DESAIN KONSEPTUAL ALAT TRANSPORTASI UNTUK PENERAPAN SHORT SEA SHIPPING DI PULAU JAWA Ariston Yoga Pradhana1 dan Tri Achmadi2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan Bidang Studi Trasportasi Laut - Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya email :
[email protected]
Abstrak Pertumbuhan muatan di Pulau Jawa yang tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas jalan raya membuat beban jalan raya semakin meningkat. Selain menimbulkan kemacetan, juga menimbulkan dampak lain seperti meningkatnya polusi udara, biaya pemeliharaan dan perawatan jalan, meningkatnya subsidi BBM, serta biaya kecelakaan. Short sea shipping merupakan salah satu alternatif intermoda untuk mengurangi beban jalan raya. Dengan membuat model jaringan transportasi serta mengidentifikasi potensi muatan, maka dapat disimpulkan bahwa koridor yang sesuai untuk penerapan short sea shipping adalah koridor Jakarta – Surabaya dengan menggunakan moda kapal RoRo dengan ukuran LOA = 134.6 m, B = 22.8 m, H = 5.2 m, T = 2.7 m, payload = 1770 ton sebanyak 3 unit. Kata kunci: intermoda, short sea shipping, kapal RoRo
1. Pendahuluan 1.1.
Latar Belakang Masalah
Transportasi darat merupakan moda transportasi yang paling sering digunakan di Pulau Jawa baik itu sebagai sarana pengangkut penumpang maupun barang. Secara umum jalan di Pulau Jawa dibagi menjadi jalur selatan dan jalur utara (pantura). Topografi Pulau Jawa yang relatif datar dan tidak adanya sungai-sungai besar membuat transportasi darat merupakan sarana transportasi yang perkembangannya sangat cepat. Pertumbuhan kendaraan bermotor yang cukup tinggi, khususnya sepeda motor di kota-kota besar sekitar 21% per tahun membuat arus lalu lintas di jalan raya semakin meningkat. Namun peningkatan lalu lintas di jalan raya tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jalan raya. Beberapa ruas jalan utama yang merupakan sarana penting dalam transportasi darat sudah tidak dapat diperlebar lagi kapasitasnya, baik karena keterbatasan dana maupun kondisi alam. Di lain pihak arus lalu lintas baik penumpang maupun barang terus meningkat. Selain itu transportasi darat seringkali dihadapkan pada masalah menurunnya kualitas dan keberlanjutan pelayanan infrastruktur transportasi darat (kemacetan lalu lintas, tingginya tingkat kecelakaan, polusi, pemborosan energi, dan kurang memadainya moda transportasi). Belum lagi ditambah dengan kerusakan infrastruktur yang tidak hanya diakibatkan kelebihan muatan (overload), namun juga karena buruknya sistem drainase air, material atau konstruksi struktur yang kurang baik, serta kondisi dasar tanah yang labil. Akibat dari semua itu tentunya adalah biaya tinggi pada transportasi, ditambah lagi dengan biaya eksternalitas dari transportasi darat tersebut. 1.2.
Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Bagaimana mengetahui kondisi transportasi barang yang ada di Pulau Jawa saat ini 2. Bagaimana mengetahui potensi penerapan short sea shipping di Pulau Jawa 3. Bagaimana mengetahui moda transportasi laut yang sesuai untuk penerapan short sea shipping di Pulau Jawa
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penulisan Tugas Akhir ini adalah membuat desain konsetual alat angkut untuk penerapan konsep short sea shipping di Pulau Jawa. Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Mengetahui kondisi transportasi transportasi barang yang ada di Pulau Jawa saat ini untuk mengetahui biaya total transportasi (total logistic cost) 2. Mengetahui potensi penerapan short sea shipping di Pulau Jawa berdasarkan skenarion model transportasi 3. Mengetahui moda transportasi laut yang sesuai untuk penerapan Maksud dari penelitian Tugas Akhir ini adalah membuat desain konsetual alat angkut untuk penerapan konsep short sea shipping di Pulau Jawa. di Pulau Jawa
1.4.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Memberikan masukan dalam penentuan kebijakan dalam pengembangan sistem transportasi di Pulau Jawa. 2. Memberikan masukan mengenai pelabuhan mana yang dapat dikembangkan untuk mendukung sistem short sea shipping
1.5.
