BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN N O M O R 64
BUPATI
BATANG
TAHUN
2014
TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN KABUPATEN
MODAL
BATANG
TAHUN 2014 - 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Menimbang
:
a. b a h w a
BATANG,
u n t u k m e l a k s a n a k a n ketentuan Pasal
5 ayat
(4)
Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penanaman Modal Di Kabupaten Batang, kebijakan penanaman modal dituangkan dalam Rencana Umum Penanaman Modal; b. b a h w a b e r d a s a r k a n p e r t i m b a n g a n s e b a g a i m a n a d i m a k s u d d a l a m h u r u f a, p e r l u m e n e t a p k a n P e r a t u r a n B u p a t i t e n t a n g Rencana U m u m Penanaman Tahun 2014-2025; Mengingat
:
Modal
1 . P a s a l 1 8 a y a t (6) U n d a n g - U n d a n g
Kabupaten
Dasar Negara
Batang
Republik
Indonesia T a h u n 1945; 2. U n d a n g - U n d a n g Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1965 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2757); 3. U n d a n g - U n d a n g N o m o r 2 5 T a h u n 2 0 0 7 tentang P e n a n a m a n Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n
2007
1
Nomor 67, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4724);
4. U n d a n g - U n d a n g N o m o r 2 5 T a h u n 2 0 0 9 t e n t a n g P e l a y a n a n Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2009 Nomor 130, T a m b a h a n Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 5. U n d a n g - U n d a n g Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2011 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5118); 6. U n d a n g - U n d a n g Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 2 T a h u n 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589); 7. P e r a t u r a n P e m e r i n t a h N o m o r 2 1 T a h u n 1 9 8 8 t e n t a n g Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 1988 Nomor 42, Taimbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381); 8. P e r a t u r a n P e m e r i n t a h N o m o r 3 8 T a h u n 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 9. P e r a t u r a n P e m e r i n t a h Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik
2
Indonesia T a h u n
2008
Nomor
88, Tambahan
Negara Republik Indonesia Nomor
Lembaran
4861);
10.
Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia T a h u n 2012 Nomor 215, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357);
11.
Peraturan
Presiden
Nomor
27
Tahun
2009
tentang
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dibidang Penanaman Modal; 12.
Peraturan Presiden Nomor 3 6 T a h u n 2010 tentang Daftar Bidang
Usaha
yang
Tertutup
dan
Bidang
Usaha
yang
Terbuka dengan Persyaratan D i Bidang Penanaman Modal; 13.
Peraturan Presiden Nomor 16 T a h u n 2012 tentang Rencana U m u m Penanaman Modal;
14.
Peraturan Daerah Provinsi J a w a Tengah
Nomor
7
2010 tentang Penanaman Modal di Provinsi Jawa (Lembaran
Daerah
Nomor
Tambahan
7,
Provinsi Jawa Lembaran
Tengah Daerah
Tahun Tengah
Tahun
2010
Provinsi
Jawa
Tengah Nomor 29); 15.
Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penanaman Modal di Kabupaten Batang (Lembaran D a e r a h K a b u p a t e n B a t a n g T a h u n 2 0 1 3 N o m o r 2);
16.
Peraturan Gubemur Jawa Tengah Nomor 51 Tahun
2012
tentang Rencana U m u m Penanaman Modal Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012- 2025.
MEMUTUSKAN : Menetapkan
:
PERATURAN PENANAMAN
BUPATI TENTANG RENCANA MODAL KABUPATEN
UMUM BATANG
TAHUN 2014-2025.
Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1.
Provinsi adalah Provinsi Jawa Tengah.
3
2. 3.
Daerah adalah Daerah Kabupaten Batang. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai u n s u r penyelenggara p e m e r i n t a h a n daerah.
4. 5.
Bupati adalah Bupati Batang. Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu yang selanjutnya disingkat BPMPT adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Batang.
6.
Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu yang selanjutnya disingkat Kepala B P M P T adalah Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Batang.
7.
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah S a t u a n Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Batang.
8.
P e n a n a m a n m o d a l adalah segala b e n t u k kegiatan m e n a n a m modal, baik oleh p e n a n a m modal d a l a m negeri m a u p u n penanam modal asing u n t u k m e l a k u k a n usaha di daerah.
9.
Rencana U m u m Penanaman Modal Kabupaten Batang yang selanjutnya disingkat RUPMK adalah dokumen perencanaan penanaman modal di tingkat kabupaten yang berlaku sampai dengan tahun 2025. Pasal 2
RUPMK merupakan dokumen perencanaan penanaman modal yang berfungsi u n t u k mensinergikan pengoperasionalan seluruh kepentingan sektoral agar tidak terjadi t u m p a n g tindih dalam penetapan prioritas. Pasal 3 (1) R U P M K
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
2
dengan
sistematika sebagai b e r i k u t : a.
Pendahuluan;
b. A s a s d a n T u j u a n ; c. V i s i d a n M i s i ; d. A r a h K e b i j a k a n P e n a n a m a n M o d a l ; e. T a h a p a n P e l a k s a n a a n
RUPMK;
f.
Penanaman
Proyeksi
Kebutuhan
Moded
di
Kabupaten
Batang.
4
(2) R U P M K
sebagaimana
tercantum
dalam
d i m a k s u d p a d a a y a t (1)
Lampiran
yang
merupakan
sebagaimana bagian
tak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 4 Kepala B P M P T melaksanakan pemantauan terhadap penyusunan kebijakan penananaman modal kabupaten dan pengendalian pelaksamaEin p e n a n a m a n m o d a l di Daerah. Pasal 5 (1) P e l a k s a n a a n R U P M K d i e v a l u a s i s e c a r a b e r k a l a o l e h B P M P T dengan melibatkan S K P D terkait.
