EDISI 12 • TAHUN VI • DESEMBER 2015
Kawah Kepemimpinan Pelajar Belajar Bersama Maestro dan Mentor
S AK SU
Membangun Karakter dan Budaya Bangsa
E UN D
Tamu Kehormatan Terbaik FBF dalam 10 Tahun Terakhir ISI KHU
2015
ISSN : 2355-8156
R TAH HI
Upaya dan Capaian Kemendikbud
2015
Cuplikan
2
EDISI 12 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
DAPUR REDAKSI
Daftar Isi
dari Mas Menteri
LAPORAN UTAMA
Hlm. 3
Kawah Kepemimpinan Pelajar Membentuk Pemimpin Masa Depan yang Berkarakter dan Patriotik..............3
Syukuri Perkembangan, Perbaiki Kekurangan Saat membaca tulisan ini, boleh jadi kalender sudah menunjuk angka 2016. Secara hitungan waktu tahun 2015 memang sudah berlalu, namun secara hitungan memori, ia tak boleh berlalu begitu
Belajar Bersama Maestro dan Mentor Belajar dan Mengambil Inspirasi dari Para Maestro dan Mentor....................4
saja. Pengalaman tahun 2015 perlu menjadi refleksi bagi kita untuk melangkah ke depan. Visi yang ingin kita bangun di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) adalah “Terbentuknya insan dan eko-
Uji Kompetensi Guru 2015 Rapor Kompetensi Guru Indonesia.................................................................5
sistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter”. Ikhtiar kita ada pada dua komponen itu, yaitu manusianya dan ekosistemnya. Ini dijalankan lewat tiga strategi, yaitu (1) penguatan pelaku pendidikan dan kebudayaan; (2) peningkatan mutu dan akses; serta (3) peningkatan efektivitas birokrasi melalui perbaikan tata kelola dan pelibatan publik.
Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015 Ajang Tukar Pengalaman, Inspirasi, dan Praktik Baik Pembelajaran di Sekolah.....................................................6
Mengapa tiga strategi ini penting? Karena kita melihat, ekosistem hanya bisa berjalan dengan baik bila pelaku-pelaku pendidikan dan kebudayaan itu diperkuat. Dengan penguatan, maka Insya Allah mereka bisa memainkan perannya dengan baik.Terkait dengan hal itu, izinkan saya bercerita sedikit tentang proses selama satu tahun ini. Pertama, Ujian Nasional (UN) tidak lagi menjadi syarat kelulusan. Kedua, membuat penerapan kurikulum 2013 secara bertahap, dan di dalamnya dilakukan revisi atas kurikulum itu.
Guru Berprestasi Terus Berinovasi untuk Dukung Efektivitas Pembelajaran Siswa.................. 7
Ada nuansa baru dalam UN tahun ini, salah satunya UN berbasis komputer. Tahun ini ada 167.000 peserta di seluruh Indonesia yang mengikuti UN berbasis komputer. Melalui indeks integritas UN kita juga ingin kirimkan pesan tegas bahwa prestasi penting, tapi kejujuranlah yang utama. Sekolah yang memiliki indeks integritas tinggi diundang untuk bersilaturahim dengan Presiden. Pesannya jelas: negara mengapresiasi
Guru Garis Depan Mencerahkan Masa Depan Anak-Anak Wilayah Terdepan............................ 8 Centang Aktivitas “Sekolahku Sudah Laksanakan Pembiasaan Baik Ini”................................... 9
mereka yang jujur dalam menjalankan ujian nasional. Terkait evaluasi Kurikulum 2013, Alhamdulillah sudah tuntas. Kita perlu ingat, pendidikan adalah interaksi, kurikulum adalah alat untuk menstrukturkan interaksi itu. Kurikulum tidak boleh dipandang sebagai satu-satunya cara meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kunci interaksi adanya pada guru. Maka kualitas guru sangat menentukan. Sehebat apapun desain kurikulum yang dibuat, yang menjalankan adalah guru, maka kuncinya ada pada pada guru. Peningkatan kualitas guru menjadi salah satu fokus penting dalam tahun ini. Langkah struktural yang dilakukan adalah pertama, membentuk Direktorat Jenderal Guru dan
Ciptakan Rasa Nyaman di Hari Pertama Masuk Sekolah Sekolah Menyenangkan Bagi Siswa............................................................ 10
Tenaga Kependidikan. Kedua, mengadakan Uji Kompetensi Guru (UKG). UKG laksana cermin bagi kualitas guru-guru kita. Seperti ketika guru hendak pergi ke sekolah maka ia akan bercermin, yang kurang diperbaiki, begitu pula dengan UKG. Ada sekitar 2,9 juta guru melaksanakan UKG dalam satu bulan. Ini pertama kali dalam sejarah bangsa ini, dalam jangka waktu satu bulan, semua guru melakukan uji kompetensi.
Perwujudan Revolusi Mental Dunia Pendidikan Mendorong Nilai Kejujuran melalui Indeks Integritas UN............................. 11
Komponen lain yang tidak kalah penting dan menjadi janji Presiden adalah memberikan akses pendidikan untuk semua. Untuk itu kita menyiapkan roadmap wajib belajar 12 tahun. Salah satu komponen pentingnya adalah Program Indonesia Pintar (PIP). Desember 2015 ini PIP berhasil menjangkau 19,2 juta anak dari target 17,9 juta anak. Artinya jangkauan targetnya 104 persen. Kita melampaui target yang ditetapkan.
Kurikulum 2013 Dilaksanakan Bertahap Upaya Menyempurnakan Kurikulum Pendidikan di Indonesia..................... 12
Ini terjadi karena kerja kolektif bersama. Di tahun ini juga secara sistemik kita menerjemahkan konsep pendidikan karakter melalui Penumbuhan Budi Pekerti (PBP). Kita percaya bahwa budi pekerti tak tercipta dalam semalam, maka perlu pembiasaan. Mulai tahun pelajaran baru kemarin, pembiasaan itu sudah dilakukan pada tahapan sosialisasi. Sementara
Tamu Kehormatan Terbaik FBF dalam 10 Tahun Terakhir Ratusan Judul Buku Diminati Penerbit Asing............................................... 13
pada semester depan, dilakukan pendisiplinan. Alhamdulillah, sekolah-sekolah sudah mulai menerapkan. Selain itu, untuk menjawab kekurangan guru di daerah terdepan, kita memulai dengan program Guru Garis Depan (GGD). Kita juga mencoba membangun kaderisasi antara dunia seni dengan dunia pendidikan lewat Belajar Bersama Maestro (BBM). Di bidang kebudayaan, kita menyediakan aplikasi registrasi cagar
Seleksi Terbuka Kemendikbud Jaring Birokrat Terbaik Lewat Meritokrasi dan Seleksi Terbuka....................14
budaya secara online hingga terdaftar sebanyak 10.532 cagar budaya dari target 3.000. Di bulan Oktober, kita hadir sebagai tamu kehormatan dalam Frankfurt Book Fair 2015. Kita juga mendapat kesempatan menjadi negara tamu pada perhelatan budaya selama empat bulan, Europalia 2017. Akhir kata, menutup tahun ini mari kita syukuri perkembangan dan perbaiki kekurangan. (*)
Merayakan Film Melalui FFI....................................................................... 15
Program Indonesia Pintar.......................................................................... 16
TABLOID ASAH ASUH EDISI 12• TAHUN VI • DESEMBER 2015 Desain Sampul: Shahwin Purnomo Aji Foto Sampul: Dok. BKLM dan Komite Nasional, Indonesia sebagai Tamu Kehormatan pada Frankfurt Book Fair 2015 Keterangan Foto: Kumpulan dokumentasi kegiatan Kemendikbud tahun 2015
Pelindung: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan; Penasihat: Sekretaris Jenderal, Didik Suhardi; Pengarah: Rahman Ma’mun; Penanggung Jawab: Asianto Sinambela; Pemimpin Redaksi: Eka Nugrahini; Redaktur Pelaksana: Emi Salpiati; Staf Redaksi: Ratih Anbarini, Desliana Maulipaksi, Agi Bahari, Seno Hartono, Nur Widianto, Kresna Aditya, Billy Antoro; Fotografer: Ridwan Maulana, Arif Budiman, Jilan Rifai, Billy Antoro; Desain dan Artistik: Shahwin Purnomo Aji; Sekretaris Redaksi: Heri Kurnia, Bayu Pratama, Ryka Hapsari Putri, M. Adang Syaripudin, Zainuddin, Fadly Syah, Mohtarom; Alamat Redaksi: Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat, Kemendikbud, Gedung C Lt.4, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta, Telp 021-5711144 Pes. 2413, 021-5701088
kemdikbud.go.id
Kemdikbud.RI
Kemdikbud_RI
ISSN: 2355-8156
LAPORAN UTAMA
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 12
3
Kawah Kepemimpinan Pelajar
FOTO: Dok. BKLM
Membentuk Pemimpin Masa Depan yang Berkarakter dan Patriotik
Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan serta Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi berfoto bersama pelajar peserta Kawah Kepemimpinan Pelajar (KKP) 2015 di depan Istana Negara, Jakarta, Rabu (18/11). Presiden menilai, kegiatan ini tepat sebagai sarana menyiapkan pemimpin penggerak perubahan berkarakter.
Sebanyak 1.173 siswa terpilih dari 34 provinsi di Indonesia mendapat kesempatan emas berkumpul di Jakarta untuk mengikuti Kawah Kepemimpinan Pelajar (KKP) 2015. Selama enam hari pelaksanaan KKP, ribuan pelajar ini mendapat pengalaman berharga. Mereka diundang oleh Presiden Joko Widodo berkunjung ke Istana Negara. Mereka juga berkesempatan berdialog dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan bertanya apapun yang ingin mereka tanyakan.
