ISI FORM B.2 A. Perkembangan Administrasi 1. Perkembangan Pengelolaan Anggaran: Penggunaan angaran Dana awal Tahap I: Honor Rp. 33.340.000 Gaji Upah Rp. 3.150.000 Bahan Rp. 15.893.850 Sewa Kendaraan Rp. 1.800.000 Perjalanan Rp. 11.853.000 --------------------------------------------------------------+ Total penggunaan anggaran Rp. 66.036.850 2. Kendala-Hambatan Pengelolaan Anggaran:
Belum ada, menunggu cari dana termin II B. Metode-Proses Pencapaian Target Kinerja 1. Perkembangan Pencapaian Target Kinerja hingga saat ini: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Peta status pengembangan jeruk di Sulawesi Selatan Peta Profil pertanmaman jeruk di Bantaeng dan Jeneponto dan petani kooperator kebun percontohan dan kebun control Terlaksananya penerapan/difusi PTKJS di kebun percontohan Terlaksananya pelatihan, pendampingan teknologi PTKJS Hasil Analisa Respon petani a. Hasil Analisa ekonomi dan sosial b. Meningkatkan pemberdayaan kelompok tani
2. Perkembangan Pelaksanaan Strategi Pencapaian Target Kinerja: a) Profil Daerah Kabupaten Bantaeng Kabupaten Bantaeng adalah salah satu dari 24 kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Selatan. Berada dikawasan selatan Sulawesi Selatan dengan jarak kurang lebih 120 km dari Kota Makassar. Terletak pada posisi antara 5°21'13''- 5°35'26'' Lintang Selatan dan 119°51'42''- 120°05'27'' Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantaeng termasuk dalam kategori 3 (tiga) Kabupaten/kota dengan luas terkecil di Sulawesi Selatan. Luasnya hanya 393,83 Km2, panjang pantai 21,5 Km dengan lebar 4 mil atau hanya kurang lebih 0,87 persen dari luas total Sulawesi Selatan. Daerah berjuluk Butta Toa ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Jeneponto di sebelah barat, Kabupaten Gowa di utara, Kabupaten Bulukumba di sebelah timur dan laut Gambar 1. Peta Kab. Bantaeng flores di sebelah selatan. Kabupaten Bantaeng terdiri atas 8 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Bissappu, Ulu Ere, Bantaeng, Eremerasa, Tompobulu, Pa'jukukang, Sinoa dan Gantarang Keke. Kecamatan Bissappu terdiri dari 4 desa dan 7 kelurahan, Kecamatan Ulu Ere terdiri dari 6 desa, Kecamatan Bantaeng terdiri dari 1 desa dan 8 kelurahan, Kecamatan Eremerasa terdiri dari 9 desa, Kecamtan Tompobulu terdiri dari 6 desa dan 4 kelurahan, Kecamatan Pa'jukukang
terdiri dari 10 desa, Kecamatan Sinoa terdiri dari 6 desa dan Kecamatan Gantarang Keke terdiri dari 4 desa dan 2 kelurahan. Sebagian besar wilayah di Kabupaten Bantaeng merupakan desa bukan pesisir yaitu sebanyak 51 desa. Hanya 16 desa yang terletak di daerah pesisir. Desa bukan pesisir ada yang terletak pada daerah aliran sungai, lereng bukit dan juga ada yang terletak pada dataran. Pada bagian utara kabupaten Bantaeng terdapat dataran tinggi yang meliputi pegunungan Lompobattang. Sedangkan di bagian selatan membujur dari barat ke timur terdapat dataran rendah yang meliputi pesisir pantai dan persawahan. Kabupaten Bantaeng berjarak 120 Km ke arah selatan dari Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayahnya mencapai 395,83 Km2, dengan jumlah penduduk 176.699 jiwa (2010) dengan rincian Laki-laki sebanyak 85.591 jiwa dan perempuan 91.108 jiwa. Komposisi penduduk Kabupaten Bantaeng Tahun 2010 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk berada pada usia produktif yaitu