Kepala
(2) E v a l u a s i s e b a g a i m a n a d i m a k s u d p a d a a y a t (1) d i l a k s a n a k a n paling sedikit 1 (satu) k a l i setiap 2 (dua) t a h u n sekali. (3) H a s i l e v a l u a s i sebagaimana disampaikan kepada Bupati.
dimaksud
pada
ayat
(2)
Pasal 6 Peraturan B u p a t i i n i m u l a i berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, m e m e r i n t a h k a n pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Batang. Ditetapkan di Batang p a d a t a n g g a l 19 ( ^ Desember 0 « A * » * < ^ 20142 0 1 4 BUPATI
BATANG, ttd
YOYOK RPfO
SUDIBYO
Diundangkan di Batang p a d a t a n g g a l 19 Desember t M ^ a i i t U 2014 ^ 2014 SEKRETARIS BATANG, S E K R EDAERAH T A ^ * S 4 3 KABUPATEN AERAH
K A B U > A T E N ttd BATANG, NASIKHIN
NASTKHTN
B E R I T A D A E R A H K A B U P A T E N B A T A N G T A H U N 2 0 1 4 N O M O R 64 ^ ^ Salinan sesuai dengan aslinya, KEPALA BAGIAN HUKUM, ttd AGUS JAELANI MURSIDI, SH.,M.Hum Pembina Tingkat I NIP. 19650803 199210 1 001
5
LAMPIRAN PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 664 y TAHUN 2014 TENTANG RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL KABUPATEN BATANG TAHUN 2014-2025 RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL KABUPATEN
BATANG
A. P e n d a h u l u a n Pembangunan daerah m e r u p a k a n bagian integral dari p e m b a n g u n a n nasional, sebagai upaya terus m e n e r u s ke a r a h perubahan yang lebih baik guna meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat, sesuai dengan potensi yang dimiliki dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta m e m p e r h i t u n g k a n berbagai peluang dan t a n t a n g a n y a n g berskala regional, n a s i o n a l m a u p u n global. Pelaksanaan pembangunan dimaksud memerlukan modal y a n g c u k u p besar. M o d a l tersebut dapat disediakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah m a u p u n masyarakat luas, terutama pihak swasta. Pembangunan ekonomi yang di dalamnya melibatkan pihak swasta berupa penanaman modal asing m a u p u n dalam negeri m e m p u n y a i peranan yang sangat penting d a l a m kegiatan ekonomi. Hal ini dikarenakan penanaman modal merupakan langkah awal dalam kegiatan produksi. P e r t u m b u h a n ekonomi suatu daerah terkait erat dengan tingkat penanaman modal. Untuk mencapai tingkat p e r t u m b u h a n e k o n o m i yang sangat tinggi diperlukan tingkat p e n a n a m a n m o d a l y a n g tinggi. U n t u k mencapai tingkat p e n a n a m a n modal yang tinggi dalam rangka mendukung pembangunan, perlu diciptakan suatu kondisi yang menjamin kemudahan pelayanan dan perizinan kepada para investor, serta adanya kebijakan Pemerintah Daerah u n t u k m e m b e r i k a n k e m u d a h a n bagi investor yang a k a n berinvestasi di daerah. Langkah Pemerintah Daerah ini dimungkinkan, dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana dalam Pasal 176 dijelaskan bahwa "Pemerintah Daerah dalam meningkatkan perekonomian daerah dapat memberikan insentif dan/atau k e m u d a h a n kepada masyarakat dan/atau investor yang
1
diatur dalam Perda dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan". Sejalan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud, u n t u k m e l a k s a n a k a n u r u s a n p e n a n a m a n m o d a l sebagai salah satu urusan wajib Pemerintah Daerah, maka berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dalam subbidang kebijakan penanaman modal, Pemerintah Daerah menetapkan Peraturan Daerah tentang penanaman modal dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Selain regulasi yang mengatur tentang penanaman modal, m a k a tujuan penyelenggaraan p e n a n a m a n modal di daerah dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing t i n ^ i , serta iklim u s a h a yang kondusif di bidang ketenagakeijaan dan k e a m a n a n berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi p e n a n a m a n modal a k a n meningkat secara signifikan. U n t u k mencapai tujuan tersebut, Pemerintah telah menetapkan Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) melalui Peraturan Presiden Nomor 16 T a h u n 2 0 1 2 sebagaimana telah d i a m a n a t k a n pada pasal 4, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Rencana U m u m Penanaman Modal (RUPM) merupakan d o k u m e n perencanaan y a n g bersifat j a n g k a panjang sampai dengan tahun 2025, yang m e n u n t u t adanya konsistensi, pengembangan sektor yang lebih fokus dan berkeleinjutan. RUPM berfungsi untuk mensinergikan dan mengoperasionalkan s e l u r u h kepentingan sektoral terkait, sehingga tidak terjadi t u m p a n g tindih dalam penetapan prioritas sektor-sektor yang akan dikembangkan dan dipromosikan melalui kegiatan penanaman modal. U n t u k m e n d u k u n g pelaksanaan R U P M di Indonesia guna mendorong peningkatan penanaman modal yang berkelanjutan, Pemerintah mengatur perlunya Pemerintah Daerah untuk menyusun Rencana U m u m Penanaman Modal Kabupaten/ Kota (RUPMK) yang salah satunya adalah Rencana Umum Penanaman Modal Daerah (RUPMD) Kabupaten Batang. R U P M D Kabupaten Batang merupakan 2
Rencana U m u m Penanaman Modal d i tingkat Kabupaten Batang, yang disusun berdasarkan potensi dan karakteristik yang dimiliki oleh Kabupaten Batang, dengan tetap mengacu pada arah kebijakan penanaman modal yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Untuk mendukung penyusunan sampai dengan pelaksanaan RUPMD Kabupaten Batang, diperlukan kelembagaan yang kuat, baik d i pusat m a u p u n d i daerah. Oleh karena i t u , visi yang s a m a dari seluruh p e m a n g k u kepentingan d i bidang penanaman modal merupakan suatu keharusan, khususnya terkait dengan pembagian kewenangan, pendelegasian kewenangan dan koordinasi dari masing-masing pihak. Berbagai permasalahan sosial yang dihadapi pemerintah seperti masalah pengangguran yang berdampak pada kemiskinan d a n tingkat kesejahteraan masyarakat, perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Masalah tersebut antara lain disebabkan J u m l a h angkatan kerja yang tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja. Disisi lain kualitas tenaga kerja d a n k e m a m p u a n pemerintah dalam menyediakan lapangan kerja sangat terbatas. U n t u k mengatasai berbagai permasalahan tersebut, m a k a diperlukan investasi sektor swasta, karena diakui