DAYA TERIMA, TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI PECANDU NARKOBA DI RUMAH SINGGAH PEKA DAN YAKITA BOGOR
LISTI PRIHANDINI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Terima, Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Status Gizi Pecandu Narkoba di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Listi Prihandini NIM I14114020
ABSTRAK Listi Prihandini. Daya Terima, Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Status Gizi Pecandu Narkoba di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA Bogor. Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN dan KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima, tingkat kecukupan zat gizi dan status gizi pecandu narkoba di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA Bogor. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Contoh dalam penelitian ini adalah residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA Bogor. Cara pengambilan contoh secara purposive dan jumlah contoh yang digunakan sebanyak 30 orang. Hasil analisis deskriptif menunjukkan tingkat kecukupan energi dan protein sebagian besar residen di YAKITA berada pada kategori normal (69.2%). Tingkat kecukupan energi (47.1%) dan protein (64.7%) residen di Rumah Singgah PEKA berada pada kategori defisit tingkat sedang dan defisit tingkat berat. Daya terima yang meliputi warna, aroma, tekstur, bentuk dan rasa makanan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA sebagian besar residen berada pada katagori suka. Status gizi residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA, sebagian besar berada pada kategori normal. Kata kunci: narkoba, residen, status gizi, tingkat kecukupan
ABSTRACT Listi Prihandini. Food acceptance, nutritional adequacy level and and nutritional status of drug addicts at Rumah Singgah PEKA and YAKITA Bogor. Supervised by BUDI SETIAWAN and KARINA RAHMADIA EKAWIDYANI The objectives of this study were to determine the Food acceptance, nutritional adequacy level and and nutritional status of drug addicts at Rumah Singgah PEKA and YAKITA Bogor. This study used cross sectional design. Subjects of this study was resident at Rumah Singgah PEKA and YAKITA Bogor. Sampling method used was purposive sampling and the number of subjects was 30 people. Descriptive analysis nutritional adequacy level showed energy and protein, most of the resident in YAKITA was on normal category (69.2%). Nutritional adequacy level energy (29.3%) and protein (64.7%), are resident in Rumah Singgah PEKA categorized as severe deficit. Food acceptance includes of color, aroma, texture, shape and taste of food at Rumah Singgah PEKA and YAKITA Bogor, most of the resident was on category of like. Nutrition status of resident at Rumah Singgah PEKA and YAKITA, most of the resident was on normal category. Keywords: drugs, resident, nutritional status, nutritional adequacy level
DAYA TERIMA, TINGKAT KECUKUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI PECANDU NARKOBA DI RUMAH SINGGAH PEKA DAN YAKITA BOGOR
LISTI PRIHANDINI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Daya Terima, Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Status Gizi Pecandu Narkoba di Rumah Singgah Peka dan Yakita Bogor Nama : Listi Prihandini NIM : I14114020
Disetujui oleh
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Pembimbing I
dr Karina R. Ekawidyani, M.Sc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Rimbawan Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
i
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Daya Terima, Tingkat Kecukupan Zat Gizi dan Status Gizi Pecandu Narkoba di Rumah Singgah Peka dan Yakita Bogor ini dapat diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Budi Setiawan, MS dan dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, M.Sc selaku dosen pembimbing, Prof. Drh. M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah banyak memberi saran. Disamping itu terima kasih kepada seluruh staff di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA yang telah memberi izin penelitian dan residen yang telah membantu selama penelitian. Ungkapan terima kasih disampaikan kepada ayah, ibu yang telah memberikan segala fasilitas dan kasih sayang serta doa yang selalu mengalir untuk anandamu.Terima kasih juga untuk teteh litia dan adik lintang yang selalu penuh kasih sayang dan doanya. Tidak lupa juga terima kasih banyak untuk teman - teman Alih Jenis Gizi 5 yang selalu memberi tawa disela-sela kesibukan ini dan selalu penuh semangat setiap harinya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa penulis mohon maaf atas segala kekurangan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014 Listi Prihandini
ii
DAFTAR ISI PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Kegunaan Hasil Penelitian KERANGKA PEMIKIRAN METODE Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Definisi Operasional HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Karakteristik Contoh Penyelenggaraan Makanan Menu Makanan Daya Terima Residen Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Status Gizi Hubungan Antar Variable SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
i ii iii iii 1 1 2 2 2 4 4 4 4 5 7 8 8 9 12 12 13 15 18 19 19 19 20 20 24 23
iii
DAFTAR TABEL 1. Jenis dan cara pengumpulan data 4 2. Status gizi menurut WHO (2007) 6 3. Pengelompokan karakteristik contoh 6 4. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh 10 5. Katagori daya terima residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA 14 6. Katagori tingkat kesukaan residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA 11 7. Sebaran tingkat kecukupan energi dan protein residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA 16 8. Sebaran tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA 17 9. Sebaran tingkat kecukupan vitamin B2 residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA 18 10. Status gizi residen 18 11. Hasil uji spearman 19
DAFTAR LAMPIRAN 1. Menu makanan tiga hari di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA 2. Pola menu pasien napza di Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor 3. Siklus menu 10 hari pasien psikiatri (I,II,II) dan napza (II) tahun 2004 di Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor
24 25 26
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Faktor penentu kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah status gizi. Rendahnya status gizi masyarakat mengakibatkan rendahnya kemampuan untuk menguasai ilmu dan pengetahun (Iptek). Hal tersebut berdampak pada rendahnya daya saing bangsa (Syarief 1997). Penyebab rendahnya daya saing bangsa salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Perkembangan pecandu narkoba di Indonesia sekarang sudah sangat mengkhawatirkan. Menurut Abimanyu BNN (2012), Indonesia masih menjadi pasar terbuka bebas narkotika, sehingga sangat mudah mendapatkan narkoba. Hal ini terbukti dari jumlah pecandu narkoba sudah mencapai 3.8 juta orang atau 2.23% penduduk Indonesia pada tahun 2012. Panti rehabilitasi di Indonesia belum cukup untuk menampung seluruh pencandu yang sudah terdata, karena data pecandu narkoba itu seperti fenomena gunung es. BNN hingga kini baru bisa merehabilitasi sebanyak 18 ribu pecandu, dengan dibantu beberapa lembaga. Hal ini mengindikasikan begitu mudah seseorang mendapatkan narkoba, secara legal maupun ilegal, yang pada akhirnya akan mengancam dan merusak generasi muda sebagai penerus bangsa. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dengan dibantu oleh masyarakat untuk mengatasi masalah ini dengan pengobatan dan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba. Dalam Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang narkotika dan psikotropika, rehabilitasi terhadap penyalahgunaan narkoba dibagi menjadi dua jenis yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Seseorang yang mengalami ketergantungan narkoba pada umumnya rawan terhadap masalah gizi dan penyakit infeksi, seperti malnutrisi (kurang gizi), Hepatitis B, Hepatitis C, HIV/AIDS, dan Tuberculosa (TBC). Tingkat keparahan ketergantungan narkoba berhubungan erat dengan tingkat keparahan malnutrisi. Masalah gizi yang dialami pasien ketergantungan narkoba disebabkan oleh penurunan nafsu makan selama masa pengaruh obat dan ketika pecandu mengalami gejala putus obat (withdrawal symptoms) yang berupa kecemasan, kegelisahan, depresi, dan gejala psikis lainnya (Alifia 2008). Apabila asupan makanan rendah dan berlangsung dalam jangka waktu yang relatif panjang, seseorang akan mengalami defisiensi zat gizi yang berakibat pada penurunan status gizi. Penyelenggaraan makanan di Rehabilitasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan para pecandu sehingga dibutuhkan penyusunan menu makanan yang dapat meningkatkan selera makan residen untuk meningkatkan kebutuhan fisiologisnya. Pentingnya penyelenggaraan makanan untuk memenuhi kebutuhan pangan para pecandu. Daya terima menu makanan dan tingkat kecukupan zat gizi menjadi hal yang penting untuk diperhatikan sebagai upaya untuk memulihkan pecandu. Agar para pecandu cepat pulih dan dapat kembali hidup normal. Tidak hanya psikologi mereka yang menjadi lebih baik saat di Rehabilitasi tetapi fisik mereka pun bisa menjadi
2
lebih baik dan sehat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang daya terima dan tingkat konsumsi pecandu narkoba.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya terima, tingkat kecukupan zat gizi dan status gizi pecandu narkoba di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA Bogor. Tujuan Khusus 1. Mempelajari karakteristik contoh (umur, tingkat pendidikan, jenis narkoba yang dipakai, lama pemakaian narkoba, alasan penggunaan narkoba, dan riwayat penyakit). 2. Mempelajari daya terima contoh terhadap makanan yang disajikan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA meliputi warna, aroma, rasa, tekstur, bentuk. 3. Mempelajari tingkat kecukupan zat gizi dan status gizi 4. Menganalisis hubungan antara daya terima contoh terhadap tingkat kecukupan zat gizi makanan di PEKA dan YAKITA
Kegunaan Hasil Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi lebih untuk penyelenggaraan makanan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA serta panti rehabilitasi lainnya agar dapat memperhatikan asupan makanan kepada para pencandu, tidak hanya memperhatikan psikologisnya.
