BIOPHYSICAL ANALYSIS FOR REGION ECOTOURISM MANGROVE ECOSYSTEM MANGROVE AT KAWAL RIVER
Safri College Student of Marine Science, FIKP UMRAH,
[email protected]
Chandra Joei Koenawan Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH,
[email protected]
Andi Zulfikar Lecture of Marine Science, FIKP UMRAH,
[email protected]
Abstract This study aimed to analyze the biological and physical components of mangrove at Kawal River the feasibility of the region to be a mangrove ecotourism. The experiment was conducted in February-June 2015 in the Kawal River Bintan Regency. This type of research used in this study is a survey method. Determination of the observation points were calculated using random sampling and purposive sampling method. Measurement method using random sampling method is the measurement of the density of mangroves and mangrove species. Measurement of the thickness of the mangrove, biota, river length, the width of the river, the depth of the river, and the substrate with purposive sampling method. Analysis of the suitability of the area seen from the level of conformity percentage of area that will be obtained from the entire parameter. Based on the analysis of biophysical suitability of mangrove ecosystem for ecotourism mangrove derived from the sum of the overall multiplication weights and scores obtained value of 80 entered in the interval from 62.5 to 86 classes, which means in the category Match so the Kawal River the potential to be developed into a mangrove ecotourism area.
Keyword: Ecotourism, Biophysical Mangrove Ecosystems, Kawal River
1
ANALISIS BIOFISIK EKOSISTEM MANGROVE UNTUK KAWASAN EKOWISATA MANGROVE SUNGAI KAWAL
Safri Mahasiswa Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Chandra Joei Koenawan Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH,
[email protected]
Andi Zulfikar Dosen Ilmu Kelautan FIKP UMRAH,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komponen biologi dan fisik ekosistem mangrove Sungai Kawal terhadap kelayakan kawasan tersebut untuk dijadikan kawasan ekowisata mangrove. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2015 di Sungai Kawal Kabupaten Bintan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Penentuan titik pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode random sampling dan metode purposive sampling. Metode pengukuran dengan menggunakan metode random sampling yaitu pengukuran kerapatan mangrove dan jenis mangrove. Pengukuran ketebalan mangrove, biota, panjang sungai, lebar sungai, kedalaman sungai, dan substrat dengan metode purposive sampling. Analisa kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian kawasan yang akan diperoleh dari seluruh parameter. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian biofisik ekosistem mangrove untuk kawasan ekowisata mangrove yang diperoleh dari penjumlahan secara keseluruhan perkalian bobot dan skor didapatkan nilai 80 masuk pada interval kelas 62,5-86, yang berarti masuk kategori Sesuai, sehingga Sungai Kawal berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata mangrove. Kata Kunci: Ekowisata, Biofisik Ekosistem Mangrove, Sungai Kawal
2
I.
daerah pesisir Bintan dan masyarakat pada
PENDAHULUAN
umumnya. Hutan mangrove yang biasa dikenal dengan sebutan hutan bakau atau hutan payau
Namun demikian refrensi mengenai
merupakan salah satu ekosistem yang khas di
kelayakan hutan mangrove di Sungai Kawal
daerah pesisir dibandingkan dengan hutan
untuk
lainnya. Ekosistem mangrove mempunyai
mangrove belum tersedia, sehingga perlu
sifat yang unik dan khas, dengan fungsi dan
dilakukan kajian penelitian terhadap keadaan
manfaat yang beranekaragam bagi manusia
biofisik ekosistem mangrove di Sungai
serta makhluk hidup lainnya. Melintasi
Kawal, mengenai layak atau tidaknya untuk
kawasan hutan mangrove sangat menarik
dijadikan kawasan ekowisata mangrove.
dijadikan
kawasan
ekowisata
perhatian karena di bawah kerimbunan hutan terdapat keunikan dari berbagai bentuk akar, A.
buah mangrove dari masing-masing jenis
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah
mangrove dan berbagai jenis objek biota untuk:
seperti : burung, ikan, kepiting, moluska,
Menganalisis
reptilia, mamalia dan biota lainnya.
kondisi
komponen
biologi dan fisik ekosistem mangrove di Hutan mangrove selain mempunyai fungsi
ekologis
juga
memiliki
Sungai Kawal, terhadap kelayakan kawasan
fungsi
tersebut untuk dijadikan kawasan ekowisata
ekonomis yaitu dengan memanfaatkan hutan
mangrove.
mangrove yang ada untuk dijadikan kawasan objek
ekowisata
mangrove.
Ekosistem B.
mangrove yang kaya akan keanekaragaman
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat
hayati sangat baik untuk dikembangkan
memberikan manfaat antara lain :
menjadi tujuan ekowisata mangrove.
