DAFTAR SINGKATAN
Singkatan
Nama
TI
Teknologi Informasi
PLN DJB
PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) Distribusi Jawa Barat
APD
Area Pengatur Distribusi
BUMN
Badan Usaha Milik Negara
EA
Enterprise Architecture
TOGAF
The Open Group Architecture Framework
ADM
Architecture Development Method
RKAP
Rencana Kerja Anggaran Perusahaan
RUPTL
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
PRK
Program Rencana Kerja
RACI
Responsible, Accountable, Conlsulted, Informed
GM
General Manager
BI
Business Intelligence
xiv
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi (TI) yang begitu pesat memiliki pengaruh yang besar bagi suatu perusahaan dalam menjalankan proses bisnis. TI sudah menjadi “business enabler” yang terintegrasi dengan strategis perusahaan. Banyak perusahaan melakukan transformasi dari sisi proses bisnis sampai sistem informasinya sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan tersebut. Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan suatu enterprise architecture yang dapat membantu mengambil keputusan bisnis dan TI jangka panjang yang mencakup keseluruhan organisasi. Berdasarkan website resmi milik PT. PLN (Persero), PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat (PLN DJB), adalah perusahaan penyediaan tenaga listrik yang menjangkau lebih dari 42.196 km² yang meliputi Propinsi Jawa Barat. Jumlah konsumen yang mencapai lebih dari 9 juta pelanggan, atau 22 % dari jumlah pelanggan PLN secara nasional, menjadikan PLN DJB merupakan Unit PLN terbesar di Indonesia. Wilayah dan beban kerja yang sedemikian besarnya, dikelola oleh Unit-unit Pelaksana Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) dan Area Pengatur Distribusi (APD), dengan komposisi sebagai berikut: a. Area Pelayanan Jaringan (Area): 17 Unit b. Area Pengatur Distribusi (APD): 1 Unit c. Unit Pelayanan dan Jaringan (Rayon): 100 Unit d. Unit Pelayanan dan Jaringan Prima (Rayon Prima): 7 Unit e. Kantor Pelayanan (KP): 191 KP
PT. PLN (Persero) mempunyai tujuan untuk kepuasan pelanggan. Melihat dari tujuan perusahaan maka sangat dituntut untuk benar-benar memperhitungkan perencanaan sistem kelistrikaan. PT PLN (Persero), selanjutnya disebut PLN, sebagai sebuah perusahaan listrik yang merencanakan dan melaksanakan proyekproyek kelistrikan dengan lead time panjang, sehingga PLN secara alamiah perlu mempunyai sebuah rencana pengembangan sistem kelistrikan yang berjangka
1
panjang. Perlunya PLN mempunyai rencana pengembangan sistem kelistrikan jangka panjang juga didorong oleh keinginan PLN untuk mempunyai rencana investasi yang efisien, dalam arti PLN tidak melaksanakan sebuah proyek kelistrikan tanpa didasarkan pada perencanaan yang baik. Hal ini penting dilakukan karena keputusan investasi di industri kelistrikan akan dituntut manfaatnya dalam jangka panjang. Untuk mencapai hal tersebut PLN menyusun sebuah dokumen perencanaan sepuluh tahunan ke depan yang disebut Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, atau RUPTL. Pada PLN DJB, bidang yang bertanggungjawab atas perencanaan sistem kelistrikan adalah Bidang Perencanaan. Bidang Perencanaan merupakan salah satu penyusun Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). RUPTL disusun untuk memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang menyatakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum dilaksanakan sesuai dengan Rencana Umum Ketenagalistrikan dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Perencanaan sistem kelistrikan sangat dipengaruhi oleh perkiraan kebutuhan permintaan akan listrik dan kebutuhan beban yang harus dicapai untuk memenuhi permintaan tersebut. Perkiraan inilah yang menggambarkan keberhasilan atau kegagalan perencanaan sistem kelistrikan dalam upaya mencapai tujuannya yaitu menyediakan tenaga listrik untuk pelanggan. Melihat begitu sulitnya memperkirakan kebutuhan untuk perencanaan sistem kelistrikan, peran TI sangat dibutuhkan. Dengan menggunakan TI, penggunaan tidak hanya untuk sekedar melihat perkiraan kebutuhan permintaan akan listrik tetapi juga dapat melihat perkiraan kebutuhan beban yang harus dipenuhi untuk melayani permintaan tersebut. Selain perencanaan sistem kelistrikan yang begitu penting bagi perusahaan, pengelolaan TI tidak kalah pentingnya. Pada PLN DJB, bidang yang bertanggungjawab
