DETERMINAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TILAMUTA KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO
THE IMPLEMENTATION EARLY INITIATION OF BREASTFEEDING IN TILAMUTA COMMUNITY HEALTH CENTRE BOALEMO REAGENCY GORONTALO PROVINCE
Sutriyani N.Lumula¹, H.M. Tahir Abdullah², Saifuddin Sirajuddin³
¹Dinas Kesehatan Kab.Boalemo,RS Umum Daerah Tani dan Nelayan Kab.Boalemo, ²Biostatistik/KKB Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, ³Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat korespondensi : Sutriyani N.Lumula RSUD-TN Kab.Boalemo Prov.Gorontalo Jln. Prof.Dr.H.Aloei Saboe HP : 085232677247 e-mail :
[email protected]
ABSTRACT Early Initiation of Breastfeeding (IMD) is one of Indonesia's Ministry of Health program, which is intended to provide early stimulation early start of breastfeeding, and the expected sustained during the first 6 months (exclusive breastfeeding). IMD failure and exclusive breastfeeding during this period, potentially causing nutrient deficiency in infants materials, and allow the malnutrition status, which led to the decline to infant IQ points, and a threat to Indonesia's human resource our future. This study aims to determine the influence of the determinant factors (Education, Knowledge, Attitude Mother, Midwife and Family Support Measures) with implementation of IMD. The study design was a cross sectional study, the observation unit mothers delivered at health centersTilamuta, Boalemo district, as many as 215 people, drawn by simple random sampling. Data analysis was performed using univariate, bivariate chi square test and multivariate analysis using multiple logistic regression. The results found: of 5 variables expected to contribute to the implementation of the IMD, the variables (family support, education, and midwife action) influenced to the implementation of the IMD with p <0.05. Conclusion: The three variables (family support, education and action midwife) is an important determinant, whereas variables (family support, and education) are the main determinants to the influenced of the implementation of the IMD. Keywords: Implementation of Early Initiation of Breastfeeding (IMD), Determinant Factors.
ABSTRAK Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah salah satu program Departemen Kesehatan di Indonesia, yang dimaksudkan untuk memberikan rangsangan awal dimulainya pemberian ASI secara dini, dan diharapkan berkelanjutan selama 6 bulan pertama (ASI eksklusif), karena kegagalan IMD dan pemberian ASI eksklusif pada periode tersebut, berpotensi menimbulkan defisiensi bahan nutrient pada bayi, serta memungkinkan terjadinya status gizi kurang, yang berujung pada turunnya IQ point bayi, dan menjadi ancaman terhadap sumber daya manusia Indonesia di masa akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan pengaruh faktor determinan (Pendidikan, Pengetahuan, Sikap Ibu, Tindakan Bidan dan Dukungan Keluarga) dengan Pelaksanaan IMD. Desain penelitian adalah Cross Sectional study. Unit observasi ibu yang bersalin di Puskesmas Tilamuta, kabupaten Boalemo. Sampel sebanyak 215 orang, ditarik secara simple random sampling. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji chi square dan analisis multivariat dengan regresi linier berganda logistik. Hasil penelitian menemukan: dari lima variabel yang diteliti secara analisis bivariate semua berhubungan dengan pelaksanaan IMD. Setelah dianalisis secara multivariat ada tiga variabel yang memberi kontribusi: dukungan keluarga memberi kontribusi terhadap pelaksanaan IMD p=0,000. Pendidikan memberi kontribusi terhadap pelaksanaan IMD p=0,000. Tindakan bidan memberi kontribusi terhadap pelaksanaan IMD p=0.020. Kesimpulan:Tiga variabel (dukungan keluarga, pendidikan dan tindakan bidan) adalah determinan penting, sedangkan variabel (dukungan keluarga, dan pendidikan) adalah determinan utama terhadap pelaksanaan IMD. Kata kunci : Pelaksanaan IMD, Dukungan keluarga, Pendidikan dan Tindakan Bidan
