I. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan dan aktivitas rnanusia, Iahan
merupakan
salah satu
sumberdaya alam fisik yang mempunyai peranan yang amat penting. Untuk berbagai kepentingan dan kegiatan manusia, lahan dirnanfaatkan antara lain untuk pemukiman, tempat bangunan fasilitas sosial, pertanian, peternakan, kehutanan, pertambangan dan jaringan jalan. Sejak Pelita 1 tahun 1969, dari tahun ke tahun lahan menjadi sumberdaya fisik yang semakin langka yang digunakan dalam proses pembangunan. Dengan semakin terbatasnya lahan, maka masalah peruntukan dan tata guna Lahan semakin rumit. Hal ini disebabkan luas lahan yang tersedia adalah tetap, sedangkan kebutuhan lahan untuk
berbagai
sektor
kegiatan selalu bertambah
sejalan dengan
Iaju
pembangunan dan perturnbuhan penduduk. Selain disebabkan faktor kegiatan pembangunan, pertumbuhan penduduk dan distribusi penduduk yang tidak serasi dan tidak merata, juga sangat berperan dalam timbdnya masalah lahan. Hal ini lebih nyata terlihat di daerah pedesaan, karena sebagian besar (sekitar 80%) penduduk tinggal di pedesaan dengan surnber mata pencaharian utamanya dari bidang pertanian (BPS, 1995). Dengan demikian desa sangat berpotensi besar untuk tejadinya konflik rnasalah lahan. Untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk, pemerintah telah berusaha meningkatkan produksi bahan pangan, baik rnelalui ekstensifikasi, diversifikasi maupun intensifikasi pertanian. Cara ekstensifikasi di lakukan di daerah-daerah di
iuar Jawa, seperti pernbukaan lahan lahan
gambut
sejuta
hektar
di
pasang surut untuk persawahan, pembukaan Kalimantan
Tengah,
sedangkan
intensifikasi
dilaksanakan di daerah-daerah yang mempunyai prasarana/sarana produksi yang memungkinkan dilakukannya intensifikasi tersebut. Usaha-usaha intensifikasi pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi per satuan has. Hal ini berarti meningkatkan kemampuan lahan pertanian untuk mendukung atau menyokong kehidupan penduduk di daerah tersebut. Disarnping memberikan dampak positif yaitu dengan meningkatkan produksi dan daya dukung (currying capacify) per satuan Iuas, intensifikasi pertanian juga ada kemungkinan
memberikan dampak negatif, seperti kemungkinan tejadinya pencemaran atau polusi sebagai akibat penggunaan pestisida dan herbisida secara berlebihan serta terjadinya eutrofikasi pada sungai yang menyebabkan tertutupnya sungai oleh gulma sebagai akibat dari penggunaan pupuk N yang berlebihan. Dengan adanya pertambahan penduduk dan peningkatan pembangunan di berbagai bidang, terutama di bidang pertanian, sering tejadi terlampauinya daya dukung lahan (over carrying capacity), sehingga akan mengarah pada eksploitasi sumberdaya alam yang lain, seperti sumberdaya hutan. Menurut Manan, et al (2000) tingkat eksploitasi sumberdaya alarn yang tejadi di Suiawesi Tenggara terutama pada kawasan DAS sangat memprihatinkan, terutama dalam eksploitasi hutan menjadi pemukiman transmigrasi, penebangan liar, pencurian kayu, pembakaran hutan dan perladangan berpindah, sehingga akan menimbulkan dampak yang besar terhadap lingkungan. Disamping daya dukung suatu lahan tersebut terlampaui karena kegiatan pertanian, juga disebabkan oleh faktor fisik dari lahan tersebut yang kurang
mendukung seperti keadaan kesuburan tanah yang rendah, topografi yang tidak rata, dan iklim yang kurang wcok
dan faktor non fisik lainnya, seperti teknologi dan
faktor sosial ekonomi. Berhubungan dengan keadaan diatas, maka perlu adanya evaluasi tentang kondisi lingkungan, produktivitas lahan pertanian serta besarnya daya dukung Iahan pertanian, sesuai dengan teknologi yang diterapkan petani dan keadaan sosial ekonominya.
Apabila daya dukung lahan pertanian dalam suatu wilayah tertentu
sudah diketahui, maka pemerintah daerah sebagai badan pengambil kebijakan akan dapat memutuskan langkah-langkah yang perlu diambil, guna rnencegah hal-ha1 yang tidak dikehendaki Penelitian daya dukung lahan ini dilakukan di kawasan DAS Tiworo, karena DAS ini digunakan sebagai sumber air bagi kehidupan masyarakat, terutama untuk lahan pertanian, yang diusahakan dengan tanaman pangan yaitu padi, jagung, umbiumbian, kacang-kacangan dan sayur-sayuran Disamping itu kondisi DAS Tiworo tersebut menurut laporan dari hasil penelitian Manan, et al. (2000) telah mengalami kerusakan dengan terjadinya konversi hutan sebesar
10 - 20% dari luas hutan setiap
tahun. Lahan di kawasan DAS Tiworo digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan usahatani dan sebagian besar merupakan lahan kering. Jenis tanaman yang di kembangkan adalah tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, umbi-umbian dan tanaman perkebunan. Jenis tanaman pangan yang diusahakan adalah jagung, padi ladang,
padi sawah, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Tanaman sayuran
meliputi kacang panjang, sawi, kol, terong dan tomat. Jenis buah-buahan yaitu jeruk
dan mangga serta jenis tanaman umbi-umbian berupa ubi jalar, ubikayu dan talas. Jenis tanaman perkebunan yang dominan yaitu kakao, jambu mete dan kelapa. Dengan pola tanarn yang dilakukan petani, luas lahan yang dimiliki tingkat konsumsi petani, teknologi seria tingkat produksi yang dicapai perIu untuk diketahui, apakah daya dukung lahan yang ada pada kawasan DAS Tiworo masih cukup besar atau sudah dilampaui. Berdasarkan uraian pada Latar belakang, maka untuk dapat menyususn rencana pengelolaan kawasan DAS Tiworo perlu diketahui hal-ha1 sebagai berikut: (1) Besarnya daya dukung lahan pada masing-masing bagian huh, tengah dan hilir
kawasan Daerah Aliran Sungai dan (2) Faktor-faktor lingkungan yang mempengasuhi daya dukung lahan tersebut. 1.2.
