CHAPTER IV FINDING AND ANALYSIS
Di dalam kehidupan, seseorang pasti pernah merasakan apa yang namanya cinta, rasa yang tulus ingin mengasihi dan dikasihi, perasaan yang nyaman ketika seseorang yang benar-benar disayangi ada dalam hidup dan dijadikan penyemangat dalam menjalani kehidupan. Gambaran inilah yang ada pada novel Gerhana Kembar karya Clara NG. Yakni tokoh utama dalam cerita novel ini. Penulis dalam penelitian ini telah menemukan beberapa kejadian perilaku seks menyimpang antara tokoh utama Fola dan Henrietta. Perilaku seks menyimpang dari dua karakter utama novel Gerhana Kembar. 4.1 Bentuk-bentuk Perilaku Seks Yang Menyimpang Bangsa Barat berpendapat bahwa kebebasan dan pemuasan badani merupakan hak sejak lahir. Pembatasan pemuasan seks seseorang oleh masyarakat adalah perbuatan keji. Pola pikir seperti inilah yang berperan memunculkan kaum homoseksual. Pola pikir yang melulu mencari kepuasan diri padahal batas kepuasan itu dalam dunia seks hampir tidak ada. Mungkin pola pikir seperti ini yang membuat Clara Ng bertutur tanpa prasangka. Ia seolah-olah tidak ingin memberi jarak antara tulisannya dengan pembaca. Adegan ciuman pertama sepasang lesbian mampu Clara Ng ceritakan dengan sangat lumrah seperti adegan ciuman pasangan heteroseksual. Pembaca dapat merasakan feminitas sekaligus maskulinitas yang muncul pada tokoh Henrietta. Anehnya, pembaca tidak merasa jijik jika pun ada seseorang yang mungkin homofobia. Clara Ng dengan sengaja mengesampingkan pendapat pembaca yang mungkin negatif terhadap kaum
22
23
homoseksual dan berhasil memperkenalkan sisi lesbianisme kepada masyarakat umum. Ada beberapa adegan perilaku seks yang tergambar dalam novel Gerhana Kembar yang dilakukan oleh tokoh Henrietta dan Fola. Hal itu tergambar seperti berikut di bawah ini. Lalu, tiba-tiba, Henrietta mengulurkan tangan ke depan, melingkarkan tangannya tepat pada bahu Fola, memeluknya erat, dan mencium rambut Fola tepat di ubun-ubun. Ini lebih berupa gerakan spontan daripada ciuman lembut penuh kasih sayang. Fola menggeliat keras berusaha menjauh, tapi Henrietta terus bertubi-tubi menjelajahi telinga, tulang pipi, dan akhirnya menjadi sangat dekat dengan sudut bibir Fola. Ketika Fola nyaris berteriak untuk mengakhiri serbuan ini, gerakan Henrietta melambat. Dengan lembut Henrietta mengusapkan bibirnya pada ujung bibir Fola, menciumnya dengan ringan dan santai. Setelah itu dia melepaskan Fola dan membiarkan Fola berputar untuk mundur tiga langkah dan menjauhinya. (GK : 70) Adegan di atas menggambarkan bahwa seorang perempuan juga bisa menikmati hasrat seksualnya sesama perempuan. Ada sisi maskulin pada tokoh Henrietta, ketika ia bertindak seperti pria yang lebih agresif. Seketika itu juga, kantuk yang menguasai dirinya langsung lenyap. Mulanya dia tidak sadar berada di mana, tapi karena gerakan bibir itu semakin bertautan di bibirnya, kini Fola ingat di mana dirinya berada. Di pondokan kamar Henrietta. Tubuh perempuan itu berada di sampingnya, seperti guling yang siap dipeluk. (GK : 181) Cinta lesbian sangat mendalam dan lebih hebat dari percintan pasangan normal. Mungkin hal tersebut benar adanya karena pada umumnya pasangan lesbian merasa sama-sama satu hati. Hal itu tergambar seperti dalam kutipan berikut ini. “Sesama perempuan biasanya mempunyai ikatan yang lebih kuat daripada hubungan antara lelaki dan perempuan.” (GK : 98)
24
Hubungan yang mengatasnamakan cinta pada pasangan tidak akan pernah lepas dari tindakan-tindakan yang mengarah pada hubungan seksual, baik itu sekadar ciuman, pelukan, ataupun hubungan badan. Henrietta dan Fola juga melakukan hubungan badan. Hal tersebut tergambar seperti dalam kutipan di bawah ini. Henrietta menekankan tubuhnya penuh-penuh kepada Fola. Fola menutup mata. Dia membiarkan tangannya melakukan gerakan berdasarkan naluri. Dia membiarkan pinggulnya terangkat, mulutnya mendesah, dan seluruh tubuhnya bereaksi terhadap semua sentuhan itu. Dia membiarkan air matanya menggenang, lalu mengalir turun di pipinya. Dia membiarkan tubuhnya menyerah sepenuhnya kepada Henrietta, dalam satu kepasrahan yang sangat indah. Henrietta merapatkan tubuhnya pada tubuh Fola sehingga tubuh mereka seakan-akan terpilin, menjadi satu bagian dan tak terpisahkan. Angin berembus lembut