atau tidak, investasi sektor swasta sangat m e m b a n t u pemerintah d a l a m p e n y e d i a a n l a p a n g a n k e r j a y a n g m e m i l i k i multy player effect, Guna menarik investasi sektor swasta maka diperlukaon iklim investasi yang kondusif bagi p e n a n a m modal. Oleh karena itu diperlukan adanya satu kebijakan yang mendorong hal tersebut. Hal i n i sesuai dengan Pasal 4 a y a t (1) U n d a n g - u n d a n g N o m o r 2 5 T a h u n 2 0 0 7 t e n t a n g Penanaman Modal yang berbunyi "Pemerintah menetapkan kebijakan dasar p e n a n a m a n modal". Kebijaikan tersebut telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Presiden Nomor 1 6 T a h u n 2012 tentang Rencana U m u m Penanaman Modal. U n t u k melaksanakan a m a n a t tersebut, m a k a pemerintah Kabupaten Batang perlu menyusun Rencana Umum Penansunan Modal Daerah yang diharapkan a k a n dapat memberikan arah dalam menata prioritas implementasi penanaman modal d i Kabupaten Batang yang mendukung pencapaian visi Kabupaten Batang yaitu ^Terwujudnya P e m e r i n t a h a n y a n g bersih, efektif, efisien d a n profesional untuk penguatan ekonomi daerah d a n pencapaian kesejahteraan masyarakat Batang". 3
Kabupaten Batang sebagai salah s a t u Kabupaten di J a w a Tengah yang berada di poros strategis J a w a - B a l i di Pantai Utara Pulau Jawa mempunyai potensi yang sangat besar dalam mengembangkan investasi. Pengembangan investasi di Kabupaten Batang sangat m e m u n g k i n k a n karena d u k u n g a n dari aspek geografisnya. Melalui p e n y u s u n a n Rencana U m u m Penanaman Modal Daerah Kabupaten Batang ini diharapkan m a m p u menarik banyak investor dalam m e l a k u k a n investasi dan penanaman modal di Kabupaten Batang. G u n a m e n d o r o n g p e r t u m b u h a n s e m a k i n cepat, d a n kesempatan berusaha yang semakin luas, diperlukan berbagai k e m u d a h a n u s a h a yang s e m a k i n baik, k e m u d a h a n u n t u k menjangkau permodalan dan pasar yang semakin luas bagi U s a h a Mikro, Kecil d a n M e n e n g a h (UMKM). U n t u k mencapai kondisi ideal pada t a h u n 2025, kebijakan u n t u k mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang d i t e m p u h melalui strategi p e r t u m b u h a n yang semakin berkualitas. Kebijakan penanaman modal daerah harus diarahkan u n t u k menciptakan perekonomian daerah yang memiliki daya saing yang tinggi dan berkelanjutan. Dalam upaya memajukan daya saing perekonomian daerah secara berkelanjutan, Pemerintah Kabuapaten Batang berkomitmen u n t u k terus meningkatkan iklim penanaman modal yang kondusif dengan terus mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi yang bisa mengubah keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif. Rencana U m u m Penanaman Modal (RUPM) merupakan d o k u m e n perencanaan yang bersifat j a n g k a panjang sampai dengan t a h u n 2025. R U P M berfungsi u n t u k mensinergikan dan mengoperasionalisasikan seluruh kepentingan sektoral terkait, agar tidak terjadi t u m p a n g tindih dalam penetapan prioritas sektor-sektor yang a k a n diprioritaskan persebaran pengembangan penanaman modalnya di Provinsi Jawa Tengah. Untuk mendukung pelaksanaan RUPM guna mendorong peningkatan penanaman modal yang berkelanjutan, diperlukan kelembagaan yang kuat, baik di Kabupaten Batang m a u p u n di Provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, visi yang sama dari s e l u r u h p e m a n g k u kepentingan di bidang penanaman modal merupakan suatu keharusan, khususnya terkait dengan pembagian kewenangan, pendelegasian kewenangan, dan koordinasi dari masing-masing pihak. 4
Bercermin dari kondisi saat ini, kecenderungan pemusatan kegiatan penanaman modal di beberapa lokasi, menjadi tantangan dalam mendorong upaya peningkatan penanaman modal. Tanpa dorongan ataupun dukungan kebijakan yang baik, persebaran p e n a n a m a n modal tidak akan optimal. G u n a mendorong persebaran penanaman modal, perlu dilakukan pengembangan pusat-pusat ekonomi, klaster-klaster industri, pengembangan sektor-sektor strategis, d a n p e m b a n g u n a n infrastruktur di Provinsi J a w a Tengah. Isu besar lainnya yang menjadi tantangan di masa depan adalah m a s a l a h pangan, infrastruktur d a n energi. Oleh karena i t u , sebagaimana R U P M Nasional dan R U P M Provinsi, R U P M Kabupaten Batang menetapkan bidang pangan, infrastruktur d a n energi sebagai i s u strategis yang h a r u s diperhatikan dalam pengembangan kualitas dan kuantitas penanaman modal. Arah kebijakan pengembangan p e n a n a m a n m o d a l pada ketiga bidang tersebut h a r u s selaras dengan upaya pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, mandiri, serta m e n d u k u n g kedaulatan Indonesia, yang dalam pelaksanaannya, harus ditunjang oleh pembangunan pada sektor baik primer, sekunder, m a u p u n tersier. Dalam RUPM juga ditetapkan bahwa arah kebijakan pengembangan penanaman modal harus menuju program p e n g e m b a n g a n e k o n o m i h i j a u {green economy), d a l a m h a l i n i target p e r t u m b u h a n e k o n o m i h a r u s sejalan dengan i s u d a n tujuan-tujuan pembangunan lingkungan hidup, yang meliputi perubahan iklim, pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati, d a n pencemaran lingkungan, serta penggunaan energi b a r u t e r b a r u k a n serta berorientasi pada pengembangan k a w a s a n strategis pengembangan e k o n o m i daerah produktif, efisien d a n m a m p u bersaing dengan didukung jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, s u m b e r daya air, energi d a n k a w a s a n p e r u n t u k a n industri. Lebih lanjut, pemberian k e m u d a h a n dan/atau insentif serta promosi dan pengendalian p e n a n a m a n modal juga merupakan aspek penting dalam membangun iklim penanaman modal yang berdaya saing. Pemberian k e m u d a h a n dan/atau insentif tersebut bertujuan selain mendorong daya saing, j u g a m e m p r o m o s i k a n kegiatan p e n a n a m a n m o d a l yang strategis d a n berkualitas, dengan penekanan pada peningkatan nilai tambah, peningkatan aktivitas penanaman modal di sektor prioritas tertentu ataupun pengembangan wilayah. Sedangkan penyebarluasan informasi potensi d a n peluang p e n a n a m a n modal secara 5