KERANGKA PEMIKIRAN Makanan residen yang tinggal di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA berasal dari makanan yang disediakan oleh rehabilitasi melalui penyelenggaraan makanan dan makanan yang didapat dari luar rehabilitasi. Pihak rehabilitasi harus menyediakan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi residen melalui penyelenggaraan makanan. Hal ini bertujuan untuk mendukung pemulihan residen dari ketergantungan terhadap narkoba. Penyelenggaraan makanan yang baik dalam segi kualitas dan kuantitas akan menghasilkan makanan yang berkualitas dan dapat memenuhi kebutuhan gizi masing-masing residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA. Menu adalah susunan hidangan yang terdiri dari satu atau beberapa macam hidangan yang disajikan untuk seseorang atau kelompok orang pada
3
waktu makan pagi, siang, atau malam serta makanan selingan (Uripi 2010). Daya terima terhadap menu makanan dapat dipengaruhi oleh usia, jenis narkoba, alasan pemakaian narkoba, lama pemakaian narkoba dan riwayat penyakit. Daya terima terhadap makanan juga dapat mempengaruhi konsumsi pangan residen. Konsumsi pangan residen selama di rumah singgah PEKA dan YAKITA di bagi menjadi dua yaitu, konsumsi dari dalam rumah singgah PEKA dan YAKITA atau yang disediakan oleh rumah singgah PEKA dan YAKITA dan konsumsi dari luar rumah singgah PEKA dan YAKITA. Konsumsi berkaitan erat dengan asupan energi dan zat gizi yang dibutuhkan oleh residen. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi makan sehari dapat berhubungan dengan status gizi residen. Tingkat kecukupan makanan residen bisa diketahui dengan menghitung menggunakan rumus yang ada. Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi, penyerapan, dan penggunaan pangan di dalam tubuh (Riyadi 2006). Konsumsi pangan dapat mempengaruhi status gizi seseorang. Konsumsi zat gizi yang cukup sesuai dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan akan mengakibatkan status gizi yang baik pada seseorang. Penyelenggaraan makanan
Menu makanan
Data karakteristik : umur, pendidikan, jenis narkoba, alasan pemakaian narkoba, lama pemakaian narkoba
Daya terima makanan
Konsumsi makanan
Konsumsi makanan dari dalam rehabilitasi
Konsumsi makanan dari luar rehabilitasi
Tingkat kecukupan
Status gizi
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Keterangan : Variable yang di teliti Hubungan yang di teliti
4
METODE PENELITIAN Desain,Waktu dan Tempat Pengamatan Penelitian ini merupakan studi cross sectional. Penelitian dilakukan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA Bogor. Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan, pada bulan Oktober 2013. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan bahwa Rumah Singgah PEKA dan YAKITA Bogor adalah tempat rehabilitasi swasta yang memberikan kemudahan akses untuk melakukan penelitian, serta lokasi yang mudah dijangkau.
Jumlah dan Pengambilan Contoh Populasi adalah pecandu narkoba di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA Bogor. Jumlah contoh sebanyak 30 pecandu, terdiri dari 17 orang di Rumah Singgah PEKA dan 13 orang di YAKITA. Semua contoh berjenis kelamin laki-laki yang sudah tinggal minimal seminggu, dalam keadaan sadar, serta sehat dan bersedia diwawancarai untuk dijadikan contoh. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Jenis dan cara pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1. Data primer meliputi karakteristik contoh, daya terima, konsumsi pangan (pengamatan langsung pada setiap waktu makan dan food recall), dan data antropometri. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum tempat penelitian serta menu makanan yang disediakan rehabilitasi. Berat badan adalah massa tubuh dalam satuan kilogram yang ditimbang menggunakan timbangan bathroom scale dengan kapasitas 130 kg dan ketelitian 1 kg. Kemudian pengukuran tinggi badan (cm) dilakukan dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Data konsumsi pangan diketahui dengan melalui metode pengamatan langsung dan food recall. Metode pengamatan langsung digunakan untuk mengetahui data konsumsi pangan residen di dalam rehabilitasi dan metode food recall dipilih untuk mengetahui data konsumsi pangan residen di luar rehabilitasi.
5
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data No. 1.
Jenis Data Karakteristik Contoh
2. 3.
Menu Makanan Daya Terima
4.
Konsumsi Pangan
Variable Umur, pendidikan, jenis narkoba, alasan penggunaan narkoba, lama pemakaian narkoba, riwayat penyakit Jenis bahan pangan Kesukaan terhadap makanan yang disediakan didalam rehabilitasi Jumlah (porsi awal dan sisa makanan), jenis makanan.
5.
Data Antropometri
Berat badan (BB) Tinggi badan (TB)
dan
Instrumen Memberikan kuisioner
Wawancara Memberikan kuisioner dan wawancara Pengamatan langsung pada setiap waktu makan (untuk konsumsi didalam rehabilitasi) dan food recall (untuk konsumsi dari luar rehabilitasi) Penimbangan berat badan menggunakan timbangan bathroom scale dan pengukuran tinggi badan menggunakan microtoise.
Pengolahan dan Analisis Data Tahapan pengolahan data dimulai dari entry, coding, editing, cleaning dan analisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan dianalisis dengan menggunakan SPSS version 16.0 for windows. Data karakteristik contoh yang meliputi usia, pendidikan, jenis narkoba yang digunakan, alasan menggunakan narkoba, lama pemakaian narkoba dan riwayat penyakit diolah secara deskriptif. Penilaian daya terima terhadap makanan yang disediakan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA di uji dengan uji hedonik skala verbal dengan menyanyakan penilaian indrawi terhadap atribut makanan. Atribut makanan yaitu warna, aroma, tekstur, bentuk dan rasa. Penilaian tingkat kesukaan masing-masing atribut makanan diukur dengan tiga skala, yaitu suka, biasa, dan tidak suka. Setiap jawaban pertanyaan jika menjawab tidak suka mendapatkan skor 1, jika menjawab biasa mendapatkan skor 2, jika menjawab suka mendapat skor 3 (Hardinsyah et al. 1989). Data konsumsi pangan dihitung dengan menggunakan metode pengamatan langsung terhadap porsi awal, jumlah makanan sisa dan jumlah yang dikonsumsi. Data konsumsi pangan dikonversikan menjadi energi, protein, lemak, karbohidrat menggunakan DKBM dan vitamin B2 menggunakan nutrisurvey. Tingkat kecukupan zat gizi diperoleh dengan rumus (Hardinsyah & Briawan 2002) : TKGi =
Ki x 100 % TKGi
6
TKGi = Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi i Ki = Konsumsi sumber energi dan zat gizi i AKGi = Angka kecukupan zat gizi I yang dianjurkan Tingkat kecukupan sumber energi dan protein dikategorikan menjadi lima yaitu : 1. Defisit tingkat berat (<70%) 2. Defisit tingkat sedang (70-79%) 3. Defisit tingkat ringan (80-89%) 4. Normal (90-119%) 5. Kelebihan (>120%) (Depkes 1996) Tingkat kecukupan lemak dikategorikan menjadi tiga yaitu : 1. Kurang (<20 %) 2. Baik (20-30 %) 3. Lebih (>30 %) (IOM 2005) Tingkat kecukupan karbohidrat dikategorikan menjadi tiga yaitu : 1. Kurang (<45 %) 2. Baik (45-65 %) 3. Lebih (>65 %) (IOM 2005) Sedangkan untuk tingkat kecukupan vitamin B2 dikategorikan menjadi dua yaitu : 1. Kurang (<77%) 2. Cukup (> 77%) (Gibson 2005) Data status gizi diperoleh dengan melakukan penimbangan berat badan (kg) menggunakan timbangan bathroom scale. Kemudian pengukuran tinggi badan (cm) dilakukan dengan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm. Menurut Almatsier (2006), Pengukuran status gizi pecandu menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut: IMT =
BB TB2
Keterangan BB : Berat Badan (Kg) TB : Tinggi Badan (cm)
Penentuan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 Status gizi menurut WHO (2007) Nilai IMT (kg/m2) < 18,5 18,5-24,9 25,0-29,9 30,0-39,9 > 40
Status Gizi Kurus Normal Gizi Lebih Obese Sangat Obese
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini uji Spearman. Uji Spearman digunakan untuk menghubungkan daya terima dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi.
