Buku Materi Pendidikan Karakter Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Disusun oleh: Tim Dosen AIK Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Diterbitkan oleh : Lembaga Pengkajian pengembangan Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyaan Jl. Mojopahit 666B, Sidoarjo Web: http://lp3ik.umsida.ac.id/
BAB I Aqidah Islam Definisi Aqidah, Iman dan Tawhid Aqidah dan Iman adalah dua hal yang saling berkaitan. Aqidah secara etimologi berasal dari kata 'Aqada ( )عقدartinya ikatan. (Ibnu Mandzur Juz: 34, hal: 3031) Secara Terminologi adalah "suatu perkara yang diyakini kebenarannya dalam jiwa, tanpa adanya keraguan dan dengannya kalbu/hati menjadi tenang." Sedangkan Iman adalah ketika menetapnya Aqidah dalam hati, lalu diafirmasikan melalui lisan dan semua ucapan-perbuatan seseorang mengikuti Aqidah yang diyakininya. (AlAshqari 1999, hal. 11,19) Maka, Aqidah itu berupa seperangkat keyakinan atau doktrin yang diyakini kebenarannya, sedangkan iman adalah perbuatan hati yang meyakini Aqidah /keyakinan tersebut. Aqidah dibagi menjadi dua yakni Aqidah yang benar dan Aqidah yang rusak. Yang pertama: Aqidah yang benar yakni Aqidah yang berasal dari Allah SWT diturunkan kepada para rasul-Nya, Aqidah ini disebut Dinul Hanif atau Agama yang Lurus (Ar-Rum : 30). Yang kedua, aqidah yang rusak, aqidah ini berasal dari tradisitradisi dan pemikiran manusia. Aqidah semacam ini bisa jadi berasal dari Aqidah yang benar namun berubah karena adanya penyimpangan oleh manusia. (Al-Ashqari 1999, hal. 14) Pada masa ini tidak ada Aqidah yang benar kecuali Aqidah Islam, karena ajaran Islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah sebagai penyempurna agama sebelumnya. (Al-Ma’idah: 48, Al-Baqarah: 134) Aqidah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW berisikan Tauhid, (Sa’id Hawa 1992, hal: 5) yakni mengesakan Allah Swt sebagai Dhat yang Esa tiada sekutu bagi-Nya, Ialah satu-satunya yang mencipta, mengatur dan memiliki seluruh alam semesta, Ialah yang berhak dan harus disembah, Ia tersucikan dari segala kekurangan dan bersifat dengan segala kesempurnaan. (Yasri 2004, hal: 75) Tauhid merupakan ajaran agama yang dibawa oleh para nabi sebelum Muhammad. Menurut Imam As-Syaukani bahwa tujuan dari diutusnya rasul dan nabi serta diturunkannya kitab-kitab adalah untuk membenarkan Tauhid, bahkan ia memberikan beberapa contoh dalam kitab sebelum Al-Qur'an, seperti Taurat, Zabur dan Injil, kalimat-kalimat yang menunjukkan pada keesaan Allah. (As-Syaukani 1984, hal: 5-9), mengenai hal ini Allah Swt berfirman melalui lisan Yusuf As :
وب َما َكا َن لَنَا أَ ْن نُ ْشرَك َب ََّّلل م ْن َش ْيء َ آَبئي إبْ َراه َيم َوإ ْس َح ُ َواتَّبَ ْع َ اق َويَ ْع ُق َ ت ملَّ َة Dan aku pengikut agama bapak-bapakku Yaitu Ibrahim, Ishak dan Ya'qub. Tiadalah patut bagi Kami (para Nabi) mempersekutukan sesuatu apapun dengan Allah. (Yusuf : 38)
Dengan demikian, Aqidah Islam adalah Aqidah Tauhid yang merupakan inti dari ajaran seluruh para nabi dan Rasul. Sumber Aqidah Islam Aqidah Islam sebagaimana ajaran Islam yang lainnya, bersumber dari AlQur'an dan As-Sunnah. Keduanya merupakan sumber utama bagi ajaran agama Islam secara keseluruhan. Karena Al-Qur'an adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw :
ي اب تْب يَ ا َ َونََّزلْنَا َعلَْي َ اًن ل ُك ِّل َش ْيء َوُه ادى َوَر ْْحَةا َوبُ ْشَرى ل ْل ُم ْسلم َ َك الْكت "Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (An-Nahl: 89)"
Dan Sunnah Rasullah yang berupa ucapan dan perbuatannya adalah penjelas bagi AlQur'an, karena semua yang diucapkan oleh Nabi Muhammad berasal dari Allah Swt, bukan dari hawa nafsunya:
يد الْ ُق َوى ُ َعلَّ َمهُ َشد،وحى َ ُ إ ْن ُه َو إال َو ْح ٌي ي،َوَما يَْنط ُق َعن ا ْْلََوى "Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. (An-Najm: 4-6)"
Mendasarkan Aqidah Islam harus berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadits tidak boleh hanya berdasarkan akal dan intuisi semata. Karena boleh jadi apa yang dikira sebagai “kebenaran” ternyata bukanlah kebenaran. (Al-Mu’minun : 71) Namun AlQur’an juga banyak memberikan isyarat pentingnya penggunaan akal dan intuisi sebagai salah satu sarana mencapai kebenaran. Bahkan dibanyak ayat disebutkan bahwa dengan melihat dan memikirkan berbagai peristiwa di alam semesta ternyata membawa manusia lebih meyakini Rabbnya. (Al-Baqarah: 164, Ali Imran: 190) Ruang Lingkup Aqidah Para ‘Ulama’ membagi ruang lingkup Aqidah Islam kedalam tiga bagian (Ayub 1983, Hal: 23) : Pertama: Al-Ilahiyyat atau ketuhanan, hal ini membahas tentang Allah Swt dan segala perbuatan, nama dan sifat-Nya serta berbagai perkara yang harus diyakini bagi setiap manusia. Kedua: An-Nubuwat, hal ini membahas segala yang berkaitan dengan para nabi dan rasul, mulai dari sifat, keterjagaan mereka dari dosa ('ismah) dan urgensi dari pengutusan mereka. Hal ini juga berkaitan dengan pembahasan seputar para wali Allah, mu'jizat, karamah dan kitab-kitab langit. Ketiga: As-Sam'iyyat – Al-Ghaibiyyah, hal ini berkaitan dengan hal-hal yang hanya bisa didengar dan diketahui melalui teks dan tidak bisa dibuktikan dengan panca indera dan logika rasional diantaranya: berkaitan dengan kehidupan setelah mati; alam barzakh, keadaan dikubur, tanda-tanda kiamat, hari kiamat, hari kebangkitan, perhitungan amal, pembalasan, malaikat, jin dan ruh dsbg. (Al-Mahdili 1996, Hal: 7) Ruang lingkup yang tiga ini juga terangkum dalam rukun Islam, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw, ketika ia ditanya oleh Jibril tentang definisi Iman :
َوتُ ْؤم َن َبلْ َق َدر َخ ْْيه َو َشِّره، َوالْيَ ْوم ْاْلخر، َوُر ُسله، َوُكتُبه، َوَم ََلئ َكته،أَ ْن تُ ْؤم َن َبهلل Yakni: "Beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Hari Akhir dan Qada' – Qadar. (HR. Bukhari) (HPT 2011, hal: 12-13)
Kaedah-Kaedah dalam Aqidah Islam Aqidah Islam mengharuskan manusia untuk mengesakan Allah (Tauhidullah). Maka, perlu dijelaskan beberapa kaedah-kaedah penting seputar Tauhid yang dijelaskan kedalam dua pembagian Tauhid : Pertama, Tauhidu l-Iradah wa l-Itsbat ( )توحيد اإلرادة واإلثباتatau Tauhid Pengetahuan dan Afirmasi, Tauhid ini dibagi kedalam dua bagian : 1. Tauhidu r-Rububiyyah ()توحيد الربوبية, yakni mengesakan Allah sebagai satusatunya yang mencipta, mengatur dan memiliki Alam semesta. Tauhid ini juga disebut karena berkenaan dengan afirmasi wujud Allah sebagai pencipta alam semesta. (Abdu l-Muhsin 2003, hal: 16-19) Dalil Al-Qur'an yang menerangkan hal ini banyak sekali diantaranya:
اَّلل َوتَ َع َاَل َع َّما يُ ْشرُكو َن ْ ك ََيْلُ ُق َما يَ َشاءُ َوََيْتَ ُار َما َكا َن َْلُُم َّ اْليَ َرةُ ُسْب َحا َن َ َُّوَرب "Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). (Al-Qashash : 68)"
2. Tauhidu l-Asma' wa s-Shifat ()توحيد األمساء والصفات, yakni bahwa Allah Swt satusatunya pemilik nama dan sifat yang menunjukkan kesempurnaan, keagungan dan kebesaran-Nya. Allah Swt berfirman :
َّ ين يُْلح ُدو َن ِف أ َْمسَائه َسيُ ْجَزْو َن َما َكانُوا يَ ْع َملُو َن ْ ُاألمسَاء ْ َو ََّّلل َ اْلُ ْس ََن فَ ْادعُوهُ ِبَا َو َذ ُروا الذ Hanya milik Allah asmaa-ul husna. Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Al-A'raf : 180)
Sifat dan nama Allah harus sesuai dengan apa yang Ia sifati atas dirinya sendiri dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah, serta tidak boleh diingkari. (AlQahtani 2000, hal: 16-17) Semisal: Al-Rahman Al-Rahim yakni yang maha pengasih lagi penyayang, Al-Qadir atau yang berkuasa, Al-Murid atau yang berkehendak, dsbg. Kedua, Tauhidu l-Iradah wa l-Thalab ( )توحيد اإلرادة والطلبatau Tauhidu l-
Uluhiyyah ()توحيد األلوهية, Tauhid ini merupakan tujuan dari diutusnya para rasul dan
nabi, bahwa manusia hanya boleh beribadah, mengharap, takut, tawakkal dan taqwa hanya untuk Allah semata. (Ibnu Taimiyyah Juz: 3, 2005, hal: 73) Dahulu orang musyrik juga meyakini bahwa Allah sebagai pencipta dan pengatur alam semesta. Namun dalam urusan peribadatan orang musyrik menyekutukan Allah dengan sesembahan yang lainnya. (Al-Maqrizi, hal: 17-20) Al-Qur’an mengisyaratkan :
ََّن يُ ْؤفَ ُكو َن َّ اَّللُ فَأ َّ س َوالْ َق َمَر لَيَ ُقولُ َّن َّ َولَئ ْن َسأَلْتَ ُه ْم َم ْن َخلَ َق َ األر ْ ض َو َس َّخَر الش ْ الس َم َاوات َو َ َّم
"Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Allah", Maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)." (Al-Ankabut : 61)
Orang yang tahu bahwa Allah adalah Tuhan, namun tidak menujukan peribadatan kepadanya belum disebut Muslim. Seorang Muslim dalam bertauhid harus meyakini ke-Tuhanan Allah beserta seluruh sifat dan nama-nama-Nya, dan hanya melakukan peribadatan untuk-Nya. (Zakariya, 2000, hal: 66, 76) Syirik dan Hal-Hal Yang Dapat Merusak Aqidah Syirik merupakan lawan kata dari Tauhid. Secara bahasa “syirik” berarti persekutuan, pertemanan dan percampuran. Secara istilah syirik memiliki banyak definisi diantaranya: menyekutukan Allah, melakukan peribadatan kepada selain Allah, menyamakan antara Allah dengan makhluq-Nya atau mensifati makhluq dengan sifat Allah. (Zakariya, 2000, hal: 113-120) Syirik adalah dosa yang tidak akan pernah diampuni oleh Allah Swt, Ia berfirman :
يما َّ إ َّن َ اَّللَ ال يَ ْغف ُر أَ ْن يُ ْشَرَك به َويَ ْغف ُر َما ُدو َن ذَل ك ل َم ْن يَ َشاءُ َوَم ْن يُ ْشرْك َب ََّّلل فَ َقد افْ تَ َرى إ ْْثاا َعظ ا Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (An-Nisa’: 48)
Manusia pada mulanya beragama dengan agama nabi Adam As yakni Tauhid, lalu mereka menyembah patung-patung pada masa Nuh As. (At-Thabari 2007, hal: 213-222) Al-Qur’an menyebutkan nama-nama sesembahan itu :
وق َونَ ْسارا َ ُوث َويَع َ ُاعا َوال يَغ َوقَالُوا ال تَ َذ ُر َّن آْلتَ ُك ْم َوال تَ َذ ُر َّن َوًّدا َوال ُس َو ا Dan mereka berkata: "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa', yaghuts, ya'uq dan nasr". (Nuh : 23)
Wadd, Suwwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr adalah nama-nama orang saleh dari anakanak Adam yang memiliki pengikut-pengikut. Namun ketika mereka mati para pengikut mereka membuat berhala mereka dengan tujuan agar lebih khusyuk dalam beribadah. Lalu Iblis membohongi para pengikut itu, ketika para pengikut itu menyembah berhala diturunkanlah hujan, hingga mereka meyakini bahwa itu benar. (At-Thabari Juz: 23, 2001, hal: 304) Syirik dibagi kedalam tiga perkara : Pertama : Menyekutukan Allah dalam hal rububiyyah, menurut pelakunya Allah bukanlah satu-satunya pengatur dan pencipta alam semesta, yang memberi dan yang menahan, yang memberi manfa’at dan bahaya dan ia mengharapkan apa yang mereka harapkan dari Allah. (Ibnu Taimiyyah Juz: 1, 2005, hal: 82) Syirik ini ada dua jenis : 1. Mengingkari Wujud Allah dan mempertanyakan wujud Allah seperti kaum Atheis. Atau meyakini Allah sebagai pencipta namun tidak mempercayai bahwa Allah yang mengatur alam semesta. 2. Berkeyakinan bahwa Allah memiliki sekutu atau tidak sendirian dalam mengatur dan menciptakan alam semesta. (Zakariya, 2000, hal: 141-143)
Kedua : Menyekutukan Allah dari segi nama dan sifat-Nya yang agung. Syirik ini ada dua jenisnya : 1. Mengingkari semua sifat Allah. 2. Menjadikan makhluq bersifat dengan sifat Allah atau menjadikan Allah bersifat dengan sifat makhluq. (Zakariya, 2000, hal: 146-147) Ketiga : menyekutukan Allah dalam beribadatan, ketundukan, ketakutan, pengharapan dan menyembah kepada selain Allah Swt. (Ibnu Taymiyyah 2005, hal: 71) Syirik ini memiliki beberapa macam : 1. Syirik perbuatan, semisal : sujud kepada selain Allah, tawaf selain di Ka’bah, melakukan ritual-ritual dihadapan pohon, batu, laut, gunung, mencari ketetapan taqdir dengan berbagai cara, bertanya kepada dukun dan mempercayainya ketika ada masalah, mempercayai ucapan peramal, zodiac dan menggunakan jimat-jimat dsbg. 2. Syirik ucapan, semisal : berjanji dengan nama selain Allah “aku berjanji demi para leluhurku” dsbg, atau menyandingkan nama Allah dengan nama selain Allah “demi Allah dan para leluhurku”, atau ucapan yang menyandingkan kekuasaan Allah dengan makhluqnya “cukup bagiku Allah dan dirimu.” 3. Syirik niat, semisal : memohon pertolongan dan perlindungan kepada selain Allah Swt. (Zakariya, 2000, hal: 147-155) Selain pembagian di atas ada juga yang disebut dengan syirik khafi atau tersembunyi. Syirik ini berupa riya’ atau melakukan amalan untuk dilihat orang lain, hal ini sangat tersembunyi bahkan terkadang tidak terlihat bahwa itu bagian dari syirik. (Zakariya, 2000, hal: 175) Rasullullah Saw Bersabda :
الش ْرُك َ فَ َق، بَلَى: قُ ْلنَا:ال َ ََّجال؟» ق َّ ف َعلَْي ُك ْم عْندي م َن الْ َمسيح الد ُ َخ َو ِّ « :ال ْ ُخ ُِبُك ْم ِبَا ُه َو أ ْ «أََال أ » ل َما يََرى م ْن نَظَر َر ُجل،ُص ََلتَه ْ َّ وم َ فَيُ َزيِّ ُن،صلِّي َ ُالر ُج ُل ي َ أَ ْن يَ ُق،اْلَف ُّي
“Bukankah telah aku beritahu tentang hal yang paling aku takuti dari Masih Dajjal ?”, sahabat berkata: ya, Rasullulllah berkata : “Syirik yang tersembunyi, yakni seorang yang mendirikan shalat, kemudian memperindah shalatnya karena dilihat oleh orang lain (Ibnu Majah, hal: 697)
Pengaruh Aqidah Islam Bagi Kehidupan Dalam Pedoman Hidup Islami warga Muhammadiyah disebutkan bahwa menghayati dan mengamalkan seluruh sistem keyakinan dalam Islam akan membuahkan rahmat bagi seluruh alam semesta. (PHI 2000, hal: 10) Hal ini karena keimanan dan keyakinan seorang muslim akan mempengaruhi kehidupannya. Allah memisalkan Iman yang kuat bagaikan pohon yang tegak lagi bermanfaat:
الس َماء تُ ْؤِت أُ ُكلَ َها ُك َّل حي َّ ب َّ ت َوفَ ْرعُ َها ِف ٌ َصلُ َها ََثب َ ف َ أَََلْ تَ َر َكْي ْ اَّللُ َمثََل َكل َمةا طَيِّبَةا َك َش َجَرة طَيِّبَة أ َ ضَر ال للنَّاس لَ َعلَّ ُه ْم يَتَ َذ َّك ُرو َن َ َاألمث َّ ب ْ َِب ْذن َرِِّبَا َوي ْ ُاَّلل ُ ضر Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (Ibrahim :24-25)
Kalimat Tayyibah atau kalimat yang baik, sebagaimana yang disarikan dari berbagai riwayat dalam tafsir At-Thabari, maksudnya adalah keimanan yang dimisalkan seperti akar pohon yang kuat. Ketika keimanan itu tertanam kuat di dalam kalbu seorang muslim maka akan membuahkan perbuatan yang baik. (At-Thabari Juz: 13, 2001, hal: 634-636) Karena ketika seorang muslim mengikuti Aqidah yang benar tentu perbuatannya akan sesuai dengan keyakinannya dan tidak berbuat kecuali sesuatu yang benar. Melakukan sesuatu yang benar pasti akan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Hal ini berbeda ketika manusia mengikuti Aqidah yang salah, Allah memisalkannya seperti pohon yang tidak memiliki akar lagi buruk:
األرض َما َْلَا م ْن قَ َرار ْ اجتُث ْ َوَمثَ ُل َكل َمة َخبيثَة َك َش َجَرة َخبيثَة ْ َّت م ْن فَ ْوق Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (Ibrahim : 26)
Menurut Ibnu Abbas, kalimat yang buruk adalah keyakinan yang menyekutukan Allah (Syirik) ketika tertanam di dalam kalbu orang kafir. Hal ini akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang tidak menghasilkan manfaat, serta setiap amalannya tidak akan diterima oleh Allah di dunia dan di akhirat. (At-Thabari Juz: 13, 2001, hal: 655) Karena mengikuti ajaran yang benar dan mengamalkannya maka seorang mu’min akan mendapatkan kebahagiaan di dunia (Al-Baqarah: 277) dan akhirat. (Hud: 107) Sedangkan orang yang kafir terhadap ajaran Islam akan sengsara di dunia (Al-An’am: 125) dan akhirat (Hud: 107) karena seluruh amalannya tidak berimplikasi pada kehidupannya. (Nur: 29-40)
Referensi Al-Qur’an l-Karim Abdu l-Muhsin, ‘Abdu r-Razzaq bin, Ar-Raddu ‘Ala Man Ankara Taqsima t-Tauhid (Riyad: Dar Ibnu l-Qayyim, Cet: 1, 2003) Al-Ashqari, Umar Sulaiman, Al-‘Aqidah ‘ala Dau’i l-Kitab wa Sunnah, Juz:1 Al‘Aqidah fillah (Jordan: Al-Nafaes, Cet: 12, 1999) Al-Mahdili, Muhammad ‘Aqil Bin ‘Ali, Dirasatun fi l-Sam’iyyat (Kairo: Dar l-Hadits, Cet: 1, 1996) Al-Maqrizi, Taqiyuddin Ahmad bin Ali, Tajridu t-Tauhid Al-Mufid (Kairo: Markaz lKitab li n-Nashr) Al-Qahtani, Sa’id bin ‘Ali bin Wahf, Nur t-Tauhid wa Dhulmatu s-Shirk fi Dau’i lKitab wa s-Sunnah (Riyad: Maktabah Malik Fahd, Cet: 3, 2000) As-Syaukani, Muhammad Bin Ali, Irshadu l-Tsiqah ila Ittifaqi s-Shara’i’ ‘Ala lTawhid wa l-Ma’ad wa l- Nubuwat (Beirut: Dar l-Kutub l-Ilmiyyah, Cet: 1, 1984) At-Thabari, Abu Ja’far bin Jarir, Sahih Tarikhu t-Thabari, Jilid: 1 (Beirut: Dar Ibnu Kathir, Cet: 1, 2007) _________, Abu Ja’far bin Jarir, Tafsir At-Thabari, Jami’u l-Bayan ‘an Ta’wil Ay lQur’an (Kairo: Dar Hijr, Cet: 1, 2001) Ayub, Hasan, Tabsit l-Aqa’id l-Islamiyyah (Beirut: Dar l-Nadwah l-Jadidah, Cet: 5, 1983) Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (Riyad: Maktabah l-Ma’arif, Cet: 1) Ibnu Mandzur, Lisan l-Arab (Kairo: Dar l-Ma’arif) Ibnu Taimiyyah, Taqiyuddin Ahmad, Majmu’ Fatawa, (Daru l-Wafa’, 2005) PP Muhammadiyah Majelis Tarjih, Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah (HPT) (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2011) ________________, Pedoman Hidup Islami Warga (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2000)