1. Sungai Kawal merupakan kawasan
Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam pengambilan
estuaria yang terletak di Kelurahan Kawal
keputusan
Kecamatan
ekosistem mangrove Sungai Kawal.
Gunung
Kijang
Kabupaten
Bintan Provinsi Kepulauan Riau, dimana
2.
Memberikan
untuk
informasi
sepanjang tepi sungai tersebut ditumbuhi oleh
pengetahuan
tumbuhan
penelitian lebih lanjut.
mangrove.
Oleh
karena
itu
mengelolah
untuk
pengembangan
berkaitan dengan letak yang strategis, maka Sungai
Kawal
memiliki
potensi
untuk
dijadikan sebagai kawasan objek wisata mangrove
guna
menambah
penghasilan
3
ilmu
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Mangrove
Hutan
(mangrove)
memperhatikan kelestarian kehidupan sosial-
merupakan komunitas vegetasi pantai tropis
budaya, dan memberi peluang bagi generasi
yang didominasi oleh beberapa jenis pohon
muda sekarang dan yang akan datang untuk
mangrove
memanfaatkan
yang
bakau
mampu
tumbuh
dan
berkembang pada daerah pasang surut pantai
dan
mengembangkannya
(Subadra, 2008 dalam Feronika, 2011).
berlumpur (Bengen, 2000). III.
METODE
Hutan mangrove adalah hutan pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut (Mac Nae, 1968 dalam Tuwo, 2011).
B.
Pengertian Ekowisata Menurut Tuwo (2011), ekowisata
didefinisikan sebagai suatu bentuk wisata yang menekan tanggung jawab terhadap Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
kelestarian alam, memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
budaya bagi masyarakat setempat. Jika dikaji,
Februari-Juni
maka defenisi ini menekankan pentingnya
niat
konservasi
di
Sungai
Kawal
Kelurahan Kawal Kecamatan Gunung Kijang
gerakan konservasi. Seiring dengan semakin berkembangnya
2015
Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan
dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka lahir defenisi baru mengenai ekowisata yaitu
No.
suatu bentuk perjalanan ke area alami yang
1
dilakukan dengan tujuan mengkonsevasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Ekowisata
merupakan
salah
satu
produk pariwisata alternatif yang mempunyai tujuan
seiring
dengan
pembangunan
Nama Alat dan Bahan GPS (Global Positioning System)
Kegunaan Mengetahui posisi stasiun penelitian atau transek
2
Speet boat
Alat transportasi menuju lokasi penelitian
3
Roll meter
Alat ukur dalam pembuatan transek
4 5
Kamera Tali rapia
Dokumentasi Membuat transek garis
6
Parang
Memotong kayu untuk transek
7
Alat tulis Buku identifikasi mangrove
Mencatat hasil pengamatan Panduan untuk mengidentifikasi jenis mangrove
8
pariwisata berkelanjutan yaitu pembangunan
9
Sendok semen
Alat untuk mengambil substrat
pariwisata yang secara ekologis memberikan
10
Oven
Untuk mengeringkan substrat
manfaat yang layak secara ekonomi dan adil
11
Saringan Bertingkat
Analisa Substrat
secara etika, memberikan manfaat sosial
12
Mangrove
Sebagai sampel pengamatan
terhadap
13
Biota
Sebagai sampel pengamatan
14
Substrat
Sebagai sampel pengamatan
kebutuhan
masyarakat wisatawan
guna
memenuhi
dengan
tetap
4
Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan
Sedangkan
metode
purposive
Riau sebagaimana ditunjukkan pada peta
sampling adalah penentuan titik pengamatan
lokasi.
berdasarkan adanya tujuan tertentu dan
A.
Prosedur Penelitian
pertimbangan dari peneliti sendiri, seperti
1.
Metode Pengumpulan Data
pengukuran
Metode
yang
digunakan
dalam
ketebalan
mangrove,
biota,
panjang sungai, lebar sungai, kedalaman
penelitian ini adalah metode survey yaitu
sungai, dan substrat.
pengukuran secara langsung dilakukan di lapangan untuk mengetahui kondisi biofisik ekosistem
mangrove.
Pengumpulan
3.
atau a.
data primer dan data sekunder. Data primer pengambilan
data
Biofisik
Pengukuran Kerapatan Mangrove Kerapatan atau densitas adalah jumlah
cara
individu per unit luas. Dengan kata lain,
pengukuran langsung di lapangan yang terdiri
kerapatan atau densitas merupakan jumlah
dari data komponen biologi dan fisik
individu organisme persatuan ruang. Untuk
ekosistem
perhitungan
mangrove.
dengan
Data
Ekosistem Mangrove
pengambilan data dalam penelitian ini berupa
yaitu
Pengumpulan
Sedangkan
data
kerapatan
mangrove
yang
sekunder yaitu data pendukung yang didapat
dihitung hanya indukan jenis mangrove sejati
dari literatur penelitian dan sumber-sumber
saja yang berdiameter 10 cm, hal ini
pustaka dari instansi terkait.
berpedoman pada Kepmen LH No. 201 tahun 2004
2.
