PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu : Sugiyatno, M.Pd
Disusun Oleh : 1. Shandy Eksani Putra (09403241002) 2. Eti Wahyu S
(09403241015)
3. Retno Ekosari S
(09403241020)
4. Reny Ika Wulandari (09403241034) 5. Herlina Permatasari
(09403241044)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI REGULER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur marilah kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Psikologi Pendidikan dengan judul Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB). Makalah ini akan membahas tentang pengertian DKB, Kedudukan DKB dalam Pembelajaran., Peserta didik berkesulitan belajar, faktor – faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar, pengenalan kesulitan belajar peserta didik , prosedur pelaksanaan DKB dan Pembelajaran. Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan beberapa pihak, di antaranya Sugiyatno, M.Pd Selaku dosen pembimbing serta teman-teman yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan pembuatan makalah di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Amin.
Yogyakarta, Desember 2010
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Karena itu guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan kemampuan peserta didik secara individual, agar dapat membantu perkembangan peserta didik secara optimal dan dapat mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus mampu mengenali peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Guru harus memahami factor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, karena kesulitan belajar akan bersumber pada factor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)? 2. Bagaimana kedudukan DKB dalam pembelajaran? 3. Bagaimana ciri-ciri peserta didik yang berkesulitan belajar? 4. Apa saja factor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar? 5. Bagaimana kesulitan Belajar Peserta didik? 6. Bagaimana Prosedur pelaksanaan DKB? 7. Apa yang dimaksud dengan pengajaran remedial dan program pengayaan dalam pembelajaran?
C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB) 2. Mengetahui kedudukan DKB dalam pembelajaran 3. Mengetahui ciri-ciri peserta didik yang berkesulitan belajar 4. Mengetahui factor-faktor yang mempengarhi kesulitan belajar 5. Mengetahui kesulitan Belajar Peserta didik 6. Mengetahui Prosedur pelaksanaan DKB 7. Mengetahui yang dimaksud dengan pengajaran remedial dan program pengayaan dalam pembelajaran
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar. Dalam pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis dan kesulitan belajar. Banyak ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosis antara lain, menurut Harriman dalam bukunya Handbook of Psychological Term, diagnosis adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi diagnosis merupakan proses pemeriksaan terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres atau bermasalah. Sedangkan menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hak menentukan permasalahan kikat kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai , yang selanjutnya untuk menentukan permasalan yang dihadapi. Maka dapat disimpulkan bahwa diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak. Setelah kita pahami pengertian diagnosis, selanjutnya kita bahas mengenai kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan. bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak antara prestasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi actual). Blassic dan Jones juga mengatakan bahwa peserta didik yang memiliki intelegensi normal, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan yang
penting dalam proses belajar, baik dalam persepsi, ingatan, perhatian ataupun dalam fungsi motoriknya. Jadi kesulitan belajar yang dialami peserta didik tidak selalu disebabkan oleh intelejensi atau angka kecerdasannya yang rendah. Kesulitan atau hambatan belajar yang dialami oleh peserta didik dapat berasal dari faktor fisiologik, psikologik, instrument, dan lingkungan belajar. Maka dapat disimpulkan
bahwa diagnosis kesulitan belajar merupakan proses
menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak. Berikut ini akan dikemukakan permasalahan belajar peserta didik menurut Warkitri dkk (1990) sebagai berikut : 1. Kekacauan Belajar (Learning Discorer) yaitu suatu keadaan dimana proses belajar anak terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. 2. Ketidakmampuan Belajar (Learning Disability) yaitu suatu gejala anak tidak mampu belajar atau selalu menghindari kegiatan belajar dengan berbagai sebab
sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah
potensi intelektualnya. 3. Learning Disfunction yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada gejala proses belajar yang tidak dapat berfungsi dengan baik, walaupun anak tidak menunjukkan adanya subnormal mental, gangguan alat indera ataupun gangguan psikologis yang lain. 4. Under Achiever, adalah suatu kesulitan belajar yang terjadi pada anak yang memiliki potensi intelektual tergolong di atas normal tetapi prestasi belajar yang dicapai tergolong rendah. 5. Lambat Belajar (Slow Learner) adalah kesulitan belajar yang disebabkan anak sangat lambat dalam proses belajarnya, sehingga setiap melakukan kegiatan belajar membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi intelektual yang sama.