terfokus, terintegrasi, dan berkelanjutan menjadi hal penting dan diperlukan pengendalian. Untuk mengimplementasikan seluruh arah kebijakan p e n a n a m a n modal tersebut di atas, dalam R U P M juga ditetapkan tahapan pelaksanaan yang dapat menjadi arahan dalam menata prioritas implementasi kebijakan penemaman modal sesuai dengan potensi dan kondisi kemajuan ekonomi Jawa Tengah. Tahapan pelaksanaan tersebut perlu ditindaklanjuti oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah di tingkat Pemerintah Kabupaten Batang secara konsisten dengan k o m i t m e n yang tinggi d a n berkelanjutan. Rencana U m u m Penanaman Modal Kabupaten Batang diperlukan agar pelaksanaan p e n a n a m a n modal di J a w a Tengah sesuai dengan kebijakan penanaman modal J a w a Tengah sehingga tujuan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana tertuang d a l a m R P J P D dapat tercapai. B. Asas dan Tujuan Berdaseirkan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pemerintah berkomitmen u n t u k mengembangkan arah kebijakan penanaman modal di Indonesia berdasar asas kepastian h u k u m , keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Asas tersebut menjadi prinsip d a n nilai-niled dasar d a l a m mewujudkan tujuan penanaman modal, yaitu: a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang; b. Menciptakan lapangan kerja; c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; d. Meningkatkan kemampuan daya saing Kabupaten Batang; e. Meningkatkan kapasitas d a n k e m a m p u a n teknologi di Kabupaten Batang; f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; g. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil d e n g a n m e n g g u n a k a n d a n a y a n g berasal, b a i k d a r i d a l a m negeri m a u p u n dari luar negeri; d a n h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
6
C. V i s i d a n M i s i Visi dan Misi Penanaman Modal Kabupaten Batang adalah: "TERWUJUTNYA PELAYANAN PRIMA UNTUK MENDORONG INVESTASI DAN PERKEMBANGAN KABUPATEN BATANG" U n t u k m e n c a p a i v i s i t e r s e b u t d i t e t a p k a n 3 (tiga) m i s i , yaitu sebagai berikut: 1. Meningkatkan kualitas pelayanan perijinan investasi 2. Mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif 3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam p e m b a n g u n a n m e l a l u i realisasi investasi y a n g legal D. A r a h Kebijakan Penanaman Modal Arah kebijakan penanaman modal Kabupaten Batang adalah mendorong terciptanya dan mengembangkan iklim p e n a n a m a n modal yang kondusif, s e h i n ^ a dapat secara berkelanjutan mendorong penguatan daya saing perekonomian daerah dan percepatan peningkatan penanaman modal, melalui : 1. Peningkatan pemanfaatan potensi sumber daya lokal, sumber daya lokal merupakan salah satu kekuatan pembanguan yang dimiliki oleh Kabupaten Batang. S u m b e r daya lokal terdiri dari : sumber daya alam, sumber daya manusia, m a u p u n sumber daya lainnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah peranan potensi yang b e r a s a l d a r i l u a r dein m e m b a n g u n h u b u n g a n y a n g sinergis antar potensi-potensi tersebut. 2. Peningkatan efisiensi p e r e k o n o m i a n m e l a l u i pengelolaan s u m b e r daya p e r e k o n o m i a n d i s e m u a sector, h a l i n i dilakukan agar tercipta peningakatan produktivitas perekonomian daerah secara berkelanjutan dengan memanfaatkan peran teknologi yang layak dan sesuai dengan tata kelola yang baik. 3. P e n e g a k e m h u k u m {law enforcement^, m e n c i p t a k a n d a n menjamin adanya kepastian hukum dan pelaksanaannya, kepastian berusaha dari proses prapenanaman modal, pelaksanaan penanaman modal sampai dengan penyelenggaraan u s a h a sehingga a k a n menumbuhkan peningkatan efisiensi usaha d a n perekonomiein. 4. Penegakan keadilan dalam pemberian pelayanan, memberikan perlakuan sama dalam memberikan pelayanan d a n fasilitas sebagaimana yang d i m u n g k i n k a n 7
5.
6.
7.
8.
9. 10.
menurut peraturan perundang-undangan kepada semua p e n a n a m modal, baik domestik m a u p u n l u a r negeri. Peningkatan kualititas dan pemanfaatan tenaga kerja, sehingga s e m a k i n besar peluang kerja yang dapat dipenuhi oleh tenaga kerja Indonesia dan produktivitas tenaga kerja yang semakin meningkat dan peluang kerja yang semakin responsif terhadap penyerapan tenaga kerja. Perlu adanya dorongan u n t u k para p e n a n a m modal u n t u k meningkatkan kualitas tenaga kerja yang dipekerjakan melalui berbagai program peningkatan ketrampilan dan mempercepat proses alih teknologi kepada tenaga kerja Indonesia jika p e n a n a m modal adalah p e n a n a m m o d a l dari l u a r negeri. Penyediaan informasi bidang usaha, sehingga t e r a n g k u m informasi bidang yang masih terbuka dan mendorong peningkatan penanaman modal pada semua bidang usaha yang m a s i h terbuka yang tersusun dalam daftar usaha bersasar pada Klasifikasi B a k u Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) P e m b e r i a n rangsangan bagi p e r t u m b u h a n U s a h a M i k r o , Kecil d a n M e n e n g a h ( U M K M ) d a n Koperasi, h a l i n i dapat dilakukan melalui peningkatan kemudahan dalam mendapatkan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan, meningkatkan akses pemasaran atas komoditas dan produk-produk yang dihasilkan, penyediaan dan peningkatan akses u n t u k memperoleh informasi, peningkatan kemampuan teknologi, peningkatan kemampuan manajerial, dan perlindungan bidang u s a h a y a n g d i k h u s u s k a n bagi U M K M dan Koperasi Peningkatan efektifltas d a n efisiensi perijinan usaha, perijinan u s a h a h a r u s lebih efektif d a n efisien sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku. Hal ini dapat dilakukein melalui transparansi pelayanein, percepatan pelayanan, kepastian pembiayaan, dan kesesuaian dengan kebutuhan penanaman modal Peningkatan efisiensi, akselerasi, fleksibilitas dan keterkaitan antar industri, hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan kluster-kluster industri Peningkatan koordinasi kebijakan, koordinasi kebijakan perlu dilakukan dalam pelaksanaan kebijakan penanaman modal yang meliputi tugas-tugas pelayanan, pengembangan peluang dan potensi, promosi, peningkatan kemitraan, peningkatan daya saing dan
S
diseminasi serta penyebaran informasi dengan pemerintah daerah dan instansi lain diluar pemerintah. E.