PENDAHULUAN IMD adalah sebuah upaya mengembalikan hak bayi atas ibunya yang selama ini terenggut oleh para praktisi kelahiran yang membantu proses persalinan, dimana langsung memisahkan bayi dari ibunya sesaat setelah dilahirkan. Langkah ini tidak membuat bayi menjadi lebih baik. Hasilnya justru menurunkan ketahanan tubuh bayi hingga 25 persen. Pada kasus yang lebih parah, bayi dapat mengalami kegoncangan psikologis atau disperate yang diakibatkan hilangnya perlindungan yang ia butuhkan dari ibunya, sehingga memberi dampak buruk terhadap tumbuh kembangnya, khususnya kualitas fisik, psikologis, dan kecerdasan anak, sehingga berpotensi mengalami keterbelakangan kognitif yang dinilai melalui Intelligence Quotient (IQ) Point. Penurunan IQ Point sebesar 15% akan memberi ancaman bagi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di kemudian hari. Pemahaman yang baik terhadap IMD dan melaksanakannya, maka seorang ibu telah meletakkan dasar yang baik dan kuat bagi tumbuh kembang anaknya. Pemenuhan ASI yang dilakukan sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan tercatat IQ-nya lebih tinggi 12,9 point pada usia 9 tahun. (Roesli., 2008). IMD tidak hanya
menyukseskan
pemberian ASI esklusif. Lebih dari itu, terlihat
hasil yang nyata yaitu menyelamatkan nyawa bayi. Jika semua bayi di dunia segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu sendiri dengan membiarkan kontak kulit ibu ke kulit bayi setidaknya selama satu tahun, maka satu juta nyawa bayi dapat diselamatkan (Roesli,2008) Hasil penelitian
menunjukkan bahwa IMD dapat mengurangi Angka Kematian
Neonatal sebesar 22 %. Di negara-negara berkembang IMD dapat menghemat sebanyak 1.45 juta jiwa setiap tahun. Hasil penelitian (Baker dkk.,2009) di Bolivia dan Madagascar, seperempat sampai setengah dari kematian bayi di Negara berkembang terjadi pada minggu pertama kehidupan. Menurut
(Dashtidia.,dkk 2010)
dari Negara Timur Tengah
dalam hasil
penelitiannnya, hanya 6 % ibu menyusui pada lima jam pertama kelahiran, 71.6 % setelah 36 jam setelah kelahiran dan sebagian besar 90 % dua hari setelah kelahiran. Tingginya tingkat IMD yang tertunda sangat dipengaruhi oleh Pengetahuan, serta budaya. Menurut data (UNICEF.,2009) menyebutkan bahwa angka cakupan praktik IMD di Indonesia dari tahun 2003 hingga 2008 sebesar 39% dan cakupan ASI eksklusif enam bulan sebesar 40%. Sementara hasil (Riskesdas.,2010) presentase IMD adalah 29,3 % lebih rendah dari tahun 2008.
Berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya praktek IMD di Indonesia diantaranya disebabkan oleh tingkat pendidikan, sikap dan motivasi ibu menyusui yang kurang, serta dipengaruhi oleh perilaku dan tindakan bidan serta dukungan keluarga. (Margawati., 2007). Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan faktor determinan dengan Pelaksanaan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Lokasinya terletak di wilayah yang tidak terlalu jauh dari pusat kota. Sebagian besar dihubungkan dengan transportasi darat yang cukup lancar. Jenis penelitian adalah Observasional analitik dengan rancangan Cross Sectional Study. Populasi dan sampel Populasi penelitian adalah ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Tilamuta mulai bulan Januari-Desember 2012. Sampel sebanyak 215 orang yang dilakukan secara Simple Random Sampling. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Metode wawancara ini dilakukan pada saat kegiatan posyandu, dan door to door bagi ibu yang berhalangan hadir di posyandu. Analisis data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Analisis data secara univariat dilakukan terhadap semua variabel penelitian. Untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen (bivariat) menggunakan analisis chi square, dan untuk melihat variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen (multivariat) menggunakan uji regresi logistik berganda. HASIL Dari total 215 responden menemukan karakteristik ibu bersalin berumur terendah 19 tahun dan tertinggi 40 tahun, mayoritas berpendidikan Sekolah Dasar (SD) 54,9%, dan sebagian besar tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga saja yaitu sebanyak 96,3% . Lihat Tabel 1 Hasil penelitian menemukan, dari 215 sampel, dan berdasarkan variabel independen yang diteliti, ibu yang berpendidikan cukup 81,9%, dan berpendidikan kurang 18,1%, ibu yang berpengetahuan kurang 17,2% dan berpengetahuan cukup 82,8%, sikap ibu yang tidak
mendukung 22,8% dan sikap ibu yang mendukung 77,2%, tidak dilakukan IMD oleh bidan 39,1% dan dilakukan IMD oleh bidan 60,9% serta tidak mendapatkan dukungan keluarga 42,8% dan yang mendapatkan dukungan keluarga sebesar 57,2%. Lihat Tabel 2. Hasil penelitian menemukan Dukungan keluarga, dengan nilai p = 0,000, dengan besar pengaruhnya dinilai melalui OR = 6,783, Pendidikan dengan nilai p = 0,000, dengan besar pengaruhnya dinilai melalui OR = 5,932, dan Tindakan Bidan dengan nilai p = 0,020, dengan besar pengaruhnya dinilai melalui OR = 2,573. Lihat tabel 3.