sebesar 64,79 persen dari total penduduk dan penduduk yang berusia muda sebesar 30,30 persen sedangkan penduduk yang berusia tua sebesar 4,91 persen. Perbaikan jalan kabupaten di Bantaeng secara serentak dilaksanakan dan telah berlangsung sejak tahun 2010. Hampir semua ruas jalan yang ada mengalami perbaikan. Permukaan jalan yang diaspal di kabupaten Bantaeng tahun 2010 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 permukaan jalan yang diaspal baru mencapai 77 persen, sedangkan pada Tahun 2010 permukaan jalan yang sudah diaspal mencapai 78,58 persen dari total jalan yang ada di daerah ini, yang panjangnya mencapai 605,36 Km. Dilihat dari kondisinya, jalan yang rusak dan rusak berat sudah mulai berkurang dari 169,72 Km ditahun 2009 menjadi 150,02 Km ditahun 2010. Sedangkan jalan yang kondisinya baik mengalami peningkatan karena adanya perbaikan jalan yang dilaksanakan di tahun 2010 ini. Jalan yang kondisinya baik bertambah dari 340,18 Km menjadi 361,05 Km. Untuk sub sektor listrik yang menjadi sumber penerangan masyarakat di Bantaeng, tahun 2010 juga memberikan angin segar, dimana pada tahun 2010 pelanggan listrik bertambah dari tahun sebelumnya sebesar 5,21 persen, yaitu dari 19.805 pelanggan menjadi 20.837 pelanggan, sehingga juga mendorong meningkatnya nilai tambah yang tercipta pada subsektor listrik. Untuk teknologi informasi komunikasi (TIK), secara umum terlihat adanya perkembangan yang positif. Dimana Selama periode tahun 2009-2010 telah terjadi peningkatan jumlah pengguna telpon selular dan internet. Hanya pengguna telpon rumah mengalami penurunan sebagai dampak makin maraknya penggunaan telpon selular yang penggunaanya lebih praktis. Kabupaten Bantaeng saat ini memprioritaskan pengembangan sejumlah buah tropika nusantara, seperti jeruk dimana dikembangkan sebagai pendapatan daerah. Untuk mencapai hal tersebut, saat ini pemerintah darah setempat berusaha untuk memberikan informasi kepada para investor dalam menanamkan modalnya di bidang ini sekaligus dalam rangka lebih mengembangkan komoditi ini di Kabupaten Bantaeng. Pemprov Sulsel melalui Dinas pertanian dan tanaman Pangan Holtikultura menunjuk Kabupaten Bantaeng sebagai daerah uji coba atau basis pengembangan Jeruk Keprok Batu 55. Selain keprok batu 55 saat ini varietas yang sudah banyak dikembangkan adalah keprok selayar. Profil Petani Kooperator Petani Kooperator PTKJS Kabupaten Bantaeng
Nama Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat
: : : :
Hamsah 10 Pebruari 1970 di Bantaeng Laki-laki Desa Bonto Jaya Kecamatan Kabupaten Bantaeng
Nama Kelompok tani
:
Batu Barania (jumlah anggota 30 orang), dalam gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Tunas Harapan
Petani Kooperator Non PTKJS Kabupaten Jeneponto
Nama Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat
Nama Kelompok tani
: : : : :
Makka 03 Juli 1967 di Bantaeng Laki-laki Desa Baltar RT.01 RW.03 Kecamatan Kabupaten Bantaeng Batu Barania (jumlah anggota 30 orang), dalam gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Tunas Harapan
