DAFTAR ISI
Halaman
1. Himeksi Molar Pertama Rahang Atas dengan Nekrosis Pulpa dan Lesi Bifurkasi Anny Rufaida, Karlina Samadi, Ira Widjiastuti 2. Apex resection on anterior teeth with post trauma pulp necrosis with chronic periodontal absces (case report) Bernadeta 3. Aesthetic treatment for germination teeth Chandra Sari, Karlina Samadi, Cecilia G.J. Lunardhi 4. Role of Amelogenins as Predominant Organic Matrix in Enamel Biomineralization: Structural and Functional Aspects Dennis, Trimurni Abidin 5. In office dental whitening pada gigi vital dengan hidrogen peroksida 38% Devi Eka Juniarti 6. Perbaikan estetik gigi anterior paska perawatan saluran akar Devi Eka Juniarti 7. Hubungan Kadar SCD 14, Jumlah Streptococcus Mutans di dalarn Saliva dengan Kejadian Karies sebagai upaya Deteksi dini Risiko Karies Gigi Dudi Aripin, Setiawan Natasasmita, Richata Fadil, Achmad Syawqie, WazilIah Nasserie 8. Pengaruh Kontaminasi Darah Terhadap Kebocoran Apikal pada Obturasi Saluran Akar Menggunakan Tiga Jenis Siler yang Berbeda Ema Mulyawati 9. Estetic Closure of Diastema by Porcelain Laminate Veneers: A Case Report Emilda DA., Ari S., Febriastuti C. 10. Alternative Treatment For Vertically Fractured of Second Mandibular Molars: A Case Report Ervita Kholestyana, Galih Sampoerno, Febriastuti Cahyani 11. Root canal treatment and esthetic complex restoration for multiple caries with periapical lesions (case report) Fani Pangabdian, Ketut Suardita dan Setyabudi 12. Restorasi splint crown gigi anterior dengan saluran akar yang lebar akibat kegagalan perawatan saluran akar Galih Sampoerno 13. Hubungan antar konsentrasi sodium fosfat terhadap multiplikasi streptokokus mutans sebagai bakteri penyebab karies gigi I
1-4
5-8 9 - 13
14 - 17 18 - 23 24 - 27
28 - 34
35 - 4i 42 - 45
46 - 49
50 - 53
54 - 59
Galih Sampoerno 14. Repair of furcal Iatrogenic perforation with mineral trioxide aggregate (case report)
60 - 64
Iek Chen 15. Management of non vital immature teeth with apexification and all-porcelain crown: case report
65 - 68
Loviani Tjandra, Ahmad Sudirman dan Ketut Suardita 16. Perawatan saluran akar ulang pada saluran akar mesial gigi molar prtama kanan atas laporan kasus Melati Adi Pratiwi dan Daru Indrawati S 17. Management of tooth discoloration in non-vital endodontically treated tooth (a case report) Rudy, Rulianto M dan Nirawati P
69 - 73
74 - 77
78 - 81
DAFTARISI
Halaman
17. Keberhasilan perawatan multiple trauma gigi pasca kecelakaan lalulintas dengan perawatan estetik komplek kasus) Wiedianto Suwarsono, Ahmad Sudirman dan Nirawati Pribadi . 18. Perbedaan daya anti bakteri ekstrak teh hitam dan ektrak teh putih terhadap streptococcus mutans . Riza Setyawati, Nirawai Pribadi dan Ari Subiyanto . 19. The use sectional matrix in proximal posterior composite resin restoration (case report) Andika Damayanti K dan Daru Indrawati ; . 20. Treatment of perforation tooth 47 with MTA (Mineral Trioxide Aggregate): a case
82 - 84
85 - 90
91- 98
report Anindya Tesa Wisesa dan Kamizar 21. Studi histopatologis perawatan kaping pulpa langsung dengan ekstrak flavonoid
.
99 -104
propolis Ardo Sabir 22. Perawatan resorpsi inflamatori eksterna akar gigi molar satu kanan atas (laporan
.
105 -108
.
109 -114
.
115 -119
.
120 -126
.
127 -133
.
134 -137
kasus) Ay" Pujiningrum
dan Ratna Meidyawati
23. Stepwise excavation Besse Tenri Awaru dan Aries Chandra Trilaksana 24. Perawatan endodontic konvensional sebagai alternative dari perawatan kista periapikal: laporan kasus Dina Adrianti dan Gatot Sutrisno 25. Perawatan saluran akar dens invaginatus tipe IT dengan lesi periapeks pada gigi insisif sentral kanan dan kiri atas disertai resorpsi interna dan eksterna: laporan kasus. Citra Kusumasari dan Nila Kesumadjauharie
26. Apexification with mineral trioxide aggregate (MTA) Elvy Yoelyawaty S, Ira Widjiastuti
dan Setyabudi
27. Penggunaan mineral trioxide aggregate (mta) pada perforasi furkasi: suatu tinjauan pustaka Emy Ardana dan Christine A. Rovani . 28. Kombinasi teknik step back dan teknik crown down pada gigipremolar maksila disertai restorasi mahkota jaket porselen fusi metal dengan pasak radix anker Felisia Andriani dan Wignyo Hadriyanto . 29. Resorpsi akar eksterna aplikasi pada gigi insisif maksila: laporan kasus The Dwi Maharti dan Bambang Nursasongko O. Penatalaksanaan fraktur gigi anterior maksila akibat trauma (laporan kasus) Itja Risanti dan Endang Suprastiwi reinforced composites dan mahkota porselen fusi metal sebagai restorasi watan saluran akar ulang insisivus sentralis kanan maksila non vital . periapikal J'::Il:Rl16lny dan 'ignyo Hadriyanto - antibiotic in endodontic treatment "lCCi~:lIU.I~ ~,n!1O
••.•.•.............................................................................................
138 - 141
142 -148
.
149 -154
.
155 - 158
.