meniup poripori tubuh Fola. Dia merasa tubuhnya meledak, bagaikan bom yang meledak dalam hutan rimba. Ini adalah tarian, walaupun tidak dilakukan sepasang perempuan dan lelaki, ini tetap disebut tarian. (GK : 184) Clara Ng menceritakan hubungan badan antara Fola dan Henrietta dengan kalimat tersirat seperti dalam kalimat Ini adalah tarian, walaupun tidak dilakukan sepasang perempuan dan lelaki, ini tetap disebut tarian. Gambaran tersebut juga menyiratkan bahwa dalam melakukan hubungan badan tentunya dengan mengatasnamakan cinta, sepasang lesbian tersebut juga dapat mencapai kenikmatan. Kalau berbicara masalah orientasi seks tentu tidak lepas dari teori Susan Alice Watkins, Marisa Rueda dan Marta Rodrieguez. Inti dari teorinya bahwa perempuan ingin bisa mengekspresikan seksualitasnya secara bebas dan tidak dibedakan oleh jenis kelamin.
25
Kedua tokoh dalam novel Gerhana Kembar, Fola dan Henrietta, saat melakukan hubungan seks yang merupakan dorongan alamiah sifat manusia bertujuan untuk mendapat kesenangan dan kebebasan. Mereka tidak berpikir lagi perbuatan yang mereka lakuskan tersebut salah. Padahal kedua tokoh tersebut sadar bahwa hubungan seks yang dilakukan dua orang wanita pasti melanggar norma dalam masyarakat. Namun, karena rasa ingin mendapatkan kesenangan mengalahkan kesadaran tersebut karena mereka lebih mengutamakan kebebasan dalam bercinta. 4.2 Faktor Penyebab Dua Tokoh Utama Menjadi Lesbian Pada kenyataannya kemunculan seseorang menjadi homoseksual bukan kehendaknya sendiri. Perkembangan kemunculan lesbianisme dimulai ketika anak menginjak masa remaja. Pada masa ini, sikap biseksualitas (mencintai kawan putri juga mencintai kawan pria) mereka dapat berkembang ke arah abnormal karena faktor luar maupun dalam diri mereka yang akhirnya menggiring mereka menjadi lesbian. 4.2.1 Faktor Penyebab Perilaku Seks Yang Menyimpang Pada Tokoh Henrietta Dalam periode biseksual, periode mencintai seorang kawan pria dan sekaligus mencintai seorang kawan putri pada usia puber, sering terdapat tendensi kelaki-lakian pada diri anak gadis yang diperkuat oleh faktorfaktor psikis seperti identifikasi yang terlalu ketat terhadap ayah. Faktor psikologi inilah yang menyebabkan Henrietta menjadi seorang lesbian yang bertindak sebagai butch yaitu lesbian maskulin. Pada masa puber,
26
seorang anak berusia sekitar 10-12 tahun, Henrietta sering melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan pria seperti mengecat rumah bersama ayahnya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut ini. “Aku hanya bercanda. Dulu waktu berusia sebelas atau dua belas tahun, aku sering membantu Ayah mengecat rumah.” (GK : 67) Dari kata sering membantu Ayah tersebut dapat disimpulkan bahwa Henrietta dididik dengan kebiasaan melakukan pekerjaan anak laki-laki. Artinya, hubungan Henrietta dengan ayahnya terjalin dekat. Kemungkinan besar
dari
kedekatan
hubungan
seorang
putri
dengan
ayahnya
menyebabkan anak suka meniru perilaku dan sifat ayah. Padahal pada usia tersebut, seharusnya ia dibiasakan untuk membantu ibu memasak, bermain boneka, atau permainan lain yang berhubungan dengan permainan anak perempuan. Hal ini yang mengidentifikasi perilaku Henrietta terhadap ayahnya sehingga perkembangan kejiwaan Henrietta menjadi cenderung bersifat laki-laki yang berusaha selalu bersikap melindungi wanita lain. Tokoh yang bernama Henrietta adalah orang yang bertindak lebih dulu untuk melakukan perilaku seksual dengan mencium pasangan lesbiannya, Fola. Hal itu digambarkan seperti kutipan berikut ini. “Lalu, tiba-tiba, Henrietta mengulurkan tangannya ke depan, melingkarkan tangannya tepat pada bahu Fola, memeluknya erat, dan mencium rambut Fola tepat di ubun-ubun. Ini lebih berupa gerakan spontan daripada ciuman lembut penuh kasih sayang. Fola menggeliat keras berusaha menjauh, tapi Henrietta tidak ingin berhenti. Malah bibir Henrietta terus bertubi-tubi menjelajahi telinga, tulang pipi, dan akhirnya menjadi sangat dekat dengan sudut bibir Fola. Ketika Fola nyaris berteriak untuk mengakhiri serbuan ini, gerakan Henrietta melambat. Dengan lembut Henrietta mengusapkan bibirnya pada ujung bibir Fola, menciumnya dengan ringan dan santai. Setelah itu dia melepaskan Fola dan membiarkan Fola berputar untuk mundur tiga langkah untuk menjauhi dirinya.” (GK : 70)