Muhammadiyah
(PHI)
Sa’id Hawa, Al-Asas Fi s-Sunnah wa Fiqhuha (Kairo: Daru s-Salam, Cet: 2, 1992) Yasri Muhammad, ‘Ilmu t-Tauhid ‘inda Ahl s-Sunnah wa l-Jama’ah (Cet: 1, 2004) Zakariya, Abu Bakar Muhammad, As-Shirk fi l-Qadim wa l-Hadith Juz : 1 (Riyadh : Maktabatu r-Rushdi, Cet: 1, 2000)
BAB II
MATERI IBADAH By. Supriyadi, M.PdI A. Konsep Ibadah 1. Definisi Ibadah Secara bahasa, kata ibadah adalah bentuk dasar (mashdar) dari fi’il (kata kerja)
عبد – يعبد
yang berarti taat ()الطاعة, tunduk ()اخلضوع, hina ()الذل, dan
pengabdian (النتسك ُّ ). Ibnu Taymiyah mengartikan ibadah sebagai puncak ketaatan dan ketundukkan yang di dalamnya terdapat unsur cinta.1
2. Macam-Macam Ibadah Ditinjau dari segi ruang lingkupnya, ibadah dibagi menjadi dua bagian, yaitu: a. Ibadah khashshah (ibadah khusus), yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash, seperti: thaharah, shalat, zakat dan semacamnya. b. Ibadah ‘ammah (ibadah umum), yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat karena Allah SWT semata, misalnya: berdakwah, melakukan amar ma’ruf nahi munkar di berbagai bidang, menuntut ilmu, bekerja, rekreasi dan lainlain yang semuanya itu diniatkan semata-mata karena Allah SWT dan ingin mendekatkan diri kepadaNya. 3. Syarat Diterimanya Ibadah Islam memberikan pedoman ibadah yang bersifat final, yaitu memberikan prinsip-prinsip ibadah sebagai berikut:2 a. Beribadah hanya menyembah Allah sebagai sebagai wujud hanya mengesakan Allah.3 b. Ibadah tanpa perantara4 c. Ibadah dilakukan secara ikhlas, yakni niat murni semata hanya mengharap keridhaan Allah SWT.5 d. Ibadah harus sesuai tuntunan. B. Thaharah (Bersuci) 1. Pengertian Thaharah Thaharah ( ) طهارةberasal dari bahasa Arab: طهارة
َ َ َ - طَ َهَر – يَطْهرyang berarti suci
dan bersih, baik itu suci dari kotoran lahir maupun dari kotoran batin, berupa sifat dan perbuatan tercela.6
1
Ibn Taymiyah, al-‘Ubudiyyah, hlm,. 44. A. Azhar Basyir, Falsafah Ibadah dalam Islam, (Yogyakarta: UII), 7. 3 QS. Al-Fatihah [1]: 5, an-Nisaa’ [4]: 36 dan an-Nahl [16]: 36. 4 QS. Al-Baqarah [2]: 186, Qaf [50]: 16, dan al-Hadid [57]: 4. 5 QS. Al-Bayyinah [98]: 5. 6 Syakir Jamaluddin, Shalat Sesuai Tuntunan Nabi Saw: Mengupas Kontroversi Hadis Sekitar Shalat, (Yogyakarta: LPPI UMY, 2014), 15. 2
Secara bahasa, thaharah berarti bersih dari kotoran atau bersuci dari sesuatu yang kotor. Sedangkan secara istilah, thaharah adalah sesuatu keadaan yang dengannya seseorang boleh mengerjakan shalat atau suatu cara untuk mengilangkan hadats.7 Thaharah dalam istilah para ahli fiqih adalah
خمصوصة
عبارة عن غسل أعضاء خمصوصة بصفة
(mencuci anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu) dan juga
didefinisikan
( رفع احلدث و إزالة النجسmengangkat hadats dan menghilangkan najis).
Thaharah juga dapat diartikan dengan bersuci dari najis dan hadats. 2. Hukum Thaharah Hukum thaharah (bersuci) ini adalah wajib, khususnya bagi orang yang akan melaksanakan shalat. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT dan hadits Nabi SAW berikut:
“dan jika kamu junub (berhadats besar), maka bersucilah ….”.8
َوإ ْن كْن ت ْم جن با فَاطهرْوا
صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم م ْفتَاح الص ََلة الطُّهور َوََْترمي َها التكْبري َ َال ق َ ََع ْن َعل ٍّي َرض َي اَّلل َعْنه ق َ ال َرسول اَّلل َوََْتليل َها الت ْسليم “Dari Ali radliallahu 'anhu dia berkata; Rasulullah saw. bersabda: "Kunci shalat adalah bersuci, yang mengharamkannya (dari segala ucapan dan gerakan di luar shalat) adalah takbir, dan yang menghalalkannya kembali adalah salam."9
3. Alat-Alat Thaharah Bersuci dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan air, debu dan batu atau benda padat lainnya. Air sebagai alat bersuci yang dapat digunakan adalah: pertama, air muthlaq, yaitu air laut, air sungai, air sumur. Hukumnya air mutlak ini suci dan dapat dipakai bersuci. Kedua, air musta’mal, yaitu air bekas dipakai berwudhu/mandi oleh orang lain. Hukumnya air musta’mal ini adalah suci seperti air mutlaq, sehingga sah untuk bersuci.10 Adapun air yang tidak bisa digunakan untuk bersuci adalah pertama, air mutanajjis (air yang tercampur najis), yaitu air ini najis apabila berubah salah satu dari bau, warna atau rasanya. Hukumnya air mutanajjis adalah tidak bisa dipakai bersuci. Kedua, air suci tetapi tidak dapat mensucikan, seperti: air kelapa, air gula (teh atau kopi), air susu, dan semacamnya.11 Debu dapat digunakan sebagai alat bersuci adalah debu yang suci dan kering. Sedangkan batu dan benda padat lainnya, seperti: daun, kertas tisu, dan semacamnya, digunakan khususnya tidak ada air. Tetapi, jika ada air yang bisa digunakan bersuci, maka disunnahkan untuk lebih dahulu menggunakan air tersebut.12
7
Luthfie Abdullah Ismail, Syarah Bulughul Maram, (Bangil, 2015). QS. Al-Maa’idah [5]: 6. 9 HR. Abu Dawud nomor 56. 10 As-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah I, hlm. 17-18. 11 Syakir Jamaluddin, Shalat Sesuai Tuntunan Nabi Saw: Mengupas Kontroversi Hadis Sekitar Shalat, (Yogyakarta: LPPI UMY, 2014), 17-18. 12 Ibid. 18. 8
4. Najis dan Hadats Najis adalah sesuatu yang diperintah membersihkannya. Najis menurut agama hanya ada lima macam najis, yaitu Kecing manusia, kotoran manusia, wadi, madzi dan darah haidh atau nifas. Sedangkan hadast adalah suatu keadaan yang karenanya seseorang wajib bersuci, baik dengan wudhu’ atau mandi. Hadats terbagi dua, yaitu hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil seperti: kecing, buang air besar, keluar wadi, dan keluar madzi. Hadats besar seperti: keluar mani, bercampur, dan haidh/nifas. Hadats kecil cukup dengan wudhu, sedangkan hadats besar mesti/wajib mandi.13 5. Hal-Hal yang Membatalkan Wudhu dan Tayammum Ada lima hal yang membatalkan wudhu dan tayammum, yaitu: a. Keluarnya sesuatu dari qubul (kemaluan atau lobang depan) dan dubur (kemaluan atau lobang belakang), baik karena berhadats kecil, maupun berhadats besar (junub). b. Tidur nyenyak dalam keadaan berbaring (terlentang) c. Menyentuh kemaluan tanpa alas atau pembatas. d. Hilang akal, seperti: pingsan, mabuk, dan gila. e. Berjima’ (bersetubuh).14 6. Berwudhu Berwudhu untuk shalat hukumnya wajib, bahkan merupakan syarat sahnya shalat sebagaimana sudah dijelaskan pada bahasan hukum thaharah. Sebelum diuraikan tata cara wudhu sesuai tuntunan Nabi saw. terlebih dahulu dikaji tentang rukun atau fardhu wudhu, yaitu sesuatu yang wajib dikerjakan dalam berwudhu. Rukun wudhu didasarkan pada nash al-Qur’an surat al-Maa’idah ayat 6, yang menyebutkan empat anggota wudhu yang wajib dilakukan ketika berwudhu. Empat rukun wudhu tersebut adalah membasuh wajah, kedua tangan sampai siku, mengusap kepala, membasuh kedua kaki sampai dua mata kaki, masing-masing dilakukan satu kali. Tata cara berwudhu secara lengkap berdasarkan sunnah Nabi Saw adalah sebagai berikut: a. Niat berwudhu karena Allah. Dalam hal ini Rasulullah hanya menuntunkan untuk mengucapkan bismillah dengan sabdanya: 15
b. c. d. e. f.
13
تَ َوضؤاْ ب ْسم للا
(berwudhu’lah dengan
bismillah). Membasuh telapak tangan tiga kali sambil menyela-nyelai jari-jemarinya. Berkumur-kumur secara sempurna sambil menghisap air ke hidung, lalu menyemburkannya sebanyak tiga kali. Membasuh wajah tiga kali dengan mengusap atau mengucek dua sudut kedua mata serta sela-selailah janggutnya. Membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali, kemudian tangan kiri dengan cara yang sama. Mengusap kepala sekaligus telinga dengan menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka kepala sehingga tengkuk dan dikembalikan lagi pada permulaan, kemudian usaplah kedua telinga sebelah luarnya dengan ibu jari dan sebelah dalamnya dengan kedua telunjuk satu kali usap.