Batasan Masalah Batasan masalah dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Desain konseptual alat transportasi adalah moda transportasi laut yang meliputi jenis, ukuran, jumlah, dan kapasitas 2. Desain konseptual tidak meliputi perhitungan konstruksi dan kekuatan 3. Petikemas dalam penelitian ini merupakan petikemas dengan status pengiriman full container load (FCL)
2. Dasar Teori 2.1.
Short Sea Shipping
Short sea shipping didefinisikan sebagai angkutan komersial dengan kapal yang tidak melintasi lautan. Short sea shipping merupakan pola angkutan komersial yang memanfaatkan aliran sungai dan perairan pesisir pantai untuk memindahkan barang komersial dari pelabuhan utama ke tujuan dimana pelabuhan-pelabuhan yang dilayani oleh short sea shipping adalah pelabuhan domestik. Konsep Short Sea Shipping telah diterapkan di Eropa khususnya Eropa Utara, Amerika Serikar serta beberapa negara Asia.
Gambar 2.1 Tahap pengangkutan barang dalam short sea shipping 2.2.
Peti Kemas (Container)
Peti kemas (container) adalah peti atau kotak yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan International Organization for Standardization (ISO) sebagai alat atau perangkat pengangkutan barang yang bisa digunakan diberbagai moda, mulai dari moda jalan dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal petikemas laut. 2.3.
Komparasi Moda Laut
Dari berbagai macam moda transportasi laut, dipilih beberapa moda laut yang akan digunakan dalam short sea shipping. Moda transportasi laut yang akan dipilih adalah : 1. Kapal Ro/Ro 2. Kapal Kontainer 3. Self Propelled Container Barge (SPCB) 2.4.
Teori Desain Konseptual
Dalam istilah dunia perkapalan seorang naval architect harus mampu menerjemahkan permintaan pemilik kapal (owner requirement) ke dalam bentuk gambar, spesifikasi dan data lainnya untuk membangun kapal. Dalam mendesain sebuah kapal ada beberapa tahap, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Menentukan ukuran utama kapal Perhitungan hambatan kapal Memperkirakan daya motor induk Perhitungan stabilitas utuh (intact stability) Perhitungan massa dan titik pusat massa DWT Perhitungan massa dan titik pusat massa LWT Perhitungan berat dan titik berat gabungan LWT + DWT
2
8. 9. 10. 11. 12. 13. 2.5.
Perhitungan kapasitas ruang muat (hold capacity) Perhitungan trim Perhitungan freeboard Perhitungan tonase kapal Perhitungan biaya investasi Parameter optimasi
Komponen Biaya Kapal
2.5.1.
Biaya Modal (Capital Cost) Capital cost adalah harga kapal pada saat dibeli atau dibangun. Biaya modal disertakan dalam kalkulasi biaya untuk menutup pembayaran bunga pinjaman dan pengembalian modal tergantung bagaimana pengadaan kapal tersebut. Pengembalian nilai kapital ini direfleksikan sebagai pembayaran tahunan. 2.5.2.
Biaya Operasional (Operational Cost) Operational cost adalah biaya-biaya tetap yang dikeluarkan untuk aspek-aspek operasional sehari-hari kapal untuk membuat kapal selalu dalam keadaan siap berlayar. Yang termasuk biaya operasional adalah biaya ABK, perawatan dan perbaikan, stores, bahan makanan, minyak pelumas, asuransi dan administrasi. 2.5.3.