159 -163 164 -169
DAFTAR ISI 34. Radiskolorasi paska bleaching intrakoronal pada diskolorasi tambalan amalgam pada gigi insisif 1 rahang atas Lucky Murti dan Bambang Nursasongko 35. Laporan kasus: perawatan saluran akar satu kali kunjungan pada kasus intentional endodontic M.Furqan dan Gatot Sutrisno 36. Perbandingan dua teknik irigasi dalam meningkatkan keberhasilan perawatan endodonti Meilina Goenawan dan Aries Chandra Trilaksana 37. Perbedaan tingkat kekerasan permukaan resin komposit hybrid setelah preheating pada suhu yang berbeda dan dipolimerisasi dengan LED (in vitro) Melanie Adin, Dudi Aripin dan H. RM. Richata Fadil 38. Penangan fraktur akar horizontal gigi insisivus permanen RA menggunakan MTA: sebuah tinjauan pustaka Munirah dan Juni Jekti Nugroho 39. Perawatan saluran akar pada gigi premolar dua atas dengan konfigurasi eine tipe 2 Nurina Anggraeni dan N.Sumawinata 40. Root-end filling dengan rnenggunakan semen calcium enriched mixture (CEM) Nadia Suryanti Wongsari dan Christine A.Rovani 4l. Pasakfiber reinforced composites sebagai penguat restorasi resin komposit kelas IV pad a gigi insisivus lateralis kanan maksila nekrosis pulpa Nia Wijayanti dan Wignyo Hadriyanto 42. Restorasi Mahkota penuh menggunakan direk komposit dengan bahan penguat fiber pada gigi insisivus sentral kiri maksila Noviyanti dan Wignyo Hadriyanto :........ 43. Penutupan diastema multiple anterior rahang atas dengan restorasi resin komposit Nur Fadhillah dan Narlan Sumawinata ..:.............................................................. 44. Komplikasi penggunaan larutan irigasi selama perawatan saluran akar Nurni Amda dan Aries Chandra Trilaksana 45. Masalah yang ditemui saat merestorasi gigi pascaendo dengan onlay porselen Olivia Sari dan Bambang Nursasongko 46. Pengeluaran instrumen endodontic yang patah saat perawatan ulang saluran akar . ~ menggunakan teknik bypass: laporan kasus Rio Suryantoro dan Ratna Meidyawati 47. Perawatan saluran akar insisivus pertama kanan atas teknik crowndown dilanjutkan restorasi direct composite crown dengan pasakfiber reinforced composite Rudi Kurniawan dan Wignyo Hadriyanto . 48. Perawatan saluran akar ulang dan bleaching intrakoronal pad a gigi insisivus sentralis kiri maksila diskolorasi intrinsic Sila Happy Muriana
dan Endang Retnowati
49. Dosis efektif3 MIX-MPterhadap daya antibakteri pada bakteri aerob, anaerob dengan derajat toksisitas laboratories) Wirawan Stience, Rulianto M dan Soetojo A 50. Perawatan endodontik pada lesi periradikular yang besar dengan menggunakan kombinasi antibiotik lokal Syamsiah Syam dan Juni Jekti Nugroho
Halaman
170 -175
176 - 180
181 - 185
186 - 190
191 - 195 196 - 201 202 - 205
206 - 210
211 - 214 215 - 219 220 - 225 226 - 231
232 - 238
239 - 243
244 - 248
249 - 253
254 - 257
DAFTAR ISI 51. Tingkat remineralisasi lapisan artificial affected dentin dibawah tumpatan semen ionomer kaca modifikasi resin (uji laboratorik) Tia Aditia dan Ratna Meidyawati 52. Manajemen perawatan gigi secara komprehensif pada pasien dengan kondisi diabetes mellitus Titty Sulianti dan Nila Kesuma Djauharie 53. Kontrol infeksi pada perawatan saluran akar pasien dengan riwayat hepatitis B Trini Santi Pramudita dan Ratna Meidyawati 54. Kalsium hidroksida sebagai medikasi intrakanal pada abses apikalis kronis: laporan kasus Vastya Ihsani dan Nila Kesuma Djauharie 55. Perawatan apeksifikasi insisif sentral atas imatur disertai abses apikalis kronis menggunakan kalsium hidroksida. WS. Dwiandhany dan N. Sumawinata
Halaman
258 - 263
264 - 269 270 - 275
276 - 282
283 - 287
56. Treatment of severe periapical abcess on incisive central and lateral with apicorectomy Dewa Made Sutajaya, Ketut Suardita dan Galih Sampoerna 57. Etiology of root canal treatment failures Dian Agustin W 58. Hemiseksi sebagai salah satu alternatifuntuk mempertahankan gigi ( laporan kasus) Dian Agustin W . 59. Fiber reinforced composite sebagai pasak profilaktif saluran akar Diani Prisinda dan Munyati Usman 60. Perawatan saluran akar dan restorasi onlei resin komposit kavitas kelas II dengan teknik indirek pada gigi molar satu kanan maksila (laporan kasus) Gabby Ferdinandha, Ema Mulyawati dan S. S. Winanto 61. Hemi-section as a treament options on first molar mandibular: a case report Gladys Auriqa, M.Rulianto dan Setyabudi 62. Perawatan bleaching intrakorona dengan hydrogen peroksida 35% pada gigi anterior Hendry Aripin dan Munyati Usman :........................................................ 63. Preparasi teknik step back pad a gigi premolar satu kanan rahang bawah dengan bentuk saluran akar bayonet (laporan kasus) •• Maulidar dan Endang S 64. Complex aesthetic treatment on anterior maxillary teeth with crown fracture (a case report) Md. Mega Indah P, Cecilia GJ.Lunardhi dan M.Rulianto 65. Reattachment of anterior teeth frogmeil a conservative approach as temporary restoration (case report) Michael Harin, Ari S dan Dian A.W ~.......................................... 66. Eek antiinflamasi ekstrak lerak (sapindus rarak DC) Nevi Yanti dan Mutia Pratiwi 67. Perawatan apeksifikasi gigi tetap muda non vital akibat trauma menggunakan kalsium hidroksida (laporan kasus) Nugrahani Gusti D dan Ratna Meidyawati