P
agi itu, Rabu (18/11), suasana di depan Istana Negara tampak berbeda. Ribuan pelajar yang mengenakan rompi coklat berlogo Tut Wuri Handayani berkumpul untuk bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo. Mereka yang datang dari seluruh penjuru nusantara adalah peserta Kawah Kepemimpinan Pelajar (KKP) 2015. KKP adalah program penggemblengan kepemim-pinan pelajar secara nasional untuk membekali para pemimpin muda masa kini dan mengembangkan potensi kepemimpinannya bagi masa depan. Peserta KKP berjumlah 551 orang, terdiri atas pengurus OSIS SMP, 306 orang wakil SMK, dan 306 wakil SMK. Selain itu, ada juga peserta yang merupakan siswa Papua dan Papua Barat dari program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) yang terdiri dari 50 orang. Presiden Joko Widodo menyambut para
siswa terpilih ini dengan hangat. Presiden langsung menyalami beberapa di antara mereka dan menyapanya. Menurut Presiden, kegiatan ini menjadi sarana menyiapkan para peserta sebagai pemimpin penggerak perubahan yang berkarakter dan patriotik dalam membangun daerahnya masing-masing. Siangnya, para peserta KKP digiring ke kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk berdialog bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan. Setiap kali Mendikbud membuka sesi tanya-jawab, ratusan tangan para calon pemimpin itu terangkat untuk mengajukan pertanyaan mereka. Pertanyaan yang diajukan para peserta KKP tahun 2015 itu sangat beragam dan berbobot. Mulai dari yang sesuai dengan tema, yaitu kepemimpinan, hingga pertanyaan tentang implementasi Kurikulum 2013. Di sinilah terlihat potensi dan kapasitas peser-
ta, bahwa mereka benar-benar yang terpilih dari sekolah untuk mewakili kabupaten/kota di wilayahnya masing-masing mengikuti kegiatan KKP ini.
Mendikbud meminta para peserta untuk tidak hanya berprestasi di dalam kelas, melainkan juga di luar kelas. Ia mengimbau agar para pelajar tidak takut untuk memiliki banyak kegiatan di luar kegiatan belajarmengajar di sekolah. Peran Ganda Saat memberikan sambutannya, Mendikbud meminta para peserta untuk tidak hanya berprestasi di dalam kelas, melainkan juga di luar kelas. Ia mengimbau agar para pelajar tidak takut untuk memiliki banyak kegiatan di luar kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Karena pada kenyataannya, kata Mendikbud, dalam kehidupan ini seseorang harus bermain peran ganda, bahkan multiple.
“Sampaikan ke orang tua kalian. Kita membutuhkan orang-orang di masa depan yang memainkan peran yang tidak sama. Kenapa kita hanya memilih untuk menjadi siswa saja? Dalam kenyataannya, kita tidak hanya memerankan satu peranan,” ujar Mendikbud. Kemudian muncul pertanyaan dari seorang siswa, bagaimana mengatur waktu dalam memainkan berbagai peranan itu? Mendikbud menjawab, hal itu bisa dilakukan dengan melatih diri secara bertahap sejak dini. Misalnya bisa dimulai dengan belajar membagi waktu antara belajar di sekolah dengan berorganisasi. “Jangan sampai aktif di sana-sini tapi akademiknya jeblok,” kata Mendikbud. Sekitar dua jam lebih lamanya Mendikbud berdialog dengan para peserta KKP. Keesokan harinya, ribuan pelajar ini kembali mengikuti kegiatan KKP lainnya, di antaranya seminar, workshop, diskusi, pelatihan baris berbaris, dan pemainan outbound. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, Hamid Muhammad mengatakan, melalui KKP pihaknya ingin membentuk generasi yang tidak hanya unggul dalam bidang keilmuan, tapi juga santun dalam bersikap, sigap dalam bertindak. (Ratih, Desliana)
4
EDISI 12 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
LAPORAN UTAMA
Belajar Bersama Maestro dan Mentor
Belajar dan Mengambil Inspirasi dari Para Maestro dan Mentor Untuk pertama kalinya, Kemendikbud memiliki program Belajar Bersama Maestro dan Belajar Bersama Mentor sebagai salah satu bentuk pelibatan publik. Sebanyak 89 siswa SMA dan SMK terpilih untuk mondok dan belajar langsung kepada sepuluh Maestro senibudaya. Selain itu, puluhan siswa-siswi SMA dan SMK dari seluruh Indonesia juga berkesempatan menimba ilmu dan pengalaman dari 29 profesional di berbagai bidang dalam Program Belajar Bersama Mentor.
tas seni ini sekaligus memperingati 100 hari wafatnya Maestro Sinden, Supadminingtyas, yang wafatpada 3 September 2015. Penampilan pertama dipergelarkan para peserta BBM hasil didikan Maestro Supadminingtyas, kemudian secara bergilir setiap kelompok peserta sesuai maestronya menampilkan kebolehannya masing-masing.
rogram Belajar Bersama Maestro (BBM) diawali dengan tahap seleksi pada 18-21 Juni 2015 terhadap 279 siswa SMA dan SMK yang mendaftar dari seluruh penjuru tanah air. Kemudian terjaring 89 siswa berbakat dari berbagai kota untuk mengikuti program itu dalam masa liburan sekolah, yaitu 25 Juni hingga 3 Juli 2015. Seluruh siswa ini mendapat kesempatan mondok dan belajar langsung kepada sepuluh maestro bidang seni musik, tari, lukis, teater, patung, dan film, sesuai dengan bakat dan minatnya masing-masing. Kesepuluh maestro tersebut adalah Purwacaraka (musik), Gilang Ramadhan (musik), Tan De Seng (karawitan), Mang Udjo (angklung), Irawati Durban (seni tari), Didi Nini Thowok (seni tari), I Nyoman Nuarta (senipatung/memahat), Supadminingtyas (sinden), Nasirun (seni lukis), dan Aditya Gumay (seni teater dan film). Program BBM berlangsung di lima kota, yaitu Jakarta, Bogor, Tangerang Selatan, Bandung, dan Yog-
Program Belajar Bersama Mentor ini terinspirasi dari sejarah bangsa Indonesia, di mana banyak tokoh di negeri ini ternyata memiliki seorang mentor, yaitu H.O.S. Tjokroaminoto. Mereka rata-rata pernah mukim di rumah Sang Mentor. Menciptakan Pemimpin Masa Depan Bersama Profesional Sebanyak 29 profesional dari berbagai bidang bergabung dalam Program Belajar Bersama Mentor. Dalam Program Belajar Bersama Mentor, siswa-siswi SMA dan SMK yang terpilih dari Program Kawah Kepe-
FOTO: Ditjen Kebudayaan
P
yakarta, sesuai dengan tempat tinggal masing-masing maestro. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan berharap, lewat program BBM ini para siswa yang magang tidak hanya belajar hal-hal teknis tentang seni yang mereka minati. Mereka diharapkan bisa belajar kedisiplinan, keuletan, ketekunan, serta mengambil inspirasi dari para Maestro. “Mereka bukan belajar teknisnya, tetapi interaksi dan inspirasi dari maestro. Bayangkan, akumulasi pengalaman bertahun-tahun dari sang maestro bisa disalurkan dan anak-anak dapat kesempatan untuk belajar,” ujarnya. Setelah para peserta Belajar Bersama Maestro mondok dan belajar selama sembilan hari di kediaman maestro masing-masing, mereka kemudian dikumpulkan kembali untuk menampilkan sebuah pagelaran seni. Pagelaran seni tersebut berlangsung di Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) di Bandung, pada 23 November lalu. Pen-
Maestro musik, Purwacaraka memberikan pengajaran kepada peserta Belajar Bersama Maestro (BBM). Program ini memberikan kesempatan kepada siswa terpilih untuk belajar langsung dengan maestro di bidang seni selama sembilan hari.
