DAFTAR PUSTAKA Abudulai, A., D.K. Jain and A. K. Sharma. 1999. Household Food Demand Analysis in India. Journal of Agricultural Economics 50 (20) : 316 - 327. Abustam, M. I. 1997. Pengembangan Perekonomian Perdesaan di Kawasan Timur Indonesia. Makalah Pokok-pokok Bahasan pada Seminar Nasional Pengembangan Perekonomian Perdesaan Indonesia. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Alderman, H. and M. Garcia. 1993. Poverty, Household Food Security and Nutrition in Rural Pakistan. International Food Policy Research Institute, Research Report No. 96. Washington D.C. Amang, B. 1995a. Kebijaksanaan Pangan Nasional. Karsa Utama. Jakarta.
Penerbit P.T. Dharma
Amang, B. 1995b. Pembangunan Pertanian dan Perdagangan Komoditi Pertanian di Kawasan Timur Indonesia. P.T. Dharma Karsa Utama. Jakarta. Ariani, M., H.P. Saliem, S.H. Suhartini, Wahida, dan H. Supriyadi. 2000. Analisis Kebijaksanaan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Berpendapatan Rendah di Pedesaan. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penetitian Sosial Ekonorni Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departernen Pertanian. Bogor. Biro
Pusat Statistik. 1996a. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Survei Sosial Ekonoimi Nasional. Biro Pusat Statistik Buku I. Jakarta.
Biro Pusat Statistik. 1996b. Statistik. Jakarta.
Keadaan Angkatan Kerja Indonesia. Biro Pusat
Biro Pusat Statistik. 1999. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik. Jakarta Bachtiar. B. 3998. Kasus Rawan Pangan di lrian Jaya: Analisis Penyebab dan Cara Mengatasinya. Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Serpong, Tangerang.
Chernichosvsky. D. and O.A. Meesook. 1984. Patterns of Food Consumption and Nutrition in Indonesia: An Analysis of the National Socioeconomic Survey, 1978. World Bank Staff Working Paper No.670. World Bank. Washington, D.C. Chung, C.F. 1994. A Cross-Section Demand Analysis of Spanish Provincial Food Consumption. American Journal of Agricultural Economics 76 (3): 513 - 521. Daud, L.A. 1986. Kajian Sistem Permintaan Makanan Penting di Indonesia.: Suatu Penerapan Model Almost ldeal demand Syatem (AIDS) dengan Data Susenas 1981. Tesis Magister Sains. Fakultas Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Bogor. Deaton, A. and J. Muellbauer 1980. An Almost American Economic Review 70(3): 312-326.
ldeal
Demand System
Deaton, A. 1989. Price Elasticities from Survey Data: Estimations and World Bank. Indonesian Results. LSTS Working Paper No. 69. Washington DC. Deaton, A. 1998. The Analysis of Household Surveys. A Microeconometric Approach to Development Policy. The John Hopkin University Press. Baltimore. 1998. Erwidodo, B. Santoso, M. Ariani, E. Ariningsih dan V. Siagian. Perubahan Pola Konsumsi Sumber Protein Hewani di Indonesia: Analisis Data Susenas. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Erw~dodo,H.P. Saliem, M. Ariani, dan E. Ariningsih. 1999. Pengkajian Diversifikasi Konsumsi Pangan Utama di Indonesia. Laporan Hasil Badan Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Florencio, C.A. 1980. 'Household Behavior: A Nutritionist's Perspective. In H.P. Binswanger, (eds). Rural Household Studies in Asia. Singapore University Press. Singapore.
Garcia, J.G. and L. Soelistianingsih. 1998. Why Do Differences in Provincial Incomes Persist in Indonesia. Bulletin of Indonesian Economic Studies 34 (1): 9 5 - 120 Gray, C.W. 1982. Food Consumption Parameters for Brazil and Their Application to Food Policy. International Food Policy Research Institute, Research Report No 32. Washington. D.C. Harianto. 1994. An Empirical Analysis of Food Demand in Indonesia: A CrossSectional Study. Ph.D. Dissertation. La Trobe University. Bundoora, Victoria. Hermanto, A. Purwoto, K.S. Indraningsih, dan A. Supriyatna. 1996. Perubahan Pola Konsumsi Pangan dan Pendapatan di Indonesia. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Henderson, J.M. and R.E. Quandt. 1980. Microeconomic Theory. A Mathematical Approach. Third Edition, International Student Edition. Mc. Graw Hill. Kogakusha,Ltd. Tokyo. Huang, K.S. and H. Bouis. 1995. Structural Changes in Demand for Food in Asia. Paper presented on Final Workshop on Projection and Policy Implications of Medium and Long-Term Rice Supply and Demand. April 23 - 26, Beijing. Huang, K.S. 1996. Nutrient Elasticities in a Complete Food Demand System. American Journal of Agricultural Economics 78 (1): 21 - 29. Kartasasrnita, G. 1995. Beberapa Pokok Pikiran mengenai Pembanguan Surnberdaya Manusia, Pemerataan Pembangunan dan Upaya Pengentasan Kerniskinan Untuk Menjamin Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan. Majalah Mirnbar BP-7 ll(66) : 15-23. Komarudin, 1997. Wawasan dan Visi Pembangunan Abad 21: Sumberdaya Manusia dan Iptek. Dalam H. Dawam Rahardjo (ed). Wawasan dan Visi Pembangunan Abad 21. P.T. Intermasa. Jakarta. Kuntjoro, S.U. 1984. Perrnintaan Bahan Pangan Penting di Indonesia. Disertasi Doktor. Fakultas Pascasarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Koutsoyiannis, A. 1977. Theory of Econometrics: An Introductory Exposition of Econometric Methods. Second Edition. The MacMillan Press Ltd. London. Lee, J.Y. , M.G. Brown, and J.L. Scale Jr. 1994. Model Choice in Consumer American Journal of Agricultural Analyisis: Taiwan 1970 - 89. Economics 76 (3): 504 - 512. Lembaga llmu Pengetahuan Indonesia. 1993. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi V. LlPI. Jakarta. Magrabi. F.M., Y.S. Chung, S.S. Cha, and S.J. Yang. 1991. The Economics of Household Consumption. Praeger Publisher. New York. Maxwell, D., C. Levin, M.A. Klemesu, M. Ruel, S. Morris, C. Ahiadeke. 2000. Urban Livelihoods and Food and Nutrition Security in Greater Accra, Ghana. International Food Policy Research Institute in Collaboration with Noguchi Memorial for Medical Research and World Health Organization. Research Report. 112. Washington, D.C. Mears, L.A., A. Rachman, and Sakrani. 1981. Income Elasticity of Demand for Rice. Ekonomi dan Keuangan lndonesia 29 (1): 81-90. Oka A, M. and B. Rachman. 1991. Food Expantion Policy and The Nutritional Status in Indonesia. Indonesian Food Journal: Food Nutrition 11 (4): 5168. Bulog. Jakarta. Pabinru, M. dan H.P. Saliem. 1993. Kecukupan dan Ketahanan Pangan. Prisma 72 (3): 33-43. LP3ES. Jakarta. Pakpahan, A. 1988. Food Demand Analysis in Urban West Java lndonesia. Ph .D Dissertation. Michigan State University. East Lansing. Park, J.L., R.3. Holcomb, K.C. Raper, and 0. Capps Jr. 1996. A Demand System Analysis of Food Commodities by U.S. Households Segmented by Income. American Journal of Agricultural Economics 78 (2): 290 300. Pitt, M.M. and M.R. Rosenzweig. 1986. Agricultural Price, Food Consumption and The Health and Productivity of Indonesian Farmers. In I. Singh, al (eds). Agricultural Household Models: Extention, Application and Policy. The John Hopkins University Press. Baltimore.
Pusat Penelitian Agro Ekonomi. 1989. Pola Konsumsi Pangan, Proporsi dan Ciri Rurnahtangga dengan Konsurnsi di bawah Standar Kebutuhan. Suplernen Laporan Tahun Kedua kerjasama dengan Direktorat Gizi Masyarakat, Departernen Kesehatan. Bogor. Pusat Penelitian Agro Ekonomi. 1990. Kajian Pola Konsumsi Rumahtangga Kurang Energi dan Protein. Laporan Hasil Penelitian. Kerjasama dengan Direktorat Gizi Masyarakat, Departernen Kesehatan. Bogor. Putnarn, J.J. 1997. Food Consumption, Prices, and Expenditure, 1970 - 95. Summary Research Report. Economic Research Services - USDA. S.B.-939, August 1997 (Internet). Rachman, H.P.S. dan Erwidodo. 1994. Kajian Sistem Permintaan Pangan di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi 13(12): 72 - 89. Rachman, H.P.S. dan Wahida. 1998. Dinamika Pola Pengeluaran dan Konsumsi Rumahtangga Serta Prospek Permintaan Pangan. dalam Dinarnika Ekonomi Pedesaan: Perubahan Struktur Pendapatan, Ketenagakerjaan, dan Pola Konsurnsi Rumahtangga Pedesaan. Kerjasama Ford Foundation dengan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Rachmat, M. dan Erwidodo. 1993. Pendugaan Permintaan Pangan Utama di Indonesia: Penerapan Model Almost Ideal Demand System Dengan Data Susenas. Jurnal Agro Ekonomi 12 (2): 24 - 38. Rao, N. Praldad. 1980. Determinants of Nutritional Status in India. In H.P. Binswanger, (eds). Rural household Studies in Asia. Singapore University Press. Singapore. Sawit, M.H.. M. Ariani, I. Setiadjie, T.B. Purwantini dan A. Supriyatna. 1997. Perubahan Pola Konsumsi Hortikultura di Indonesia. Laporan Hasil Penelitian Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. Sitberberg. Eugene. 1990. The Structure of Economics: A Mathematical Analysis. Second Edition. The International Edition. Mc. Graw Hill. inc. Singapore. Strauss, J. 1986. Estimating the Determinant of Food Consumption and (eds). Caloric Availability in Rural Siera Leone. In I. Singh, Agricultural Household Models: Extention, Applications and Policy. The John Hopkins University Press. Baltimore.
a
Suhardjo. 1997. Peninjauan Kembali Pola Pangan Harapan (PPH) dan Penetapan Target Skor PPH. Makalah Pra Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta. Suryana. A. 1988a. Konsumsi Rumahtangga Pedesaan. Dalam F. Kasryno, dkk (penyunting). Prosiding Patanas. Perubahan Ekonomi Pedesaan Menuju Struktur Ekonomi Berimbang. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Suryana, A. dan B. Rachrnan. 1988b. Analisa Permintaan Sistem untuk Pangan di Pedesaan Jawa Barat. Dalam F. Kasryno, dkk (penyunting) Prosiding Patanas: Perubahan Ekonomi Pedesaan Menuju Struktur Ekonomi Berimbang. Pusat Penelitian Agro Ekonorni, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Simatupang. P., T. Sudaryanto, A. Purwoto and Saptana. 1995. Projection and Policy Implications of Medium and Long-Term Rice Supply and Demand. Research Report. Center for Agro Socioeconomic Research in collaboration with International Food Policy Research Institute. Bogor. Sudaryanto, T. dan R. Sayuti. 1990. Analisa Permintaan Bahan Pangan Dengan Pendekatan Sistem. Majalah Ekonomi dan Keuangan Indonesia. 38(2) : 141-158. Sudaryanto, T. dan A. Purwoto. 1995. Pota Konsurnsi dan Pendugaan Dalarn Hastiono, dkk (Penyunting). Elastisitas Produk Peternakan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. Bogor. Syarief, H. dan D. Martianto. 1991. Perkembangan Konsumsi Pangan: Pengalaman Historis di Beberapa Negara Maju dan Berkembang. Majalah Pangan 7(2): 59-68. Syarief, H. 1997. Membangun Sumberdaya Manusia Berkualitas: Suatu Telaahan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Orasi llmiah Guru Besar llmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Syafa'at, N., S. Friyanto dan S.K. Dermorejo. 1998a. Analisis Penentuan Komoditas Andalan Sektor Pertanian di Kawasan Timur lndonesia dan Dampaknya Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Wilayah Analisis Komoditas Andalan dengan (Pendekatan Kawasan). Pendekatan 1-0 lntra Regional untuk Kawasan Timur lndonesia dan Pulau Sulawesi. Laporan Penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Dewan Riset Nasional. Jakarta. Syafa'at, N., S. Friyanto dan S.K. Dermorejo. 1998b. Analisis Penentuan Komoditas Andalan Sektor Pertanian di Kawasan Timur lndonesia dan Dampaknya Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Wilayah (Pendekatan Kawasan). Statistik Pertanian Kawasan Timur lndonesia (KTI). Laporan Penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Dewan Riset Nasional. Jakarta. Syafa'at, N., S. Friyatno dan S.K. Dermoredjo. 1999. Analisis Penentuan Komoditas Andatan Sektor Pertanian di Kawasan Timur lndonesia dan Dampaknya Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Wilayah (Pendekatan Kawasan). Analisis Komoditas Andalan dengan Pendekatan 1-0 lntra Regional di Pulau Kalirnantan, Nusa Tenggara, dan Kepulauan Maluku/lrian Jaya. Laporan Penelitian Riset Unggulan Terpadu (RUT) VI. Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Dewan Riset Nasionat. Jakarta. Tabor, S.R., Altemeier. K. and 8. Adinugroho. 'l989. Foodcrop Demand in Indonesia: A System Approach. Bulletin of Indonesian Economic Studies 25: 31 - 51. Teklu. T. and S.R. Johnson. 1986. A Review of Consumer Demand Theory and Food Demand Studies on tndonesia. Report No.2 - CEAT Project in Indonesia. Food and Agricultural Policy Research Institute. Teklu, T. and S.R. Johnson. 1988. Demand System from Cross-Sectional Data: An Application to Indonesia. Canadian Journal of Agricultural Economics 36: 83 - 101. Timmer. C.P. and Alderman, H. 1979. Estimating Consumption Parameter for Food Policy Analysis. American Journal of Agricultural Economics 61(3):982-987.