atas
penyusunan
perencanaan
korporat
serta
RKAP,
perencanaan sistem kelistrikan, dan pengembangan aplikasi sistem informasi adalah Bidang Perencanaan. Adapun penyusunan strategi pengembangan teknologi
2
informasi dan di PLN DJB mengacu pada Peraturan Menteri BUMN No. PER02/MBU/2013 tentang panduan penyusunan pengelolaan teknologi informasi BUMN. Pada Pasal 2 Ayat 1 mengenai Tata Kelola Teknologi Informasi, yang berbunyi “Pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi BUMN dilakukan berdasarkan pada tata kelola teknologi informasi (TI).” Lebih lanjut, Peraturan Menteri pun menjabarkan peranan dari pengelolaan TI. Dukungan TI menjadi sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan kapabilitas perusahaan dalam memberikan kontribusi bagi penciptaan nilai tambah, service excellent serta pelaksanaan operasional perusahaan yang efisien, efektif dan optimal. Perkembangan TI disamping menawarkan kemudahan, fleksibilitas, dan membuka potensi berbagai peluang bisnis baru juga memiliki risiko yang harus dikelola dengan optimal. Pengelolaan informasi, sistem informasi dan komunikasi yang efektif menjadi faktor kritikal dalam kesuksesan perusahaan disebabkan antara lain: a. Potensi TI berperan dalam sistem dan pengendalian operasional yang dapat mendorong transformasi perusahaan dan bisnis secara berkelanjutan, b. Penyebaran dan ketergantungan pada informasi dan layanan serta infrastruktur teknologi informasi, c. Peningkatan skala dan biaya investasi teknologi saat ini dan masa mendatang, d. Perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) & organisasi.
Kondisi pengelolaan TI PLN DJB dirasa belum optimal, kompleksitas aplikasi dan infrastruktur menambah sulitnya pengelolaan TI. Oleh karena itu, dibutuhkan TI yang mampu membantu Bidang Perencanaan dalam mengelola Teknologi Informasi. TI ini memiliki beberapa fungsi seperti fungsi Help Desk, fungsi Konfigurasi, dan fungsi Insiden Layanan TI. Fungsi Help Desk merupakan pengelolaan fungsi layanan untuk penerimaan laporan insiden, gangguan, keluhan, dan permintaan layanan TI. Fungsi Konfigurasi merupakan proses pengelolaan pencatatan konfigurasi sistem layanan TI baik berupa aplikasi maupun infrastruktur serta tata cara perubahan konfigurasi yang diperlukan. Fungsi Insiden Layanan TI
3
merupakan proses pengelolaan insiden layanan TI yang berupa penerimaan laporan insiden, penanganan insiden, eskalasi dan pelaporan insiden layanan TI. Mengacu kepada permasalahan di atas, maka diperlukan suatu metode yang dapat membantu perusahaan dalam melakukan pengembangan suatu Enterprise Architecture (EA) guna menciptakan keunggulan kompetitif melalui TI dan dapat mengatasi beberapa masalah yang terjadi. EA dapat digunakan untuk membantu dalam mengelola dan mengontrol TI. Untuk dapat mengimplementasikan EA, digunakan sebuah framework sebagai acuan dalam pengelolaan sistem informasi yang kompleks. Framework yang digunakan pada penelitian ini adalah TOGAF ADM, karena framework tersebut terstruktur dan fleksibel terhadap perubahan. Berdasarkan dari penjelasan diatas, untuk mengatasi permasalahan dalam pembuatan aplikasi serta infrastruktur yang mampu mendukung proses bisnis dan pengelolaan TI dibuatlah solusi berdasarkan EA yang dibuat pada Bidang Perencanaan dan Bidang Keuangan di PLN DJB. I.2. Perumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana rancangan EA dari fase Preliminary sampai fase Opportunities and Solutions pada Bidang Perencanaan dan Bidang Keuangan di PLN DJB menggunakan framework TOGAF ADM? 2. Bagaimana roadmap implementasi usulan rancangan Enterprise Architecture pada Bidang Perencanaan dan Bidang Keuangan PLN DJB? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan sekumpulan artifak fase Preliminary, Architecture Vision, Business Architecture, Information System Architecture, Technology Architecture dan Opportunities and Solutions yang nantinya akan dihasilkan produk akhir berupa roadmap pengembangan TI pada Bidang Perencanaan dan Bidang Keuangan di PLN DJB.