288 - 291 292 - 295 296 - 299 300 - 306
307 - 312 313 - 315
316 -319
320 -324
325 - 328
329 - 333 334 - 344
345 - 350
DAFTAR ISI 68. Penggunaan laser dalam konservasi gigi (deteksi dini karies oklusal, pemutihan gigi clan endodontic) Ratih Larasati, Sri Kunarti dan Nirawati Pribadi 69. Pembuatan post core dengan autopolimerisasi resin duralay pad a restorasi pasca endodontic Ratna Hardhitari dan Kamizar 70. Penatalaksanaan kista radikular pada gigi anterior rahang atas dengan perawatan konservasi dan bedah (Iaporan kasus) Restadiamawati 71. Endodontic retreatment on maxillary first premolar with chronic periodontitis and periapical abscess: a case report Stefano Wibowo, Dian AW dan Eric Priyo Prasetyo 72. External resorption and therapliy Sukainah, Karlina Samadi dan Eric Priyo Prasetyo 73. Penatalaksanaan Perawatan Saluran Akar Gand~ pada Lansia Aditya Suhendra, dan Gatot Sutrisno 74. Splintingsebagai lmobilisasi pad a perawatan ulang saluran akar pada gigi dengan kelainan Endro-Perio Goyang Derajat Tiga Aditya Wisnu Putranto dan Kamizar 75. Penanganan fraktur gigi anterior rahang atas akibat trauma dengan perawatan dan restorasinya Irmaleny 76. Improving patient's smile and confidence with teeth whitening Eric Priyo Prasetyo 77. One-visit Root CanalTreatment of mandibular first molar with periradicular lesions: A case, report Evita Indriani Kurniawari dan Ari Subianto 78. Perkembangan Metode Penilaian Kesernbuhan Penyakit Peripikal Setelah Perawatan Endodontik Mandojo Rukmo " ; : 1 ..•.•. t......... 79. Onlay logam tanpa kontrabevel bukal pacta gig] premolar 2 atas dalum rhemehu~i kebutuhan estetik: laporan kasus t Tia Herfiana dan Kamizar ~............... 80. Perbedaan celah mikro pasak glass prefabricated fiber reinforced dan pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan menggunakan system adhesive total-ere (penelitian in vitro) Wandania Farahanny dan Yuli Fatzia Ossa 81. Perawatan Estetik Kornplek Pad a Gigi Permanen Anterior Dengan Riwayat Trauma Lydia Savitri, Nanik Zubaidah dan Devi Eka Juniarti
Halaman
351 - 354
355 - 360
361 - 365
366 - 368 369 - 372 373 - 379
380 - 387
389 - 393 394 - 396
397 - 401
402 - 414
415 - 421
422 - 427
428 - 431
'I
SPLINTING SEBAGAI IMOBILISASI PADA PERAWATAN ULANG SALURAN AKAR PADA GIGI DENGAN KELAINAN ENDO-PERIO GOYANG DERAJAT TIGA Aditya Wisnu Putranto* dan Kamizar** *PPDGS, Departemen Konservasi Gigi FKG Universitas Indonesia **StafDepartenien Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
ABSTRAK Background:
Differential diagnosis in endo-perio lesions sometimes difficult to take by clinicians
due to close anatomical connectivity between root canal tissue and periodontium
and inflammation in one
can influence another. Inadequate endodontic treatment is one factors causing secondary infection which involve periodontal
tissue, causing tooth movements. Purpose: this case reports a retreatment on left •• maxillary lateral incisive with endo-perio lesion and 3 degrees tooth movement with splinting for immobilization. Case: A 34 years old male patient with complaint on his left maxillary teeth with mobility and long pain since 2 weeks before. Gingiva around that area was swollen 3-4 days before and painful, but decreased at time ofexamination.
Case management:
Tooth 22 was root canal treated and restored with
porcelain fused to metal dowel crown with fiber post after 3 months evaluation. During treatment tooth 22 was splinted with 21 and 23 for immobilization. Conclusion:
Treatment of endo-perio lesion with tooth
movement can be done with good prognosis if combined with immobilization using splinting because it can reduce secondary trauma caused by tooth movement and promote healing.
Keywords: endo-perio lesions, tooth movement, splinting
Korespondensi: Kamizar, Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Jakarta- Indonesia.
apikal atau dapat menjalar ke arah koronal dan
PENDAHULUAN Gigi,
jaringan
pulpa,
dan
hubungan dengan rongga mulut, biasanya melalui
struktur
Iigamen periodontal meluas ke sulkus gingiva.'
pendukungnya merupakan suatu kesatuan biologis.
Perubahan
Hubungan antarstruktur ini saling mempengaruhi
patologis
pada
membran
maupun
periodontium daerah korona menunjukkan bahwa
pulpa dan
proses yang terlibat dalam penyakit periodontium
ligamen periodontium mempunyai hubungan yang
samadengan yang terlibat.pada lesi periradikuler'
erat, baik secara anatomis maupun fungsional.'