Varian, H.R. 1980. Microeconornic Analysis. Second Edition. W.W. Norton and Company,lnc. New York. Widjajanti, E. and Elton Li. 1996. Food Expenditure Pattern in Urban and Rural Indonesia: 1981 to 1993. Australian Agribussiness Review: 93 111.
Larnpiran 1. Studi Terdahulu Tentang Pola Konsumsi, Permintaan Pangan dan Masalah Gizi Peneliti
Tahun
Jenislsurnber Data
Wilayah Studi
Unit Analisis
Metoda Analisis
Pola Konsumsi Kuntjoro, S.U.
1984
Susenas 1978
Indonesia, desa-kota, klas pendapatan
Rumahtangga
Widjayanti dan Li
1986
Susenas 1981, 1984, 1987,1990 dan 1993
Indonesia, desa-kota
Rata-rata kelompok Deskriptif pengeluaran
Henanto, dkk.
1996
Susenas 1984 dan 1993
Indonesia, desa-kota
Rumahtangga
Deskriptif
Sawit, MH., dkk.
1997
Susenas 1987 dan 1993
Indonesia, desa-kota
Rumahtangga
Deskriplif
Erwidodo, dkk.
1998
Susenas 1987 dan 1993
Indonesia, desa-kota, klas pendapatan
Rumahtangga
Deskripti
Timmer dan Alderman
1979
Susenas 1976
Indonesia, desa-kota
Rata-rata kelompok Doublelog quadratic pengeluaran
Kuntjom, S.U.
1984
Susenas 1978 dan data deret waktu
Indonesia (10 wilayah) dan klas pendapatan
Rumahtangga
Double-logquadratic (Barlen yang dimodiikasi)
Pakpahan, A.
1988
Susenas 1980
Perkotaan Jabar
Rumahtangga
Working dan WorkingTheil-Suhm
Teklu dan Johnson
1988
Susenas 1980
Perkotaan Indonesia
Rumahtangga
AIDS dan MLLM
Tabor, dkk
1989
Deret waktu 1969-85
Indonesia
Rata-rata tahun
AIDS
Deaton
1989
Susenas I990
Pedesaan Jawa
PSU
AIDS
Rachmat dan Erwidodo
1993
Susenas 1990
Indonesia, desa-kota, klas Blok Sensus pendapatan
Deskriptif
Sistem Permlntaan Pangan
AIDS
Lampiran 1. Lanjutan
L Peneliti
Tahun
Wilayah Studi
Jenislsumber Data
Rachman dan Erwidodo
1994
Susenas 1990
Indonesia, desa-kota, klas pendapatan
PSU
Harianto
1994
Susenas 1984,1987 dan 1990
Indonesia, dan DKl Jakarta
Rata-rata kelompok pengeluaran,dan rumahtangga
1980
Cross-section
India
1982
Cross-section 1974-75
1986
Cross-section
Pin dan Roenzweig
1986
Cross-section
PlSE dan Dit. Gizi Masyarakat
1990
Susenas 1987
1991
1996
Aspek Girl dalam Konsumsl dan Penlntaan Pangan
I Rao, N.P. Gray, C.W.
I 1
Unit Analisis I
I
Oka dan Rachman Huang, K.S
/ 1 /
L Park, J.L. dkk.
11996
1 Brazil
1
Metoda Analisis AIDS Pers tunggal (semi-log, double-log, log-inverse, dan inverse) dan AIDS
Rumahtangga
1 Rumahtangga Rumahtangga
Model rumahtangga
Rumahtangga
Model rumahtangga
13 propinsi di lndonesia
Rumahtangga
Deskriptif dan regresi sederhana
Susenar 1987
lndonesia
Rata-rata kelompok pengeluaran
Deret waktu 1989-93
Amerika Serikat
Rata-rata tahun
Cross-section
Amerika Serikat
Rumahtangga
I
Pedesaan Siera Leone
1
I
Pedesaan Indonesia
I
Sistem perminlaan lengkap
I
Larnpiran 2. Metodologi Susenas 1996 A. Kerangka Sampel Kerangka sarnpel yang digunakan dalarn Susenas 1996 terdiri dari kerangka sarnpel untuk pernilihan witcah kor, wilcah rnodul, wilcah submodul, pernilihan kelseg, dan untuk pernilihan rurnahtangga. Kerangka sarnpel untuk pemilihan sampel wilcah Susenas 1996 adalah Kerangka Contoh lnduk (KCI) KabupatenIKotamadya yang dibedakan atas KCI1 dan KCI-2. KCI-1 merupakan daftar sampel wilcah terpilih SP90. KCI-2 merupakan kerangka sampel kedua yang dibentuk dari Master f i l e Desa (MFD). Banyaknya wilcah dalarn KCI-1 dan KCI-2 masing-masing sekitar 20 persen dari populasi wilcah atau Kerangka IndukIMFD. Pernilihan wilcafi Susenas 1996 pada KCI-1 dan KC\-2 dilakukan independent berdasarkan prosedur Probability Proportional to Size dimana peluang terpilih setiap wilclah sebanding dengan rurnahtangganya. Dalarn MFD, semua kecarnatan yang ada dalam kabupatenlkodya diurutkan sesuai letak geografis. Demikian pula desalkelurahan dalarn setiap kecamatan dan urutan wilcah dalarn desalkelurahan.
secara (PPS) jumlah setiap urutan setiap
Pada wilcah KCI-1 dan KCI-2 ditarnbahkan inforrnasi hasil identifikasi wilcah elit, yang diperoleh dan kegiatan Sinkronisasi MFD 1994. Wilcah elit adalah wilcah yang mempunyai kelompok bangunan real estate atau rurnah rnewah. lnforrnasi hasil identifikasi wilcah etit selanjutnya digunakan sebagai statistical arrangement. Kerangka sampel yang digunakan untuk pemilihan rnodul Susenas 1996 adalah daftar wilcah terpilih Kor Susenas 1996. Dengan dernikian, sarnpel wilcah rnodul merupakan sub sampel Wilcah kor Susenas 1996. Kerangka sampel untuk pemilihan sub modut Susenas 1996 (SKTIR 7996) adalah wilcah terpilih modul Susenas 1996, sehingga sarnpel wilcah SKTlR 1996 rnerupakan sub sarnpel wilcah modul Susenas 1996. Kerangka sampel untuk pemilihan kelseg SKTlR adatah daftar kelseg rnodul Susenas 1996. sedangkan untuk rurnahtangganya adalah daftar rumahtangga terpilih rnodul Susenas 1996. Kelseg Susenas 1996 merupakan kelseg Suwei Penduduk Antar Sensus (Supas) 1995. sehingga di dalarn Susenas 1996 tidak lagi dilakukan pendaftaran rurnahtangga. Pemilihan rurnahtangga Susenas 1996 rnenggunakan daftar rurnahtangga yang terdapat pada Blok IV daftar SUPAS95-L.
6. Rancangan Sarnpel
I. Rancangan Sarnpel untuk Kor Susenas 1996
Rancangan sarnpel yang digunakan dalarn Susenas 1996 adalah rancangan sarnpel bertahap tiga. a. Pada tahap pertarna di setiap kabupaten/kotarnadya dipilih sejurnlah wilcah secara sisternatik. Jumlah wilcah terpilih (baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan) dari KCI-1 dan KCI-2 adalah sama. b. Pada tahap kedua dari setiap wilcah terpilih dipilih satu kelseg secara pps dengan size banyaknya rurnahtangga dalam kelseg. c. Pada tahap ketiga dari kerangka sarnpel mmah tagga dipilih 16 rurnahtangga secara sistematik. Ke-16 rurnahtangga ini disebut rumahtangga kor. Catatan: Seluruh rurnahtangga terpilih kor adalah juga rumahtangga terpilih Survei Konsumsi Garam lodium Rurnahtangga 1996. 2. Rancangan Sampel untuk Modul Susenas 1996
Rancangan sampel yang digunakan dalarn pernilihan sarnpel untuk modul Susenas 1996 adalah rancangan sarnpel bertahap tiga. a. Pada tahap pertarna dipilih sejumlah wilcah secara sistematik dari kerangka sarnpel, yaitu daftar witcah terpilih kor. b. Pada tahap kedua dari setiap wilcah terpilih dipilih satu kelseg secara pps dengan size banyaknya rurnahtangga dalam kelseg. c. Pada tahap ketiga dari dipilih 16 mrnahtangga dari setiap kelseg secara sistematik. Ke-16 rumahtangga terpilih ini adalah rumahtangga sampel, baik untuk kor maupun rnodul. disebut rurnahtangga kor-modul Susenas 1996.
Sumber: Biro Pusat Statistik (1996)
170 Lampiran 3. Pengelornpokan Jenis Pangan yang Dikonsumsi Rumahtangga Susenas, 1996
Larnpiran 4. Datiar Konversi Berat dan atau Bentuk Pangan yang Digunakan Dalarn Penelitian No. 1.
Bentuk Sernula
Kelornpok Kornoditi Beras
-
Tepung beras Bihun
Jagung
- Jagung basah+kulit - Jagung kering+kulit - Tepung jagung
Kedele
-
Ubikayu
- Gaplek
Tahu Tempe Tauco Oncorn Saridele Kecap
-
Tapioka - Tepung gaplek Terigu
6.
Susu
- Mei-macaroni
-
-
Roti tawar Roti lainnya Susu rnurni Susu cair pabrik Susu kental Susu bubuk kernasan Susu bubuk Bayi Susu bubuk kiloan Keju
Faktor Konversi
Bentuk Sekarang
-
1,Ol
Beras Beras
1,OO
Jagung pipilan
- Jagung pipitan - Jagung pipitan
-
Kacang kedele Kacang kedele Kacang kedele - Kacang kedele ; - Kacang kedele ; - Kacang kedele
- Ubikayu - Ubikayu
-
Ubikayu
- Tepung terigu
-
Tepung terigu Tepung terigu
Susububuk Susu bubuk - Susu bubuk - Susu bubuk - Susu bubuk - Susububuk - Susububuk
lkan ( - lkan keringldiawetkan ( - lkan segar 7. Konversi berat : 1 butir telur ayam = 0,060 kg 1 butir telur itik/itik manila = 0.070 kg 1 butir telur puyuh = 0,020 kg 1 butir telur lainnya = 0,040 kg 1 butir telur asin = 0,071 kg 1 liter susu mumi = 0,8 kg 250 ml susu cair pabrik = 0,2 kg 1 liter minyak kelapdminyak jagunglrninyak goreng lainnva = 0.8 ka 1 butir kelapa = 0,250 kg 1 liter sirup = 1,04 kg 1 butir kelapa = 0,64 minyak 1 liter minurnan botol = 1,04 kg 1 margarine = 0.64 minyak 12 ons bir botol = 0.36 kg 1 botol kecap = 0.5 kg 1,5 ons minuman beralkohol = 0,042 kg Catatan: Sebelum dilakukan konversi bentuk, terlebih dahulu harus dilakukan konversi satuan (berat).
1
1,538
Larnpiran 5. Penurunan Elastisitas Harga dan'pendapatan dari Model "Almost Ideal Demand System" Bentuk akhir dari model W A l D S dalam persamaan pangsa pengeluaran adalah sebagai berikut:
1. Elastisitas harga sendiri:
diketahui pula bahwa:
awi
-----
a log Pi
a (Pi QiIE) - -----------(a Pi1 Pi)
Pi a( Pi Qi) Pi - ---. --------- - ---- . [pi aPi
E
E
,
aQi
aPi
dPi
aPi
-----+ Qi -1
atau dalarn bentuk elastisitas dan "share" dapat ditulis:
substitusi (2) ke (3) diperoleh: Yii
yii= Wi. eii+Wi atau eii= ----- 1 Wi
173
2. Elastisitas harga silang Dengan cara yang sama dengan (a) diperoleh penurunan elastisitas harga silang dari LNAIDS yaitu:
Y ij = --- untuk i + j
~ i ,
wi
3. Elastisitas pengeluaran Persamaan (I ) diturunkan terhadap pengeluaran (log E) diperoleh:
Diketahui pula bahwa:
aWi
a (Pi QilE)
........................ a log E a E/E
a(Qi1E) =Pi.E
aE
dalam bentuk elastisitas dan "share" dapat ditulis:
aWi
PiQi
aQi
d log E
E
aE
-------- - ------- -----
E
Pi Qi
Qi
E
----- -
substitusi ( 5 ) ke (4) diperoleh: Pi
Pi= Wi . q i - Wi atau
+ -----
i-, 1=
Wi
,
174
Narnun dernikian formula elastisitas seperti diturunkan di atas rnenurut Chalfant (1987) seperti disebut Harianto (1994) formula elastisitas dari model W A l D S yang lebih sesuai adalah sebagai berikut: 1. Elastisitas Pengeluaran Eiy = Pi/wi + 1
= (yii -
2. Elastisitas Harga Sendiri ~ i=j (yii piw)/wi - 3
3. Elastisitas Harga Silang Eij
Piwj)/
wi
Formula ini diadopsi pula oleh Harianto (1994) dan Abdulai, g t
1
(1999).
Penelitian mengadopsi pula formula elastisitas yang dirurnuskan oleh Chalfant (1 987) seperti dikutip Harianto (1994) dan Abdulai,
(1999).
Model LAlAlDS dengan menarnbahkan variabel ukuran rurnahtangga dan pendidikan, yaitu sebagai berikut:
dimana: x = totat pengeluaran kelornpok komoditas yang dianatisis P* = indeks harga Stone (In P* = Z wk log pk) k
p, = harga komoditas ke-j dalam kelornpok kornoditas tersebut w, = pangsa pengeluaran kornoditas ke-i (wi = piqilx) ui , yij , f$ , Oi = parameter estirnasi S = ukuran rurnahtangga (jumlah anggota keluarga) E = pendidikan kepala rurnahtangga Elastisitas permintaan tidak terkompensasi dari W A l D S (sij) didefinisikan sebagai berikut:
E~= J
d log qi
d log wi
d log Pi
d log Pi
-= - & ; + -
Elastisitas ini menunjukan alokasi di dalarn kelompok kornoditas, di mana total pengeluaran kelompok tersebut (x) dan sernua harga lain (pk. k
#
j)
dianggap konstan, 6i, adalah delta Kronecker (tii; = 1 untuk i = j; 6ij = 0 untuk i # j).
