CAMPUR KODE PADA NASKAH PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAPAK DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Oleh Abdul Kholiq1 Roekhan2 Sunaryo² E-mail:
[email protected] Universitas Negeri Malang Jalan Semarang Nomor 5 Malang ABSTRAK Campur kode adalah pencampuran unsur bahasa asing ke dalam struktur bahasa utama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk, jenis, dan fungsi penggunaan campur kode pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Berdasarkan analisis data, diperoleh deskripsi penggunaan campur kode berbentuk kata, frasa, baster, perulangan kata, dan klausa, deskripsi jenis campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode keluar (outer codemixing), dan deskripsi penggunaan campur kode yang berfungsi untuk identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Kata Kunci: bilingualisme, campur kode, pidato
ABSTRACT Code-mixing was mixing foreign language elements into the structure of language. The purpose of this study was to describe the shape, type, and function of the use of code-mixing in the speech of President of Republic of Indonesia, Mr. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. This study used qualitative research. Based on data analysis, obtained descriptions of the use of code mixing form of words, phrases, baster, looping words and clauses, description of the type of inner code-mixing and outer codemixing, and a description of the use of code-mixing which serves to identify the role, identification of diversity, and the desire to explain and interpret. Keywords: bilingualism, code-mixing, speech 1
Abdul Kholiq adalah mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang (UM). Artikel ini diangkat dari skripsinya di Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Universitas Negeri Malang, 2013. 2 Roekhan adalah Dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang Pembimbing I 2 Sunaryo adalah Dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang Pembimbing II
1 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Indonesia adalah negara multilingual. Selain bahasa Indonesia yang digunakan secara nasional, terdapat pula ratusan bahasa daerah, besar maupun kecil, yang digunakan oleh para anggota masyarakat bahasa daerah itu untuk keperluan yang bersifat kedaerahan. Dalam masyarakat multilingual yang mobilitas geraknya tinggi, maka anggota-anggota masyarakatnya akan cenderung untuk menggunakan dua bahasa atau lebih, baik sepenuhnya maupun sebagian, sesuai dengan kebutuhannya (Chaer, 2007:65). Banyaknya bahasa yang digunakan di Indonesia menyebabkan terjadinya kontak bahasa dan budaya beserta dengan segala peristiwa kebahasaan seperti bilingualisme, alih kode, campur kode, dan interferensi. Oleh karena itu, kebanyakan orang Indonesia menjadi manusia yang bilingual maupun multilingual. Peristiwa alih kode, campur kode, dan interferensi sudah lazim dilakukan oleh penutur bahasa Indonesia (Chaer dan Agustina, 2004:227). Secara nasional kedudukan bahasa Indonesia adalah pada tingkat pertama, bahasa daerah pada tingkat kedua, dan bahasa asing pada tingkat ketiga. Pada sebagian orang Indonesia ada yang menempatkan bahasa asing (baca:Inggris) di atas bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan timbulnya sikap itu adalah pandangan sosial ekonomi dan bisnis. Penguasaan bahasa Inggris yang baik menjanjikan kedudukan dan taraf sosial ekonomi yang jauh lebih baik daripada hanya menguasai bahasa Indonesia. Banyak perusahaan swasta maupun asing, yang biasanya memberi gaji yang lebih lumayan, mensyaratkan kemampuan berbahasa Inggris untuk bisa bekerja di perusahaan itu. Banyak orang yang bersikap lebih mengutamakan hahasa lnggris daripada bahasa nasional Indonesia, menyebabkan pula produk-produk dan usaha dagang yang dikemas dalam bahasa Inggris akan lebih memberi harapan berhasil daripada yang hanya dikemas dalam bahasa Indonesia (Chaer dan Agustina, 2007:241). Penggunaan bahasa asing itu terlihat dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Semakin banyak orang yang mulai menggunakan bahasa asing atau hanya menyisipkan beberapa kata saja ke dalam bahasa Indonesia dengan berbagai macam alasan dan tujuan. Iklan-iklan di media massa, baik cetak maupun elektronik juga kerap kali menyisipkan bahasa asing (campur kode). Presenter, penyiar radio, wartawan, mahasiswa bahkan sampai pejabat negara juga suka menyisipkan bahasa asing terutama bahasa Inggris. Penggunaan campur kode dapat ditemui pada beberapa naskah pidato Presiden Republik Indonesia, Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Campur kode (code mixing) yang terdapat pada naskah pidato tersebut melibatkan tiga bahasa antara bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa Inggris. Penyisipan itu berupa kata, frasa, pengulangan kata, baster dan klausa. Penggunaan campur kode tersebut dapat dilihat pada kutipan naskah pidato kepresidenan berikut. “Pertama, yang disebut adalah legal and regulation certainty. Ayo, kita yang biasa merumuskan peraturan, tentunya pusat dan daerah, kita pastikan itu certain, tidak mudah berubah. Tiba-tiba berubah, dunia usaha tidak tahu, tidak diberi tahu sebelumnya, ini yang membikin masalah. Hukum, tentunya