Perbedaan yang penting antara keduanya adalah
Masuknya
asalnya penyakit dan arah penjalarannya. Penyakit
se lama keadaan fisiologis, dalam keadaan patologis.
kelainan
Jaringan
iritan dari pulpa yang mengalami ke dalam
mengakibatkan dalam
berfungsi,
jaringan
jaringan
berbagai derajat perubahan periodontium.
periodontium cenderung meluas ke arah apikal,
periradikular,
I
sedangkan lesi periapikal dapat meluas baik ke
di
Perubahan
apikal maupun koronal.' Kelainan
periradikular mungkin hanya sebatas periodontium
'1Q(I
endo-perio
yang
berasal dari
mengeluhkan gigi depan kiri atas, terasa goyang
disimpulkan bahwa diagnosis pada gigi ini adalah
dan sakit yang berlangsung hingga beberapa jam,
dentoalveolar
sejak 2 minggu yang lalu. Gusi daerah gigi tersebut
keterlibatan
bengkak 3-4 hari yang lalu dan teras a sakit, tapi saat
dilakukan perawatan ulang saluran akar dengan
ini agak berkurang. Pasien tidak merasa nyaman
rencana
untuk mengunyah dan terasa sangat sakit ketika
menggunakan pasak fiber dan mahkota tiruan cekat
gigi goyang. Pasien datang ke klinik periodonsia
metal porselen setelah evaluasi minimal 3 bulan.
abses kronis pasca PSA dengan sekunder periodontal.
restorasi
berupa
Gigi 22 akan
dowel
crown
karena keluhan giginya yang goyang dan sakit, kemudian diberikan resep berupa amoxan yang
TATALAKSANAKASUS
diminum 3 hari dan ponstan yang diminum 2 hari.
Pada
kunjungan
pertama,
dilakukan
Setelah meminum obat yang diresepkan, keluhan
anamnesa secara lengkap dengan foto radiografis
pasien perlahan mereda tetapi masih terasa sakit •• ketika datang ke klinik konservasi RSGM-P
(gambar
FKGUI setelah dikonsulkan dari klinik peridonsia.
mulai dilakukan sesuai urutan prioritas perawatan,
Pemeriksaan klinis terdapat debris dan plak pada semua regio, dilakukan
kalkulus
skeling
tidak
d i klinik
ada (telah
periodonsia).
1) dan klinis (gambar
2). Kemudian
setelah ditetapkan diagnosis, rangkaian perawatan
yaitu perawatan pada gigi yang dikeluhkan yaitu gigi 22. Perawatan saluran akar non-vital paska PSA dengan pengisian under serta tidak hermetis
Perdarahan papila interdental pada gigi posterior
pada gigi 22 diawali dengan konsul kembali ke
RE atau regio 3 dan 4. Gigi 22, vitalitas (-), perkusi
klinik
(+), palpasi (+), goyang °3, gingiva oedema dan
splinting gigi menggunakan
wire dengan resin
hiperemia, bekas fistula pada bagian bukal, probing
komposit
akses (gambar 3).
terdapat poket bukal 5 mm dan distobukal 4 mm.
Pada hari yang sama setelah dilakukan splinting
Riwayat
gigi kemudian dilanjutkan dengan preparasi akses.
gigi
22 terse but
pernah
dilakukan
periodonsia
untuk
dilakukan
sebelum preparasi
tindakan
perawatan saluran akar kurang lebih 5 tahun yang
Pada tahap iniditemukan saluran akar tunggal pada
lalu. Pada gigi 22 tersebut
gigi 22. Kemudian dilakukan pengambilan guttap
terdapat
sewarna gigi yang telah mengalami
tambalan perubahan
percha
menggunakan
file
headstrom
no.30
warna dan jaringan gigi rnengalarni diskolorasi
(gambar
dengan
penjajakan saluran akar menggunakan file no.25
sisa jaringan
mahkota
kurang
lebih
4).
Tahap
berikutnya
dilakukan
setengah dari mahkota normal. Gigi 15 Abfraksi
dan RC Prep menggunakan teknik watchwinding
dan Gigi 36, 46 D3.
kemudian
Dari pemeriksaan radiogafis terlihat radiolusensi
Panjang
pada bagian apeks sisi distal gigi 22 yang meluas
locator dari Sybronn Endo. Didapat panjang kerja
hingga mencapai alveolar crest. Ruang periodontal
24 mm. Selanjutnya dilakukan preparasi saluran
membran menghilang pada bagian terse but dan
akar
putusnya lamina dura sepanjang akar bagian distal
menggunakan Pro taper manual dengan finishing
gigi 21. Selain itu terlihat hasil pengisian saluran
mulai dari ukuran F2 hingga ukuran F5 sepanjang
akar sebelumnya yang sudah tidak baik (under 2
kerja.Pada saat preparasi selalu menggunakan RC
mm) dan tidak hermetis disertai restorasi yang
Prep agar instrumen
mengalami kebocoran pada bagian mesial. Pada
saluran akar. Setiap kenaikan instrumen, diselingi
pemeriksaan
dengan irigasi NaOCl 2.5%. Kon utama dengan
subjektif
dan klinis
maka
dapat
irigasi
menggunakan
NaOCI
2.5%.
kerja gigi diukur menggunakan
apex
menggunakan
t e h n ik, crown
mudah
down
masuk ke dalam
kelainan utama endodontik dengan keterlibatan
cairan panas dan dingin dan biasanya gigi dengan
sekunder
inflamasi terlokalisir pada ruang pulpa berespon
jaringan
periodontium
dapat
normal terhadap perkusi dan palpasi.
menimbulkan inflamasi dan kerusakan ligamen
6
periodontium, rongga gigidan tulang alveolar yang
Prosedur diagnosis klinis lesi endo-perio
meluas yang pada akhirnya dapat menimbulkan
dapat melalui beberapa tahap seperti pemeriksaan
kegoyangan
visual, seperti adanya inflamasi, ulserasi atau sinur
gigi.
2
Kegagalan
perawatan
endodontik merupakan salah satu faktor timbulnya
tract yang biasanya berhubungan dengan pulpa
infeksi sekunder yang dapat melibatkan jaringan
yang nekrosis tes pulpa, untuk mengetahui vitalitas
periodontium dalam perkembangan kelainan endo-
pulpa dengan tes dingin, elektrik dan kavitas
perio tersebut.'
probing, mengetahui kedalaman poket yang terjadi secara
Jalur komunikasi antara jaringan pulpa dan
patologi,
palpasi,
dengan
melakukan
periodontium dapat bersifat fisiologis dan non
penekanan lembut pada mukosa untuk mendeteksi
fisiologis. Jalur komunikasi yang bersifat fisiologi
adanya
dapat terjadi melalui foramen apikalis, saluran akar
menimbulkan
nyeri, perkusi,
lateral, dan tubulus
yang positif
menunjukkan
dentin.