B. Kedudukan Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Pembelajaran Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru yang diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik. Sebaliknya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya atau gagal dalam belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah. Artinya peserta didik belum mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Kaitannya dengan konsep belajar tuntas (mastery learning) tingkat penguasaan bahan pelajaran biasanya ditetapkan antara 75% - 90%. Bila peserta didik belum mampu menguasai bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan, maka peserta didik tersebut harus dibantu sampai mencapai penguasaan bahan pelajaran seperti yang telah ditetapkan.John B. Carol (1986) mengatakan : apabila peserta didik diberi kesempatan menggunakan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, dan mereka menggunakan dengan sebaik-baiknya maka mereka akan mencapai tingkat hasil belajar seperti yang diharapkan. Jadi setiap peserta didik yang memiliki kecakapan normal, apabila diberi kecukupan waktu cukup untuk belajar , mereka akan mampu menyelesaikan tugas-tugas belajarnya selama kondisi yang tersedia menguntungkan. Lebih lanjut Caroll mengatakan bahwa hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh : 1. Waktu yang tersedia untuk mempelajari bahan pelajaran yang telah ditentukan 2. Usaha yang dilakukan peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran 3. Bakat yang dimiliki peserta didik 4. Kualitas pengajaran atau tingkat kejelasan pengajarannya. 5. Kemampuan peserta didik untuk mendapat manfaat yang optimal dari keseluruhan proses pembelajaran yang sedang dihadapi.
C. Peserta Didik Berkesulitan Belajar Blassic dan Jones (19760 mengemukakan karakteristik anak yang mengalami
kesulitan
belajar
dapat
ditunjukkan dalam
karakteristik
behavioral, fisikal, bicara dan bahasa, serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar. Selain itu Sumadi Suryobroto (1984) mengemukakan bahwa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui melalui kriteria-kriteria yang sebenarnya merupakan harapan dan sekaligus kriteria tersebut merupakan indikator bagi terjadinya kesulitan belajar. Adanya kesulitan belajar tersebut dapat diketahui atas dasar : 1. Grade level, yaitu apabila anak tidak naik kelas sampai dua kali. 2. Age level, yaitu apabila anak yang umurnya tidak sesuai dengan kelasnya. 3. Intellegensi level, terjadi pada anak yang mengalami under achiever. 4. General level, terjadi pada anak yang secara umum dapat mencapai prestasi sesuai dengan harapan, tetapi ada beberapa mata pelajaran yang tidak dapat dicapai sesuai dengan kriteria atau sangat rendah dimana siswa mengalami kesulitan belajar. Sumadi Suryabrata menggambarkan ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan adanya gangguan
aktivitas motorik,
emosional, prestasi, persepsi, tidak dapat menangkap arti, membuat dan menangkap simbol, perhatian, tidak dapat memperhatikan dan tidak dapat mengalihkan perhatian, dan gangguan ingatan. Sedangkan Moh. Surya (1978) mengemukakan ciri-ciri anak yang mengalami kesulitan belajar : 1. Menunjukkan adanya hasil belajar yang rendah 2. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan 3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar 4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar 5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan 6. Menunjukkan gejala emosi yang kurang wajar
Dapat disimpulkan bahwa peserta didik yang mengalami kesulitan belajar menunjukkan ciri-ciri sbb: 1. Prestasi belajarnya rendah artinya nilai yang diperoleh dibawah nilai ratarata kelompoknya. 2. Usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar tidak sebanding dengan hasil yang dicapai 3. Lamban dalam mengerjakan tugas dan terlambat dalam menyelesaikan atau menyerahkan tugas. 4. Sikap acuh dalam mengikuti pelajaran dan sikap kurang wajar lainnya. 5. Menunjukkan perilaku menyimpang dari peilaku temannya yang seusianya. Emosional, misalnya mudah tersinggung, mudah marah, pemurung.
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Latar belakang terjadinya kesulitan belajar atau ketidakberesan dalam belajar banyak sekali macam ragamnya. Tetapi bila penyebab kesulitan belajar itu dikaitkan dengan faktor-faktor yang berperanan dalam belajar, maka penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (faktor internal) yang meliputi: kemampuan intelektual,afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan(Fontana, 1981). Sedang faktor yang berasal dari luar pelajar (faktor eksternal) meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan social maupun lingkungan alam. Menyimak faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar tersebut di atas, maka peserta didik mengalami kesulitan belajar atau ketidakberesan dalam belajar, ditunjukkan oleh hasil belajar yang rendah. Hal