Luthfie Abdullah Ismail, Syarah Bulughul Maram, (Bangil, 2015). Syakir Jamaluddin, Shalat Sesuai Tuntunan Nabi Saw: Mengupas Kontroversi Hadis Sekitar Shalat, (Yogyakarta: LPPI UMY, 2014), 30-34. 15 HR. an-Nasa’i nomor hadits 77. 14
g. Membasuh kaki kanan sampai dua mata kaki sambil menyela-nyelai jemari tiga kali, kemudian kaki kiri dengan gerakan yang sama.16 7. Bertayammum Tayammum dilakukan sebagai pengganti wudhu dan mandi besar bila sakit, musafir, dan tidak ketiadaan air untuk bersuci.17 Adapun tata cara bertayammum sesuai tuntunan Nabi Saw. adalah: a. Menepukkan/meletekkan kedua telapak tangan ke tanah, lalu ditiup/mengibaskan keduanya, dengan ikhlas niat karena Allah dan bacalah basmalah, kemudian mengusapkan dengan kedua telapak tangan ke muka dan kedua telapak tangan.18 b. Menepuk tanah sekali kemudian mengusapkan tangan kirinya atas tangan kanannya punggung kedua telapak tangan dan wajahnya.19 8. Mandi Junub Mandi atau biasa disebut dengan mandi besar atau mandi junub adalah membasahi seluruh badan dengan air suci. Hukum asal mandi adalah mubah, artinya boleh dikerjakan dan boleh juga tidak. Mandi menjadi hukumnya wajib dikarekan 4 hal, yaitu keluar mani, bercampur/bersenggama, haidh/nifas dan menghadiri shalat Jum’at. Sedangkan tata cara mandi junub sesuai tuntunan Nabi Saw adalah sebagai berikut: 1. Membersihkan kedua tangannya 2. kemudian menumpahkan air dari tangan kanan ke tangan kiri lalu mencuci kemaluannya 3. kemudian menggosokkan tangannya ke dinding atau tanah 4. kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat (membasuh kaki boleh ditangguhkan/diakhirkan) 5. kemudian memasukkan jari-jemari ke dalam air, kemudian menyela-nyela rambut dengan kedua-dua jari jemari tangan hingga ke dalam pangkal rambut 6. lalu menuangkan air ke atas kepala tiga kali gayung air 7. kemudian mengguyur seluruh tubuhnya (ke bagian badan sebelah kanan, lalu kembali mengambil air dengan tangannya yang lain dan menyiramkannya ke bagian badan sebelah kiri)20 8. dan menyudahi dengan mencuci kedua kakinya.21
C. Shalat Fardhu 1. Pengertian Shalat Shalat secara bahasa berarti doa ( )الدعاءatau rahmat.22 Di dalam Islam, shalat mempunyai arti penting dan kedudukan yang sangat istimewa, antara lain: a. Shalat adalah ibadah pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT yang perintahnya langsung diterima Rasulullah SAW pada malam Isra’-Mi’raj.23 HR. Muttafaq ‘alaih dari Humraan ra. QS. Al-Maidah [5]: 6. 18 HR. al-Bukhari: 326 19 HR. Muslim: 552. 20 HR. al-Bukhari: 268 21 HR. al-Bukhari: 272 dilihat juga HR. Tirmidzi: 96-97 22 QS. At-Taubah [9]: 103 dan QS. Al-Ahzab [33]: 43. 16
17
b. Shalat adalah tiang agama c. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat 2. Hukum Shalat Bagi seorang muslim yang sudah terkena kewajiban shalat karena sudah baligh dan berakal, kemudian meninggalkan shalat dengan sengaja, dihukumi syirik dan kufur. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Saw.:
ْي َ ََع ْن أَِب س ْفيَا َن ق َ ْ َصلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم يَقول إن ب َ ْ َْي الرجل َوب َ ال ََس ْعت َجابرا يَقول ََس ْعت النِب الش ْرك َوالْك ْفر تَ ْرَك الص ََلة
“Dari Abu Sufyan dia berkata, saya mendengar Jabir berkata, "Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh, yang memisahkan antara seorang laki-laki dengan kesyirikan dan kekufuan adalah meninggalkan shalat'."24
صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم الْ َع ْهد الذي بَْي نَ نَا َوبَْي نَ ه ْم َ َال ق َ ََع ْن َعْبد اَّلل بْن ب َريْ َد َة َع ْن أَبيه ق َ ال َرسول اَّلل الص ََلة فَ َم ْن تَ َرَك َها فَ َق ْد َك َفَر
“Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkannya maka dia sungguh telah kafir'."25
3. Tata Cara Shalat sesuai Tuntunan Rasulullah Saw. Untuk menghindari dari bid’ah (penyimpangan), maka di sini dijelaskan tentang bagaimana tata cara shalat Nabi Muhammad saw., yaitu: a. Niat di dalam hati secara ikhlas karena Allah semata.26 b. Berdiri sempurna menghadap kea rah qiblat bagi yang mampu berdiri. c. Bertakbir dengan mengucapkan أكرب
للا, dengan cara:
▪ Mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua telinga dan atau kedua bahunya, sambil bertakbir. ▪ Meletakkan tangan kanan di atas punggung pergelangan dan lengan kiri, dan mengecangkan keduanya di atas dada. ▪ Pandangan kea rah tempat sujud, tidak boleh menutup mata, tidak boleh menengadah ke atas, dan tidak memalingkan pandangan ke kanan-kiri ▪ Kemudian membaca salah satu do’a iftitah d. Membaca surat Al-Fatihah secara tartil (jelas dan perlahan) dengan sebelumnya bermohon perlindungan dengan membaca ta’awudz tanpa dikeraskan, lalu membaca basmalah. e. Ruku’. Angkat kedua tangan seperti takbiratul ihram sambil bertakbir. هللا أكبر menuju ke posisi ruku’. Ketika sedang ruku’ dituntunkan membaca do’a: ( سبحانك اللهم ربّنا وبحمدك اللهم اغفرلىMaha suci Engkau ya Allah: Tuhan kami dan dengan memuji Engkau ya Allah ampunilah hamba) atau ( سبحان ربّي العظيمMaha suci Tuhanku yang Maha Agung).
QS. Al-Israa’ [17]: 1. HR. Muslim nomor: 116. 25 HR. Tirmidzi: 2545. 26 QS. Al-Bayyinah [98]: 5. 23
24
f. I’tidal setelah ruku’, yakni berdiri tegak (i’tidal) dengan sempurna dan tenang (thuma’ninah). Saat i’tidal, dituntunkan untuk mengucapkan: سمع هللا لمن حمدsambil mengangkat kedua tangan dan setelah berdiri tegak mengucapkan: ربّنا ولك الحمد. g. Sujud. Bertakbirlah tanpa mengangkat tangan menuju gerakan sujud dengan meletakkan kedua lutut lebih dahulu lalu kedua tangan, kemudian letakkan wajah (dahi dan hidung). Ketika sedang sujud dituntunkan membaca do’a: سبحانك اللهم ربّنا ( وبحمدك اللهم اغفرلىMaha suci Engkau ya Allah: Tuhan kami dan dengan memuji Engkau ya Allah ampunilah hamba) atau ( سبحان ربّي األعلىMaha suci Tuhanku yang Maha Tinggi). Saat sujud hendaklah meletakkan kedua telapak tangan sejajar dengan kedua telinganya dan wajahnya diletakkan di antara kedua telapak tangannya, kedua telapak kaki ditegakkan, dimana jari-jemarinya dirapatkan dan dihadapkan ke arah qiblat. h. Duduk iftirasy. Bangkit dari sujud sambil bertakbir menuju posisi duduk, dimana posisi tangan kanan berada di atas paha-lutut kanan dan tangan kiri di atas pahalutut kiri dan dilarang duduk dengan bertumpu pada tangan. Saat duduk iftirasy,berdoa’lah:
اللهم اغفرىل وارمحين وارجربين واهدين وارزقين
(Ya Allah, ampunilah
kami, kasihilah kami, cukupilah kami, tunjukkilah kami dan berikan rizki kepada kami) atau membaca :
رب اغفريل،رب اغفريل
(Ya Allah ampunilah aku, ya Allah
ampunilah aku). Setelah itu sujudlah untuk kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca do’a sujud seperti sebelumnya. Ketika bangkit dari sujud kedua pada rakaat ganjil dan akan berdiri pada rakaat genap, disunnahkan untuk duduk istirahat sejenak. Kemudian baru berdiri dengan menekankan kedua telapak tangan di tanah lalu melatakkan keduanya pada kedua paha untuk berdiri dan langsung bersedekap, tanpa mengangkat tangan. Selanjutnya, kerjakanlah rakaat kedua ini, seperti rakaat yang pertama, hanya saja tidak membaca do’a iftitah. i. Duduk tasyahhud Duduk Tasyahhud awal Posisi duduk tasyahhud awal, posisinya duduknya iftirasy, yakni duduk di atas bentangan kaki kiri dengan menjadikan kaki kiri sebagai firasy (alas), sementara telapak kaki kanan ditegakkan dengan jari-jari kaki kanan menghadap qiblat. Posisi tangan kirinya di atas lutut kirinya dan meletakkan tangan kanannya diatas lutut kanannya, dan beliau lingkarkan jarinya sehingga membentuk angka lima puluh tiga, lalu beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk.27 Adapun bacaan tahiyyat atau tasyahhud awal:
ِب َوَر ْمحَة اَّلل َوبََرَكاته الس ََلم َعلَْي نَا َو َعلَى عبَاد َ التحيات الطيبَات الصلَ َوات َّلل الس ََلم َعلَْي ُّ ك أَيُّ َها الن ْي أَ ْش َهد أَ ْن َل إلَهَ إل اَّلل َوأَ ْش َهد أَن ُمَمدا َعْبده َوَرسوله َ اَّلل الصاحل ٍّ ٍّ ت َعلَى آل إبْ َراه َيم َوََبرْك َعلَى ُمَم ٍّد َو َعلَى آل ُمَم ٍّد َ صلْي َ اَللهم َ صل َعلَى ُمَمد َو َعلَى آل ُمَمد َك َما ك َمحي ٌد ََمي ٌد َ ْي إن َ ت َعلَى آل إبْ َراه َيم ِف اَلْ َعالَم َ َك َما ََب َرْك