Sedangkan
jalur
komunikasi yang. bersifat non fisiologi terjadi
abnormalitas
ligamen
. ketika timbul komplikasi iatrogenik dan fraktur
periradikular
periodontal
proprioseptif
yang bisa
respon abnormal adanya
dan
inflamasi
sensitivitas
akan membantu
serat
mengidentifikasi
vertikal. Hubungan melalui dentinal tubulus dapat
lokasi nyeri, kegoyangan gigi, biasanya berbanding
disebabkan oleh pengangkatan sementum pada saat
Iurus
perawatan periodontal dan iatrogenik (misalkan
perluasan inflamasi pad a ligamen periodontium,
karena tusuk gigi) atau secara anatomis 15%
trauma oklusi,
sementum
tidak berhubungan
fungsional
dentinal
tubulus
menyebabkan kerusakan perlekatan periodontium
periodontal.
karena melebihi kemampuan adaptasi dan reparasi,
dengan
daerah servikal email
berhubungan
sehingga dengan
jaringan
dengan
integritas
letak periekatan
dapat melihat
atau
atau
pengaruh
gaya
yang
bisa
parafungsional
Keberadaan saluran lateral dan distribusinya pada
penelusuran
gigi telah dikemukakan pada beberapa studio 1.3.4.5
memasukkan material radioopak semirigid seperti kon
Lesi yang timbul pada periodontium dan
fistula,
gutta-percha
mengetahui
dilakukan
pada
arah sinus
sinus
dengan tract
untuk
dan radiografis,
tract
pada
interpretasi lesi periapeks atau lateral dan lesi
periodontium atau yang umum dikenal dengan
periodontium harus dilakukan dengan tepat untuk
periodontitis adalah lesi inflamasi kronis yang
melihat bukti kehilangan tulang.7•M•9
endodontik
memiliki
perbedaan.
Lesi
Laporan kasus ini bertujuan memperiihatkan
berasal dari tepi gingiva dan dapat meluas ke arah kehilangan
tata laksana perawatan ulang saluran akar pada gigi
perlekatan dan pembentukan poket. Gejala yang
insisif lateral kiri rahang atas dengan kelainan
terjadi pada periodontitis
endo-perio dengan kegoyangan derajat tiga akibat
apeks sehingga dapat menyebabkan
adanya
poket
yang kronis adalah
dan seringkali
kegagalan
menirnbulkan
kegoyangan gigi. (, Pada lesi yang terdapat pada
perawatan
saluran
akar
disertai
penggunaan splinting untuk imobilisasi.
endodontik, selalu berhubungan dengan jaringan KASUS
pulpa. Gejala umum pada pasien dengan lesi
Seorang
endodontik adalah adanya sensitivitas terhadap 1n 1
pasien
pria
usia
34 tahun
ukuran F5 dirnasukkan pada saluran akar untuk melakukan konfirrnasi dilakukan
evaluasi
(gambar
5).
panjang
dengan
Sa lur an
radiografis akar
paper point.
menggunakan medikamen
intrakanal
mengandung
kalsium
kerja kemudian dental
dikeringkan Gigi
diberikan
Calcypex hidroksida
II
yang Gambar 6. Foto RadiografPengisian
dan ditutup
Gigi 22
dengan mengguakan tumpatan sementara Caviton. Kunjungan pengisian,
ketiga,
dilakukan
negatif
dan dilakukan
perkusi
kontrol toto
radiografis untuk keperluan evaluasi penyembuhan lesi (':I.1mbar I. FtXO Radiograf
periapeks
dan
perbaikan
tulang
yang
mengalami defek. Kernudian tumpatan sementara
Gambar 2. Foto Klinis Tampak Bukal Gi~i 22
AwalGigi22
dan basis semen fosfat dibongkar. Basis digantikan menggunakan
semen
ionomer
resin. Kavitas dipreparasi email
dentin
menggunakan
3. Foro Kiinls Tampak Dukal
Gambar
dan
Gigi 22 seelah Splinting
kaca modifikasi
dan dietsa permukaan
kecuali
basis
SIK-MR
asam fosfat 35% selama 15 detik
kemudian dibilas dan dibiarkan lembab. Ulaskan bonding agent secara merata dan evaporasi selama 20 detik kemudian lakukan polimerisasi dengan light curing selama 20 detik. Dilanjutkan peletakan Gambar 5. Fete Radiograf'Conc Utama Gigi 22
Pada kunjungan
resin komposit jenis microhybrid
3M tipe Z250
dengan warn a A3 secara incremental 2 mm dan
kedua, pasien tidak ada
dilakukan polimerisasi dengan light curing selama
keluhan subjektif dan kondisi gigi tidak peka
masing-rnasing
terhadap palpasi dan perkusi sehingga gigi dapat
dilanjutkan
dilakukan
gigi antagonis dan dipoles menggunakan Enhance
pengisian
saluran
akar.
Tumpatan
20 detik (gambar
dengan penyesuaian
7). Prosedur
gigitan dengan
sementara dibongkar, lalu saluran akar diirigasi
dan Occlubrush.
dengan
setelah 2 minggu paska pengisian (Gambar 8).
NaOCI
2.5%.
kemudian
dilakukan
Setelah itu dilakukan evaluasi
pengisian saluran akar sepanjang panjang kerja dengan siler Endomethasone dilakukan
toto
radiograf
Eugenol. Kernudian
dental untuk evaluasi
pengisian (garnbar 6). Dari gambaran radiografis tarnpak bahwa pengisian apeks dengan sebagian apeks.