ini disebabkan oleh berbagai hal seperti yang dikemukakan oleh Noehi Nasution. (1992: 215) 1. Rendahnya kemampuan intelektual anak 2. Gangguan perasaan atau emosi 3. Kurangnya motivasi untuk belajar 4. Kurang matangnya anak untuk belajar 5. Usia yang terlampau muda 6. Latar belakang sosial yang tidak menunjang 7. Kebiasaan belajar yang kurang baik 8. Kemampuan mengingat yang rendah 9. Terganggunya alat-alat indra 10. Proses belajar mengajar yang tidak sesuai dan 11. Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar. Untuk lebih lengkapnya, marilah kita simak pandangan ahli yang lain yang berkaitan dengan permasalahan belajar yang dialami peserta didik, baik faktor internal maupun eksternal. Dimyati dan Mudjiono(1994: 228-235) mengemukakan faktor-faktor internal yang mempengaruhi proses belajar sebagai berikut: 1. Sikap terhadap belajar 2. Motivasi belajar 3. Konsentrasi belajar 4. Mengolah bahan ajar 5. Menyimpan perolehan hasil belajar 6. Menggali hasil belajar yang tersimpan 7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja 8. Rasa percaya diri siswa 9. Inteligensi dan keberhasilan belajar 10. Kebiasaan belajar 11. Cita-cita siswa
Sedang faktor eksternal yang berpengaruh terhadap proses belajar meliputi: 1. Guru sebagai Pembina siswa belajar 2. Sarana dan prasarana pembelajaran 3. Kebijakan penilaian 4. Lingkungan social siswa di sekolah 5. Kurikulum sekolah Berdasarkan uraian tersebut di atas maka faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Environment input Environment Teaching input Raw Input
Environment Learning Teaching Proses Teaching input
Output
Insrumental input
Bagan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Keterangan: Raw Input
: peserta didik
Learning Teaching Process : proses belajar mengajar atau proses pembelajaran Environmental input
: faktor lingkungan
Instrumental input
: sarana dan prasarana penunjang proses belajar mengajar
Output
: peserta didik sebagai hasil proses pembelajaran
E. Pengenalan Kesulitan Belajar Peserta Didik Untuk membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik, kita harus menentukan faktor penyebab dari kesulitan belaja tersebut. Setelah faktor penyebab kesulitan belajar diketahui, kita baru dapat menentukan alternative bantuan yang diberikan. Untuk dapat menentukan kesulitan belajar peserta didik dengan tepat,maka kita harus mengumpulkan data selengkap mungkin, baik dengan teknik non tes maupun dengan teknik tes. 1. Teknik Nontes Teknik nontes yang dimaksud disini adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan dengan cara: wawancara, observasi, angket, sosiometri, biografi, pemeriksaan kesehatan dan fisik, dan dokumentasi. a. Wawancara Wawancara atau interview merupakan cara untuk memperoleh data atau keterangan degan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. b. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja diadakan dengan alat indra terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berikut ada beberapa petunjuk bagi observer dalam mengadakan observasi: 1) Observer perlu memahami terlebih dahulu apa yang akan dobservasi dan jenis gejala apa yang perlu dicatat. 2) Meneliti tujuan umum dan khusus, apakah sudah sesuai denga permasalahan yang akan diteliti, seingga dapat dijadikan dasar untuk menentukan apa yang harus diobservasi. 3) Buatlah cara untuk mencatat observasi. Cara ini akan menghemat waktu dan menyeragamkan tata kerja observasi yang dilakukan terhadap banyak peristiwa.
4) Adakan batasi dngan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan digunakan. 5) Adakan observasi secermat-cermatnya dengan pencatatan yang sudah disederhanakan. 6) Catatlah gejala-gejala secara terpisah. 7) Ketahuilah baik-baik alat-alat pencatat dan tata cara mencatat sebelum melakukan observasi. c. Angket Angket atau kuisener adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang diselidiki atau disebut responden, secara tertulis. Bila ditinjau dari cara menjawabnya angket terbagi menjadi dua yaitu: 1) Angket langsung Angket yang diberikan kepada orang yang akan dikumpulkan datanya. 2) Angket tidak langsung Angket yang diberikan kepada orang lain yang dianggap mengetahui keadaaan orang yang akan dikumpulkan datanya. Bila ditinjau dari bentuk pertanyaannya angket dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Angket tertutup Pertanyaan yang dijawabnya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya. 2) Angket terbuka Pertanyaaan-pertanyaan
dalam
angket
yang
memberikan
kesempatan kepada responden untuk memberikan jawaban seluas-luasnya. Angket teruka ini tepat digunakan utuk mengungkap pendapat seseorang tentang sesuatu.
3) Angket tertutup terbuka Angket yang terdiri dari angket tertutup, shingga responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, namun bila jawaban tidak ada yang sesuai menurut responden, maka responden diberi kesempatan untuk mengemukakan jawaban sesuai dengan keadaan responden. Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan angket: 1) Gunakan angket dalam keadaan atau situasi yang setepattepatnya. 2) Tentukan terlebih dahulu tujuan kuisener/angket, baik tujuan umum maupun khusus. 3) Tentukan dan susunlah pertanyaan-pertanyaan sebaik-baiknya: a) Pertanyaan harus singkat dan jelas(mudah dimengerti) b) Jangan sampai ada pertanyaan yang terulang c) Pertanyaan harus tegas, artinya jangan meragukan responden d) Pertanyaan jangan sampai menimbulkan pertanyaan e) Pertanyaan jangan sampai menimbulkan hal-hal yang memalukan. 4) Pertanyaan disusun menurut aspeknya atau kategorinya atau golongan-golongannya, agar lebih sistematis sehingga mudah menganalisisnya. 5) Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang sesungguhnya , maka angket yang telah tersusun sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kesalahan-kesalahan baik kesalahan redaksional maupun isi materi.