Segala penghormatan bagi Allah, shalawat dan juga kebaikan. Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi dan juga rahmat dan berkahnya. Semoga keselamatan terlimpahkan atas kami dan hamba Allah yang shalih. Saya bersaksi
27
HR. Muslim: 912
bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah28 Ya Allah limpahkanlah rahmat atas Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat atas Ibrahim. Berkatilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberkati Ibrahim. Di seluruh alam ini Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung) kemudian salam sebagaimana yang telah kamu ketahui. Duduk Tasyahhud akhir Posisi duduk tasyahhud akhir posisi duduknya tawarruk, yakni pangkal paha atas (pantat) yang kiri duduk bertumpu pada lantai. Sedangkan posisi kaki kanan sama dengan tahiyat awal. Bacaan pada tasyahhud akhir sama dengan tasyahhud awal, hanya ditambah dengan do’a berikut:
ك م ْن فْت نَة الْ َم ْحيَا َ ك م ْن فْت نَة الْ َمسيح الدجال َوأَعوذ ب َ ك م ْن َع َذاب الْ َق ْرب َوأَعوذ ب َ اللهم إين أَعوذ ب ال لَه قَائ ٌل َما أَ ْكثَ َر َما تَ ْستَعيذ م ْن الْ َم ْغَرم َ ك م ْن الْ َمأْ ََث َوالْ َم ْغَرم فَ َق َ َوفْت نَة الْ َم َمات اللهم إين أَعوذ ب
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masihid Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang”.29 Atau
ك م ْن َع َذاب الْ َق ْرب َوم ْن َع َذاب النار َوم ْن فْت نَة الْ َم ْحيَا َوالْ َم َمات َوم ْن فْت نَة الْ َمسيح َ اللهم إين أَعوذ ب الدجال “Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari suksa kubur dan dari siksa api neraka dan dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari fitnah Al Masihid Dajjal.”30 j. Salam Memalingkan kepala ke arah kanan dan kearah kiri , sehingga pipi dapat dilihat dari arah belakang. Bacaan salam:
)صلى اَّلل َعلَْي ه َو َسل َم فَ َكا َن ي َس لم َع ْن َميْين ه (اَلسَلَم َعلَْيك ْم َو َر ْمحَة اَّلل َو بََركاَت ه ُّ صلْيت َم َع الن َ ِب َ )َو َع ْن ِشَاله (اَلسَلَم َعلَْيك ْم َو َر ْمحَة اَّلل
“Saya melaksanakan shalat bersama Nabi saw. Beliau mengucapkan salam kearah kanan dengan bacaan lafaz “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wa Barokatuh”. Dan kearah kiri dengan lafaz “Assalamu ‘Alaikum Warahmatullah”. HR. Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah D. Dzikir dan Do’a Sesudah Shalat 1. Pengertian Dzikir dan Do’a Do'a dan dzikir, dua masalah besar dalam syari'at Islam, tidak kalah besarnya dengan masalah-masalah hukum, politik dan ekonomi. Dia adalah "Senjata Orang 28
HR. Muslim: 612. HR. al-Bukhari: 789. 30 HR. al-Bukhari: 1288. 29
Mukmin" yang berkekuatan besar, yang dapat memecahkan berbagai persoalan hidup yang tidak terpecahkan oleh pikiran dan tenaga maupun harta. Do'a dan dzikir adalah alat yang paling ampuh, atau obat yang paling jitu bagi ketenteraman batin. Apalagi yang kita cari dalam hidup ini, selain ketenteraman dan ketenangan batin? Itu semua ma'qul, rasional, karena dunia seisinya ini, yang nampak maupun yang tidak nampak, bahkan manusia dan seluruh persoalannya adalah ciptaan Allah, atas kehendak Allah, tunduk pada sunnatullah dan berada di tangan Allah. Sedang do'a adalah permohonan kepada Allah bagi penyelesaian seluruh persoalan itu. 2. Adab Berdzikir dan Berdo’a a. Membaca taawudz dan basmallah b. Diawali dan diakhiri dengan mengagungkan asma Allah c. Berdoa ditempat yang suci, lebih utama dalam keadaan suci d. Jangan berdoa untuk dosa e. Berdoa dengan merendahkan diri dan rasa takut dengan tidak mengeraskan suara 3. Keutamaan Tasbih, Tahmid, Takbir dan Tahlil
سبحان للا Lafadz tahmid احلمد هلل
▪ Lafadz tasbih, ▪
▪ Lafadz takbir أكرب ▪
للا Lafadz tahlil ل إله إل للا
Rasulullah Saw bersabda dalam beberapa haditsnya sebagai berikut:
احلَ ْمد َّلل ْ ول سْب َحا َن اَّلل َو َ صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم ََلَ ْن أَق َ َ ق: ال َ َصال ٍّح َع ْن أَِب هَريْ َرَة ق َ ال َرسول اَّلل َ َع ْن أَِب ) ت َعلَْيه الش ْمس ( رواه مسلم ُّ َح ْ ب إ َيل ِما طَلَ َع َ َوَل إلَ َه إل اَّلل َواَّلل أَ ْكبَ ر أ
Artinya: Abu Shaleh meriwayatkan dari Abu Hurairah, katanya: Rasulullah Saw bersabda: Sungguh aku lebih senang membaca "Subhaanallaah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallaah wallaahu akbar" (Maha Suci Allah, dan segala puji bagi-Nya, dan tiada Tuhan yang patut disembah selain Dia, Allah Maha Besar) daripada terbitnya matahari (HR. Muslim)
ب الْ َك ََلم إ َىل اَّلل أ َْربَ ٌع سْب َحا َن اَّلل َ َ ق:ال َ ََع ْن ََسَرَة بْن جْن َد ٍّب ق ُّ َح َ ال َرسول اَّلل َ أ: صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم ت ْ َو َ ْاحلَ ْمد َّلل َوَل إلَ َه إل اَّلل َواَّلل أَ ْكبَ ر َل يَضُّرَك ِبَيهن بَ َدأ ) ( رواه مسلم Artinya: Samurah bin Jundab meriwayatkan, katanya: Rasulullah Saw bersabda: "Bacaan yang paling dicintai Allah ta'ala ada empat, yang tidak salah engkau mulai dari mana saja empat itu, yaitu: subhaanallaah, wal hamdulillah, wa laa ilaaha illallaah, wallaahu akbar." (HR. Muslim)
ال َعل ْمين َك ََلما َ صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم فَ َق َ َص َعب بْن َس ْع ٍّد َع ْن أَبيه ق ٌّ َجاءَ أ َْعَر: ال ْ َع ْن م َ اِب إ َىل َرسول اَّلل ْي ل ْ يك لَه اَّلل أَ ْكبَ ر َكبريا َو َ َأَقوله ق َ ال ق ْل ل إلَهَ إل اَّلل َو ْح َده ل َشر َ احلَ ْمد َّلل َكثريا سْب َحا َن اَّلل َرب الْ َعالَم
ال ق ْل اللهم ا ْغف ْر يل َو ْارمحَْين َو ْاهدين َو ْارزقْين ْ َح ْو َل َول ق وَة إل َبَّلل الْ َعزيز َ َال فَ َهؤَلء لَرِب فَ َما يل ق َ َاحلَكيم ق ) ( رواه مسلم Artinya: Mush'ab bin Sa'ad meriwayatkan dari ayahnya, kata si ayah: Bahwa ada seorang Baduwi datang menghadap Nabi Saw untuk diajari bacaan yang akan dia bacanya. Maka jawab Nabi Saw kepada Baduwi itu: Ucapkanlah "Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalah, allaahu akbar kabiira walhamdulillaahi katsiira wasubhaanallaahi rabbil 'aalamiin, walaa haula walaa quwwata illaa billaahil 'aziizil hakiim". Si Baduwi itu lalu berkata: itu semua adalah untuk Tuhanku, lalu apa yang untukku? Nabi menjawab: Ucapkanlah "Allaahummaghfirlii warhamnii wahdinii wa 'aafinii warzuqnii" (Ya Allah, Ya Tuhanku! Ampunilah aku, berilah rahmat aku, tunjukilah aku, lindungilah aku dan berilah rizki aku). (HR. Muslim).
ٍّ عن ابن مسع ال ََي ُمَمد َ ي ِب فَ َق َ َ ق: ال َ َود ق َ ال َرسول اَّلل ْ َ ْ َْ َ لَقيت إبْ َراه َيم لَْي لَةَ أ ْسر:صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم اس َها سْب َحا َن اَّلل ْ َخ ْربه ْم أَن َ َأَقْر ْئ أمت ْ ك مين الس ََل َم َوأ َ اْلَنةَ طَيبَة الت ُّْربَة َع ْذبَة الْ َماء َوأَن َها ق َيعا ٌن َوأَن غَر ) يث َح َس ٌن ْ َو َ َاحلَ ْمد َّلل َوَل إلَ َه إل اَّلل َواَّلل أَ ْكبَ ر ( رواه الرتمذى و ق ٌ ال َه َذا َحد Artinya: Ibnu Mas'ud meriwayatkan, katanya: Rasulullah Saw bersabda: "Aku bertemu Ibrahim pada malam ketika aku diisrakkan. Lalu Ibrahim berkata: Hai Muhammad, Sampaikanlah salamku kepada ummatmu, dan beritahulah mereka, bahwa surga itu tanahnya sangat baik, airnya tawar, dan sesungguhnya surga itu adalah tanah yang penuh dengan ketenangan, tanamannya ialah "Subhaanallaah walhamdu lillaah walaa ilaaha illallaahu wallaahu akbar”. (HR. Tirmidzi dan ia berkata: Hadits ini hasan) 4. Bacaan Dzikir dan Do’a dalam al-Qur’an dan al-Hadits ▪ Bacaan Do’a dalam Al-Qur’an DO'A DITERIMANYA AMAL
"Ya Tuhan kami terimalah dari kami (amal kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Qs. al-Baqarah: 127) Do'a ini diucapkan Nabi Ibrahim As usai membangun Ka'bah, sebagai usaha besar untuk tempat beribadah dan sekaligus pusat menyatukan ummat. Namun, bisa juga kita pakai untuk usai mengerjakan semua amal usaha yang baik, dalam ibadah mahdhah (ritual) maupun ibadah ijtima'iyah (sosial) agar diterima Allah.