Metode
Penentuan
Tentang
Mangrove.
Titik
Baku
Metode
Kerusakan
pengukuran
digunakan
Penentuan titik pengamatan dilakukan
mangrove adalah dengan menggunakan Petak
menggunakan
kerapatan
random
Contoh (Line Transect Plot). Petak Contoh
sampling dan metode purposive sampling.
adalah metode pencuplikan contoh populasi
Metode
adalah
suatu ekosistem dengan pendekatan petak
pengambilan sampel acak sederhana yang
contoh yang melewati wilayah ekosistem
digunakan
random
sampling
sampel
dari
tersebut.
sedemikian
rupa
sampling, tarik tali sebagai plot (petak
sehingga setiap anggota populasi mempunyai
contoh) berbentuk bujur sangkar dengan
peluang yang sama besar untuk diambil
ukuran 10 x 10 meter.
populasi
sebagai
untuk
metode
mengetahui
yang
Pengamatan
dengan
untuk
Mutu
dengan
sampel
memilih cara
berdasarakan
titik
pengambilan
luasan Rumus untuk menghitung kerapatan
mangrove. Pengacakan dengan menggunakan aplikasi
Disetiap
mangrove sebagai berikut :
software visual sampling plan.
Metode pengukuran dengan menggunakan
Di =
metode random sampling yaitu pengukuran
Keterangan :
kerapatan mangrove dan jenis mangrove.
5
𝑛𝑖 A
Hutabarat dkk. (2009) bahwa tebal mangrove
Di = Kerapatan jenis i
diukur dari garis terluar ke arah laut tegak ni = Jumlah total tegakan dari jenis i A =
lurus ke arah darat dari awal ditemukannya vegetasi mangrove sampai vegetasi mangrove
Luas area total pengambilan contoh
(luas total petak contoh/plot)
terakhir.
b.
d.
Pengamatan Jenis Mangrove
Pengamatan
Pengumpulan data vegetasi hutan
Biota
Ekosistem
Mangrove
mangrove dilakukan dengan cara pengamatan
Biota yang diamati pada ekosistem
secara langsung di lapangan yang dilakukan
mangrove yaitu biota yang hidup di atas
pengamatan pada plot ukuran 10 x 10 meter
pohon, di bawah pohon mangrove, dan di
pada titik pengamatan yang telah ditentukan.
perairan atau sungai. Untuk pendataan jenis
Pengamatan vegetasi di kawasan hutan
biota yang ada di ekosistem mangrove
mangrove
cara
dengan menggunakan metode sensus visual
bagian-bagian
dengan melihat biota di sekitar ekosistem
dilakukan
memperhatikan
dengan
contoh
tumbuhan seperti ranting, daun, dan buahnya,
mangrove,
lalu mencatat nama daerah, ciri-ciri, tempat
gambar
tumbuhnya yang kemudian diidentifikasi
diidentifikasi dengan panduaan jurnal-jurnal
dengan melihat buku petunjuk yang ada, serta
yang berhubungan dengan penelitian.
lalu dengan
dilakukan
pengambilan
kamera.
Selanjutnya
menghitung kerapatannya. Morfologi dasar yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
e.
Pengukuran Panjang Sungai
jenis tumbuhan mangrove yaitu bentuk daun, bunga, dan buah, serta akarnya. Dasar
Panjang sungai merupakan panjang
penentuan jenis mangrove beracuan pada
lintasan tour. Pengukuran panjang sungai
buku Panduan Pengenalan Mangrove di
menggunakan
Indonesia oleh Yus Rusila Noor dkk. Tahun
Pengukuran panjang sungai dimulai dari
2006.
muara
aplikasi
sampai
dengan
google
hulu
earth.
sungai.
Pengukuran dengan cara tampilkan cakupan c.
Sungai Kawal dalam google eart lalu tarik
Pengukuran Ketebalan Mangrove Pengukuran
ketebalan
tools path pada software google earth dari
dilakukan
muara sungai hingga hulu sungai.
dengan menggunakan aplikasi google earth, pengukuran
dilakukan
tools
path
pada f.
software google earth yang ditarik dari awal
Pengukuran
ditemukan mangrove hingga berakhirnya mangrove.