4
I.4. Batasan Masalah Adapun batasan permasalahan yang dibahas pada penelitian ini, yaitu penelitian ini terbatas pada analisis dan perencanaan tidak termasuk pada tahap implementasi. I.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu: 1. Memberikan
hasil
penelitian
berupa
artifak
EA
dan
roadmap
pengembangan TI sebagai dasar pengembangan sistem informasi yang baru bagi proses bisnis pada Bidang Perencanaan dan Bidang Keuangan di PLN DJB. 2. Menjadi bahan referensi untuk pembuatan EA kedepannya.
I.6. Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang landasan pemikiran perancangan EA pada Bidang Perencanaan dan Bidang Keuangan di PLN DJB. Berisi latar belakang mengapa dibutuhkan EA pada penelitian ini, permasalahan yang ingin dipecahkan, tujuan dari penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan tentang kajian pustaka baik dari buku-buku ilmiah, maupun sumber-sumber lain yang mendukung dan menunjang penelitian ini.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi langkah-langkah penelitian yang akan diterapkan pada pelaksanaan penelitian serta metodologi yang digunakan.
BAB IV
IDENTIFIKASI KONDISI PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan metode pengumpulan data yang diperlukan dalam perancangan EA. Selain itu, pada bab ini memaparkan objek penelitian yaitu Bidang Perencanaan dan Bidang Keuangan di PLN DJB.
5
BAB V
PERANCANGAN ENTERPRISE ARCHITECTURE Bab ini berisi perancangan EA dari fase Preliminary sampai fase Opportunities and Solutions pada Bidang Perencanaan dan Bidang Keuangan di PLN DJB menggunakan framework TOGAF ADM.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini memberikan kesimpulan tentang perancangan EA pada Bidang Perencanaan dan Bidang Keuangan di PLN DJB, serta saran untuk untuk pembuatan EA kedepannya.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1.
Penelitian Terkait
Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Judul
: Perencanaan Strategis Teknologi Informasi pada Sektor Publik
Menggunakan
Kerangka
The
Open
Group
Architecture Framework (TOGAF) Pengarang
: Mario Glendi Kasenda
Penelitian tersebut melakukan perencanaan strategis TI pada Sektor Publik. Implementasi SI/TI di sektor publik adalah bagaimana integrasi antara kegiatan organisasi dan kebutuhan infrastruktur SI/TI dalam fungsi bisnis yang dijalankan. Dampak dari itu semua, organisasi menerapkan SI/TI dengan hanya memperhatikan kebutuhan sesaat dan memungkinkan penerapan SI/TI yang saling tumpang tindih. Penyebab utama dari kegagalan suatu organisasi dalam menerapkan SI/TI adalah kurangnya perencanaan yang matang terhadap implementasi SI/TI. Tanpa perencanaan yang jelas, maka investasi SI/TI yang hendak dilakukan akan berjalan tanpa arah, memberikan kontribusi yang tidak maksimal dan tidak selaras dengan tujuan yang ingin diraih. Dalam rangka menurunkan kesenjangan tersebut, maka diperlukan sebuah kerangka kerja dalam merencanakan, merancang, dan mengelola infrastruktur SI/TI yang disebut dengan enterprise architecture (EA). Pemilihan EA adalah karena EA dipandang sebagai sebuah pendekatan logis, komprehensif, dan holistik untuk merancang dan mengimplementasikan sistem dan komponen sistem secara bersamaan. Metodologi yang digunakan adalah TOGAF ADM tahapan Architecture Vision sampai dengan Opportunities and Solutions yang menyediakan tahapan proses dalam pengembangan arsitektur enterprise yang berbasis pada infrastruktur TI. Hasil dari penelitian tersebut akan menghasilkan