PEMBAHASAN Penelitian ini terfokus pada penilaian hubungan faktor determinan yang memberi kontribusi terhadap pelaksanaan IMD di wilayah kerja Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo yaitu Pendidikan, Pengetahuan, sikap ibu, tindakan bidan dan dukungan keluarga. Secara teoritis lima variabel ini dianggap memberi kontribusi secara signifikan, terhadap pelaksanaan IMD, akan tetapi sesuai hasil penelitian menemukan hanya ada tiga variabel yaitu Dukungan keluarga, pendidikan dan tindakan bidan yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD oleh Ibu bersalin. Yang tidak memberi signifikan adalah pengetahuan dan sikap ibu. Ibu yang berpengetahuan cukup berpeluang besar untuk mau melakukan suatu pekerjaan, akan tetapi ini belum menjamin ibu dalam mengambil suatu keputusan. Salah satu penyebabnya adalah pengaruh situasi dan kondisi ibu yang masih kelelahan dalam menjalani proses persalinan, sehingga proses IMD tidak dilaksanakan. Demikian halnya dengan sikap, diantaranya pada saat proses persalinan ibu tidak didampingi keluarganya, sehingga motivasi dari ibu itu sendiri kurang, apalagi tidak dibarengi dengan pengetahuan yang cukup tentang manfaat IMD itu sendiri. Besarnya kontribusi dukungan keluarga terhadap pelaksanaan IMD yang dinilai melalui uji Phi=0,550 atau 55,0%. Demikian juga dengan uji multivariate dengan menggunakan regressi logistic memperlihatkan nilai p=0,000, dengan besar pengaruh dukungan keluarga OR = 6,783. Artinya ibu yang mendapatkan dukungan keluarga 6,8 kali lebih besar dapat melakukan IMD dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya. Hasil penelitian (Mularsih dkk.,2011), membuktikan bahwa responden yang mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini, 77,8%
menyatakan
bahwa bayi mereka berhasil melakukan IMD. Hal ini memberikan gambaran bahwa pelaksanaan IMD sangat memerlukan dukungan dari suami ataupun keluarganya dimana dukungan tersebut sangat dibutuhkan oleh ibu menyusui.
Kondisi emosi yang stabil menentukan sikap yang positif dari ibu. Kestabilan emosi tersebut, bisa diraih bila sang suami atau keluarga memberikan dukungan dan motivasinya secara maksimal. Dukungan memberikan suatu kesan bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai. Sehingga dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap emosional ibu dimana ia lebih tenang, nyaman, percaya diri dalam melakukan proses IMD pada bayinya Proses menyusui bayi melibatkan tiga hubungan insani. Ibu yang memberikan ASI, si anak yang diberikan dan suami/keluarga
sebagai penyeimbang hubungan. Namun pada
kenyataannya, banyak kaum suami maupun keluarganya yang merasa tidak terlibat dalam proses sosial ini dan cenderung menyerahkan segala urusan pemberian ASI pada ibunya saja, serta merasa tidak perlu ikut campur dalam proses ini. Keterlibatan seorang suami dalam pelaksanaan IMD ini akan memberi motivasi ibu untuk menyusui. Jika ibu sudah memiliki motivasi dan optimistis bisa menyusui, air susu pun akan berhamburan (Paramita, 2010). Ibu yang mendapatkan dukungan keluarganya dalam proses persalinan 31,4 % memberikan sikap positif terhadap pelaksanaan IMD. Hasil Penelitian ini juga menemukan pendidikan berhubungan dengan pelaksanaan IMD oleh Ibu bersalin. Hal ini telah dibuktikan dimana besarnya kontribusi tingkat pendidikan terhadap pelaksanaan IMD yang dinilai melalui uji Phi= 29,514 atau 29,5 %. Demikian
juga
dengan
uji
multivariate
dengan
menggunakan
regressi