b) Profil Daerah Kabupaten Jeneponto Kabupaten Jeneponto terletak antara 5o23'12” – 5o42’1,2” Lintang Selatan dan – 119o56’44,9” Bujur Timur. Berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Takalar di sebelah Utara, Kabupaten Bantaeng di sebelah Timur, Kabupaten Takalar sebelah Barat dan Laut Flores di sebelah Selatan. Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tercatat 749,79 km persegi yang meliputi 11 kecamatan. Topografi Kabupaten Jeneponto pada bagian utara terdiri dari dataran tinggi dengan ketinggian 500 sampai dengan 1400 meter diatas permukaan laut, bagian tengah dengan ketinggian 100 sampai dengan 500 meter dari permukaan laut, dan pada bagian Selatan meliputi wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0 sampai dengan 150 meter di atas permukaan laut. 119o29'12”
Sejak otonomi daerah diberlakukan tahun 2001, Kabupaten Jeneponto mengalami beberapa kali pemekaran tingkat kecamatan, dan sampai saat ini Kabupaten Jeneponto memiliki 11 kecamatan dan 113 desa/kelurahan (31 kelurahan dan 82 desa). Jenis tanah di Kabupaten Jeneponto terdapat 6 (enam) jenis yaitu jenis tanah Alluvial terdapat di Kecamatan Bangkala, Binamu dan Tamalatea; jenis tanah Gromosal terdapat di Kecamatan Tamalatea, Binamu, Bangkala dan Batang; jenis tanah Maditeren terdapat di Gambar 2. Peta Kab. Jeneponto kecamatan Bangkala, Batang, Kelara dan Binamu; jenis tanah Latosol terdapat di Kecamatan Bangkala Tamalatea dan Kelara; jenis Tanah Andosil terdapat di Kecamatan Kelara; jenis Tanah Regonal terdapat pada 11 Kecamatan di Kabupaten Jeneponto. Kabupaten Jeneponto memiliki beberapa sungai (hidrologi) yang sebagain telah dibendung yaitu Kelara, Tino, Poko Bulo yang telah berfungsi untuk mengairi sebagaian lahan persawahan. Daerah Bagian Selatan memiliki perairan Laut (Flores Sea) dengan panjang pantai berkisar 114 Km. Jumlah penduduk Kabupaten Jeneponto tahun 2010 tercatat sebanyak 342.700 yang terdiri dari 166.384 laki laki dan 176.316 perempuan. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Binamu sebanyak 52.420 penduduk dan terkecil di Kecamatan Arungkeke sebanyak 18.233 penduduk. Dengan luas wilayah sebesar 749,79 km², rata- rata jumlah penduduk per 1 km² adalah 457 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk mengalami fluktuasi, tahun 2008 pertumbuhan penduduk 0,48%, kemudian 0,55% di tahun 2009, dan 2,55% di tahun 2010, dengan rata-rata
pertumbuhan 1,19%. Dengan jumlah Rumah Tangga sebesar 76.530, didapatkan ratarata jumlah anggota per rumah tangga sebesar 4 orang. Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Panjang jalan di kabupaten Jeneponto pada tahun 2009 mencapai 1.549,29 kilometer. Pada tahun tersebut ternyata jalan yang diaspal sepajang 1.503,57 kilometer. Sebagai daerah penghasil garam sektor pertambangan dan penggalian di Kabupaten Jeneponto di dominasi oleh produksi garam. Perkembangan produksi garam selama tahun 2008-2010 mengalami kondisi naik turun, dikarenakan proses produksi masih menggunakan cara tradisional yang sangat bergantung pada kondisi cuaca. Pada tahun 2010 jumlah produksi garam sebesar 29.647,50 ton. Sebagai salah satu sumber energi, listrik memegang peranan penting, tercatat selama tahun 20082010, jumlah langganan maupun daya tersambung mengalami peningkatan yang cukup positif. Di tahun 2010 jumlah pelanggan listrik sebanyak 34.399 naik 13,04% dari tahun 2009. Jumlah daya tersambung tahun 2010 sebesar 27.661.570 KW, naik 13,15% dari tahun 2009. sementara nilai produksi tahun 2010 sebesar Rp. 2.489.528.000,00 naik sekitar 28,54% dari tahun 2009. Besarnya kenaikan nilai produksi ini mengindikasikan