2 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
kejaksaan, kepolisian, pengadilan, dunia pengacara, semua certain, logical, dan predictable.” “240 juta manusia Indonesia, yang memiliki daya beli yang makin baik, income per capita yang makin tinggi, golongan menengah yang juga growing, itu sebuah demand. Demand berarti market, berarti opportunity yang harus diJawab oleh semua. Dan, manusia di dunia, sering saya katakan, tahun lalu sudah tembus 7 miliar. 2045 akan mencapai 9 miliar. Itu juga demand, yang boleh jadi ketika our domestic demand sudah bisa dipenuhi, kita punya potensi untuk juga berkontribusi dalam memberikan supply pada global demand tadi.” “ Tadi Pak Gubernur ngendiko, bahkan Pak Sudi Silalahi juga ikut menyampaikan katanya, sekali lagi katanya, karena saya mendapatkan SMS yang banyak, sawah atau hamparan padi yang akan kita panen hari ini habis terserang hama, katanya begitu”. (Transkrip pidato Presiden Republik Indonesia) Contoh kalimat-kalimat di atas mengandung campur kode. Penggunaan campur kode yang terdapat pada naskah pidato kepresidenan itulah membuat penulis tertarik untuk meneliti penggunaan campur kode yang meliputi bentuk, jenis, dan fungsi campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden SBY dengan judul “Campur Kode pada Naskah Pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono”. Alasan peneliti memilih naskah pidato Presiden SBY sebagai sumber data adalah sebagai berikut. Pertama, Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah orang nomor satu di Indonesia, beliau adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia, pidato beliau ditujukan kepada semua komponen masyarakat, bukan hanya pada khalayak sasaran yang hadir pada suatu acara, melainkan juga kepada semua pihak yang tidak secara langsung menghadiri acara tersebut. Kedua, Beliau pernah mendapatkan penghargaan sebagai tokoh berbahasa lisan terbaik ketika beliau menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan pada tahun 2003 dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Christiyanto dan Nugroho:2003). Ketiga, pengalaman peneliti ketika mengikuti mata kuliah sosiolinguistik. Pada waktu itu banyak media massa terutama media elektronik (internet) membicarakan masalah bahasa pidato Presiden SBY yang bercampur dengan bahasa Inggris (campur kode). Ada yang setuju dan ada juga yang tidak setuju. Sepengetahuan peneliti, sampai penelitian ini ditulis, Presiden SBY masih suka menyelipkan kata berbahasa Inggris ke dalam pidatonya. Keempat, sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada orang yang meneliti penggunaan campur kode pada naskah pidato Presiden SBY. Kridalaksana (2001:35) menerjemahkan campur kode sebagai (1) interferensi, (2) penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa yang lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa. Chaer dan Agustina (2004:114) menjelaskan dalam campur kode ada sebuah kode utama atau kode dasar yang digunakan dan memiliki 3 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode yang lain yang terlibat dalam peristiwa itu hanyalah berupa serpihan-serpihan (pieces) saja, tanpa fungsi atau keotonomian sebagai sebuah kode seorang penutur misalnya yang dalam berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa asing seperti bahasa Inggris atau bahasa Daerah. Hal tersebut bisa dikatakan telah melakukan campur kode. Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terdapat di dalam campur kode, Suwito (1983:89) membedakan campur kode menjadi dua golongan, yaitu campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode keluar (outer code-mixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode dengan unsur-unsur yang bersumber dari bahasa asli atau serumpun, dan campur kode ke luar adalah campur kode yang unsurnya bersumber dari bahasa asing. Selanjutnya berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1983:92) membedakan campur kode menjadi beberapa macam bentuk antara lain (1) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk kata, (2) penyisipan unsur-unsur yang berujud frasa, (3) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk baster, (4) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk perulangan kata, (5) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk ungkapan atau idiom, dan (6) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk klausa. Latar belakang terjadinya campur kode pada dasarnya terdiri dua tipe yaitu tipe yang berlatar belakang pada sikap dan tipe yang berlatar belakang pada kebahasaan. Atas dasar dua tipe tersebut Suwito (1983:90) mengidentifikasikan alasan terjadinya campur kode antara lain ialah (1) identifikasi peranan, (2) identifikasi ragam, dan (3) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Penelitian tentang campur kode pernah dilakukan oleh Hendriawan (2009) dengan judul “Campur Kode pada Penulisan Blog www.seleb.tv”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jenis campur kode yang ditemukan adalah jenis campur kode ke dalam dan campur kode ke luar. Wujud dari campur kode yang muncul adalah berupa campur kode dalam tataran kata, frasa dan klausa. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah situasi nonformal, penguasaan dua bahasa, memberi kesan humor, dan menunjukkan gengsi. Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Rahayu (2006) dengan judul Alih Kode dan Campur Kode Guru Kelas 2 SDN Sumberejo II Rengel Tuban. Hasil penelitiannya menunjukkan penggunaan campur kode selama interaksi belajar mengajar di kelas guru kelas II SDN Sumberejo II Rengel Tuban berupa penyisipan unsur-unsur bahasa Jawa seperti kata dan frasa bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi guru melakukan campur kode yaitu bilingualitas/multilingualitas, penutur ingin memberikan rasa hormat terhadap sesamanya, adanya ketergantungan terhadap bahasa ibu, keinginan untuk bersikap rendah hati, dan bahasa yang digunakan oleh guru tidak memiliki ungkapan untuk konsep yang akan diungkapkannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) bentuk campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, (2) jenis campur kode yang terdapat pada naskah pidato
4 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, dan (3) fungsi penggunaan campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Moleong (2004:3) menyatakan bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati. Pendeliti menggunakan pendekatan ini karena data yang terkumpul berupa tataran bahasa pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Sumber data berupa tataran bahasa pada naskah pidato Presiden SBY. Data tersebut diunduh dari situs resmi kepresidenan Republik Indonesia http://presidenri.go.id/index.php/pidato/. Instrumen penelitian ini menggunakan ceklis yang disajikan dalam bentuk tabel untuk mengidentifikasi campur kode. Tabel identifikasi campur kode ini digunakan sebagai alat penelitian saat pengumpulan data dan analisis data. Wujud data penelitian ini adalah enam transkrip pidato Presiden SBY. Transkrip pidato tersebut adalah (1) Transkrip pidato sambutan Presiden Republik Indonesia pada acara Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional VIII Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia Tahun 2011, Bali Nusa Dua Convention Center, Badung, Bali 21 Oktober, (2) Transkrip pidato sambutan Presiden Republik Indonesia pada acara Peresmian Galeri Bursa Efek Indonesia di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta Tanggal 2 Januari 2012, (3) Transkrip pidato Sambutan Presiden Republik Indonesia pada acara Panen Raya Padi Inpari-13, Sragen, 17 Februari 2012, (4) Transkrip pidato Pengantar Presiden Republik Indonesia pada Acara Sidang Kabinet Paripurna Di Kantor Presiden, Jakarta Tanggal 24 April 2012, (5) Transkrip pidato Pengantar Presiden Republik Indonesia pada Acara Rapat Terbatas Di Kantor Presiden, Jakarta Tanggal 3 Mei 2012 (6) Transkrip pidato Pengantar Presiden Republik Indonesia pada Sidang Kabinet Paripurna tentang RKP dan Pagu Indikatif Tahun 2013, Kantor Presiden, Jakarta, Kamis, 10 Mei 2012. Peneliti memilih keenam pidato ini dengan alasan bahwa dalam pidato tersebut terdapat/mengandung banyak unsur campur kode dengan sasaran/pendengar, lokasi dan acara yang berbeda. Langkah-langkah analisis data pada penelitian ini berpedoman pada pendapat Arikunto (1998:240) yang menjelaskan bahwa pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah, yaitu (1) persiapan, (2) tabulasi, dan (3) penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Dalam langkah persiapan, peneliti memilih/menyortir data sedemikian rupa sehingga hanya data yang terpakai saja yang tertinggal. Langkah ini dimaksudkan untuk merapikan data agar bersih, rapi dan tinggal mengadakan pengolahan lanjutan. Langkah selanjutnya adalah tabulasi. Dalam tahap ini peneliti menempatkan data ke dalam bentuk tabel sesuai dengan instrumen penelitian yang telah dibuat. Peneliti menganalisis data yang terdapat pada tabulasi data dan membubuhkan ceklis pada kolom yang sudah disediakan sebagai pedoman langkah selanjutnya.