7
Tabel 3 Pengelompokan karakteristik contoh No
Variable 1. Karakteristik Umur
Indikator
a. b. c. Jenis kelamin a. pendidikan a. b. c. 2. Jenis narkoba yang a. digunakan b. c. d. e. 3. Alasan penggunaan a. narkoba b. c. 4. Lama pemakaian a. narkoba b. 5. Riwayat penyakit
Remaja (<20 tahun) Dewasa muda (20-40 tahun) Dewasa madya (41-60 tahun) Laki-laki a. Tidak Sekolah/ Tidak Tamat Sekolah b. Sd d. Sma c. Smp e. Perguruan Tinggi a. Ganja f. Putaw b. Inhalants g. Cocain c. Shabu-Shabu h. Alkohol d. Extacy i . H5 e. Depressant a. Coba-coba d. Stress dan ada masalah b. Pengaruh teman e. Nikmat, kebutuhan c. Penyemangat kerja a. 3-6 bulan c. 1- 3 tahun b. 6- 12 bulan d. Diatas 3 tahun a. Hiv/Aids g. Asam Urat b. Hepatitis C h. Alergi c. Asma i. Hernia d. Pneumonia j. Lebih dari 1 e. Diabetes k. Sehat f. Hipertensi
Definisi Operasional
Residen adalah pecandu narkoba yang sedang menjalani masa pemulihan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA. Riwayat penyakit adalah penyakit yang sedang atau pernah diderita oleh residen Penyelenggaraan makanan adalah proses meliputi perencanaan menu, persiapan, pengolahan, penyajian dan distribusi makanan untuk mengetahui menu makanan, waktu makan, jenis makanan dan jumlah makanan. Menu makanan adalah hidangan makanan yang disajikan atau dihidangkan oleh pihak rehabilitasi. Daya terima adalah penilaian inderawi residen terhadap atribut makanan. Atribut makanan tersebut meliputi warna, aroma, tekstur, bentuk dan rasa. Konsumsi adalah jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh residen yang berasal dari dalam maupun dari luar Rumah Singgah PEKA dan YAKITA yang diperoleh dari pengamatan langsung dan merecall selama 3x24jam. Makanan dari dalam rehabilitasi adalah makanan dan minuman yang disediakan oleh rehabilitasi.
8
Makanan dari luar rehabilitasi adalah makanan dan minuman selain yang disediakan oleh rehabilitasi, bisa berasal dari pemberian keluarga atau jajan sendiri. Angka kecukupan energi dan zat gizi lain ( protein, lemak, kharbohidrat, dan vitamin B2) adalah jumlah energi dan zat gizi lain ( protein, lemak, kharbohidrat, dan vitamin B2) rata-rata yang dianjurkan untuk dikonsumsi agar hidup sehat setiap hari bagi semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis agar tercegah dari kekurangan atau defisiensi dan kelebihan zat gizi. Tingkat kecukupan adalah total konsumsi makanan yang berasal dari dalam dan luar Rumah Singgah PEKA dan YAKITA dibagi dengan kebutuhan gizi dikali dengan 100%. Energi dan Zat Gizi adalah energi dan zat gizi yang terkandung dalam makanan yang sangat penting bagi kehidupan, dalam penelitian ini zat gizi yang dimaksud adalah protein,lemak, karbohidrat, dan vitamin B2. Status gizi adalah keadaan fisik residen yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi oleh tubuh dengan pengukuran antropometri dan ditentukan dengan indeks massa tubuh berdasarkan klasifikasi WHO 2007. Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah rasio berat badan (kg) dengan kuadrat tinggi badan (m) residen. Narkoba adalah zat kimia yang dikonsumsi oleh residen yang dapat mengubah keadaan psikologi residen seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku. Rehabilitasi adalah tempat untuk kegiatan pemulihan dan pengembangan fisik, mental, sosial dan agama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Singgah PEKA Perkumpulan Komunitas Pemulihan Adiksi atau Rumah Singgah PEKA adalah organisasi non-profit yang didirikan pada tahun 2010 yang beralamat di jalan Cifor no 50, Sindang Barang Jero – Kampung Pilar 1 Bogor 16117. Visi dan Misi Rumah Singgah PEKA, Visi : Layanan komprehensif yang sesuai bagi komunitas pengguna NAPZA dan berlandaskan Hak Asasi Manusia. Misi : 1. Membangun kualitas layanan bagi komunitas pengguna NAPZA, 2. Memperjuangkan terpenuhinya hak asasi manusia pada komunitas pengguna NAPZA, 3. Meningkatkan taraf hidup anggota perkumpulan dan komunitas pengguna NAPZA.
9
Wadah ini berawal dari orang-orang yang memiliki latar belakang ketergantungan NAPZA sebelumnya dan telah lepas ketergantungan yang kemudian akan berfokus untuk melakukan kegiatan kegiatan pencegahan, pendidikan, pengembangan, pemulihan dan paska perawatan adiksi dengan memberikan layanan yang tepat sasaran dan layak sesuai kebutuhan dari fakta yang ada. Seluruh staff Rumah Singgah PEKA memiliki latar belakang ketergantungan NAPZA yang serupa dan dibantu oleh psikolog professional dalam memberikan layanan kepada kelompok sasaran yaitu populasi marginal komunitas ketergantungan NAPZA, warga binaan Lembaga Permasyarakatan, orang yang terinfeksi HIV, Hepatitis C dan Tuberculosis. Program layanan yang dimiliki Rumah Singgah PEKA: A. Konseling : Setiap residen mendapatkan layanan konseling individual baik dengan konselor adiksi maupun dengan psikolog yanga ada di Rumah Singgah PEKA. B. Pemeriksaaan psikologis : Setiap residen yang datang ke Rumah Singgah PEKA akan ditest psikologis untuk mengetahui minat, bakat dan program yang sesuai dengan kebutuhannya. C. Pembekalan keterampilan hidup : Penyelesaian masalah, menentukan tujuan, dan mempertahankan pemulihan. D. Kegiatan sosial atau relawan : Kegiatan sosial dengan mengunjungi panti jompo dan lembaga permasyarakatan didaerah Bogor, kegiatan ini menjadi kegiatan rutin di Rumah Singgah PEKA setiap hari kamis disetiap minggnya. E. Kegiatan vocational : Kegiatan vocational yang dibentuk berdasarkan minat dari residen. Di Rumah Singgah PEKA memiliki kegiatan vocational seperti, laundry, bengkel, warnet dan warung ayam bakar. Bertujuan untuk membangun mental dalam melakukan pekerjaan.
Yayasan Harapan Permata Hati Kita (YAKITA) Yayasan Harapan Permata Hati Kita, sebuah pusat pemulihan dan komunitas, dikenal sebagai Yayasan Kita, atau YAKITA adalah organisasi nirlaba berbasis komunitas yang didirikan pada bulan Mei 1999 oleh keluarga dan pecandu dalam pemulihan sebagai respons terhadap epidemi penggunaan, penyalahgunaan dan adiksi narkoba di Indonesia dan masalah terkait seperti HIV dan AIDS. Visi dan Misi YAKITA, Visi : YAKITA menjadi pusat layanan rujukan terbaik, mengembangkan standar program terkait masalah penanggulangan narkoba dan isu terkait lainnya dengan basis komunitas yang komprehensif. Misi : Meningkatkan kualitas kehidupan dengan dan bekerja menanggulangi penggunaan, penyalahgunaaan dan adiksi narkoba serta masalah terkait melalui penyediaan layanan, penguatan masyarakat dan peningkatan kapasitas lembaga-lembaga terkait. Bermula dari tempat rehabilitasi narkoba YAKITA di Ciawi, Bogor, YAKITA terus berkembang. Kini YAKITA ada di 8 propinsi di Indonesia, dari Aceh hingga Papua, ditambah dengan panti pemulihan/rehabilitasi di Medan dimana YAKITA bekerjasama dengan komunitas lokal. YAKITA mempunyai banyak program yang dilakukan : 1. Program Detoxifikasi, 2.