7
sebuah blueprint EA yang dapat digunakan oleh sektor publik khususnya perguruan tinggi negeri dalam membangun suatu arsitektur SI/TI. 2. Judul
: Perancangan Infrastruktur Teknologi Informasi Adaptif pada Universitas Lampung
Pengarang
: Gigih Forda Nama
Penelitian tersebut bertujuan merancang infrastruktur teknologi informasi yang bersifat adaptif berdasarkan kerangka kerja The Open Group Architecture Framework (TOGAF) Architecture Development Method (ADM) dengan studi kasus di Unila. Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut; (1) Dari hasil perancangan menggunakan kerangka kerja TOGAF ADM diperoleh 9 area fungsional bisnis, dan 12 kandidat aplikasi yang diusulkan untuk dikembangkan Unila. (2) Menghasilkan 11 prinsip pengembangan arsitektur teknologi informasi. (3) Mengacu pada portofolio aplikasi masa depan (Mc Farlan Grid), dihasilkan 6 aplikasi dalam kuadran strategic (SIAKAD-T, E-LIBRARY, SIPADU-T, DSS, SIPPM-T, KMS), 2 aplikasi kuadran operasional (PMST, CRM), 4 aplikasi kuadran support (MNC-T, NOPEC-T, EMAILSYSTEM, SSO). (4) Hasil perancangan infrastruktur pada penelitian ini menghasilkan rancangan infrastruktur TI yang bersifat adaptif berbasis teknologi cloud computing. II.2.
Definisi Enterprise Architecture
Enterprise architecture menurut Pusat Riset Sistem Informasi di Massachusetts Institute of Technology (1861) adalah tentang mengorganisasikan proses bisnis dan infrastruktur teknologi informasi yang diintegrasikan dan distandarisasi tergantung kepada visi misi dan model operasional perusahaan. Model operasional adalah model yang paling cocok dengan integrasi dan standarisasi proses bisnis untuk mendistribusikan produk atau layanan perusahaan kepada konsumen. II.3.
Manfaat Penerapan Enterprise Architecture
Tugas EA adalah untuk menerjemahkan lebih luas prinsip-prinsip, kemampuan, dan tujuan yang ditetapkan dalam strategi ke dalam sistem dan proses yang memungkinkan perusahaan untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut. 8
EA digunakan oleh staf TI karena memberikan bimbingan yang dapat ditindaklanjuti untuk menerapkan sistem informasi yang diperlukan dan mengubah suatu perusahaan ke kondisi target yang diinginkan. Namun, EA juga digunakan untuk komunikasi, analisis dan pengambilan keputusan oleh eksekutif, manajer dan stakeholder lainnya Manfaat yang paling banyak dikutip dari literatur dan wawancara kelompok mencakup: a. mengurangi biaya b. memberikan pandangan holistik dari perusahaan c. peningkatan keselarasan bisnis dengan TI d. memperbaiki manajemen perubahan e. memperbaiki manajemen risiko f. memperbaiki interoperabilitas dan integrasi g. mempersingkat waktu siklus.
Gambar 2.1 Manfaat EA dikategorikan menurut model Giaglis (Niemi, Eetu., 2006)
9
Menurut kategorisasi pada Gambar 2.1, tantangan dalam mengevaluasi dan mengukur manfaat EA adalah sebagian besar manfaat bersifat indirect dan strategis. Apabila manfaat dapat dengan jelas diukur, sulit mengatakan bahwa itu hasil dari penerapan EA. II.4.