d. Sosiometri Sosiometri adalah suatu cara untuk mengetahui hubungan social seseorang, yang sering disebut juga sebagai ukuran berteman seseorang. Gambaran mengenai hubungan seseorang disebut sosiogram. Baik tidaknya hubungan social seseorang denga orang lain dapat dilihat dari beberapa segi. Bimo Walgito, 1980:72.mengemukakan sebagai berikut: 1) Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya anak atau orang itu bergaul. 2) Intesitas hubungan, yaitu segi mendalam tidaknya anak atau orang didalam pergaulannya, yaitu intim tidaknya mereka bergaul 3) Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul, dapat dgunakan sebagaikriteria pula untuk melihat baik buruknya dalam hubungan sosialnya.. e. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan mengutip dari sumber catatan yang sudah ada
f. Pemeriksaan fisik dan kesehatan Pemeriksaan fisik berkaitan dengan pengumpulan data yang berkaitan dengan kondisi dan perkembangan fisik, misalya kecacatan yang dimiliki, bentuk tubuh dan wajah yang kurang menarik. Sedang pemeriksaan kesehatan berkaitan dengan masalah penyakit yang diderita seseorang. Dalam hal ini peran dokter sangat dibutuhkan dalam memberikan informasi tentang kesehatan seseorang. 2. Teknik Tes Teknik tes adalah teknik pengumpulan data atau keterangan yang dilakukan dengan memberikan tes. Tes adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan, yang
didasarkan atas jawaban testee terhadap pertanyaan-pertanyaan atau melakukan perintah itu penyelidik megambil kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standar atau testee yang lain(sumadi Suryoboto,1984). Selanjutnya dalam hal ini dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Tes hasil belajar Tes yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran yang telah disajikan dalam proses pembelajaran dalam bentuk ulangan, ujian, atau dalam bentuk evaluasi yang lain. b. Tes psikologis Teknik pengumpulan data yang bersifat potensial yaitu data tentang kemampuan yang belum nampak yang dimiliki seseorang, misalnya bakat, inteligensi, minat, kepribadian, sikap, dan sebagainya.
F. Prosedur Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar Guru dalam proses pembelajaran menghadapi peserta didik yang beranekaragam karakteristiknya. Perbedaan peserta didik berkaitan dengan kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan keluarganya dan lain-lainnya. Perbedaan ini cenderung berakibat adanya perbedaan dalam belajar bagi setiap peserta didik baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan belajar yang dicapainya. Langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar yaitu : 1. Mengidentifikasi peserta didik yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun non psikologis. Kasus kesulitan belajar dapat diketahui melalui : a. Analisis Perilaku Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diketahui melalui observasi atau laporan proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dapat diketahui : 1) Cepat lambatnya menyelesaikan tugas 2) Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran
3) Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok 4) Kemampuan kerjasama dan penyesuaian sosial
b. Analisis Prestasi Belajar Dapat dilakukan dengan cara menghimpun dan menganalisis hasil belajar serta menafsirkannya. Dalam menafsirkan hasil belajar peserta didik harus menggunakan norma yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP) 2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar Dapat kita lakukan dengan cara mengetahui dalam mata pelajaran atau bidang studi apa kesulitan itu terjadi, kemudian aspek atau bagian mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik. Untuk menemukan bidang studi apa peserta didik mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan dengan cara membandingkan skor prestasi yang diperoleh peserta didik dengan nilai rata-rata dari masingmasing bidang studi. Sedangkan untuk mengetahui aspek atau bagian mana kesulitan belajar itu dirasakan oleh peserta didik dapat dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan tes. 3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Dapat dilakukan dengan cara meneliti faktor-faktor yang ada pada diri peserta didik (internal) dan faktor-faktor yang berada di luar peserta didik (eksternal) yang menghambat proses belajar dan atau pembelajaran. 4. Memperkirakan Alternatif Bantuan Langkah yang akan ditempuh dengan cara menjawab beberapa pertanyaan berikut ini: a. Apakah peserta didik masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya? b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan peserta didik? c. Kapan dan dimana pertolongan dapat diberikan kepada peserta didik? d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan?