MOHON MENDAPATKAN KEBAIKAN DUNIA AKHIRAT
"Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (Qs. al-Baqarah: 201). Do'a ini diucapkan oleh orang usai melakukan ibadah haji, agar hajinya mabrur sehingga membawa kebaikan dunia dan akhirat. Tetapi, do'a ini bisa juga dibaca kapan saja, utamanya pada setiap mengakhiri do'a. MOHON DAPAT SABAR DAN TEGUH
"Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir." (Qs. al-Baqarah: 250) Do'a ini dipanjatkan oleh Thalut dengan bala tentaranya ketika menghadapi Jalut dengan segala kekuatan dan kesombongannya. Di sini Thalut minta dianugerahi kesabaran, dengan arti tidak emosional, dan kemantapan tumit, maksudnya kemantapan dalam pendirian, dalam hal ini ialah keimanan dan disiplin, dan itu sangat penting dalam berperang melawan musuh. Sebab, kalau tidak, akan mudah diserang oleh lawan. Serta minta dibantu untuk bisa mengalahkan kaum kuffar, dalam hal ini adalah Jalut. Karena tanpa pertolongan Allah, semuanya itu tidak mungkin. Apa lagi melihat keperkasaan Jalut dan kecilnya jumlah pasukan Thalut. Justru dalam kisah petempuran antara Thalut dan Jalut ini, yang akhirnya kemenangan di pihak Thalut. Lalu Allah menegaskan:
"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar." (Qs. alBaqarah: 249)
☺ ☺
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Ma'aflkanah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (Qs. al-Baqarah: 286) Manusia adalah bersifat salah dan keliru. Sehingga tidak mustahil, dalam mengerjakan perintah-perintah Allah, baik dalam ibadah ritual maupun social, ada saja kesalahan dan kekurangan. Agar kesalahan dan kekurangan itu tidak mengurangi nilai amal, maka layak kalau kita memohon kepada Allah, kiranya kesalahan dan kekurangan itu dima'afkan. Dan itulah do'anya.
MOHON KEMANTAPAN DALAM HIDAYAH ☺ "(mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia). "Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji." (Qs. Ali Imran: 8). Do'a ini diucapkan oleh orang-orang yang dapat memahami firman-firman Allah, terutama tentang masalah ayat-ayat musytabihat, yang memang agak sulit dimengerti itu. Maka, agar pengertian ini tidak berubah, maka mereka memohon kepada Allah dengan do'a ini. Tetapi, do'a ini baik juga dibaca setiap sa'at, agar hidayah yang telah diberikan Allah kepada kita berupa agama dengan pengamalannya ini terus mantap sampai akhir hayat.
▪ Bacaan Do’a dalam Al-Hadits
صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم َكا َن يَ ْدعو ِف الص ََلة اللهم َ صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم أَن َرس َ ول اَّلل َ َع ْن َعائ َشةَ َزْوج النِب ك م ْن فْت نَة الْ َم ْحيَا َوفْت نَة َ ك م ْن فْت نَة الْ َمسيح الدجال َوأَعوذ ب َ ك م ْن َع َذاب الْ َق ْرب َوأَعوذ ب َ إين أَعوذ ب
ال إن َ ك م ْن الْ َمأْ ََث َوالْ َم ْغَرم فَ َق َ ال لَه قَائ ٌل َما أَ ْكثَ َر َما تَ ْستَعيذ م ْن الْ َم ْغَرم فَ َق َ الْ َم َمات اللهم إين أَعوذ ب ف ( رواه البخارى ومسلم وابوداود والنسائ واللفظ للبخارى َ الرج َل إذَا َغرَم َحد َ ََخل ْ ب َوَو َع َد فَأ َ ث فَ َك َذ ) Artinya: Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah Saw dalam shalatnya sering membaca do’a: (Ya Allah, ya Tuhanku! Sesungguhnya aku berlindung diri dengan-Mu dari adzab kubur, dan aku berlindung diri dengan-Mu dari gangguan almasih dajjal, dan aku berlindung diri dengan-Mu dari godaan hidup dan mati. Ya Allah, ya Tuhanku! Sesungguhnya aku berlindung diri dengan-Mu dari perbuatan dosa dan hutang). Lalu ada seorang yang bertanya kepadanya: Alangkah seringnya engkau mohon perlindungan dari hutang, ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: Karena sesungguhnya seseorang apabila berhutang, lalu ia bercakap-cakap, maka percakapannya itu dusta, dan kalau berjanji menyalahi. (HR. Bukhari dan Muslim).
ٍّ َع ْن أَِب بَك ال ق ْل اللهم إين ظَلَ ْمت َ َص ََلِت ق َ ال ََي َرس َ َْر الصديق أَنه ق َ ول اَّلل َعل ْمين د َعاء أ َْدعو به ِف ُّ نَ ْفسي ظ ْلما َكثريا َوَل يَ ْغفر ت الْغَفور الرحيم َ ت فَا ْغف ْر يل َم ْغفَرة م ْن عْند َك َو ْارمحَْين إن َ ْك أَن َ ْوب إل أَن َ الذن ) ( رواه امحد والبخارى والنسائى والرتمذى
Artinya: Abu Bakar as-Siddiq r.a. meriwayatkan, katanya: Ya Rasulullah, Ajarilah aku do’a yang kubaca dalam shalat. Maka jawab Rasulullah: Bacalah : (Ya Allah, ya Tuhanku! Sesungguhnya aku sudah banyak berlaku zhalim terhadap diriku sendiri, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa melainkan Engkau. Maka ampunilah aku, satu pengampunan dari-Mu, dan belas kasihanilah aku, karena sesungguhnya Engkau adalah Pengampu lagi, Penyayang). (HR. Bukhari dan Muslim).
عن على بن اىب طالب رضى للا عنه ىف صَلة النِب صلى للا عليه وسلم انه يَكون م ْن آخر َما يَقول ت َ ْ َب َ َْسَرفْت َوَما أَن ْ َسَرْرت َوَما أ َْعلَْنت َوَما أ ْ ْي الت َش ُّهد َوالت ْسليم اللهم ا ْغف ْر يل َما قَد ْمت َوَما أَخ ْرت َوَما أ ت َ ْت الْم َؤخر َل إلَ َه إل أَن َ ْت الْم َقدم َوأَن َ ْأ َْعلَم به مين أَن ) ( متفق عليه واللفظ ملسلم
Artinya: Ali bin Abi Thalib menceritakan tentang shalatnya Nabi Saw, yaitu beliau pernah dalam akhir bacaanya antar tasyahhud dan salam, adalah: (Ya Allah, ya Tuhanku! Ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang, yang kusembunyikan dan yang kulakukan dengan terang-terangan, dan yang kulakukan dengan berlebihan, dan apa saja yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku. Engkau yang mengajukan dan Engkau pula yang menangguhkan, tiada Tuhan melainkan Engkau). (HR. Bukhari dan Muslim).
ف َ َال ق َ َصلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم ق ُّ ال الن َ صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم لَرج ٍّل َكْي ْ صال ٍّح َع ْن بَ ْعض أ َ ِب َ َص َحاب النِب َ أَِب ك ْ ك َ َتَقول ِف الص ََلة ق َ َسأَل َ اْلَنةَ َوأَعوذ ب َ َك م ْن النار أ ََما إين َل أ ْحسن َدنْ َدنَت ْ ال أَتَ َشهد َوأَقول اللهم إين أ صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم َح ْوََلَا ن َدنْدن ( امحد وابوداود والنسائ وابن حبان وابن َ َوَل َدنْ َدنَةَ م َع ٍّاذ فَ َق ُّ ال الن َ ِب ) خزمية واحلاكم ىف املستدرك
Artinya: Abu Saleh meriwayatkan dari sebagian sahabat Nabi Saw, katanya: Nabi saw pernah bertanya kepada seorang laki-laki: Bagaimana engkau berdo’a dalam shalat? Ia menjawab: Aku membaca tasyahhud dan membaca do’a: “Allaahumma innii as-alukal
jannata, wa a’uudzu bika minan naar” (Ya Allah, ya Tuhanku! Sesungguhnya aku minta kepada-Mu surga, dan aku berlindung diri dengan-Mu dari neraka). Ketauhilah, sesungguhnya aku tidak bisa bersuara sebaik suaramu dan tidak juga sebaik suara Mu’adz. Maka jawab Nabi Saw: “Di sekitar itulah kami bersuara”31.(HR Ahmad, Abu Daud, Nasai, Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim dalam Mustadrak).
ال أَما َ ت الص ََل َة فَ َق َ ص ََلة فَأ َْو َجَز ف َيها فَ َق َ ت أ َْو أ َْو َج ْز َ ال لَه بَ ْعض الْ َق ْوم لََق ْد َخف ْف َ صلى َعمار بْن ََيس ٍّر َ ٍّ صلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم فَلَما قَ َام تَب َعه َرج ٌل م ْن َ َعلَى َذل َ ك فَ َق ْد َد َع ْوت ف َيها ب َد َع َوات ََس ْعت هن م ْن َرسول اَّلل ب ٌَّ الْ َق ْوم ه َو أ َ َخبَ َر به الْ َق ْوَم اللهم بع ْلم ْ ُّعاء َث َجاءَ فَأ َ ِب َغْي َر أَنه َك ََن َع ْن نَ ْفسه فَ َسأَلَه َع ْن الد َ ك الْغَْي
ك ْ ك َعلَى ْ ت َ َسأَل َ َوق ْد َرت َ َحيين َما َعل ْم َ احلَيَا َة َخْي را يل َوتَ َوفين إ َذا َعل ْم ْ اخلَْلق أ ْ ت الْ َوفَا َة َخْي را يل اللهم َوأ ص َد ِف الْ َف ْقر َوالْغ ََن ْ َك َكل َمة َ َسأَل َ ََخ ْشيَ ت َ َسأَل َ َضا َوالْغ َ احلَق ِف الر ْ ك الْ َق ْ ك ِف الْغَْيب َوالش َه َادة َوأ ْ ضب َوأ ٍّ ْ ك ق رَة َع ك بَ ْرَد الْ َعْيش بَ ْع َد َ َسأَل َ َسأَل َ َسأَل َ َسأَل َ ضاءَ بَ ْع َد الْ َق َ ك الر ْ ضاء َوأ ْ ْي َل تَْن َقطع َوأ ْ ك نَعيما َل يَْن َفد َوأ ْ َوأ ضراءَ مضرٍّة َوَل فْت نَ ٍّة مضل ٍّة اللهم َزينا َ ك َوالش ْو َق إ َىل ل َقائ َ ك لَذ َة النظَر إ َىل َو ْجه َ َسأَل َ ك ِف َغ ْري ْ الْ َم ْوت َوأ
) ين ( رواه امحد والنسائى وابن خزمية واحلاكم ىف املستدرك ْ بزينَة ْاْلميَان َو َ اج َع ْلنَا ه َداة م ْهتَد
Artinya: Ammar bin Yasir r.a. pernah shalat dengan singkat sekali, lalu sebagian kaum bertanya: Sungguh engkau persingkat – atau engkau pendekkan – shalat itu. Maka ia menjawab: Sungguh berat yang demikian itu atasku. Sungguh dalam shalat itu aku berdo’a dengan do’a-do’a yang pernah kudengar dari Rasulullah saw. Setelah beliau berdiri, ada salah seorang dari kaum itu mengikutinya, namanya Ubai yang memberi laqab pada dirinya sendiri, kemudian bertanya tentang do’a itu. Maka jawabnya: Yaitu: (Ya Allah, ya Tuhanku! Dengan pengetahuan-Mu akan perkara ghaib dan dengan kekuasaan-Mu atas makhluq, biarkanlah aku hidup selama Engkau mngetahui, bahwa hidup itu lebih baik bagiku, dan matikanlah aku apabila Engkau mengetahui, bahwa mati itu lebih baik bagiku. Ya Allah, ya tuhanku! Sesungguhnya aku minta kepada-Mu untuk dapat takut kepada-Mu baik dalam tempat tersembunyi maupun di alam nyata, dan aku minta kepada-Mu omongan yang benar ketika senang maupun ketika marah, dan aku minta kepada-Mu untuk tetap sederhana, baik di waktu fakir maupun di waktu kaya, dan aku minta kepada-Mu nikmat yang tidak akan hilang-hilang, dan aku minta kepada-Mu kesejukan mata yang tiada putus-putusnya, dan aku minta kepada-Mu keridhaan sesudah menerima qadha’, dan aku minta kepada-Mu kesejukan hidup sesudah mati, dan aku minta kepada-Mu kelezatan melihat wajah-Mu, dan rindu untuk bertemu dengan-Mu dalam keadaan yang tidak susah lagi menyusahkan, dan tidak dalam keadaan kacau yang menyesatkan. Ya Allah, ya Tuhan kami! Hiasilah kami dengan perhiasan iman, dan jadikanlah kami pembimbing yang terbimbing). (HR. Nasai).