Untuk memperoleh mmus yang benar untuk WAIDS, kita rnendiferensiasi
indeks harga Stone terhadap harga komoditas ke-j dan rnemperoleh: d log Wk
d log P*
= wj + I: log p k k
d log Pj
d log Pj
Chalfant (1987) rnengasumsikan bahwa pangsa pengeluaran adalah konstan, sehingga: d log P*
=
wj
d log P, Maka elastisitas harga menjadi: E-11 =
- 6ij +
{ yij - Piwi ) 1 wi
1. Elastisitas harga sendiri (i = j) Eii
= { yij - Piwi } /
-1
2. Elastisitas harga silang (i # j)
Larnpiran 6.
Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumahtangga di KT1 Menurut Propinsi dan Daerah Tahun 1996
No.
Propinsi Pangan
-
Kota
Desa
Non Pangan
piiir Pangan
I Total (Rpkaphln)
Kota.+.Desa Pa"an
Non Pangan
Total (Rplkaphln)
I
28.95
100 (55 160)
40.22
28.07
100 (50 332)
Tim-tim
47.11
32.16
100 (60 566)
4.
Kalbar
37.25
26.11
100 (68 454)
5.
Kalteng
37.19
25.17
100 (86 454)
6.
Kaltim
40.95
27.70
100 (83 451)
7.
Kalsel
46.76
36.77
100 (98 685)
8.
Sulut
45.97
32.98
100 (72 416)
9.
Sulteng
43.35
31.59
100 (71 462)
10.
Sulsel
43.82
32.54
100 (67 510)
11.
Sultra
42.97
31.61
100 (66 191)
12.
Maluku
46.97
13.
ltja
46.29
1.
NTB
36.81
2.
NTT
3.
-
I
'I
Lampiran 7.
Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumahtangga di Daerah Perkotaan dan Pedesaan KT1 Menurut Propinsi dan Kelompok Pendapatan Tahun 1996
1I
Sedang Propinsi
No.
Total
Pangan
Total
Tinggi Pangan
-
1.
NTB
67.98
59.22
2.
NTT
68.34
62.15
3.
Tim-tim
66.01
57.45
4.
Kalbar
71.14
62.04
5.
Kalteng
69.80
63.55
6.
Kaltim
66.41
58.33
7.
Kalsel
59.07
48.42
8.
Sulut
62.08
49.62
9.
Sulteng
63.14
53.03
10.
Sulsel
61.75
50.88
11.
Sullra
63.47
54.48
12.
Maluku
59.09
53.26
13.
lrja
60.57
55.66
-
Total
Lampiran 8.
Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumahtangga di Daerah Perkotaan KT1 Menurui Propinsi dan Kelompok Pendapatan Tahun 1996
r I Tim Tim Kalbar
1 Kalteng Kaltim Kalsel
( Sulsel
I
Maluku l r
I
Rendah
No. Propinsi
Pangan 70.28
Non Pangan
Total (Rpkaplbln)
I
Sedang Pangan
Non Pangan
Total (Rpkaplbln)
Tinggi Pangan
Non Pangan
I
am pi ran 9.
7-
Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumahtanggadi Daerah Pedesaan KT1 Menurut Propinsi dan Kelompok Pendapatan Tahun 1996
-
No. Pmpinsi
2.
NTT
3.
Tim Tim
4.
1 Kalbar
5.
Kalteng
6.
Kaltim
8.
Sulut
9.
Sulteng
11. Sultra 12. Maluku 13
Ija
Pangan
I
Rendah Non Pangan
Total (Rp/kapbln)
Tinggi
Sedang Non Pangan
Total (Rphaplbln)
Lampiran 10. Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumahtangga di Daerah Perkotaan dan Pedesaan KT1 Menurut Propinsi dan Klas Konsurnsi Energi Tahun 1996
(%I Rendah
Sedang
No. Propinsi Pangan
1.
NTB
2.
NTT
3.
Tim Tim
4.
Kalbar
5.
Kalteng
6.
Kaltim
7.
Kalsel
8.
Sulut
9.
Sulteng
10. Sulsel
11. Sultra 12. Maluku 13. l i a
-
Non Pangan
Tinggi (Rphaplbln
Pangan
Non Pangan
Total (Rpkaplbln)
Lampiran 11. Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumahtangga di Daerah Perkotaan KT1 Menurut Propinsi dan Klas Konsumsi Energi Tahun 1996
111
No. Pmpinsi
1%) Rendah
p
Sedang
Tinggi
Non Pangan
Total (Rphaplbln)
Non Pangan
Total . (Rpkajk5ln)
36.92
100 (68 315)
38.05
100 (121 416)
NTT
40.62
100 (70638)
40.82
100 (123 181)
Tim Tim
45.94
100 (115 612)
47.94
100 (175 597)
Kalbar
37.05
100 (91 854)
38.44
100 (164 070)
Kalteng
37.06
100 (96 863)
37.39
100 (178 075)
Kaltim
41.06
100 (93 863)
40.80
100 (182 028)
Kalsel
47.52
100 (113 659)
45.48
100 (173 623)
Sulut
46.02
100 (92 872)
45.88
100 (150 547)
Sulteng
44.74
100 (83409)
38.63
100 (116 529)
Sulsel
43.19
100 (75 099)
45.39
100 (145 026)
Sultra
42.68
100 (74 107)
44.72
100 (131 729)
I Maluku
46.76
100 (83 909)
47.68
100 (160 210)
46.63
100 (103 517)
44.36
100 (187 176)
Total
Pangan
Lampiran 12.
No. Propinsi
Proporsi Pengeluaran Pangan dan Non Pangan Rumahtangga di Daerah Pedesaan KT1 Menurut Propinsi dan Klas Konsumsi Energi Tahun 1996
I Pangan
1.
NTB
2.
NTT
3.
Tim Tim
4.
Kalbar
5.
Kalteng
6.
Kaltim
7.
Kalsel
8.
Sulut
9.
Sulteng
10. Sulsel 11. Sultra 12.
Maluku
13
Ija
I
I
Rendah Non Pangan
Total (Rplkaplbln)
1
Sedang Pangan
Non Pangan
Total (Rp/kap/bIn)
I
Tinggi Non Pangan
Total (Rprephln)
Lampiran 13. Pola PengeluaranNan-Pangan Oleh Rumahtangga di KT1 Menurut Propinsi dan Daerah Tahun 1996 (%) No.
Propins1
Pendidikan
1. Nusa Tenggara Barat
P w mahan 58.98
4.78
Kesehatan 6.05
2. NusaTenggaraTlmur
48.20
6.78
3. Tim Tim
43.34
4. Kalimanlan Baral
Kda Sanda
Pent- Pendimahan dikan
Desa Sanda
Ldn-
ng
Idn
15.37
18'92
100(16717)
ng
Lainlain
12.17
2001
100 (33265) 56.37
2.97
KW halan 6.36
5.87
15.81
2335
100 (51 108)
50.28
1.49
5.51
21.84
1988
100(16315)
3.90
1.48
24.04
2723
100(103 733)
55.30
1.78
2.25
22.21
1846
100(29440)
56.13
6.11
7.17
10.72
19877 100(46456)
58.26
3.81
5.86
15.30
1677
100(18426)
5. KdlmanlanTengah
56.19
7.04
3.48
10.08
2021
100 (57122)
62.92
3.06
4.55
14.90
1457
100(18311)
6. KalimanlanTimur
59.90
5.38
5.34
11.00
1839
100(51172)
59.40
3.17
4.65
17.31
1547
100(21487)
7. MimaIan Selalan
57.97
5.68
5.73
10.40
20 22
100 (62357)
53.37
4.40
5.60
17.00
1963
100(40808)
4.20
Totd
8. Sulmiutara
52.15
4.64
20.24
18 77
100 (70527) 51.94
2.84
5.50
20.71
1900
1W(N 137)
9. Selawesi Tengah
57.50
5.31
5.78
12.21
19 19
100 (43339)
50.87
2.87
5.82
20.13
20 31
100(25534)
10. SuhRslSelalw
56.36
6.65
4.94
12.10
1995
100(45046)
55.46
4.45
4.07
16.33
1968
lW(21501)
11. SulmsiTenggara
55.70
5.60
4.17
13.51
21 01
100 (51487)
54.59
3.56
3.50
18.29 2006
100(173%)
12. Mduku
57.82
4.09
2.43
14.55
21 11
100 (53099)
59.25
3.72
1.72
18.10
1721
100(19554)
13. lrian Jaya
59.68
4.82
2.97
14.28
1825
100 (69901) 54.42
2.20
1.79
19.78
21 81
ltQ(21966)
3.18
4.40
18.25
18.60
100(23350)
55,45 5.44 4.58 13.93 20.60 100(56816) (...) Rpncaphlan. Perurnahan : Pengeluaran unluk perumahan dan fasilitas rumahtanggalainnya Pendidikan : Pengeluaran unluk pendidikan Kesehatan : Pengeluaran unluk kesehatan : Pengeluaran untuk pakaian, lutup kepala,alaskaki Sandang :Pengeluaran untuk kebutuhan lain-lain. Lain-lain
KT1
:atatan:
.
5557
Lampiran 14.
Pola Pengeluaran Non-Makanan Okh Rurnahtangga di KT1 Menurut Propinsi dan Kelompok Pendapatan, Tahun 1996
(%I Rendah
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 6. 9. 10. 11. 12. 13.
Propinsi Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Tim Tim Kalimantan Barat Kalimantan Tengah KalimantanXmur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Selawesi Tengah Sulwesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku lrian Jaya KT1
Perumahan 62.35 52.64 60.33 62.13 66.32 63.26 59.01 57.84 58.89 61.63 62.00 59.92 59.41
dikan 3.30 4.06 2.40 5.52 5.08 4.34 5.72 3.48 4.16 4.72 4.35 4.48 3.28
Kesk hatan 5.95 5.74 1.79 5.89 4.24 4.57 5.63 5.66 5.48 4.31 3.86 1.91 1.90
60.36
4.22
4.38
Sandang
Lain-lain
Total
13.40 19.85 20.10 13.62 12.98 14.44 13.28 18.13 16.22 13.70 14.49 17.01 17.05
1500 1770 15 38 12 84 1138 13 40 16 35 1489 1525 1563 1529 I668 19 36
l o 0 (9336) lOO(10927) 100 (12 117) 100 (10 581) lOO(14573) 300 (14 661) 100 (21 772) lOO(16532) lOO(14153) lOO(11207) lOO(12704) lOO(17285) 100 (22 630)
15.71
15.32
100 (14 498)
Lampiran 14. Lanjutan
(%) Sedang
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9 10. 11. 12. 13.
Propinsi Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Tim Tim Kalimantan Barat KalimantanTangah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Selawesi Tengah Sulwesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku lrian Jaya MI
Perumahan 55.03 47.78 53.64 56.42 59.33 58.93 54.22 50.14 52.26 54.98 52.91 57.70 54.93
Pendidikan 3.95 3.54 2.25 3.83 4.74 4.22 4.39 3.31 3.56 5.01 4.56 3.51 3.19
EEi
Sandang
Lain-lain
Total
6.64 6.11 2.06 6.32 3.85 5.04 5.48 4.88 6.56 4.65 4.13 2.10 2.28
14.56 20.93 22.99 14.34 12.68 14.94 15.38 21.76 16.91 15.51 17.51 17.16 18.83
1982 2165 1906 1910 1940 I 6 87 20 53 19 90 20 72 19 84 20 89 1953 20 77
lOO(19925) 300(24041) lOO(30145) lOO(21376) lOO(30555) .I00 (30 329) 100 (43 976) 100 (40 305) 100 (31 890) 100 (28 118) 100 (27 611) loO(32598) 100 (43 300)
54.48
3.85
4.62
17.19
19.85
100 (31 089)
185 Lampiran 14. Lanjutan
(%) Tinggi
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Propinsi
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Tim Tim Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Selawesi Tengah Sulwesi Selatan SulawesiTenggara Maluku irian Jaya KT1
Perumahan 48.17 47.54 39.52 51.48 55.04 53.64 50.36 44.18 46.71 45.88 45.48 57.79 58.04
dikan 3.50 3.43 1.21 3.30 4.31 3.42 4.55 3.83 4.38 7.57 4.45 3.46 4.35
49.52
3.98
Sandang
Lain-lain
Total
6.08 4.34 2.96 6.55 4.22 5.49 6.08 4.11 4.91 4.29 3.01 2.18 3.43
15.36 18.92 26.28 14.76 72.67 14.36 13.19 22.91 16.67 14.07 16.97 14.20 13.92
26.88 25.77 30.04 23.91 23.75 23.09 25.82 24.98 27.32 28.18 30.09 22.37 20.25
100 (53 794) 100 (61 624) 100 (117 964) 100 (61 907) 100 (85449) 100 (80 377) 100 (119 361) 100 (127 921) 100 (75 261) 100 (79640) 100 (80 712) 100 (93 096) 100 (92 328)
4.43
16.48
25.57
100 (85.341)
Lampiran 15. Perkembangan Produksi Ubikayu di KT1 Tahun 1969-1996 Kalimantan
1
1996'
1
Kalbar 203640 198315 198345 173764 183120 211260 180900 172225 171020 172635 170208 170150 150142 116550 124750 134878 245840 338322 286541 204709 225979 185861 264097 212377 202319 169234
Kalteng 44620 37270 37260 37140 45063 59117 50930 54036 54094 54688 63950 55892 65165 70426 68095 70913 79176 86636 97513 88231 89615 89761 53602 58434 47253 51460
185806
61190
176188
Sulawesi
Kaltim 15921 34928 35626 39176 33879 36199 22734 23934 31662 30456 39100 37176 46588 53586 41184 62857 74117 72944 94721 92886 88424 90000 95334 93369 112406 107321
Total 295400 292722 288366 267713 283646 326446 278180 270819 274186 290414 318768 303412 313011 287003 312832 357939 473151 561150 543578 475873 507223 462716 527108 466643 465123 420449
Sulut 104245 142814 130994 102342 104224 126324 121486 128953 119224 91133 87149 91332 89373 97613 93120 97666 79994 100204 68394 77246 87737 94063 126656 94621 64412 66679
111089
512073
1
93067
Sumber B~roPusat Statistik, Jakartasepedi dilaporkan oleh Svafa'at, et - -a1 1998 Statistik Perlanian KT1 Keterangan: ' Angka Sementara
Sulteng 36925 41255 39342 46980 98543 45735 46543 43990 49840 56593 66126 56846 55502 51777 59278 65292 174930 95191 88817 131926 104703 116746 122951 88843 97497 116973 70178 50575
Total 634112 589893 609431 611832 659945 680763 652408 672896 662771 636441 670367 581664 580672 833532 701786 751692 815168 852678 730544 887244 985366 906963 996734 987029 1018383 913664 903132 985146
Lampiran 15. Lanjutan Tahun
Nusa Tenggara NTT 432127
Timtim 0
Sumber : Biro Pusat Slalistik, Jakarta seperli dilaporkan oleh Syafa'at, Keterangan: "Angka Sementara
Malukullj a Total 581110
Maluku 24521
lja 26710
el 41998. Stalislk Pertanian KT1
Indonesia
I
Lampiran 16. Tingkat Konsumsi Pangan Sumber KarbohidratOleh Rumahtangga di KTI, Menurut Propinsi dan Daerah, Tahun 1996
(ks/kap/mingg Kola No
Propinsi
Beras
Jagung U.kayu
Desa
U.jalar
Sagu
Mie
Padipadian Lain
Umbiumbian Beras Jagung U.kayu Lain
U.jalar
Sagu
Mie
Padi- Umbipadian umbiar Lain Lain
1.
