Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS Factors Affecting Transcultural Exclusive Breastfeeding in Public Health Mandalika Cikoneng Sub District Ciamis Jajuk Kusumawaty Stikes Muhammadiyah Ciamis Jl. KH.Ahmad Dahlan No.20 Ciamis, 46216 Program Study S1 Keperawatan E-mail :
[email protected] ABSTRAK Pendahuluan : ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi tanpa memberi tambahan cairan lain, termasuk susu formula, air putih, madu maupun makanan tambahan lainnya, seperti pisang, bubur, nasi tim, selama enam bulan. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Metode : Rancangan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan strategi non eksperimen serta menggunakan desain cross sectional. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah komunikasi, jarak interaksi, organisasi/aktifitas sosial, lingkungan dan variasi biologi. Responden dipilih secara simple random sampling dari 9 desa dengan jumlah 167 ibu menyusui. Data dianalisis menggunakan analisis SEM (Structural Equation Modelling) dengan metode Latent Variabel Score (LVS), dengan bantuan software Lisrel. Jenis uji yang digunakan adalah Uji Korelasi (Bivariate Correlations) dan Uji Regresi Berganda. Hasil : Berdasarkan model struktural diperoleh nilai koefisien regresi r = 0.425 untuk komunikasi, jarak interaksi nilai koefisien regresi r = 0.582, aktifitas sosial nilai koefisien regresi r = 0.566, lingkungan nilai koefisien regresi r = 0.524, serta variasi biologi nilai koefisien regresi r = -0.374, disimpulkan bahwa komponen Transcultural yang paling kuat pengaruhnya adalah komponen jarak interaksi. Kekuatan pengaruh komponen Transcultural terhadap pemberian ASI eksklusif nilai R2 yaitu 0,652, hal ini mengindikasikan bahwa variabel ASI eksklusif dapat dijelaskan oleh variabel kostruk sebesar 65.2% dan sisanya 34.8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. Kata Kunci : ASI eksklusif, faktor-faktor Transcultural
Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
45
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
ABSTRACT Introduction : Exclusive breastfeeding is breastfeeding for infants without giving extra fluids, including formula milk, water, honey and other food additives, such as bananas, porridge, rice , for six month. The study purposed about determine the factors that influence the provision of exclusive breastfeeding. Method : The research of the study conducted with a quantitative approach strategy with non-experimental and using designs sectional cross. The factors that influence are the communication, interaction distance, organizational/social activities, environmental and biological variation.Respondents were selected by simple random sampling from 9 villages with 167 mother sucking. Data were analyzed using analysis of SEM (Structural Equation Modelling) with the method of Latent Variable Score (LVS), constructively software Lisrel. Type of test used is the Test Correlation (Bivariate Correlations) and Regression Testing. Results: Based of the structural model obtained regression coefficient r = 0.425 for communication, the value of the regression coefficient r = 0.582 for the interaction distance, the value of the regression coefficient r = 0566 for social activities, to environmental regression coefficient r = 0524, and obtained for biological variation coefficient regression r = -0374, conclusion that component of strongest Strength of the influence of components Transcultural for exclusive breastfeeding R2 value is 0.652, indicating that the value of exclusive breastfeeding variables can be explained by the variable kostruc by 65.2% while the remaining 34.8% is influenced by other variables that are not included in the research model. Keywords: exclusive breastfeeding, factors Transcultural
Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
46
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
PENDAHULUAN Nutrisi yang baik pada masa bayi memungkinkan kesehatan yang baik, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal selama beberapa bulan pertama kehidupan dan juga membiasakan bayi agar memiliki kebiasaan makan yang baik pada masa selanjutnya (Eveline & Nanang, 2010). Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila masa bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun selanjutnya ( Depkes RI, 2006). Untuk mendapatkan tumbuh kembang yang optimal, didalam Global Stragegy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu, pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makananan pendamping air susu ibu (MP-ASI), sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes RI, 2006). Berdasarkan evidance base menunjukkan bahwa 60% bayi meninggal disebabkan kurang gizi secara tidak langsung lebih dari 2/3% dihubungkan dengan tidak diberikannya ASI eksklusif dan 35% terjadi pada bayi di seluruh dunia (Setegn et al, 2012). Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dari tahun 1997 hingga 2002, jumlah bayi enam bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif menurun dari 7,9% menjadi 7,8%. Sementara itu, hasil SDKI tahun 2007 menunjukkan penurunan jumlah bayi yang mendapatkan ASI eksklusif hingga 7,2%. Pada saat yang sama, jumlah bayi di bawah enam bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2002 menjadi 27,9% pada tahun 2009. Disimpulkan bahwa cakupan ASI eksklusif enam bulan di Indonesia masih realtif rendah, yaitu baru mencapai 38% (Depkes RI, 2009). Pemberian ASI secara eksklusif di negara berkembang telah terbukti melindungi bayi dari kematian maupun kesakitan akibat penyakit berat (WHO, 2000). Survey yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition and Health Surveillance System (NHSS) bekerja sama dengan Balitbangkes dan Hellen Keller international di 4 kota ( Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar ) dan 8 pedesaan (Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Banten, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan), menunjukkan bahwa cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4-12%, sedangkan di pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan antara 113%, sedangkan di pedesaan 2-13%. Hanya 14% ibu di tanah air yang memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif kepada bayinya sampai enam bulan. Ratarata bayi di Indonesia hanya menerima ASI eksklusif kurang dari dua bulan (Depkes RI, 2009). Faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif dapat disebabkan karena faktor ibu, bayi, tenaga kesehatan dan sosial budaya. Salah satu faktor ibu adalah pengetahuan dan motivasi yang kurang terhadap pemberian ASI eksklusif , keadaan puting susu datar, lecet, bengkak (engorged), ASI tidak keluar, ibu perokok, serta sindrom ASI 47
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
yang kurang/ tidak adekuat (Bobak et all, 2005). Menurut Giger dan Davidhizar teori transcultural assessment model mengembangkan aspek pengkajian dan intervensi. Konteks model budaya dalam keperawatan dipandang sebagai bidang praktik budaya yang kompeten berpusat pada klien dan berfokus pada penelitian keperawatan. Walaupun berpusat pada klien namun penting bagi perawat untuk mengetahui tentang budaya yang dimiliki setiap klien, karena budaya dapat mempengaruhi bagaimana seorang klien dipandang dan bagaimana perawatan dapat diberikan. Salah satu transcultural assessment model menurut Giger dan Davidhizar (2004), adalah Nursing assessment yaitu Culturally Diverse Nursing yang mencakup didalammnya enam fenomena budaya yang berbeda menurut aplikasi dan penggunaan namun jelas dalam semua kelompok budaya yaitu;1) Komunikasi, 2) Jarak interaksi, 3) Sosial organisasi/aktifitas, 4) Waktu 5) Lingkungan 6) Variasi Biologi. Pemberian ASI tak lepas dari tatanan budaya, perilaku dibentuk oleh kebiasaan yang bisa diwarnai oleh adat (budaya), tatanan norma yang berlaku dimasyarakat (sosial), kepercayaan (agama). Perilaku umumnya tidak terjadi secara tiba-tiba. Perilaku adalah hasil dari proses yang berlangsung selama masa perkembangan. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung (Suradi & Tobing, 2004). Menurut data kumulatif Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun 2012, pencapaian ASI eksklusif di lima Puskesmas yang berada di kota bagian barat Kabupaten Ciamis bahwa Puskesmas Sindangkasih sebanyak 605 bayi diberi ASI eksklusif (80%), Puskesmas Cihaurbeti sebanyak 614 bayi diberi ASI Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
eksklusif (60%), Puskesmas Ciamis sebanyak 500 bayi diberi ASI eksklusif (50%), sedangkan Puskesmas Imbanagara dan Mandalika merupakan Puskesmas yang pencapaian ASI eksklusifnya terendah yaitu 815 bayi (45%) dan sebanyak 997 bayi (35%) tidak diberi ASI eksklusif. Target yang ditetapkan pemerintah untuk pemberian ASI bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%. Faktor budaya, tradisi dan kepercayaan yang ada di masyarakat terhadap mitos yang berkaitan dengan ASI di Cikoneng masih cukup kuat. Salah satu contoh, beberapa ibu yang setelah melahirkan tidak langsung memberikan ASI kepada bayinya tetapi dengan mengolesi bibir bayi dengan madu. Setelah reflek hisapnya bagus diteruskan diberikan karena dianggap bayi akan sehat dan kuat setelah memakan madu tersebut. Bayi baru disusui bila susu ibunya telah berwarna putih yakni setelah colostrum dibuang, karena beranggapan menyebabkan bayi sakit perut. Sehingga bayi diberi madu atau pisang yang dioleskan pada bibirnya, sebelum susu ibu keluar. Beberapa ibu juga beranggapan