mimpinan Pelajar (KKP) akan belajar dan mendapat bimbingan langsung dari para profesional Indonesia dari berbagai bidang. Mereka akan tinggal bersama para mentor selama tiga hari untuk menggali pengalaman dan memperoleh inspirasi. Para mentor tersebut antara lain Fasli Jalal, tokoh pendidikan; Nadiem Makarim, CEO Gojek; Merry Riana, motivator; Billy Boen, pengusaha; Gustav Aulia, presenter televisi; Teten Masduki, Staf Presiden RI; Ippho Santosa, penulis; Andrew Darwis, CEO Kaskus; dan Muhammad Arif Wibowo, Direktur Garuda Indonesia. Mendikbud mengatakan, para mentor tersebut diharapkan dapat memberikan inspirasi kepada anak-anak dan memiliki dampak yang sangat besar, meskipun pertemuan mereka tergolong singkat, yaitu hanya tiga hari. “Tinggalnya cukup jangka pendek, tetapi jangka pendek yang memberi kesan jangka panjang. Yang dibutuhkan adalah inspirasi yang datang dari akumulasi pengalaman dan pengetahuan yang teman-teman miliki selama ini. Jadi ngobrol saja yang tampaknya ringan itu powerfull sekali bagi anak SMA yang nantinya akan pulang. Masing-masing nempel dengan ceritanya sendiri-sendiri,” ujar Mendikbud. Program Belajar Bersama Mentor ini terinspirasi dari sejarah bangsa Indonesia sendiri, di mana banyak tokoh di negeri ini ternyata memiliki seorang mentor, yaitu H.O.S. Tjokroaminoto. Mereka rata-rata pernah mukim di rumah Sang Mentor. Mereka antara lain, Soekarno, Tan Malaka, dan M. Natsir pernah berguru kepada Pendiri Syarekat Islam ini. Tempat kediamannya di Surabaya pun menjadi semacam “Rumah Dialog” yang memberi inspirasi kepada para tokoh bangsa yang pernah singgah di sana tentang wajah Indonesia merdeka di masa depan. Program Belajar Bersama Mentor ini merupakan salah satu turunan dari Kerangka Strategis Kemendikbud, yaitu tentang pelibatan publik. Para mentor diharapkan dapat menyalurkan tanggung jawab sosial dan pribadi kepada dunia pendidikan Indonesia, serta berinteraksi dan menginspirasi para pemimpin muda Indonesia dari berbagai daerah. Program Belajar Bersama Mentor yang tadinya akan diselenggarakan pada akhir tahun ini terpaksa ditunda, dan akan dilaksanakan pada tahun depan. (Desliana)
LAPORAN UTAMA
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 12
5
Uji Kompetensi Guru 2015
Rapor Kompetensi Guru Indonesia
T
ahun 2015, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali menggelar uji kompetensi guru (UKG). Berbeda dengan tahun sebelumnya, UKG yang diselenggarakan pada 2015 ini ditujukan bagi semua guru yang terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Selain itu, pada UKG kali ini, guru menjalani uji kompetensi sesuai mata pelajaran dan jenjang pendidikan tempatnya mengajar. UKG tahun ini juga digelar di Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) yang dilakukan pada Desember 2015. Persiapan penyelenggaraan UKG terbagi atas tiga aspek yaitu pertama pembuatan soal, yang terdiri atas atas pernyiapan 200 mata pelajaran, dengan 60 s.d. 100 soal. Pembuatan soal ini melibatkan 656 widyaiswara di seluruh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK). Kedua, aspek uji kualitas. Uji Kompetensi melibatkan 40 pakar pengukuran dari Perhimpunan Evaluasi Pendidikan Indonesia, asosiasi profesi, serta perguruan tinggi negeri dan swasta. UKG juga melibatkan kalangan industri, antara lain industri otomotif, perkapalan, dan elektronika. Ketiga, aspek digitalisasi, meliputi penyiapan secara online sebesar 477 kabupaten/kota, penyiapan secara offline untuk 37 kabupaten dan telah terakreditasi oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Pada aspek teknis, sebanyak 4.035 lokasi disediakan Tempat Uji Kompetensi (TUK), 4.100 operator telah dilatih untuk memperlancar pelaksanaan UKG. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan menjelaskan, pasca pelaksanaan UKG 2015, para guru akan mendapatkan pelatihan sesuai dengan hasil UKG yang diraih. Adapun bentuk pelatihan akan berbeda-beda, mencakup kelas jauh, seminar, bergantung kepada hasil UKG yang ditunjukkan. “Inilah alasan penyelenggaraan UKG dilakukan secara menyeluruh, bukan secara sample seperti tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya. Mendikbud menambahkan, hasil UKG
digunakan untuk memotret dan menganalisis peta kompetensi individu masing-masing
UKG pun turut diselenggarakan pada Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN), yang meliputi tiga kawasan besar dunia, yaitu Asia, Eropa, serta Afrika dan Timur Tengah. guru. Tindak lanjut dari UKG 2015 berupa pendidikan dan pelatihan (diklat) yang lebih terarah untuk guru-guru sesuai dengan pemetaan yang dihasilkan dari UKG. “Apapun nilai UKG, itu hanya dijadikan baseline untuk treatment atau perbaikan,” ujar Mendikbud. UKG di Luar Negeri UKG pun turut diselenggarakan pada
Sekolah Indonesia di Luar Negeri (SILN), yang meliputi tiga kawasan besar dunia, yaitu Asia, Eropa, serta Afrika dan Timur Tengah. Pelaksanaannya berlangsung serentak selama empat hari, yaitu pada 18-21 Desember 2015, menyesuaikan dengan jadwal masing-masing Sekolah Indonesia pada kawasan tersebut. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud, Sumarna Surapranata, melalui sambungan telepon mengatakan, UKG SILN diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan pelatihan bagi para guru Indonesia, khususnya yang mengajar di luar negeri. Pada kawasan Asia, UKG berlangsung di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (Malaysia), Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (Malaysia), Sekolah Indonesia Bangkok (Thailand), Sekolah Indonesia Davao (Filipina), Sekolah Indonesia Tokyo (Jepang), Sekolah Indonesia Yangoon (Myanmar), dan Sekolah Indonesia Singapura. Berdasarkan informasi dari Panita Pelaksana UKG SILN, khusus penyelenggaraan UKG di Sekolah Indonesia Davao berlangsung pada 27-30 Desember 2015, dengan 12 peserta. Sementara itu di Sekolah Indonesia Tokyo, UKG diikuti 13 guru, Sekolah Indonesia Yangoon: 11 guru, Sekolah Indonesia Singapura: 16 guru), SILN Bangkok: 16 guru dan SILN Kota Kinabalu: 52 guru Sementara itu, di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), UKG berlangsung selama satu hari, yaitu pada 18 Desember 2015. To-
tal peserta sejumlah 110 orang yang terdiri atas dua kelompok peserta, yaitu para guru yang mengajar di SIKK, dan para guru yang mengajar di Community Learning Center atau Pusat Belajar yang tersebar di Tawau. Marjuki, salah seorang guru di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, mengakui tantangan UKG bagi para guru ada pada soalsoal yang bersifat kompetensi pedagogis. “Pertanyaan pedagogisnya banyak seputar teori-teori yang pernah kami pelajari waktu kuliah dulu, benar-benar diingatkan lagi, karena sudah lama tidak belajar itu,” ujarnya. Pariadi Ariani Pasaribu, peserta UKG Sekolah Indonesia Kuala Lumpur jenjang Taman Kanak-Kanak, menambahkan, perlu kehati-hatian dalam menjawab soal, karena banyak pertanyaan menjebak. “Soal-soalnya banyak pakai bahasa yang menjebak, perlu hati-hati membacanya, jadi seperti siswa saja yang diuji,” jelasnya. Pada kawasan Afrika dan Timur Tengah, penyelenggaraan UKG terbagi atas Sekolah Indonesia Riyadh (Arab Saudi) dengan 16 peserta , Sekolah Indonesia Mekkah (Arab Saudi) sebanyak 27 peserta, dan Sekolah Indonesia Kairo (Mesir) diikuti 18 peserta. Sementara itu, Sekolah Indonesia Jeddah menyelenggarakan UKG bagi 49 guru. Titik pelaksanaan UKG di kawasan Eropa berada di Sekolah Indonesia Moskow (Rusia) yang diikuti oleh delapan peserta, Sekolah Indonesia Beograd (Serbia) dengan sembilan peserta, Sekolah Indonesia Den Haag (Belanda) sebanyak 15 peserta. (Gloria)
SUMBER: Dok. BKLM
Tidak hanya siswa yang harus menghadapi evaluasi selama proses pembelajaran di sekolah, seorang guru juga perlu dinilai sejauh mana kompetensi yang mereka miliki sebagai bekal mengajar siswa. Hal ini penting mengingat belum ada peta kompetensi guru sehingga sulit menentukan jenis pelatihan yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan para tenaga pendidik ini. Untuk itulah sejak tiga tahun lalu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan uji kompetensi guru sebagai cermin untuk mengukur profesionalisme mereka.
6
LAPORAN UTAMA
EDISI 12 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
Hari Guru Nasional
FOTO: Dok. BKLM
Presiden: Kita Adalah Hasil Karya Para Guru
Sebanyak 2.000 guru berkumpul di Istora Senayan, Jakarta untuk mengikuti Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan, Senin (23/11). Kegiatan ini baru pertama kali digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai ajang bertukar pengalaman dan praktik baik di antara sesama guru.
Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015
Ajang Tukar Pengalaman, Inspirasi, dan Praktik Baik Pembelajaran di Sekolah Pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) tahun ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar hajatan penting nan bermanfaat bagi para guru: Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan. Kegiatan yang baru pertama kali diselenggarakan itu menjadi ajang bagi para guru dan tenaga kependidikan bertukar pengalaman, inspirasi, dan praktik baik di antara mereka. Hasil tukar pikiran ini diharapkan dapat dipraktikkan saat kembali di daerah pengabdiannya masing-masing.
M
enteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan membuka Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan sebagai salah satu kegiatan dalam Peringatan Hari Guru Nasional Tahun 2015. Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2015 berlangsung di Istora Senayan, Jakarta, Senin (23/11). Mendikbud berharap, simposium ini bisa dimanfaatkan oleh para guru sebagai ajang menjadi guru pembelajar dalam memberikan bekal kepada peserta didik. “Tugas kita yang pertama dan utama adalah belajar. Di dalam proses belajar. guru juga belajar, menghasilkan karya dan menghasilkan inovasi yang mencerahkan. Tradisi yang dibangun di Hari Guru ini mengingatkan kepada kita, amanat yang dititipkan kepada kita adalah amanat mulia. Dan simposium ini menunjukkan kepada kita banyak guru yang berkarya, yang hadir karena karyanya, dan memberikan terobosan bagi Indonesia,” ujar Mendikbud. Ia mengatakan, Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan tahun ini merupakan
yang pertama kali diselenggarakan Kemendikbud dalam rangka peringatan Hari Guru Nasional. Simposium ini direncanakan akan diselenggarakan rutin setiap tahun. Diharapkan, melalui simposium akan semakin banyak guru yang menginspirasi di berbagai wilayah tanah air. “Ada puluhan dan ratusan guru yang terobosannya disampaikan. Simposium ini memberikan kesempatan kepada kita untuk menambah ilmu dengan berbagi dengan sesama guru,” tutur Mendikbud. Ia juga menuturkan, saat ini para guru berhadapan dengan situasi yang unik, di mana anak-anak yang dididik adalah anakanak abad 21. Sebagai pendidik, guru harus bisa memastikan anak-anak memiliki bekal yang baik untuk masa depan. Simposium ini, kata Mendikbud, dapat digunakan sebagai hulu untuk berinteraksi dan berbagi pengalaman, sedangkan hilirnya ada di ribuan ruang kelas di seluruh penjuru tanah air. “Kami berharap praktik terbaik hasil tukar pikiran di sini dapat dibawa ke tempat kita mengabdi, dari berbagai macam bentuk aktivitas. Mari kita sebarkan praktik terbaik.