NTB
2.36
0.02
0.09
0.07
0.00
0.05
0.00
0.01
2.76
0.02
0.09
0.09
0.00
0.02
0.00
0.01
2.
NTT
2.30
0.12
0.28
0.02
0.00
0.06
0.01
0.05
1.99
0.79
0.70
0.01
0.00
0.04
0.08
0.08
3.
Tim Tim
1.66
0.17
0.40
0.03
0.00
0.10
0.09
0.02
1.61
0.84
0.81
0.13
0.02
0.04
0.03
0.06
4.
Kalbar
1.92
0.00
0.12
0.03
0.00
0.14
0.00
0.07
2.52
0.02
0.38
0.02
0.00
0.05
0.00
0.03
5.
Kalleng
2.10
0.W
0.16
0.06
0.00
0.09
0.03
0.05
2.50
0.00
0.33
0.06
0.00
0.05
0.09
0.03
6.
Kallim
1.92
0.01
0.13
0.03
0.00
0.11
0.00
0.03
2.42
0.00
0.20
0.06
0.00
0.09
0.00
0.02
7.
Kalsel
1.83
0.01
0.17
0.05
0.00
0.13
0.00
0.05
2.13
0.01
0.41
0.08
0.00
0.09
0.00
0.03
8.
Sulul
2.33
0.02
0.19
0.03
0.00
0.06
0.01
0.03
2.25
0.09
0.30
0.06
0.03
0.04
0.18
0.06
9.
Sulteng
2.09
0.03
0.15
0.06
0.16
0.08
0.01
0.07
2.40
0.03
0.26
0.05
0.09
0.07
0.05
0.08
10.
Sulsel
2.41
0.01
0.07
0.03
0.00
0.09
0.00
0.03
2.54
0.08
0.16
0.04
0.05
0.06
0.06
0.01
11.
Sullra
1.35
0.04
0.13
001
0.05
0.16
0.00
0.10
0.81
0.19
0.63
0.02
0.14
0.05
0.02
0.01
12.
Maluku
1.74
0.02
0.46
0.09
0.03
0.07
0.00
0.15
1.45
0.02
1.29
0.17
0.15
0.03
0.00
0.24
13.
Ija
1.99
0.00
0.21
0.08
0.09
0.09
0.00
0.12
0.94
0.04
0.74
1.19
0.67
0.03
0.00
0.32
2.00
0.03
0.20
0.05
0.02
0.09
'0.W
0.06
2.02
0.16
0.48
0.15
0.09
0.05
0.03
0.M
Lampiran 17. Lanjutan
Larnpiran 18.
Tingkat Konsumsi Energi Pangan Sumber Karbohidrat Oleh Rurnahtanggadi KT1 Menurut Pmpinsi dan Daerah, Tahun 1996
lampiran 19. Tingkat Konsumsi Energi Pangan Sumber KarbohidratOleh Rumahtangga di KT1 Menurut Propinsi dan Kelompok Pendapatan, Tahun 1996
(Kkallkaplhan' Rendah
Sedang
Lampiran 19. Lanjutan
Propinsi
No.
1.
/i7
2.
3.
I
Tim Tim
4.
Kalbar
5.
Kalteng
6.
Kaltim
7.
Kalsel
8. 9.
Sulteng
10.
Sulsel
11.
Sultra
12.
Maluku
13.
-
Lampiran 20. Kandungan Protein Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Rumahtangga di KT1 Menurut Propinsi dan Daerah, Tahun 1996
Lampiran 21.
Kandungan Protein Konsumsi Pangan Sumber Karbahidrat Rumahtanggadi KT1 Menurut Propinsi dan Kelompok Pendapatan, Tahun 1996
Lampiran 21. Lanjutan Tinggi Propinsi
No.
Beras
Jagung
U.kayu
U.jalar
Sagu
Mie
Padipadian Lain
Umbiumbian Lain
32.24
0.12
0.10
0.15
0.00
0.94
0.01
0.04
1. 2.
NTT
30.50
3.84
0.37
0.04
0.00
1.02
0.30
0.13
3.
Tim Tim
21.95
1.95
0.36
0.32
0.01
1.65
0.34
0.32
4.
Kalbar
28.11
0.04
0.29
0.04
0.01
1.65
0.01
0.19
5.
1 Kalteng
28.64
0.04
0.30
0.13
0.00
1.71
0.01
0.13
25.49
0.03
0.22
0.10
0.00
1.76
0.03
0.11
6. 7.
Kalsel
22.77
0.12
0.23
0.12
0.00
2.37
0.02
0.17
8.
Sulut
29.75
0.34
0.19
0.10
0.01
0.74
0.40
0.17
9.
Sulteng
29.15
0.18
0.18
0.16
0.03
1.48
0.14
0.11
10.
30.80
0.08
0.12
0.06
0.01
1.65
0.00
0.10
11.
17.18
0.47
0.31
0.04
0.10
2.36
0.06
0.10
12. Maluku
22.14
0.02
0.69
0.16
0.04
0.97
0.00
0.22
21.47
0.06
0.40
0.28
0.30
1.51
0.00
0.55
27.28
0.56
0.28
0.13
0.04
1.52
0.10
0.18
13. -
-
Lampiran 22. Tingkat Konsumsi Pangan Sumber Protein Hewani Rumahtangga di KT1 Menurut Propinsidan Daerah, Tahun 1996 (kglkaplminggu Kola
Larnpiran 23.
Tingkat Konsurnsi Pangan Surnber Protein Hewani Rurnahtangga di KT1 Menurut Propinsi clan Kelompok Pendapatan, Tahun t 996 (kglkaplminggu)
No.
Propinsi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Tirnur Tim Tim Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Tirnur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Selawesi Tengah Sulwesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku lrian Java KT1
Daging Sapi 0.012 0.027 0.047 0.01 9 0.012 0.003 0.014 0.022 0.011 0.004 0.002 0.010 0.076
Daging Ayarn 0.017 0.024 0.016 0.047 0.076 0.035 0.035 0.028 0.026 0.014 0.007 0.000 0.007
0.020
0.026
Daging Sapi
Daging Ayam
Rendah Daging lkan Lainnya
1 Tetur
0.061 0.025
0.001
0.061 0.070 0.056 0.010
0.007 0.01 1 0.013 0.009 0.025 0.009 0.015 0.008 0.013 0.000
Telur
Susu
0.096 0.117 0.117 0.126
Lampiran 23. Lanjutan
I /
Propinsi
No
1
4.
Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Tim Tim
1 Kalimantan Barat I
Kalimantan Tengah Katimantan Timur Katimantan Selatan Sulawesi Utara Selawesi Tengah Sulwesi Selatan Sulawesi Tenggara Matuku KT1
Daging Lainnya
lkan
199 Larnpiran 23. Lanjutan
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Propinsi Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Tim Tim Kalirnantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Selawesi Tengah Sulwesi Sefatan Sulawesi Tenggara Maluku lrian Jaya
KT1
Daging Sapi
0.054 0.120 0.016 0.021 0.027 0.025 0.040 0.029 0.024 0.020 0.026 0.010 0.039 0.075
Daging Ayam
0.103 0.125 0.099 0.164 0.190 0.141 0.149 0.114 0.111 0.092 0.085 0.030 0.092 0.115
Tinggi Daging lkan Lainnya
0.016 0.016 0.025 0.031 0.022 0.016 0.033 0.014 0.012 0.003 0.010 0.010 0.028 0.018
0.394 0.429 0.315 0.612 0.752 0.774 0.735 0.784 0.847 0.757 1.044 1.120 0.892 0.727
Telur
Susu
0.129 0.093 0.114 0.143 0.181 0.165 0.182 0.126 0.133 0.131 0.111 0.080 0.109 0.131
0.032 0.031 0.056 0.043 0.058 0.053 0.075 0.049 0.054 0.050 0.048 0.040 0.076 0.051
Lampiran 24. Tingkat Konsurnsi Pangan Sumber Protein Nabati Rumahtangga di KT1 Menurut Propinsi dan Daerah, Tahun 1996 (kgikaplminggul Kota No.
Propinsi
Tahu
Desa
Kota + Dew
Tempe
Kacang Lain
Tahu
Tempe
KaMng Lain
a h
Temp
Kacang I_
1.
Nusa Tenggara Barat
0.140
0.103
0.090
0.056
0.036
0.075
0.086
0.060
0.080
2.
Nusa Tenggara Timur
0.046
0.051
0.087
0.005 . 0.008
0.074
0.017
0.020
0.078
3.
Tim Tim
0.134
0.074
0.109
0.012
0.010
0.127
0.031
0.020
0.124
4.
Kalimanlan Barat
0.135
0.115
0.075
0.028
0.030
0.034
0.055
0.052
0.044
5.
Kalimanlan Tengah
0.102
0.108
0.062
0.068
0.060
0.042
0.083
0.081
0.050
6.
Kalimantan Timur
0.071
0.070
0.032
0.043
0.052
0.027
0.055
0.060
0.029
7.
Kalimantan Selatan
0.123
0.125
0.056
0.067
0.091
0.047
0.092
0.106
0.051
8.
Sulawesi Ulara
0.048
0.024
0.057
0.017
0.008
0.060
0.028
0.014
0.059
9.
Selawesi Tengah
0.053
0.047
0.051
0.028
0.026
0.066
0.039
0.035
0.060
10. Sulwesi Selatan
0.027
0.053
0.052
0.007
0.017
0.091
0.016
0.033
0.074
11. Sulawesi Tenggara
0.042
0.039
0.057
0.019
0.018
0.038
0.029
0.027
0.046
12. Maluku
0.050
0.070
0.160
0.060
0.060
0.120
0.060
0.070
0.015
13. lrian Jaya
0.097
0.064
0.066
0.043
0.027
0.071
0.068
0.045
0.068
KTI
0.082
0.073
0.073
0.035
0.034
0.067
0.051
0 048
0060
Lampiran 25. Tingkat Konsumsi Pangan Sumber Protein Nabati Rumahtangga di KT1 Menurut Propinsi dan Kelompok Pendapatan, Tahun 1996 (kgikaplminggu] Rendah Propinsi
No.
Tahu
Tempe
Sedang Kmng lain
Tahu
Tempe
Tinggi I_
Tahu
Tempe
Kacang
1.
Nusa Tenggara Baral
0.072
0.049
0.070
0.082
0.061
0.077
0.120
0.078
0.108
2.
Nusa Tenggara Timur
0.007
0.007
0.058
0.014
0.021
0.082
0.042
0.045
0.107
3.
Tim Tim
0.012
0.007
0.076
0.029
0.016
0.140
0.070
0.054
0.189
4.
KalirnantanBarat
0.042
0.046
0.029
0.057
0.051
0.043
0.078
0.065
0.078
5.
KalimantanTengah
0.094
0.089
0.030
0.055
0.066
0.051
0.117
0.093
0.091
6.
Kalimantan Tirnur
0.047
0.061
0.017
0.054
0.055
0.031
0.070
0.067
0.049
7.
KalimantanSelatan
0.083
0.098
0.034
0.091
0.108
0.052
0.111
0.117
0.083
8.
Sulawesi Utara
0.015
0.009
0.036
0.029
0.014
0.061
0.053
0.024
0.101
9.
Selawesi Tengah
0.029
0.029
0.035
0.040
0.033
0.066
0.059
0.052
0.095
10.
Sulwesi Selatan
0.011
0.023
0.065
0.014
0.032
0.076
0.029
0.053
0.089
11.
Sulawesi Tenggara
0.018
0.018
0.026
0.035
0.031
0.047
0.040
0.039
0.085
12.