bahwa nilai tambah yang dihasilkan dari sub sector listrik terus meningkat. Salah satu sarana penunjang pendidikan adalah jumlah sekolah, rasio murid sekolah SD sebesar 171, yang berarti satu sekolah menampung sekitar 171 murid, sedangkan rasio murid sekolah untuk SLTP 153 dan SLTA 160. Potensi SDM di suatu daerah antara lain dapat dilihat dari jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Untuk umur 10 tahun keatas untuk yang belum pernah sekolah, belum tamat SD dan tamat SD sekitar 66,45%, SLTP sekitar 15,40%, SLTA/SMK sekitar 13,33% dan perguruan tinggi sekitar 4,82%. Luas lahan yang digunakan untuk sektor pertanian (pertanian, perkebunan dan kehutananan) di Jeneponto tahun 2010 adalah 74.981 m², meningkat dari tahun lalu yang hanya 60.939 m². Untuk varietas jeruk yang banyak diusahakan di kabupaten ini antara lain keprok selayar, tejakula. Profil Petani Kooperator Petani Kooperator PTKJS Kabupaten Jeneponto
Nama Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat
Nama Kelompok tani
: : : : :
Mansyur K 06 Juni 1956 di Watangpone Laki-laki Desa Bonto Ujung Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto Bulo Subatang (jumlah anggota 8 orang) dalam gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Sumber Reski
Petani Kooperator Non PTKJS Kabupaten Jeneponto
Nama Tanggal Lahir Jenis Kelamin Alamat
: : : :
Baharuddin 10 Juni 1968 di Baltar Laki-laki Desa Baltar RT.01 RW.03 Kecamatan Tarowang Kabupaten Jeneponto
Nama Kelompok tani
:
Bulo Subatang (jumlah anggota 8 orang) dalam gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) Sumber Reski
Tahapan kegiatan yang dilakukan pada kegiatan ini : 1. Plotting kebun perlakuan PTKJS dan Non PTKJS - Pelabelan sampel pohon masing-masing 10 pohon untuk perlakuan PTKJS dan Non PTKJS untuk kabupaten Bantaeng dan Jeneponto. - Pelabelan cluster tanaman, meliputi 4 arah mata angin (barat, timur, utara dan selatan). Pelabelan digunakan untuk pengamatan pertumbuhan tanaman dan pengamatan hama penyakit tanaman. 2. Perlakuan Perlakuan yang dilakukan untuk kebun PTKJS masing-masing kabupaten meliputi : - Terpasang 5 (lima) perangkat kuning yang akan diambil dan diamati setiap bulan sekali - Pemberian pupuk anorganik NPK 16-16-16 dengan dosis 200 gram dengan penambahan pupuk organik berupa kandang/kompos sebanyak 20 kg. - Pelaburan bubur California untuk pencegahan penyakit Diplodia. - Dilakukan juga penggemburan tanah dan penyiraman pada kebun PTKJS - Pengendalian rutin hama penyakit setiap satu minggu sekali - Penyemaian ½ kg benih tagetes untuk ditanam melingkar di bawah tajuk tanaman difungsikan sebagai perangkap hama. 3. Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap per periode ada yang dilakukan setiap dua minggu atau 1 bulan sekali dengan parameter pengamatan sebagai berikut : - Pertumbuhan tanaman (jumlah tunas daun, jumlah bunga, jumlah fruit set jumlah buah besar dan kecil, diameter buah besar dan kecil, jumlah cabang utama, diameter batang, warna daun dan warna buah). - Hama dan penyakit tanaman (Ulat Daun, Aphid, Tungau, Trips, Kutu Sisik, Kutu Dopmplan, Ulat Peliang Daun, Penggerek Buah, Lalat Buah, Puru Buah, Diaphorina Citri, jelaga, kudis, kanker, jamur upas, diplodia, milduw, CEV dan HLB). 4. Pengambilan sampel buah untuk pengamatan mutu buah (belum dilakukan karena panen sekitar bulan Juni).