logistic
memperlihatkan nilai p = 0,000, dengan besar pengaruh Pendidikan OR = 5,932 . Artinya pendidikan yang cukup memberi pengaruh 5,9 kali lebih besar terhadap pelaksanaan IMD dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan kurang. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi juga daya penalarannya terhadap setiap informasi yang diberikan, sehingga lebih mudah untuk melakukan suatu tindakan. Berbagai hasil penelitian menemukan seperti: (Amalia 2008), frekuensi menyusu dini lebih tinggi diantara wanita terpelajar. Ibu yang terpelajar menyadari keuntungan fisiologi dan psikologis dari menyusui, Ibu terpelajar lebih termotivasi memiliki kesempatan lebih banyak untuk mendapat informasi serta mempunyai fasilitas yang lebih baik, selanjutnya oleh (Setegn,dkk 2011) di Ethiopia menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pendidikan formal adalah 1-4 kali lebih mungkin untuk memulai menyusui pada satu jam pertama dibandingkan yang tidak memiliki pendidikan formal, demikian pula (Nelvi 2004) bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pemberian ASI dini dimana responden yang berpendidikan tinggi melakukan IMD 74,7 % dibanding dengan responden berpendidikan rendah.
Hasil Penelitian ini pula
menemukan Tindakan bidan
berhubungan dengan
pelaksanaan IMD oleh Ibu bersalin. Hal ini telah dibuktikan dimana besarnya kontribusi tindakan bidan terhadap pelaksanaan IMD yang dinilai melalui uji Phi=0,462 atau 46,2%. Demikian
juga
dengan
uji
multivariate
dengan
menggunakan
regressi
logistic
memperlihatkan nilai p = 0,020, dengan besar pengaruh tindakan IMD oleh bidan OR = 2,573. Artinya tindakan bidan memberi pengaruh 2,6 kali lebih besar terhadap pelaksanaan IMD dibandingkan dengan bidan yang tidak melakukan tindakan IMD. Bidan merupakan yang pertama dan utama dalam menentukkan keberhasilan pelaksanaan IMD. Karena frekuensi kontak antara ibu dan bidan lebih sering dibandingkan dengan nakes lainnya. Sehingga Peran bidan dalam memberikan suatu informasi, konseling, serta tindakan yang nyata sangat menentukkan keberhasilan pelaksanaan IMD itu sendiri. Tindakan nyata bidan memberi kesan terhadap ibu dan keluarganya, bahwa kegiatan IMD ini benar-benar bermanfaat untuk ibu dan bayinya. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Anita 2008), di salah satu rumah sakit pusat rujukan di Jakarta Pusat menunjukkan hubungan yang signifikan antara tindakan IMD oleh bidan dengan pelaksnaan IMD. Artinya tindakan bidan terhadap pelaksanaan IMD akan memberikan peluang besar terhadap ibu untuk melakukan IMD pada bayinya. Tindakan tersebut berupa membantu melaksanakan IMD, dan petugas tidak mau memberikan susu botol kepada bayi. Studi kualitatif di salah satu Puskesmas di Kabupaten Solok Sumatera Barat terhadap bidan dan ibu bersalin menunjukkan kurangnya fasilitasi dan kualitas IMD yang dilakukan oleh bidan. Dalam studi tersebut bidan mengakui dalam IMD tidak terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi karena bayi diberikan ke ibu dalam keadaan sudah terbungkus dan mereka umumnya pernah memberikan susu bantu kepada bayi dengan indikasi bila dalam 2 jam ASI belum keluar (takut terjadi hypoglikemia). Hal ini tentunya sangat tidak sesuai dengan prosedur APN yang ditetapkan. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang paling berperan dalam melaksanakan IMD karena ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa bantuan dan fasilitasi dari bidan.