Tahapan Pelaksanaan Kabupaten Batang
Rencana
Umum
Penanaman
Modal
Tahapan pelaksanaan R U P M Kabupaten Batang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap I (2015-2017) Pengembangan p e n a n a m a n modal yang relatif m u d a h dan cepat menghasilkan Pelaksanaan Tahap I d i m a k s u d k a n u n t u k mencapai prioritas penanaman modal jangka pendek (20152017). Pengembangan pada tahap ini ditujukan u n t u k lebih m e m a n t a p k a n penataan k e m b a l i K a b u p a t e n B a t a n g di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan perwujudan tata pemerintahan yang baik, peningkatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan prasarana dan sarana, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pada Tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, antara lain, mendorong dan memfasilitasi p e n a n a m modal yang siap m e n a n a m k a n modalnya, baik p e n a n a m a n modal yang melakukan perluasan usaha atau melakukan penanaman modal baru, penanaman modal yang menghasilkan bahan baku/barang setengah jadi bagi industri lainnya, p e n a n a m a n modal yang mengisi kekurangan kapasitas produksi atau m e m e n u h i k e b u t u h a n di d a l a m negeri d a n substitusi impor, serta penanaman modal pentmjang infrastruktur. Melalui tahap ini, diharapkan perekonomian Kabupaten Batang akan semakin kuat, yang ditandai dengan semakin kuatnya struktur ekonomi daerah yang berbasis pada lapangan usaha unggulan (perikanan dan kelautan, pertanian, dan pariwisata), makin meningkatnya eksistensi dan kontribusi perekonomian rakyat bagi k e m a j u a n daerah, meningkatnya kerjasama dalam pembangunan kawasan p e r e k o n o m i a n strategis. Untuk mendukung implementasi Tahap I dan mendukung Tahap-Tahap lainnya, langkah-langkah kebijakan penanaman modal adalah sebagai berikut: 1. M e m b u k a hambatan dan memfasilitasi penyelesaian persiapan proyek- proyek besar d a n strategis agar dapat segera diaktualisasikan implementasinya. 2. Menata d a n mengintensifkan strategi promosi p e n a n a m a n m o d a l d a l a m d a n luar negeri.
9
3. 4.
5.
6.
7. 8.
Mempromosikan Kabupaten Batang sebagai daerah t u j u a n p e n a n a m a n m o d a l p o t e n s i a l {the right place to invest), M e l a k u k a n kerjasama p e n a n a m a n modal regional dan antar regional u n t u k kepentingan penunjang p e n a n a m a n modal d a n kerjasama regional d a l a m penyediaan air bersih dan infrastruktur pendukung penanaman modal lainnya. Mengidentifikasi proyek-proyek penanaman modal yang siap d i t a w a r k a n d a n dipromosikan sesuai dengan daya dukung lingkungan hidup dan karakteristik daerah dimaksud. Menggalang kerjasama dengan kabupaten/kota sekitar (wilayah Petanglog yang meliputi Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, dan Kabupaten Batang) dalam rangka peningkatan nilai tambah, daya saing penanaman modal yang bemilai tambah tinggi dan pemerataan pembangunan. M e l a k u k a n berbagai terobosan kebijakan terkait dengan penanaman modal yang mendesak u n t u k diperbaiki atau diselesaikan. Melakukan kemitraan dunia pendidikan dengan dunia usaha/ industri.
2.
Tahap II ( 2 0 1 8 - 2 0 2 0 ) Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Energi. Pelaksanaan Tahap II d i m a k s u d k a n u n t u k mencapai prioritas penanaman modal jangka menengah (tahun 2018-2020). Pada Tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah penanaman modal y a n g m e n d o r o n g percepatan infrastruktur fisik ( t e r m a s u k infrastruktur pendukung wilayah/kawasan peruntukan industri dan k a w a s a n industri seperti jalan, listrik/energi, instalasi pengolahan l i m b a h d a n air bersih), diversifikasi, efisiensi, d a n konversi energi b e r w a w a s a n l i n g k u n g a n . Pelaksanaan pembangunan penanaman modal diarahkan u n t u k lebih m e m a n t a p k a n pembangunan Kabupaten Batang secara komprehensif di berbagai bidang pembangunan dengan m e n e k a n k a n pada pencapaian derajat kualitas sumber daya manusia, pencapaian kualitas pelayanan pemerintah, pencapaian kemandirian daerah, dan pencapaian daya saing komoditas unggulan daerah. Pada T a h a p i n i j u g a dipersiapkan kebijakan d a n fasilitasi penanaman modal dalam rangka mendorong pengembangan industrialisasi skala besar. M e l a l u i u p a y a i n i d i h a r a p k a n lapangan usaha unggulan daerah (perikanan dan kelautan. 10
pertanian, d a n pariwisata) a k a n t u m b u h sangat prospektif menj adi sektor basis daerah yang menopang maj unya perekonomian Kabupaten Batang, makin meningkatnya kontribusi perekonomian rakyat, d a n makin meningkatnya kerjasama d a n investasi pengembangan kawasan-kawasan p e r e k o n o m i strategis. Untuk mendukung implementasi Tahap II dan mendukung Tahap-Tahap lainnya, langkah-langkah kebijakan p e n a n a m a n modal adalah sebagai berikut: 1. Prioritas terhadap peningkatan kegiatan penanaman modal perlu difokuskan pada percepatan pembangunan infra-struktur d a n energi melalui s k e m a Kerjasama P e m e r i n t a h - S w a s t a (KPS), serta p e n i n g k a t a n k u a l i t a s sumber daya manusia yang dibutuhkan. Pengem-bangan infrastruktur j uga perlu memasukkan bidang i n f r a s t r u k t u r l u n a k (soft infrastructure), terutama pada bidang pendidikan dan kesehatan. 2. M e l a k u k a n penyempumaan/revisi atas peraturan daerah yang berkaitan dengan penanaman modal dalam rangka percepatan p e m b a n g u n a n infrastruktur d a n energi. 3. Pemberian kemudahan dan/atau insentif penanaman modal u n t u k kegiatan-kegiatan penanaman modal yang mendukung pengimplementasian kebijakan energi nasional oleh seluruh p e m a n g k u kepentingan terkait. 4. Penyiapan kebijakan pendukung dalam rangka pengembangan energi di m a s a datang. 3.