Tebal
mangrove
Pengukuran Lebar Sungai lebar
sungai
dengan
menggunakan aplikasi google earth. Lebar
diukur
keterwakilan wilayah kajian Hutan Mangrove
sungai didapatkan dari pengukuran
Sungai Kawal, hal ini sesuai dengan pendapat
mewakili kawasan muara atau hilir sungai,
6
yang
bagian tengah dan hulu sungai dengan
1.
Subtrat atau sedimen dimasukkan
mengambil 3 titik sampel dari ketiga bagian
kedalam oven dengan suhu 1050C
sungai. Pengukuran lebar sungai dilakukan
sehingga sedimen menjadi kering.
dengan tampilkan cakupan lokasi penelitian dari
google
earth,
kemudian
2.
Sedimen kering tersebut diambil dan
lakukan
kemudian ditimbang untuk dianalisis
pengukuran lebar sungai dari satu titik garis
kurang lebih 100 gram sebagai berat
sungai sebelah kiri ke garis titik sungai
awal.
sebelah kanan menggunakan tool path pada
3.
Setelah itu sample langsung di analisis
googel earth.
dengan
menggunakan
ayakan
bertingkat (metode ayakan kering). g.
4.
Pengukuran Kedalaman Sungai Pengukuran
kedalaman
Sampel dipisahkan dari ayakan (untuk
sungai
antisipasi tertinggalnya butiran pada
dilakukan untuk mengetahui nilai kedalaman
ayakan disikat secara perlahan).
perairan yang dapat dilewati speed boat atau pompong
pada
saat
surut
5.
Hasilnya kembali di hitung untuk
terendah.
mendapatkan
berapa
gram
hasil
Pengukuran kedalaman dilakukan di hulu,
masing-masing tiap ukuran ayakan.
bagian tengah dan muara atau hilir sungai
Jumlah
dengan mengambil 3 titik sampel pengamatan
diperlukan sekitar 100 gram, bila
dari
tersebut.
melebihi 100 gram dikhawatirkan
Pengukuran kedalaman dilakukan pada saat
dapat menyebabkan over loading yang
surut terendah dengan menggunakan tali
berakibat sumbatnya lubang ayakan
berskala yang diberi pemberat.
(mesh).
ketiga
lokasi
sampel
sample
sedimen
yang
Analisis substrat berdasarkan bentuk h.
Pengamatan Substrat
ukuran
Pengambilan subtrat atau sedimen
sedimen
menurut
skala
Wenworth.
dilakukan pada titik sampel yang mewakili kawasan ekosistem
butir
Perhitungan persentase berat sedimen
mangrove yaitu pada
pada metode ayakan kering digunakan rumus
kawasan hulu, tengah dan muara atau hilir
sebagai berikut :
sungai dengan mengambil 4 titik sampel. Pengambilan sampel sedimen atau substrat dengan
menggunakan
sendok
% Berat =
Berat hasil ayakan
semen,
Berat awal
x 100%
kemudian sampel substrat dimasukkan ke dalam kantong sampel untuk selanjutnya dianalisis
di
Laboraturium
B.
Oceanografi
Analisa Data Biofisik Ekosistem Mangrove Untuk Kawasan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Ekowisata Mangrove
Universitas
Menurut
Maritim
Raja
Ali
Haji
(UMRAH), dengan cara sebagai berikut :
Wahyudi,
Yulianda,
(2008),
(2006)
kegiatan
yang
dalam akan
dikembangkan disesuaikan dengan potensi
7
sumberdaya kegiatan
dan
wisata
peruntukannya. mempunyai
Setiap
Analisa kesesuaian kawasan dilihat
persyaratan
dari tingkat presentase kesesuaian yang akan
sumberdaya dan lingkungan yang akan
diperoleh
dikembangkan.
Pembobotan dan nilai untuk mengetahui
Beberapa parameter atau komponen biofisik
ekosisitem
mangrove
dari
seluruh
parameter.
besar skor dari penggabungan beberapa
untuk
variabel sehingga akan terdapat perbedaan
pengembangan kawasan ekowisata mangrove
skor antara kelas yang satu dengan kelas yang
adalah kerapatan mangrove, jenis mangrove,
lain, selanjutnya digunakan untuk memberi
keebalan mangrove, biota yang berasosiasi
klasifikasi kesesuaian kawasan.
dengan hutan mangrove, panjang sungai,
Rumus
yang
digunakan
untuk
lebar sungai, kedalaman sungai dan substrat,
kesesuaian ekowisata mangrove yaitu
seperti yang dipaparkan pada Tabel 2 berikut.