Biaya Pelayaran (Voyage Cost) Biaya pelayaran (Voyage cost) adalah biaya-biaya variabel yang dikeluarkan kapal untuk kebutuhan selama pelayaran. Komponen-komponen biaya pelayaran adalah bahan bakar untuk mesin induk dan mesin bantu, ongkos-ongkos pelabuhan, pemanduan dan tunda. 2.5.4.
Biaya Bongkar Muat (Cargo Handling Cost) Biaya bongkar muat (Cargo handling cost) mempengaruhi juga biaya pelayaran yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran. Kegiatan yang dilakukan dalam bongkar muat terdiri dari stevedoring, cargodoring, receiving/delivery. Kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan bongkar muat ( PBM) yang mempekerjakan tenaga kerja bongkar muat ( TKBM). 2.6.
Aspek Ekonomis Perencanaan Kapal
2.6.1.
Analisa Investasi Kebijakan investasi jangka panjang dikatakan sebagai persoalan capital budgeting. Investasi berarti pula sebagai pengeluaran pada saat ini dimana hasil yang diharapkan dari pengeluaran itu baru akan diterima lebih dari 1 tahun mendatang, jadi menyangkut jangka panjang. 2.6.2.
Pertimbangan Ekonomis Perencanaan Kapal Dalam perencanaan alat transportasi tidak hanya mempertimbangkan masalah teknis saja, namun juga perlu dipertimbangkan biaya-biaya yang timbul selama masa perencanaan dan masa pengoperasian alat angkut dalam menentukan kelayakan dari moda transportasi tersebut. 2.6.3.
Perhitungan Requirement Freight Rates (RFR) Yang dimaksud dengan RFR disini adalah biaya rata-rata yang harus ditanggung penyedia jasa layanan transportasi laut atau perusahaan pelayaran dalam usahanya untuk memberikan jasa layanan transportasi untuk 1 kali trip. 3. Metodologi Penelitian 3.1.
Pengumpulan Data
Penulisan Tugas Akhir ini secara umum merupakan penelitian lapangan dan studi kasus berdasarkan referensi dari penerapan konsep short sea shipping di beberapa negara. Metode pengumpulan data dalam penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam 2 (dua) cara yaitu , pengumpulan data langsung (data primer) dan pengumpulan data tidak langsung (data sekunder) 3.2.
Analisa Data
Tahap selanjutnya dilakukan pembuatan model (model development). Pembuatan model dimaksudkan untuk menggambarkan kondisi transportasi saat ini, untuk kemudian dilakukan skenario. Dari hasil perbandingan antara kondisi saat ini dan skenario, dapat diketahui potensi muatan untuk penerapan short sea
3
shipping. Setelah diketahui potensi muatan, dilakukan perencanaan armada (fleet sizing) yang meliputi jenis, ukuran, dan kapasitas armada.
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 4. Gambaran Wilayah 4.1.
Wilayah Administrasi
Tabel 4.1 Provinsi dan Kabupaten di Pulau Jawa Provinsi Jumlah Kota Jumlah Kabupaten Banten 4 2 DKI Jakarta 5 1 Jawa Barat 9 16 Jawa Tengah 6 29 D.I.Yogayakarta 1 4 Jawa Timur 9 29 Sumber : Provinsi dalam angka di pulau Jawa tahun 2009
4
4.2.
Kondisi Transportasi Saat Ini
4.2.1.
Transportasi Darat Moda transportasi darat merupakan jenis moda yang paling dominan di Pulau Jawa, terutama untuk angkutan barang. Selain tidak terikat oleh jadwal yang tetap, moda darat menikmati subsidi BBM yang diberikan oleh Pemerintah. Kapasitas terpasang untuk moda transportasi darat dipengaruhi oleh jumlah armada (fleet) dan kapasitas jalan raya. Untuk kapasitas jalan raya, angkutan barang tentunya akan berbagi ruas dengan angkutan penumpang dan angkutan pribadi. 4.2.2.