5 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Langkah yang terakhir adalah penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian. Peneliti menganalisis data dengan pendekatan sosiolinguistik, yaitu pendekatan yang digunakan untuk meneliti kondisi objek yang dialami dilihat dari segi sosial masyarakat pemakai bahasa, karena sosiolinguistik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji tentang bahasa berkaitan dengan penggunaannya dalam masyarakat (Chaer dan Agustina 2004:2). Berhubung penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, maka penelitian ini akan menghasilkan data deskripsi tentang (1) bentuk campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, (2) jenis campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, dan (3) fungsi penggunaan campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Untuk mendapatkan keabsahan data dalam penelitian ini diperlukan beberapa teknik pengecekan keabsahan data. Sugiyono (2008:270) mengemukakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara sebagai berikut, yaitu: (1) perpanjang pengamatan, (2) peningkatan ketekunan, (3) triangulasi, (4) diskusi dengan teman sejawat, (5) analisis kasus negatif, dan (6) membercheck (pengecekan anggota). Berdasarkan pendapat Sugiyono di atas, keabsahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara berikut. Pertama, peneliti membaca dan menelaah semua sumber data secara berulang-ulang sehingga menjadi wujud dari perpanjangan pengamatan. Kedua, peneliti membaca secara intensif dan mengamati secara teliti dan mendalam semua transkrip pidato Presiden Republik Indonesia Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono dalam korpus data. Ketiga, peneliti menggunakan teknik diskusi dengan para ahli dalam hal ini dosen pembimbing dan teman sejawat dengan cara meminta pendapat tentang temuan peneliti untuk memeriksa keabsahan data ini sebagai wujud pengecekan teman sejawat HASIL PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka hasil penelitian ini menemukan campur kode yang meliputi (1) bentuk campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, (2) jenis campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, dan (3) fungsi penggunaan campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Pertama, ada lima bentuk campur kode yang ditemukan. bentuk campur kode yang ditemukan berupa campur kode berbentuk kata, campur kode berbentuk frasa, campur kode berbentuk baster, campur kode berbentuk perulangan kata, dan campur kode berbentuk klausa. Kedua, jenis campur kode yang ditemukan berupa dua jenis campur kode. Dua jenis campur kode itu adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode keluar (outer code-mixing). Ketiga, fungsi penggunaan campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono antara lain 6 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
untuk identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. PEMBAHASAN Bersasarkan hasil penelitian yang ditemukan, berikut akan dibahasa temuan peneliti yang meliputi (1) bentuk campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, (2) jenis campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, dan (3) fungsi penggunaan campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Bentuk Campur Kode yang Terdapat pada Naskah Pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono Berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang terlibat di dalamnya, Suwito (1983:92) membedakan campur kode menjadi beberapa macam bentuk antara lain: (1) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk kata, (2) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk frasa, (3) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk baster, (4) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk perulangan kata, (5) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk ungkapan atau idiom, dan (6) penyisipan unsur-unsur yang berbentuk klausa. Chaer dan Agustina (2004:116 - 117) menyatakan bahwa campur kode itu dapat berupa pencampuran serpihan kata, frase dan klausa suatu bahasa di dalam bahasa lain yang digunakan. Bentuk campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono berupa campur kode berbentuk kata, campur kode berbentuk frasa, campur kode berbentuk baster, campur kode berbentuk perulangan kata, dan campur kode berbentuk klausa. Campur kode berbentuk kata pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah berupa penyisipan kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Bentuk campur kode yang terdapat dalam tataran kata berupa penyisipan unsur kata benda (unemployment, statement) kata kerja (survive, miss), kata ganti (Our), kata sifat (fair, balanced, certain, logical, predictable), kata penghubung (and), dan kata keterangan (all out). Bentuk campur kode yang terdapat dalam tataran frasa berupa penyisipan frase eksosentrik (by creating new opportunities), frase endosentrik (our domestic demand, the ultimate goal of development), dan frase koordinatif (up and down, reward and punishment). Campur kode berbentuk baster pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah berbentuk penyisipan afiksasi bahasa Indonesia dengan unsur-unsur bahasa Inggris seperti kata Opportunity-nya, Threat-nya, ber-partner Campur kode berbentuk perulangan kata pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah berbentuk penyisipan perulangan kata berbahasa Inggris seperti kata cluster-cluster, bottlenecking-bottlenecking. 7 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Campur kode berbentuk klausa pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah berupa penyisipan klausa bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Penyisipan klausa yang yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah klausa bebas karena klausa tersebut memiliki unsur yang lengkap. Jenis Campur Kode yang Terdapat pada Naskah Pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono Dalam penelitian ini, penliti menemukan dua jenis campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Dua jenis campur kode itu adalah campur kode ke dalam (inner codemixing) dan campur kode keluar (outer code-mixing). Penemuan dua jenis campur kode ini sesuai dengan pendapat Suwito (1983:89) yang menyatakan bahwa campur kode dibagi menjadi dua jenis, yaitu campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode keluar (outer codemixing). Campur kode ke dalam adalah campur kode dengan unsur-unsur yang bersumber dari bahasa asli atau serumpun, dan campur kode ke luar adalah campur kode yang unsurnya bersumber dari bahasa asing. Jenis campur kode ke dalam (inner code-mixing) yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, berupa penyisipan kata yang bersumber dari bahasa utama yaitu bahasa Indonesia ragam nonformal ke dalam bahasa Indonesia ragam formal (Nunggu, cespleng), dan penyisipan kata berbahasa daerah yaitu bahasa Jawa yang mempunyai ragam hormat ke dalam bahasa Indonesia ragam formal (ngendiko). Adapun jenis campur kode ke luar (outer code-mixing) yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono berupa penyisipan unsur-unsur bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Penyisipan unsur bahasa Inggris itu berbentuk kata yang meliputi kata benda (nomina), kata kerja (verba), kata ganti (pronomina), kata sifat (ajektiva), kata penghubung (konjungsi), dan kata keterangan (adverbia). Penyisipan unsur bahasa Inggris berbentuk frasa bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia yang meliputi frase eksosentrik, frase endosentrik, dan frase koordinaif. Penyisipan unsur bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berbentuk baster, perulangan kata dan penyisipan klausa bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia berupa klausa bebas. Fungsi Penggunaan Campur Kode yang Terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono Fungsi penggunaan campur kode pada dasarnya terdiri dua tipe yaitu tipe yang berlatar belakang pada sikap dan tipe yang berlatar belakang pada kebahasaan. Selanjutnya atas dasar dua tipe tersebut Suwito (1983:90) mengidentifikasikan alasan terjadinya campur kode antara lain ialah (1) identifikasi peranan, (2) identifikasi ragam, dan (3) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Mengacu pada pendapat Suwito tersebut, peneliti menemukan fungsi penggunaan campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik 8 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono antara lain untuk identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Campur kode dengan fungsi identifikasi peranan ditemukan pada beberapa serpihan bahasa inggris yang berfungsi untuk menunjukkan kelas sosial penutur (opportunity, leader,income per capita, growing, demand. market, opportunity, our domestic demand, supply, global demand). Penutur cenderung bercampur kode dengan bahasa asing yaitu bahasa Inggris dengan maksud menunjukan bahwa