termasuk asosiasi mata pelajaran, sebarkan praktik terbaik. Bayangkan jika acara ini rutin diselenggarakan, maka siklusnya akan menyebar, dan yang diuntungkan adalah anak-anak kita,” ujar Mendikbud. Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan diikuti lebih dari 2.000 orang dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka adalah para finalis Lomba Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi, Guru Garis Depan, guru-guru yang lolos seleksi setelah mengirimkan karya tulis ilmiah, masyarakat umum, asosiasi profesi guru dan
Melalui Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan diharapkan semakin banyak guru inspiratif di berbagai wilayah tanah air. tenaga kependidikan, pemerhati pendidikan, LSM praktisi pendidikan dan para pemangku kebijakan. Simposium diisi dengan sejumlah kegiatan, misalnya seminar sesuai dengan jenjang pendidikan dengan tema yang berbeda-beda. (Desliana, Seno)
Guru menjadi salah satu sosok yang dihormati Presiden Joko Widodo. Ketika mengundang guru-guru SMP dan SMA-nya untuk makan siang di Istana Negara, Selasa (24/11), Presiden mengatakan, “Kita semua merupakan karya dari para guru kita.” Suasana haru sempat menyelimuti Presiden Jokowi, saat salah seorang guru SMP-nya, Suparmi Sutoto (91 tahun), memeluk orang nomor satu di Indonesia itu. Tampak mata Presiden Jokowi berkaca-kaca. Ibu Sutoto merupakan guru mata pelajaran aljabar dan geometri. Sang guru mendoakan anak didiknya itu bisa mengantarkan Indonesia ke arah kemajuan. “Mesti sukses,” katanya. Beberapa guru Presiden yang hadir sempat berkomentar, momen jamuan makan siang itu seperti mimpi. Mereka tidak menyangka dapat bertemu kembali dengan anak didiknya yang kini sudah menjadi pemimpin Indonesia. Komentar itu disambut Presiden dengan senyuman. Sudadi (62 tahun), salah satu guru Presiden, mengisahkan suasana makan siang semeja dengan Presiden Jokowi yang pernah jadi muridnya. “Sangat gayeng, akrab dan tidak terasa berjarak. Kami cerita-cerita nostalgia dan banyak canda,” katanya. Bahkan Ramelan Sukanta (84 tahun) sempat bercerita bahwa dirinya terkejut saat mendapat undangan acara Puncak Peringatan Hari Guru Nasional di Jakarta yang akan dihadiri Presiden, “Kami khawatir, jangan-jangan ini penipuan,” katanya yang disambut senyum dan tawa Presiden Jokowi dan guru lainnya. Tapi setelah melakukan konfirmasi satu sama lain, akhirnya mereka berangkat ke Jakarta. Guru presiden yang lain, Chury Martiningsih (77 tahun) juga sempat melontarkan kisahnya. “Memang sempat ragu mau datang. Diundang ke Jakarta, apalagi ini undangannya kan tanggal tua. Lha kami ini kan pensiunan,” tuturnya. Selain keempat guru tersebut, ada tujuh guru presiden lain yang hadir. Mereka adalah Budi Satriani, Murdi Suyitno, Agnes S. Mujiari, Sih Winarni, Siti Nurhayati, Soedrajatmo, dan Sri Haryadiningsih. (Desliana, Seno, Ratih)
LAPORAN UTAMA
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 12
7
Guru Berprestasi
Terus Berinovasi untuk Dukung Efektivitas Pembelajaran Siswa K
Saat memberikan pembelajaran di ruang kelas, seorang guru akan menilai sejauh mana materi pelajaran yang diberikannya efektif diserap oleh para siswa. Jika masih kurang efektif, tenaga pendidik ini akan mencari cara agar siswa mampu memahami pembelajaran di sekolah. Inovasi pembelajaran yang menyenangkan terbukti mendukung ketuntasan peserta didik terhadap materi pelajaran tertentu, serta memacu semangat siswa untuk belajar.
Djoko Sambodo Kepala SLB Negeri Sragen Juara 1 Kepala SLB Dikmen Tingkat Nasional tahun 2015 Di tangan Djoko Sambodo, SLB Negeri Sragen memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi bagi seluruh warga sekolahnya. Gebrakan ini praktis mengubah pandangan masyarakat tentang SLB yang gagap teknologi menjadi sekolah modern yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pemanfaatan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi di SLB Negeri Sragen meliputi Closed Circuit Television (CCTV) sebagai alat untuk memonitor proses pembelajaran di kelas oleh kepala sekolah kapanpun dan di manapun, komputer dilengkapi internet dan proyektor
Putri Hayuningtyas Guru SMP Negeri 10 Surabaya, Jawa Timur Juara 1 Lomba Karya Inovasi Pembelajaran Guru SMP Kelompok Seni Budaya tingkat Nasional 2015 Kenyataan menyebut, meski telah belajar aksara Jawa sejak kelas 3 SD, siswa di tingkat SMP masih harus mengulang pembelajaran tingkat dasar mata pelajaran ini. Rupanya metode pembelajaran aksara Jawa yang selama ini dilakukan di ruang kelas tidak efektif. Putri yang telah mengajar selama 27 tahun mata pelajaran bahasa daerah kemudian berinovasi dengan mengelompokkan pasangan huruf Jawa menjadi enam kelompok. “Huruf Jawa itu punya 20 karakter aksara inti dan 20 karakter pasangannya. Saat mengajar, saya tidak memulainya berdasarkan urutan ho-no-co-ro-ko, melainkan dengan
untuk proses pembelajaran di kelas, dan printer braile untuk mencetak bahan ajar dan memudahkan membaca bagi tuna netra. Ada pula jejaring nirkabel agar warga sekolah bisa terhubung dengan internet, mesin absensi digital bagi warga sekolah, perpustakaan digital, dan ruang telekonferensi serta laman sebagai media dalam jejaring untuk menyampaikan informasi kepada siswa, orang tua, dan masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya. Lewat dukungan teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan, selain program lain yang diterapkan di sekolahnya, SLB Negeri Sragen mampu merebut kepercayaan orangtua siswa sehingga terjadi peningkatan jumlah siswa yang signifikan. Dari 56 siswa menjadi 278 sejak 2008 lalu. “Harapan kami, ini bisa mengangkat martabat dan memotivasi SLB lain agar lebih maju seperti sekolah umum,” ujar Djoko. (Agi)
pengelompokan tadi,” tuturnya. Kelompok pertama adalah kelompok huruf dan pasangan yang memiliki bentuk yang sama. Kedua merupakan kelompok huruf dan pasangan dengan bentuk mirip. Ketiga adalah kelompok huruf dan pasangan yang hilang bagian depannya. Keempat, kelompok yang hilang bagian belakangnya. Kelompok lima, kelompok dengan penulisan mudah, dan kelompok keenam, kelompok dengan penulisan sulit. Putri menuturkan, setelah metode ini diterapkan, hanya dengan dua kali pertemuan tatap muka, anak-anak sudah mampu menghafal cara penulisan, menulis, dan membaca aksara Jawa. Metode tersebut memerlukan kerja sama. Saat guru mengenalkan kelompok ini kepada siswa, guru mengajak siswa membayangkan bentuknya, mendeskripsikannya, sambil menggerakkan jari di udara untuk menuliskan aksara yang dimaksud. (Ratih)
FOTO: Dok. BKLM
Selama ini guru mengaku kesulitan mengajarkan karakter kepada siswa melalui bahan bacaan cerita anak. Itu karena belum ada buku cerita anak-anak yang dianggap efektif dapat menumbuhkan karakter baik pada siswa SD juga karena minat baca anak-anak masih minim. Prihatin terhadap kondisi itu, guru kelas 5 SD Negeri Tawang Mas 01, Rustantiningsih mengembangkan dua buku yang dapat digunakan guru SD dalam pembelajaran di ruang kelas. Dua buku itu adalah buku pedoman pengajaran bagi guru yang isinya pedoman penggunaan materi ajar, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan buku berisi 16 cerita anak-
anak yang bermuatan 18 karakter. Ke-18 karakter ini tersebar dalam 16 cerita anak-anak itu. Dua buku yang diciptakannya itu digunakan pada ruang kelas dan terbukti bahwa buku bacaan cerita anak-anak ini dapat meningkatkan minat baca anak-anak. Selain itu materi ajar cerita anak juga terbukti efektif meningkatkan minat baca dan pembentukan karakter bagi siswa SD kelas tinggi. Tingkat keberterimaan materi ajar cerita anakanak yang bermuatan nilai karakter masuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang dilakukan, lebih dari 75 siswa dalam kategori karakter “mulai membudaya” dan “berkembang”. Selain itu, setelah tiga pertemuan di ruang kelas, rata-rata ketuntasan siswa belajar menunjukan grafik dengan kenaikan signifikan. Dari hasil analisis itu disimpulkan bahwa buku ini efektif digunakan sebagai materi pembelajaran dan layak bagi siswa SD kelas 5. (Ratih)
FOTO: Dok. BKLM
Rustantiningsih Guru SD Negeri Tawang Mas 01, Semarang, Jawa Tengah Juara 2 Lomba Kreativitas Guru SD Tingkat Nasional tahun 2015
Asah Asuh mewawancarai para guru ini di sela-sela kegiatan Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015 yang digelar di kawasan Istora Senayan, Jakarta, akhir November yang lalu. Berikut cuplikannya.
FOTO: Dok. BKLM
etiga guru berikut hanya contoh dari begitu banyak tenaga pendidik yang terus berinovasi untuk mendukung efektivitas pembelajaran siswa. Siapa saja mereka?