Tahap III (2021 - 2023) Pengembangan Industri Skala Besar Pelaksanaan Tahap III d i m a k s u d k a n u n t u k m e n c a p a i d i m e n s i p e n a n a m a n m o d a l j a n g k a panjang (2021-2023). Pelaksanaan tahap ini b a r u bisa diwujudkan apabila seluruh elemen yang menjadi syarat k e m a m p u a n telah dimiliki, seperti tersedianya infrastruktur yang mencukupi, terbangunnya sumber daya manusia yang handal, terwujudnya sinkronisasi kebijakan penanaman modal pusat-daerah, dan terdapatnya sistem pemberian kemudahan d a n / a t a u insentif p e n a n a m a n modal yang berdaya saing. Pelaksanaan pembangunan penanaman modal diarahkan u n t u k m e w u j u d k a n Kabupaten Batang yang sejahtera, maju, mantap, d a n mandiri berbasis potensi unggulan melalui pemantapan pembangunan d i berbagai bidang yang ditekankan pada primanya kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik, m a j u n y a sumber daya manusia d a n perekonomian daerah, berkurangnya 11
kesenjangan, d i d u k u n g dengan m a n t a p n y a situasi politik, k e a m a n a n dan ketertiban serta lingkungan hidup. Melalui upaya tersebut, diharapkan terjadi kondisi perekonomian Kabupaten Batang yang mantap dan tumbuh secara positif, m a n t a p n y a k o n t r i b u s i d a n daya saing sektor unggulan daerah (perikanan d a nkelautan, pertanian, d a n pariwisata), m a n t a p n y a kontribusi e k o n o m i k e r a k y a t a n bagi k e m a j u a n daerah, m a n t a p n y a k e r j a s a m a d a n investasi bagi p e n g e m b a n g a n k a w a s a n e k o n o m i strategis. Untuk mendukung implementasi Tahap III dan mendukung Tahap-Tahap lainnya, langkah-langkah kebijakan p e n a n a m a n m o d a l adalah sebagai berikut: 1. Pemetaan lokasi pengembangan klaster industri termasuk penyediaan infrastruktur keras d a n lunak yang mencukupi termasuk pemberian kemudahan dan/atau insentif penanaman modal di Kabupaten Batang. 2. P e m e t a a n p o t e n s i s u m b e r d a y a d a n value chain d i s t r i b u s i u n t u k m e n d u k u n g pengembangan klaster-klaster industri dan pengembangan ekonomi. 3. Koordinasi penyusunan program d a nsasaran instansi penanaman modal d i pusat, provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Batang dan SKPD terkait dalam mendorong industrialisasi skala besar. 4. Pengembangan sumber daya m a n u s i a yang handal dan m e m i l i k i k e t e r a m p i l a n {talent worker). 4.
Tahap IV (2024-2025) Pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan {Knowledge-based economy). Pelaksanaan Tahap IV dimaksudkan untuk mencapai kepentingan penanaman modal setelah t a h u n 2 0 2 6 pada saat perekonomian Kabupaten Batang s u d a h tergolong maju. Pada Tahap i n i , fokus penanganan adalah pengembangan kemampuan ekonomi k e a r a h pemanfaatan teknologi tinggi a t a u p u n inovasi. Untuk mendukung pelaksanaan Tahap I V , langkahlangkah kebijakan p e n a n a m a n m o d a l adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan kebijakan dalam rangka mendorong kegiatan p e n a n a m a n m o d a l yang inovatif, mendorong p e n g e m b a n g a n p e n e l i t i a n d a n p e n g e m b a n g a n (research and development), menghasilkan produk berteknologi tinggi, d a n efisiensi d a l a m penggunaan energi. 2. Menjadi kabupaten yang memiliki industri yang ramah lingkungan. 3. P e m b a n g u n a n k a w a s a n e k o n o m i berbasis teknologi tinggi (technopark). 12
F. Proyeksi K e b u t u h a n P e n a n a m a n M o d a l K a b u p a t e n B a t a n g Proyeksi k e b u t u h a n penanaman modal Kabupaten Batang adalah sebagai berikut: 1.
Kondisi Ekonomi Makro Prediksi e k o n o m i didasarkan atas analisis realisasi pertumbuhan perekonomian makro pada t a h u n 1995-2005 sangat kondusif, dengan a s u m s i tidak ada goncangan yang berarti tehadap perekonomian secara nasional m a u p u n regional, d a n variabel-variabel m a k r o e k o n o m i seperti tingkat inflasi, s u k u bunga, k u r s m a t a u a n g relatif stabil, serta kebijakan p e m e r i n t a h di bidang e k o n o m i (fiskal m a u p u n monoter) pada j a l u r yang benar. Kondisi P D R B harga k o n s t a n pada t a h u n 2 0 1 0 sebesar Rp.4,250.878,6, t a h u n 2 0 1 5 sebesar Rp.5.379.853,1, t a h u n 2 0 2 0 sebesar Rp.6.508.827,6, d a n t a h u n 2 0 2 5 sebesar Rp.7.637.802,1. 2.
Kondisi Keuangan Daerah. Akibat penerapan desentralisasi fiskal sejak t a h u n 2 0 0 1 nilai A P B D meningkat c u k u p besar dibandingkan dengan periode sebelumnya. A P B D K a b u p a t e n B a t a n g pada d u a p u l u h t a h u n a n yang a k a n datang diprediksi a k a n selalu meningkat dengan basis data m u l a i t a h u n 2 0 0 1 , prediksi t a h u n 2 0 1 0 sebesar Rp.567 milyar, t a h u n 2 0 1 5 sebesar Rp.767 milyar, t a h u n 2 0 2 0 sebesar Rp.967 milyar, d a n t a h u n 2 0 2 5 sebesar Rp.1.167 milyar. Prediksi PAD t a h u n 2 0 1 0 sebesar Rp.33,7 milyar, t a h u n 2 0 1 5 sebesar Rp.45,2 milyar, t a h u n 2 0 2 0 sebesar Rp.56,7 milyar, dan t a h u n 2 0 2 5 sebesar Rp.68,2 milyar. 3.
Perdagangan. Berdasarkan data sumbangan sektor perdagangan terhadap PDRB pada t a h u n - t a h u n mendatang diproyeksi cenderung meningkat d a n s e m a k i n besar volume transaksi m a u p u n nilainya. Kondisi P D R B sektor perdagangan hasil prediksi u n t u k dua p u l u h t a h u n yang a k a n datang adalah t a h u n 2 0 1 0 a k a n meningkat sebesar Rp.467 milyar, t a h u n 2 0 1 5 sebesar Rp.592 milyar, t a h u n 2 0 2 0 sebesar Rp.717 milyar, d a n t a h u n 2025 sebesar Rp.842 milyar. 4.