penutur memang merupakan seorang yang berpendidikan, modern, berwawasan luas, menguasai bahasa asing, dalam hal ini adalah bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional sehingga dalam berkomunikasi banyak menyisipkan kata atau istilah bahasa Inggris. Fungsi identifikasi ragam ditemukan peneliti berupa serpihan kata bahasa Jawa dengan ragam hormat (ngendiko) yang disisipkan ke dalam bahasa Indonesia. Penutur ingin menempatkan dirinya sebagai orang yang mempunyai rasa hormat, orang yang mempunyai tatakrama, sopan santun, andap asor dengan cara memberikan rasa hormatnya kepada orang yang dibicarakan. Fungsi penggunaan campur kode yang terakhir adalah keinginan penutur untuk menjelaskan dan menafsirkan perkataanya dengan menggunakan kode lain berupa serpihan bahasa Inggris (complaint). Penyisipan yang dilakukan penutur adalah dengan mengulang atau menjelaskan dengan bahasa lain yang sudah umum atau sering didengar dan digunakan oleh mitra tutur. Cara yang lain adalah dengan menyisipkan kata-kata asing yang sudah umum di bidang tertentu (income per capita, government expenditure/government spending). Langkah ini dilakukan agar penutur lebih leluasa untuk menjelaskan topik pembicaraan atau karena pengunaan istilah asing lebih mudah diterima oleh mitra tutur daripada menggunakan bahasa aslinya. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian serta hasil pembahasan tentang campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, bentuk campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah berupa campur kode berbentuk kata, campur kode berbentuk frasa, campur kode berbentuk baster, campur kode berbentuk perulangan kata, dan campur kode berbentuk klausa. Kedua, ada dua jenis campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Dua jenis campur kode itu adalah campur kode ke dalam (inner code-mixing) dan campur kode keluar (outer code-mixing). Ketiga, fungsi penggunaan campur kode yang terdapat pada naskah pidato Presiden Republik Indonesia Bapak Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono adalah untuk identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan.
9 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
Saran Saran peneliti berkenaan dengan penggunaan campur kode pada pidato Presiden adalah hendaknya penggunaan campur kode dimaksudkan untuk memperjelas pemahaman tentang makna pidato tersebut sesuai dengan pasal 16 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010, tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden Serta Pejabat Negara Lainnya, yang berbunyi: “Pidato resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden dan pejabat negara lainnya yang disampaikan dalam Bahasa Indonesia dapat memuat bahasa asing sepanjang dimaksudkan untuk memperjelas pemahaman tentang makna pidato tersebut” (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009)
10 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013
DAFTAR RUJUKAN d/uu/uu2009/UU_2009_24.pdf Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Chaer, A. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, A. & Agustina, L. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Christiyanto dan Nugroho, A. 2003. Penghargaan Berbahasa Indonesia Terbaik bagi Sejumlah Tokoh, (Online), (http://news.liputan6.com/read/64461/penghargaan-berbahasa-indonesiaterbaik-bagi-sejumlah-tokoh) diakses 15 Mei 2012. Hendriawan, M. C. 2010. Campur Kode Pada Penulisan blog www.seleb.tv. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang Kridalaksana, H. 2001. Kamus Sosiolinguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Moleong, L. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010, tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden Serta Pejabat Negara Lainnya. Presiden Republik Indonesia. (Online), (http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/430.pdf) diakses 15 Mei 2012 Rahayu, R. L. 2006. Alih Kode dan Campur Kode yang digunakan Guru Kelas II SDN Sumberrejo 2 Rangel Tuban. Skripsi. Tidak diterbitkan. Universitas Negeri Malang. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.Bandung: Alfabeta. Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik, Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset. Transkrip pidato Presiden Republik Indonesia. Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden.(Online), (http://presidenri.go.id/index.php/pidato/) diakses 15 Mei 2012.
11 | JPBSIOnline, Volume 1, Nomor 1, April 2013