8
LAPORAN UTAMA
EDISI 12 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
Guru Garis Depan
Mencerahkan Masa Depan Anak-Anak Wilayah Terdepan Menjadi guru di derah terdepan wilayah Indonesia merupakan sebuah perjuangan penuh tantangan. Melawan “kemalangan” selama di daerah yang minim fasilitas itu menjadi bagian yang mau tidak mau harus dilakukan. Para Guru Garis Depan (GGD) yang dikirim ke daerah terdepan Indonesia memiliki visi mencerahkan masa depan anak-anak di wilayah tersebut. Ikhlas adalah modal awal melaksanakan misi mulia itu. punya atlas, di sekolah sama sekali tak ada. Anak-anak lalu saya beri penjelasan dengan atlas. Baru mereka mengerti,” ungkap Jamaluddin. Pria asal Bone berusia 27 tahun itu pernah juga dibuat kaget lantaran anak didiknya kesal tak mendapat Kartu Indonesia Pintar. Muridnya mengamuk. “Salah satu tugas berat di sini juga melakukan penyadaran kepada masyarakat yang sering gampang emosi bila menemukan masalah,” katanya. Membangun Indonesia dari Halaman Depan Rumusan GGD ini sesuai dengan butir ketiga dan kelima Nawacita yang menjadi agenda prioritas Presiden Joko Widodo, yakni “membangun Indonesia dari pinggiran” dan “meningkatkan kualitas hidup rakyat melalui peningkatan kualitas pendidikan, terutama pendidikan anak-anak”. Karena itu Presiden Jokowi sengaja meluangkan waktu menerima 798 guru dari pelbagai penjuru Nusantara yang lolos seleksi akhir menjadi pionir GGD di Istana Negara pada 25 Mei 2015. Kepada mereka, Presiden Jokowi, menaruh harapan besar agar pelayanan pendidikan menyebar ke wilayah ET. “Saudara-saudara semuanya adalah pe-
Program GGD merupakan langkah nyata yang ditempuh pemerintah dalam menyediakan guru-guru terbaik untuk daerah yang paling membutuhkan. Khususnya untuk daerah terdepan, terluar, dan tertinggal di Indonesia. yakni di 28 kabupaten yang tersebar di empat provinsi: Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, dan Aceh. Pelayanan pendidikan di wilayah itu akan ditingkatkan, tak hanya menyangkut biaya pendidikan, sarana dan prasarana, serta infrastruktur pendidikan, tapi juga distribusi guru. Pengiriman 798 guru dalam program GGD merupakan wujud upaya pemerataan distribusi guru. Pengiriman tenaga guru angkatan pertama ini akan berlanjut dengan pengiriman angkatan-angkatan berikutnya sampai target kualitas pelayanan pendidikan
yang sama di seluruh wilayah Indonesia tercapai. “Program GGD merupakan langkah nyata yang ditempuh pemerintah dalam menyediakan guru-guru terbaik untuk daerah yang paling membutuhkan. Khususnya untuk daerah terdepan, terluar, dan tertinggal di Indonesia,” kata Mendikbud. “Pengiriman guru di daerah terpencil ini mendapat ilham dari Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM) tahun 1950-an yang digagas mantan Rektor UGM, almarhum Koesnadi Hardjasoemantri.” Angkatan pertama GGD yang berjumlah 798 guru ini adalah hasil seleksi para calon yang berasal dari alumni SM3T yang telah lulus Pendidikan Profesi Guru (PPG) SM-3T untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Formasi GGD ini disahkan dengan penerbitan Kebijakan Permenpan RB No. 26 Tahun 2014 tentang Formasi Khusus Aparat Sipil Negara Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2014 dan Keputusan Menteri PAN-RB No. 762 Tahun 2014 tentang Formasi PNS untuk SM-3T. Program GGD ini bisa disebut juga sebagai kebijakan afirmasi Kemendikbud melalui penempatan guru di wilayah 3T. Program ini akan mengubah pandangan dan kebijakan bahwa guru terbaik berasal dari daerah setempat. Selain itu, ada pesan lain yang sesungguhnya terkandung lewat Program GGD. Para guru muda ini diharapkan dapat menginspirasi anak-anak, para siswa, dan peserta didik di wilayah mereka ditempatkan untuk meraih sukses dalam pendidikan. (Ardi Wilda)
FOTO: Dok. BKLM
J
amaluddin yang pernah mengajar di Warmare, Papua, merasa tertantang mendidik anak-anak di wilayah yang sulit dicapai. Ketika mengetahui adanya program Guru Garis Depan (GGD) ia membulatkan tekad untuk berkontribusi. “Saya langsung mendaftar karena merasa tertantang dan ingin menjawab tantangan itu,” katanya. GGD adalah program bagi guru-guru yang berkomitmen mengajar di daerah terdepan dalam jangka waktu yang panjang. Program ini lahir karena kesadaran pemerataan pendidikan di Indonesia masih menjadi tugas besar yang harus segera dikerjakan. Wilayah perbatasan dan daerah terpencil teridentifikasi sebagai lokasi yang tingkat pelayanan pendidikannya rendah. Dalam menyelesaikan masalah ini negara harus hadir secara permanen, bukan temporer seperti yang dijalankan pemerintah selama ini lewat program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (SM-3T). Untuk lembaga masyarakat sipil, seperti Indonesia Mengajar atau Dompet Dhuafa, mengirimkan guru yang bertugas hanya setahun memang lumrah karena mereka bukan “negara”. Pemerintah, dalam hal ini, harus bisa menghadirkan guru terbaik secara terus-menerus. Perbedaan penting GGD dan SM3T adalah masa kerja dan status. Jika SM-3T hanya ditempatkan setahun dan tak diangkat menjadi PNS, GGD memang ditugaskan untuk menjadi guru permanen dan berstatus PNS di wilayah penempatan. Sebelum mendaftar dalam program GGD, Jamaluddin adalah salah satu pengajar dalam program SM-3T. Banyak hal unik yang ia alami selama mengajar di Warmare. Pernah suatu kali siswanya bertanya, “Bapak, dari Makassar ke Surabaya naik kereta bisa berapa lama?” Bagi para pelajar di wilayah Indonesia Barat pertanyaan semacam itu akan menjadi bahan tertawaan, tapi bagi pelajar di Papua itu lumrah. Mereka memang sungguh tidak tahu. “Untung saya
juang karena yang dituju adalah tempat-tempat yang sulit, terpencil, dan lokasi-lokasi perbatasan,” katanya. Predikat pejuang yang disematkan kepada para guru yang berbaris mengenakan kemeja putih berompi coklat itu bukannya tanpa alasan. Mereka adalah angkatan pertama GGD yang ditempatkan sebagai tenaga pendidik di lokasi-lokasi yang sulit ditempuh,
Guru Garis Depan (GGD) saat diundang menghadiri Simposium Guru dan Tenaga Kependidikan 2015 di Istora Senayan, Jakarta, Senin (23/11). Para GGD ini dikirim ke wilayah terdepan Indonesia untuk menjawab persoalan persebaran guru.
9
LAPORAN UTAMA
DESAIN: Aji
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 12
10
LAPORAN UTAMA
EDISI 12 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
Ciptakan Rasa Nyaman di Hari Pertama Masuk Sekolah
Sekolah Menyenangkan Bagi Siswa Hari-hari pertama masuk sekolah kadang menjadi masa yang canggung bagi siswa baru. Suasana sekolah, guru, dan teman sebaya yang baru membuat mereka perlu beradaptasi. Karena itu, sekolah memulainya dengan serangkaian kegiatan pengenalan yang disebut Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) atau lebih dikenal dengan Masa Orientasi Siswa (MOS). Masa orientasi ini tidak boleh mengandung unsur negatif, seperti perpeloncoan, pelecehan, dan bahkan kekerasan yang dilakukan kakak-kakak kelas.
S
ebelum pelaksanaan MOPDB, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan,mengeluarkan surat edaran kepada gubernur, bupati, dan walikota di seluruh Indonesia yang berisi penguatan pengawasan oleh semua pihak untuk mencegah praktik perpeloncoan, pelecehan, dan kekerasan selama MOS. Ini merupakan upaya untuk mempertegas pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 tentang Masa Orientasi Peserta Didik Baru yang terbit 2014 lalu dan meminta setiap kepala daerah untuk memberikan sanksi kepada pihak sekolah yang lalai dalam melaksanakan peraturan itu. “Bila ada kepala sekolah masih mendiamkan atau tidak peduli dengan aksi perpeloncoan selama masa orientasi siswa, maka bisa saja dia terkena sanksi berupa pergeseran tugas,” tegas Mendikbud. Tidak hanya melalui surat edaran saja, Mendikbud juga berkesempatan meninjau langsung pelaksanaan MOPDB ke beberapa sekolah di Kota Tangerang. Menteri Anies mengajak semua peserta didik agar berani melaporkan kegiatan negatif itu kepada dinas pendidikan setempat atau melalui laman mopd.kemdikbud.go.id. “Adik-adik hadir di sekolah untuk belajar, bukan untuk dipermalukan. Jika dipermalukan saat masa orientasi, harus berani melawan dan laporkan,” katanya saat melakukan inspeksi mendadak pada pelaksanaan MOPDB di SMK Negeri 4 Kota Tangerang, Rabu (29/07). MOPDB mestinya menjadi kegiatan pengenalan sekolah kepada siswa baru, mulai dari program sekolah, lingkungan sekolah, cara belajar, penanaman konsep pengenalan diri, dan kepramukaan. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai pembinaan awal kepada siswa ke arah terbentuknya kultur yang kondusif bagi proses pembelajaran di sekolah. Maka, pihak sekolah harus berusaha men-
ciptakan suasana senyaman mungkin untuk siswa agar ketika berada di sekolah seperti di rumah mereka sendiri. Kegiatan MOPDB di SMP Negeri 12 Jakarta, misalnya, para siswa baru di sekolah itu diajak untuk mengenal lebih dalam tentang seluruh kondisi sekolah dan lingkungan sekolah. Demikian pula, mereka dikenalkan dengan kurikulum sekolah, para guru dan tenaga kependidikan, serta kakak-kakak kelasnya. Semua guru pun terlibat langsung dalam menciptakan suasana itu terutama para wali kelas serta guru bimbingan dan konseling yang langsung mengawasi kegiatan para siswa hingga usai jam belajar. Hal ini senada dengan Permendikbud tentang MOPDB itu, dimana pelaksanaan-
FOTO: Dok. BKLM
Suasana Masa Orientasi Peserta Didik Baru (MOPDB) di SMA Negeri 2 Kota Tangerang, Banten yang sempat dikunjungi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, Rabu (29/7).