Maluku
0.050
0.060
0.060
0.070
0.060
0.070
0.160
0.120
0.150
13,
lrian Jaya
0.060
0.033
0.043
0.062
0.039
0.080
0.098
0.080
0.097
0.067
0.081
0.068
0.102 N
2
Lampiran 26. Parameter Dugaan Model LAlAlDS Komoditas Pangan di Wilayah KT1 dengan Peubah Demografi, Tahun 1996 (tanpa restriksi simetri) Komodilas Beras Serealia lain Umbi-umbian Mielterigu Daging lkan Telur SUSU Sayuran Buah-buahan Kacang-kacangan Gula pasir Minyak goreng Makananjadi
Konslanta
0,4711 0,0386 0,0629 -0,0320 0,1239 0,2218 0,0248 0,0205 0,0752 -0,0374 -0,0076l 0,0872 0,1102 0,0837
I Komoditas
-0,0210 Beras Serealia lain -0,0152 Umbi-umbian -0,0187 Miellerigu 0,0015 -0,0012' Daging lkan 0,0216 Telur 0,0051 0,0058 Susu 0,0061 Sayuran Buah-buahan -0,0029 Kacang-kacangan 0,0008 ' Gula pasir 0,0038 Minyak goreng 0,0035 Makanan jadi -0,0007 * Kelerangan : 1 laraf nyala 5%;
2
Harga
Pengeluaran
Beras
-0,0710 -0,0041 0,0020 2 0,0132 -0,0031 I -0,0183 0,0020 *0,0099 -0,0040 0,0237 0,0057 -0,0174 -0,0136 -0,0099
0,0810 0,0164 0,0253 -0,0060 0,0238 4,0576 -0,0089 -0,0004 ' -0,0004 ' -0,0189 -0,0011 ' -0,0148 -0,0039 -0,0115
Serealia
-0,0041 -0,0216 -0,0010 * 0,0039 -0,0050 0,0166 0,0054 0,0029 -0,0035 -0,0039 0,0015 0,0021 -0,0016 0,0010
umbian umbi-0,0403' -0,0045 0,0009 ' 0,0023 0,0113 0,0129 0,0024 0,0102 -0,0042 -0,0001 ' 0,0002 ' -0,0014 -0,0000 ' 0,0023
MieKerigu
4.0022 0,0004' 0,0016 -0,0037 0,0016 0,0000' 0,0013 4,0007 0,0006 2 0,0012 -0,0002 ' -0,0010 0,001 1 -0,0037
Haraa Minyak Makanan KacangGula Pasir kacangan Gomn Jadi buahan -0,0084 0,0067 1 -0,0084 1 0,0163 0.0074 0,0321 70,0072 -0,0016 -0,0000' -0,0039 -0,0070 0,0040 0,0004' -0,0044 -0,0080 0,0031 0,0037 1 -0,0016 0,0014 -0,0012' 0,0013 ' 0,0043 -0,0057 -0,0434 0,0003 ' -0,0034 1 -0,0093 -0,0119 -0,0089 0,0203 0,0066 0,0013 -0,0013 0,0031 -0,0015 2 0,0012' -0,0037 1 0,0001 " 0,0034 -0,0034 -0,0000 ' 0,0103 -0,0014 -0,0023 -0,0002 ' -0,0014' 0,0000' 0,0076 -0,0032 0,0169 0,0019 -0,0082 0,0006' 0,0047 0,0027 0,0025 0,0201 0,0012 0,0039 -0,0054 0,0014 1 0,0004 ' 0,0156 -0,0047 -0,0043 0,0029 0,0067 -0,0032 laraf0,0075 -0,0006 2 nyata 1%. raf nyala 10%; 'tidak nyata, lanpa calatan :
Daging
lkan
Telur
Susu
-0,0011' -0,0038 -0,0132 0,0012 ' -0,0193 0,0096 0,0007 ' 0,0054 0,0023 2 0,0057 0,0039 -0,0024 0,0005 ' 0,00101
0,0133 0,0095 -0,0171 0,0006 ' 0,0170 -0,0109 0,0033 0,0008' -0,0016 1 -0,0023 0,0037 -0,0082 -0,0109 -0,0049
-0,0432 0,0054 0,0287 -0,0010 ' -0,0004' 0,0117 -0,0017 2 0,0070 0,0007 ' -0,0023 0,0057 0,0071 0,0050 0,0042
0,0132 -0,0087 0,0063 -0,0035 0,0049 0,0078 -0,0007 * -0,0087 -0,0069 0,0001 ' -0,0024 -0,0018 0,0016 -0,0024
I Pangan Lain -0,0080 0,0028 0,0039 0,0002' 0,0048 -0,0064 -0,0013 0,0024 0,0005 2 0,0017 0,0000' -0,0004 -0,0004 -O,OM12 '
DAER -0,0620
PDDKK
-0,0069 -0,0017 -0,0010 0,0010 0,0018 0,0026 0,0010 0,0023 -0,0003 0,0002 0,0002 0,0002 0,0001 ' -0,0002
JART
0,0065 0,0007 0,0002' 0,0005 0,0008 -0,0029 -0,0014 -0,0005 -0,0023 0,0003 .0,0000' -0,0010 -0,0025 -0,0025
!
Lampiran 27. Parameter Dugaan Model LAlAlDS Komoditas Pangan di Wilayah KT1 dengan Peubah Demografi, Tahun 1996 (tanpa restriksi homogen) Komodilas
Konstanta
0,5212 0,0716 0,0101' -0,01111 0,0115 ' 0,3066 0,0268 0,0519 0,1130 0,0259 0,0062 ' 0,0663 0,1819 0,1167
Beras Serealia lain Umbi-umbian Miellerigu Daging lkan Telur SUSU Sayuran Buah-buahan Kacang-kacangan Gula pasir Minyakgoreng Makanan jadi
Harga
PengelUaran
Beras
-0,0846 -0,0027 0,0071 0,0134 -0,0017 ' -0,0167 0,0020 -0,0092 -0,0061' 0,0243 0,0060 -0,0175 -0,0135 -0,0095
0,0857 0,0065 0,0008' -0,0040 0,0069 -0,0052 -0,0120 -0,6007 ' -0,0158 -0,0200 -0,0051 -0,0075 0,0042 0,0027
Serealia
0,0065 -0,0233 -0,0044' 0,0020 4,0026 0,0144 0,0057 -0,0004 * -0,0079 -0,0044 0,0008 0,0029 -0,0018 0,00072
Buah-
Komoditas
-0,0079 -0,0108 0,0013 0,0036 0,0054 0,0044 0,0006 ' 0,0102 -0,0018 0,0018 0,0025
I
~akananjadi+0,0011 Keterangan : 1 taraf nyata 5%;
-0,0044 -0,0053 -0,0015 0,0052 -0,0021 0,0016 0,0015 -0,0018 0,0178 0,0019 -0,0049 -0,0032 2 taraf nyata 10 ,
Mieilerigu
Daging
-0.0022 0,0020' 0,0003 -0,0038 0,0012 -0,0001' 0,0009 -0,0019 0,0013 0,0015 -0,0002 ' -0,0008 -0,0002' 0,0001'
4,0069 -0,0026 0,0033 0,0012 -0,0236 0,0173 -0,0010' 0,0048 0,0036 0,0052 0,0019 -0,0032 0,0017 0,0004'
lkan
Telur
Susu
-0,0052 0,0144 -0,0072 -0,0001 ' 0,0173 -0,0151 0,0034 0,0000 ' 0,0054 -0,0021 0,0050 -0,0101 -0,0106 -0,0066
-0,01207 0,0057 0,0064 -0,0009 -0,0010 ' 0,0034 -0,0004' -0,0015 0,0044 0,0016 0,0038 0,0049 0,0013 0,0073
0,0007' -0,0004' 0,0122 -0,0019 0,0048 -0,0000' -0,0015 -0,0099 0,0006' 0,0015 4,0017 -0,0021 0,0016 -0,0023
PDDKK
JART
Minyak kacan an -0.0051
Serealia lain Umbi-umbian Mielterigu Daging lkan Telur Susu Sayuran Buah-buahan Kacang-kacangan Gula pasir
Umbiumbian 0,0009 ' -0,0044 -0,0048 0,0031 0,0033 -0,0072 0,0064 0,0122 -0,0108 -0,0054 0,0012 -0,0019 -0,0029 -0,0010'
-0.0075
1
0.0042 -0,0018 -0,0027 -0,0002 ' 0,0017 -0,0106 0,0013 0,0016 0,0022 -0,0032 0,0018 -0,0000 ' -0,0039
1
0,0010 -0,0037 0,0073 -0,0002' 'tidak nyata. tanpa catalan : ~rafnyata 1%.
1 0,0019
4,0083 4,0017 4,0012 0,0012 0,0019 0,0035 0,0010 0,0026 -0,0002 ' 0,0003 0,0002 0,0002 0,0001 -0,0002
' '
0,0054 0,0010 0,0009 0,0005 0,0007 -0,0029 -0,0015 -0,0006 -0,0019 0,0004 1 -0,0000' -0,0009 -0,0024 -0,0023
Lampiran 28. Parameter Dugaan Model W A D S Komoditas Pangan di Wilayah KT1 dengan Peubah Demografi, Tahun 1996 (tanpa restriksi homogen dan sirnetri)
I
Komoditas
Konstanta
I
Penge-
Beras Serealia lain Umbi-umbian Mielterigu Daging
I
'
Beras Serealia lain Umbi-umbian Miellerigu Daging lkan Telur Susu Sayuran Buah-buahan Kacang-kacangan Gula pasir Minyak goreng Makanan jadi
Sayuran
4,0233 -0,0150 -0,0173 0,0018 0,0004 * 0,0194 0,0051 0,0060 0,0070 -0,0032 0,0008' 0,0038 0,0033 -0,0004'
ra Makanan Jadi
I
10%; "tidak nyata.
lkan
Telur
Susu
-0,0136 -0,0029 -0,0057 0,0032 -0,0106 -0,0023' -0,M]09' 0,w 0,0069 0,0041 0,0041 -0,0026 -0,0008' 0,0023
0,0109 0,0097 -0,0157 -0,0003' 0,0186 -0,0131 0,0033 -0,0006' -0,0007' -0,0026 0,0037 -0,0092 4,0112 -0,0046
-0,0506 0,0059 0,0329 0,0000' -0,0052 0,0052 -0,00152 -0,0046 0,0096 0,0016' -0,0057 0,0070 0,0043 0,0049
0,0087 -0,0080 0,0103 -0,0026 0,0093 0,0005 ' -0,0007' -0,0084 -0,0044 0,00102 -0,0024 -0,0020 0,00082 -0,0018
DAER
PDDKK
JART
Pangan Lain -0,0078 0,0028 0,0038 0,0002' 0,0047 -0,0062 -0,0013 0,0024 0,0004' 0,0017 0,0000' -0,W -0,0004 -0,0002'
0.0064 0,0000' -0,0039 -0,0015 0,0009' -0,0126 -0,0012 -0,0033 0,0001 ' -0,0001' O,W8* 0,0039 0,0003' 0,0076
-0,0019 0,0168 0,0027 -0,0054 -0,0045 0,0004 ' 2 taraf nyata
Daging
'
Buahbuahan 4,0233 -0,0039 -0,0073 0,0015 0,0050 -0,0010 0,0031
I
Kelerangan : taraf I fala 5%;
umbian
-0,0059 -0,0214 -0,0002 ' 0,0042 -0,0036 0,0147 0,0054 0,0031 -0,0028 ~0,0041 0,0015 0,0021 -0,0018 0,0012
0,0643 0,0175 0,0348 -0,0036 0,0347 -0,0721 -0,0087 -0,0009' -0,0061 *0,0207 -0,OW' 4,0152 -0,0054 -0,0099
Telur Susu Sayuran Buah-buahan Kacang-kacangan Gula pasir Minyak goreng Makanan jadi
Komoditas
Serealia
Beras
I
1
I
tanpa catatan : taraf nyata 1%.
4,0620 -0,0027 -0,0073 0,0083 0,0139 0,0177 0,0026 0,0126 0,0108 -0,0005' 0,0018 -0,0036 -0,0004' 0,0019 I
4,0069 -0,0015 4,0010 0,0010 0,0018 0,0026 0,0010 0,0023 -0,0003 O,MX)3 0,0002 0,0002 0,0001 1 -0,0002
0,0063 0,0007 0,0003' 0,0006 0,0010 -0,0031 -0,0014 -0,0005 -0,0022 0,0003' -0,MMO' .0,0010 -0,0025 -0,0024
Lampiran 29
Perturnbuhw Luas Panen KomoditasTanaman Pangan di KTI, Tahun 1969-1995 Uraian
Kalimantan
I 1. 2. 3. 4. 5. 6.
I
Malukul lrian
I
I
Padi Jagung Kedelai Ubi kayu Kacang tanah Ubi jalar
II.
Pangsa Terhadap KT1 (%) 1. Padi 2. Jagung 3. Kedelai 4. Ubi kayu 5. Kacang tanah 6. Ubi jalar
Ill.
Pangsa Terhadap Nasional (%) 1. Padi 2. Jagung 3. Kedelai 4. Ubi kayu 5. Kacang tanah 6. Ubi jalar
Lmber:
Nusa Ten
Sulawesi
9.34 1.29 1.69 3.01 3.34 4.22
10.74 13.18 7.08 6.39 11.68 9.11
4.22 9.31 9.57 8.36 5.76 11.OO
0.23 0.53 0.56 3.22 1.10 7.85
Dikutip dari Statistik Pertanian Kawasan Tirnur Indonesia (KTI) dalarn Syafa'at, @ a1998.
Pertumbuhan Luas Panen Komoditas Tanaman Hortikultura di KTI, Tahun 1969-1996
Lampiran 30.
I
Uraian 1.
II.
Ill.
Malukul lrian
Kalirnantan
Laju Pertumbuhan (%/tahun) 1. Bawang rnerah 2. Cabellornbok 3. Kentang * 4. Kubis " 5. Jeruk 6. Mangga 7. Pisang
9.41 15.55 9.65 6.72 0.30 -3.36 -7.65
Pangsa Terhadap KT1 (%) 1. Bawang rnerah 2. Cabeilombok 3. Kentang * 4. Kubis" 5. Jemk 6. Mangga 7. Pisang Pangsa Terhadap Nasional (%) ?. Bawang rnerah 2 . Cabenornbok 3. Kentang * 4. Kubis " 5 . Jeruk 6. Mangga 7. Pisang
Surnber:
3.74 3.76
6.62 19.20 0.75 0.90 3.87
I
Dikutip dari Statislik PertaniarI Kawasan Tirnur Indonesia (KTI) dalam Syafa'at,
Keterangan:
*
"
1998.