Koperasi d a n U s a h a Kecil Menengah. Koperasi d a n U s a h a Kecil M e n e n g a h (UKM) d i h a r a p k a n m a m p u menjadi tulang punggung perekonomian rakyat. Koperasi dan U K M telah menjadi penyelamat perekomnomian ketika krisis ekonomi melanda negara kita. Selain i t u koperasi d a n U K M m a m p u m e n y e r a p tenaga kerja sangat besar. Hasil13
hasil koperasi dan U K M a k a n semakin meningkat di masa mendatang, dan m a m p u menjadi penopang ekonomi rakyat. Perkembangan koperasi dan U K M dari sisi j u m l a h , kegiatan dan volume dua puluh t a h u n yang akan datang diperkirakan akan meningkat mencapai 432 koperasi dan diharapkan dari j u m l a h tersebut sebanyak 4 1 5 m e r u p a k a n koperasi aktif. 5.
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Sebagai akibat meningkatnya Jumlah penduduk, berimplikasi pula pada m e n i n g k a t n y a j u m l a h tenaga kerja. Pada duapuluh t a h u n mendatang, J u m l a h angkatan kerja diprediksikan sebanyak 451.312 orang, sedangkan pencari kerja diperkirakan a k a n mencapai 56.399 orang. Disisi lain l a p a n g a n k e r j a r e l a t i f t e r b a t a s . A p a b i l a tidak d i a n t i s i p a s i s e j a k dini akan menambah pengangguran dan beban pemerintah. Pengangguran yang besar a k a n menciptakan desinsentif bagi p e r e k o n o m i a n d a n m e m i c u k e r a w a n a n sosial. Sejalan dengan pengembangan bidang tenaga kerja, diarahkan pula u n t u k dilakukan pengembangan transmigrasi, baik lokal m a u p u n regional. 6.
Pertanian dan Petemakan. Pada t a h u n - t a h u n mendatang diproyeksikan nilai hasil sektor pertanian cenderung m e n u r u n . Sebagai gambaran, prediksi hasil pertanian tanaman pangan sampai t a h u n 2025, p a d a e m p a t titik t a h u n adaleih: t a h u n 2 0 1 0 sebesar 2 7 7 . 5 3 9 , 6 ton, t a h u n 2 0 1 5 sebesar 267.001,2 ton, t a h u n 2 0 2 0 sebesar 256462,9 ton, t a h u n 2 0 2 5 sebesar 245.924,5 ton. Sektor pertanian secara luas a k a n mengalami kejenuhan dan cenderung m e n u r u n , n a m u n dalam perkembangan kontribusi t e r a k h i r p a d a P D R B d a l a m tiga t a h u n t e r a k h i r m e n u n j u k k a n peningkatan. Oleh karena i t u perlu dukungan kebijakan pemerintah yang m e m i h a k para petani. Pertanian m u t l a k harus dikembangkan di Batang, mengingat sektor ini menyerap banyak tenaga kerja dan menopang pertumbuhan sektor-sektor yang lain. 7.
Energi dan Sumber Daya Mineral. Nilai s u m b a n g a n sektor pertambangan d a n energi relatif kecil dibandingkan sektor-sektor lainnya d a l a m menciptakan pendapatan regional. N a m u n d e m i k i a n sektor ini sangat penting dalam menunjang p e r t u m b u h a n sektor lainnya. Khususnya sektor industri. Sektor ini diprediksi akan terus mengalami peningkatan dan mampu menyumbangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang, meskipun tidak sebesar sektor lainnya. N a m u n demikian sektor i n i menjadi 14
penting peranannya pada saat rencana p e n g e m b a n g a n energi tenaga surya diralisasikan. Diprediksikan sektor ini a k a n m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i yang lebih besar. Berdasarkan hasil prediksi P D R B sektor pertambangan d a n penggalian t a m p a k b a h w a t a h u n 2010 a k a n meningkat sebesar sebesar Rp.34,8 milyar, t a h u n 2015 sebesar Rp.41,3 milyar, t a h u n 2020 sebesar Rp.47,8 miliar dan t a h u n 2 0 2 5 sebesar Rp.54,3 milyar. 8.
Perindustrian. Sektor industri a k a n menghadapi tantangan yang berat pada era globalisasi saat ini. Persaingan dengan produk regional dan intemasional yang lebih baik kualitasnya d a n lebih m u r a h harganya a k a n mempengaruhi industri dalam negeri. Nilai sektor i n d u s t r i m e n i n g k a t u n t u k 2 0 t a h u n y a n g a k a n datang, t a m p a k bahwa t a h u n 2010 sebesar Rp.292.017,2 juta. t a h u n 2015 sebesar Rp.365.871,7 juta, t a h u n 2020 sebesar Rp.439.726,2. juta, dan tahun 2025 sebesar Rp.513.580.7juta. 9.
