DETERMINAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MONGOLATO KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO
DETERMINANT OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN THE WORKING AREA OF MONGOLATO HEALTH CENTRE SUB DISTRICT TELAGA OF GORONTALO DISTRICT
Hafni Van Gobel,1Masni,2 A. Arsunan Arsin3
1Bagian
Konsentrasi Kesehatan Reproduksi, Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Universitas Hasanuddin, 2.Bagian Biostatistik Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin,3,Bagian Epidemiologi Fakultas kesehatan Masyarakat
Alamat Korespondensi : Hafni Van Gobel, S.Kep, Ns (Politeknik Kesehatan Gorontalo) Jl. Taman Pendidikan No. 36 Gorontalo Jl. Tinaloga No. 09 Gorontalo Hp. 085242773490 Email :
[email protected]
Abstrak Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, terutama pada bulan-bulan pertama hidupnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pengetahuan, paritas, status kerja, konseling ASI, perawatan payudara, inisiasi menyusu dini dan dukungan suami terhadap pemberian ASI Esklusif. Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Sampel yang diambil sebanyak 193 ibu yang menyusui sebagai responden yang dipilih secara acak sederhana. Pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi, wawancara serta dokumentasi. Data dianalisis menggunakan uji chisquare dan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan (p=0,006), paritas (p=0,006), status pekerjaan (p=0,002),konseling (p=0,013), perawatan payudara (p=0,042) inisiasi menyusu dini (p=0,019) dan dukungan suami ( p=0,000),terbukti berhubungan secara signifikan dengan pemberian ASI Esklusif. Kesimpulan Dukungan suami, pengetahuan dan paritas memberikan kontribusi terhadap pemberian ASI Esklusif. Kata kunci : ASI Esklusif, paritas, perawatan payudara, konseling ASI, inisiasi menyusi dini. Abstract The aim of the research was to acknowledge of knowledge, parity, employment status, breastfeeding couseling, breast care, early initiation of breastfeeding and husbands support on the exlusive breastfeeding. The research was conducted in the work region of Mongolato Community Health center. Telaga District, Gorontalo city in 2013. The research design was a cross sectional , by interviewing 193 breastfeeding mothers as respondents. Sampel analyzed with chi-square test, continued with logistic regression. The result of the research indicated that knowledge (p = 0.006), parity (p = 0.006 employment status (p=0,002), breastfeeding counseling(p=0,013),breast care (p=0,042), early initiation of breastfeeding (p = 0.019) and husband support (p = 0.000), were significantly associated with exclusive breastfeeding.Conclusion, Husband support , knowledge and parity were determinants of exclusive breastfeeding. Keywords: exclusive breastfeeding, parity, breastfeeding counseling, breast care, early breastfeeding initiation.
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, terutama pada bulanbulan pertama hidupnya. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi yang diperlukan oleh bayi. ASI juga mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun susu hewan, seperti susu sapi, susu kerbau, dan lain-lainnya sebagaimana pernah dicanangkan pada pekan air susu ibu sedunia pada tanggal 1-7 Agustus 2007 yang bertemakan menyusui Ekslusif 6 bulan akan menyelamatkan sejuta bayi. Selain itu program peningkatan ASI ekslusif merupakan salah satu bentuk usaha pemerintah dalam hal pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2014 (Depkes RI, 2011). Upaya peningkatan penggunaan ASI juga telah disepakati secara global. melalui komitmen Internasional pada pertemuan di Italia yang melahirkan Deklarasi Innocenti, salah satu bahasan dalam pertemuan ini adalah kesehatan anak dan hubungannya dengan ASI. Di dalam deklarasi tersebut disepakati perlunya kampanye ASI melalui pekan ASI sedunia yang diadakan setiap minggu pertama bulan Agustus (World Breast-Feeding Week) yang bertujuan untuk mengingatkan masyarakat tentang pentingnya ASI agar para ibu menyusui bayinya. Disamping Deklarasi Innocenti tersebut WHO (World