27
Dari gambaran di atas, Henrietta tampak bertindak agresif. Hal ini menyiratkan bahwa sifat pria ada dalam dirinya. Stereotip jenis kelamin yang lazim pada pria bersifat agresif, mandiri, lebih dominan, aktif, percaya diri, senang bertualang, dan kurang tertarik memperhatikan penampilan diri. Semua sifat tersebut ada dalam perilaku Henrietta sehingga dapat disebut sebagai butch yaitu lesbian maskulin yang bertindak layaknya seorang pria. Hal tersebut juga tergambar dalam kutipan berikut ini. “…, Henrietta tersenyum lebar. Wajahnya wajah yang mudah tersenyum. Profil mukanya polos tanpa polesan riasan sama sekali.” (GK : 18) Pada umumnya seorang wanita memang suka mempercantik diri. Ada beberapa alasan kenapa wanita selalu ingin mempercantik diri diantaranya: Wanita selalu ingin diperhatikan dan menjadi pusat perhatian, Wanita selalu ingin dikagumi dan disanjung, Wanita selalu ingin tampil menawan. (http://www.phylopop.com) Tetapi tidak untuk Henrietta. Wajahnya tanpa polesan. Artinya, dia tidak suka berdandan. Rayuan Henrietta hampir sama seperti seorang pria merayu wanita yaitu dengan banyak memuji dan menggoda pasangannya seperti yang tergambar pada kutipan berikut ini. “Semanis dirimu.” Fola tersipu. “Kau hanya menggodaku.” Henrietta tersenyum, mengulurkan tangan, dan menepuk punggung tangan Fola. “Menggoda?” katanya. “Tadi itu kejujuran.” (GK : 59)
28
Potongan rambut pendek umumnya pada pria, tetapi tidak untuk penampilan fisik Henrietta yang suka memotong pendek rambutnya. Hal tersebut digambarkan seperti kutipan berikut ini. “Rambutnya tetap seperti dulu, hitam dan pendek.” (GK : 114) Sangat jarang perempuan berani memotong rambutnya sependek Henrietta. Henrietta jelas-jelas manis, atau cantik, atau tampan…. Henrietta cantik dalam bentuk yang berbeda. Eksotis. Unik. (GK : 175) Sifat Henrietta yang suka pergi ke tempat-tempat yang jauh seperti sifat pria umumya. Karena kesukaanya itu pula Henrietta bekerja sebagai pramugari, seperti kutipan berikut ini. “Aku selalu ingin terbang, Fola. Terbang menjadi cita-citaku sejak kecil.” (GK : 115) Tidak heran Garuda Indonesian Airways memilih Henrietta sebagai pramugari. (GK : 175) Dari beberapa gambaran tesebut, dapat disimpulkan bahwa Henrietta memenuhi hampir semua kriteria pria atau maskulin, disebut Butch. Sedangkan Fola menjadi lesbian feminin, disebut femme. Butch dan femme kadang-kadang dapat digunakan untuk mengkategorikan identitas individu gay atau lesbian dalam hal yang dikenali sebagai analog dengan (meskipun tidak turunan) peran gender heteroseksual, dengan Butch mewakili mitra tradisional maskulin (peran laki-laki dalam pasangan heteroseksual) dan femme peran tradisional feminin (peran perempuan dalam pasangan heteroseksual). (http://en.wikipedia.org/wiki)
29
4.2.2 Faktor Penyebab Perilaku Seks Yang Menyimpang Pada Tokoh Fola Salah satu kelompok dari wanita lesbian adalah mereka yang tidak memiliki tanda-tanda kelainan fisik yang terlalu mencolok. Jadi, mereka memiliki konstitusi jasmaniah sempurna wanita. Karena tidak semua lesbian berpenampilan tomboy. Kebanyakan lesbian yang tomboy ini merasa dirinya laki-laki tapi terjebak dalam tubuh perempuan. Banyak juga dijumpai lesbian yang gayanya seperti perempuan normal, cenderung feminim, bahkan lebih feminim dari perempuan straight. Tingkah lakunya mungkin bisa saja lebih halus dari perempuan straight pada umumnya. (http://dhammacitta.org/forum/index.php) Masa seorang anak menginjak remaja adalah terjadi proses kematangan yang berlangsung. Masa ini merupakan kunci dari perkembangan anak. Pada masa tersebut anak gadis banyak melakukan instropeksi dan mencari-cari sesuatu dalam dirinya. Akhirnya, ia menemukan jati dirinya dalam artian menemukan jiwa baru antara sikap dalam diri sendiri dengan sikap ke luar pada dunia sekitar. Seorang anak mulai merasa mantap dan stabil ketika
mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Ia mempunyai pendirian tertentu dan memilih satu pola hidup. Seperti halnya Fola dan Henrietta, dua tokoh utama dalam novel Gerhana Kembar karya Clara NG ini, mereka bertemu pertama kali ketika Fola berusia sekitar 21 tahun. Fola telah memutuskan bekerja sebagai seorang guru TK. Seperti dalam gambaran berikut ini.