ال َ َاستَ ْغ َفَر ثََلًث َوق َ صَر ْ ص ََلته َ ف م ْن َ ْصلى اَّلل َعلَْيه َو َسل َم إذَا ان َ َكا َن َرسول اَّلل: َع ْن ثَ ْوََب َن وعائشة قَال َيذا اْلَلل واكرام ( رواه: - اْلََلل َو ْاْل ْكَرام – وىف رواية ْ ت ذَا َ ت السَلم َومْن َ ك السَلم تَبَ َارْك َ ْاللهم أَن ) اْلماعة ال البخارى واللفظ ملسلم Artinya: Tsauban dan Aisyah mengatakan: Adalah Rasulullah apabila selesai shalat, ia beristighfar tiga kali, lalu membaca: “Allaahumma antas salaam, wa minkas Maksudnya: berdo'a. Yakni di sekitar itulah kita berdoa'. Jadi, ini termasuk taqrir Nabi Saw terhadap si lai-laki tersebut).).
31
salaam, tabaarakta dzal jalaali wal ikraam” atau "ya dzal jalali wal iktram". (Ya Allah, ya Tuhanku! Engkau adalah salam (sejahtera) dan dari-Mulah sejahtera itu datang, Maha suci Engkau, hai Dzat yang mempunyai keagungan dan kemuliaan). (HR. Jama'ah, kecuali Bukhari).
BAB III KONSEP “Ibadur-Rahman” DALAM AL-QURAN A. Surat Alqur’an yang menjelaskan Ibadur-Rahman َ ض َهوْ نا ً َو ِإذَا َخا )63( ً سالما َ ََو ِعبَادُ الرَّ حْ َم ِن الَّ ِذيْنَ َي ْمشُون َ طبَ ُه ْم ْالجَا ِهلُونَ قَالُوا ِ ْعلَى اْألَر Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS Al Furqan: 63) )64( ً سجَّدا ً َوقِيَاما ُ َوالَّ ِذيْنَ يَبِيتُونَ ل َِربِ ِِّه ْم Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka. (QS Al Furqan: 64) َ َعذَابَهَا كَان )65( ً غ َراما ْ َوالَّ ِذيْنَ يَقُوْ لُوْ نَ َربَّنَا اص ِْر َ اب َج َهنَّ َم إِ َّن َ عنَّا َ ف َ َ عذ Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”. (QS Al Furqan: 65) ْ سا َء ْت ُم )66( ً ستَقَرِّ ا ً َو ُمقَاما َ إِنَّهَا Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman (QS Al Furqan: 66) )67( ً َوالَّ ِذيْنَ إِذَا أَنفَقُوا لَ ْم يُس ِْرفُوا َولَ ْم يَ ْقت ُ ُروا َوكَانَ بَيْنَ ٰذ ِلكَ قَ َواما Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS Al Furqan: 67) )68( ً َق َوالَ يَ ْزنُونَ َو َم ْن يَ ْفعَ ْل ٰذ ِلكَ يَ ْلقَ أَثَاما َ َوالَّ ِذيْنَ ال يَ ْدعُونَ َم َع هللاِ إِلَها ً آ َخ َر َوالَ يَ ْقتُلُونَ النَّ ْف ِ ِّ س الَّتِي حَرَّ َم هللاُ إِالَّ بِ ْالح Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (QS Al Furqan: 68) )69( ً َف لَهُ ْالعَذَابُ يَوْ َم ْال ِقيَا َم ِة َويَ ْخلُ ْد فِي ِه ُمهَانا ْ يُضَاع (Yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina ), (QS Al Furqan: 69) َ ُت َوكَانَ هللا )70( ً غفُوْ ًرا َرحِ يْما ٍ سنَا َ َاب َوآ َمنَ َوعَمِ َل َ سيِِّئ َات ِِه ْم َح َ ُع َمالً صَالِحا ً فَأُوْ ۤلئِكَ يُبَ ِدِّ ُل هللا َ إِالَّ َم ْن ت Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal soleh; maka itu kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Furqan: 70) )71( ً ع ِم َل صَالِحا ً فَ ِإنَّهُ يَتُوبُ إِلَى هللاِ َمت َابا َ َاب َو َ َو َم ْن ت Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. (QS Al Furqan: 71)
ُّ َش َهدُون ْ ََوالَّ ِذيْنَ ال ي )72( ً ور َوإِذَا َمرُّ وا ِباللَّ ْغ ِو َمرُّ وا ك َِراما َ الز Dan orang-orang yang tidak menghadiri az Zuur (hal-hal yang haram), dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (QS Al Furqan: 72) ُ ص ِّما ً َو ُ علَ ْيهَا )73( ً ع ْميَانا َ ت َربِ ِِّه ْم لَ ْم يَخِ رُّ وا ِ َوالَّ ِذيْنَ إِذَا ذُ ِ ِّك ُروا بِآيَا Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (QS Al Furqan: 73) ْ َ اجنَا َوذُ ِ ِّريَّاتِنَا قُرَّ ةَ أ )74( ً عي ٍُن َواجْ عَ ْلنَا ل ِْل ُمت َّ ِقيْنَ إِ َماما ِ َوالَّ ِذيْنَ يَقُوْ لُوْ نَ َربَّنَا هَبْ لَنَا مِ ْن أ َ ْز َو Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Al Furqan: 74) Dapat disimpulkan dari keterangan ayat diatas bahwa ciri-ciri Ibadur-Rahman sebagai berikut :
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Tawadhu’ dan bijaksana Gemar Qiyamul-Lail Berlindung dari azab Allah Gemar berinfaq Tidak syirik, membunuh dan berzina Berpaling dari yang haram dengan menjaga kehormatan diri Mudah menerima nasehat kebaikan dan peringatan Mendambakan pasangan yang baik
B.
Penjelasan Ayat-ayat yang menjelaskan Ibadur-rahman
LAMPIRAN
Dan tidaklah disebutkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak pula dari salah seorang sahabatnya bahwa niat itu dilafadzkan.
• Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila engkau hendak mengerjakan sholat, maka sempurnakanlah wudhu'mu terlebih dahulu kemudian menghadaplah ke arah kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul ihrom." (Muttafaqun 'alaihi). Lafadz Takbir :
mengangkat kedua tangannya setentang bahu ketika bertakbir dengan merapatkan ( tidak terlalu merapat ) jarijemari tangannya, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma, ia berkata: "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak memulai sholat, setiap kali bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit dari ruku'nya." (Muttafaqun 'alaihi).
1.Dengan meletakkan punggung pergelangan tangan kanan di atas punggung pergelangan tangan kiri, keduanya diletakkan di dada. 2.Pandangan mata ketika sholat ke arah tempat sujud, dilarang melihat keatas dan juga melirik ke kana atau ke kiri.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang keras menengadah ke langit (ketika sholat). Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah sekelompok orang benar-benar menghentikan pandangan matanya yang terangkat ke langit ketika berdoa dalam sholat atau hendaklah mereka benar-benar menjaga pandangan mata mereka." (HR. Muslim, Nasa'i dan Ahmad). Rasulullah juga melarang seseorang menoleh ke kanan atau ke kiri ketika sholat, beliau bersabda: "Jika kalian sholat, janganlah menoleh ke kanan atau ke kiri karena Allah akan senantiasa menghadapkan wajah-Nya kepada hamba yang sedang sholat selama ia tidak menoleh ke kanan atau ke kiri." (HR. Tirmidzi dan Hakim).
َ َّ َ َ ْ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ ُ َّ َ ، كما باعدت بين المش ِر ِق والمغ ِر ِب،اللهم ب ِاعد بي ِني وبين خطاياي َالخ َط َايا َك َما ُي َن َّقى َّالث ْو ُب األبي َ َّالل ُه َّم َن ِّق ِني م َن َض م َن ال َّدن ْ ُ َ َّ َّالل ُهم،س ِ ِ ِ ِ َاي ِب ْال َم ِاء َو َّالث ْلج َوال َبر ِد َ ْاغ ِس ْل َخ َط َاي ِ “Ya Allah, jauhkan antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dan kesalahan- kesalahanku, sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan salju, air dan air es”. [HR. Al-Bukhari 1/181 dan Muslim 1/419.]
Nabi biasa membaca ta'awwudz yang berbunyi:
َ ُ َ َّ ْ َ ْ ْ ُ َّ ،ِ اهلل ِمن ألشيط ِان ألر ِيِجي ِ أعوذ ِب "Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk“ dilanjutkan dengan membaca
dengan sirri
َّ م َ َّ َّ م ِبس ِم ا َِّل الرۡم ِن الر ِۡ ِيم
"Barangsiapa yang sholat tanpa membaca Al Fatihah maka sholatnya buntung, sholatnya buntung, sholatnya buntung…tidak sempurna" (Hadits Shahih dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Abu 'Awwanah).
Jelas bagi kita kalau sedang sholat sendirian (munfarid) maka wajib untuk membaca Al Fatihah, begitu pun pada sholat jama'ah ketika imam membacanya secara sirr (tidak diperdengarkan) yakni pada sholat Dhuhur, 'Ashr, satu roka'at terakhir sholat Mahgrib dan dua roka'at terakhir sholat 'Isyak, maka para makmum wajib membaca surat Al-Fatihah tersebut secara sendiri-sendiri secara sirr (tidak dikeraskan). "Barangsiapa sholat mengikuti imam (bermakmum), maka bacaan imam telah menjadi bacaannya juga." (Hadits dikeluarkan oleh Imam Ibnu Abi Syaibah, Ad Daraquthni, Ibnu Majah, Thahawi dan Ahmad lihat kitab Irwaul Ghalil oleh Syaikh Al- Albani).