dengan memberikan ASI kepada bayi menyebabkan payudaranya semakin membesar dan membuat tubuh ibu sukar kembali ke bentuk aslinya yang langsing sehingga mengganggu penampilannya. Anggapan lainnya yaitu supaya bayi tidak rewel terus walaupun sudah diberi ASI maka perlu diberikan makanan tambahan seperti biskuit sehingga bayinya tidak menangis lagi. Petugas kesehatan sering menemukan tradisi atau budaya yang ada dimasyarakat Cikoneng yang menyebabkan rendahnya cakupan ASI eksklusif, tidak mudah untuk merubah kebiasaan/budaya tersebut karena telah tertanam keyakinan yang melandasi sikap dan perilaku secara mendalam. Oleh karena itu perlu strategi-strategi yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang diinginkan. Pendekatan terhadap masalah tersebut dapat dilakukan dengan praktik 48
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
transcultural assessment model dengan asuhan keperawatan baik terhadap individu, keluarga dan masyarakat sesuai dengan peran perawat komunitas. Peran perawat sebagai provider dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui upaya kesehatan baik promotif dan preventif di semua tingkat dengan melibatkan masyarakat sebagai mitra kerja. Untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal maka peran perawat sangatlah penting dalam kaitannya dengan kesehatan ibu dan anak tentang ASI eksklusif sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.450/MENKES/VI/2004 yang merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan bahkan mentargetkan pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebesar 80%. Berdasarkan aspek-aspek diatas, maka tema masalah penelitian ini adalah analisis faktor-faktor transcultural yang mempengaruhi terhadap pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Ciamis. Jika faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya pencapaian ASI eksklusif, maka diharapkan dapat diberikan intervensi terhadap kondisi tersebut untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif, sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan terhadap ibu menyusui. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan strategi non eksperimen, tujuan untuk mengetahui signifikasi dari pengaruh variabel komunikasi, jarak interaksi, organisasi/aktifitas sosial, lingkungan dan variasi biologi ( yang merupakan indikator transcultural assessment model ) terhadap pemberian ASI eksklusif (Creswell, 2009). Dalam pengolahan data menggunakan analisis SEM (Structural Equation Modelling) menggunakan metode Latent Variabel Score (LVS) dengan bantuan Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
software LISREL 8.71 (Swanson & Holton, 2005). Penelitian ini menggunakan designs cross sestional yaitu model pendekatan sekaligus pada satu saat atau one poin in time dengan pengambilan data variabel independent dan dependent dalam waktu yang bersamaan ( Polit & Beck, 2006). Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari buku kesehatan ibu dan anak di Puskesmas Mandalika sebagai lokasi penelitian dengan jumlah sampel yang diperlukan. Pemberian ASI eksklusif sebagai efek diperoleh dari laporan pada buku KlA dan indikator yang berpengaruh ditelusuri dengan memberikan sejumlah pertanyaan dalam kuesioner. Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memberikan ASI pada periode bulan Januari sampai Desember 2012 berdasarkan laporan bulanan pada Buku KIA di Puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis sebanyak 167 orang. Tehnik sampling yang digunakan adalah random sampling Dalam pengambilan sampel diperlukan kriteria inklusi dan eksklusi untuk mengurangi terjadinya bias. Sampel penelitian yang diambil adalah ibu yang mempunyai kriteria inklusi sebagai berikut: 1. Ibu yang mempunyai bayi usia lebih dari 6 bulan sampai 1 tahun 2. Ibu yang menyusui bayinya 3. Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed concent (surat persetujuan menjadi responden) 4. Ibu yang berkomunikasi dengan baik dan dapat membaca serta menulis Sedangkan kriteria eksklusif dalam penelitian ini adalah : 1. Ibu yang sakit
49
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
2.
Ibu dengan puting susu datar atau terbenam (masuk kedalam) Pengumpulan data primer yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan wawancara dan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner inventory dari Giger dan Davidhizar (2004). Untuk menguji hipotesis dilakukan dengan metode SEM (Structural Equation Model). Dengan menggunakan program LISREL. Dalam penelitian ini pengukuran setiap konstruk / variabel dan pengaruh dari indikator-indikator dapat ditunjukkan melalui diagram jalur. Selanjutnya dari diagram jalur dapat dikonversikan ke dalam persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran.