: IKW = ∑(Bobot x Skor)
Tabel 2. Matriks kesesuaian kawasan untuk Menurut Bahar (2004), rumus
ekowisata mangrove N o. 1 2 3 4 5 6 7
8
Kriteria Kerapatan (ind/100 m2) Jenis mangrove Ketebalan (m) Biota asosiasi Panjang sungai (km) Kedalaman (m) Lebar sungai (m)
Substrat
penentuan batas kesesuaian ekowisata yaitu :
Skor 1 <5/1 00 m2
Bobot
Skor 4
Skor 3
Skor 2
3
>1525/100 m2
>10-15/ 100 m2
5-10/100 m2
5
>5
3-5
1-2
0
3
>500 m
>200-500 m
50-200 m
<50 m
5
4
3
2
1
1
> 3 km
3 km
2 km
1 km
3
>3-5 m
>2-3 m
1-2 m
<1 m
1
>500 m
201-500 m
4-200 m
<4 m
1
Pasir kasar, sedang, dan pasir halus
Pasir kasar dan pasir sedang
Pasir halus
Keterangan : SS = Sangat sesuai, dengan nilai ≥87,5 S = Sesuai , dengan nilai 62,5-86 SB = Sesuai bersyarat, dengan nilai 37,5-61 TS = Tidak sesuai, dengan nilai <36
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Sungai Kawal terletak di Kelurahan
-
Kawal Kecamatan Gunung Kijang Kabupaten
Sumber : Yulianda (2006) dalam Wahyudi
Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Dari segi
(2008), Feronika (2011),
geografis Kelurahan Kawal terletak pada
Modifikasi (2015)
posisi 20 00’ Lintang Utara 10 20’ Lintang Selatan dengan batas sempadan yaitu, sebelah
Komponen
atau
kriteria
biofisik
utara berbatasan dengan Desa Teluk Sebong,
memiliki penilaian tentang pemberian nilai
sebelah selatan berbatasan dengan Desa
bobot dan skor. Setiap atribut memiliki bobot
Gunung Kijang, sebelah barat berbatasan
dan skor, pemberian bobot berdasarkan pada
dengan Kelurahan Toapaya Asri, dan sebelah
tingkat kepentingan terhadap pengembangan
timur berbatasan dengan laut (Monografi
kegiatan ekowisata mangrove.
Kelurahan Kawal, 2015).
8
B.
Hasil
Pengukuran
Komponen
Ekosistem
Mangrove
Biofisik
Titik pengam atan T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14 T15 T16 T17 T18 T19 T20 T21 T22 T23
Sungai Kawal
1.
Komponen
Biologi
Ekosistem
Mangrove Sungai Kawal a.
Kerapatan Mangrove Dari
hasil
pengamatan
kerapatan
mangrove yang dilakukan pada 31 titik sampel,
kerapatan
mangrove
di
Hutan
Mangrove Sungai Kawal di peroleh dengan cara
menjumlahkan
semua
jenis
yang
terdapat pada setiap titik pengamatan atau titik sampel kemudian di rata-ratakan. Dari hasil perhitungan dilakukan, diperoleh nilai
Koordinat X
Koordin at Y
Nilai Kerapatan
459564.7 458489.1 458719.4 459180 458834.5 458373.9 458546.6 459007.2 458892.1 458978.4 458748.1 459339 458759.3 459290.7 459484 459097.5 459870.5 459000.9 459230.3 458843.8 459327 458940.5 458747.2
108992.7 109976.4 110878.9 109826 110277.2 110277.2 110377.5 109926.3 110678.3 110527.9 110076.7 108829.4 108228.9 107994 108307.3 109912.1 107837.4 108072.3 108620.5 109325.4 107715.5 108420.4 107950.5
13 ind/100 m2 14 ind/100 m2 29 ind/100 m2 15 ind/100 m2 25 ind/100 m2 13 ind/100 m2 29 ind/100 m2 15 ind /100 m2 14 ind/100 m2 14 ind/100 m2 16 ind/100 m2 6 ind /100 m2 6 ind/100 m2 9 ind/100 m2 10 ind/100 m2 10 ind/100 m2 9 ind/100 m2 9 ind/100 m2 7 ind/100 m2 16 ind/100 m2 7 ind/100 m2 6 ind/100 m2 9 ind/100 m2
12
T24
459520.2
108655.4
8 ind/100 m2
ind/100 m2, dengan demikian kerapatan
T25
459133.7
109360.2
7 ind /100 m2
rata-rata
kerapatan
mangrove
yaitu
T26
458505.6
108263.8
10 ind/100 m2
mangrove yang di Sungai Kawal masuk
T27
459278.7
108968.6
9 ind/100 m2
dalam skor 3 (cukup tinggi) pada kriteria
T28
459471.9
108028.8
9 ind/100 m2
ekowisata mangrove. Kerapatan mangrove
T29 T30 T31
459375.3 459761.8 459182
108342.1 107872.2 108107.1
11 ind/100 m2 8 ind/100 m2 7 ind/100 m2
sangat penting dalam kegiatan ekowisata
Ratarata
mangrove karena secara visual mangrove dengan kerapatan tinggi mampu memberi
b.