Pariwisata dan Budaya. Perkembangan obyek wisata d a l a m 10 (sepuluh tahun) terakhir mengalami stagnasi, tidak terdapat penambahan obyek w i s a t a b a r u . D i p r e d i k s i u n t u k 2 (dua) dasa w a r s a y a n g a k a n datang j u m l a h obyek wisata relatif tetap, n a m u n kualitasnya semakin meningkat. Perkembangan jumlah wisatawan m e n u n j u k k a n kecenderungan meningkat. Dengan demikian diharapkan pada t a h u n 2025 akan didapatkan pendapatan sebesar Rp.501.000.000 dari sektor ini. Perkembangan j u m l a h wisatawan tersebut diatas a k a n diikuti dengan berkembangnya k o m p o n e n p e n d u k u n g wisata, seperti hotel, restoran, d a n transportasi, kelompok kesenian dan budaya daerah. 10. P e n a n a m a n Modal. Mengingat sangat besamya peranan p e n a n a m a n modal (PMA m a u p u n P M D N ) bagi k e m a j u a n daerah, m a k a pada m a s a yang a k a n datang diprediksi a k a n semakin besar perhatian yang h a r u s dicurahkan oleh pemerintah daerah bagi p e n g e m b a n g a n i k l i m k o n d u s i f bagi investasi disertai dengan langkah-langkah k o n k r i t perbaikem pelayanan perijinan, penyiapan wilayah potensial, peningkatan promosi investasi dan lain-lain. 11. Kehutanan dan Perkebunan. Pada d u a p u l u h t a h u n yang a k a n datang akan semakin meningkat perhatian atas kualitas lingkungan dan 15
pemanfaatan hasil h u t a n secara seimbang disertai langkahlangkah konservasi lingkungan yang efektif u n t u k menjaga produktivitas kehutanan dan perkebunan. 12. K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n . Kondisi perikanan dan kelautan yang masih dipengamh o l e h o l e h overfishing y a n g c u k u p t i n g g i d a n m e n u r u n n y a kualitas lingkungan laut. Dengan kondisi tersebut, m a k a k e b u t u h a n investasi meliputi investasi yang d i l a k u k a n pemerintah d a n investasi yang d i l a k u k a n oleh swasta, baik investasi swasta asing melalui p e n a n a m a n modal asing (PMA), investasi swasta domestik melalui p e n a n a m a n modal dalam negeri (PMDN) m a u p u n investaasi swasta domestik yang tidak tercatat yang sebagian besar d i l a k u k a n oleh U M K M di berbagai sektor. Kebutuhan investasi Kabupaten Batang diperlukan u n t u k menyediakan berbagai fasilitas p u b l i k berupa infrastuktur d a n sarana publik dalam rangka menyediakan pelayanan publik yang semakin baik d a n persediaan ekstemalitas guna mendorong dan mengakselerasi investasi oleh swasta sehingga tercipta iklim u s a h a yang semakin kondusif. Kebutuhgm investasi swasta diperlukan u n t u k mendorong p e r t u m b u h a n ekonomi yang semakin besar d a n u n t u k mendorong terciptanya lapangan pekerjaan yang semakin luas pada berbagai sektor ekonomi secara berkesinambungan. Untuk mencapai keadaan perekonomian Kabupaten Batang sebagaimana diinginkan tersebut diperlukan investasi yang bukan hanya jumlah dan porsinya yang harus meningkat tetapi sebarannya juga s e m a k i n meluas k e berbagai sektor. Lebih dari i t u , kualitas iklim investasi juga harus semakin baik. Peluang invetasi u n t u k keberlanjutan pembangunan p e n a n a m a n modal dapat dilihat pada tabel b e r i k u t : NO 1
SEKTOR Kelautan dan perikanan
POTENSI / PELUANG INVESTASI - Potensi Perikanan Tangkap d i 5 T P I Kabupaten Batang - Potensi lahan budidaya a i r tawar (kolam) yang cukup luas, baru d i m a n f a a t k a n seluas 14,5 h a , d a n semakin meningkatnya jumlah p e m b u d i d a y a , y a i t u 1.853 orang. - Lahan yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai l a h a n t a m b a k ± 16
NO
2
SEKTOR
Pertanian dan petemakan
POTENSI / PELUANG INVESTASI 1.429,2 ha, b a r u d i m a n f a a t k a n 292,95 ha. - Potensi Perikanan D a r a t : Nila Mujahir Tawes Mas/wader Lele Keting Sepat Gabus Ikan lainnya Udang tawar -
-
3
Perkebunan
-
-
-
Aneka industri (Industri Besar Kerajinan) IndustriTekstil, Sandang, dan kulit;
-
Industri
Tanaman Pangan di Kabupaten Batang meliputi t a n a m a n padi, jagung, kacang tanah, u b i kayu, u b i jalar, sayursayuran dan buah-buahan yang tersebar di s e l u r u h kecamatan di wilayah Kabupaten Batang Industri Pengolahan Hasil Pertanian. (Persh. Tepung, Kripik,....dll) Distributor Hasil Pertanian Petemakan meliputi; ayam petelur, a y a m pedaging dan sapi simmental Potensi perkebunan di Kabupaten Batang meliputi buah-buahan, cengkeh, teh, kakao, kapok, melinjo, dan tebu yang tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Batang Kepeminatan Investor Bidang Pengolahan, Pengembangan Destinasi Wisata Edukasi dan Pemasarem hasil Perkebunan Hortikultura Industri Pengalengan buah-buahan / Hortikultura Industri Pengolahan hasil Perkebunan Distributor Hasil Pertanian
-
4
±
&
17
NO
SEKTOR -
5
Pariwisata -
POTENSI / PELUANG INVESTASI Industri K i m a Dasar; I n d u s t r iFai'rnasi; Industri kerajinan; IndustriMakaman dan Minuman; Industri Pengolahan hasil Perikanan Tangkap / hasil laut; IndustriPengalengan Ikan; I n d u s t r i Coll Storege; Industri Stone Cruiser; I n d u s t r i Pengolahan K a y u , (Pulp, K a y u lapis, Kertas) Indsutri Pertanian; I n d u s t r iE l e k t r o n i k a ; Industri Mesin; Potensi pariwisata yang ada di Kab. Batang Pantai Sigandu Pantai Ujungnegoro Agrowisata Perkebunan Teh Pagilaran T a m a n Rekreasi Pemandian Bandar Pantai Pelabuan Curug Genting Curug Gombong THR Kramat Batang Karang Maeso Karang Pretek Desa Wisata Pranten Cagar Budaya Silurah Prasasti Sojomerto Pemandian Air Hangat Sangubanyu Lomba Dayung Tradisional W i s a t a Religi ( Z i a r a h M a k a m Syeikh Maulana Maghribi, M a k a m Syeikh Surgi Jati Kusumo, M a k a m Auliya Wonobodro)
18
G. P e l a k s a n a a n T e r h a d a p eirah d a n k e b i j a k a n p e n a n a m a n m o d a l y a n g telah d i u r a i k a n diatas, R U P M Kabupaten Batang m e m e r l u k a n suatu langkah-langkah konkrit pelaksanaan sebagai berikut: 1. S K P D / L e m b a g a t e k n i s t e r k a i t d a p a t m e n y t i s u n k e b i j a k a n t e r k a i t kegiatan penanaman modal dengan mengacu kepada RUPM Kabupaten Batang. 2. P e m e r i n t a h Kabupaten Batang menyusun Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten (RUPM) yang mengacu RUPM, R U P M Provinsi J a w a Tengah, dan prioritas pengembangan potensi Kabupaten Batang. 3. R U P M K a b u p a t e n B a t a n g d i t e t a p k a n oleh B u p a t i B a t a n g . 4. Pemerintah Kabupaten dalam p e n y u s u n a n R U P M Kabupaten Batang, dapat berkonsultasi kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah. BUPATI
BATANG, ttd
YOYOK RIYO
SUDIBYO
19