Pertumbuhan luas panen kentang di Kalirnantan dihitung dengan rentang waktu 1986-1995. Perturnbuhan luas panen kubis di seluruh KT1 dihitung dengan rentang waktu 1980-1995.
I
Lampiran 31.
Perturnbuhan Populasi Komoditas Temak di KTI, Tahun 1969-1996 Uraian
I.
Laju Pertumbuhan f%/lahun) 1. Sapi perah 2. Sapi potong 3. Ayarn buras 4. Ayam pedaging 5. Ayam petelur 6. Domba 7. Kambing 8. Babi 9. ltik
11.
Pangsa Terhadap KT1 (%) 1. Sapi perah 2. Sapi potong 3. Ayam buras 4. Ayam pedaging 5. Ayam petelur 6. Domba 7. Karnbing 8. Babi 9, ltik
Ill.
Pangsa Terhadap Nasional (%) 1. Sapi perah 2. Sapi potong 3. Ayam buras 4. Ayam pedaging 5. Ayam petelur 6. Domba 7. Kambing 8. Babi 9. ltik
i
Sumber:
Kalimantan
I
Sulawesi
I
1
I
Nusa Tenggara
I
Malukul lrian
Dikutip dad Statistik Pertanian Kawasan Timur Indonesia (KT!) dalam Syafa'at, @ g l 1998.
I
Lampiran 32.
Pertumbuhan Produksi Komoditas Tanarnan Pangan di KTI, Tahun 1969-1995 Uraian
Kalrnantan
Sulawesi
Nusa Tenggara
Laju Pertumbuhan (%ttahun) 1. Padi 2. Jagung 3. Kedetai 4. Ubi kayu 5. Kacang ianah 6. Ubi jalar II.
Pangsa Terhadap KT1 (%) 1. Padi 2. Jagung 3. Kedelai 4. Ubi kayu 5. Kacang tanah 6. Ubi jalar
Ill. Pangsa Terhadap Nasional (%) 1. Padi 2. Jagung 3. Kedelai 4. Ubi kayu 5. Kacang tanah 6. Ubi jalar
r I Sumber: Dikutip dari Statistik Pertania I Kawasan Timur Indonesia (KTI) dalam Syafa'at. 5
Malukul lrian
KT1
Lampiran 33.
Perturnbuhan Produksi Kornoditas Tanaman Hortikultura di KTI, Tahun 1969-1996 -
~p
~-
Uraian
I
I.
Laju Perturnbuhan (%/tahun) 1. Bawang merah 2. Cabenornbok 3. Kentang ' 4. Kubis 5. J e ~ k 6. Mangga 7. Pisang
II.
Pangsa Terhadap KT1 (X) 1. Bawang rnerah 2 . Cabe/lornbok 3. Kentang * 4. Kubis* 5. Jeruk 6. Mangga 7. Pisang
Ill.
Pangsa Terhadap Nasional(46) 1. Bawang rnerah 2. Cabellombok 3. Kentang * 4. Kubis 5. Jeruk 6. Mangga 7. Pisang
Surnber:
Kalirnantan
I
Nusa ara
Sulawesi
I
Malukul lrian
Ten
I
I
Dikutip dari Statistik Pertanian Kawasan Timur Indonesia (KTI) dalarn Syafa'at, g t
Keterangan:
KT1
I
t998.
Perturnbuhan produksi kentang di Kalirnantan sangat kecil. Perturnbuhan luas panen kubis di seluruh KT1 dihitung dengan rentang waktu 1974-1995
Lampiran 34.
Perturnbuhan Produksi Kornoditas Petemakan di KT\, Tahun 1969-1996 Uraian
I.
II.
/
Kalimantan
Nusa Tenggara
Sulawesi
Malukul lrian
LajuPertumbuhan(%/tahun) 1. Susu segar 2. Daging Sapi 3. Daging ayam buras 4. Daging ayam pedaging 5. Telur ayam 6. Daging domba 7. Daging kambing 8. Daging Babi 9. Telur ltik
-9.62 4.57 3.38 22.60 -1.40 -18.40 3.74 6.29 4.87
-19.21 5.44 -1.09 39.34 -1.68 -12.14 4.60 5.63 -1.30
-20.88 4.35 5.87 41.75 -12.23 0.56 5.32 -0.59 3.30
0.60 8.76 3.87 7.05 -2.80 -20.84 6.52 6.84 12.10
Pangsa Tefiadap KT1 (%) 1. Susu segar 2. Daging Sapi 3. Daging ayam buras 4. Daging ayam pedaging 5. Telur ayam 6. Daging domba 7. Daging kambing 8. Daging Babi 9. Telur ltik
69.95 27.87 31.71 48.88 40.86 8.62 16.61 29.49 52.18
18.88 43.00 38.60 47.37 52.56 12.42 30.00 47.97 37.36
t1.17 19.92 24.37 1.29 2.31 78.56 44.50 12.28 7.32
0.00 9.21 5.32 2.46 4.26 0.20 8.69 10.30 3.13
1
1
1
KT1
-10.23 5.14 1.82 24.68 -1.68 -5.79 4.45 4.56 1.93
(
Ill. Pangsa Temadap Nasional (%) 1. Susu segar 2. Daging Sapi 3. Daging ayam buras 4. Daging ayam pedaging 5. Telur ayam 6. Daging domba 7. Daging kambing 8. Daging Babi 9. Telur ltik I
Surnber:
1
I
1
I
t
Dikutip dari Statistik Pertanian Kawasan Timur Indonesia(KTI) dabam Syafa'at, e g 1 9 9 8 .
Lampiran 35.
t
No. 1.
Pengernbangan 13 Kawasan Andalan d i KT1 Lokasi
Aspek yang Dikernbangkan dan Target ( s a ~ a r a n ) ~ Sentra pengembangan tanaman pangan - Sentra perkebunan dan agroestate - Terpenuhinya kebutuhan tenaga kej a - Tertanganinya prasarana dan sarana untuk pengembangan kawasan andalan - Sentra pengembangan KT1 - Sentra pengembangan perikanan
Batui (Sulawesi Tengah)
-
Sanggau (Kalimantan Barat) DAS Kakab
-
(Kayahan-Kapuas-Barito: Kalimantan Tengah)
- Pusat perdagangan dan industri - Pusat pengembangan Iptek, pernantauan gambut dan
Pusat kegiatan perkebunan dan hutan tanaman industri Terbangunnya industri hilir CPO Temujudnya penambangan bauksit dan industri kimia Pusat pengembanganagroindustri dan agrobisnis agrowisata
Batulicin (Kalimantan Setatan)
- Pusat agrobisnis dan agroforestry - Pusat perdagangan dan industri pengolahan bahan t ambang
- Daerah tujuan wisata dan kelestarian lingkungan hidup - Menjadi kota rnandili, terpadu, dan modem Pusat industri peprikanan Laut terpadu
-
Pusat agribisnis dan agm industri
- Sentra industri - Tujuan wisata bahari, budaya, dan pelayanan jasa pariwisata Sasamba (Samarinda-Sanga SangaMuara Jawa-Balikpapan: Kalimantan Tirnur)
- Pusat agmindustri dan agroforestry -
Obyek pariwisata dan kelestarian lingkungan Pusat perdagangan utama Pusat kegiatan pertambangand m industri migas
Mbay (Nusa Tenggara Timur)
-
Pusat agribisnis dan agmindustri Pusat perdagangandan pelayanan Daerah tujwn wisata
Pare-Pare (Sulawesi Selatan)
- Pusat agroindustri
-
-
Penampungan potensi daerah hinterland
- Pintu gerbang arus penurnpang, dan barang
Lampiran 35. Lanjutan Lokasi
No. 9.
Aspek yang Dikembangkan dan Target (sasaran)
- Pusat agroindustri - Pusat pariwisata
ManadwBitung (Sulawesi Utara)
-
Bukari (Buton-Kolaka-Kendari: Sulawesi Tenggara)
- Pusat agroindustri dan agmforest - Pusat industri
Biak (Irian Jaya)
- Pusat pariwisata
Seram (Maluku)
- Pusat pengembangansumberdaya lautl perikanan
-
-
Daerah pariwisata Pusat industxi dan perdagangan Pusat perikanan laut
-
Daerah pengembanganagroindustri Daerah pengembanganpariwisata Meningkatkan sumberdaya manusia untuk mengelola sumberdaya alam dan kemajuan lptek - Terciptanya hubungan terpadu dengan daerah terbelakang - Terpenuhinya kebutuhan energi
-
Menjadikankawasan andalan sebagai pusat agrobisnis dan agroindustri - Meniadikan Naan Curun sebarrai usa at perchgangan dan pelayanan cntuk kawasan andalan dan mengantisipasi Timor saD.
Benaviq (Betano-Natarbora-Viqueque:Timor Tirnur
I Sumber:
Pusat perikanan dan marine
-
Komarudin, 1997. Wawasan dan Visi Pembangunan Abad 21: Sumberdaya Manusia dan Wawasan dan Visi PembangunanAbad 21. Penerbit PT. Iptek. Dalam D. Rahardjo (4). Intermasa.
Lampiran 36. Elastisitas Harga dan Pendapatan dari Berbagai Studi Sebelumnya
r
Sumber Data
KomoditaslHasilPenelitian
Timmer dan Alderman (1979)
World Bank (IBRI) (1984)
'
Cherniyhovsky dan Meesook (1984) Mears (1981)
'
'
Susenas 1976
Sistem Permintaanl
Log-Linier
Log-Linier
Desa + Kota Desa + Kota
Jawa Luar Jawa Jawa
Susenas 1976
Klumper (1986)
'
Time Series
Ditjentan (1986)
'
Time Series
AlDS
lndonesia
Susenas 1987
AlDS
Jawa
'
lndonesia
Luar Jawa
Sudaryanto, &t g! (1995)
'
Susenas 1990
Elastisitas Harga PengeSendiri luaran
Desa Kota Desa + Kota
Indonesia
I
AIDS
Indonesia
Desa Kota Desa Kota
Luar Jawa
ARD (1990)
~
lndonesia
Time series Susenas 1978
LokasilGolongan Pengeluaran
Wilayah
I
( /
Desa + Kota Desa Kota Desa Kota Desa: Rendah Sedang Tinggi
! Kota: Rendah Sedang Tinggi
Larnpiran 36. Lanjutan
Wilayah
( 13 propinsi di KT1
I
I Total KT1 1 Kota Desa
Rendah Sedang Tinggi Indonesia
Elastisitas
LokasiIGolongan
Desa: Rendah Sedang Tinggi Kota: Rendah Sedang Tinggi
lndonesia
Desa Kota Desa + Kota
13 propinsi di KT1
Total KT1 Kota Desa Rendah Sedang Tinggi
I 1 1
1
Sendiri luain -0.564 1 0.554 -0.504 1 0.465 1
Larnpiran 36. Lanjutan
I
KornoditaslHaril Penelitian
Hermanto @ gl(1996)
'
/
Surnber Data
Susenas 1996
Sistem PerrnintaanlModel
AlDS
1
Wilayah
LokasilGolongan Pengeluaran
I
Elastisitas
I
! lndsonesia
Desa: Rendah Sedang Tinggi
Kota: Rendah Sedang Tinggi Susenas 1996
Studi ini
AlDS
13 Propinsi di KT1
Total KT1 Kota Desa Rendah Sedang Tinggi
Gula pasir: Ditjentan ( I 988)
'
1 I
Time series
AlDS
Indonesia
Desa + Kota
Susenas 1990
AlDS
lndonesia
Desa: Rendah Sedang Tinggi
-0.31 -0.59 -0.24
Kota: Rendah Sedang Tinggi
-0.65 -0.65
-0.30
E 01
Lampiran 36. Lanjutan KomoditaslHasilPenelitian Studi ini
Sumber Data Susenas 1996
I
I 13 Propinsi di KT1 I Total KT1
I
I Kota
Rendah Sedang Tinggi lkan segar: Hermanto 4 (1996)
Studi ini
'
Susenas 1993
Susenas 1996
Desa: Rendah Sedang Tinggi
lndonesia
13 Propinsi di KT1
1 1
lndonesia
Elaslisitas
LokasiIGolongan
Wilayah
Kota: Rendah Sedang Tinggi Total KT1 Kota Desa Rendah Sedang Tinggi Desa: Rendah Sedang Tinggi Kota: Rendah Sedang Tinooi
I 1 1
I 1 -0.5041
Sendiri -0.653
luaran 0.549 0.493
1
Lampiran 36. Lanjutan KomoditaslHasil Penelitian
Herrnanto
Studi ini
a1 (1996) '
I
Sumber Data
Susenas 1993
I
PermintaanlModel sistem AIDS
AIDS
Susenas 1996
Wilayah
Indonesia
13 Propinsi di Indonesia
LokasilGolongan
Desa: Rendah
-0.88
Kota: Rendah Sedang Tinggi
-0.77 -0.85 -0.75
0.38 0.37 0.39
Total KT1 Kota Desa Rendah Sedang Tinggi
Keterangan:
a
Dikutip dari Sudaryanto, T., 1997. Analisis Permintaan dan Penawaran Komoditas Pertanian Utama Dalam Pelita VII. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian bekerjasama dengan Agriculture Research Management Project. Bogor.