5. Menetapkan Kemungkinan Cara Mengatasinya Langkah ini merupakan langkah untuk menentukan bantuan atau usaha penyembuhan yang diperlukan peserta didik Selanjutnya rencana pemberian bantuan harus disesuaikan dengan jenis kesulitan yang dialami peserta didik. Bantuan dapat diberikan melalui program remedial atau pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referal yaitu mengirimkan peserta didik kepada ahli yang berkompeten dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik. 6. Tindak Lanjut Ini merupakan langkah terakhir yang berupa kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah ditetapkan pada langkah sebelumnya b. Melibatkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan pertolongan kepada peserta didik c. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi terhadap bantuan yang telah diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki kesalahan atau ketidaktepatan bantuan yang diberikan d. Melakukan referral kepada ahli lain yang berkompeten dalam menangani kesulitan yang dialami peserta didik
G. Pengajaran
Remedial
dan
Program
Pengayaan
Dalam
Proses
Pembelajaran. Banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar misalnya tidak mampu menyerap bahan pembelajaran dengan baik, tidak dapat konsentrasi dalam belajar, tidak mampu mengerjakan tes dan sebagainya. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sehingga prestasi belajarnya rendah, maka guru atau konselor harus memberikan layanan bimbingan dengan baik. Layanan tersebut lebih dikenal dengan pengajaran
remedial sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar lebih dikenal dengan pengayaan atau enrichement.
1. Pengajaran Remedial dalam Pembelajaran Remedial (penyembuhan)
merupakan
bentuk
pengajaran
dan atau korektif (perbaikan).
yang
bersifat
kuratif
Pengajaran remedial
merupakan bentuk khusus pengajaran yang bertujuan untuk menyembuhkan atau memperbaiki proses pembelajaran yang menjadi penghambat atau yang dapat menimbulkan masalah atau kesulitan dalam belajar bagi peserta didik. Menurut Warkitri dkk. (1990), pengajaran remedial sangat diperlukan dalam proses pembelajaran karena : a. Tidak semua peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai kemampuannya. b. Adanya kesulitan belajar berarti belum dapat tercapai perubahan tingkah laku siswa secara bulat sebagai hasil belajar c. Untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut diperlukan suatu teknik bimbingan belajar. Salah satu teknik bimbingan belajar adalah pengajaran remedial Dengan demikian dalam pengajaran remedial, guru harus mampu menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik lebih mampu mengembangkan diri. Secara umum, pengajaran remedial bertujuan membantu siswa mencapai mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Secara khusus, pengajaran remedial bertujuan membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar agar mencapai prestasi yang diharapkan melalui proses penyembuhan dalam aspek kepribadian atau dalam proses belajar mengajar. Pengajaran remedial merupakan bagian terpenting dari keseluruhan proses pembelajaran, mempunyai banyak fungsi dalam membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, antara lain
a. Fungsi korektif, adalah usaha untuk memperbaiki atau meninjau kembali sesuatu yang dianggap keliru. b. Fungsi
pemahaman,
dalam
pengajaran
remedial
terjadi
proses
pemahaman terhadap pribadi peserta didik, baik dari pihak guru, pembimbing, maupun peserta didik itu sendiri. c. Fungsi penyesuaian, dalam pnegajaran remedial peserta didik dibantu untuk belajar sesuai dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki sehingga tidak merupakan beban bagi peserta didik. d. Fungsi pengayaan, dalam pengajaran remedial guru berusaha membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar dengan menyediakan atau menambah berbagai materi pengajaran yang tidak atau belum disampaikan dalam pengajaran biasa. e. Fungsi akselerasi, dalam pengajaran guru berusaha mempercepat pengajaran dengan menambah frekuensi pertemuan dan materi pengajaran. f. Fungsi terapeutik, pengajaran remedial mengandung unsur terapeutik karena secara langsung atau tidak langsung berusaha menyembuhkan beberapa gangguan atau hambatan peserta didik. Terdapat pendekatan-pendekatan dalam pengajaran remedial, antara lain a. Pendekatan kuratif dalam pengajaran remedial Pendekatan ini dilakukan setelah program pembelajaran yang pokok selesai dilaksanakan dan dievaluasi, guru akan menjumpai beberapa bagian dari peserta didik yang tidak mampu menguasai seluruh bahan yang disampaikan. Pelaksanaan pendekatan kuratif dapat dilakukan dengan cara : 1) Pengulangan (repetation), dapat dilakukan setiap akhir jam pertemuan, akhir unit pelajaran atau setiap pokok bahasan. 2) Pengayaan dan pengukuhan (enrichment dan reinforcement), Layanan pengayaan dapat ditujukan kepada peserta didik yang mempunyai kelemahan ringan dan secara akademik mungkin peserta
didik tersebut cerdas. Dapat dilakukan dengan memberikan pekerjaan rumah atau pekerjaan di kelas pada saat pelajaran berlangsung. 3) Percepatan (acceleration) Layanan percepatan ini diberikan kepada peserta didik yang berbakat namun menunjukkan kesulitan psikososial.