Setelah
berada tepat diujung siler terdorong
Gambar 7.1'010 Klinis Rcstorasi Resin
semen fosfat
Komposit
dan keruudian ditutup
PEMBAHASAN
itu diaplikasikan
sebagai basis sementara
keluar
dengan turnpatan sernentara Caviton
Hubungan periodontium
Gambar
~. Foto Radiograf
Evaluas i 2 Minggu Gigi 22
antara baik
dari
jaringan segi
pulpa
dan
anatomi
dan
keterkaitannya terhadap lesi telah banyak dipelajari
Klasifikasi terse but juga dikemukakan oleh Walton
pada beberapa literatur. Pada kasus ini pasien
dan Torabinejad tetapi lebih singkat yaitu berasal
memiliki riwayat perawatan saluran akar sejak 5
dari endodontik, berasal dari periodontal dan lesi
tahun yang lalu dan telah dilakukan
kombinasi endodonsi.' Weine memiliki perbedaan
restorasi
berupa resin komposit. Selama itu pasien tidak
klasifikasi
pernah rnengalami
keluhan
gejala klinis dan radiografis menyerupai penyakit
minggu
datang
sebelum
hingga ke
sejak dua
klinik,
pasien
seperti tipe I, dimana lesi memiliki
periodontium
tetapi
sebenarnya
dikarenakan
merasakan sakit pada gigi terse but dan kemudian
inflamasi pulpa atau nekrosis pulpa, tipe Il, dimana
mengalami kegoyangan yang sangat mengganggu
lesi berasal dari lesi periodontal dan pulpa yang
aktivitas
karena
berjalan secara bersamaan, tipe Ill, dimana gigi
menimbulkan nyeri. Keluhan yang paling utama
tidak ada problem pulpa tapi membutuhkan terapi
pada pasien ini adalah kegoyangan gigi dan rasa
endodontik dan amputasi akar untuk penyembuhan
sakit yang ditimbulkannya.
periodontal dan tipe IV, dimana kondisi periodontal
pengunyahan
pad a pasien
..
Pada
pemeriksaan
klinis berupa keadaan gigi dengan kegoyangan
merupakan
derajat tiga dan probing yang dalam serta gambaran
predominan problem.':"
radiografis berupa radiolusensi yang meluas dari
satu-satunya
penyebab
Pada penatalaksanaan
atau
gigi 22, kegoyangan
apeks hingga alveolar crest dan PSA tidak baik
gigi yang mencapai derajat tiga dapat mengganggu
(gigi non-vital)
perawatan
dapat disimpulkan
bahwa lesi
definitif.
Kegoyangan
gigi
yang
endo-perio pada kasus ini berasal dari endodontik
mencapai derajat tiga merupakan pergerakan lebih
dengan . keterlibatan
dari
periodontium
sekunder
berdasarkan
pada jaringan klasifikasi
yang
1 mm
kemampuan
dikemukakan oleh Simon.
diagnosis yang komprehensif
arah
bukolingual
gigi untuk tertekan
kegoyangan
Operator klinik harus memiliki kemampuan
pada
gigi
yang
disertai
dan termasuk
bersifat
patologi.
Kegoyangan patologi dapat terjadi karena adanya
dan menyeluruh
proses inflamasi, kebiasaan parafungsi atau situasi
untuk identifikasi secara akurat sifat dari rnasing-
yang disebabkan
masing
tersebut menyebabkan gigi tidak berada pada posisi
lesi endo-perio
melalui
pemeriksaan
subjektif dan objektif. Gejala yang umum ditemui
stabil
pada lesi endo-perio adalah kegoyangan gigi akibat
kegoyangan
perluasan
penyembuhan
inflamasi
ke jaringan
hingga menyebabkan
periodontium
hilangnya
perlekatan
dan
dan
iatrogenik.
normal. g ig r
Gigi
yang
dapat
lebih
Kegoyangan
lama
gigi
mengalami
menyebabkan pada
jaringan
periodontium dan tulang yang hilang. Oleh karena itu tindakan perawatan untuk mengurangi derajat
densitas tulang. Simon mengemukakan klasifikasi lesi endo-
kegoyangan gigi harus dilakukan sebelum beranjak
perio berdasarkan sumber utama dari infeksi atau
ke fase perawatan yang bersifat definitif seperti
inflamasi. Jadi prinsip terjadinya lesi endo-perio
perawatan endodontik dan atau periodontium.
adalah
berdasarkan
urutan
peristiwanya.
Klasifikasi terse but adalah lesi endodontik, periodontal,
lesi
endodontik
primer
lesi
dengan
keterlibatan sekunder j.aringan periodontal,
Manajemen
s
lesio
terapi
penyakit
pulpa
H,9
dan
periodontium dapat dilakukan dengan perawatan yang
tepat
perluasan
berdasarkan keterlibatan
etiologi, dari
gejala
penyakit.
dan
(, Lesi
periodontal dengan keterlibatan sekunder jaringan
endodontik primer umumnya dapat diatasi dengan
endodontik
terapi konvensional seperti perawatan saluran akar.
dan
lesi
kombinasi
endo-perio.
Sedangkan
lesi periodontal
pnmer
didahului
pad a jaringan
plak dan karang gigi dengan diikuti perawatan
Splinting yang digunakan
bedah periodontal (jika pulpa masih dalam keadaan
adalah
vital). Pada lesi kombinasi, perawatan endodontik
Splinting
paling sering diprediksi
ditentukan
dan diiringi perawatan
Perawatan saluran akar dengan splinting gigi dilakukan untuk mengurangi tingkat kegoyangan
Indikasi penggunaan pasien
splinting
merasakan
beberapa
! I
jenis
jenis
splinting
ini bersifat
apakah
pada kasus ini provisional.
sementara
gigi tersebut
definitif
atau
tidak.
hingga
membutuhkan Jenis
material
splinting yang digunakan pada kasus ini adalah jenis wire dengan resin komposit karena bahan
9
ketika
.,gigi mengalami
terse but bersifat
rigid
dan
kuat
serta
dapat
yang
baik
dari
resin
memberikan
estetik
kompositnya.