Health Organization) dan UNICEF (United Nation Childrens Fund) pada September 1991 melalui Konferensi Puncak untuk anak menetapkan bahwa untuk mencapai status kesehatan ibu dan anak yang optimal, semua wanita harus dapat memberikan ASI saja sampai bayi berusia 4-6 bulan (menyusui secara eksklusif), memberikan makanan pendamping ASI tepat pada waktunya, dan terus memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun. Berdasarkan data pemberian ASI sudah cukup tinggi, namun ASI eksklusif masih tetap rendah. Swedia yang merupakan negara yang cukup tinggi angka ibu menyusuinya, dari 95 persen ibu yang menyusui bayinya ternyata hanya 55 persen yang memberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan. Di Bolivia, pemberian ASI eksklusif sampai usia 4 bulan sekitar 50 persen, dengan 13,6 persen bayi masih diberikan ASI eksklusif sampai usia 6-9 bulan (Mexitalia ,2003). Penelitian Guillain, et al (2012), menemukan adanya perbedaan antara temperamen bayi usia 3 bulan yang hanya mendapat ASI saja dengan yang mendapat ASI dan susu atau campuran,penelitian lain, Qureshi, et, al (2010),menemukan bahwa praktek pemberian ASI Esklusif menurun pada ibu bekerja, wanita usia muda, ibu dengan pendidikan rendah, dan ibu dengan paritas kurang dari 5 ( lima ).Sebelumnya Tarka, et,al, (2001) menemukan bahwa faktor yang memengaruhi keberhasilan pemberian ASI Esklusif pada 3 bulan pertama kelahiran adalah, sumber daya ibu, sikap terhadap pemberian Asi dan dukungan dari masyarakat.
Di Indonesia, secara Nasional cakupan pemberian ASI ekslusif berfluktuasi dan cenderung menurun 3 tahun terakhir. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 persentasi cakupan ASI sebesar 95,2 persen tetapi rata-rata pemberian ASI ekslusif hanya mencapai 3 bulan, sedangkan hasil Riskesda tahun 2010 bayi yang menyusui ekslusif hanya 15,3 persen. Angka ini masih jauh di bawah angka ASI ekslusif global yang juga rendah yaitu sebesar 32,6 persen (Depkes RI, 2011). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo (2011) pemberian ASI ekslusif mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 37,43 persen dan tahun 2011 meningkat menjadi 49,5 persen. Cakupan ASI ekslusif untuk Kabupaten Gorontalo tahun 2011 sebesar 56,4%. Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor determinan pemberian ASI Esklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Talaga Kabupaten Gorontalo, pada minggu kedua bulan Desember tahun 2012 sampai dengan minggu kedua bulan Februari tahun 2013. Desain dan variabel penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian Observasional analitik dengan rancangan “Cross Sectional Study”, variabel yang diteliti adalah pengetahuan ibu tentang ASI, status pekerjaan, paritas, konseling ASI, perawatan payudara, inisiasi menyusui dini dan dukungan suami terhadap variabel pemberian ASI esklusif. Pengukuran terhadap variabel dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Populasi dan sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui pada Wilayah kerja Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo periode Januari
sampai dengan Desember
2012,dengan jumlah sampel 193. Penarikan dilakukan dengan cara (simple random sampling) dengan mengacu pada daftar sampel (sampling frame) dengan kriteria sampel yaitu (1) Ibu yang mempunyai bayi berumur antara 6 sampai 12 bulan dan berstatus menyusui, (2) Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Talaga Kabupaten Gorontalo periode Januari sampai dengan Desember 2012, dan (3) Bersedia menjadi responden dan menandatangani inform concent.
Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan kunjungan rumah, wawancara terpimpin pada ibu menyusui, sesuai dengan kuesioner yang telah disusun. Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara manual dan elektronik dengan menggunakan kalkulator dan komputer. Analisis menggunakan program SPSS 18.00 for Windows.Uji independensi Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antara 2 variabel kategorik. Uji regresi logistik berganda dilakukan dengan mempergunakan data dari pengaruh faktor determinan.