b. Pendekatan preventif dalam pengajaran remedial Pendekatan preventif diberikan kepada peserta didik yang diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan program yang akan ditempuh. Guru meng-klasifikasikan kemampuan siswa didik menjadi tiga golongan, yaitu peserta didik yang mampu menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan, peserta didik yangdiperkirakan akan mampu menyelesaikan program lebih cepat dari waktu yang ditentukan, dan peserta didik yang tidak dapat menyelesaikan program sesuai waktu yang ditentukan. Sesuai penggolongan tersebut maka teknik layanan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Kelompok belajar homogen, dalam kelompok ini peserta didik diberi pelajaran, waktu, dan tes yang sama. 2) Kelompok individual, pengajaran disesuaikan dengan keadaan peserta didik, sehingga setiap peserta didik mempunyai program tersendiri. 3) Layanan pengajaran dengan kelas khusus, peserta didik mengikuti program pembelajaran yang sama dalam satu kelas. Peserta yang mengalami kesulitan dalam bidang tertentu disediakan kelas khusus remedial. Bagi yang cepat belajarnya disediakan program pengayaan. c. Pendekatan pengembangan dalam pengajaran remedial Pengajaran remedial yang bersifat pengembangan merupakan upaya
diagnostik
yang
dilakukan guru
selama
berlangsungnya
pembelajaran. Sasarannya agar peserta didik dapat segera mengatasi hambatan-hambatan yang dialami selama mengikuti pembelajaran.Dalam pengajaran remedial juga terdapat beberapa metode.
Metode yang digunakan dalam pengajaran remedial yaitu : a. Metode pemberian tugas. Metode ini dilaksanakan dengan cara memberi tugas atau kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. b. Metode diskusi Diskusi adalah suatu bentuk interaksi antarindividu dalam kelompok untuk membahas suatu masalah. Diskusi digunakan dalam pengajaran remedial untuk memperbaiki kesulitan belajar dengan memanfaatkan interaksi individu dalam kelompok. c. Metode tanya-jawab Tanya jawab dalam pengajaran remedial dilakukan dalam bentuk dialog antara guru dengan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Tanya jawab dilakukan secara individu maupun secara kelompok dengan peserta didik. d. Metode kerja kelompok Kerja kelompok dalam pengajaran remedial diusahakan agar terjadi interaksi diantara anggota dalam kelompok. Kelompok sebaiknya heterogen artinya dalam satu kelompok terdiri dari pria dan wanita, peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar. e. Metode tutor sebaya Tutor sebaya ialah peserta didik yang ditunjuk untuk membantu teman-temannya atau peserta didik lainnya yang mengalami kesulitan belajar. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tutor sebaya adalah: 1) Mendapat persetujuan dari peserta didik yang mengikuti program perbaikan 2) Mempunyai prestasi akademik yang baik, kreatif, dan dapat menerangkan bahan yang dibutuhkan oleh peserta didik yang mengikuti program perbaikan
3) Tidak sombong, sabar, telaten, hubungan sosialnya bagus, tidak pelit, dan suka menolong sesama teman f. Metode pengajaran individual Pengajaran individual dalam pengajaran remedial yaitu proses pembelajaran yang hanya melibatkan seorang guru dan seorang peserta didik yang mengalami kesulitan belajar Pelaksanaan Pengajaran Remidial Yang telah dikemukakan oleh Warkitri dkk. (1990) bahwa untuk melaksanakan pengajaran remedial harus mengikuti langkah – langkah sebagai berikut: 1. Penelaahan kembali kasus Langkah ini merupakan langkah penting sabagai titik tolak kegiatan selanjutnya. Langkah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kasus yang di hadapi dan kemungkinan pemecahannya. Dalam langkah ini guru diharapkan memperoleh gambaran tentang peserta didik yang perlu mendapatkan layanan, tingkat kesulitan yang dialami peserta didik, letak terjadinya kesulitan, bagian ranah yang mengalami kesulitan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan peserta didik.
2. Pemilihan alternatif tindakan Berdasarkan temuan dan uraian pada langkah pertama, maka dapat disimpulkan karakteristik kasus atau permasalahan dan alternatif pemecahannya. Karakteristik kasus atau permasalahan yang dihadapi peserta didik dapat digolongkan menjadi kasus yang berat, cukup berat, dan ringan. Kasus yang ringan yaitu apabila peserta didik belum menemukan cara belajar yang baik. Kasus yang cukup berat yaitu apabila peserta didik telah mampu menemukan cara belejar tetapi belum berhasil karena hambatan psikologis. Kasus dikatakan berat bila siswa belum mampu menemukan cara belajar yang baik dan memiliki hambatan emosional. a. Apabila kasus ringan, tindakan yang ditempuh adalah pemberian pengajaran remedial. b. Apabila kasusnya berat dan cukup berat, maka sebelum melaksanakan pengajaran remedial, peserta didik harus diberi layanan konseling untuk mengatasi hambatan emosional yang mempengaruhi kegiatan belajarnya.