Y = 0.425*X1 + 0.582*X2 + 0.566*X3 + 0.524*X4 - 0.347*X5 (0.0240) (0.0960) (0.0890) (0.0222) (0.0911) 1.764 3.979 4.108 5.590 2.713 + Error, R² = 0.652 Error Variance = 0.568
Pengaruh hubungan variabel laten eksogen (komunikasi, jarak interaksi, organisasi/aktifitas sosial, lingkungan dan variasi biologis) terhadap variabel endogen (Pemberian ASI Eksklusif) dijelaskan sebagai berikut : 1. Jenis uji yang digunakan adalah Uji Korelasi (Bivariate Correlations) dan Uji Regresi Berganda. Hasil uji diperoleh nilai koefisien regresi r = 0.425 dengan dengan nilai T-statistik 1.764 > 1,64 pada taraf signifikansi α = 0,1. Kesimpulan dari hasil uji tersebut HASIL PENELITIAN adalah pengaruh antara komunikasi Penelitian ini dilaksanankan pada tanggal terhadap pemberian ASI eksklusif di 7 Juni sampai dengan 7 Juli 2013, dengan wilayah kerja Puskesmas Mandalika hasil sebagai berikut : Kabuten Ciamis menunjukkan Model struktural dengan melihat /hubungan pengaruh yang “sedang dan persentase variance yang didapatkan dari berpola positif” artinya semakin baik nilai R-square pada variabel endogen dan komunikasi yang dilakukan oleh ibu koefisien jalur strukturalnya yang stabilitas dan bayinya pada saat pemberian ASI estimasinya dilihat dari nilai T-statistik serta petugas kesehatan dalam kegiatan melalui tahap bootstraping dengan kasus pelayanan maka cakupan pemberian persampel sebanyak 167. ASI eksklusif akan naik. Nilai koefisien Hasil dari model struktural dapat determinasi menunjukkan nilai = 0.425 ditunjukkan pada tabel berikut : artinya, persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan bahwa Tabel 1 Model Struktural 42,5 % variabel komunikasi atau persamaan garis yang diperoleh adalah Koef. baik menjelaskanCutvariable off ASI Std. untuk THubungan Kasualitas Parameter eksklusif. Hasil uji (0.05) statistik Error statistik Value Jalur didapatkan bahwa ada pengaruh Komunikasi ASI Eksklusif 0.425 0.024 1.764 antara komunikasi1.64 (0.1) terhadap pemberian ASI eksklusif di Jarak Interaksi ASI Eksklusif 0.582 0.096 3.979 1.97 wilayah kerja Puskesmas Mandalika Organisasi ASI Eksklusif 0.566 0.089 4.108 Kabupaten Ciamis 1.97 Provinsi Jawa Barat 2012. Lingkungan ASI Eksklusif 0.524 0.022 tahun5.590 1.97 2. Hasil uji ststistik regresi berganda Variasi Biologi ASI Eksklusif -0.347 0.0911 nilai -2.713 -1.97 diperoleh koefisien regresi r = 0.582 dengan dengan nilai T-statistik 3.979 > 1,97 pada taraf signifikansi α = Estimated Equations 0,05. Kesimpulan dari hasil uji tersebut Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
50
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
adalah hubungan antara jarak interaksi dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kabuten Ciamis menunjukkan hubungan yang “cukup kuat dan berpola positif” artinya semakin mendukung jarak interaksi antara ibu dan bayi dalam pemberian ASI serta petugas kesehatan maka cakupan pemberian ASI eksklusif akan naik. Nilai Koefisien Determinasi menunjukkan nilai = 0.5820 artinya, persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan bahwa 58.20 % variabel jarak interaksi atau persamaan garis yang diperoleh adalah baik untuk menjelaskan variable ASI eksklusif. Hasil uji statistik didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara jarak interaksi terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat tahun 2012. 3. Hasil uji ststistik regresi berganda diperoleh nilai koefisien regresi r = 0.566 dengan dengan nilai T-statistik 4.108 > 1,97 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kesimpulan dari hasil uji tersebut adalah hubungan antara organisasi/aktifitas sosial dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kabuten Ciamis menunjukkan hubungan yang “cukup kuat dan berpola positif” artinya semakin bertambah dukungan organisasi/aktifitas sosial yang dilakukan dalam pemberian ASI maka cakupan pemberiaan ASI eksklusif akan naik. Nilai Koefisien Determinasi menunjukkan nilai = 0.566 artinya, persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan bahwa 56.6 % variabel organisasi/aktifitas sosial atau persamaan garis yang diperoleh adalah baik untuk menjelaskan variable ASI eksklusif. Hasil uji statistik didapatkan bahwa ada pengaruh antara organisasi/aktifitas sosial Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat tahun 2012. 4. Hasil uji ststistik regresi berganda diperoleh nilai koefisien regresi r = 0.524 dengan dengan nilai T-statistik 5.590 > 1,97 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kesimpulan dari hasil uji tersebut adalah hubungan antara konstruk lingkungan dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis menunjukkan hubungan yang “cukup kuat dan berpola positif” artinya semakin bertambah dukungan lingkungan yang mempengaruhi pemberian ASI maka cakupan pemberian ASI eksklusif akan naik. Nilai Koefisien Determinasi menunjukkan nilai = 0.524 artinya, persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan bahwa 52.4 % variabel lingkungan atau persamaan garis yang diperoleh adalah baik untuk menjelaskan variable ASI eksklusif. Hasil uji statistik didapatkan bahwa ada pengaruh antara konstruk lingkungan terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat tahun 2012. 5. Hasil uji statistik regresi berganda diperoleh nilai koefisien regresi r = 0.347 dengan dengan nilai T-statistik 2.713 < -1,97 pada taraf signifikansi α = 0,05. Kesimpulan dari hasil uji tersebut adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara konstruk variasi biologis dengan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kabuten Ciamis .Hasil uji statistik didapatkan bahwa tidak ada pengaruh antara konstruk variasi biologis terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat tahun 2012.