HASIL PENELITIAN Karakteristik sampel Tabel 1 kelompok umur
memberikan informasi tentang kelompok 20 - 34
tahun adalah kelompok umur
umur responden, dimana dengan frekuensi terbesar (
32,7%),sedangkan kelompok umur < - 19 tahun adalah kelompok umur dengan frekuensi terkecil(3,6%).Tingkat pendidikan responden dengan frekuensi terbesar adalah pendidikan SMA( 36,3%), dan frekwensi kelompok pendidikan terkecil adalah perguruan tinggi (11,4%), Frekuensi responden tidak bekerja(62,2%) sedangkan frekuensi ibu menyusui yang bekerja( 37,8%.), Frekuensi umur anak 6 – 11 bulan dengan persentase tertinggi (91,2%), sedangkan frekuensi umur anak 19-24 bulan dengan persentase terkecil (0,5%). Uji chi-square determinan ASI eksklusif Tabel 2 memperlihatkan hubungan antara masing-masing variabel bebas terhadap pemberian ASI eksklusif. Hasil Uji Chi-Square hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif memperlihatkan nilai p= 0,006 lebih kecil dari α =0.05, sehingga disimpulkan pengetahuan ibu berhubungan dengan pemberian ASI esklusif. Hubungan paritas dengan pemberian ASI esklusif memperlihatkan nilai (p=0,006), sehingga disimpulkan paritas berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Hubungan status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif nilai p = 0,002, lebih kecil dari α =0.05, sehingga disimpulkan bahwa status pekerjaan berhubungan dengan pemberian ASI esklusif. Hubungan konseling ASI dengan pemberian ASI eksklusif, nilai p = 0,013, sehingga disimpulkan konseling ASI berhubungan dengan pemberian ASI Esklusif. Hubungan perawatan payudara dengan pemberian ASI Esklusif (p=0,042),sehingga disimpulkan bahwa perawayan payudara berhubungan dengan pemberian ASI Esklusif. Hubungan inisiasi menyusu dini dengan pemberian ASI eksklusif memperlihatkan nilai p = 0,019 lebih kecil α =0.05, sehingga disimpulkan bahwa inisiasi
menyusu dini berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif memperlihatkan nilai (p=0,pemberian ASI Esklusif000), sehingga disimpulkan dukungan suami berhubungan dengan Analisis Multivariat Tabel 3 memperlihatkan bahwa variabel yang termasuk determinan mempengaruhi pemberian ASI esklusif pada ibu menyusui memperlihatkan
: Hasil uji regressi linier
berganda logistik, yang dinilai melalui tingkat signifikansi (Sig.) dan Wald memberikan hasil sebagai berikut : Dukungan Suami,
memperlihatkan nilai Wald= 19,160,(p=0,000) nilai
tersebut memberi arti bahwa apabila ibu mendapatkan dukungan suami, berpeluang untuk memberikan ASI Esklusif pada bayinya sebesar 19, 16 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak
mendapatkan
dukungan
Wald=5,748,(p=0,017),nilai tersebut
suami.
Pengetahuan,
memperlihatkan
memberi
arti bahwa apabila
ibu
nilai
mempunyai
pengetahuan cukup, berpeluang memberi ASI Esklusif pada bayinya sebesar 5,74 kali dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang Paritas, memperlihatkan nilai Wald = 4,602 (p=0,032),nilai tersebut memberi arti bahwa ibu dengan paritas lebih dari satu berpeluang untuk memberikan
ASI esklusif pada bayinya sebesar
4,60 kali
dibandingkan dengan ibu paritas satu. Inisiasi menyusu dini, memperlihatkan nilai yang tidak signifikan, nilai Wald=2,972 (p=0,085). Perawatan payudara, memperlihatkan nilai yang tidak signifikan dengan nilai Wald=0,016 (p=0,901). Status pekerjaan memperlihatkan nilai yang tidak signifikan, nilai Wald=1,837 ( p=0,175). Konseling ASI, memperlihatkan nilai yang tidak signifikan, dengan nilai Wald=1,259 (p=0,262). Dari hasil analisis ditemukan tiga variabel yaitu; dukungan suami, pengetahuan dan paritas, merupakan determinan pemberian ASI esklusif .