30
Fola merapikan kertas-kertas pekerjaan murid-muridnya dan mengangkat kepala. Jam di pergelangan tangannya telah nyaris mendekati angka dua belas. Kelas telah hening sejak sepuluh menit yang lalu. Murid-murid mungilnya telah kembali ke rumah masing-masing. (GK : 60) Tetapi pada masa itu, Fola belum memiliki seorang pacar kemudian ia bertemu dengan Henrietta, sosok perempuan yang membawa banyak perubahan dalam hidupnya. Faktor penyebab Fola menjadi lesbian adalah faktor lingkungan, tepatnya lingkungan pertemanannya dengan Henrietta. Dikisahkan Fola adalah gadis periang, tetapi tidak diceritakan ia memiliki teman. Seolah-olah keseharian Fola hanya dengan murid-muridnya. Jadi, begitu Henrietta muncul dan menawarkan sebuah hubungan pertemanan, Fola seakan tidak dapat menolak. Salah satu faktor seseorang menjadi lesbian karena orang-orang sekitarnya. Dalam hal ini, Fola menjadi lesbian karena Henrietta. Fola merasa sangat nyaman berada di dekat Henrietta. Itu menandakan dirinya merasa dilindungi dan diperhatikan. Henrietta memang bersikap baik karena seiring dengan berjalannya pertemanan mereka, keduanya saling mencintai. Hal itu tergambar seperti dalam kutipan berikut ini: Fola tidak mengatakan terima kasih atau bahkan mencari-cari alasan untuk menolak ajakan Henrietta. Henrietta justru membuatnya merasa nyaman. Tatapan perempuan itu terlihat tulus dan jujur. (GK : 50)
Adapun tanda-tanda itu diakibatkan oleh faktor-faktor psikologi. Masa pubertas merupakan faktor terpenting bagi pemastian seksualitas wanita yaitu gadis puber ini akan menjadi wanita dewasa yang homoseksual atau akan menjadi heteroseksual. Hal tersebut terjadi karena
31
objek seksual itu tidak selalu berwujud seorang pria saja, akan tetapi bisa juga berwujud seorang wanita. Misalnya saja, bentuk kecintaan anak gadis yang ditujukan pada seorang teman wanita. Seperti dalam beberapa kutipan dibawah ini, yang menunjukkan bahwa betapa Fola telah jatuh cinta pada sosok gadis bernama Henrietta. “Henrietta menarik lengan Fola. Gadis itu berputar, lalu berlari cepat. Tangannya digenggam erat-erat oleh Henrietta. Fola berusaha menenangkan pikirannya selama berlari, tapi jantungnya malah berdebar dua kali lebih kuat. Fola sangat menyukai sentuhan tangan itu. Mereka berbalik kembali kegedung sekolah. Berpacu dengan hujan, terbirit-birit menuju naungan atap selewat gerbang sekolah.” (GK: 53) “Fola ingin Henrietta tidak hanya menepuk punggung tangannya, tapi juga menyentuh dan menggenggam tangannya, seperti ketika mereka berlari dibawah hujan. Tapi Henrietta tidak melakukan lebih dari pada tindakan itu. Fola mendongak, menatap mata Henrietta yang berkilau memandangnya. Hanya kepada Fola, tidak ada yang lain. Rasanya sungguh hangat diperlakukan seperti seorang putri.” (GK: 59) Sifat dasar perempuan adalah suka dipuji. Hal itu membuat seorang perempuan merasa diperhatikan dan secara tidak sadar bisa membuat perempuan tersebut bangga akan dirinya. Hal itu juga terjadi pada Fola. Perilaku Henrietta yang suka memuji Fola dalam hal-hal kecil dan menatap matanya membuat Fola merasa bahagia dan bergetar hatinya walaupun semua itu diberikan oleh seorang perempuan. Fola mulai merasakan getaran cinta kepada Henrietta. Seperti dalam kutipan berikut ini. “Aku tidak pernah merayu siapa pun.” Bola mata Henrietta berubah menjadi lebih gelap. Lebih kelam. “Mungkin kau yang sering dirayu.” ( GK : 70)
32
Setelah menikah pun, Fola tetap berhubungan dengan Henrieta. Ia masih
menjadi
seorang
ketidakbahagiaan
hidup,
lesbian.