10
Program Dasar Pemulihan, 3. Program Tranning Peer Counseling, 4. Program Intervensi Relapse, 5. Konsultasi, 6. Aftercare, 7. Program 12 langkah, 8. Group Dukungan HIV AIDS. YAKITA mempunyai lima bangunan utama, yang pertama diberi nama Yudistira yang digunakan sebagai tempat detoxsifikasi para residen yang baru masuk YAKITA. Bangunan kedua Arjuna yang digunakan untuk proses pemulihan setelah detoxsifikasi, bangunan ketiga Bima yang digunakan untuk staff in training dan peer training. Bangunan keempat Bhisma yang biasa digunakan sebagai aula untuk berbagai macam acara. Bangunan terakhir yaitu kantor administrasi. YAKITA memiliki berbagai fasilitas, misalnya fitness center, lapangan basket, lapangan sepakbola dan mushola.
Karakteristik Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah laki-laki yang sedang menjalani rehabilitasi ketergantungan narkoba di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA yang disebut dengan residen. Residen yang menjadi sampel di penelitian ini sebanyak 30 orang dari dua tempat yang berbeda di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA. Usia residen yang menjalani rehabilitasi di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA terdiri dari remaja, dewasa muda, dan dewasa madya. Menurut Hurlock (2001), dewasa muda dimulai pada usia 20-40 tahun, dewasa madya dimulai pada usia 41-60 tahun, dan dewasa lanjut dimulai pada usia 61 tahun hingga kematian. Sebagian besar residen berusia 20-40 tahun yang tergolong dewasa muda. Tingkat pendidikan residen di YAKITA sebagaian besar sudah tamat perguruan tinggi (53.8%), dan (36,2%) tersebar di tamatan SMP dan SMA. Tingkat pendidikan residen di PEKA sebagian besar sudah tamat SMA (52.9 %). Jenis narkoba yang pernah digunakan residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA sebagian besar menggunakan putaw dengan presentase 94.1% di PEKA dan 30.8 % di YAKITA. Alasan penggunaaan narkoba yang diungkapkan residen di YAKITA sebagian besar pada awalnya cobacoba (69.2%) dan juga nikmat atau kebutuhan (30.8%). Sedangkan di Rumah Singgah PEKA sebagian besar residen mengungkapkan alasan memakai narkoba karena nikmat atau kebutuhan dengan presentase 52.9%. Hal ini sesuai dengan Buntje dalam Yurliani (2007) yang menyebutkan adanya faktor individu (kepribadian, rasa ingin tahu, usia, dorongan kenikmatan) dan faktor lingkungan (ketidakharmonisan keluarga, pekerjaaan, social ekonomi, dan pengaruh teman) yang menyebabkan seseorang mengkonsumsi narkoba. Lama pemakaian narkoba para residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA rata-rata di atas tiga tahun dengan persentase (76.5%) dan (61.5%). Residen yang memiliki riwayat penyakit di Rumah Singgah PEKA residen yang memiliki riwayat penyakit sebesar (88.2%) dan yang tidak memiliki riwayatnya penyakit (11.8%), sedangkan di YAKITA sebanyak (61,5%) dan yang tidak memiliki riwayat penyakit sebanyak (38.5%).
11
Dilihat dari riwayat penyakit yang diderita para residen sebagian besar menderita HIV/AIDS dan hepatitis c, hal ini bisa disebabkan karena para residen pernah menggunakan narkoba jenis putaw yang cara penggunaannya menggunakan jarum suntik. Seluruh data karakteristik residen dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh Karakteristik Residen Usia Remaja (<20) Dewasa muda (20-40) Dewasa Madya (41-60) Total Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA PT Total Jenis Narkoba Ganja Shabu-shabu Extacy Depressant Putaw Alkohol H5 Alasan Pemakaian Coba-coba Pengaruh teman Penyemangat Kerja Stress dan ada masalah Nikmat, kebutuhan Lama Pemakaian 3-6 bulan 6-12 bulan 1-3 tahun diatas 3 tahun Total Riwayat Penyakit HIV/AIDS Hepatitis C Asma Diabetes Hipertensi Asma Urat Alergi Hernia Sehat
YAKITA
PEKA
n
%
n
%
0 12 1 13
0 92.3 7.7 100
1 13 3 17
5.9 76.5 17.6 100
0 0 2 4 7 13
0 0 15.4 30.8 53.8 100
1 0 2 9 5 17
5.9 0 11.8 52.9 29.4 100
4 3 1 2 4 1 1
30.8 23.1 7.7 15.4 30.8 7.7 7.7
6 5 3 1 16 0 0
35.3 29.4 17.6 5.9 94.1 0 0
9 3 2 0 4
69.2 23.1 15.4 0 30.8
8 7 3 2 9
47.1 41.2 17.6 11.8 52.9
3 1 1 8 13
23.1 7.7 7.7 61.5 100
0 2 2 13 17
0 11.8 11.8 76.5 100
0 3 1 1 1 1 4 0 5
0 23.1 7.7 7.7 7.7 7.7 30.8 0 38.5
8 7 3 0 0 1 2 1 2
47.1 41.2 17.6 0 0 5.9 11.8 5.9 11.8
12
Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA memiliki penyelenggaraan makanan yang berbeda. Rumah Singgah PEKA dikelola oleh pihak rumah singgah sendiri, sedangkan YAKITA diserahkan kepada pihak katering. Menurut Del Rosso (1999) berdasarkan cara persiapan dan pengolahan makanan, pola penyelenggaraan makanan disekolah terdiri dari lima pola yaitu (a) pola on-site meal preparationdonated food yaitu pola penyelenggaraan makanan di sekolah yang persiapan dan pengolahan menunya dilakukan di dapur sekolah dengan bahan baku yang berasal dari sponsor, (b) pola on-site meal preparationlocal food yaitu pola penyelenggaraan makan di sekolah yang persiapan dan pengolahan menunya dilakukan di dapur sekolah dengan bahan baku pangan local, (c) pola off-site prepared meal/snack-private sector participation yaitu pola penyelenggaraan makan di sekolah yang bekerjasama dengan swasta/katering dalam penyedian makanannya, (d) pola on-site prepared meal/ snack-local food vendors yaitu pola penyelenggaraan makan di sekolah yang bekerjasama dengan usaha jasa boga lokal/ pedagang mkanan, dan (e) pola take-home coupons or cash or food in bulk yaitu pola penyelenggaraan makan di sekolah yang menggunakan kupon atau diberikan uang tunai atau bahan baku. Rumah Singgah PEKA dan YAKITA mengunakan pola on-site meal preparation-local food. Menurut Del Rosso (1999) pola on-site meal preparation-local food memerlukan jumlah dan kualifikasi sarana dan prasarana serta tenaga kerja yang tidak terlalu besar dan spesifik. Waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan sampai disajikan cukup singkat karena tidak ada proses pengiriman. Bahan baku yang digunakan berasal dari pangan lokal sehingga variasi menu sangat tergantung dengan ketersedian bahan pangan tersebut. Kelemahan pola ini adalah pengontrolan kualitas menu masih lemah dan tidak adanya ahli gizi. Rumah Singgah PEKA, seluruh tahapan penyelenggaraan makanan diakukan di dalam lingkungan rumah singgah. Rumah Singgah PEKA memiliki dapur yang berada di dalam rumah singgah. Proses perencanaan menu, persiapan dan pengolahan serta penyajian makanan dilakukan di dapur. Proses penyajian makanan, setiap residen mengambil makanan di tempat yang sudah disediakan. Namun, tidak terdapat ruang khusus untuk makan. Setiap residen setelah selesai makan mencuci alat makan masingmasing di tempat pencucian peralatan yang berbarengan dengan tempat cuci tangan. Pengolahan makanan di Rumah Singgah PEKA dilakukan oleh seorang residen yang setiap harinya bertugas memasak. Setiap pagi hari residen tersebut selalu berbelanja ke pasar. Menu yang disajikan selalu melihat bahan makanan yang ada dipasar. Persiapan bahan makanan dilakukan sekali pada pagi hari, mulai dari dibersihkan serta dipotongpotong semua bahan makanan. Dilakukan untuk mempermudah pada saat pengolahan makan siang dan makan malam. Rumah Singgah PEKA menyediakan makan tiga kali sehari, makan pagi, makan siang dan makan malam. Proses makan pagi dilakukan pukul
13
08.30-09.30, makan siang dilakukan pada pukul 12.30-13.30, dan makan malam pada pukul 18.00-19.00. Penyelenggaraan makanan di YAKITA berbeda dengan di Rumah Singgah PEKA. Pada YAKITA proses perencanaan menu, persiapan dan pengolahan serta penyajian dan distribusi makanan dilakukan oleh pihak katering. Proses penyajian dan distribusi dilakukan dengan metode sentralisasi oleh pihak katering, kemudian diantarkan langsung ke ruang makan, sehingga para residen dapat langsung menyantap makanan. Sama halnya dengan para residen di rumah singgah PEKA, residen di YAKITA pun mencuci peralatan makan mereka sendiri di tempat pencucian peralatan yang bersamaan dengan tempat cuci tangan. Pengolahan makanan di YAKITA dilakukan oleh katering. Setiap harinya petugas katering selalu berbelanja ke pasar. Menu yang disajikan biasanya sudah direncanakan semalam sebelumnya tetapi bisa juga melihat bahan makanan yang ada dipasar. Persiapan bahan makanan dilakukan sekali pada pagi hari, mulai dari dibersihkan serta dipotong-potong semua bahan makanan. Dilakukan untuk mempermudah pada saat pengolahan makan siang, selingan dan makan malam. Terdapat empat kali waktu makan di YAKITA dalam sehari, makan pagi, makan siang, selingan dan makan malam. Distribusi makan pagi dilakukan pada pukul 07.00 dan waktu makan pagi dilakukan pada pukul 08.00-09.00. proses distribusi makan siang dilakukan pada pukul 11.30 dan residen mulai makan siang pada pukul 12.00-13.00. Selingan didistribusikan pada pukul 15.00. dan makan malam didistribusikan pada pukul 17.00 dan residen mulai makan malam pukul 18.00-19.00. Berdasarkan hasil pengamatan langsung, pelaksanaan pola penyelenggaraan makanan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA masih ditemukan kekurangan. Hal tersebut antara lain tidak adanya pengawasan secara langsung terhadap sanitasi dan hygiene proses pengolahan makanan.