12 ind/100 m2
Jenis Mangrove
kenyamanan bagi habitat dan daya tarik
Terdapat 15 jenis mangrove yang
pengunjung. Hal ini sesuai dengan pendapat
ditemukan di Sungai Kawal, yang didominasi
Hutabarat dkk., (2009) menyebutkan bahwa
oleh jenis Rhizophora apiculata, hal ini
pohon mangrove menunjukkan daya dukung
sesuai dengan pernyataan Pratiwi (2005),
ekosistem dan kenyamanan habitatnya.
yaitu Rhizophora spp. dapat tumbuh dengan baik pada substrat (tanah) yang berlumpur
Adapun nilai kerapatan mangrove di
dan
Sungai Kawal dapat dilihat pada tabel.
dapat
mentoleransi
tanah
lumpur
berpasir, dengan frekuensi genangan 20-40 Tabel 3. Data kerapatan mangrove di Sungai
kali/bulan.
Kawal
Menurut Hutabarat dkk. (2009), jenis mangrove mempunyai pemandangan dan kenyamanan bagi pengunjung. Nilai untuk kriteria jumlah spesies vegetasi mangrove pada kategori ekowisata mangrove masuk
9
pada skor 4 yaitu skor tinggi sehingga sangat
Titik Pengamatan
Ketebalan Mangrove
mendukung untuk pengembangan ekowisata
T1
171,81 m
T2
43,04 m
T3
324 m
mangrove semakin menambah daya tarik bagi
T4
146,97 m
pengunjung karena terdapat perbedaan akar,
T5
104,02 m
pohon, buah, dan daun dari masing-masing
T6
68,67 m
mangrove. Semakin banyak jenis spesies
T7
720 m
T8
245,4 m
pengunjung untuk mempelajari dari masing
T9
1170,12 m
spesies mangrove.
T 10
577,99 m
Rata-rata
357,20 m
jenis mangrove sehingga akan mengundang
Jenis
mangrove
dan
proporsi
Sumber : Data Primer, 2015
presentase jenis mangrove yang ditemukan di Sungai Kawal.
Ketebalan mangrove di Sungai Kawal
Tabel 4. Data jenis mangrove yang
masuk dalam Skor 3 (cukup tinggi) dalam
ditemukan di Sungai Kawal No.
Spesies
pengembangan
Nama Lokal
ekowisata
mangrove.
1
Brugueira gymnorhiza
Pertut
Ketebalan mangrove akan menambah nilai
2
Rhizophora apiculata
Bakau minyak
estetika dan daya tarik bagi pengunjung yang
3
Rhizophora stylosa
Bakau
4
Rhizophora mucronata
Bakau hitam
5
Ceriop tagal
Mentigi
6
Sonniratia alba
Pedada
7
Avicennia lanata
Api-api
8
Xylocarpus granatum
Nyireh
9
Xylocarpus moluccencis
Nyireh
10
Lumnitzera racemosa
Teruntum
11
Lumnitzera littorea
Teruntum merah
mangrove Sungai Kawal masuk dalam Skor 4
12
Aegiceras corniculatum
Teruntum
yaitu skor tinggi dalam pengembangan
13
Scyphiphora hidrophyllaceae
Perepat lariang
14
Nypa fruticans
Nipah
15
Pandanus stectorius
Pandan
melintasi kawasan ekosisstem mangrove.
c.
Biota Yang Berasosiasi Dengan
Ekosistem Mangrove Biota yang berasosiasi di ekosistem
ekowisata mangrove. Jenis-jenis satwa atau biota yang ditemukan di ekosistem mangrove Sungai Kawal yaitu : burung, insekta,
Sumber : Data Primer, 2015
mamalia, b.
Ketebalan Mangrove
nilai
rata-rata
ikan,
crustachea,
dan
moluska, seperti yang dipaparkan pada Tabel
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan
reptil,
6.
pengukuran
ketebalan mangrove berkisar 357,20 m. Nilai ketebalan mangrove di Sungai Kawal dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut. Tabel 5. Data ketebalan mangrove di Sungai Kawal
10
Tabel 6. Data jenis biota yang ditemukan di
untuk kriteria ekowisata mangrove masuk
ekosistem mangrove Sungai Kawal
dalam Skor 4 (tinggi) sehingga Sungai Kawal sangat
No.