3. Pemberian layanan khusus Layanan khusus disini maksudnya adalah layanan konseling, yang bertujuan agar peserta didik yang mengalami kasus atau permasalahan terbebas dari hambatan emosional, sehingga dapat mengikuti pembelajaran secara wajar. Berikut ini kasus atau permasalahan peserta didik dan cara mengatasi yang dapat ditangani oleg guru bidang studi : a. Kasus kurang motivasi dan minat belajar, cara mengatasinya : menghindarkan peserta didik dari pertanyaan – pertanyaan negative yang dapat melemahkan semangat belajar, termasuk memarahi, merendahkan, dan membandingkan dengan orang lain yang lebih sukses. Disamping itu perlu diciptakan suasana
kompetitif yang sehat, mendorong agar lebih berhasil dalam belajar pada waktu= waktu berikutnya, member hukuman yang bijaksana bila terjadi kealpaan dan member hadiah baik verbal maupun non verbal atau material dan non material bila memperoleh kesuksesan. b. Kasus sikap negative terhadap guru, cara mengatasinya dengan cara menciptakan hubungan yang akrab antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya,
memberikan pengalaman yang
menyenangkan dan menciptakan iklim atau suasana social yang sehat dalam kelas. c. Kasus
kebiasaan
belajar
yang
salah,
cara
mengatasinya
menunjukan cara belajar yang salah, memberikan kesempatan untuk berlatih dan belajar dengan pola-pola belajar yang baru. d. Kasus ketidak cocokan antara keadaan pribadi dengan lingkungan dan program studinya, cara mengatasinya dengan cara memberikan layanan informasi tentang pemilihan program studi dan cara belajarnya serta prospek dari program studi yang dipilih oleh peserta didik.
4. Pelaksanaan pengajaran remedial Setelah langkah ketiga terpenuhi, selanjutnya pelaksanaan pengajaran remedial. Adapun sasaran pokok langkah ini adalah meningkatkan
prestasi
dan
kemampuan
peserta
didik
dalam
menyesuaikan diri dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh guru.
5. Pengukuran kembali hasil belajar Setelah pengajaran remedial selesai, selanjutnya diadakan pengukuran terhadap perubahan pada diri peserta didik yang bersangkutan. Pengukuran ini untuk mengetahui kesesuaian antara rencana dengan pencapaian hasil yang diperolehnya.
6. Re-evaluasi dan re-diagnostik Hasil pengukuran pada langkah kelima ditafsirkan dengan menggunakan cara dan criteria seperti pada proses pembelajaran yang sesungguhnya. Hasil penafsiran tersebut akan menghasilkan tiga kemungkinan sebagai berikut: a. Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaiannya mencapai criteria keberhasilan minimum seperti yang diharapkan. b. Peserta didik menunjukkan peningkatan prestasi dan kemampuan penyesuaian drinya, tetapi belum sepenuhnya memadai criteria keberhasilan minimum yang diharapkan. c. Peserta didik menunjukkan perubahan yang berarti, baik dalam prestasinya maupun kemampuan penyesuaian dirinya.
Sebagai tindak lanjut dari pengajaran remedial ini ada tiga kemungkinan kegiatan yang harus ditempuh guru, yaitu: a. Bagi peserta didik yang berhasil, diberi rekomendasi untuk melanjutkan ke
program pembelajaran utama tahap berikutnya.
b. Bagi peserta didik yang belum sepenuhnya berhasil, sebaiknya diberi pengayaan dan pengukuhan prestasi sebelum diperkenankan melanjutkan ke program selanjutnya. c. Bagi peserta didik yang belum berhasil, sebaiknya dilakukan rediagnostik untuk mengetahui letak kelemahan, kesalahan atau kekurangan pengajaran remedial yang telah dilakukan, sehingga mungkin perlu adanya ulangan dengan alternative yang sama atau alternative yang lain.
2. Program Pengayaan dalam Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, guru disamping menemukan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, akan menjumpai pula peserta didik yang cukup menguasai bahan, tetapi ada pula yang mampu menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru a. Pengertian program pengayaan Program pengayaan dalam pembelajaran merupakan kegiatan yang diperuntukan bagi pesrte didik yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi yang berarti mereka adalah peserta didik yang tergolong cepat dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Kegiatan untuk mengisi kelebihan waktu bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya ini disebut dengan program pengayaan. b. Tujuan program pengayaan Dalam proses pembelajaran, bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya akan mempunyai kelebihan waktu. Kegiatan untuk mengisi kelebihan waktu bagi peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya ini dimaksudkan agar peserta didik: 1) Lebih menguasai bahan pelajaran dengan cara peserta didik disuruh membuat ringkasan tentang materi mata pelajaran yang telah disampaikan oleh guru, menjadi tutor sebaya yaitu mengajari temennya yang belum selesai tugasnya. 2) Memupuk rasa social karena peserta didik ini diminta membantu temannya yang belum selesai tugas belajarnya. 3) Menambah wawasan peserta didik yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan guru dengan cara membaca surat kabar, atau buku-buku di perpustakaan dan sumber-sumber belajar lainnya yang relevan dengan mata pelajaran yang sedang diikuti. 4) Memupuk tasa tanggungjawab peserta didik dengan cara melaporkan atau menyampaikan informasi yang diperoleh melalui membaca surat kabar atau buku-buku di perpustakaan atau sumber informasi lainnya kepada teman-temannya.