“Bila ada kepala sekolah masih mendiamkan atau tidak peduli dengan aksi perpeloncoan selama masa orientasi siswa, maka bisa saja dia terkena sanksi berupa pergeseran tugas,” tegas Mendikbud. nya harus diselenggarakan pada jam belajar di sekolah selama tiga sampai dengan lima hari. “Kami buat sekolah menjadi seperti di rumah mereka sendiri,” ucap Sujaelani, Kepala SMP Negeri 12 Jakarta. Pelaksanaan MOPDB di lokasi lain yang jauh dari Jakarta pun berjalan positif. Sebut saja SD Negeri Percobaan Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Para siswa baru di sekolah itu diibatkan dalam kampanye lingkungan hidup dan gerakan antikekerasan terhadap anak. Di sini, tak hanya guru, tetapi kakak kelas mereka pun wajib memberi con-
toh yang baik kepada adik-adik kelas mereka. “Pelaksanaan masa orientasi yang dikemas dalam bentuk kampanye ini sesuai dengan instruksi Mendikbud, agar MOS dilakukan tanpa sedikit pun kekerasan,” ujar Muliyati, Kepala SD Negeri Percobaan itu. Sikapi Keresahan Pungutan Liar Tidak hanya kasus perpeloncoan yang meresahkan para orang tua siswa dan masyarakat, soal pungutan liar (pungli) dalam proses penerimaan siswa baru pun menjadi perhatian Kemendikbud setiap tahunnya. Memang proses penerimaan siswa baru masuk dalam ranah otonomi daerah, tetapi begitu ada pungli, Mendikbud memastikan kasusnya akan diusut tuntas oleh Inspektorat Jenderal Kemendikbud. Kemendikbud terus mendorong agar kasus-kasus itu diusut sampai tuntas. Pihak yang terlibat dalam pungli sudah saatnya diumumkan kepada publik sebagai pelajaran bagi yang lain dan guna mencegah praktik serupa terulang kembali. “Jangan sampai
mereka lepas dari perhatian publik,” tegas Mendikbud. Di sisi lain banyak orang tua yang mengeluh tentang sulitnya akses pendaftaran penerimaan siswa baru dalam jejaring atau yang dikenal Sistem Penerimaan Peserta Didik Baru Online (PPDB Online). Tak hanya sulit, bahkan banyak pula yang menyatakan macet sama sekali, sehingga mereka terpaksa mendatangi kantor dinas pendidikan setempat atau sekolah yang hendak dituju. Ujung tombak PPDB Online sebenarnya ada di tingkat kabupaten/kota. Terkait hal itu, Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom) Kemendikbud menyediakan fasilitas PPDB Online bagi kabupaten/kota yang ingin bekerja sama untuk memberikan kemudahan pada pendaftar. Dalam tahap awalnya, penyelenggara PPDB dari kabupaten/ kota dapat mendaftarkan daerahnya melalui laman ppdb.kemdikbud.go.id yang kemudian akan dilakukan verifikasi oleh Pustekkom. Sedangkan proses pendaftaran siswa dilakukan oleh setiap kabupaten/kota. (Agi)
LAPORAN UTAMA
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 12
11
Perwujudan Revolusi Mental Dunia Pendidikan
SUMBER: Advertorial IIUN dimuat di media cetak nasional dan daerah tanggal 28-30 Desember 2015
Mendorong Nilai Kejujuran melalui Indeks Integritas UN
Ada yang berbeda dalam ujian nasional (UN) tahun ini. Selain kebijakan baru bahwa hasil UN tidak menjadi penentu kelulusan siswa, dalam UN 2015 juga diberlakukan penilaian dan penghitungan indeks integritas. Menariknya, indeks integritas ujian nasional (IIUN) ini bukan dilihat dari pola kejujuran, melainkan melihat pola ketidakjujuran atau pola kecurangan siswa dalam menjawab soal UN. “Kita tidak bisa mengukur kejujuran, tetapi bisa mengukur ketidakjujuran,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan.
I
ndeks integritas merupakan indeks yang menggambarkan tingkat kejujuran pelaksanaan UN. Indeks integritas ini memiliki rentang dari 0 sampai 100. Jika suatu sekolah memiliki indeks integritas 100, berarti tidak ditemukan kecurangan dalam penyelenggaraan UN di sekolah tersebut. Sementara, jika suatu sekolah mempunyai
indeks integritas 80, berarti siswa di sekolah tersebut terindikasi melakukan kecurangan sebesar 20 persen. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengatakan, pola penilaian indeks integritas dengan metode seperti itu sudah banyak diterapkan di berbagai negara. Metode untuk mendetek-
si kecurangan yang terjadi pada saat ujian terstandar seperti UN telah banyak dikembangkan di dunia akademis. Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah mengembangkan aplikasi pendeteksi kecurangan dan indeks integritas melalui proses yang komprehensif. Ujian nasional sebagai program Kemendikbud bertujuan membangun perilaku siswa yang berkepribadian sesuai dengan revolusi mental di bidang pendidikan. Kecurangan dalam UN sangat bertentangan dengan perilaku dan karakter jujur yang hendak dibangun. Dalam UN 2015 diharapkan dapat menimbulkan sikap percaya diri, mau kerja keras, serta tumbuhnya sikap integritas yang tinggi bagi siswa, guru, dan seluruh lingkungan pendidikan. Indeks integritas diberikan kepada kepala sekolah yang bersangkutan dan perguruan tinggi negeri (PTN) sebagai bahan pertimbangan seleksi masuk PTN. Indeks integritas UN juga dilaporkan kepada pemerintah daerah, yaitu dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan ke depan, serta menjadi bahan refleksi dan analisis untuk menekan tindak kecurangan dan ketidakjujuran. Kemendikbud memandang perlu adanya penghitungan indeks integritas untuk menekan angka kecurangan atau ketidakjujuran dalam pelaksanaan UN di sekolah-sekolah. Pendidikan pada dasarnya membangun karakter siswa untuk berperilaku positif. Kejujuran adalah salah satu aspek penting dalam pendidikan karakter. Mendikbud mengatakan, pemetaan hasil UN menjadi tidak bermakna jika terdapat kecurangan dalam pelaksanaan UN. “Kita ingin agar perilaku jujur dan integritas menjadi norma baru,” ujarnya. Presiden Apresiasi Indeks integritas UN yang sejalan dengan semangat Revolusi Mental dan Nawa Cita, mendorong Presiden Joko Widodo memberikan apresiasi kepada kepala sekolah yang sekolahnya mendapat peringkat 500 teratas secara nasional. Penilaian tersebut dilakukan dengan memperhatikan data konsistensi integritas, yaitu cara dan proses siswa melaksanakan UN dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Presiden Jokowi kembali menekankan pentingnya kejujuran dan nilai-nilai integritas.
“Kejujuran adalah nilai fundamental, nilai dasar dalam membangun karakter bangsa,” ujarnya saat menerima kedatangan 503 kepala sekolah dengan indeks integritas tertinggi di Istana Negara, Jakarta, Senin (21/12). Presiden mengatakan, nilai-nilai integritas harus ditumbuhkan sejak dini kepada anak-anak. Sementara dalam laporannya, Mendikbud mengatakan, kehadiran 503 kepala sekolah dari sekolah-sekolah dengan indeks integritas UN terbaik se-Indonesia ini menjadi salah satu bukti bahwa masih banyak sekolah yang memiliki integritas. Ia menjelaskan, mereka yang diundang ke Istana Negara adalah kepala sekolah yang sekolahnya mendapat peringkat 500 teratas indeks integritas UN se-Indonesia. Namun dalam penilaian, ada tiga sekolah yang memiliki indeks integritas yang sama, sehingga total penerima penghargaan kepala sekolah dengan indeks integritas UN terbaik berjumlah 503. “Ada 218 SMP dan MTs dengan indeks integritas 92-99, lalu 150 SMA dan MA dengan indeks integritas 92-99, dan 135 SMK dengan indeks integritas 93-99,” tutur Mendikbud.
Ujian nasional sebagai program Kemendikbud bertujuan membangun perilaku siswa yang berkepribadian sesuai dengan revolusi mental di bidang pendidikan. Kecurangan dalam UN sangat bertentangan dengan perilaku dan karakter jujur yang hendak dibangun. Sebanyak 503 kepala sekolah yang mendapat apresiasi dari Presiden Jokowi di Istana Negara tersebut berasal dari 24 provinsi, sehingga ada 10 provinsi yang tidak masuk dalam peringkat indeks integritas UN tertinggi. “Tahun depan kita berharap semua provinsi masuk 500 teratas indeks integritas UN,” kata Mendikbud. (Desliana)
12
LAPORAN UTAMA
EDISI 12 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
Kurikulum 2013 Dilaksanakan Bertahap
Upaya Menyempurnakan Kurikulum Pendidikan di Indonesia Kurikulum 2013 hadir dengan semangat menyiapkan generasi emas 2045, yaitu saat Indonesia memasuki usia kemerdekaan 100 tahun. Generasi dengan kemampuan kreatif-kritis dan berkarakter kuat, seperti mampu bertanggung jawab, memiliki jiwa sosial, toleran, produktif, dan adaptif. Sayang dalam perjalanannya, pelaksanaan Kurikulum 2013 tidak seperti yang diharapkan. Penerapan Kurikulum 2013 sempat terkendala ketidaksiapan di lapangan. Meski demikian, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan menegaskan, Kurikulum 2013 akan dilanjutkan, namun secara bertahap.