Transportasi Kereta Api Muatan barang di Pulau Jawa menyumbangkan 8 persen dari pendapatan PTKA . Arus barang di Jawa mengalami pertumbuhan yang stabil hingga tahun 1996 ketika terjadi tingkat pertumbuhan paling tinggi. Beberapa jenis muatan seperti ternak, baja dan tebu sepertinya sudah tidak ada lagi dan volume muatan pupuk juga menurun sampai level yang sangat minim. Sejak tahun 1999 total muatan menurun dengan tingkat penurunan pertahun mencapai 0,8 persen. PTKA telah mengembangkan beberapa jenis layanan baru, seperti layanan ekspres yang mengangkut barang dalam jarak yang lebih jauh dan tidak ditampilkan dalam tabel di bawah ini. 4.2.3.
Transportasi Laut Dalam hal transportasi laut, Pulau Jawa didukung oleh 3 pelabuhan yang merupakan pelabuhan strategis di Indonesia, yaitu Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Emas (Semarang), dan Tanjung Perak (Surabaya). Kapasitas transportasi laut terdiri dari 2 aspek penting, yaitu pelabuhan dan supply jasa transportasi laut. Kapasitas pelabuhan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain panjang dermaga, jumlah alat bongkar muat, kecepatan bongkar muat, aksesbilitas ke pelabuhan, dan kecepatan penanganan dokumen (document handling). Sedangkan penawaran jasa transportasi laut dipengaruhi oleh jumlah armada (fleet), jadwal, rute, dan tarif. 4.3.
Karakteristik Muatan
Gambar 4.1 Jenis komoditas
4.4.
Penentuan Koridor Short Sea Shipping
Salah satu ketentuan dalam konsep short sea shipping adalah adanya persaingan moda. Maka dari itu perlu ditentukan di koridor mana konsep short sea shipping akan diterapkan, dengan memperhatikan adanya persaingan moda. Di Pulau Jawa, daerah yang berkembang umumnya adalah daerah di pesisir pantai utara Jawa. Hampir seluruh kegiatan industri, kegiatan ekonomi, dan pemusatan penduduk berada di kawasan pesisir utara Pulau Jawa. Hal tersebut dikarenakan daerah pesisir utara Jawa banyak mengadakan perdagangan antar pulau dengan wilayah lain di Indonesia dan sekaligus merupakan wilayah pelabuhan internasional. Wilayah pesisir pantai selatan relatif tidak berkembang. Tingginya gelombang serta tingginya tingkat abrasi menyebabkan pelabuhan di wilayah pantai selatan tidak berkembang. Berdasarkan kondisi tersebut, maka koridor yang paling sesuai adalah daerah pantai utara Jawa, tepatnya pada koridor Surabaya – Jakarta. Koridor Surabaya – Jakarta sesuai untuk diterapkan konsep short sea shipping dikarenakan adanya persaingan moda baik dari moda darat, moda kereta api, moda laut, bahkan moda udara.
5
Pelayanan transportasi baik yang terjadwal maupun yang tidak terjadwal hampir tersedia sepanjang waktu di koridor ini.
Gambar 4.2 Data Asal-Tujuan Muatan Tahun 2007 5. Analisa dan Pembahasan 5.1.
Studi Kasus Koridor
Setelah melakukan analisis pasa dan wawancara putaran pertama dengan pengguna jasa, maka tahap selanjutnya adalah memusatkan studi kasus di tiap koridor. Tahap ini bertujuan untuk menilai sejauh mana konsep short sea shipping ini dapat bersaing dengan alternatif transportasi lain yaitu moda darat dan moda kereta api. Pada setiap koridor akan dibandingkan peluang tingkat pelayanan short sea shipping agar dapat bersaing dengan moda darat dan moda kereta api. Tujuan dari tahap ini bukan untuk menentukan potensi terbesar di koridor mana akan diterapkan, namun untuk menentukan peluang pengembangan di setiap koridor dimana disesuaikan dengan kondisi transportasi dan potensi muatan. 5.2.