37. Program Komputer Pendugaan Model Pangan =/AIDS
Lampiran
options nocenter ps=500 proc format ; value dr l='kota' 2='desa' ;
;
VALUE KL l='rendahV 2='sedangS 3='tinggiS; VALUE
PR 5 2 ='NTB'
53 54 71 72 73 74 61 62 63 64 81 82
='NTT' ='TIMTIMI ='SULUT' ='SULTENG' ='SULSEL' ='SULTRA' = ' KALBAR' ='KALTENG1 ='KALSEL' ='KALTIM' ='MALUKU' ='1RJAt;
options nocenter; libname yy 'c:\MY DOCUMENTS\HANDEWI'; DATA A
;
LABEL D3 D6
SET YY.akhir; = =
DUMMY DAER DUMMY JML ANGGOTA RT
;
* + * Total Nilai * * * ; vtot = sum (OF Nll-N21,N23,Nl,N47,N810); yt =x11; lyt = loglyt); wsb = vtot/ yt ; * * * Log Harga * * * ; lhBR = log (hl ) ; LhPDL = log (h2 ) ; 1hIK = log thll); LhTL = log (h12) ; lhSS = log (h13); LhSY = log (h14); lhBH = log (h15); LhKC = log (h16); lhGP = log (h17); LhMG = log (h18);
Permintaan
lhMJ LhPL lhMT LHPDL LHUB LHDG
log (h19); log (h20); log (h21); = LOG (H23); = LOG (H47); = LOG (H810); = = =
"*
Buat Share * * + ; = Nl/vtot; sIK = Nll/vtot; sTL = Nl2/vtot; sSS = Nl3/vtot; sSY = NlQ/vtot; sBH = N15/vtot; sKC = N16/vtot; sGP = N17/vtot; sMG = NlB/vtot; sMJ = N19/vtot; sPL = NZO/vtot; sMT = N2l/vtot; SPDL = N23/VTOT; SUB = N47/VTOT; SDG = NBlO/VTOT; sBR
" * index harga stone cBR CIK cTL cSS cSY cBH cKC cGP cMG cMJ cPL cMT cPDL CUB CDG
= = = = = = = = = =
= = = = =
sBR * SIK * sTL * sSS * sSY * sBH * sKC * sGP * sMG * sMJ * sPL * sMT sPDL* SUB * sDG * +
+*
;
lhBR ; lhIK ; lhTL ; lhSS ; lhSY ; lhBH ; lhKC; lhGP ; lhMG ; 1hMJ ; lhPL ; lhMT ; 1hPDL; lhUB ; IhDG ;
1IH sum (CBR,CIK,CTL,CSS,CSY,CBH,CKC, CGP,CMG,CMJ,CPL,CMT,CPDL,CUB,CDG) ; ih = exp(L1H); P = vtot/ih; lp = log ( P I ;
array nn SBR SPDL SUB SDG SIK STL SSS SSY SBH SKC SGP SMG SMJ SPL SMT do over nn ; if nn=. then nn=O ; end ; proc means data = a noprint
;
var SBR SIK STL SSS SSY SBH SKC SGP SMG SMJ SPL SMT SPDL SUB SDG WSB ; output o u t -- aa ( d r o p = -type- - f r e e mean = RSBR RSIK RSTL RSSS RSSY RSBH RSKC RSGP RSMG RSMJ RSPL RSMT RSPDL RSUB RSDG RWSB ; proc s y s l i n data = a o u t e s t = bb s u r
;
MODEL SBR= LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC ; LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 MODEL SPDL=LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC ; LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 MODEL SUB= LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ; MODEL SDG
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ;
MODEL SIK
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ;
MODEL STL
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ;
MODEL SSS
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL~LHsSLHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ;
MODEL SSY
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ;
MODEL SBH
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ;
MODEL SKC
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ;
MODEL SGP
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ;
MODEL SMG
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP X3 x6 ;
MODEL SMJ
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ;
MODEL SMT
=
LHBR LHPDL LHUB LHDG LHIK LHTL LHSS LHSY LHBH LHKC LHGP LHMG LHMJ LHPL LHMT LP x3 x6 ;
TITLE ANALISA KT1 SUSENAS 1996
;
srestrict
SBR.LHBR+SBR.LHPDL+SBR.LHUB+SBR.LHDG+SBR.LHIK+SBR.LHTL+SBR.LHSS+SBR.LH SY+ SBR.LHBH+SBR.LHKC+SBR.LHGP+SBR.LHMG+SBR.LHMJ+SBR.LHPLSBR.LHMT = 0 ,
d a t a nn ; i f -n- = 1 t h e n s e t a a ; s e t bb; I F -TYPE= ' O L S ' THEN D E L E T E ;
data e l ; s e t nn; I F -MODEL= 'SBR'
;
epBR
) +l;
=
(lp/rsBR
ehBRBR = ehBRPDL EHBRUB EHBRDG EHBRIK EHBRTL EHBRSS EHBKSY EHBRBH EHBRKC EHBRGP EHBRMG EHBRMJ ehBRMT = ( 1 h M T - l p * r s M T ) /RSBR LHBRPL = L H P L ; = LP ; LPBR
data e23; s e t nn; I F -MODEL= 'SPDL' ; epPDL = i l p / r s P D L )+1;
;
ehPDLMG ehPDLMJ ehPDLMT LHPDLPL LPPDL
(1hMG (1hMJ = (1hMT = LHPL = LP ;
=
=
-lp*rsMG)/RSPDL; -lp*rsMJ) /RSPDL; -IptrsMT) /RSPDL; ;
data e47; set nn; IF -MODEL- = 'SUB' ; epUB = ( l p / r s U B ) +l;
(1hBR (1hPDL = ( (LHUB = (1hDG = ( 1 h I K = (1hTL = (1hSS = (IhSY = (IhBH = (1hKC = (IhGP = (1hMG = (1hMJ
EHUBBR EHUBPDL EHUBUB EHUBDG EHUBIK EHUBTL EHUBSS EHUBSY EHUBBH EHUBKC EHUBGP EHUBMG EHUBMJ
=
EHUBMT LHUBPL LPUB
(1hMT -1p'rsMT LHPL ; = LP ;
=
=
data e 8 1 0 ;
s e t nn;
I F -MODELepDG
=
EHDGBR EHDGPDL EHDGUB EHDGDG EHDGIK ERDGTL EHDGSS EHDGSY EHDGBH EHDGKC EHDGGP EHDGMG EHDGMJ EHDGMT LHDGPL LPDG
)/RSUB;
=
'SDG' ; ( l p / r s D G ) +l;
=
(1hBR -lp*rsBR (IhPDL -1pirsPDL) ( LHUB - l p f r s U B ( ( l h D G -1p'rsDG (1hIK -lpfrsIK (1hTL -lpfrsTL (1hSS - l p f r s S S (IhSY -1p'rsSY (1hBH -lp*rsBH (1hKC -lp*rsKC (1hGP -lp*rsGP (1hMG -lptrsMG (1hMJ -lpfrsMJ (1hMT -1ptrsMT LHPL ; LP ;
)/RSDG; /RSDG; )/RSDG; )/RSDG))/RSDG; )/RSDG; )/RSDG; )/RSDG; )/RSDG; )/RSDG; ) /RSDG; )/RSDG; )/RSDG; )/RSDG;
data e l l ; set nn; I F -MODELepIK = = EHIKBR EHIKPDL = EHIKUB = EHIKDG = EHIKIK = EHIKTL = = EHIKSS EHIKSY = = EHIKBH = EHIKKC = EHIKGP
*SIKT ; (lp/rsIK) +l; {lhBR -1p'rsBR ) /RSIK; ( I h P D L - I p f r s P D L ) /RSIK; ( LHUB - 1 p f r s U B )/RSIK; ( lhDG -lptrsDG ) /RSIK; ( (lhIK - l p f r s I K ) / R S I K ) -1; -lptrsTL ) /RSIK; (IhTL -1p'rSSS 1 /RSIK; (1hSS )/RSIK; -lpirsSY (1hSY )/RSIK; (IhBH -1p'rsBH -lp*rsKC ) /RSIK; (1hKC -lptrsGP ) /RSIK; (1hGP =
EHIKMG EHIKMJ
=
EHIKMT LHIKPL LPIK
=
=
=
=
(lhMG (lhMJ
-1pfrsMG )/RSIK; -1pfrsMJ )/RSIK;
(lhMT -lp*rsMT )/RSIK; LHPL ; LP ;
data el2 ; set nn; IF -MODEL- = 'STL' ; epTL = (lp/rsTL)sl; EHTLBR = (1hBR -1ptrsBR )/RSTL; EHTLPDL = (1hPDL -1ptrsPDL)/RSTL; EHTLUB = ( LHUB -1ptrSUB ) /RSTL; EHTLDG = ( lhDG -lp*rsDG ) /RSTL; EHTLIK = ( lhIK -lp*rsIK ) /RSTL; EHTLTL = ((lhTL -1ptrsTL )/RSTL)-1; EHTLSS = (IhSS -1ptrsSS )/RSTL; EHTLSY = (IhSY -1ptrsSY )/RSTL; EHTLBH = (lhBH -lp*rsBH )/RSTL; EHTLKC = (IhKC -lp*rsKC ) /RSTL; EHTLGP = (1hGP -lp*rsGP ) /RSTL; EHTLMG = (IhMG -1ptrsMG /RSTL; EHTLMJ = (lhMJ -lp*rsMJ 1 /RSTL; EHTLMT = (lhMT -lpirsMT )/RSTL; LHTLPL = LHPL ; LPTL = LP ; data el3 ; set nn; IF -MODEL- = 'SSS' ; epSS -- (lp/rsSS)+l; EHSSBR EHSSPDL EHSSUB EHSSDG EHSSIK EHSSTL EHSSSS EHSSSY EHSSBH EHSSKC EHSSGP EHSSMG EHSSMJ EHSSMT LHSSPL LPSS
= = = = = = = =
= =
= =
= = = =
(1hBR -lp*rsBR /RSSS; (1hPDL -lpirsPDL)/RSSS; ( LHUB -lp*rsUB ) /RSSS; ( lhDG -1pirsDG ) /RSSS; ( lhIK -lp*rsIK I /RSSS; (1hTL -1p'rsTL )/RSSS; ((lhSS -lp*rsSS )/RSSS)-1; (1hSY -lpirsSY )/RSSS; (IhBH -1pirsBH )/RSSS; (IhKC -1pfrSKC )/RSSS; (1hGP -1p'rsGP )/RSSS; (1hMG -1ptrsMG )/RSSS; (1hMJ -lp*rsMJ )/RSSS; (IhMT -1p'rsMT ) /RSSS; LHPL ; LP ;
d a t a e l 4 ; set nn; IF -MODEL- = ' SSY' ; epSY = (lp/rsSY)+1;
EHSYBR EHSYPDL EHSYUB EHSYDG EHSYIK EHSYTL EHSYSS EHSYSY EHSYBH EHSYKC EHSYGP EHSYMG EHSYMJ EHSYMT LHSYPL LPSY
= = =
= = =
= = = = =
= = = =
=
(1hBR - 1 p f r s B R )/RSSY: (IhPDL -1pirsPDL)/RSSY; ( LAUB - l p f r s u B )/RSSY; ( lhDG -lp*rsDG ) /RSSY; ( l h I K -1p'rsIK ) /RSSY; (1hTL - 1 p f r s T L )/RSSY; (IhSS -1pirsSS )/RSSY; ( (lhSY - l p f r s S Y ) /RSSY)-1; (IhBH -lpfrsBH I/RSSY; (1hKC -lp*rsKC )/RSSY; (1hGP -lp*rsGP ) /RSSY; (1hMG -lptrsMG ) /RSSY; (1hMJ -1p"rsMJ )/RSSY; (1hMT -lp*rsMT ) /RSSY; LHPL ; LP ;
d a t a el5 ; s e t nn; I F -MODELepBH
'SBH' ; (lp/rsBH)+l;
= =
= (1hBR -1pfrsBR ) /RSBH; EHBHBR EHBHPDL = ( 1 h P D L - 1 p t r s P D L ) / R S B H ; = ( LHUB - 1 p t r s U B )/RSBH; EHBHUB = ( lhDG -1pfrsDG )/RSBH; EHBHDG = ( l h I K - l p f r s 1 K ) /RSBH; EHBHIK = (1hTL -1pfrsTL ) /RSBH; EHBHTL = (1hSS -lpfrsSS ) /RSBH; EHBHSS = (1hSY - l p f r s S Y ) /RSBH; EHBHSY = ( (lhBH -1pfrsBH ) / R S B H ) -I; EHBHBH = (1hKC -1ptrsKC ) /RSBH; EHBHKC = (1hGP -1ptrsGP ) /RSBH; EHBHGP = (IhMG -lp*rsMG ) /RSBH; EHBHMG = (1hMJ -1pfrsMJ ) /RSBH; EHBHMJ = (1hMT -lpirsMT ) /RSBH; EHBHMT = LHPL ; LHBHPL = L P ; LPBH
d a t a el6 ; s e t nn; I F -MODEL= ' SKC ' epKC EHKCBR EHKCPDL EHKCUB EHKCDG EHKCIK EHKCTL EHKCSS EHKCSY EHKCBH EHKCKC EHKCGP
;
(lp/rsKC)+l;
=
(1hBR (1hPDL
LHUB lhDG l h I K (1hTL (IhSS (1hSY (1hBH ( (1hKC (IhGP ( ( (
EHKCMG EHKCMJ EHKCMT LHKCPL LPKC
=
) /RSKC;
= =
(1hMG -1pfrsMG LlhMJ -1p*rsMJ (lhMT -1pCrsMT = LHPL ; = LP ;
)/RSKC; )/RSKC;
data e l 7
set nn;
;
I F -MODELepGP =
'SGP' ; i i p / r s G P ) +I;
=