S
SUMBER: buku Kilas Kinerja Pendidikan dan Kebudayaan Semester Pertama 2015
aat Kurikulum 2013 pertama kali dilaksanakan pada 6.000-an sekolah, muncul beragam respons dari para warga sekolah maupun masyakarat. Ada yang menerima dengan baik, namun ada pula yang tidak mampu menjalankan kurikulum baru itu dengan beragam alasan. Memang selama dilakukan evaluasi terhadap Kurikulum 2013, ada sejumlah kekurangan yang harus diperbaiki terlebih dahulu, misalnya pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Atas dasar itulah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan menghentikan sementara penerapan secara menyeluruh. Sementara bagi 6.000-an sekolah yang telah menjalankan Kurikulum 2013 selama tiga semester tetap melanjutkan penerapan kurikulum tersebut sebagai sekolah rintisan. “Kalau prototype itu sudah hebat, akan di-
buat kloning ke mana-mana. Sekolah-sekolah model itu akan dibuat di daerah-daerah,” kata Mendikbud. Terkait hal ini, Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), menyusun roadmap implementasi Kurikulum 2013 untuk periode tahun 2015-2020. Pada tahap awal, berdasarkan hasil Rapat Pimpinan Kemendikbud, pada 11 Agustus 2015, tercatat setidaknya ada 6 persen sekolah di seluruh tingkat pendidikan yang tetap melaksanakan Kurikulum 2013. Selebihnya, sebesar 94 persen sekolah kembali melaksanakan Kurikulum 2006. Selanjutnya, Kemendikbud menerapkan pelaksanaan Kurikulum 2013 secara bertahap. Pada Juli 2019, setidaknya sebanyak 25 persen sekolah telah menerapkan kurikulum tersebut, 35 persen sekolah telah menerapkan untuk sebagian kelas sehingga
sekolah yang masih menjalankan Kurikulum 2006 menyusut hingga 40 persen. Selanjutnya pada Juli 2020, ditargetkan sebanyak 60 persen sekolah telah menjalankan Kurikulum 2013 di semua kelas sehingga tinggal 40 persen sekolah yang hanya menjalankan kurikulum tersebut pada sebagian kelas. Akhirnya pada Juli 2021 seluruh kelas di setiap sekolah menerapkan Kurikulum 2013. Berbagai upaya telah dilakukan Kemendikbud untuk menyempurnakan perangkat Kurikulum 2013. Salah satunya dengan pengadaan program Pelatihan dan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013. Puskurbuk bekerja sama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemendikbud dalam menjalankan program ini. Program ini dilaksanakan secara berkala ke sekolah-sekolah yang ada. Ini perlu dilakukan demi perbaikan berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan. Partisipasi Publik Evaluasi terhadap Kurikulum 2013 tidak hanya dilakukan oleh internal Kemendikbud, tetapi juga melibatkan partisipasi publik. Menurut Mendikbud, perbaikan akan lebih cepat terjadi dengan mendengarkan saran dan kritik dari para praktisi pendidikan. Kemendikbud telah beberapa kali menggelar pertemuan terbuka dengan sejumlah tokoh
masyarakat dan aktivis pendidikan tentang Kurikulum 2013. ”Kami terbuka terhadap masukan dari seluruh pelaku pada ekosistem pendidikan mulai siswa, sekolah, guru, ahli, orangtua serta dunia usaha, asosiasi profesi dan lembaga-lembaga lintas sektor. Dengan proses ini, diharapkan lahir kurikulum nasional yang menimbulkan pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus menantang bagi siswa, yang mendorong percepatan mutu sekolah, serta memberikan keleluasaan pada guru untuk mengembangkan proses dan alat belajar yang bermutu dan beragam sesuai potensi lokal,” kata Mendikbud. Kepala Pusat Perbukan dan Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendikbud, Tjipto Sumadi mengatakan, penjaringan masukan publik dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari media sosial hingga berupa pertemuan-pertemuan terstruktur. Ada sejumlah hal yang dievaluasi dan diperbaiki, salah satunya komponen pada kompetensi inti dan kompetensi dasar (KIKD). Targetnya, KIKD ini rampung pada Desember 2015 dan dilanjutkan dengan perbaikan materi pada buku pelajaran Kurikulum 2013 yang ditargetkan selesai pada Januari 2016. Buku-buku pelajaran itu akan digunakan untuk tahun pelajaran 2016/2017. Sesuai dengan tahapan implementasi Kurikulum 2013, tahun pelajaran 2016/2017 itu akan ada tambahan menjadi sekitar 25 persen sekolah yang menerapkan kurikulum tersebut. “Selain enam persen sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 di semua kelas, pada tahun pelajaran baru nanti ada tambahan sekitar 19 persen sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 di kelas 1, 4, 7, dan 10,” tutur Tjipto saat dihubungi melalui telepon, Kamis (19/11). Lebih lanjut Tjipto menuturkan, nantinya di dalam Kurikulum 2013 akan ada tiga komponen, yaitu kurikulum yang bersifat nasional, kurikulum yang berbasis keunggulan daerah, dan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Ia menambahkan, saat ini komponen penilaian telah ditangani Pusat Penilaian Pendidik (Puspendik) yang sebelumnya masih ditangani oleh Puskurbuk. Untuk itu, dalam waktu dekat ini akan ada perubahan terhadap Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. (Ratih)
LAPORAN UTAMA
13
FOTO: Komite Nasional, Indonesia sebagai Tamu Kehormatan pada Frankfurt Book Fair 2015
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 12
Pengunjung paviliun Indonesia di ajang Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 sedang melihat-lihat buku terbitan Indonesia dalam bahasa Jerman yang dipamerkan. Selama sepekan FBF 2015 berlangsung, ada ratusan judul buku Indonesia yang diminati penerbit asing untuk dibeli hak cipta terjemahan.
Tamu Kehormatan Terbaik FBF dalam 10 Tahun Terakhir
Ratusan Judul Buku Diminati Penerbit Asing Penampilan Indonesia di Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 disebut sebagai tamu kehormatan terbaik dalam 10 tahun terakhir penyelenggaraan FBF. Mendikbud Anies Baswedan mengatakan, prestasi ini merupakan hasil kerja sama yang baik antara komunitas kreatif (komite nasional) dengan birokrasi (Kemendikbud). Buku-buku Indonesia juga diminati banyak penerbit luar negeri melalui ratusan pertemuan bisnis selama penyelenggaraan Frankfurt Book Fair 2015.
K
eikutsertaan Indonesia dalam Frankfurt Book Fair 2015 sebagai Guest of Honour atau Tamu Kehormatan berhasil diselenggarakan dengan sukses. Indonesia mendapatkan banyak pemberitaan yang positif oleh media massa internasional. Bahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengatakan, Indonesia bukan hanya berhasil meraih yang diharapkan, tetapi berhasil melampaui yang diharapkan. Mendikbud juga memuji kerja sama yang baik antara pemerintah (Kemendikbud) dengan pelaku di dunia industri kreatif. “Ini pola operasi yang ingin kita teruskan. Dua tahun lagi kita akan menjadi guest country di Festival Europalia. Pengalaman ini mudah-mudahan bisa menjadi modal. Banyak hal yang masih perlu kita kerjakan bersama-sama,” katanya. Senada dengan Mendikbud, Ketua Komite Nasional Indonesia untuk Frankfurt Book Fair 2015, Goenawan Mohamad juga memberikan apresiasi kepada Kemendikbud karena telah memberikan kepercayaan penuh kepada komite untuk bekerja dalam
Program Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair 2015. “Ada trust (kepercayaan) yang besar kepada kita (komite). Ini salah satu tanda bagian dari demokrasi yang sedang kita jalani,” tuturnya. Frankfurt Book Fair 2015 berlangsung pada 13-18 Oktober 2015 di Frankfurt, Jerman. Keikutsertaan Indonesia dalam Frankfurt Book Fair 2015 sebagai Guest of Honour, digunakan secara maksimal untuk membuat Indonesia lebih dikenal di mata dunia. Selain membawa buku-buku Indonesia untuk mengenalkan dunia literasi, Indonesia juga “membumbui” dunia di Frankfurt Book Fair 2015. Berbagai masakan khas Indonesia dari berbagai daerah dan bumbu-bumbu atau rempah-rempah Indonesia hadir untuk dicicipi masyarakat internasional. Selain itu, Paviliun Indonesia juga mengundang decak kagum para pengunjung. Sebagai Tamu Kehormatan, Indonesia mendapat keistimewaan berupa lahan pavilion seluas 2.500 meter persegi. Sesuai tema yang diangkat Indonesia, yaitu “17.000 Islands of Imagination”, Indonesia menampilkan tujuh pulau di paviliun. Ketujuh pulau bertema itu adalah
Island of Words, Island of Scene, Island of Images, Island of Spices, Island of Illumination, Island of Tales, dan Island of Inquiry. Pembelian Hak Cipta Di Frankfurt Book Fair 2015, terjadi 663 pertemuan bisnis antara Indonesia dengan penerbit luar negeri. Dari 663 pertemuan bisnis itu, 254 di antaranya merupakan pertemuan bisnis dengan penerbit luar negeri yang berminat untuk melakukan pembelian hak cipta terjemahan atas 413 judul buku dari 32 penerbit Indonesia yang hadir di Frankfurt Book Fair 2015. Judul-judul yang diminati terutama buku anak-anak dengan berbagai tema seperti cerita bergambar, cerita rakyat Nusantara, budi pekerti, dan kisah-kisah untuk anakanak Muslim; kemudian novel, terutama karya sastra; diikuti oleh buku-buku resep masakan Indonesia; serta yang menarik: komik Indonesia. Yang juga mengesankan adalah ketertarikan para penerbit asing terhadap karya ilustrasi ilustrator-ilustrator Indonesia, dan mereka berminat memanfaatkannya dalam buku yang akan mereka terbitkan. Penanggung jawab Penjualan Hak Cipta, Komite Buku dan Ekshibisi dari Komite Nasional, Thomas Atasana mengatakan, pembelian hak cipta penerjemahan buku adalah proses yang perlu waktu. Penerbit asing perlu membaca dulu karya yang mereka minati agar mengetahui dengan benar isi buku
tersebut. “Dan mereka tidak mungkin membaca dalam pertemuan bisnis yang paling lama setengah jam itu,” katanya. Selain itu penerbit juga harus memperkirakan serapan pasar dan memastikan apakah ada penerjemah yang siap. Ini merupakan investasi dari penerbit tersebut, sehingga mereka akan bersikap hati-hati sebelum mengambil keputusan. Tercatat sudah ada sembilan penandatanganan kontrak/nota kesepahaman pembelian hak cipta dari peserta pameran Indonesia oleh penerbit luar negeri selama Frankfurt Book Fair 2015. Sembilan penandatangan kontrak tersebut adalah UGM Press dengan Springer Nature Jerman” (lima buku akademis), Pustaka Obor dengan Springer Nature Jerman (lima buku akademis), Gramedia dengan Nhan Van Cultural Joint Stock Company Vietnam (buku Art Therapy: Bali), Gramedia dengan Digital Catapult Jepang (komik: Grey & Jingga), Gramedia dengan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (buku Sejarah Melayu), Wahana Inspirasi Nusantara/re: ON Comics dengan Digital Catapult Jepang (tiga seri komik: Grand Legend Ramayana, Me vs Big Slacker Baby, dan Chrysalis), Amazing Edu dengan Eduliga BV Belanda (software edukatif: matematika dan sains), Amazing Edu dengan Aston Singapura (software edukatif: matematika dansains), dan Buqu dengan Universiti Sains Malaysia (layanan ekosistem). (Desliana)
14
LAPORAN UTAMA
EDISI 12 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH
Seleksi Terbuka Kemendikbud
FOTO: Dok. BKLM
Jaring Birokrat Terbaik Lewat Meritokrasi dan Seleksi Terbuka
Suasana pelantikan eselon I yang dilakukan secara terbuka di Plasa Insan Berprestasi, Kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu (17/6). Proses seleksi eselon I dan II di lingkungan Kemendikbud dilakukan secara meritokrasi dan terbuka untuk menjaring calon pemimpin berkualitas.
Salah satu terobosan baru yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun ini adalah menggelar seleksi terbuka untuk menjaring calon pemimpin berkualitas. Ini merupakan terobosan pemerintah untuk membentuk kementerian yang bermutu, berprestasi, dan berintegritas. Hasil seleksi yang objektif dengan prinsip meritokrasi dilakukan semata-mata untuk kemajuan Kementerian.