Pemasangan
splinting
dilakukan
dengan prinsip splinting unilateral pada tiga gigi
dan ketidaknyamanan.
(bertumpu pad a dua gigi yang memiliki jaringan
Selain itu juga merupakan atau
periodontium yang masih sehat) untuk mencegah
menghilangkan kegoyangan dan mengurangi nyeri
gaya oklusi ke arah fasiopalatal sehingga gigi tetap
dan ketidaknyamanan
stabil pada tempatnya.
meraih
stabilitas
selama perawatan saluran
akar. Splinting gigi tidak direkornendasikan
jika
stabilitas oklusi dan kondisi periodontium
yang
10
Setelah didapatkan dapat dilanjutkan
gigi yang stabil maka
perawatan tingkat lanjut yang
optimal tidak dapat dicapai. Tiap kegoyangan gigi
bersifat definitif, dalam hal ini adalah perawatan
yang terjadi sebelum perawatan harus dikurangi
endodontik.
dengan cara penyesuaian
terapi
dengan cara mekanis dan kimia. Anatomi gigi 22
dapat
yang
periodontium.
I
mengalami
kegoyangan dan kehilangan tulang bertahap, nyeri
salah satu cara untuk
I
dilakukan
termasuk
splinting
6,10
gigi diikuti perawatan defek pada periodontium.
yang
inflamasi.
dengan terapi fase kebersihan seperti pembersihan
periodontal dan tergantung asallesi bermula.
periodontium
69 .
oklusi dengan
Splinting
oklusal
Perawatan
memiliki
endodontik
saluran
dilakukan
tunggal
dan
lurus
diklasifikasikan menjadi provisional atau definitif
memungkinkan
tergantung dari material yang digunakan dan durasi
penjajakan yang dimulai file nomer 25. Sistem
penggunaan splinting.
Protaper
9
Menggunakan splinting merupakan salah satu cara untuk menstabilkan kegoyangan.
6
instrumen
manual
membersihkan
gigi yang mengalami
sehingga
Splinting yang ideal harus dapat
periapeks
digunakan
jaringan
meminimalisasi dan mengurangi
mekanis
untuk
karena teknik ini
dimulai
dari
mendorong risiko
korona
debris ke
nyeri pasca
I~
menimbulkan reorientasi dan mengarahkan
gaya
perawatan
oklusi dan fungsional
gigi,
periapeks. Teknik ini juga menguntungkan karena
I1
mencegah
gigr.
mengurangi
~
:)
migrasi
sepanjang gigi
dan
Sstabilisasi gigi memiliki jaringan yang mengalami kerusakan. diperoleh
melalui
sumbu ekstrusi
periodontium
Stabilisasi gigi yang
splinting
akan
memberikan
akibat
terdorongnya
kecelakaan
stripping perforations
debris
prosedural
ke
seperti
dan transportasi apikal.
11
Kemudian dilakukan preparasi saluran akar sampai F5 sepanjang kerja. Setelah mencapai
denganfile '-7
prognosis
gigi
lebih
baik.
Beberapa
studi
file F5 didapatkan stop apikal dan terdapat tug back
menyebutkan bahwa perawatan pada gigi dengan
saat dimasukkan kon utama dengan nomor yang
kegoyangan berbagai derajat dapat memberikan
sama. Ukuranfile
kesembuhan pada poket periodontium,
dengan diameter saluran akar dan resistensi apikal
splinting gigi dapat meningkatkan
sehingga
kesembuhan
F5 digunakan karena disesuaikan
yang dikonfirmasi
menggunakan
k-file no. 40
dengan diameter ujung yang sama denganfile
FS
dan pasak jenis ini memiliki modulus elastisitaj, yang mirip dengan dentin sehingga memiliki sifat
sistem Protaper. lrigan yang digunakan adalah NaOCl 2.5%
yang
mirip
dengan
dentin.
Hal
ini
akan
dan selama preparasi dilakukan menggunakan RC
meningkatkan resistensi gigi yang telah dilakukan
Prep. NaOCl telah terbukti sebagai irigan dengan
perawatan endodontik terhadap fraktur.
efek
antimikroba
yang
paling
efektif
dan
Perawatan
splinting
digunakan secara luas pada perawatan saluran akar
komposit yang digunakan
sebagai irigan. Larutan Natrium
dilakukan
memberikan dilakukan
aksi yang
baik namun
pengenceran
dalam
untuk menurunkan iritasi jaringan
periapeks.
kombinasi
hipoklorit
5%
biasanya
penggunaannya
saat berkontak dengan
RC Prep yan.,g merupakan
fungsi EDTA dan urea peroksidase
evaluasi
penyembuhan
membantu menghilangkan debris. Pengisian
saluran
NaOCl
untuk
jaringan
radiografis (menunjukkan
pembentukan
respon yang baik, maka splinting evaluasi hingga
terjadi penyembuhan. Seltzer dkk menyebutkan bahwa lesi endo-
akar yang dilakukan
perio dengan sumber primer dari endodontik dan
pada kasus ini dilakukan dengan kon tunggaI FS
keterlibatan
pada saluran akar sesuai file apikal utama pada
perawatan
preparasi saluran akar dengan menggunakan siler
evaluasi
endomethasone
untuk dilakukan perawatan periodontal.
Endomethasone
Penggunaan
Eugenol pada kasus ini karena
kandungan paraformaldehyde fungisid
serta
fiksasi
hydrocortisone
sebagai disinfektan,
jaringan.
ace tat
tulang).
