dan konvensional berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2.
Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dalam kedua kelompok data gain memiliki varians yang sama atau tidak .
34
Menurut Sudjana (2005: 249), untuk menguji homogenitas dapat dilakukan dengan ketentuan berikut: a.
Hipotesis =
Ho:
≠
H1:
(kedua kelompok data gain memiliki varians yang sama) (kedua kelompok gain memiliki varians yang tidak sama)
b.
Taraf signifikan : α = 0,05
c.
Statistik Uji =
Keterangan: s s d.
= varians terbesar = varians terkecil
Kriteria Uji <
Terima H0 jika
dengan
(
dari daftar distribusi F dengan α = 0,05 Untuk (varians terbesar) dan
,
)
didapat
− 1 adalah dk pembilang
− 1 adalah dk penyebut (varians terkecil). Hasil
perhitungan uji normalitas disajikan pada Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Data Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Kelas
Varians
Eksperimen
0,008
Kontrol
0,018
Keputusan Uji 2,25
0,51
ditolak
Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas varians data kemapuan penalaran matematis siswa yang mengikuti Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan siswa
35
yang mengikuti pembelajaran konvensional diperoleh
>
. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa varians kedua populasi tidak sama. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.8.
3.
Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji kesamaan dua rata-rata untuk hipotesis 1 dan uji proporsi untuk hipotesis 2. Adapun penjelasan dari masing-masing uji hipotesis sebagai berikut.
a. Uji kesamaan dua rata-rata
Pada uji normalitas dan homogenitas, kedua data gain berdistribusi normal dan kedua kelompok data gain tidak memiliki varians yang sama. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t’. Hipotesis uji data kemampuan penalaran matematis sebagai berikut.
a) Hipotesis : μ1 = μ2 (tidak terdapat perbedaan antara rata-rata skor peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti TPS dengan rata-rata skor peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional). : μ1 > μ2 (rata-rata skor peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti TPS lebih tinggi daripada rata-rata skor peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional)
36
b) Taraf signifikan: α = 0,05 c) Uji Statistik Statistik yang digunakan untuk uji-t menurut Sudjana ( 2005: 243) adalah: ′
=
̅ − ̅ +
Keterangan: ̅ = rata-rata gain kemampuan penalaran matematis siswa pada kela eksperimen ̅ = rata-rata gain kemampuan penalaran matematis siswa pada kelas kontrol = banyaknya subyek kelas eksperimen = banyaknya subyek kelas kontrol = varians yang mengikuti kelas eksperimen = varians yang mengikuti kelas kontrol d) Kriteria pengujian adalah terima H0 jika ′ dengan
t’kritis = =
1 2
= =
;
(1− ), ( 1 (1− ), ( 2
< ′
, dan sebaliknya
=
− 1) − 1)
b. Uji Proporsi
Untuk mengetahui besarnya proporsi siswa yang memiliki kemampuan penalaran matematis terkategori baik pada siswa yang mengikuti TPS, dilakukan uji proporsi satu pihak. Uji proporsi menurut Sudjana (2005: 235) adalah sebagai berikut.
37
a) Hipotesis H0 : = 0,60 (proporsi siswa yang berkemampuan penalaran matematis terkateori baik sama dengan 60%) H1 : > 0,60 (proporsi siswa yang berkemampuan penalaran matematis terkategori lebih dari 60%) b) Taraf signifikan: α = 0,05 c) Uji Statistik. Menurut Sudjana (2005: 234) rumus uji proporsi yang digunakan yaitu:
=
, (
,
, )
Keterangan: x = banyaknya siswa yang tuntas dengan pembelajaran TPS n = jumlah sampel
d) Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika
α).