Komponen Biaya
Setiap alternatif moda transportasi memiliki komponen biaya tersendiri. Di bawah ini akan dikelaskan komponen biaya setiap alternatif moda. Komponen biaya disini digunakan untuk menghitung biaya total transportasi, jadi bukan untuk membandingkan secara langsung antar moda. Hasil dari perhitungan biaya disini tidak bisa dijadikan acuan pilihan moda, karena memasukkan komponen biaya non-transaksional. Biaya nontransaksional sendiri tidak dibebankan langsung kepada shipper atau carrier. 5.2.1.
Biaya Transaksional • Biaya stuffing & stripping • Biaya modal • Biaya operasional • Biaya bahan bakar • Biaya perawatan dan perbaikan
5.2.2.
Biaya Non-Transaksional • Biaya Kemacetan • Biaya Kecelakaan • Biaya Pemeliharaan Sarana • Subsidi Bahan Bakar
6
5.3.
Kompetisi Antar Moda
Gambar 5.1 Grafik biaya ekonomi transportasi per moda untuk setiap tahun Untuk membandingkan moda mana yang sesuai untuk diterapkan di tahun berapa, digunakan grafik biaya total ekonomi transportasi. Biaya ini menghitung semua total biaya untuk mengangkut semua muatan. Diasumsikan ada peningkatan jumlah muatan sebesar 5% per tahun Dari grafik dapat diketahui bahwa moda laut sesuai untuk diterapkan padatahun 2015, dimana total biaya ekonomi moda laut lebih kompetitif dibandingkan moda kereta api. Mulai tahun 2010 – 2014, moda kereta api menawarkan biaya yang lebih kompetitif. Sedangkan moda darat biaya ekonominya semakin meningkat.
Gambar 5.2 Grafik perbandingan jarak dan muatan dengan total biaya Grafik di atas membandingkan perkalian antara jarak dan potensi muatan (ton.km) dengan total biaya. Digunakannya grafik ini karena potensi muatan pada setiap koridor akan meningkat per tahunnya, sedangkan jarak tetap. 6. Desain Konseptual 6.1.
Tahapan Desain Konseptual
Tahapan desain konseptual di sini dimaksudkan untuk dapat menentukan ukuran armada (fleet sizing) yang sesuai untuk penerapan short sea shipping.
7
Gambar 6.1 Tahapan Desain Konseptual 6.2.
Rute
Dari bab sebelumnya telah diketahui bahwa koridor yang sesuai untuk penerapan short sea shiping adalah koridor Jakarta – Surabaya dengan pilihan moda laut adalah kapal Ro/Ro 6.3.
Jenis Muatan
Muatan yang dimaksudkan di sini adalah jenis kendaraan yang dapat diangkut oleh kapal Ro/Ro. Jenis kendaraan dibatasi pada kendaraan yang mengangkut muatan barang. Disini yang diangkut adalah truk engkel dan chassis trailer (tanpa head truck) 6.4.
Ukuran Utama Kapal
Gambar 6.2 Diagram optimasi ukuran kapal
8
Gambar 6.3 Gambar Rencana Umum Kapal Ro/Ro Tabel 6.1 Ukuran utama kapal Panjang Keseluruhan (LOA) Lebar (B) Tinggi (H) Sarat (T) DWT LWT Payload Kecepatan Dinas 6.5.
134 m 22.8 m 5.2 m 2.7 m 1900 ton 2030 ton 1770 ton 15 knots
Penjadwalan (Scheduling)
Untuk dapat bersaing dengan moda darat dan moda kereta api, maka moda laut harus bisa memberikan kepastian jadwal. Moda darat memberikan frekuensi pelayanan yang tidak terjadwal, sedangkan moda kereta api memberikan pelayanan 2 trip per hari. Penjadwalan kapal disesuaikan dengan jumlah muatan serta round trip days (RTD) kapal. 6.6.