Jika pad a kontrol diketahui kegoyangan gigi belum
4
eugenol.
dan
secara klinis (berkurangnya kegoyangan gigi) dan
terse but diganti dan dilanjutkan
dengan
resin
dapat dilakukan setelah 1, 3, dan 6 bulan baik
larutan berbusa yang akan meningkat irigasi
dan
berkurangnya kegoyangan gigi. Evaluasi tersebut
menunjukkan
dilakukannya
wire
akan dilepas setelah
sebagai chelating dan irigasi akan menghasilkan dengan
12
Sedangkan
adalah
golongan
periodontal saluran
hams didahului dengan
akar.
Kemudian
dilakukan
selama 3 bulan dan dipertimbangkan
Evaluasi pada kasus terse but dua minggu setelah pengisian saluran akar menunjukkan bahwa keluhan subjektif pasien telah hilang dan pada pemeriksaan objektif menunjukkan
kortikosteroid yang memiliki fungsi antiinflamasi.
sensitivitas
Sehingga diharapkan
.Sedangkan probing pada sulkus yang mengalami
penggunaan
siler terse but
pada lesi endo-perio dapat mempercepat penyembuhan.
defek tidak terjadi
palpasi
dan
pendangkalan
perkusi.
yang berarti
belum menunjukkan perbaikan yang berarti.
dilanjutkan
dengan
komposit
sebagai
Penegakan diagnosis yang tepat untuk lesi
selama tiga bulan
endo-perio harus dilakukan dengan tepat sehingga
periodontium.
Jika
rencana perawatan dapat ditentukan lebih akurat,
terdapat proses penyembuhan
yang baik maka
efektif dan efisien. Perawatan ulang saluran akar
dilanjutkan
definitif
berupa
pada lesi endodontik primer dengan keterlibatan
diperkuat
sekunder periodontal disertai penggunaan splinting
pembuatan
Kemudian
proses
terhadap
tidak adanya
restorasi
restorasi sementara
resin evaluasi
terhadap perbaikan jaringan
dengan
restorasi
mahkota tiruan cekat metal porselen
dengan pasak fiber. Indikasi penggunaan
pasak
wire komposit dapat memberikan prognosis yang
adalah j ika gigi telah keh ilangan j aringan keras gigi
lebih baik karena akan mengurangi
korona yang cukup banyak. Pasakfiber digunakan
gigi dan meningkatkan
untuk menambah retensi inti ke dalam saluran akar
tingkat keberhasilan
kegoyangan
I
I
kestabilan. Pada akhirnya perawatan
lesi endo-perio
I
,
6. Newman, Michael G; dkk. Carranza's Clinical Periodontology, 10th Ed. Philadelphia: W.B.
dapat lebih diprediksi tingkat penyembuhannya. Perlu adanya evaluasi jangka panjang pada kasus ini setidaknya hingga 6 bulan bahkan satu tahun ke depan
untuk
melihat
keberhasilan
perawatan
jangka panjang.
1.
2.
3.
4. 5.
Daftar Pustaka Torabinejad M, Walton RE. Principles and Practice of Endodontics.s" ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. 2002: 466-483. Shenoy N, Shenoy A. Endo-perio lesions: Diagnosis and Clinical Considerations. Indian Journal of Dental Research, 2010. Torabinejad M. Hubungan kelainan Endodonsi dan Periodonsi dalam Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia edisi 3. Alih bahasa: Prof. Dr. Narlan Sumawinata, drg., Sp. KG (K). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EOC. 2003: 579-595. Weine, Franklin S. Endodontic Therapy, 5th Ed. Missouri: Mosby-Year Book Inc. 1996. Bruce R. Interrelationship of Pulpal and Periodontal Diseases in: Kenneth M. Hargreaves (editor). Seltzer & Benders Dental Pulpa .. Quintessence Publishing Co, Inc. 2002: 411-422.
r
•
_-.,.
- Ge
UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS KEDOKTERAN
Jl. Salemba Raya tlo.4. Jal
t62.21.3f9:!.(l27C.3151(1'..5
GIG)
F.52 21.31931412
- Gedung Rumpun Arn~ Kesetlaian UI
G~~g A, KampusUI Depok16424 E. dek3nal.hy"i~Li.ddu Il'Iww.fkg.ui.ac.id
Lampiran 8 LEMBAR BASIL PENILAIAN SEJA WAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW KARYA ILMIAH : PROSIDING'
Judul karya ilmiah ( paper)
: Splinting
Sebagai
Imobilisasi
Dengan Kelainan Endo-Perio Jumlah Penulis
: 20rang
Status Pengusul
: penelis pertama/penulis
Pada
Perawatan
Ulang
Saluran
Akar
Pada
Gigi
Goyang Derajat Tiga
ke 2 /pemilis korespodensi
**
Identitas prosiding a. Judul Prosiding b. ISBNIISSN ~. Tahun Terbit, Tempat Pelaksanaan d. Penerbit/organiser e. Alamat repository PT/web prosiding f Terindeks di (jikaada) Kategori Publikasi Makalah (beri -/ pada kategori yang tepat)
D
G
: Kongres IKORGI IX : 978-602-19108-0-1 : 2011, Surabaya :IKORGI : htto://v"ww. slaffui.ac. id
Prosiding Forum Ilmiah Internasional Prosiding Forum Ilmiah Nasional
Hasil Penilaian Peer Review' Nilai MaksimalProsiding Komponen Yang Dinilai a.
Kelengkapan
unsur isi paper (10%)
b. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%) c. Kecukupan dan kemutahiran data/informasi dan metodologi (30%) d. Kelengkapan unsur dan kualitas terbitan/prosiding (300/0) Total = (100%) Nilai Pengusul =
Internasional
0
Nasional
QJ
Nilai Akhir Yang Diperoleh
(~
~g c9-CJ ;/.0)
~
( .jh) ~
Catatan
Penilaian
Jakarta,
2016
paper oleh Reviewer:
~:~:~:g:~ J~ . ~.~.~~~l\~~~~.~.~ . 2
NIP
*~ :
Unit kerja "dinilai oleh dua Reviewer secara terpisah **coret yang tidakperlu