DAFTAR SINGKATAN
APEC
: Asia-Pacific Economic Cooperation
ASEAN
: Association of Southeast Asian Nations
EC
: European Commission
ECB
: European Central Bank
ECOFIN
: Economic and Financial Affairs Council
EFSM
: European Financial Stability Mechanism
EMU
: European Monetary Union
EU
: European Union
GDP
: Growth Domestic Product
IDA
: Irish Development Authority
IMF
: International Monetary Fund
MoU
: Memorandum of Understanding
NAFTA
: North American Free Trade Agreement
TFEU
: Treaty of the Function of the European Union
UE
: Uni Eropa
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Uni Eropa (UE) sebagai bentuk kerjasama regional dapat dikatakan paling
sempurna jika dibandingkan dengan kerjasama berdasarkan regional seperti NAFTA, ASEAN, dan APEC. Uni Eropa berhasil melupakan sejarah kelam Perang Dunia I dan II yang melibatkan antar negara eropa untuk kemudian bekerjasama agar mencegah terjadinya konflik. Proses pembentukan UE berhasil membangun pilar kokoh dalam hal ekonomi, politik-keamanan, dan sosial budaya membuat landasan kerjasama antar anggota UE semakin kuat. UE sebagai regionalisme mewadahi setiap kepentingan negara anggotanya dimana setiap keikutsertaan negara anggota dalam UE diharapkan memberikan keuntungan dan dapat memicu pertumbuhan ekonomi bagi negara anggota dan juga kawasan eropa. Meskipun begitu, UE juga harus memastikan setiap negara anggota menjalankan kebijakan yang tidak merugikan UE sebagai satu kesatuan integritas eropa dimana semua tindakan satu negara akan menjadi tanggung jawab dan konsekuensi bagi negara anggota lain. Krisis ekonomi di sejumlah negara eropa seperti krisis fiskal di Yunani, krisis perbankan di Irlandia, dan defisit anggaran di Spanyol, Italia, serta Portugal memicu krisis yang terjadi di Eropa. Krisis ekonomi di Irlandia yang dimulai pada tahun 2008 akibat krisis perbankan dan defisit anggaran tidak hanya menciptakan krisis di domestik Irlandia, namun secara tidak langsung mempengaruhi atau mempuyai dampak terhadap terjadinya krisis eropa di mana Irlandia tergabung dalam “zona euro” uni eropa. Kredit macet perbankan memaksa Irlandia mengeluarkan dana talangan untuk mengembalikan kepercayaan pasar terhadap perekonomian. Upaya 1
dana talangan yang dilakukan Irlandia mempunyai implikasi terhadap anggaran belanja Irlandia yang mengalami defisit sehingga memicu uni eropa untuk melakukan intervensi terkait pemberian bantuan dana talangan untuk menyelamatkan perekonomian Irlandia dari ancaman kebangkrutan. Usaha intervensi yang dilakukan oleh Uni Eropa untuk memberikan dana talangan sangat menarik untuk dibahas karena upaya tersebut tidak hanya menyelamatkan Irlandia dan Uni Eropa dari ancaman krisis ekonomi yang berkepanjangan, tetapi juga dapat menunjukkan seberapa kuat integrasi kerjasama badan Uni Eropa dan anggota – anggota di dalamnya untuk terlibat dan berperan aktif dalam menyelesaikan krisis ekonomi tersebut. Selain itu, krisis Irlandia memberikan pelajaran bagi Uni Eropa tentang kelemahan euro sebagai bentuk integrasi ekonomi Uni Eropa. Untuk itu, muncul pertanyaan apakah dampak dan pelajaran dari krisis ekonomi Irlandia terhadap integrasi kerjasama Uni Eropa. Setelah melihat dampak dan pengaruh krisis ekonomi Irlandia terhadap Uni Eropa, maka selanjutnya akan dapat dilihat urgensi kepentingan dan upaya Uni Eropa untuk menyelesaikan krisis ekonomi di Irlandia serta pelajaran yang didapat oleh Uni Eropa dari krisis Irlandia untuk memperkuat integrasi Uni Eropa di masa mendatang. Krisis ekonomi yang melanda Irlandia sejak tahun 2008 akibat kredit macet perbankan dan defisit anggaran juga membuat negara anggota UE lainnya untuk menerima konsekuensi dan bertanggungjawab untuk ikut serta menyelesaikan krisis ekonomi Irlandia. Kebijakan penyelesaian krisis ekonomi Irlandia menjadi penting bagi UE karena krisis tersebut dapat memberikan dampak yang buruk bagi kondisi dan stabilitas ekonomi negara anggota UE lainnya dan secara keseluruhan wilayah eropa. Kegagalan UE dalam menyelesaikan krisis ekonomi Irlandia dapat memberikan citra atau dampak yang negatif bagi integritas kerjasama UE di dunia internasional.