Tuj uan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui besarnya daya dukung lahan pada bagian hulu, tengah dan hilir kawasan Daerah Miran Sungai @AS) Tiworo Kabupaten Muna.
2.
Untuk mengetahui tingkat kepadatan penduduk sekarang ditinjau dari daya dukung lahan pada bagian hulu, tengah dan hilir kawasan DAS Tiworo.
3.
Untuk mengetahui keragaman sifat-sifat tanah di dalam bagian kawasan dan antar bagian kawasan DAS Tiworo.
4.
Untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap besarnya daya dukung lahan di kawasan DAS Tiworo.
5.
Untuk mengoptimalkan produksi tanaman pangan Tiworo.
di daerah kawasan DAS
1.3. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
masukan bagi pengambil
kebijakan daIam: 1.
Menyusun perencanaan pembangunan, khususnya di sektor pertanian melalui optimalisasi penggunaan lahan khususnya pada kawasan DAS Tiworo.
2.
Menentukan kebijakan dalam perencanaan tata ruang dan kependudukan di kawasan DAS Tiworo.
1.4. Hipotesis
Hipotesis yang diujikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Terdapat perbedan daya dukung lahan dan sifat-sifat tanah antara bagian hulu, tengah dan hilir dalam kawasan DAS Tiworo.
2.
Berbagai faktor lingkungan akan mempengaruhi besarnya daya dukung lahan di kawasan DAS tersebut.
1.5. Batasan dan Asumsi
DaIam peneiitian ini digunakan batasan dan asurnsi sebagai berikut: 1.
Daya dukung lahan adaIah j u d a h penduduk yang dapat didukung atau disokong oleh suatu luas sumberdaya lahan pada lingkungan tertentu dalam keadaan makmur, sesuai dengan teknologi dan pengelolaan usahatani yang dilakukan petani
2.
Desa lahan kering adalah desa yang lahan keringnya berupa tegalan lebih luas dari lahan sawah, sedangkan desa lahan sawah adalah desa yang lahan sawahnya lebih luas dari lahan keringltegalan.
Sumberdaya lahan pertanian adalah lahan-lahan pertanian yang diusahakan sebagai tempat menjalankan usahatani tanaman pangan utama, seperti padi, (padi sawah dan padl ladang) jagung, ubi kayu, sayur-sayuran dan kacangkacangan. Kemakmuran adalah suatu kondisi tingkat kehidupan penduduk yang dengan hasil sumberdaya yang ada, yang dikelola dengan suatu tingkat teknologi tertentu, dapat menjamin tingkat kehidupannya secara wajar.
SaIah satu
indikator utama adalah pendapatan perkapita Unit penelitian (unit analisis/unit elementer) adalah desa. Besarnya daya dukung, dihitung berdasarkan produksi tanaman padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan dan sayur-sayuran. Lahan pertanian adalah lahan sawah dan tegalan. Daya dukung lahan yang diperoleh merupakan gambaran atau bagian dari daya dukung lahan daerah yang diteliti dan bersifat aktual (dalam kondisi sekarang). Faktor
Iingkungan yang
diamati adalah (1) lingkungan fisik,
kesuburan tanah, kemiringan lereng dan curah hujan,
rneliputi
(2) lingkungan sosial,
(3) ekonomi dan (4) teknologi.
Dalam menghitung daya dukung lahan suatu wilayah diasumsikan bahwa semua hasil dari tanaman yang ditanam tidak ada yang keluar, sernuanya habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan wilayah yang diteliti. Dengan kata lain ekspor keluar daerah penelitian sama dengan no]. Diasumsikan bahwa tidak ada pemasukan dari wilayah lain untuk jenis tanaman pangan yang &teliti.
Jadi impor dari luar daerah penelitian sama
dengan nol. 12.
Pembagian kawasan DAS didasarkan pada Iuas seluruh kawasan DAS dibagi menjadi tiga bagian yang sarna besar berdasarkan posisinya yaitu huly tengah dan hilir. Skema hubungan faktor lingkungan dan teknoiogi dengan besarnya daya ,
dukung lahan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1.
Skema Hubungan Faktor Lingkungan Fisik, Sosial Ekonomi dan Teknologi dengw Paya dukung Lahan (dimodifikasi dari Agustono, 1984)