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan mengacu pada rumusan masalah dan hipotesis penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu ibu yang mendapatkan dukungan keluarganya 6,8 kali lebih besar dapat melakukan IMD dibandingkan dengan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya, ibu yang berpendidikan cukup 5,9 kali lebih besar dapat melakukan IMD dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan kurang, ibu yang mendapatkan tindakan nyata dari bidan 2,6 kali lebih besar dapat melakukan IMD dibandingkan pada ibu yang tidak mendapatkan tindakan dari bidan. Berdasarkan simpulan dari hasil peneltian ini, beberapa saran untuk petugas kesehatan khususnya bidan lebih
intensif
lagi melakukan konseling dan penyuluhan tentang
pentingnya pelaksanaan IMD pada ibu hamil dan keluarganya serta dapat melakukan tindakan IMD sesuai prosedur pada ibu pasca salin, lebih meningkatkan kesadaran keluarga, terutama suami agar senantiasa memberikan dukungan kepada ibu bersalin sejak ibu itu hamil, pendampingan pada saat proses persalinan, sehingga proses pelaksanaan IMD terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Anita.,(2008). Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif Di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Amalia.,(2008). Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusui Dini dan Asi Ekslusif Kepada Bidan di kabupaten Klaten. Diakses tanggal 5 oktober 2012 Bakker at all.,(2009). Inisiasi Dini dan ASI Eksklusif di skala besar berbasis masyarakat Program di Bolivia dan Madagascar Dashtidia at all.,(2010). Delayed Breasfeeding Intiation Increases Risk of Neonatal Mortality Seth DOI Margawati.,(2007). Faktor yang berperan dalam kegiatan praktek pemberian ASI Ekslusif. Mularsih dkk.,(2011). Dukungan Suami dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Ibu Post Partum di BPS Kota Semarang. Nelvi.,(2004). Analisis sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif kepada Bidan di Kabupaten Klaten. Setegn at all.,(2011). Determinants of timely initiation of breastfeeding among mothers in Goba Woreda, South East Ethiopia: A cross sectional study. Setegn et al. BMC Public Health 2011, http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/217 Paramita,.(2010). Dukungan Keluarga (http://www.rajawana.com/artikel/ kesehatan/435dukungan-keluarga.html). Accessed 26 November 2012. Riskesdas.,(2010). Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,Kementrian Kesehatan RI. Roesli.,(2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Ekslusif,Pustaka Bunda, Jakarta UNICEF.,(2009).Melindungi Meningkatkan dan Mendukung menyusui, Jakar
Tabel 1
Distribusi Karakterisitik Responden di wilayah kerja Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo Tahun 2012 Karakteristik
Jumlah (n)
Persen (%)
Kelompok Umur ≤ 19 20-24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 ≥ 40
15 57 79 54 9 1
7,0 26,5 36,7 25,1 4,2 0,5
Pendidikan < - SD SLTP SLTA D III PT
118 63 29 1 4
54,9 9,3 13,5 0,5 1,9
Jenis Pekerjaan URT swasta PNS
207 1 7
96,3 0,5 3,3
Jumlah
215
100,0
Sumber : Data primer
Tabel 2 Distribusi ibu bersalin menurut faktor yang berhubungan dengan Pelaksanaan IMD di wilayah kerja Puskesmas Tilamuta Kab.Boalemo Provinsi Gorontalo Tahun 2012 No
Variabel
1
Pendidikan
2
Pengetahuan
3
4
5
Sikap Ibu
Kategori
n
%
Kurang
39
18,1
Cukup
76
81,9
Kurang
37
17,2
Cukup
178
82,8
Tdk Mendukung
49
22,8
Mendukung
166
77,2
Tidak dilakukan
84
39,1
Dilakukan
131
60,9
Tdk ada Dukungan
92
42,8
Ada Dukungan
123
57,2
Tindakan Bidan
Dukungan Keluarga Jumlah
Sumber : Data primer
215
Tabel 3
Analisis multivariat faktor determinan terhadap Pelaksanaan IMD di Wilayah Kerja Puskesmas Tilamuta Kabupaten Boalemo Tahun 2012
Error! Not a valid link.Error! Not a valid link.Error! Not a valid link. 95% CI for Exp(B) Variabel
B
Wald
Df
P
OR
Dukungan Keluarga
1,914
21,969
1
0,000
6,783
Min. 3,046
Max. 15,103
Pendidikan
1,780
13,669
1
0,000
5,932
2,308
15,245
Tindakan Bidan
0,945
5,400
1
0,020
2,573
1,159
5,711
Sumber: Data Primer