c. Faktor yang harus diperhatikan dalam program pengayaan 1)
Faktor anak atau peserta didik: bagi guru atau pendidik harus menyadari dan memahami bahwa peserta didik disamping mempunyai beberapa kesamaan tetapi juga mempunyai perbedaanperbedaan yang sifatnya individual. Karena itu dalam memberikan kegiatan pengayaan harus memperhatikan sifat-sifat individual peserta didik misalnya bakat, minat, hobi dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik.
2)
Faktor kegiatan pengayaan: kegiatan pengayaan yang diberikan oleh guru harus menunjang pengembangan peserta didik secara optimal. Dalam hal ini kegiatan pengayaan jangan sampai merugikan,
menyusahkan,
kesulitan peserta didik.
memberatkan,
dan
menimbulkan
Tetapi kegiatan pengayaan herus
bermanfaat bagi peserta didik dalam menambah ilmu pengetahuan, ketrampilan dan pembentukan kepribadiannya. 3)
Faktor waktu : kegiatan pengayaan untuk mengisi waktu yang dimiliki peserta didik yang cepat menyelesaikan tugas belajarnya sangat bervariasi, ada yang 25 menit,ada yang 15 menit dan sebagainya. Dalam hal ini guru harus memilih kegiatan pengayaan yang tepat sesuai dengan waktu yang tersedia bagi setiap peserta didik. Kenyataan ini menuntut kemampuan dan kreativitas guru dalam mempersiapkan kegiatan pengayaan.
d. Pelaksanaan program pengayaan Program pengayaan dalam proses pembelajaran berisi kegiatan pengayaan
yang
diperuntukan
bagi
peserta
didik
yang
cepat
menyelesaikan tugas belajarnya, karena mereka mempunyai kelebihan waktu. Kegiatan pengayaan diberikan oleh guru bidang studi bersamaan dengan pembelajaran bagi peserta didik yang sedikit kesulitan dan yang mengalami kesulitan belajar. Apabila peserta didik yang sedikit kesulitan
belajarnya dan yang mengalami kesulitan belajar sudah menyelesaikan tugas belajarnya sesuai dengan yang diharapkan, maka kegiatan pengayaan dihentikan. Selanjutnya seluruh peserta didik mengikuti pelajaran berikutnya secara bersama-sama. Agar kegiatan pengayaan terlaksana dengan baik, maka materi yang akan diberikan dan bentuk kegiatannya harus dipersiapkan terlebih dahulu. Materi pengayaan harus disesuaikan dengan pokok bahasan yang sedang dibicarakan di kelas, karena kegiatan pengayaan merupakan kegiatan untuk memperdalam materi pelajaran bukan untuk menambah konsep beru. Kegiatan pengayaan yang diberikan guru dapat disimak pada uraian tentang tujuan program pengayaan.
BAB III PENUTUP A. Simpulan Dalam proses pembelajaran, tugas guru tidak hanya sekedar menyampaikan atau mentransfer ilmu atau bahan pelajaran kepada peserta didik. Guru sebagai pendidik dituntut untuk bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik. Kegiatan memahami kesulitan belajar peserta didik ini dikenal dengan istilah diagnosis kesulitan belajar. Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran ditandai dengan penguasaan bahan pelajaran yang telah diberikan oleh guru
yang
diwujudkan dalam bentuk nilai yang tinggi atau baik. Sebaliknya peserta didik dikatakan belum berhasil dalam belajarnya atau gagal dalam belajar yang diwujudkan dalam bentuk nilai rendah. Artinya peserta didik belum mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Penyebab kesulitan belajar itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar (factor internal) yang meliputi: kemampuan intelektual,afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengarkan, dan merasakan(Fontana, 1981). Sedang factor yang berasal dari luar pelajar (factor eksternal) meliputi faktorfaktor yang berkaitan dengan kondisi proses pembelajaran yang meliputi: guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan social maupun lingkungan alam. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sehingga prestasi belajarnya rendah, maka guru atau konselor harus memberikan layanan bimbingan dengan baik. Layanan tersebut lebih dikenal dengan pengajaran remedial sedangkan layanan bimbingan belajar bagi peserta didik yang tidak mengalami kesulitan belajar lebih dikenal dengan pengayaan atau enrichement.
DAFTAR PUSTAKA Sugihartono,dkk. (2007). Psikologi Pedidikan. Yogyakarta: UNY Press.