Kualitas Menu Makanan Menu adalah susunan hidangan yang terdiri dari satu atau beberapa macam hidangan yang disajikan untuk seseorang atau kelompok orang pada waktu makan pagi, siang, atau malam serta makanan selingan (Uripi, 2010). Menurut Uripi (2010), menu terbagi dua jenis yaitu menu pilihan dan menu non pilihan. Menu pilihan merupakan menu yang dinginkan atau ditentukan oleh konsumen, dengan cara: pilihan jenis makanan, dan konsumen dapat memilih hidangan makanan. Menu non pilihan adalah menu yang tidak bisa dirancang atau ditentukan oleh konsumen. Dalam hal ini, konsumen tidak mempunyai kesempatan untuk memilih menu hidangan yang akan disajikan karena sudah ditentukan oleh institusi yang bersangkutan. Pedoman gizi seimbang merupakan pengganti dari 4 sehat 5 sempurna, yang sudah dianggap tak lagi sesuai dengan perkembangan iptek gizi. Tumpeng gizi seimbang (TGS) merupakan bagian dari pedoman gizi seimbang. Tumpeng gizi seimbang terdiri dari potongan-potongan yang
14
dialasi oleh air putih, kebutuhan air putih untuk tubuh minimal 2 liter (8 gelas) sehari. Golongan diatasnya adalah golongan makanan pokok (karbohidrat), golongan ini dianjurkan sehari dikonsumsi 3-8 porsi. Kemudian terdapat golongan sayur dan buah, setiap harinya sayur baik dikonsumsi 3-5 porsi dan buah sebanyak 2-3 porsi. Selanjutnya ada golongan protein dan kacang-kacangan serta hasil olahannya, keduanya baik dikonsumsi 2-3 porsi sehari. Terakhir pada puncak tumpeng terdapat gula,garam dan minyak dianjurkan dikonsumsi seperlunya (Kurniasih, et al 2010) Menu makanan yang disajikan rumah singgah PEKA selama tiga hari penelitian belum sesuai dengan tumpeng gizi seimbang. Hal ini dikarenakan menu diketiga harinya tidak terdapat buah sama sekali, untuk porsi sayur pun masih kurang karena ada pada satu hari menu makannya tanpa sayur. Dan untuk protein seperti daging, telur dan ikan pun masih sangat kurang, begitu pula pada kacang-kacangan dan hasil olahannya. Hal ini mungkin disebabkan oleh keterbatasan dana untuk pembelian bahan makanan. Menu makanan yang disajikan di YAKITA selama tiga hari penelitian sudah sesuai dengan tumpeng gizi seimbang. Menu yang disediakan memenuhi kebutuhan yang dianjurkan seperti setiap harinya ada dua porsi buah yang disediakan, serta protein hewani sebanyak dua porsi dan protein nabati pun dua porsi. Untuk sayuran sudah disediakan dua porsi biasanya pada makan siang dan makan malam. Para residen pun harus memiliki pola hidup sehat dengan olahraga yang teratur, menjaga kebersihan dan selalu pantau berat badan. Agar proses pemulihan dapat berjalan dengan cepat. Menu makanan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA dapat dilihat pada Lampiran 1. Referensi menu makanan untuk pecandu narkoba didapatkan dari Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor (RSMM). Pada rumah sakit tersebut terdapat siklus menu 10 hari yang diberikan kepada pecandu yang menjalani rehabilitasi. Para pecandu di RSMM biasanya diberi diet tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP), bila ada pecandu yang memiliki komplikasi dengan penyakit maka makanan yang diberikan disesuaikan dengan diet yang dianjurkan oleh dokter. Dilihat dari pola menu yang diberikan oleh RSMM sudah sangat sesuai dengan tumpeng gizi seimbang. Terdapat perbedaan menu yang diberikan oleh Rumah Singgah PEKA dan YAKITA dengan menu yang terdapat di Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor. Salah satunya adalah di Rumah Singgah PEKA tidak terdapat selingan dan buah disetiap harinya, sedangkan di RSMM terdapat dua kali selingan dan dua kali buah setiap harinya. YAKITA sudah cukup baik dengan memberikan satu kali selingan dan buah pada setiap harinya. Pola menu dan siklus menu di Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor terdapat pada Lampiran 2 dan 3.