2
Tulisan ini berusaha melihat peran UE dalam menangani krisis ekonomi Irlandia tahun 2008 dan melihat alasan pentingnya UE untuk secara langsung membantu pemerintah Irlandia dalam menyelesaikan krisis ekonomi.
B.
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang kami ajukan adalah ”Bagaimana peran Uni Eropa
dalam menangani krisis ekonomi di Irlandia tahun 2008 - 2011?”
C.
Landasan Konseptual Untuk menjawab rumusan masalah diatas, penulis mencoba menggunakan
konsep serta teori yang erat kaitannya dengan krisis finansial yang terjadi di Irlandia serta pengaruhnya terhadap negara-negara anggota Uni Eropa lainnya yang terkena imbas dari adanya krisis ekonomi di Irlandia tersebut. Pertama, Konsep Interdependensi Global yang terbentuk seiring dengan perkembangan arus globalisasi. Globalisasi dan Revolusi Informasi (teknologi, transportasi, dan komunikasi) menciptakan kondisi interdependensi global antara negara dan masyarakat suatu negara dengan negara lain. Joseph S. Nye menyatakan bahwa kondisi interdependensi global yang didefinisikan sebagai mutual sensitivity dan mutual vulnerability antar unit dalam sistem internasional mempunyai implikasi dimana kondisi atau keadaan serta kebijakan dan keputusan yang dibuat oleh satu negara akan mempengaruhi atau mempunyai konsekuesi bagi negara lain. 1 Sejalan dengan konsep interdependensi global, Robert Gilpin melihat masa depan politik ekonomi dunia salah satunya dengan “the sovereignty – at – bay 1
Joseph S. Nye, Jr, Understanding International Conflicts: An Introduction to Theory and
History, Pearson Longman, New York, 2007, p. 210 – 215.
3
model”. Menurut model ini, meningkatnya intedependensi negara secara ekonomi akan membuat batas negara menjadi kabur sehingga untuk kepentingan efisiensi dan kesejahteraan ekonomi domestik, maka negara akan membuka jalan bagi investasi asing, perusahaan multinasional, pasar keuangan (eurodollar), dan institusi internasional untuk memberikan solusi atau keadaan ekonomi yang cocok bagi ekonomi negara tersebut.2 Secara tidak langsung, ekonomi domestik negara akan meningkat dengan peran pasar, tetapi disisi lain saat terjadi permasalahan ekonomi yang tidak dapat diselesaikan, negara membutuhkan peran pasar dan institusi internasional untuk menyelesaikan krisis ekonomi sehingga kondisi ekonomi dapat terjaga. Ketika konsep interdependensi global ini diterapkan untuk menjelaskan krisis ekonomi perbankan dan defisit anggaran di Irlandia, maka konsep ini akan menjelaskan bagaimana dengan terjadinya krisis ekonomi perbankan serta defisit anggaran di Irlandia tersebut akan menimbulkan efek domino yang akan menjalar ke negara-negara anggota Uni Eropa lainnya. Hal ini disebabkan karena Irlandia merupakan salah satu negara anggota Uni Eropa serta negara pengguna mata uang Euro yang tergabung didalam “eurozone”. Konsep interdependensi global ini nantinya akan digunakan untuk melihat sejauh mana keterkaitan antara krisis ekonomi perbankan dan defisit anggaran yang terjadi di Irlandia dengan perekonomian negara-negara anggota Uni Eropa lainnya. Sebab, tidak dapat dipungkiri dengan adanya sistem moneter tunggal yang diterapkan oleh Uni Eropa untuk menjalankan perekonomian negara-negara anggotanya, maka hal tersebut akan mengakibatkan dampak negatif yang juga akan dirasakan oleh negara-negara anggota Uni Eropa lainnya.