Objek Biota
1
Burung
2
Insekta
3
Mamalia
4
Reptil
5
Ikan
berpotensi
dalam
pengembangan
ekowisata mangrove telusur sungai dengan
Jenis Biota
mengendarai speed boat atau pompong. Hasil
Burung Poksay (Garullak miratus) Burung Tledekan/Sulingan (Cyornis sp.) Burung Bangau Putih (Burbulcus ibis kuntul) Kunang-kunang (Photuris lucicrescens) Capung (Ortherum sp.) Lebah (Apis dorsata) Monyet (Macaca fascicularis) Tupai (Tupaia javanica) Berang-berang (Aonyx cinerea) Kadal (Emoia acrotostata) Biawak (Varanus salvator) Ular Bakau (Chryosopolea sp.) Ikan Toman (Channa micropeltes) Ikan Kakap (Lutjanus sp.) Ikan Seriding (Upeneus sulphureus) Ikan Cucut (Charcharinus sp.) Ikan sembilang (Plotosus chanius)
pengukuran
panjang
sungai
dengan
menggunakan software google eart, seperti yang tedapat pada gambar berikut.
Gambar 2. Panjang Sungai Kawal (Sumber :Google Earth yang telah diolah, 2015) Keterangan : Garis merah : Panjang sungai
Sumber : Data Primer, 2015 b.
Lebar Sungai
Kawasan ekosistem mangrove di Sungai Kawal memiliki beberapa biota yang
Dari hasil pengukuran lebar total rata-
berasosiasi yang merupakan modal yang
rata Sungai Kawal berkisar 27,08 m sehingga
sangat besar untuk menarik wisatawan untuk
Sungai Kawal memiliki daya tampung atau
berkunjung ke daerah tersebut khususnya ke
dapat dilewati dua pompong atau speed boat
daerah mangrove. Hal ini sesuai dengan
dalam kegiatan ekowisata mangrove. Dengan
pernyataan Hutabarat dkk. (2009), keragaman
demikian lebar Sungai Kawal dalam kategori
biota seperti ikan, kepiting, moluska, monyet
kesesuaian ekowisata masuk dalam Skor 2
dan burung menambah nilai daya tarik di
(sedang). Adapun
habitat mangrove.
hasil
pengukuran
Sungai Kawal adalah sebagai berikut. 2.
Komponen Fisik Sungai Kawal
a.
Panjang Sungai Panjang sungai Kawal 11,43 km,
dengan demikian
panjang Sungai Kawal
11
lebar
C.
Pengolahan Data Analisis Biofisik Ekosistem
Mangrove
Untuk
Kawasan Ekowisata Mangrove Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengamatan komponen biologi dan fisik ekosistem mangrove di Sungai Kawal adalah sebagai berikut.
Gambar 3. Lebar Sungai Kawal (Sumber : Google Eart yang telah diolah, 2015) Keterangan : Garis merah : Lebar sungai
Tabel 7. Data indeks kesesuaian untuk
c.
kawasan ekowisata mangrove
Kedalaman Sungai Kedalaman terendah Sungai Kawal
No.
Kriteria
Bobot
Hasil Penelitian
Skor
Bobot x Skor
3
12 ind/100 m2
3
9
5
15 spesies
4
20
3
357,20 m
3
9
5
7 jenis (burung, insekta, mamalia, reptil, ikan, crustachea, dan molluska)
4
20
1
11,43 km
4
4
3
3,21 m
4
12
1
27,08 m
2
2
4
4
terletak pada muara sungai dengan nilai ratarata 1,93 m dan nilai kedalaman tertinggi
1
pada hulu sungai dengan nilai rata-rata 4,22
2
m. Hasil kedalaman total rata-rata berkisar
3
3,21 m. Kedalaman Sungai Kawal dalam
Kerapatan (ind/100 m2) Jenis mangrove Ketebalan (m)
kriteria ekowisata masuk dalam Skor 4 (tinggi), sehingga kedalaman Sungai Kawal
4
pada saat surut terendah bisa dilewati
Biota asosiasi
pompong atau speed boat.
d.
5
Substrat Jenis substrat atau sedimen di Hutan
6
Mangrove Sungai Kawal setelah di analisis
7
Panjang sungai (km) Kedalaman (m) Lebar sungai (m)
berupa lumpur berpasir, dengan kandungan pasir terdiri dari pasir kasar, pasir sedang dan
8
Substrat
1
pasir halus.
Komposisi
persentase
pasir
Pasir kasar, sedang, dan pasir halus
Indeks kesesuaian wisata Sumber : Data Primer, 2015
pada
Dari
subtrat masuk kategori Skor 4 (tinggi) dalam
nilai
80
hasil
perhitungan
kriteria ekowisata mangrove. Substrat atau
berdasarkan matriks kesesuaian ekowisata
sedimen bukan merupakan komponen yang
mangrove dari setiap kriteria diperoleh nilai
terpenting
ekowisata
indeks kesesuaian dengan nilai 80 yang
mangrove, namun jenis substrat menentukan
berarti berada pada interval kelas 62,5-86
tumbuh
merupakan kategori S (Sesuai), sehingga
dalam
dan
kegiatan
berkembangnya
tumbuhan
ekosistem
mangrove.