Hal
kekecewaan,
ini
dilakukannya
karena
dan
keputusasaan
dalam
perkawinannya dengan Erwin sehingga Fola tetap menjalani hubungan dengan pasangan lesbiannya. Hal tersebut tergambar dalam kutipan berikut ini. “Sejak menikah dengan Erwin, dia merasa kehilangan sesuatu. Sesuatu-entah apa. Fola berusaha mencari tahu, tapi sampai sekarang dia tidak dapat menemukan apa yang salah dengan dirinya. Rentetan peristiwa hubungan buruk dengan mertuanya membuatnya semakin dilanda emosi tinggi.” (GK : 111) Fola merasa lebih bahagia dan menikmati hubungannya dengan kehadiran Henrietta daripada ketika ia berhubungan dengan Erwin. Hal
tersebut tergambar dalam kutipan berikut ini. “Fola pernah dicium Erwin. Hanya lelaki itu, satu-satunya. Ciuman lelaki yang ukuran tubuhnya dua kali lebih besar daripada tubuhnya. Mulut yang lebih besar dan tebal pula. Henrietta mengusapkan bibirnya dengan lembut ke bibir Fola. Sama seperti dulu, hanya kali ini Fola sungguh mendamba. Ia mendekatkan dirinya pada Henrietta. Tubuh itu terasa mungil dan kecil, berbeda ketika dia bersentuhan dengan lelaki. Henrietta memeluknya eraterat seakan Fola barang yang sangat berharga.” (GK : 127) Ada dua faktor lingkungan yang menyebabkan tokoh Fola dalam novel Gerhana Kembar karya Clara Ng menjadi seorang lesbian. Pertama, perasaan nyaman Fola dengan sikap dan sifat Henrietta, yang membuatnya merasa dicintai dan diperhatikan layaknya seorang wanita. Kedua, karena perkawinan Fola dengan Erwin yang tidak bahagia membuat Fola ingin bercerai dengan suaminya karena sikap mertuanya yang kurang bisa menerima dirinya.
33
4.3 Dampak Perilaku Seks Yang Menyimpang Terhadap Keluarga Dampak perilaku seks yang menyimpang pada tokoh utama dalam novel Gerhana Kembar karya Clara NG terhadap keluarga adalah pada keturunan Fola sendiri, ketika Fola dipaksa oleh ibunya untuk menikah dengan seorang dokter yang bernama Erwin, Fola melahirkan seorang anak yang bernama Eliza. Eliza adalah salah satu alasan kenapa Fola tidak bisa hidup bersama dengan Henrietta. Seperti dalam kutipan dibawah ini: “Pelan-pelan, dia duduk terenyak di ubin dingin dan dibalik kamar ada gadis ciliknya yang tertidur lelap dan di sana –di pekarangan belakang, ada perempuan yang dicintainya lebih dari jiwanya.” (GK: 244)
Dalam kutipan di atas, dijelaskan bahwa Fola benar-benar di hadapkan pada pilihan yang sangat sulit, antara kekasih nya Henrietta atau anaknya, Eliza. “Kenangan Fola tentang Eliza adalah gadis ciliknya sangat mencintai dongeng. Eliza mempercayai dongeng tentang kehidupan dibawah air, dunia di hutan, ataupun dunia di atas awan. Fola sering menemui Eliza sering berbicara sendiri kepada ruang kosong di depannya. Jika Fola bertanya apa yang sedang Eliza lakukan, Eliza mengatakan dia sedang bersenang-senang menjadi peri atau putrid duyung. Matanya yang lebar menatap Fola dengan penuh cinta. Fola terkadang sungguh percaya anaknya dapat berubah menjadi peri yang hidup didunia yang tidak mengenal rasa sakit dan penderitaan.” (GK: 245)
Dalam kutipan di atas menjelaskan bahwa, Fola benar-benar tidak bisa meninggalkan anak semata wayang nya, Eliza. Anak bersama dengan Erwin, suaminya. Fola lebih memilih untuk tetap bersama keluarganya, dia tahu bahwa keluarganya
lebih membutuhkannya
terlebih
anaknya.