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang berpengetahuan cukup, memberikan ASI Esklusif pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang (p=0,006) sehingga disimpulkan bahwa pengetahuan berhubungan signifikan dengan pemberian ASI Esklusif. Hasil uji regresi logistik didapatkan pengetahuan berpengaruh terhadap pemberian ASI Esklusif Wald =5,748(p= 0,017). Ibu yang mempunyai pengetahuan cukup, berpeluang untuk memberikan ASI esklusif pada bayi sebesar 5,74 dibandingkan dengan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang. Sejalan dengan penelitian Listyaningsih (2008) dalam penelitiannya menemukan ada hubungan bermakna antara pengetahuan laktasi ibu pada waktu hamil dengan pemberian ASI
Esklusif. Leia M.Et all (2004), menemukan adanya pengaruh pengetahuan dan perilaku pemberian ASI pada ibu menyusui di pedesaan Jamaica. Menurut Carlson (2008) banyak faktor yang menyebabkan pemberian ASI ekslusif tidak terlaksana dengan baik, salah satunya adalah kesalahan pada tata laksana laktasi yang menyebabkan penurunan produksi ASI (sindrom ASI kurang) dan sebagian besar ibu yang tidak menyusui bayinya bukan karena gangguan fisik, melainkan lebih banyak karena ibu tidak tahu tentang tata laksana laktasi. Dalam wawancara pada sebagian ibu menyusui mengatakan mengetahui tentang pentingnya pemberian ASI Esklusif melalui petugas kesehatan tempat pemeriksaan antenatal, sebagian melalui teman, namun sebagian ibu tidak mendapatkan informasi yang mendalam tentang pentingnya pemberian ASI Esklusif, mengingat pentingnya hal tersebut selayaknya petugas kesehatan harus terus memberikan pemahaman
yang terkait dengan pengetahuan ASI
Esklusif. Paritas ibu terkait dengan pengalaman ibu dalam melahirkan. Persalinan yang paling aman bagi ibu adalah yang kedua dan ketiga, sedangkan persalinan ketiga dan seterusnya secara dramatis menurunkan kesehatan ibu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu dengan paritas lebih dari satu memberikan ASI Esklusif pada bayinya dibandingkan dengan ibu dengan paritas satu (p=0,006) sehingga disimpulkan paritas berhubungan signifikan dengan pemberian ASI Esklusif. Hasil uji regresi logistik didapatkan ibu dengan paritas lebih dari satu memberikan ASI Esklusif pada bayinya Wald=4,602(p=0,032), sehingga disimpulkan bahwa ibu dengan paritas lebih dari satu berpeluang memberikan ASI Esklusif pada bayinya sebesar 4,60 kali dibandingkan dengan ibu dengan paritas satu. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk (2010) bahwa mayoritas ibu yang menyusui bayi yang merupakan anak pertama memiliki proses menyusu yang tidak efektif dibandingkan dengan ibu yang menyusui bayinya merupakan anak ketiga dan keempat. Artinya paritas berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui.Penelitian Wulandari (2007) menyatakan bahwa pengalaman memegang peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan terhadap tata laksana laktasi. Pengalaman seorang ibu dalam hal ini dilihat dari jumlah anak yang dilahirkan. Ibu yang melahirkan anak lebih dari satu kali cenderung untuk memberikan ASI kepada bayinya. Dalam wawancara pada sebagian ibu diperoleh informasi bahwa ibu yang berparitas satu (pertama kali melahirkan) cenderung untuk tidak memberikan ASI esklusif dengan berbagai faktor penyebab antara lain, merasa kurang percaya diri, ASI tidak keluar, bayi rewel dan dukungan negatif dari orang tua dan suami.