Daya Terima Residen Daya terima residen terhadap makanan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA adalah tingkat atau derajat kesukaan residen terhadap
15
makanan yang disajikan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA. Daya terima residen terhadap makanan merupakan gambaran penilaian residen terhadap lima atribut makanan. Atribut makanan yang dinilai meliputi warna, aroma, tekstur, bentuk dan rasa. Penilaian daya terima dilakukan selama tiga hari. Sebaran katagori daya terima residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA ditampilkan dalam Tabel 5. Tabel 5 Katagori Daya Terima Residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA Kategori Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Makan pagi n % 1 5.9 5 29.4 11 64.7 17 100
PEKA Makan siang n % 0 0 6 35.3 11 64.7 17 100
Makan malam n % 0 0 6 17.6 11 82.4 17 100
Makan Pagi n % 0 0 7 53.8 6 46.2 13 100
YAKITA Selingan Makan Siang n % n % 0 0 0 0 1 7.7 4 35.3 12 92.3 9 64.7 13 100 13 100
Makan Malam n % 0 0 2 15.4 11 84.6 13 100
Sebagian besar residen di Rumah Singgah PEKA memiliki daya terima yang tinggi sebesar 82.4% , untuk makan siang dan makan pagi sebesar 64.7% . Begitu pula dengan residen YAKITA, hampir seluruh residen memiliki daya terima yang tinggi untuk selingan sebesar (92.3%). Pada makan pagi lebih dari separuh (53.8%) memiliki daya terima sedang, untuk makan siang dan makan malam residen memiliki daya terima yang tinggi. Tabel 6 Katagori Tingkat Kesukaan Residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA
PEKA
YAKITA
Tingkat Kesukaan
n
Warna %
Tidak suka Biasa Suka Total Tidak suka Biasa Suka Total
0 5 12 17 0 7 6 13
0 29.4 70.6 100 0 53.8 46.2 100
n
Aroma %
0 5 12 17 0 7 6 13
0 29.4 70.6 100 0 53.8 46.2 100
n
Tekstur %
0 5 12 17 0 5 8 13
0 29.4 70.6 100 0 38.5 61.5 100
n
Bentuk %
0 5 12 17 0 6 7 13
0 29.4 70.6 100 0 46.2 53.8 100
n 0 6 11 17 0 5 8 13
Rasa % 0 35.3 64.7 100 0 38.5 61.3 100
Bahan pangan yang enak, bergizi dan memiliki tekstur yang baik tidak akan dikonsumsi jika memiliki warna yang tidak menarik atau memberikan kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya (Winarno 1994). Berdasarkan tabel dapat dilihat di Rumah Singgah PEKA sebagian besar residen (70.6%) menyatakan suka terhadap warna dari makanan yang disajikan. Begitu pula pada residen di YAKITA lebih dari separuh (53.8%) menyatakan suka terhadap makanan yang disajikan. Hal ini diduga karena sebagian besar makanan menggunakan teknik frying, sehingga makanan yang disajikan memiliki warna yang dapat membuat daya tarik residen untuk mengkonsumsinya. Menurut Winarno (1994), warna makanan memegang peranan utama dalam penampilan makanan karena merupakan rangsangan pertama pada indra penglihatan. Warna makanan yang menarik
16
dan tampak alamiah dapat meningkatkan cita rasa dan keinginan seseorang untuk mengonsumsinya. Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indra penciuman, sehingga membangkitkan selera (Winarno 1994). Sama halnya dengan warna, aroma pada makanan juga disukai sebagian besar residen (70.6%) di Rumah Singgah PEKA. Pada residen YAKITA lebih dari separuh (53.8%) menyukai aroma makanan yang disediakan. Selain komponen warna, aroma juga merupakan komponen yang berpengaruh untuk meningkatkan daya tarik seseorang untuk mengkonsumsi makanan tersebut. Konsistensi atau tekstur makanan juga merupakan komponen yang turut menentukan cita rasa makanan karena sensitifitas indera dipengaruhi oleh konsistensi makanan (Winarno 1994). Para residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA sebagian besar (70.6%) dan (61.5%) menyatakan suka terhadap tekstur makanan yang disajikan. Hal ini dikarenakan pada makanan yang disajikan memiliki tingkat kematangan yang pas sehingga menghasilkan tekstur yang pas bagi para residen. Bentuk merupakan komponen yang penting dalam penyajian makanan. Para residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA menyatakan suka terhadap bentuk makanan yang disajikan dengan presentase sebesar 70.6% dan 53.8%. Rasa suatu makanan merupakan faktor yang turut menentukan daya terima residen. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu maupun interaksi dengan komponen rasa yang lain (Winarno 1994). Rasa makanan merupakan faktor kedua yang menentukan cita rasa makanan setelah penampilan makanan itu sendiri. Pada tabel 6 menunjukan, para residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA sebagian besar menyatakan suka terhadap rasa yang makanan disajikan. Hal ini d pengaruhi dari sensitifitas indra pengecap masing-masing residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA. Penilaian residen terhadap makanan yang disediakan sangat terkait dengan penerimaan residen terhadap makanan yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap kemampuan mengkonsumsinya. Warna yang menarik, aroma dan tekstur yang baik serta porsi yang tepat dapat meningkatkan penilaian terhadap makanna, sehingga dapat membangkitkan selera. Selera makan seseorang juga dapat ditingkatkan dengan mengupayakan rasa yang enak pada setiap makanan yang disajikan. Namun, kondisi fisik yang lemah juga dapat mempengaruhi kondisi psikis seseorang sehingga selera makan berkurang. Kondisi fisik yang tidak selalu dalam keadaan sehat serta pengaruh obat yang dikonsumsi, merupakan faktor yang dapat mempengaruhi selera makan (Hartono 2006).
Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Konsumsi pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat gizi. Konsumsi pangan meliputi informasi mengenai jenis pangan dan jumlah pangan yang dimakan seseorang atau kelompok orang
17
(sekeluarga atau rumah tangga) pada waktu tertentu (Hardinsyah & Martianto 1992). Rata-rata konsumsi residen menggambarkan konsumsi harian, sedangkan menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) untuk mengetahui sejauh mana masalah konsumsi gizi, indikator yang dapat digunakan adalah tingkat konsumsi gizi.
Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melalukan aktifitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein yang ada didalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak, dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya. Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004) Angka Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsumsi energi dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat badan) dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan. Protein adalah zat gizi utama untuk mempertahankan pertumbuhan dan struktur tubuh, tetapi protein adalah sumber yang miskin untuk penyediaan energi dalam periode yang cepat untuk orang yang aktif fisiknya (Depkes 2003). Tingkat kecukupan energi didapat dari perbandingan total konsumsi energi dan protein sehari dengan kebutuhan energi dan protein. Tabel 7 menunjukan tingkat kecukupan energi dan protein residen di YAKITA berada pada kategori normal (69.2%) dan sisanya pada defisit tingkat ringan (30.8%). Hal ini disebabkan oleh jumlah makanan yang dikonsumsinya sudah baik dengan frekuensi makan tiga kali sehari dengan sekali selingan di sore hari setiap harinya. Pada Rumah Singgah PEKA tingkat kecukupan energi para residennya sebagian besar berada pada kategori defisit tingkat sedang (47.1%), untuk tingkat kecukupan proteinnya sebagian besar berada pada kategori defisit tingkat berat (64.7%). Hal ini dikarenakan jumlah ketersediaan makanan yang disediakan tidak sesuai dengan kebutuhan para residen. Frekuensi makan dan ketersediaan inilah yang membedakan dari Rumah Singgah PEKA dan YAKITA. Pada penelitian Putri (2012) tingkat kecukupan energi para residen di Badan Narkotika Nasional (BNN) termasuk pada kategori normal dengan presentase (56.4%), tingkat kecukupan protein di BNN para residen termasuk dalam katagori normal (54.5 %) dengan jumlah residen sebanyak 54 orang. Hasil ini sama dengan tingkat kecukupan residen di YAKITA.
18
Tabel 7 Sebaran Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Residen di RumahSinggah PEKA danYAKITA Tingkat Kecukupan
Defisit tingkat berat Defisit tingkat sedang Defisit tingkat ringan Normal Total
YAKITA Energi Protein n % n % 0 0 0 0 0 0 0 0 4 30.8 4 30.8 9 69.2 9 69.2 13 100 13 100
PEKA Energi Protein n % n % 3 17.6 11 64.7 8 47.1 4 23.5 5 29.4 2 11.8 1 5.9 0 0 17 100 17 100
Tingkat Kecukupan Lemak dan Karbohidrat Lemak sebagai sumber asam lemak esensial yang diperlukan oleh pertumbuhan, sebagai sumber suplai energi yang berkadar tinggi, dan sebagai pengangkut vitamin yan larut dalam lemak (Suandi 2004). Nilai energi lemak adalah 9 kkal (Almatsier 2003). Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan dan harganya relative murah. Produk yang dihasilkan terutama gula sederhana yang mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal (Almatsier 2003). Tabel 8 Sebaran Tingkat Kecukupan Lemak dan Karbohidrat Residen di Rumah Singgah PEKA danYAKITA Tingkat Kecukupan
Kurang Baik Lebih Total
YAKITA Lemak Karbohidrat n % n % 1 7.7 0 0 12 92.3 9 69.2 0 0 4 30.8 13 100 13 100
PEKA Lemak Karbohidrat n % n % 17 100 1 5.9 0 0 15 88.2 0 0 1 5.9 17 100 17 100
Tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat didapat dari lemak dan karbohidrat yang dikonsumsi dikali empat untuk karbohidrat atau dikali sembilan untuk lemak lalu dibagi kecukupan energi dan dikali 100%. Tabel 8 menunjukan tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat residen di YAKITA sudah baik dengan presentase (92.3%) untuk tingkat kecukupan lemak yang dikonsumsi oleh residen dan untuk tingkat kecukupan karbohidrat sebesar 62.9%. Hal ini disebabkan oleh makanan yang dikonsumsi para residen di YAKITA sudah beragam. Pada resdien di Rumah Singgah PEKA tingkat kecukupan lemak berada pada kategori kurang (100%), hal ini dikarenakan tidak adanya makanan dengan kandungan lemak tinggi. Tingkat kecukupan karbohidrat para residen berada pada kategori baik (88.2%).