Fola tidak bisa
meninggalkan Eliza begitu saja, dan pergi bersama Henrietta, perempuan yang sangat dicintainya.
34
Ketika Eliza sudah beranjak remaja, tepatnya ketika Eliza duduk di bangku SMA. Eliza yang dulu masih kecil, yang suka berkhayal menjadi seorang peri atau putri duyung kini menjelma menjadi seorang putri yang cantik dan sederhana. Namun pada waktu itu Eliza hamil di luar nikah dengan kekasihnya, Martin. “Mereka berpegangan tangan begitu erat. Mata Eliza belum kering sepenuhnya dari air mata yang membanjir sejak dia menyerahkan keperawanannya kepada lelaki itu. Eliza meremas tangan Martin, lebih dari bergandengan tangan. Dia menekannya sampai seakan-akan detak jantungnya dan detak jantung Martin menyatu dalam genggaman itu. Kulitnya dan kulit Martin seakanakan berasal dari potongan kulit yang sama.” (GK: 203) Tapi ternyata, Martin mengkhianati Eliza. Martin tidak mau bertanggung jawab atas kehamilan Eliza karena Martin tidak siap untuk menjadi seorang ayah. Seperti dalam kutipan di bawah ini: “Dengan melahirkannya ke dunia? Ya ampun, El, aku sudah mengatakan berkali-kali bahwa hal itu tidak mungkin dapat terjadi. Aku tidak siap jadi ayah.” (GK: 205) Di sinilah puncak nya, keluarga Fola benar-benar hancur, karena sejak ditinggal mati suaminya, Fola seorang diri merawat anaknya, tapi karena anaknya bertempat tinggal di kota yang berbeda dengan dia, maka Fola tidak bisa maksimal dalam mengawasi anak semata wayang nya. Fola terlalu berharap untuk bisa hidup bersama dengan kekasihnya Henrietta sehingga dia sedikit melupakan keberadaan anaknya, sampai akhirnya, anaknya hamil di luar nikah, Fola terlalu banyak menaruh harapan besar untuk bisa hidup bersama Henrietta dan meninggalkan keluarga nya. Karena ketika suaminya meninggal yang di sebabkan sakit parah, Fola merasa sudah bebas menentukan kehidupannya sendiri melihat anaknya, Eliza sudah besar dan bukan gadis cilik yang masih suka menangis.
35
Sampai Eliza melahirkan seorang putri yang bernama Lendy. Lendy tumbuh dengan sangat baik, dia menjadi gadis yang pintar dan juga cantik. Ketika Lendy sedang berencana untuk menikah dengan Philip, kekasihnya. Lendy mengira bahwa keluarga Philip tidak akan pernah bisa menerima bahwa nenek nya, Fola adalah seorang lesbi, tapi sungguh di luar dugaan. Ternyata keluarga Philip mau menerima akan hal itu. Mereka semua dapat menerima kisah cinta yang tidak sempurna tersebut dalam keluarganya. Lendy dan Philip punakhirnya menikah. Tanpa ada rasa takut bahwa anak mereka akan menjadi homoseksual seperti neneknya. Seperti dalam kutipan dibawah ini: “ Bagaimana jika dia menjadi homoseksual?” gumamnya pelan. “Kita akan terbang ke Kanada atau Belgia, mencatat pernikahan anak kita disana. Lalu mungkin kita akan punya satu… hm, aku mau tiga cucu dari anak kita. Bagaimana menurutmu?”(GK: 346) Dalam kutipan di atas menjelaskan bahwa perilaku seks yang menyimpang telah diterima dalam keluarga mereka, apa pun alasannya.