2
Robert Gilpin. „Can the Interdependent World Political Economy Survive? Three
Perspectives on The Future‟, dalam Charles W. Kegley, JR & Eugene R. Wittkopf (ed.), The Global Agenda: Issues and Perspectives, Random House, New York, 1984, halaman 224 – 230.
4
Kemudian, teori yang akan digunakan untuk menjelaskan krisis yang terjadi di Irlandia adalah teori Debt and Financial Fragility.3 Teori Debt and Financial Fragility ini melihat bahwa krisis finansial bermula ketika terjadinya peningkatan ekonomi di suatu negara yang meningkatkan terjadinya “inovasi keuangan” yang dilakukan oleh para pemilik modal dengan tujuan untuk mengembangkan usaha mereka. Dan salah satu cara yang digunakan oleh para pemilik modal adalah dengan melakukan kredit perbankan, dimana para pemilik modal melakukan peminjaman berjangka kepada bank dengan suku bunga yang telah ditentukan. Dengan terjadinya peningkatan kredit perbankan maka secara otomatis akan meningkatkan suku bunga yang pada akhirnya mengarah kepada financial fragility. Financial fragility ini terjadi ketika “inovasi keuangan” yang telah ditargetkan oleh pemilik modal ternyata gagal memenuhi ekspektasi pertumbuhan usaha mereka yang menyebabkan terjadinya permasalahan dalam pelunasan hutang kredit mereka kepada bank atau dengan kata lain terjadi kredit macet, tidak sedikit jumlahnya dan pada akhirnya membuat bank tersebut kolaps dan memicu terjadinya krisis finansial akibat kredit macet yang terlampau besar. Adanya Moral Hazard dari aktor-aktor ekonomi, terutama yang dilakukan oleh lembaga keuangan dan lembaga pembiayaan investasi yang terdapat di Irlandia membuat semakin mudahnya para kreditur untuk melakukan peminjaman dana dalam jumlah yang cukup signifikan tanpa adanya pengaturan yang baik dari otoritas moneter (Bank Central). Adanya jaminan secara implisit dari pemerintah terhadap aktifitas yang dilakukan oleh lembaga keuangan, tanpa aturan yang ketat dari Bank Central di suatu negara, mengakibatkan besarnya pinjaman yang beresiko dan menimbulkan kredit macet. Besarnya kredit macet para investor dan pemilik modal mengakibatkan nilai aset mengalami inflasi yang kemudian menyebabkan harga aset menjadi mahal (overpricing asset), sehingga barang-barang tersebut tidak diminati oleh konsumen. Hal tersebut membuat banyak lembaga 3
Market Liquidity Risk by E. Philip Davis www.ephilipdavis.com/44-Ecu2.pdf pp. 6-7
diakses 12 April 2013
5
keuangan yang mengalami kesulitan likuiditas dan menjadi tidak sehat, yang berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan dan memicu terjadinya Rush atau terjadinya penarikan dana besar-besaran dari nasabah kepada bank dalam waktu yang bersamaan. Ciri-ciri terjadinya financial fragility adalah ketika terjadinya peningkatan hutang yang cukup signifikan, kemudian terjadinya permohonan pergeseran jangka waktu jatuh tempo dari kreditur kepada bank dari jangka pendek menjadi jangka panjang, terjadinya peningkatan kegiatan spekulatif di pasar aset, serta penurunan margin keamanan pada institusi finansial. Dalam teori ini, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh suatu negara untuk dapat mengatasi krisis ekonomi di negara mereka. Yang pertama adalah dengan meminta bantuan kepada lembaga keuangan internasional, dalam hal ini adalah International Monetary Fund (IMF), untuk dapat memberikan pinjaman hutang ke negara mereka guna menekan inflasi yang semakin meningkat. Namun, hal ini terlalu beresiko apabila negara yang bersangkutan dalam perjalanannya tidak dapat mengelola hutang tersebut dengan baik untuk membangun kembali perekonomian mereka yang terpuruk yang pada akhirnya malah menambah beban hutang negara tanpa dapat membangun kembali perekonomian mereka yang terpuruk. Kedua, negara tersebut dapat meminta kepada organisasi regional yang menaungi mereka (dalam kasus krisis ekonomi Irlandia, organsasi regional yang dimaksud adalah Uni Eropa) untuk dapat memberikan dana talangan kepada negara tersebut untuk dapat membangun kembali perekonomian mereka yang tengah terpuruk. Jika dikaitkan dengan krisis finansial di Irlandia, maka Teori Debt and Financial Fragility ini dapat menjelaskan bagaimana sebenarnya krisis di Irlandia tersebut terjadi. Krisis di Irlandia sendiri terjadi karena ketidakmampuan para nasabah perbankan yang melakukan kredit properti dan kredit usaha untuk dapat melunasi hutang-hutang mereka dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan imbas dari adanya krisis di Amerika Serikat pada tahun 2008 yang menyebabkan terjadinya keguncangan ekonomi di hampir seluruh belahan dunia, 6
terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Akibat dari adanya keguncangan ekonomi tersebut, membuat banyak para nasabah bank yang menjadi kreditur pada bank-bank besar di Irlandia terkena imbas dari adanya keguncangan ekonomi yang membuat mereka kesulitan melakukan pelunasan terhadap hutang-hutang mereka yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya kredit macet perbankan. Hal ini sejalan dengan teori Debt and Financial Fragility, dimana para kreditur yang menjadi nasabah pada bank-bank di Irlandia yang tidak mampu untuk melunasi hutang-hutang mereka akibat “inovasi keuangan” yang mereka perhitungkan sebelumnya untuk dapat meningkatkan usaha mereka ternyata perkembangannya tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan dan akibat dari adanya perhitungan yang meleset dari perkiraan tersebut membuat mereka kesulitan untuk dapat melunasi hutang-hutang mereka kepada pihak lembaga keuangan atau dalam hal ini adalah bank-bank di Irlandia. Keberadaan Bank Central Irlandia sebagai otoritas moneter di Irlandia yang tidak mempunyai regulasi yang tegas dan ketat terkait dengan aktifitas yang dilakukan oleh lembaga keuangan serta lembaga pinjaman, utamanya dalam mengatur regulasi tentang kredit usaha, membuat beberapa bank di Irlandia dapat dengan mudah memberikan kredit kepada nasabah yang pada akhirnya membuat terjadinya pinjaman beresiko yang semakin besar yang berimplikasi dengan terjadinya kredit macet perbankan. Dengan banyaknya kredit macet bank-bank di Irlandia dengan jumlah yang besar, maka hal tersebut menjadi awal terjadinya krisis finansial.
Dimana
untuk
kembali
menstabilkan
perekonomian
dan
untuk
mengembalikan kepercayaan pasar serta investor, Pemerintah Irlandia memberikan dana talangan kepada bank-bank yang terkena kredit macet dan hutang dalam jumlah yang besar. Namun, hal tersebut justru menjadi batu sandungan bagi Pemerintah Irlandia yang justru mengalami defisit anggaran setelah melakukan talangan terhadap bank-bank tersebut, sehingga membuat Uni Eropa turun tangan untuk mengatasi
7
krisis di Irlandia tersebut agar tidak menjalar ke negara-negara anggota Uni Eropa lainnya.
D.
Argumentasi Utama Berdasarkan latar belakang masalah serta landasan konseptual diatas,
argumentasi utama yang dapat diambil dari rumusan masalah : “Bagaimana peran Uni Eropa dalam menangani krisis ekonomi di Irlandia tahun 2008 - 2011?” adalah sebagai berikut : Uni Eropa sebagai suatu regionalisme, mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis didalam menangani krisis ekonomi salah satu negara anggotanya, yaitu Irlandia. Peran yang dilakukan oleh Uni Eropa secara umum adalah dengan membentuk suatu mekanisme yang khusus dalam menangani permasalahan ekonomi negara-negara anggotanya. Mekanisme ini dinamakan European Financial Assistance Mechanism (EFSM) yang dibentuk oleh Komisi Eropa (European Commission) bekerjasama dengan European Central Bank (ECB) yang secara garis besar mempunyai peranan untuk memberikan financial assistance kepada negaranegara anggota Uni Eropa yang terkena dampak dari krisis ekonomi Salah satu implementasi finacial assistance yang diberikan Uni Eropa kepada Irlandia dalam rangka penanganan krisis ekonomi perbankan dan defisit anggaran adalah denga memberikan dana talangan / bailout secara berkala untuk menghindarkan Irlandia dari ancaman kebangkrutan akibat kegagalan pembayaran hutang yang telah jatuh tempo. Peran Uni Eropa ini sejalan dengan konsep “The sovereignty – at – bay – model” oleh R. Gipllin dimana dalam interpendensi ekonomi, institusi kerjasama regional harus membantu setiap negara anggotanya yang sedang mengalami krisis ekonomi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan bagi masyarakat.