P
ertama kalinya dalam sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), digelar pelantikan pejabat eselon I yang disaksikan oleh ratusan pegawai. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengungkapkan, pelantikan itu memang sengaja dilakukan di hadapan para
pegawai Kementerian karena mereka akan menjadi tim kerja masing-masing pejabat yang baru dilantik tersebut. Saat itu ada enam pejabat eselon I yang dilantik. Mereka terseleksi dari hasil proses seleksi terbuka. Mendikbud menjelaskan, semua pejabat yang dilantik kompeten, meniti karir dari bawah, dan berintegritas.
“Semua yang dilantik bukan drop-dropan, mereka meniti karir dari bawah, mengakumulasi pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman seiring kementerian ini membangun prestasi-prestasi besar,” katanya. Proses Seleksi Proses seleksi dilakukan secara terbuka dan transparan dengan kriteria penilaian yang meliputi kompetensi bidang (umum dan khusus) serta kompetensii manajerial. Partisipasi masyarakat yang berminat bersaing secara sehat dalam struktur terbuka ini cukup banyak. Untuk jabatan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan misalnya,
tercatat 35 pelamar, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat sebanyak 10 pelamar, sementera untuk posisi Sekretaris Jenderal dan Inspektur Jenderal masing-masing tujuh pelamar. Tidak hanya untuk jabatan eselon I, seleksi terbuka dengan prinsip meritokrasi juga dilakukan untuk jabatan eselon II. Para pelamar harus menghadapi berbagai ujian yang telah ditentukan panitia seleksi (pansel) yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU ASN). Anggota pansel ini terdiri unsur masyarakat dan satu orang dari internal Kemendikbud yang diketuai mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi, Erry Riyana Hardjapamekas. Peserta lelang jabatan ini memang tidak sembarang. Persyaratannya cukup ketat. Mereka harus membuat surat bermaterai bahwa tidak terlibat, berafiliasi ataupun terikat pada anggota partai politik dan tidak pernah menjadi calon legislatif partai politik. Selain juga, pelamar juga wajib melampirkan surat pernyataan dari atasan yang menerangkan bahwa dirinya tidak pernah diberi sanksi berat atau sedang, dan tidak pernah dihukum atau dalam proses pemeriksaan hukuman. “Proses seleksi hingga pelantikan ini membuktikan kita menjunjung tinggi meritokrasi, integritas dan kinerja. Bawa proses yang baik dalam pembentukan pimpinan akan terus didorong secara internal. Organisasi ini mampu membentuk pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang kuat bagi setiap anggotanya dan setiap staf di sini memiliki kesempatan yang sama untuk berkarir sampai puncak,” jelas Mendikbud. (Ratih)
Penguatan Peran Guru dan Keluarga Masuk dalam Struktur Baru Kemendikbud Guru dan orang tua menjadi dua pelaku pendidikan yang mendapat penguatan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pentingnya fungsi kedua sosok ini dalam proses perkembangan pendidikan Indonesia menjadi salah satu alasan memasukkannya dalam struktur baru Kemendikbud. “Tumpuan harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan ada para guru. Anak suka pada suatu mata pelajaran karena gurunya membuat anak itu cinta. Kunci-
nya ada di guru. Oleh karena itu, pemerintah secara khusus membuat Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan. Inti perombakan ini, menurut Mendikbud, tidak lain agar bangunan pendidikan Indonesia lebih kokoh. Fondasi proses belajar mengajar adalah para guru yang menjadi ujung tombak intelektualitas bangsa. Mendikbud mengandalkan para guru untuk dapat mengatasi beragam gejolak proses pendi-
dikan yang ada. Sementara itu, struktur baru Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga yang berada di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat menargetkan jumlah penduduk dewasa yang akan menjadi mitra Kemendikbud dalam pendidikan keluarga mencapai 4.343.500 orang pada 2019. Bertepatan dengan peringatan Hari Ibu pada 22 Desember yang lalu, Direktorat ini meluncurkan laman Sahabat Keluarga,
dengan alamat http://sahabatkeluarga. kemdikbud.go.id. Mendikbud secara resmi memperkenalkan laman tersebut kepada masyarakat di kantor Kemendikbud. Laman Sahabat Keluarga memiliki fitur antara lain dongeng, lagu wajib, lagu daerah, profil keluarga hebat, dan profil sekolah-sekolah inspiratif. Selain itu laman tersebut juga menyediakan forum diskusi bagi masyarakat untuk berdiskusi tentang pendidikan anak di keluarga. (Ratih, Yohan)
LAPORAN UTAMA
TABLOID ASAH ASUH • DESEMBER 2015 • TAHUN VI • EDISI 12
15
Merayakan Film Melalui FFI Tahun ini untuk pertama kalinya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar Festival Film Indonesia (FFI). Sebelumnya gelaran ini masih diampu oleh Kementerian Pariwisata. Melalui FFI, diharapkan tercermin capaian Indonesia dalam menghasilkan film berkualitas, mendidik, serta memberi inspirasi bagi penikmatnya, terutama penonton Indonesia.
Festival Film Indonesia (FFI) bukan sekadar soal penghargaan, FFI adalah upaya apreasiasi, sebuah cermin sudah sejauh mana film Indonesia berjalan. kemenangan Siti dengan antusias. Eddie Cahyono (Sutradara Siti) langsung berjalan menuju panggung. Lampu-lampu di gedung menyorot langkahnya. Di sampingnya, berjalan kompatriot Eddie dalam pembuatan film itu, Ifa Isfansyah yang bertindak sebagai produser. Kemenangan Siti malam itu juga menjadi tanda bahwa film Indonesia tak hanya yang ada dalam bioskop. Sebelum menjadi pemenang FFI, Siti belum pernah tayang di bioskop komersil. Siti melanglang buana
ke berbagai festival film baik dalam maupun luar negeri. Film ini hadir dengan dukungan beragam komunitas film yang ada. “Semua kantong budaya, kampus-kampus yang memberi kesempatan film ini bertemu dengan penontonnya dan membuat film ini panjang umurnya. Terima kasih buat semua,” pesan Ifa Isfansyah setelah menerima Piala Citra. Dalam malam penghargaan tersebut, Siti menggondol tiga Piala Citra, antara lain untuk Film Terbaik, Penulis Skenario Asli Ter-
Salah satu adegan dalam film Siti yang berhasil memenangkan penghargaan Film Terbaik di Festival Film Indonesia (FFI) 2015.
Educode 2015: Ajang Cipta Aplikasi TI Pendidikan dalam 24 Jam
Untuk pertama kalinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar ajang cipta aplikasi IT (hackathon) untuk bidang pendidikan. Ajang yang diberi nama Educode ini memberikan waktu selama 24 jam kepada pesertanya yang berada dalam satu tempat, untuk berlomba membuat aplikasi pendidikan. Berlangsung selama dua hari, Sab-
tenaga dan fasilitas akan kita bantu semua,” jelas Mendikbud. Festival Film Indonesia (FFI) 2015 sendiri menurutnya adalah sebuah ikhtiar untuk mencoba terus menggulirkan dialog tentang Film Indonesia. FFI bukan sekadar soal penghargaan, FFI adalah upaya apreasiasi, sebuah cermin sudah sejauh mana film Indonesia berjalan. Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), inilah penyelenggaraan FFI yang pertama kali. Sebagai penyelenggara Kemendikbud mengajak kerja sama Badan Kreatif (Bekraf) dan publik untuk terlibat. Kemendikbud percaya bahwa pegiat film-lah yang paling mengerti soal film. Caranya tentu beragam, tapi bergerak untuk sebuah tujuan yang sama. Memajukan film Indonesia. (Ardi Wilda)
SUMBER: http://entertainment.kompas.com/
“F
ilm terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 2015 adalah Siti!” ujar Mendikbud Anies Baswedan. Sontak para penonton yang hadir di malam penganugerahan FFI pada 23 November 2015 di Indonesian Convention Expo, Banten, menyambut
baik atas nama Eddie Cahyono, dan Penata Musik Terbaik atas nama Krisna Purna. Siti bukan satu-satunya pemenang dalam penghargaan untuk para insan film itu. Ada 22 kategori termasuk Lifetime Achievement untuk George Kamarullah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan menyatakan, sudah menonton beberapa film yang masuk dalam FFI 2015. “Saya sudah melihat sebagian film. Menarik dan ceritanya membuat kita bisa merefleksikan diri,” ungkapnya. Mendikbud juga berharap ke depan akan lebih banyak lagi generasi baru sineas Indonesia yang muncul. “Tahun ini kita mengambil tema tribute untuk Teguh Karya. Ke depan akan lebih banyak lagi generasi baru sineas Indonesia yang muncul. Proses kreatif ada di teman-teman (insan perfilman) tapi untuk
tu-Minggu (12-13/12) di Plasa Insan Berprestasi Kemendikbud, Jakarta, ajang yang diikuti 120 tim ini berhasil menjaring delapan aplikasi terbaik. Kepala Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Pustekkom), Ari Santoso mengatakan,
Educode bertujuan mendorong partisipasi dan kontribusi publik di bidang pendidikan melalui penciptaan solusi berbasis IT. Aplikasi terbaik pertama diraih tim Radya Playground dengan judul aplikasi: Samosir. Aplikasi ini memberikan kemudahan bagi orang tua mengetahui informasi nilai dan kehadiran siswa dengan lebih cepat, akurat, serta real time. Aplikasi ini diciptakan mengingat selama
ini sekolah kesulitan menemukan media komunikasi untuk menyampaikan dua informasi penting yang orang tua ingin ketahui, yaitu apakah anak mereka hadir di sekolah dan bagaimana perkembangan anak mereka melalui nilai selain mekanisme yang sudah ada, yaitu penerimaan rapor setiap semester. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengatakan, Kemendikbud berencana membangun ekosistem pendidikan dan mencari solusi pendidikan, salah satunya dengan menggunakan teknologi. “Kita berharap sekali agar ekosistem ini terbentuk dengan platform teknologi yang mutakhir,” katanya. (Desliana)
16
LAPORAN UTAMA
SUMBER: Buku Kilasan Setahun Kinerja Kemendikbud, November 2014-November 2015
EDISI 12 • TAHUN VI • DESEMBER 2015 • TABLOID ASAH ASUH