4.4 Sifat Dua Tokoh Utama Sifat berarti ciri khas yang ada pada sesuatu (untuk membedakan dengan yang lain) atau dasar watak (dibawa sejak lahir); tabiat. Sebuah novel harus memiliki unsur penokohan. Artinya, setiap tokoh pasti memiliki sifat atau ciri tersendiri. Begitu pula dengan novel Gerhana Kembar, yang bertema lesbian, ada dua tokoh utama yang bersifat bertentangan padahal keduanya adalah wanita. Novel ini bercerita tentang Lendy yang sedang mencari identitas neneknya. Namun, ketika belum mendapatkan yang dicarinya, Lendy menemukan identitas sebenarnya berupa naskah tua yang membawanya ke cerita masa lalu
36
sang nenek. Naskah tersebut mengisahkan tentang Fola dan Henrietta, sepasang lesbian yang menjadi tokoh utama. “Pagi ini dia menemukan naskah yang memancing perhatian dan rasa penasarannya. Lima halaman prolog yang berbau tinta mesin tik kuno di kertas yang menguning ujungnya sungguh menjanjikan. Sisanya masih sebundel, tapi Lendy belum sempat membukanya, apalagi menelitinya. Tumpukan kertas yang diikat karet gelang tersebut tampak ringkih dan berdebu. Bukan hanya ingin mengetahui kelanjutan kisah itu, Lendy juga ingin tahu hal-hal lainnya. Dia bertanya-tanya dalam hati. Mengapa naskah itu ada dalam lemari baju neneknya? Mengapa diletakkan ditempat yang tersembunyi? Apakah naskah ini pernah diterbitkan? Siapakah yang menulis naskah ini? Apakah pengarang ini berinisial FDS, sesuai dengan inisial yang diketikkan diakhir prolog? Atau….” (GK: 21) Dalam kutipan diatas menjelaskan bahwa Lendy telah menemukan naskah yang menceritakan kisah nyata neneknya. Dimana naskah itu sangat membuat Lendy penasaran. Dua plot utama yang ada pada novel yaitu pada tahun 1960-an dan pada tahun 2008 mengisyaratkan bahwa kisah lesbian ini tidak berlangsung dalam waktu yang singkat, tetapi selama 48 tahun. Cerita diawali dengan pertemuan Fola dan Henrietta. Pada bab berikutnya, baru diketahui bahwa Fola dan Henrietta adalah tokoh fiktif sebuah naskah berjudul “Gerhana Kembar” yang sedang dibaca Lendy pada tahun 2008. Sedikit demi sedikit, terkuak bahwa naskah “Gerhana Kembar” ditulis oleh Diana, nenek Lendy yang sedang sekarat dan cerita itu berdasarkan pengalaman Diana dengan Selina, pasangan lesbiannya ketika muda. Jadi, Fola adalah Diana dan Henrietta adalah Selina. Karena sifatnya yang lemah lembut, peka terhadap perasaan, rapi, mengungkapkan perasaan dengan lembut, dan mudah menangis. Penampilan fisik Fola seperti dalam kutipan berikut ini.
37
Rambutnya yang hitam kini panjang terurai sampai ke bahu. Setiap pagi, Fola mengikatnya kencang-kencang ke belakang, membentuk kepang dua. Jepit rambut menahan rambutnya di sisi kanan dan kiri supaya tidak berjatuhan. Dia tidak mempunyai poni. Wajahnya agak sedikit bundar, sehingga akan tampak aneh apabila dahinya dipenuhi rambut. Tubuh Fola ditutupi blus sederhana berwarna putih dan rok sebetis berwarna merah. Dia mengenakan sepatu pantofel hitam dengan hak rendah, sepatu kesukaannya. Fola perempuan manis yang selalu tampak anggun dengan pakaian yang dikenakannya. (GK : 13) Dari kutipan yang tergambar di atas dapat dibayangkan bahwa Fola adalah gadis yang suka berdandan walaupun sederhana dan kerapiannya tergambar dari caranya mengenakan pakaian. Saat Fola masih gadis, usianya sekitar 21 tahun, pekerjaannya sebagai guru TK menuntut Fola untuk bersikap sabar menghadapi anak-anak kecil. Hal tersebut tergambar seperti kutipan berikut ini. Bocah-bocah kecil itu berdiri dan seketika kelas pun pecah menjadi sangat berisik. Kotak-kotak roti dikeluarkan. Fola berjalan di antara mereka. Sesekali dia berhenti, berjongkok, dan membantu jari-jari mungil itu menggenggam roti isi mentega dan gula pasir atau selai kacang agar isinya tidak berhamburan keluar. Wajah Fola tak lepas dari senyum. Dia mengerjapngerjapkan matanya dengan lucu kepada beberapa muridnya. (GK : 11) Untuk mengungkapkan perasaan yang sedih, Fola mudah menangis. Hal tersebut tergambar seperti dalam kutipan berikut ini. Henrietta merenggangkan pelukan dan mencium mata Fola. Dia membelai pipi perempuan itu, menghapus air mata yang meleleh turun. “Lihat, perempuan hamil memang selalu tampak berbinarbinar. Bahkan dalam keadaaan menangis.” (GK : 128-129) Sebagai gadis, Fola juga memiliki sifat pemalu dan pasif. Saat melakukan hubungan badan dengan Henrietta, Fola lebih banyak bertindak sebagai obyek yang dicintai dan menerima perlakuan Henrietta dengan pasrah. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut ini.