51
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
6. Berdasarkan hasil diatas empat variabel mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif. Variabel yang mempunyai pengaruh paling kuat adalah variabel jarak interaksi dengan nilai koefisien regresi r = 0,582 yang mempunyai pengaruh sebesar 58,2% terhadap pemberian ASI ekskluif, terdapat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2 Nilai R-Square Variabel ASI Eksklusif Berdasarkan koefisien-koefisien parameter jalur yang diperoleh pada tabel 4.2 maka model persamaan struktural yang terbentuk sebagai berikut. ASI Eksklusif = 0,425*komunikasi + 0,582*jarak interaksi + 0,566*organisasi/aktifitas sosial + 0,524 *lingkungan - 0,347*Variasi biologis. Dari hasil model persamaan tersebut diperoleh nilai R2 untuk ASI eksklusif yaitu sebesar 0,652 Nilai tersebut mengindikasikan bahwa variabel ASI eksklusif dapat dijelaskan oleh variabel kostruk sebesar 65.2% sedangkan sisanya sebesar 34.8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian.
PEMBAHASAN Hasil uji hubungan antara komunikasi (bahasa verbal, kualitas suara, penggunaan kata-kata, penggunaan teknik diam dan bahasa non verbal) dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan adanya hubungan yang “sedang dan berpola positif” artinya semakin baik proses komunikasi yang dilakukan oleh ibu dan bayinya pada saat pemberian ASI serta petugas kesehatan dalam kegiatan pelayanan maka cakupan program Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
cenderung akan naik. Hasil uji statistik diperolah bahwa ada pengaruh yang signifikan antara komunikasi (bahasa verbal, kualitas suara, penggunaan katakata, penggunaan teknik diam dan bahasa non verbal) terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan bahwa 42,44 % variabel komunikasi atau persamaan garis yang diperoleh adalah baik untuk menjelaskanR-Square variable pemberian ASI eksklusif. 0.652 Hasil penelitian ini membuktikan adanya kesamaan dan sejalan dengan dasar teori yang dikembangkan oleh Giger & Davidhizar (2004) bahwa komunikasi merupakan salah satu komponen dari Culturally Diverse Nursing Care yaitu semua pemikiran dan hubungan yang mencakup seluruh ranah interaksi manusia dan perilaku baik verbal maupun non verbal dihadapan orang lain sehingga menetapkan adanya rasa persamaan dengan orang lain dan memungkinkan berbagi informasi, sinyal atau pesan dalam bentuk ide-ide dan perasaan. Budaya dapat mempengaruhi cara seseorang dalam berkomunikasi dan mengekspresikan perasaan baik verbal maupun nonverbal, sebagai contoh orang Eropa yaitu Amerika Serikat lebih terbuka dalam mengekpresikan perasaannya baik sedih, marah atau bahagia, sentuhan lebih banyak dilakukan. Diketahui pula gambaran distribusi frekuensi kelompok yang mendapatkan komunikasi dengan baik dalam pelayanannya menunjukan proporsi lebih banyak dibanding kelompok yang mendapatkan komunikasi kurang baik. Dengan demikian maka kontribusi komunikasi terhadap keberhasilan program pelayanan ASI eksklusif diyakini sebesar 42,5 % lebih banyak disumbang oleh kelompok yang relative melakukan komunikasi dengan baik dengan bayinya 52
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
dan telah terpapar oleh banyak informasi tentang manfaat ASI eksklusif sehingga mereka merupakan kelompok yang telah melaksanakan pemeliharaan bayi mereka dengan pemberian ASI eksklusif. Sedangkan kelompok yang sedikit atau belum pernah terpapar oleh informasi ASI eksklusif adalah kelompok yang belum memahami dan meyakini manfaat ASI eksklusif sehingga kelompok ini cenderung belum melaksanakan pemberian ASI eksklusif pada bayi mereka. Hasil uji hubungan antara jarak interaksi (tingkat kenyamanan, ruang dan gerakan tubuh) dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan adanya hubungan yang “cukup kuat dan berpola positif” artinya semakin baik dukungan jarak interaksi dilihat dari indikator tingkat kenyamanan, ruang dan gerakan tubuh, maka cakupan program cenderung akan naik. Hasil uji statistik diperolah bahwa ada pengaruh yang signifikan antara jarak interaksi (tingkat kenyamanan, ruang dan gerakan tubuh) terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis Provinsi Provinsi Jawa Barat. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan bahwa 58,2 % variabel jarak interaksi atau persamaan garis yang diperoleh adalah baik untuk menjelaskan variabel pemberian ASI ekslusif. Pada teori Culturally Diverse Nursing Care dimana jarak interaksi merupakan komponen dari enam komponen lainnya yang dibangun teori ini. Jarak interaksi merupakan area yang mengelilingi tubuh seseorang yang mencakup ruang dan objek. Persepsi terhadap jarak berkaitan dengan jarak antara manusia dengan objek yaitu persepsi sensori untuk jarak mata, telinga dan hidung sehingga orang merasa nyaman. Sementara ruang diartikan sebagai hubungan yang universal yang memerlukan wilayah. Secara alami manusia memerlukan tiga hal penting Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
dalam wilayah yang mempertimbangkan ketika dalam perencanaan pelayanan adalah; ruang untuk diri sendiri, ruang pribadi, dan wilayah/ ruang keahlian dan peran. Sedangkan posisi dan gerakan tubuh tertentu mungkin penting selama periode interaksi. Ekspresi diri melalui gerakan dipelajari sebelum bicara karena itu gerakan tubuh dapat menjadi barrier bagi seseorang ketika proses interaksi sedang berlangsung (Giger et.al, 2004). Berdasarkan teori diatas dikaitkan dengan pemberian ASI eksklusif bahwa jarak interaksi dipahami sebagai bentuk interaksi antara ibu dan bayi saat pemberian ASI dan interaksi dengan petugas kesehatan, maka tingkatan kenyamanan diartikan jarak yang nyaman pada saat berinteraksi antara ibu dan bayi saat pemberian ASI (posisi yang nyaman untuk memberikan ASI ), ruang diartikan sebagai tempat untuk menyusui karena ibu tidak terbiasa memperlihatkan tubuhnya akan merasa tidak nyaman, kecuali privasinya terjamin serta gerakan tubuh diartikan kondisi emosi dan mengekspresikan perasaan seseorang misalnya jika sedang marah ibu menghentikan menyusui. Menurut Leininger (2002) menjelaskan bahwa jarak pribadi bagi petugas kesehatan masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan interaksi antara perawat dengan klien. Profesional kesehatan merasa berupaya memperoleh ijin keseluruh pada daerah badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan petugas saat pemeriksaan fisik, petugas hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan komunikasi yang baik dan kemampuan mengenal masalah pada klien dengan mengenal kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak privasi. Interaksi adalah tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan diri seseorang terhadap orang lain, kehangatan, perhatian, dukungan akan mempengaruhi 53
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
kesuksesan dalam konseling (Saifuddin, 2003). Hasil uji hubungan antara variabel organisasi/aktifitas sosial (budaya, aktifitas sosial, peran dan fungsi sosial, sosial support dan peran rekan/teman) dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan adanya hubungan yang “cukup kuat dan berpola positif” artinya semakin baik peranan organisasi/aktifitas sosial dalam pelayanan maka cakupan program cenderung akan naik. Hasil uji statistik diperolah bahwa ada pengaruh yang signifikan antara organisasi/aktifitas sosial sebagai konstruk eksogen dengan indikator budaya, aktifitas sosial, peran dan fungsi sosial, sosial support dan peran rekan/teman terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan bahwa 56.6 % variabel organisasi/aktifitas sosial atau persamaan garis yang diperoleh adalah baik untuk menjelaskan variabel pemberian ASI eksklusif. Teori Culturally Diverse Nursing Care yang dikembangkan oleh Giger et.al, (2004) dimana organisasi/aktifitas sosial merupakan komponen dari enam komponen lainnya dari teori ini. Aktivitas sosial adalah suatu struktur dalam variasi dari grup, termasuk keluarga, keyakinan beragama, etnis, ras, kesukuan, keterikatan dan ketertarikan lainnya dalam grup tertentu. Termasuk dalam organisasi sosial diantaranya etnocentris, homogenitas, bicultural, etnis, ras, minoritas, strereotip, dan peran gender. Dalam aktivitas sosial juga mencakup type keluarga, system dalam keluarga, perilaku system dalam keluarga, komunikasi dalam keluarga, peran dalam keluarga, organisasi dalam keluarga, keterikatan keluarga, fungsi keluarga, lokasi tempat tinggal, dan adanya keyakinan dalam kelompok tertentu.
Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
Faktor organisasi/aktivitas sosial yang mempengaruhi terhadap pemberian ASI eksklusif sesuai dengan penelitian Oneha, M (2009), pada 22 partisipan ibuibu yang memilih memberikan susu formula kepada bayinya , disebabkan karena mereka mempunyai aktivitas bekerja full time, pagi-pagi harus pergi bekerja karena tuntutan pekerjaan sehingga tidak sempat untuk menyusui/memeras ASI. Sebagian besar ibu-ibu memberikan susu formula pada siang hari dengan meminta bantuan baby sister atau pembantu rumah tangga dan setelah mereka tiba dirumah baru memberikan ASI. Beberapa ibu juga mengatakan bahwa dukungan suami dan keluarga serta tenaga kesehatan sangat membantu dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif. Secara tradisi kebiasan keluarga yang diturunkan juga mempengaruhi contohnya kakaknya yang sama bekerja juga tidak memberikan ASI atau sebaliknya serta faktor lingkungan tempat bekerja. Hasil uji hubungan antara lingkungan (praktik budaya kesehatan, nilai-nilai budaya dan konsep sehat sakit) dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan adanya hubungan yang “cukup kuat dan berpola positif” artinya semakin baik dukungan lingkungan dalam pelayanan maka cakupan program cenderung akan naik. Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan (praktik budaya kesehatan nilai-nilai budaya dan konsep sehat sakit) terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis Provinsi Provinsi Jawa Barat. Nilai koefisien determinasi menunjukkan persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan bahwa 52,4 % variabel lingkungan atau persamaan garis yang diperoleh adalah baik untuk menjelaskan variabel pemberian ASI eksklusif. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini sebagaimana penjelasan di atas merupakan pembuktian atas teori 54
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
Culturally Diverse Nursing Care yang dikembangkan oleh Giger et.al, (2004) dimana lingkungan merupakan bagian atau komponen lainnya dari teori ini. Lingkungan mengacu pada persepsi individu termasuk didalamnya budaya yang mempengaruhi kesehatan, nilai dan bagaimana individu mendefinisikan sehat dan sakit yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Pendapat yang mendukung penelitan ini yaitu bahwa lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan dan kesediaan ibu untuk menyusui bayinya. Tatanan budaya cukup berpengaruh dalam pengambilan keputusan ibu untuk menyusui atau tidak menyusui. Pengalaman keluarga tentang menyusui, pengalaman ibu, pengetahuan ibu dan manfaat tentang ASI dan sikap ibu terhadap kehamilannya (diinginkan atau tidak), sikap suami dan keluarga terhadap menyusui, persepsi ibu tentang dirinya, hal-hal tersebut menentukan keberhasilan pemberian ASI. Dimungkinkan juga latar belakang sosial budaya yang berbedabeda, dapat menurunnya cakupan ASI eksklusif / kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif karena faktor budaya yang masih melekat di daerah masing-masing dan dapat merugikan kesehatan bagi ibu dan bayinya. (Rulina & Tobing, (2004). Hasil uji hubungan antara variasi biologis (body structure, kerentanan terhadap penyakit, keadaan nutrisi dan mekanisme koping) dengan pemberian ASI eksklusif menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna terhadap pemberian ASI eksklusif. Giger et.al, (2004) dimana variasi biologis merupakan bagian atau komponen lainnya yang dibangun dalam enam komponen dalam teori ini. Biological variations adalah suatu hubungan yang ada antara ras dan struktur tubuh, warna kulit, variasi genetik, rentan terhadap penyakit, nutrisi dan defisiensi, koping mekanisme. Perbedaan diantara orang-orang akan
Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
berbeda atau bervariasi satu dengan yang lainnya. Menyusui dengan perubahan bentuk tubuh ibu serta ukuran payudara salah satu faktor variasi biologi, mitos yang berkembang dimasyarakat bahwa menyusui dikhawatirkan akan membuat tubuh ibu sukar kembali ke bentuk aslinya yang langsing dan lamanya menyusui sampai dengan dua tahun. Ukuran payudara yang kecil sering dicemaskan sebagai penyebab ASI sedikit keluar, padahal besar kecil payudara tidak berkaitan dengan kemampuan memberikan ASI ( Sulistyawati A, 2009 ).
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara empat komponen Transcultural terhadap kinerja program pelayanan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Hubungan dari hasil uji menunjukan hubungan yang sedang untuk komponen komunikasi, tiga komponen lainya yaitu jarak interaksi, organisasi/aktivitas sosial dan lingkungan menunjukan hubungan yang kuat sedangkan untuk komponen variasi biologi tidak mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap pemberian ASI eksklusif. Dilihat dari pola hubungan seluruh komponen menunjukan pola positif kecuali komponen variasi biologi. Hasil uji regresi berganda didapat kesimpulan bahwa komponen Transcultural yang paling baik pengaruhnya terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Mandalika Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat tahun 2012 adalah komponen jarak interaksi. Sedangkan secara keseluruhan kekuatan pengaruh komponen
55
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
Transcultural terhadap Pemberian ASI eksklusif adalah sebesar 56.8 %.