EHGPBR = (ihBR -lpCrsBR EHGPPDL = ( 1 h P D L - l p * r s P D L ) EHGPUB = ( LHUB - 1 p f r s U B EHGPDG = ( lhDG -1pirsDG EHGPIK = ( l h I K - l p * r s I K EHGPTL = (1hTL -lp*rsTL EHGPSS = (1hSS -1p"rsSS EHGPSY = (1hSY -lp*rsSY EHGPBH = (1hBH -1pfrsBH EHGPKC = (1hKC -lp*rsKC = ( (lhGP -lpirsGP EHGPGP = (1hMG -1p'rsMG EHGPMG = (1hMJ -1pirsMJ EHGPMJ EHGPMT = (1hMT -1pirsMT = LHPL ; LHGPPL LPGP = L P ;
/RSGP; /RSGP; )/RSGP; ) /RSGP; ) /RSGP; )/RSGP; )/RSGP; ) /RSGP; )/RSGP; )/RSGP; ) / R S G P ) -1; ) /RSGP; ) /RSGP; ) /RSGP; )
d a t a e l 8 ; s e t nn; I F -MODEL= 'SMG' ; epMG = (lp/rsMG) +I; EHMGBR EHMGPDL EHMGUB EHMGDG EHMGIK EHMGTL EHMGSS EHMGSY EHMGBH EHMGKC EHMGGP EHMGMG EHMGMJ EHMGMT LHMGPL LPMG
(1hBR -lp*rsBR )/RSGP; (1hPDL - l p C r s P D L ) /RSGP; ( LHUB - 1 p C r s U B )/RSGP; ( lhDG -1pfrsDG )/RSGP; ( l h I K -1pfrsIK )/RSGP; (1hTL -1pCrsTL )/RSGP; (1hSS -1pCrsSS )/RSGP; (1hSY -lp*rsSY )/RSGP; (1hBH -1pfrsBH )/RSGP; (IhKC -1pfrsKC ) /RSGP; (1hGP -1pfrsGP ) /RSGP; ( (lhMG -1pfrsMG ) /RSGP) (1hMJ - l p C r s M J )/RSGP; (1hMT -1ptrsMT ) /RSGP; LHPL ; LP ;
d a t a el9 ; s e t nn; I F -MODELepMJ
'SMJ' ; (lp/rsMJ)+l;
= =
-
EHMJBR EHMJPDL EHMJUB EHMJDG EHMJIK EHMJTL EHMJSS EHMJSY EHMJBH EHMJKC EHMJGP EHMJMG EHMJMJ EHMJMT LHMJPL LPMJ
= = = =
= = = = = = = = = = = =
(IhBR -1pfrsBR ( I h P D L -1p'rsPDL) ( LHUB -1p'rsUB ( lhDG -lp*rsDG ( l h I K -lp*rsIK (1hTL -1p'rsTL (1hSS -lpfrsSS (1hSY -1pfrsSY (1hBH -1ptrsBH (1hKC -1ptrsKC (1hGP -1pirsGf (IhMG -IpfrsMG ) ( ( l h M J -1pfrsMJ (1hMT -1p'rsMT LHPL ; L P ;
)/RSMJ; /RSMJ; )/RSMJ; )/RSMJ; /RSMJ; ) /RSMJ; ) /RSMJ; )/RSMJ; )/RSMJ; ) /RSMJ; )/RSMJ; /RSMJ; /RSMJ) ) /RSMJ;
-
d a t a e 2 1 ; Set nn; I F -MODEL= 'SMT ' ; epMT = ( l p / r s M T ) +l; (lhBR - I p f r s B R )/RSMT; {lhPDL -lp*rsPDL)/RSMT; ( LHUB -1p'rsUB )/RSMT; ( l h D G -IpfrsDG ) /RSMT; { l h I K - 1 p f r s I K ) /RSMT; (lhTL -1pfrsTL )/RSMT; (lhSS -1pfrsSS ) / R S M T ; (lhSY -1p'rsSY )/RSMT; (1hBH -lp*rsBH ) /RSMT; (1hKC -1p'rsKC )/RSMT; (lhGP -lpfrsGP )/RSMT; (1hMG -1p'rsMG )/RSMT; (1hMJ -1ptrsMJ ) /RSMT; ((lhMT -1pfrsMT l/RSMT)-1;; LHPL ; L P ;
EHMTBR EHMTPDL EHMTUB EHMTDG EHMTIK EHMTTL EHMTSS EHMTSY EHMTBH EHMTKC EHMTGP EHMTMG EHMTMJ EHMTMT LHMTPL LPMT
data
ee
;
merge E l E23 E47 E810 Ell E l 2 E l 3 El4 E l 5 E l 6 E l 7 E l 8 E l 9 E21
lpPL
=
- (sum(LHBR,
lhPLPL
=
-
;
LHPDL, LHUB, LHDG, L H I K , LHTL, L H S S , LHSY, LHBH, LHKC, L H G P , LHMG, L H M J , L H P L , L H M T ) ) ; ( s u m ( L H B R P L , LHPDLPL, LHUBPL, LHDGPL, LHIKPL, LHTLPL, LHSSPL, LHSYPL, LHBHPL, LHKCPL, L H G P P L , L H M G P L , L H M J P L , L H P L P L , L H M T P L )
;
proc reg data = a model wsb = lyt ;
outest
=
cc N O P R I N T ;
t i t l e A N A L I S A P E R P R O P I N S I SUSENAS 1996 ; FORMAT DAER D R . K L S K L . P R O P P R . ; RUN ; data g; i f -n-
=
eytBR = eytPDL= eytUB = eytDG = eytIK = eytTL = eytSS = eytSY = eytBH = eytKC = eytGP = eytMG = eytMJ = eytPL = eytMT =
1 t h e n s e t c c ; s e t ee; epBR* ( ( l y t / r w s b ) + l ) ; e p P D L * ( ( l y t / r w s b ) +l) ; epUB* ( ( l y t / r w s b ) +l) ; epDG *( (lyt/rwsb) +l) ; epIK* [ ( l y t / r w s b ) + l ) : epTL * ( (lyt/rwsb) + l ) ; epSS * ( (lyt/rwsb) +l) ; epSY * ( ( l y t / r w s b ) + l ) ; epBH * ( ( l y t / r w s b ) + l ) ; epKC * ( ( l y t / r w s b ) + l ) ; epGP ( ( l y t / r w s b ) + l ) ; epMG * [ ( l y t / r w s b ) + l ) ; epMJ ( ( l y t / r w s b ) + l ) ; e p P L * ( ( l y t / r w s b ) + l ); epMT* ( ( l y t / r w s b ) + 1 ) ;
-
+
p r o c t a b u l a t e d a t a = g noseps
;
var e p B R e p P D L e p U B epDG e p I K e p T L e p S S e p S Y epBH e p K C e p G P epMG e p M J e p P L epMT; t a b l e s ( e p B R e p P D L e p U B e p D G e p I K e p T L epSS e p S Y e p B H e p K C e p G P epMG epMJ e p P L e p M T ) , (rnean='total'*f=8 -3) /rts=lO ; T I T L E ANALISA K T 1 SUSENAS 1 9 9 6 ; RUN; PROC T A B U L A T E DATA Class kls:
=
G NOSEPS
;
VAR EHBRBR E H P D L P D L EHUBUB EHDGDG E H I K I K E H T L T L E H S S S S EHSYSY EHBHBH EHKCKC E H G P G P EHMGMG E H M J M J E H P L P L EHMTMT ; T A B L E S i E H B R B R E H P D L P D L EHUBUB EHDGDG E H I K I K E H T L T L E H S S S S EHSYSY EHBHBH EHKCKC E H G P G P EHMGMG E H M J M J E H P L P L E H M T M T ) , ( k l s - '
')*(MEAN='total'*F=f183)/RTS = 20
;
T I T L E A N A L I S A K T 1 1996 ;
run
;
P R O C T A b u l a t e data-g noseps ; C l a s s kls; Var E H B R B R EHBRPDL EHBRUB EHBRDG E H B R I K EHBRTL EHBRMG EHBRMJ EHBRMT E H B R S S EHBRSY EHBRBH EHBRKCEHBRGP EHPDLBR EHPDLPDL EHPDLUB EHPDLDG E H P D L I K EHPDLTL E H P D L S S EHPDLSY EHPDLBH EHPDLKC EHPDLGP EHPDLMG EHPDLMJ EHPDLMT EHUBBR E H U B P D L EHUBUB EHUBDG E H U B I K EHUBTL E H U B S S EHUBSY EHUBBH EHUBKC EHUBGP EHUBMG EHUBMJ EHUBMT EHDGBR E H D G P D L EHDGUB EHDGDG E H D G I K E H D G T L E H D G S S E H D G S Y EHDGBH EHDGKC E H D G G P EHDGMG EHDGMJ EHDGMT EHIKBR EHIKPDL EHIKUB EHIKDG E H I K I K EHIKTL EAIKSS EHIKSY EHIKBH EHIKKC EHIKGP EHIKMG EHIKMJ EHPDLMT EHTLBR EHTLPDL EHTLUB EHTLDG E H T L I K EHTLTL E H T L S S EHTLSY EHTLBH EHTLKC EHTLGP EHTLMG EHTLMJ EHTLMT EHSSBR EHSSPDL EHSSUB EHSSDG E H S S I K EHSSTL E H S S S S EHSSSY EHSSBH EHSSKC E H S S G P EHSSMG EHSSMJ EHSSMT EHSYBR EHSYPDL EHSYUB EHSYDG E H S Y I K EHSYTL E H S Y S S EHSYSY EHSYBH EHSYKC EHSYGP EHSYMG EHSYMJ EHSYMT EHBHBR EHBHPDL EHBHUB EHBHDG E H B H I K EHBHTL E H B H S S EHBHSY EHBHBH EHBHKC EHBHGP EHBHMG EHBHMJ EHBHMT EHKCBR EHKCPDL EHKCUB EHKCDG E H K C I K EHKCTL E H K C S S EHKCSY EHKCBH EHKCKC EHKCGP EHKCMG EHKCMJ EHKCMT EHGPBR EHGPPDL EHGPUB EHGPDG E H G P I K EHGPTL E H G P S S EHGPSY EHGPBH EHGPKC EHGPGP EHGPMG EHGPMJ EHGPMT EHMGBR E H M G P D L EHMGUB EHMGDG E H M G I K E H M G T L E H M G S S E H M G S Y EHMGBH E H M G K C E H M G G P EHMGMG EHMGMJ EHMGMT EHMJBR E H M J P D L EHMJUB EHMJDG E H M J I K EHMJTL EHMJSS EHMJSY EHMJBH EHMJKC EHMJGP EHMJMG EHMJMJ EHMJMT EHPLBR EHPLPDL EHPLUB EHPLDG E H P L I K EHPLTL EHPLSS EHPLSY EHPLBH EHPLKC EHPLGP EHPLMG EHPLMJ EHPLMT E H P L P L EHMTBR E H M T P D L E H M T U B EHMTDG E H M T I K E H M T T L EHMTSS EHMTSY EHMTBH EHMTKC EHMTGP EHMTMG EHMTMJ EHMTMT ;
t a b l e s (EHBRPDL EHBRUB EHBRDG E H B R I K EHBRTL EHBRSS EHBRSY EHBRBH EHBRKC EHBRGP EHBRMG EHBRMJ EHBRMT EHPDLBR EHPDLUB EHPDLDG EHPDLLK EHPDLTL EHPDLSS EHPDLSY EHPDLBH EHPDLKC EHPDLGP EHPDLMG EHPDLMJ EHUBBR EHUBPDL EHUBDG E H U B I K EHUBTL E H U B S S EHUBSY EHUBBH EHUBKC E H U B G P EHUBMG EHUBMJ EHUBMT EHDGBR EHDGPDL EHDGUB EHDGIK EHDGTL EHDGSS EHDGSY EHDGBH EHDGKC E H D G G P EHDGMG EHDGMJ EHDGMT EHIKBR EHIKPDL EHIKUB EHIKDG EHIKTL EHIKSS
EHPDLMT
EHIKSY EHIKBH EHIKKC EHIKGP EHIKMG EHIKMJ EHPDLMT EHTLBR EHTLPDL EHTLUB EHTLDG E H T L I K EHTLSS EHTLSY EHTLBH EHTLKC EHTLGP EHTLMG EHTLMJ EHTLMT EHSSBR EHSSPDL EHSSUB EHSSDG E H S S I K EHSSTL EHSSSY EHSSBH EHSSKC EHSSGP EHSSMG EHSSMJ EHSSMT EHSYBR EHSYPDL EHSYUB EHSYDG E H S Y I K EHSYTL EHSYSS EHSYBH EHSYKC EHSYGP EHSYMG EHSYMJ EHSYMT E H B H P D L EHBHUB EHBHDG E H B H I K EHBHTL EHBHBR E H B H S S EHBHSY EHBHKC EHBHGP EHBHMG EHBHMJ EHBHMT EHKCBR EHKCPDL EHKCUB EHKCDG E H K C I K EHKCTL E H K C S S EHKCSY EHKCBH EHKCGP EHKCMG EHKCMJ EHKCMT EHGPBR EHGPPDL EHGPUB EHGPDG E H G P I K EHGPTL E H G P S S E H G P S Y EHGPBH E H G P K C EHGPMG E H G P M J EHGPMT EHMGBR E H M G P D L E H M G U B EHMGDG E H M G I K E H M G T L E H M G S S E H M G S Y EHMGBH E H M G K C E H M G G P EHMGMJ EHMGMT EHMJBR EHMJPDL EHMJUB EHMJDG E H M J I K EHMJTL E H M J S S EHMJSY EHMJBH EHMJKC EHMJGP EHMJMG EHMJMT EHPLBR ERPLPDL EHPLUB EHPLDG EHPLIK EHPLTL EHPLSS EHPLSY EHPLBH EHPLKC EHPLGP EHPLMG EHPLMJ EHPLMT EHMTBR EHMTPDL EHMTUB EHMTDG E H M T I K EHMTTL E H M T S S E H M T S Y E H M T B H E H M T K C E H M T G P EHMTMG E H M T M J ) , ( k l s = ' ' )' i m e a n * f = 8 . 3 ) /rts=lO ; T I T L E ANALISA K T 1 SUSENAS 1996 ;
run
;
p r o c t a b u l a t e d a t a = g noseps ; class k l s ; v a r e y t B R E Y T P D L EYTUB EYTDG E Y T I K e y t T L eytSS e y t S Y e y t B H e y t K C e y t G P eytMG e y t M J e y t P L eytMT ; tables ( e y t B R EYTPDL EYTUB EYTDG E Y T I K e y t T L eytSS e y t S Y e y t B H e y t K C e y t G P eytMG eytMJ eytPL eytMT), (kls=' ') * { m e a n = ' t o t a l ' + f = 8 . 3 ) /rts=lO ; T I T L E A N A L I S A K T 1 S U S E N A S 1 9 9 6 ;run;