38
Wajah Fola memerah, malu-malu. Dia pasrah. Lagi pula, Henrietta sudah melihat sebagian dadanya ketika dia menyusui Eliza tadi. Tidak ada bedanya dilihat sekarang maupun tadi. Henrietta membuka kancing blus Fola satu per satu. Gerakannya sangat lamban dan lembut, seakan-akan apa yang dilakukannya adalah kegiatan terpenting di dunia. (GK : 184)
4.5 Jenis Lesbian Ada beberapa jenis lesbian yang dapat dikaitkan dengan hubungan Henrietta dan Fola dalam novel Gerhana Kembar karya Clara NG. Henrietta adalah seorang lesbian yang tidak menutupi jati dirinya yang ternyata seorang lesbian jika dilihat dari segi penampilan yang maskulin dan ke laki-lakian sedangkan Fola adalah lesbian yang telah menikah dan cenderung menutupi atau merahasiakan jati dirinya yang ternyata seorang lesbian. Seperti dijelaskan pada masing-masing karakter tokoh dibawah ini: 4.5.1 Tokoh Henrietta Jenis lesbian pada tokoh Henrietta adalah seorang lesbian yang hubungan lesbiannya terjadi ketika salah satu pasangannya berkepribadian laki-laki/maskulin. Seperti yang telah digambarkan pada karakteristik lesbian sebelumnya yang berperan sebagai laki-laki adalah Henrietta. “…, Henrietta tersenyum lebar. Wajahnya wajah yang mudah tersenyum. Profil mukanya polos tanpa polesan riasan sama sekali.” (GK : 18) Dalam kutipan diatas tertulis jelas bahwa Henrietta lah yang berperan sebagai laki-laki, terlihat dari segi penampilannya yang cenderung seperti laki-laki.
4.5.2 Tokoh Fola
39
Jenis lesbian yang dapat dikaitkan pada tokoh Fola ada dua bentuk yaitu kaum lesbian ini sudah menikah. Akan tetapi, mereka tetap menjalani kehidupan homoseksual dengan bersembunyi dari suaminya. Sehingga meskipun sudah menikah dan mempunyai anak, kaum homoseksual ini pandai sekali menyembunyikan identitas sehingga tidak seorang pun tahu mereka homoseks. Hanya orang terdekatnya saja yang mungkin tahu. “Ya. Fola meremas surat itu, merasakan kekuatan perlahan-lahan menghampirinya. Dia membulatkan tekad. Dia akan mengatakan kepada Erwin bahwa dia akan meninggalkan lelaki itu untuk selama-lamanya. Berhenti berbohong. Berhenti menyakiti semua orang. Berhenti menjadi sosok lain. Berhenti berpura-pura. Sekarang saatnya untuk menjemput kebahagiaan. Memikirkan dirinya sendiri. Dirinya, seorang Fola Damayanti.” (GK: 289) “Ada yang harus kukatakan kepadamu juga, Erwin, bisik Fola dalam hati. Tapi dia tak sanggup mengatakan hal itu sekarang. Nanti, batinnya pelan. Setelah giliran Erwin bicara, dia akan mengatakan keputusannya.” (GK: 291) Dari
beberapa
kutipan
diatas
menyebutkan
bahwa
Fola
menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya, yang bahwa Fola adalah seorang lesbian. Ketika pertama kali Henrietta dan Fola bertemu, Fola belum menikah. Oleh karena Henrietta diterima sebagai pramugari, mereka berpisah. Selama perpisahan itulah Fola harus menikah dengan dengan Erwin. Padahal saat itu Fola telah mencintai Henrietta. Ia menikah karena terpaksa. Ia tidak tega melihat ibunya yang sedang sakit dan ibunya ingin agar Fola segera menikah dengan Erwin. Walaupun Fola telah menikah, ia tetap berhubungan dengan Henrietta. Diceritakan bahwa saat itu Fola sedang mengandung anak Erwin dan tanpa sengaja Fola dan
40
Henrietta bertemu kembali setelah beberapa tahun terpisah. Hal itu tergambar seperti dalam kutipan berikut ini. “Fola! Ya ampun, kau benar-benar Fola!” mata Henrietta berbinar. Dia menatap ke arah perut Fola yang menggelembung. (GK : 114) Sampai akhir hayatnya, Erwin tidak pernah tahu bahwa Fola, istri yang dicintainya, seorang lesbian. Hubungan Henrietta dan Fola terus berlanjut dan yang mengetahuinya pada saat itu hanya Eliza, anak Fola.