The Open Group Architecture Framework (TOGAF)
The Open Group Architecture Framework (TOGAF) adalah sebuah framework untuk membangun suatu arsitektur enterprise. TOGAF menyediakan metodemetode dan tools untuk membantu proses serah terima (acceptance), produksi, penggunaan dan maintenance suatu arsitektur enterprise. TOGAF berbasiskan model proses yang iteratif (berulang)yang didukung oleh best practices dan sekumpulan asset arsitektur eksisiting yang dapat digunakan kembali (reusable). Menurut The Open Group (2007), ada empat jenis arsitektur yang umumnya diterima sebagai bagian dari keseluruhan arsitektur enterprise, yaitu arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi. Kombinasi arsitektur data dan arsitektur aplikasi disebut juga sebagai arsitektur sistem informasi. Sebenarnya TOGAF secara asli dirancang untuk mendukung arsitektur teknologi. Tetapi TOGAF semakin berkembang dan kemudian mendukung keempat jenis arsitektur tersebut. TOGAF memiliki sejumlah komponen sebagai berikut: a.
Architecture Development Method (ADM) - komponen inti dari TOGAF yang menguraikan langkah-langkah dalam mengembangkan arsitektur perusahaan.
b.
ADM Guidelines and Techniques - komponen ini terdiri atas kumpulan petunjuk dan teknik dalam mengaplikasikan TOGAF ADM.
c.
Architecture Content Framework - komponen ini mendeskripsikan content framework dari TOGAF yang terdiri atas metamodel artifak, building blocks, dan deliverables.
d.
Enterprise Continuum and Tools - komponen ini merupakan “tempat penyimpanan virtual” dari semua aset arsitektur - meliputi model, pola, penjelasan arsitektur, dan sebagainya - yang terdapat dalam perusahaan
10
serta industri teknologi informasi secara umum. Aset tersebut diyakini perusahaan harus tersedia untuk pengembangan arsitektur. Pada fase yang relevan
sepanjang
TOGAF
ADM,
terdapat
peringatan
untuk
mempertimbangkan aset arsitektur apa dari TOGAF Enterprise Continuum yang harus dipakai arsitek jika tersedia. e.
TOGAF Reference Models (RM) - komponen ini memuat architectural reference models yang mencakup TOGAF Foundation Architecture dan The Integrated Information Infrastructure RM.
f.
Architecture Capability Framework - komponen ini memuat proses, keahlian, peran dan tanggung jawab dalam organisasi yang dibutuhkan agar arsitektur dapat berfungsi.
ADM adalah fitur penting yang memungkinkan perusahaan mendefinisikan kebutuhan bisnis dan membangun arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan itu. ADM terdiri dari tahapan-tahapan yang dibutuhkan dalam membangun arsitektur enterprise, tahapan-tahapan ADM diperlihatkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 TOGAF ADM (The Open Group, 2011) 11
Sebagai komponen inti, TOGAF ADM menyediakan serangkaian proses iteratif mulai dari menyusun arsitektur, transisi, hingga mengelola proses realisasi arsitektur. TOGAF ADM terdiri atas sepuluh fase sebagai berikut: Preliminary Phase - fase ini mencakup aktivitas persiapan untuk menyusun
1.
kapabilitas arsitektur termasuk kustomisasi TOGAF dan mendefinisikan prinsipprinsip arsitektur. Tujuan fase ini adalah untuk menyakinkan setiap orang yang terlibat di dalamnya bahwa pendekatan ini untuk menyukseskan proses arsitektur. Pada fase ini harus menspesifikasikan who, what, why, when, dan where dari arsitektur itu sendiri. a.
What adalah ruang lingkup dari usaha.
b.
Who adalah siapa yang akan memodelkannya, siapa orang yang akan bertanggung jawab untuk mengerjakan arsitektur tersebut, dimana mereka akan dialokasikan dan bagaimana peranan mereka.
c.
How adalah
bagaimana
mengembangkan
arsitekture
enterprise,
menentukan framework dan metode apa yang akan digunakan untuk menangkap informasi. d.
When adalah kapan tanggal penyelesaian arsitektur
e.
Why adalah mengapa arsitektur ini dibangun. Hal ini berhubungan dengan tujuan organisasi yaitu bagaimana arsitektur dapat memenuhi tujuan organisasi. Phase A: Architecture Vision - fase ini merupakan fase inisiasi dari siklus
2.
pengembangan arsitektur yang mencakup pendefinisian ruang lingkup, identifikasi stakeholders, penyusunan visi arsitektur, dan pengajuan persetujuan untuk memulai pengembangan arsitektur. Beberapa tujuan dari fase ini adalah: a.