19
Tingkat Kecukupan Vitamin B2 Vitamin B2 merupakan salah satu bagian dari vitamin B kompleks, vitamin B2 ini banyak terkandung pada susu, gandum, daging sapi, telur, salmon, daging ayam, keju, roti dan bayam. Vitamin B2 bermanfaat sebagai antioksidan, antioksidan untuk melindungi dari radikal bebas. Akibat radikal bebas segala macam senyawa gas tersebut masuk ke dalam tubuh dan merusak pelan-pelan sel dan jaringan dalam tubuh. Akibatnya seperti otak yang butuh banyak asupan oksigen, malah terasup banyak udara tidak bersih. Sehingga stress pun timbul. Vitamin B2 juga memproduksi antibodi sebagai mekanisme pertahanan tubuh melawan berbagai benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Tabel 9 Sebaran Tingkat Kecukupan Vitamin B2 Residen di Rumah Singgah PEKA danYAKITA Tingkat Kecukupan
Kurang Cukup Total
YAKITA Riboflavin n % 13 100 0 0 13 100
PEKA Riboflavin n 17 0 17
% 100 0 100
Tingkat kecukupan vitamin B2 para residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA berada pada kategori kurang (100%), hal ini dikarenakan makanan yang disajikan masih kurang kandungan vitamin B2. Dan sebagian besar residen di Rumah Singgah PEKA mempunyai riwayat penyakit HIV/AIDS, ini yang harusnya diperhatikan karena vitamin B2 memproduksi antibodi yang dapat membantu untuk mempertahankan kekebalan tuhuh para residennya.
STATUS GIZI Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi, penyerapan, dan penggunaan pangan di dalam tubuh (Riyadi 2006). Menurut Supriasa (2001) beberapa cara pengukuran status gizi yaitu pengukuran antropometri, klinik, dan biokimia dan biofisik. Pengukuran klinik dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral. Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laborik yang dilakukan pada darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Pemeriksaan biofisik dilakukan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya. Status gizi residen pada penelitian ini di Rumah Singgah PEKA sebagian besar status gizi normal (64.7%), ada empat orang yang mengalami gizi lebih (23.5%) dan dua orang dengan status gizi kurus (11.8%). Residen di YAKITA memiliki status gizi normal dengan presentase 46.2%, residen dengan status gizi lebih sebanyak empat orang (30.8%) dan yang berstatus obese ada tiga orang (23.0%). Para residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA sudah memiliki status gizi yang baik, hal ini dikarenakan pada
20
saat penelitian dilakukan para residen sudah tinggal di rehabilitasi selama hampir 1 bulan, sehingga metabolism tubuh residen sudah kembali normal tidak seperti saat menggunakan narkoba atau pada saat putus obat yang menyebabkan menurnnya nafsu makan. Menurut hasil penelitian Putri (2012) menunjukan status gizi para residen di BNN meningkat dari awal residen masuk sampai waktu penelitian. Status gizi residen dalam keadaan gizi baik dengan persentase (56.4%). Hasil ini menunjukan kesamaan status gizi residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA dengan residen di BNN. Tabel 10 Status gizi residen Kategori Status Gizi Kurus Normal Gizi Lebih Obese Sangat Obese Total
YAKITA n 0 6 4 3 0 13
PEKA
% 0 46.2 30.8 23.0 0 100
n 2 11 4 0 0 17
% 11.8 64.7 23.5 0 0 100
Hubungan Antar Variable Hubungan Daya Terima Dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi Hubungan daya terima dengan tingkat kecukupan energi dan zat gizi dilakukan dengan uji statistik spearman. Seluruh variable yang ada diuji normalitas terlebih dahulu, setelah mendapatkan hasil uji normalitas variable daya terima dengan tingkat kecukupan energi dan zat gizi diuji dengan uji spearman. Hasil uji menunjukan tidak ada hubungan yang nyata antara daya terima dengan tingkat kecukupan energi dan zat gizi (p<0.05). dikarenakan di Rumah Singgah banyak residen yang mengalami defisit tingkat berat. Tabel 11 Hasil uji spearman Variable Energi Protein Lemak Karbohidrat Vitamin B2
Daya terima
r 0.36 -0.16 -0.52 0.216 -0.145
p 0.850 0.933 0.785 0.252 0.443
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Contoh dalam penelitian ini adalah residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA dengan jumlah 30 orang. Residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA termasuk dalam kategori usia dewasa muda yaitu 20-40 tahun
21
dan dewasa madya 41-60 tahun. Sebagian besar residen di YAKITA menempuh pendidikan di perguruan tinggi (53.8%), lebih dari setengah (52.9%) residen di Rumah Singgah PEKA menempuh pendidikan di SMA. Narkoba yang paling banyak digunakan oleh residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA adalah putaw. Alasan penggunaan narkoba yang diungkapkan oleh residen di YAKITA sebagian besar awalnya coba-coba (69.2%), sebagian besar residen di Rumah Singgah PEKA mengungkapkan alasan penggunan narkoba adalah nikmat dan kebutuhan (52.9%). Sebagian besar residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA sudah mengunakan narkoba diatas tiga tahun. Sebanyak 47.1% residen di Rumah Singgah PEKA memiliki riwayat penyakit HIV/AIDS, sedangkan sebanyak 38.5% residen di YAKITA memiliki kondisi yang sehat. Daya terima makanan para residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA berada pada katagori tinggi untuk disetiap waktu makan. Katagori tingkat kesukaan yang meliputi warna, aroma, tekstur, bentuk dan rasa makanan di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA sebagian besar residen berada pada katagori suka. Tingkat kecukupan energi dan protein para residen di YAKITA berada pada katagori normal, sedangkan tingkat kecukupan energi para residen di Rumah Singgah PEKA berada pada katagori defisit tingkat sedang dan untuk tingkat kecukupan protein residen di Rumah Singgah PEKA berada pada katagori defisit tingkat berat. Tingkat kecukupan lemak dan karbohidrat para residen di YAKITA berada pada kategori baik, sedangkan tingkat kecukupan lemak residen di Rumah Singgah PEKA seluruhnya berada pada katagori kurang dan tingkat kecukupan karbohidrat para residen di Rumah Singgah PEKA berada pada katagori baik. Tingkat kecukupan vitamin B2 di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA masih sangat kurang dengan presentase 100%. Status gizi residen di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA, sebagian besar berada pada kategori normal. Hasil dari analisis uji spearman antara daya terima dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi menunjukan tidak adanya hubungan antara keduanya (p<0.05).
Saran Penggunaan narkoba memiliki efek yang berbahaya bagi penggunanya. Hal ini karena narkoba dapat merusak sistem dalam tubuh salah satunya menurunkan imunitas dalam tubuh. Perlunya makanan yang banyak mengandung vitamin B2 untuk para residen, jika masih belum cukup diperlukan suplemen untuk para residen agar dapat menjaga imunitas tubuh mereka khususnya suplemen vitamin B2. Petugas yang memasak di rehabilitasi sebaiknya yang sudah memiliki pengalaman dalam bidang memasak dan ahli gizi dibutuhkan untuk mengatur dan mengontrol kebutuhan gizi para residen. Siklus menu sebaiknya dibuat agar dapat menentukan menu apa yang akan disajikan dan juga dapat memenuhi kebutuhan zat gizi para residen. Menu yang disajikan pun diharapkan lebih
22
bervariasi untuk pemenuhan kebutuhan gizi para residen, agar tidak menimbulkan kebosanan.
DAFTAR PUSTAKA Abimanyu B. 2012. Pecandu Narkoba.http://nasional.kompas.com. [8 November 2012] Alifia U. 2008. Apa Itu Narkotika dan Napza. PT Bengawan Ilmu. Semarang. Almatsier. 2004. Penuntun Diet. Gramedia. Jakarta. Almatsier. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Del Rosso JM. 1999. School feeding Programs: Improving Effectiveness and Increasing The Benefit to Education. Oxford: University of Oxford. [Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Hardinsyah & D. Martianto. 1992. Menaksir kecukupan Energi dan Protein Serta Penilaian Menu Gizi Konsumsi Pangan. Wisari. Jakarta _________ & Tambunan V. 2004. Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. Jakarta. _________ & D. Briawan. 2002. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Institut Pertanian Bogor, Bogor. _________ et al. 1989. Aspek Gizi dan Daya Terima Menu Makanan Pokok Beragam Dalam Upaya Penyelenggaraan Konsumsi Pangan. Laboratorium Gizi Masyarakat, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,Institut Pertanian Gizi, Bogor. Hurlock EB. 2001. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga [IOM] Institute of Medicine. 2005. Dietary Reference Intake for Energy, Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A Report of the Panel on Macronutrients, Subcommittees on Upper Reference Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Kurniasih Dedeh et al. 2010. Sehat & Bugar Berkat Gizi Seimbang, Gramedia, Jakarta. Kurniawan J. 2008. Arti Definisi & Pengertian Narkoba dan Golongan/Jenis Narkoba Sebagai Zat Terlarang. http://juliuskurnia.wordpress.com/.. [8 November 2012]. Martono, dkk. 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Balai Pustaka, Jakarta.