8
E.
Jangkauan Penelitian Jangkauan penelitian untuk skripsi ini adalah tahun 2008 hingga tahun 2011.
Rentang waktu ini dipilih karena pada tahun 2008 mulai terjadi krisis ekonomi global yang berimbas kepada turunnya sektor ekonomi yang mengenai hampir seluruh penjuru dunia, terutama Benua Eropa dan Amerika yang terkena dampak yang sangat besar terhadap krisis ekonomi global tersebut.
F.
Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
kualitatif. Data yang diperoleh bersumber dari buku-buku terkait topik yang diangkat, beberapa berita dari media nasional serta berbagai jurnal yang berkaitan dengan topik yang diangkat. Beberapa buku utama yang penulis gunakan sebagai rujukan dalam penulisan skripsi ini adalah The Economic of The European Union karya Mike Artis dan Nixon Frederick yang berisi tentang seluk-beluk perekonomian Uni Eropa dan bagaimana Uni Eropa mengintegrasikan perekonomian mereka. Buku ini digunakan untuk melihat sejauh mana peran Uni Eropa dalam menyelesaikan krisis ekonomi yang terjadi di Irlandia dengan mekanisme-mekanisme yang ada didalam tubuh Uni Eropa sendiri. Kemudian buku-buku lain yang menunjang dalam penulisan skripsi ini adalah Global Political Economy karya John Ravenhill serta International Political Economy : The Struggle for Power & Wealth karya David Skidmore. Kemudian beberapa data yang diambil dari situs online merupakan data-data yang bersumber dari website Uni Eropa yaitu europea.eu yang menjadi sumber dari beberapa data primer tentang kebijakan ekonomi Uni Eropa dalam menangani krisis ekonomi, stats.oecd.org yang berisi data-data ekonomi yang dibutuhkan oleh penulis dalam melihata perekonomian Irlandia, serta beberapa website yang berhubungan 9
dengan berita-berita terkait dengan krisis ekonomi perbankan dan defisit anggaran di Irlandia, seperti bbc.com , kompas.com dan reuters.com yang keseluruhannya merujuk kepada berita-berita yang terkait dengan krisis ekonomi perbankan dan defisit anggaran di Irlandia. Data-data lainnya penulis ambil dari berbagai macam regulasi dari undangundang yang dibentuk oleh Uni Eropa terkait dengan penanganan krisis negaranegara anggotanya, salah satu regulasi yang penulis gunakan adalah Council Regulation (EU) No.407/2010 tentang pembentukan EFSM, Selain itu, penulis juga mengambil data dari Ireland Memorandum of Understanding on Specific Economy
Policy Conditionaly sebagai data primer dalam melihat kesepakatan yang terjalin antara Uni Eropa dan Irlandia dalam menangani krisis ekonomi perbankan dan defisit anggaran di Irlandia tahun 2008-2011.
G.
Sistematika Penulisan Bab Pertama, menjelaskan pendahuluan yang mencakup latar belakang
terjadinya krisis ekonomi perbankan serta defisit anggaran yang terjadi di Irlandia pada tahun 2008 dan menjelaskan landasan konseptual yang digunakan untuk menjelaskan rumusan masalah yang menjadi acuan dasar dalam melakukan penelitian. Bab Dua, menjelaskan bagaimana mekanisme didalam tubuh Uni Eropa dalam menangani krisis ekonomi yang terjadi pada negara-negara anggotanya dan juga menjelaskan bagaimana krisis ekonomi perbankan dan defisit anggaran yang menimpa Irlandia dalam periode 2008-2011 Bab Tiga, menjelaskan peran Uni Eropa dalam menangani krisis ekonomi perbankan dan defisit anggaran di Irlandia dan bagaimana implementasi
serta
10
pelaksanaan di lapangan dan melihat sejauh mana peran Uni Eropa tersebut efektif dalam menangani krisis ekonomi perbankan dan defisit anggaran di Irlandia. Bab Empat, menjabarkan kesimpulan dari rangkaian penelitian sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya.
11