Dukungan Suami Dengan Pemberian ASI Esklusif sangat erat kaitannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mendapatkan dukungan suami cukup memberikan ASI Esklusif pada bayinya dibandingkan dengan ibu yang mendapatkan dukungan suami kurang.Hasil uji chi-square memperlihatkan nilai (p=0,000) sehingga disimpulkan bahwa dukungan suami berhubungan signifikan dengan pemberian ASI Esklusif Hasil uji regresi logistik memperlihatkan nilai Wald=19,160(p=0,000),nilai ini memperlihatkan signifikansi yang sangat besar dimana ibu menyusui yang mendapatkan dukungan suami yang cukup berpeluang memberikan ASI Esklusif pada bayinya sebesar 19,160 kali dibandingkan dengan ibu menyusui yang mendapat dukungan yang kurang. Sejalan dengan penelitian Rokhanawati,Dewi (2009)menemukan bahwa dukungan sosial suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Malau (2010) menemukan ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dan kemauan ibu memberikan ASI eksklusif dengan kekuatan hubungan sedang (r=0,38), yang berarti semakin besar dukungan suami maka semakin besar kemauan ibu memberikan ASI eksklusif.Olayemi O, et al (2007), menemukan bahwa dukungan suami meningkat secara signifikant terhadap lama pemberian ASI (OR 0,94%, penelitian yang sama pernah dilakukan oleh Jenny Inggram ,et,al (2003) terhadap nenek-nenek diAsia selatan dan menemukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap dukungan menyusui.Penelitian ini juga menemukan bahwa konseling ASI, inisiasi menyusu dini, status pekerjaan ibu dan perawatan payudara tidak memberikan kontribusi terhadap pemberian ASI esklusif
KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan, paritas, inisiasi menyusu dini, dukungan suami, status pekerjaan, perawatan payudara dan konseling ASI dengan pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami, pengetahuan, dan paritas memberikan kontribusi dalam pemberian ASI eksklusif. Perlu ada desakan yang kuat dari berbagai komponen dalam menjalankan kebijakan ASI Esklusif, melalui monitoring dan evaluasi sebagai upaya penguatan implementasi di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Carlson, (2008). Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa Kebidanan. Penerbit: EGC Jakarta. Depkes,(2011). Gizi dan kesehatan Ibu dan Anak. (online). Diakses Tanggal 29 September 2012. http://www Gizikia.depkes.go.id/archives/658. Departemen Kesehatan R.I, (2005). Kebijakan Departemen Kesehatan Tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu ( ASI) Pekerja wanita. (online). Di akses 4 November 2012. Pusat kesehatan Kerja Dep.Kes R.I. Guillain,et al, (2012). Breastfeeding And Infant Temperament At Age Three Months (online) Di akses 3 November 2012. 7(1).e29326 doi:101371.journal ,pone,0029326. Ingram,et,al. (2003). South Asian Grandmothers Influence On Breastfeeding In Bristol. (Online). Diakses 2 Maret 2013. http://www.sciencedirect.com. Leia, M et, al, (2010). Breastfeeding Attitude Of Finnish Parents During Pregnancy. (online). Diakses 2 maret 2013. http://www.biomed-central.com/1471-2393/10/79 Lestari, dkk, (2012). Motivasi ibu bekerja dalam memberikan ASI ekslusif di PT Dewhirts mens wear Indonesia. Skripsi FKM UNIV Padjajaran Bandung. Listyaningsih, (2008). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Laktasi Dengan Perawatan Payudara. Di Kelurahan Ranggen Kabupaten demak. (online). Diakses 3 maret 2013. http://Jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur-bid/556. Malau,( 2010). Hubungan Dukungan Suami dan Kemauan Ibu Memberikan ASI Eksklusif di Puskesmas Teladan Medan. Di akses 12 Januari 2013 (repository.usu.ac.id,) Mexitalia,(2003). Prevalence of Exlusive Breasfeeding in Bangladesh Assosiation with Diarhoea and Acute respiratory Infection : Diakses 12 November 2012.Result of the Multiple indicator cluster survey 2003. Journal of Health, Population and Nutrition 25(2):195-204. Olayemi,O,et al, (2007). The influence of social support on the duration of breast-feeding among antenatal patients in ibadan. Journal of obstetrics & gynaecology. (online). diakses 4 maret 2013. http://informahealthcare.com Profil Dinas Kesehatan provinsi Gorontalo. 2011 Qureshi,et,al,(2011).Using Community Volunteers To Promote Exlusive Breastfeeding In Sokoto State Nigeria,(online),diakses 5 November 2012 http://www.panafricanmed.journal.com/content/article/10. Roesli, (2005). Mengenal ASI Eksklusif, Trubus Agriwidya, Jakarta, hal. 2-47. Rokhanawati, Dewi., (2009). Dukungan sosial suami dan perilaku pemberian ASI Esklusif Di Kabupaten Bantul Yogyakarta. (online). diakses 3 Maret 2013. (www.google .com) Tarka,et,al (2001). Faktor Related To Succesfull Breastfeeding By First Time Mothers When The Child Is Three Months old (online) diakses 12 November 2012. journal Of Advanced Nursing.Vol 29. Wulandari,(2007). Hubungan Pengalama Ibu Menyusui Dengan Praktik PemberianAsi. (online). Diakses 4 Maret 2013. Repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/1140.
Tabel 1
Karakteristik responden penelitian
Kelompok Umur (tahun) < - 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 - > Total Tingkat pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi Jumlah Status Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Jumlah Umur Anak (Bulan) 6 - 11 12 – 18 19 - 24 Jumlah Tabel 2
Jumlah (n) 7 63 57 29 19 18 193 Jumlah (n) 40 61 70 22 193 Jumlah (n) 73 120 193 Jumlah (n) 176 16 1 193
Persen ( % ) 3,6 32,7 29,5 15,0 9,9 9,3 100,0 Persen (%) 20,7 31,6 36,3 11,4 100,0 Persen (%) 37,8 62,2 100,0 Persen (%) 91,2 8,3 0,5 100,0
Hasil uji chi-square Determinan Pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI
Determinan Pengetahuan - Cukup - Kurang Paritas - Baik - Kurang Status pekerjaan - Bekerja - Tidak bekerja Konseling ASI - Ada - Tidak ada Perawatan payudara - Ada - Tidak ada Inisiasi menyusu dini - Ada - Tidak ada Dukungan suami - Cukup - Kurang
Esklusif n %
Non Esklusif N % n
47 3
30,1 8,1
109 34
69,9 91,0
41 9
32,3 13,6
86 57
98 45
81,7 38,4
4 46
Jumlah
Hasil Uji : Chi-Square
%
X2
p
Phi
156 37
100 100
7,555
0,006
0,198
67,7 86,4
127 66
100 100
7,867
0,006
0,202
22 28
18,3 61,6
120 73
100 100
9,480
0,002
0,222
10,3 29,9
35 108
89,7 70,1
39 154
100 100
6,237
0,013
0,180
6 44
14,0 29,3
37 106
86,0 70,7
43 150
100 100
4,118
0,042
0,146
5 45
11,9 29,8
37 106
88,1 70,2
42 151
100 100
5,483
0,019
0,169
25 25
53,2 17,1
22 121
46,8 82,9
47 146
100 100
24,096
0,000
0,353
Tabel 3
Hasil uji regresi logistik Determinan Pemberian ASI Esklusif.
VARIABEL
B
Wald
DF
P
OR
Dukungan
-1,840
19,160
1
0,000
0,159
Pengetahuan
1,705
5,748
1
0,017
5,500
Paritas
0,975
4,602
1
0,032
2,652
Inisiasi menyusu dini
1,078
2,972
1
0,085
2,940
Perawatan payudara
0,073
0,016
1
0,901
0,930
Status pekerjaan
1,546
1,837
1
0,175
1,726
Konseling ASI
0,741
1,259
1
0,262
2,098