23
Moehyi S. 1997. Pengaturan Makanan dan Diit untuk Penyembuhan Penyakit. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Putri ANH. 2012. Penyelenggaraan makanan, konsumsi pangan, dan status gizi residen di unit pelaksana teknis terapi dan rehabilitasi badan narkotika nasional. [Skripsi]. Bogor (ID): IPB. Riyadi H. 2006. Materi Pokok Gizi dan Kesehatan Keluarga. Jakarta : Universitas Terbuka. Setyaningsih D, Apriyanto A, Sari MP. 2001. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro, Bogor : IPB PRESS Suandi, KG. 2004. Obesitas Pada Remaja. CV Sagung Seto. Jakarta Suhardjo, Hardinsyah, Riyadi H. 1988. Survei Konsumsi Pangan, Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor Supariasa I D N, Bakri B & Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. Syarief.1997. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas : Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor. IPB Uripi, V dan Dianah, R. 2010. Manajemen Produksi Makanan. Diktat yang tidak dipublikasikan. Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Direktorat Program Diploma. Institut Pertanian Bogor. Winarno FG, TS Rahayu. 1994. Bahan Tambahan untuk Makanan dan Kontaminan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. [WKNPG] Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Angka Kecukupan Gizi. Lembaga Penelitian Indonesia. Yurliani R. 2007. Gambaran Sosial Support Pecandu Narkoba [Skripsi]. Medan : Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara
24
24
LAMPIRAN Lampiran 1 Menu makanan tiga hari di Rumah Singgah PEKA dan YAKITA Rumah Singgah PEKA Waktu makan Makan Pagi Makan Siang
Makan Malam
Makan Pagi Makan Siang
Selingan Makan Malam
1
2
Nasi kuning Nasi putih pecel sayuran Tempe mendoan
Bubur ayam Nasi putih Soto kikil
Nasi putih Sayur lodeh Tempe mendoan
Nasi putih Ayam kecap
Spaggeti Jus jambu Nasi putih Ayam kecap Tempe goreng Bihun Jeruk pastel Nasi putih Rendang Sayur sawi Kerupuk
YAKITA Nasi goreng Jus sirsak Nasi putih Bakwan jagung Ayam balado Sayur capcay Pisang Kacang hijau+roti Nasi putih Sambel goreng ati Sayur sop
3 Nasi kuning Nasi putih Teri sambel Tahu goreng Sayur asem Nasi putih Perkedel Sayur sop Mie goreng Jus jambu Nasi putih Ikan mujaer Tahu balado Sayur kangkung Pisang Brownies Nasi putih Soto santan Tempe orek kerupuk
25
Lampiran 2 Pola Menu Pasien Napza di Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor Waktu makan
Pagi
Snack (pk 10.00)
Siang
Snack (pk 16.00)
Malam
Rama/ Shinta Nasi/Tim/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Air Mineral Galon Snack (1) Nasi/Tim/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Air Mineral Galon Snack (1) Nasi/Tim/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Air Mineral Galon
Rehabilitasi Jatayu Nasi/Tim/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Air Mineral Gelas (240ml) Snack (1) Nasi/Tim/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Air Mineral Gelas (240ml) Snack (1) Susu Protein (1) Nasi/Tim/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Air Mineral Gelas (240ml)
Detox Nasi/Tim/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Air Mineral Gelas (240ml) Snack (1) Nasi/Tim/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Air Mineral Gelas (240ml) Snack (1) Susu Protein (1) Nasi/Tim/Bubur Lauk Hewani Lauk Nabati Sayur Buah Air Mineral Gelas (240ml)
Keterangan Untuk pasien baru disiapkan : Proten 1 bks
TKTP diberikan Pagi : susu Siang : telur
25
26 26 Lampiran 3 Siklus Menu 10 Hari Pasien Psikiatri (I,II,III) dan Napza (II) TAHUN 2014 di Rumah Sakit Dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor Waktu Makan
Pagi
Snack
Snack
Menu I
Kls
Menu II
Kls
Menu III
Kls
Nasi goreng coklat Nasi putih Abon sapi Balado tahu Lalap timun Tumis sawi+wortel
1,2 3 Umum Umum 1,2 3
Nasi putih Ayam gr.bb.kelapa Gulai telur Orak-arik telur Tempe goring Tahu cabe ijo Tm buncis,semi,sosis Tm sawi hijau,wrtl
Umum 1 2,3 Sbd,srs 2,3 1,sbd 1,2 3
Nasi putih Dadar telur Tahu balado Telur asin Gulai tempe Bobor bayam Tumis bayam
Umum 1,2,sbd 1,2 3 3 1 2,4
Bubur kc hijau
umum
Brownis kukus
umum
Nasi putih Lapis daging Telur bb cabe Tempe bacem Ceplok tlr saus tmt Tm.pokcay,tahu,jmr Tm.labu siam,soun Pisang ambon
Umum 1,2 3 Umum Sbd,srs 1,2 3 Umum
1,2
umum 1,2 1,2 3 Sbd,srs 3 1,2 3 1,2 3 1,2
1,2 3 Umum 1,2 1,2 3 3 1,2 3 Umum
Dorayaki
Nasi putih Tahu isi Bstk daging,kcpolong Semur daging Bola-bola daging SG kentang Sop sosis,wrtl,kol Sop macaroni Jeruk pepaya Risoles
Pisang grng Pisang rbs Nasi putih Soto ayam Mustofa Ceplok tlr balado Tahu goring Acar putih Sop kc hijau Jeruk
Dadar pandan
1,2
Menu IV
Kls
Menu V
Kls
Nasi uduk Nasi putih Sosis goreng Tahu goreng Abon sapi Dadar telur Tahu bb rujak Timun+ tomat Tm.tahu + toge Donat salju
1,2 3 1,2 1,2 3 RG 3 1,2 3 umum
Nasi putih Balado ceplok telur Tm sosis asam mns Tahu bb acar Capcay Tm sawi pth, wrtl
Umum 1,2,RG 3 Umum 1,2 3
Susu cair
umum
Nasi putih Gurame fillet Tempe bacem Telur bb bali Fuyunghai SG kc pj, labu siam Urap sayuran Pisang ambon
Umum 1,2 Umum 3 Sbd,srs 1 2,3 Umum
Nasi putih Ayam tepung Bistik ayam Tahu isi Tempe goring Pecel Apel merah Pisaang raja bulu
Umum 1 2,3 1,2 3 Umum 1 2,3
Long sus eclair
1,2
Mini cake marmer
1,2
27
Waktu Makan
Malam
Menu I
Kls
Nasi putih Ayam suwir kc plng Ayam goreng Tempe tepung Sop oyong,wtrl,baso Sayur asem Papaya
Umum 1,2,sbd 3 1,2 1,2 3 1,2
Menu II Nasi putih Tm.ikan asin gabus Abon sapi Tempe cabe ijo SG kc pj, labu siam Semangka
Kls
Menu III
Kls
Menu IV
Kls
Menu V
Kls
Umum Umum Sbd,srs 1,2 Umum 1,2
Nasi putih SG hati+kentang Sop bola2 daging Oseng2 tempe Kimlo kuah Tm.kol+wrtl+soun Melon
Umum Umum Sbd,srs 1,2 1,2 3 1,2
Nasi putih Ayam gr.bb laos Kering tempe kcng Tm.teri medan Tm.daun singkong Sayur lodeh Semangka
Umum 1,2 1,2 3 1 2,3 1,2
Nasi putih Empal daging SG.kc. jogo kentang Telur balado Bola2 daging saus tmt Sop jamur kembang Sayur asem Papaya
Umum 1,2 1,2 3 Sbd,srs 1 2,3 1,2
27
28 27
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Juli 1990. Penulis merupakan putri kedua dari pasangan H.Lilik Guntur Sudarminto dan Hj.Ika Setiatika. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1996-2002 di Sekolah Dasar Negeri Polisi 1 Bogor dan melanjutkan masa pendidikannya di SMP Negeri 6 Bogor tahun 2002-2005 serta SMA Negeri 9 Bogor tahun 20052008. Pada tahun yang sama penulis lulus ujian masuk Diploma III IPB jurusan Menejemen Industri Jasa Makanan dan Gizi. Tahun 2011 penulis lulus Diploma III dan penulis lulus seleksi masuk kelas ekstensi menjadi mahasiswi mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada bulan Juli-Agustus 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Widasari, Kecamatan Widasari Kabupaten Indramayu.