DAFTAR PUSTAKA Anggraini Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta : Pustaka Rihama. Aziz E. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Baduosa Media Jakarta. Bobak, et al. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC Catherine R.L.B, et al. 2013. Rates and determinants of exclusive breastfeeding in first 6 months among women in Nova Scotia: a population-based cohort study. Creswell, WJ. 2009. Research Design. Quantitave, Qualitative, and Mixed Metods Approaches. Los Angeles.Sage Publication,Inc. Cynthia , MS. 2002. The Cultural Art of Breastfeeding. Hillsboro, Oregon, USA. Dinkes Kabupaten Ciamis. 2012 .Profil UPTD Puskesmas Mandalika. _____________________. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Ciamis. _____________________. 2012. Laporan Bulanan Program KIA. Depkes RI. 2004. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Dasar di Puskesmas. Jakarta. Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
_________. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Jakarta. _________. 2008. Pedoman Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Jakarta. Dewi LV. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika. Eveline & Nanang . 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta : PT Wahyu Media. Freed GL. 2004. Breastfeeding is so great, then why are the rates so low. http://www.promom.org/bf_info/wh y_low.htm Giger, J,N. & Davidhizar, RE. 2004. Trancultural Nursing Assessment & Intervention (4 ed). St.Louis Missouri : Mosby. Farrer H. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Padjadjaran Bandung. 2011. Panduan Penyusunan & Penulisan Tesis dan Disertasi. Bandung. Kepmenkes. 2004. Tentang Pemberian Air Susu Ibu secara ekslusif pada Bayi di Indonesia. Leininger, M., McFarland. 2002. Trascultural Nursing : Concept, Theories, Research & Practice. 3rd.ed. USA : The Mcgraw-Hill Company. Larry D. Purnell, Betty J. Paulanka. 2008. Transcultural Health Care Aculturally Competent Approach. Third Edition. F. A. Davis Company. Makhfudli & Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. McFarlen & Anderson. 2007. Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta ; EGC. Nkala and Msuya. 2011. Prevalence and predictors of exclusive breastfeeding among women in Kigoma region,Western Tanzania: 56
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
a community based crosssectional study. Notoatmodjo, S. 2007, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Yogyakarta : Andi Offset. ___________ . 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Novina, 2012, Beberapa faktor yang berhubungan dengan pemberian MP ASI pada bayi usia 0-6 bulan di langensari kecamatan ungaran barat kabupaten semarang. Nurussalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Thesis dan instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Oneha, M. 2009. Community Influences on Breastfeeding Described by Native Hawaiian Mothers. Journal of Aboriginal and Indigenous Community Health 7 (1). Polit & Beck. 2006. Essentials of Nursing Research. Metods, Apprasial, and Utilization. Philadelphia : A wolters Kluwer Company. Potter, P. 2001. Buku Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC Prawirohardjo S. 2006. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Srwono Prawirohardjo. Putri, P. 2012. Gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di kelurahan Kunciran Indah Tanggerang.FIK UI. 2012. Purdy, I. 2010. Social, Culture and Determinant factor Medic breasfeeding. Los Anggeles Calivornia,USA. Purwanti. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC. Ranisatuhu, M. 2012. Pengaruh Kualitas Komunikasi Ibu- Penyuluh ASI Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
dan Tingkat Pendidikan Ibu Terhadap Pengetahuan ASI Eksklusif. Roesli, U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : PT.Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Saifuddin, 2003. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Perinatal. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka. Santjaka, A. 2011. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. Setegn, et al, 2012. International Breasfeeding Journal. Melalui < http : // www. International Bresfeeding Journal.com/ content /7/1/17> Soekanto, S. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sudiharto. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Traskultural. Jakarta : EGC. Sudigdo, S. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta ; Sagung Seto. Sulistinah, 2013. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Rendahnya Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Di Kabupaten Jombang. Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Andi Offset. Suradi & Tobing. 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta : Program Manajemen Laktasi Perkumpulan Perinatologi Indonesia. Suryabrata, S. 2003. Metodologi Penelitian.Jakarta : PT Raja Gravindo Persada. Swanson & Holton. 2005. Research In Organizations.Foundations and Methodsof Inquiry.San Francisco. Barrett- Koehler Publishers,Inc. Thulier & Mercer . 2009. Variables associated with breastfeeding duration. World Health Organization (WHO). 2005. Guiding Principles on Feeding Non-Breastfed Children 6 to 24
57
Jajuk Kusumawaty : FAKTOR-FAKTOR TRANSCULTURAL YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALIKA KECAMATAN CIKONENG KABUPATEN CIAMIS
Months of Age. Geneva: World Health Organization.
Volume 2 І Nomor 1 І Agustus 2015
58