Analisa Kelayakan Finansial
Analisa kelayakan finansial digunakan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan investasi sebuah kapal. Penjelasan mengenai investasi dijelaskan di bawah ini. Diasumsikan besar pinjaman adalah 100% dari harga kapal, artinya pembiayaan kapal sepenuhnya berasal dari pinjaman. Bunga pinjaman 12% per tahun dengan masa pinjaman 10 tahun dikurangi grace period selama 2 tahun. Umur ekonomis kapal adalah 20 tahun. Tabel 6.2 Kriteria Investasi
9
Investment Criteria Present Worth ( PW atau NPV ) Present Worth Index (NPVI) IRR IRR Index ( IRRI = IRR / MARR ) BEP from year ‐ Accum Cash on BEP
J Rp kali % kali J Rp
Value 477,258 397.7% 22.9% 3.28 9 122,373
Criteria Ok Ok Ok Ok Ok Ok
Min 0 0.0% 7.0% 0 1 0
Remarks Positive Incr. Wealth Null MARR Null Construction Period Positive Accum Cash
7. Kesimpulan dan Saran 7.1.
Kesimpulan 1. 2.
3.
Transportasi barang di Pulau Jawa masih didominasi oleh moda darat. Hal tersebut menyebabkan biaya transportasi yang tinggi. Dari hasil perhitungan biaya, potensi muatan, dan jarak, didapatkan bahwa koridor yang paling sesuai untuk penerapan short sea shipping adalah koridor Jakarta – Surabaya dengan titik potensi muatan adalah Jakarta, Surabaya, dan Tangerang. Ukuran utama kapal RoRo yang digunakan adalah Panjang Keseluruhan (LOA) 134 m Lebar (B) 22.8 m Tinggi (H) 5.2 m Sarat (T) 2.7 m DWT 1900 ton LWT 2030 ton Payload 1770 ton Kecepatan Dinas 15 knots dengan jumlah armada yang dibutuhkan adalah 3 unit untuk tahun pertama dan terus meningkat samapai menjadi 5 unit padatahun ke 10
7.2.
Saran 1.
Short sea shippping dapat menjadi alternatif untuk mengatasi permasalahan akibat tingginya penggunaan moda darat. Oleh karena itu perlu adanya koordinasi lebih lanjut antara pemerintah, operator, dan pengguna jasa 2. Berdasarkan hasil perhitungan, pelabuhan yang sebaiknya dikembangkan adalah Tanjung Perak dan Tanjung Priok. Mengingat kedua pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan internasional yang sibuk, maka peningkatan kualitas dapat diterapkan melalui efektifitas waktu bongkar muat kendaraan dan penggunaan lahan parkir yang sesuai. 3.
DAFTAR PUSTAKA
APEC Transportation Working Group dan Inha University. 2007. Short Sea Shipping Study : A Report on Successful SSS Models That Can Improve Ports Efficiency and Security While Reducing Congestion, Fuel Costs, and Pollution. Incheon : Inha University Departemen Perhubungan. 2007. Studi Angkutan Petikemas Antar Moda Koridor Jawa – Sumatera. Jakarta : Departemen Perhubungan Global Insight. 2006. Four Corridor Case Studies of Short Sea Shipping Services. Massachusetts : Global Insight Konings, Rob. 2008. The Future of Intermodal Freight Transport. Massachusetts : Edward Elgar Publishing, Inc. Oses, Xavier Martinez de, dan Castells, Marcel-la. 2006. Selection of Short Sea Shipping Transport Alternatives in SW Europe. Catalonia : Technical University of Catalonia Perakis, Anastassios N. dan Denisis, Athanasios. 2008. A Survey of Short Sea Shiping and Its Prospects in the USA. Maritime Policy & Management, 35: 6, 591 — 614 Suyono, Capt. R.P. 2005. Shipping : Pengangkutan Intermodal Ekspor Impor Melalui Laut. Jakarta : Penerbit PPM
10