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surat Al-Fatihah pada setiap roka'at. Membacanya dengan berhenti pada setiap akhir ayat (waqof), tidak menyambung satu ayat dengan ayat berikutnya (washol) berdasarkan hadits riwayat Abu Dawud, Sahmi dan 'Amr Ad Dani, dishahihkan oleh Hakim, disetujui Adz Dzahabi.
Dari Abu hurairah, dia berkata: "Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, jika selesai membaca surat Ummul Kitab (Al Fatihah) mengeraskan suaranya dan membaca aamin." (Hadits dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban, Al Hakim, Al Baihaqi, Ad Daraquthni dan Ibnu Majah, oleh Al Albani dalam Al Silsilah Al Shahihah dikatakan sebagai hadits yang berkualitas shahih)
"Bila imam selesai membaca ghoiril maghdhuubi 'alaihim waladhdhooolliin, ucapkanlah amiin [karena malaikat juga mengucapkan amiin dan imam pun mengucapkan amiin]. Dalam riwayat lain: "(apabila imam mengucapkan amiin, hendaklah kalian mengucapkan amiin) barangsiapa ucapan aminnya bersamaan dengan malaikat, (dalam riwayat lain disebutkan: "bila seseorang diantara kamu mengucapkan amin dalam sholat bersamaan dengan malaikat dilangit mengucapkannya), dosa-dosanya masa lalu diampuni." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari, Muslim, An Nasai dan Ad Darimi) Syaikh Al Albani mengomentari masalah ini sebagai berikut:
• Disunnahkan membaca surat lain setelah alfatihah Membaca surat Al Qur an setelah membaca Al Fatihah dalan sholat hukumnya sunnah karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membolehkan tidak membacanya. Membaca surat Al Quran ini dilakukan pada dua roka'at pertama. Banyak hadits yang menceritakan perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang itu.
diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radiyallahu anhuma, ia berkata: "Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak memulai sholat, setiap kali bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit dari ruku'nya." (Muttafaqun 'alaihi).
• Cara Ruku' • Beliau meletakkan telapak tangannya pada lututnya, • Demikian beliau juga memerintahkan kepada para shahabatnya. "Bahwasanya nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam (ketika ruku') meletakkan kedua tangannya pada kedua lututnya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari dan Abu Dawud) • Menekankan tangannya pada lututnya. • "Jika kamu ruku' maka letakkan kedua tanganmu pada kedua lututmu dan bentangkanlah (luruskan) punggungmu serta tekankan tangan untuk ruku'." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dan Abu Dawud)
ْ ْأغ ِف ْر ِلي،َّ َرَّب َنا ََ ِب َح ْْ ِِ ََ َّألل ُه،َّ ُس ْب َح َان َك َّألل ُه “Maha Suci Engkau, ya Allah! Tuhanku, dan dengan pujiMu. Ya Allah! Ampunilah dosaku.” [HR. Al-Bukhari 1/99 dan Muslim 1/350.]
• Setelah ruku' dengan sempurna dan selesai membaca do'a, maka kemudian bangkit dari ruku' (i'tidal). disertai dengan mengangkat kedua tangan sebagaimana waktu takbiratul ihrom. Sambil membaca :
ُهللا ِل َْ ْن َح ِْ َِه ُ َس ِْ َع “Semoga Allah mendengar pujian orang yang memujiNya.” [HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 2/282].
"Kemudian angkatlah kepalamu sampai engkau berdiri dengan tegak [sehingga tiap- tiap ruas tulang belakangmu kembali pata tempatnya]." (dalam riwayat lain disebutkan: "Jika kamu berdiri i'tidal, luruskanlah punggungmu dan tegakkanlah kepalamu sampai ruas tulang punggungmu mapan ke tempatnya).“ (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al Bukhari dan Muslim, dan riwayat lain oleh Ad Darimi, Al Hakim, As Syafi'i dan Ahmad)
ُِْْ َرَّب َنا ََ َل َك أ ْل َح “Wahai Tuhan kami, bagiMu segala puji
ْ ُِأت ََم ْل َء ْأ َأل ْرض ََ َما َب ْي َن ُه َْا ََم ْل َء َما ِِ ْْ ََ م ْن َِ ْي ٍء َب ْع َ َ َ َّ ِ ِ ِ ِ َِملء ألسْا ِ (Aku memujiMu dengan) pujian sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang di antara keduanya, sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu.
Dari Wail bin Hujr, berkata, "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika hendak sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya dan apabila bangkit mengangkat dua tangan sebelum kedua lututnya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud, Tirmidzi An-Nasa'i, Ibnu Majah dan AdDaarimy) Cara Sujud Bersujud pada 7 anggota badan: yakni jidat/kening/dahi dan hidung (1), dua telapak tangan (3), dua lutut (5) dan dua ujung kaki (7). Hal ini berdasar hadits: (Hadits dikeluarkan oleh Al-Jama'ah)
Duduk ini dilakukan antara sujud yang pertama dan sujud yang kedua, pada roka'at pertama sampai terakhir. duduk antara dua sujud, duduk iftirasy (duduk dengan meletakkan pantat pada telapak kaki kiri dan kaki kanan ditegakkan)
Dari Aisyah berkata: "Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan, baliau melarang dari duduknya syaithan." (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim)
َْر ِب ْأغ ِف ْ ِرل ْي ََ ْأر َح ْْ ِن ْي ََ ْأيِج ُب ْرِن ْي ََ ْأه ِِ ِني ََ ْأر ُز ْق ِني Ya Allah,ampunilah dosaku, belas kasihinilah aku dan cukuplah segala kekuranganku dan berilah aku petunjuk dan berilah rezeki kepadaku,
Kemudian sujud kembali seperti semula dan membaca seperti bacaan sujud yang pertama
Dari Malik bin Huwairits bahwasanya di malihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sholat, maka bila pada roka'at yang ganjil tidaklah beliau bangkit sampai duduk terlebih dulu dengan lurus." (Hadits dikeluarkan oleh Al Bukhari, Abu Dawud dan At- Tirmidzi)
َّ َ َ َ ُ ُ • َّألت ِح َّي َّ َ ُّ ْ َ َّ ََ ات ِ َّ ِّلِل َ َ ُ َّ ُّألص َل َو ُأت ََألط ِيبات ألسالم عليك أيها ألن ِبي َ َ َ ُ ُ َ ْ َ َ ُ َ َ.ألصا ِل ِح ْين َ َ َ ْ َ َ َ َّ هللا َ ُ َّ َ ر اد ب ع ى ل ع َ ا ن ي ل ع م ال ألس ه ات ك ر ب َ هللا ة ْ ح َ ِ ِ ِ ِ ُهللا ََ َأ ِْ َه ُِ َأ َّن ُم َح َّْ ًِأ َع ْب ُِ ُه ََ َر ُس ْو ُله ُ َأ ِْ َه ُِ َأ ْن َأل أ َل َـه أ َّأل ِ ِ “Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat dan berkahNya. Kesejahteraan semoga terlimpahkan kepada kita dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang hak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.” [HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 1/13 dan Imam Muslim 1/301]
Waktu tasyahhud awwal duduknya iftirasy (duduk diatas telapak kaki kiri)
َْ ََبار،َ ََ َع َلى أل أ ْب َر ِأه ْي،َ َصل َع َلى ُم َح َّْ ٍِ ََ َع َلى أل ُم َح َّْ ٍِ َك َْا َص َّل ْي ََ َع َلى أ ْب َر ِأه ْي،َّ • َأ َّلل ُه ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِْ أ َّن َك َح ِْ ْي ُِ َم ِجي،َ ََ أل أ ْب َر ِأه ْي،َ َع َلى ُم َح َّْ ٍِ ََ َع َلى أل ُم َح َّْ ٍِ َك َْا َب َار ْك ََ َع َلى أ ْب َر ِأه ْي ِ ِ ِ ِ ِ “Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya (termasuk anak dan istri atau umatnya), sebagai-mana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.”
sedang pada tasyahhud akhir duduknya tawaruk (duduk dengan kaki kiri dihamparkan kesamping kanan dan duduk diatas lantai)
Dari Abi Humaid As-Sa'idiy tentang sifat sholat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, dia berkata, "Maka apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk dalam dua roka'at (tasyahhud awwal) beliau duduk diatas kaki kirinya dan bila duduk dalam roka'at yang akhir (-tasyahhud akhir) beliau majukan kaki kirinya dan duduk di tempat kedudukannya (lantai dll)." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Tata cara dudu tasyahhud awwal dan akhir 1. tangan kanan ditaruh di paha kanan. 2. Mengangkat telunjuk sejak awwal taasyahhud baik awwal maupun akhir.
Dari Ibnu 'Umar berkata Rasulullahi shallallahu 'alaihi wa sallam bila duduk di dalam shalat meletakkan dua tangannya pada dua lututnya dan mengangkat telunjuk yang kanan lalu berdoa dengannya sedang tangannya yang kiri diatas lututnya yang kiri, beliau hamparkan padanya." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Nasai).
Cara meletakan telunjuk yang benar
َ أن ْي َأ ُع ْو ُذ ب َك م ْن َع َذأب ْأل َق ْبر ََم ْن َعذ،َّ َأ َّلل ُه َ،أب َيِج َه َّن ِ ِ ِ ْ ِ ِ ْ ِِ ِْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ات َ ِمن ِ ِر ِفتن ِة ألْ ِسي ِح ْ ْ ي ة ن ن م َ أل َ ا ح ْ ت ف أل ِ ِ ِ ِ َّ َّ ألِيِج ِال
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” [HR. Al-Bukhari 2/102 dan Muslim 1/412. Lafazh hadits ini dalam riwayat Muslim]
َ َ َ ُ ُ ْ ُهللا َو َب َر َك ُاته َ َ ْ َ َ ْ ُ َّ ِ السالم عليكم ورۡمة َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َ َ ْ ُ َّ هللا ِ السالم عليكم ورۡمة (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
Dengan menolehkan wajah ke kanan seraya mengucapkan do'a salam kemudian ke kiri. Dari 'Amir bin Sa'ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya hingga terlihat putih pipinya. (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad, Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah) Dari 'Alqomah bin Wail, dari bapaknya, ia berkata: Aku sholat bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam maka beliau membaca salam ke sebelah kanan (menoleh ke kanan): "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh." Dan kesebelah kiri: "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi." (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)