12
mangrove
di
Sungai
Kawal
memiliki
potensi
untuk
dikembangkan
km, lebar sungai 27,08 m, kedalaman sungai 3,21 m dan kondisi subtrat di
menjadi kawasan ekowisata mangrove.
Sungai Untuk meningkatkan nilai indeks
dan
halus.
ketebalan
mangrove. Pemanfaatan hutan mangrove untuk
kegiatan
lingkungan
ekowisata
perlu
yang
adanya
2.
Indeks kesesuaian ekosistem untuk
ramah
kegiatan ekowisata mangrove dengan
keterlibatan
nilai 80, yang berarti masuk pada
masyarakat guna melindungi, menjaga dan
interval kelas 62,5-86
mengelolah
kategori
ekosistem
berpasir,
dari pasir kasar, pasir sedang dan pasir
perlu dilakukan reboisasi mangrove untuk kerapatan
lumpur
dengan kandungan pasir yang terdiri
kesesuian kawasan ekowisata mangrove,
eningkatkan
Kawal
mangrve
yang
S
merupakan
(Sesuai).
Hal
ini
merupakan konsep dari ekowisata. Selain itu
menunjukkan ekosistem mangrove di
kegiatan ekowisata ini menunjang mata
Sungai Kawal layak atau berpotensi
pencaharian bagi masyarakat
untuk dijadikan kawasan ekowisata mangrove
V.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
analisis
biofisik. B.
1.
berdasarkan
Saran
Kondisi biofisik ekosistem mangrove di Sungai Kawal yaitu memiliki nilai
1.
2
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
kerapatan 12 ind/100 m dan ketebalan
mengenai kriteria lain mengenai daya
mangrove 357,20 m. Terdapat 15 jenis
dukung
spesies
partisipasi
mangrove,
diantaranya
kawasan,
persepsi
masyarakat
dan
terhadap
Brugueira gymnorhiza, Rhizophora
kegiatan dan pengelolaan ekowisata
apiculata,
mangrove.
Rhizophora
stylosa,
Rhizophora mucronata, Ceriops tagal, DAFTAR PUSTAKA
Sonneratia alba, Avicennia lanata, Xylocarpus
granatum,
Bahar, A. 2004. Kajian Kesesuaian dan Daya
Xylocarpus
Dukung Ekosistem Mangrove Untuk
moluccencis, Lumnitzera racemosa, Lumnitzera
littorea,
corniculatum, hidrollaceae,
Pengembangan Ekowisata di Gugus
Aegiceras
Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar,
Scyphiphora Nypa
frutican,
Sulawesi Selatan (Tesis).
dan
Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Pandanus odoratissima. Jenis biota yang berasosiasi di Hutan Mangrove
Feronika,
Sungai Kawal yaitu Burung, Mamalia,
F.
2011.
Ekosistem
Reptil, Insekta, Ikan, Crustachea, dan
Studi Mangrove
Kesesuaian Sebagai
Objek Ekowisata Di Pulau Kapota
Molluska. Panjang Sungai yaitu 11,43
Taman
13
Nasional
Wakatobi
Sulawesi
Tenggara.
Skripsi.
Jurusan Ilmu Kelautan. UNHAS. Makassar.
Hutabarat, dkk. 2009. Pengelolaan Pesisir dan Laut Terpadu. PUSDIKLAT Kehutanan Departemen Kehutanan RI SECEM-Korea International Coorporation Agency. Bogor.
Kepmen. Lingkungan Hidup No. 201. 2004. Tentang
Baku
Mutu
Kerusakan
Mangrove. Kordi K. 2012. Ekosistem Mangrove : Potensi, Fungsi dan Pengelolaan. Rineka Cipta. Jakarta. Noor, Y. R. Dkk. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove PHKA,
di Indonesia. Wetlannds
Ditjen.
International
Indonesia Programme. Bogor. Tuwo,
Ambo.
2011.
Ekowisata
Pengelelolaan
Pesisir
Pendekatan
dan
Ekologi,
Laut, Sosial-
Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah.
Brilian
Internasional.
Surabaya. Wahyudi, H. 2008. Potensi Sumberdaya Lamun
dan
Penunjang Harapan
Mangrove Ekowisata
dan
Pulau
Sebagai di
Pulau
Panggang
Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
Skripsi.
Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut Pertanian Bogor.
14