Menjamin evolusi dari siklus pengembangan arsitektur mendapat pengakuan dan dukungan dari manajemen enterprise.
b.
Mensyahkan prinsip bisnis, tujuan bisnis dan pergerakan strategis bisnis organisasi.
12
c.
Mendefinisikan
ruang
lingkup
dan melakukan
identifikasi
dan
memprioritaskan komponen dari arsitektur saat ini. d.
Mendefiniskan kebutuhan bisnis yang akan dicapai dalam usaha arsitektur ini dan batasannya.
e.
Menghasilkan visi arsitektur yang menunjukan respon terhadap kebutuhan dan batasannya.
Beberapa langkah yang dilakukan pada fase ini adalah: 1.
Menentukan atau menetapkan proyek
2.
Mengindentifikasi tujuan dan pergerakan bisnis. Jika hal ini sudah didefinisikan, pastikan definisi ini masih sesuai dan lakukan klarifikasi terhadap bagian yang belum jelas.
3.
Meninjau prinsip arsitektur termasuk prinsip bisnis. Meninjau ini berdasarkan arsitektur saat ini yang akan dikembangkan. Jika hal ini sudah didefinisikan, pastikan definisi ini masih sesuai dan lakukan klarifikasi terhadap bagian yang belum jelas.
4.
Mendefinisikan apa yang ada di dalam dan di luar rungan lingkup usaha saat ini.
5.
Mendefinisikan batasan-batasan seperti waktu, jadwal, sumber daya dan sebagainya.
6.
Mengindentifikasikan stakeholder, kebutuhan bisnis dan visi arsitektur.
7.
Mengembangkan Statement of Architecture Work. Phase B: Business Architecture - fase ini mencakup pengembangan
3.
arsitektur bisnis untuk mendukung visi arsitektur yang telah disepakati. Pada tahap ini tools dan method umum untuk pemodelan seperti: Integration Definition (IDEF) dan Unified Modeling Language (UML) bisa digunakan untuk membangun model yang diperlukan. Beberapa tujuan dari fase ini adalah: a.
Menguraikan deskripsi arsitektur bisnis dasar.
13
b.
Mengembangkan arsitektur bisnis tujuan, menguraikan strategi produk dan/atau service dan aspek geografis, informasi, fungsional dan organisasi dari lingkungan bisnis yang berdasarkan pada prinsip bisnis, tujuan bisnis dan penggerak strategi.
c.
Menganalisi gap antara arsitektur saat ini dan tujuan.
d.
Memilih titik pandang yang relevan yang memungkinkan arsitek mendemokan bagaimana maksud stakeholder dapat dicapai dalam arsitektur bisnis.
e.
Memilih tools dan teknik relevan yang akan digunakan dalam sudut pandang yang dipilih.
Beberapa langkah yang dilakukan di fase ini adalah: 1.
Mengembangkan deskripsi asitektur bisnis saat ini untuk mendukung arsitektur bisnis target.
4.
2.
Mengindentifikasi reference model, sudut pandang dan tools
3.
Melengkapi arsitektur bisnis
4.
Melakukan gap analisis dan membuat laporan Phase C: Information Systems Architectures - Pada tahapan ini lebih
menekankan pada aktivitas bagaimana arsitektur sistem informasi dikembangkan. Pendefinisian arsitektur sistem informasi dalam tahapan ini meliputi arsitektur data dan arsitektur aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitektur data lebih memfokuskan pada bagaimana data digunakan untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan. Teknik yang bisa digunakan dengan yaitu: ER-Diagram, Class Diagram, dan Object Diagram. Tujuan dari fase ini adalah mengembangkan arsitektur tujuan dalam domain data dan aplikasi. Ruang lingkup dari proses bisnis yang didukung dalam fase C dibatasi pada proses-proses yang didukung oleh TI dan interface dari proses-proses yang berkaitan dengan non-TI. Implementasi dari arsitektur ini mungkin tidak perlu dalam urutan yang sama, diutamakan terlebih dahulu yang begitu sangat dibutuhkan.
14