=
<
, dengan
. Diperoleh dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–
50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Seputih Mataram Tahun ajaran 2016/2017 dan pembahasan, dapat dilihat bahwa peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dengan pembelajaran TPS lebih tinggi daripada peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa dengan pembelajaran konvensional, tetapi presentase siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang terkategori baik kurang dari 60% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran TPS. Oleh karena itu, dapat dikesimpulan bahwa model pembelajaran TPS tidak efektif ditinjau dari kemampuan penalaran matematis siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu: 1. Kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa, dapat menerapkan pembelajaran TPS sebagai salah satu alternatif diantara banyak pilihan model pembelajaran matematika, dengan pertimbangan bahwa guru telah memahami tahap-tahap pada TPS. Khususnya ketika kegiatan diskusi berlangsung, guru harus mengelola kelas seefektif mungkin agar suasana belajar kondusif.
51 2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang TPS disarankan membuat
sebuah
skenario
dan
perencanaan
yang
matang
sehingga
pembelajaran terjadi secara sistematis sesuai dengan rencana. Melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih lama agar subjek penelitian terbiasa dengan pembelajaran TPS dan memperhatikan efisiensi waktu agar proses pembelajaran berjalan secara optimal.
52
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Lie. 2008. Kooperatif Learning. Jakarta: PT Grasindo Agus, Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aunurrahman. 2010.Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ke-4.Bandung:Alfabeta Alma, Buchari. 2009. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta. Brodie, Karin. 2010. Teaching Mathematical Reasoning in Secondary School Classroom. New York: Springer. BSNP. 2006. Standar Isi, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: BSNP. Depdiknas. 2002 . Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad Ke-21. Jakarta: Depdiknas. . 2003. Undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Sinar Grafik. . 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. . 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. . 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Dikdasmen. Djamarah dan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Freire, Paulo. 1999. Politik pendidikan, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
53 Hake, Richard R. 1998. Analyzing Change/Gain Scores. [online]. Diakses di ghttp://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf. Pada 20 November 2015. Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya: University Press. Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Juniza. 2014. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IX SMPN 1 Kepenuhan Hulu. Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian. [online]. Diakses di http://ejournal.upp.ac.id/index.php/mtkfkip/article/view/268/273 pada 26 maret 2016. Keraf, Gorys. 1985. Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia. Nataliasari, Ike. 2013. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTS.Tasikmalaya: Program Pascasar jana Universitas Terbuka. .[online].Diakses di http://pasca.ut.ac.id/journal/in dex.php/JPK/article/download/4/4 Pada 21 januari 2016 NCTM. 2000. Principles and Standards For School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana Penada Media Group. . 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta; Kencana Prenada Media Group. Saragih,S.2007.Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Bandung: Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung. [online] Diakses di http://digilib.upi.edu/digitalview.php?digital_id=1474 pada 3 januari 2016 Shadiq.2004. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Yogyakarta: Makalah Penataran Guru PPPG. Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
54 .2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Sudirman. 2002. Pengaruh Motivasi Kerja Efektifitas Pelayanan. Bandung: Primako Akademika. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Cv Alfabeta. Suherman, Erman.2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica Jurusan Pendidikan Matematika FIMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. .2003. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: UPI [online]. Diakses di http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_d0151_060071_chapter3.pdf pada 21 januari 2016 Suriasumantri, Jujun S. 1999. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor. . 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sondang P, Siagian . 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Slavin, E. Robert. 2008. Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Suprayekti. 2006. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur, No.7, Th 5, Desember 2006. [Online]. Diakses di : http:// www.bpkpenabur.or.id/id/jurnal?page=2. pada 17 Desember 2016 Tjokrodihardjo.2003. Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Pair Share. Jakarta: Rosdakarya. Trianto.2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka. Trihendradi, Cornelius .2005. Step by step SPSS (Analisis Data Statistik). Yogyakarta: Penerbit Andi. TIMSS.2011. Internasional Results in Mathematics.[online].Diakses di http://timssand pirls.bc.edu. pada 22 januari 2016 Wardani, Sri. 2005. Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP. Yogyakarta : PPPG Matematika . . 2008..Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Dapartemen Pendidikan Nasional.
55
Wardani dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP:Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta PPPPTK. [Online] Diakses di http://p4-tkmatematika.org/ pada 23 januari 2016.