1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Upaya peningkatan kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Indonesia masih menghadapi dengan serius terhadap bebarapa penyakit menular. Salah satu penyakit menular yang belum sepenuhnya dapat dikendalikan adalah penyakit kusta. Permasalahan penyakit kusta ini bila dikaji secara mendalam merupakan permasalahan yang sangat komplek. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan, pengertian yang keliru terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya. (Kandum.I.N., 2006) Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik dan penyebabnya adalah bakteri Mycobacterium leprae. Syaraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit dan mukosa (mulut), saluran pernafasan bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali susunan syaraf pusat. Tanda - tanda utama penderita kusta yaitu kelainan kulit atau lesi dapat berbentuk bercak keputihan atau kemerahan, penebalan syaraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi syaraf. Bakteri kusta mempunyai masa inkubasi selama
2
2 - 5 tahun, akan tetapi dapat juga bertahun tahun. Penularan terjadi apabila M.leprae yang utuh (hidup) keluar dari tubuh penderita dan masuk kedalam tubuh orang lain melalui kelenjar keringat, dan ulkus pada penderita lepromatus. M.leprae merupakan bakteri gram positif karena struktur sitoplasma bakteri sama dengan bakteri gram positif yang lain. M.leprae mengandung DNA dan RNA kemudian berkembang biak membutuhkan waktu 11-13 hari. Pertumbuhan yang sangat lambat ini sebagai faktor utama menyebabkan masa inkubasi kusta yang bertahun tahun dan menyebabkan kliniknya menjadi kronik. Pasien dianggap suspek apabila diagnosa masih ragu dan diperiksa lagi 3 bulan sampai diagnosa dapat ditegakkan kusta atau penyakit lain. (Harahap.M., 2000) Kecepatan dan ketetapan diagnosis sangat penting untuk pengobatan yang akan berpengaruh pada kesembuhan dan prognosis pasien. Pemeriksaan laboratorium pada pasien klinis kusta tidak ditemukan bakteri M.leprae, hal ini disebabkan karena bakteri kusta telah dihancurkan oleh daya tahan tubuh (sel sel raksasa dalam badan mereka). Bercak keputihan pada penyakit kusta kering terdapat pada satu atau beberapa tempat di badan. Penderita semacam ini tidak menimbulkan penularan kepada orang lain karena tidak terdapat bakteri kusta. Faktor lamanya hidup bakteri kusta diluar badan manusia memegang peranan pula dalam hal penularan. Bakteri kusta keluar dari badan penderita dapat bertahan antara 24 jam – 48 jam atau 1 - 2 hari, tergantung dari suhu atau cuaca di luar badan penderita.
3 Cuaca semakin panas semakin cepat kuman kusta akan mati. (Harahap.M., 2000) Penyakit kusta merupakan bagian dari penyakit kulit yang mempunyai dampak bagi pasien baik secara fisik maupun psikologik. Kulit yang terus menerus berhubungan dan kontak dengan lingkungan sekitarnya, cenderung mengandung organisme. Kulit terdapat flora normal, diberbagai daerah anatomik dipengaruhi oleh sekresi kelenjar keringat. Sebagian besar yang menetap pada kulit adalah bakteri difteroid aerob dan aerob misalnya Corynebacterium, Propionibacterium. Staphylococcus non hemolitik aerob dan aerob seperti: Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan spesies Peptostreptococcus. Bakteri gram positif, aerob, pembentuk spora yang banyak terdapat di udara, air, dan tanah seperti Streptococcus alfa hemolyticus dan Streptococcus faecalis serta bakteri koliform gram negatif dan Acinobacter. Bakteri anaerob dan aerob seringkali bersama sama menimbulkan infeksi yang sinergis pada kulit. Biasanya menimbulkan lesi dan melibatkan berbagai mikroorganisme lain. (Morse.A.S.dkk., 1996) Bakteri gram negatif dapat pula menyebabkan infeksi kulit
misalnya:
Pseudomonas aeroginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Eischerichia coli, dan Kleibsella. (Djuanda.A., 2007) Rumah Sakit Kusta Donorojo adalah Rumah Sakit yang khusus melayani kusta dan sebagai Rumah Sakit rujukan pasien kusta di Jawa Tengah. Sebagai Rumah Sakit rujukan pasien kusta petugas medis dan paramedis harus mendapat pelatihan tentang penyakit kusta. Laboratorium Rumah Sakit Kusta donorojo adalah pelayanan penunjang yang berperan sebagai
pendukung diagnosa. Dianggap positif sebagai
penderita kusta apabila pemeriksaan laboratorium mikroskopik (skin Smear) dan pengecatan Ziehl Nelson ditemukan bakteri M.leprae. Di Rumah Sakit Kusta Donorojo
4 sering dijumpai pasien yang mempunyai klinis menyerupai kusta yaitu kulit bercak putih, adanya penebalan syaraf pada kulit sehingga tidak terasa, hasil skin smear negatif (-) atau tidak ditemukan bakteri M.leprae. Berdasarkan data kunjungan Rumah Sakit Kusta Donorojo pasien klinis kusta dan hasil laboratnya tidak ditemukan bakteri M.leprae pada tahun 2011 sebanyak 98 sehingga perlu dilakukan penelitian bakteri yang menyebabkan infeksi kulit.
2.
Rumusan Masalah. Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan "Jenis bakteri apa saja yang berasal swab kulit pasien dengan gejala klinis kusta BTA negatif di Rumah Sakit Kusta Donorojo Jepara bulan Februari 2012 yang berdomisili sekitar Jepara, Kudus, Pati"
I.3.Tujuan Penelitian. 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bakteri asal swab kulit pada pasien gejala klinis kusta BTA negatif di Rumah Sakit Kusta Donorojo Jepara pada bulan Februari 2012.
5 1.3.2 Tuujuan Khusus Tujuan penelitian adalah untuk identifikasi jenis bakteri asal swab kulit pada pasien gejala klinis kusta BTA negatif di Rumah Sakit Kusta Donorojo Jepara pada bulan Februari 2012. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi klinisi Menambah pengetahuan dalam meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Kusta Donorojo Jepara . 1.4.2. Bagi Masyarakat Sebagai bahan informasi tentang bakteri penyakit kulit pada pasien gejala klinis kusta BTA negatif dan supaya pasien tidak dikucilkan oleh masyarakat.