Foto Penentuan Lokasi di Kabupaten Bantang dan Jeneponto dengan kondisi lahan yang berbukit dan berbatu, tanaman jeruk ditanam tumang sari dengan tanaman cabe dan dan Jagung
Pada kegiatan tahap pertama ini juga telah dilakukan pengamatan awal terhadap tanaman jeruk di dua lokasi penelitian antara lain terhadap pertumbuhan tanaman dan serangan hama penyakit tanaman pada tanaman jeruk untuk masingmasing perlakuan (Tabel 1 dan Tabel 2.) Tabel 1. Keragaan Pertumbuhan dan hama penyakit tanaman jeruk varietas Selayar di Kabupaten Bantaeng Perlakuan No.
Parameter Pengamatan
PTKJS
Non PTKJS
U
S
B
T
Rataan
U
S
B
T
Tot
11,7
10,9
6,6
9,0
9,55
8,4
8,3
9,9
9,7
9,08
Jumlah Bunga (buah)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah Fruit Set (buah)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah Buah Besar (buah)
19,2
21,5
19
39,9
24,90
27,7
29,9
43
40,2
35,2
Jumlah Buah Gugur (buah)
0,5
0,3
0,2
0,6
0,4
2,4
2,1
3,4
2,3
2,5
6.
Diameter Buah Jeruk (cm)
4,97
5,72
5,08
5,44
5,30
5,86
5,84
5,88
5,90
5,87
7.
Jumlah Cabang Utama (cabang)
8.
Diameter Batang (cm)
9.
Jumlah Ulat Daun (buah)
6
4,3
5
5,5
5,2
1,8
1,5
1,4
1,4
1,5
10.
Jumlah Puru Buah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11.
Jumlah Jelaga
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12.
Jumlah Kudis
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13.
Jumlah Kanker
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
1.
Jumlah Tunas Daun (tunas)
2. 3. 4. 5.
2,8
2,7
10,25
10,40
Perlakuan No.
Parameter Pengamatan
PTKJS
Non PTKJS
U
S
B
T
Rataan
U
S
B
T
Tot
14.
Jumlah Diaphorina Citri
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15.
Jumlah Aphid
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16.
Jumlah Tungau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17.
Jumlah Thrips
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
18.
Jumlah Jamur Upas (buah)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
19.
Jumlah Diplodia
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20.
Jumlah Mildew
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
21.
Jumlah CEV
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22.
Jumlah HLB
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Gambar 1. Jumlah Tunas Daun (tunas) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Kabupaten Bantaeng Sulsel
Gambar 2. Jumlah Bunga (buah) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Bantaeng Sulsel
Kabupaten
Gambar 3. Jumlah Fruit Set (buah) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Kabupaten Bantaeng Sulsel
Gambar 4. Jumlah Buah Gugur (buah) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Kabupaten Bantaeng Sulsel
Gambar 5. Jumlah Buah Besar (Buah) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Kabupaten Bantaeng Sulsel
Gambar 6. Diameter Buah Jeruk (cm) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Kabupaten Bantaeng Sulsel
Gambar 7. Populasi Ulat Daun (buah) pada tanaman Jeruk Varietas Selayar di Kabupaten Bantaeng Sulsel
Tabel 2. Pengamatan Pertumbuhan dan hama penyakit tanaman jeruk varietas Selayar di Kabupaten Jeneponto Sulsel Perlakuan No.
Parameter Pengamatan
PTKJS
1.
Jumlah Tunas Daun (tunas)
2.
Jumlah Bunga (buah)
3.
Jumlah Fruit Set (buah)
4.
Jumlah Buah Besar (buah)
12,5
5.
Jumlah Buah Gugur (buah)
0,1
0,2
6.
Diameter Buah Jeruk (cm)
5,78
5,44
7.
Jumlah Cabang Utama (cabang)
8.
Diameter Batang (cm)
9.
Jumlah Ulat Daun (buah)
10. 11.
Non PTKJS
U
S
B
T
Rataan
U
S
B
T
Tot
8,6
10,7
9,9
13,6
10,7
11,5
12,7
11,1
13,3
12,15
0
0
0,1
0
0,25
0
0
0
0
0
1,3
0,4
0
0,1
0,45
0
0
0
0
0
21,1
9,2
16,8
14,9
38,2
37,9
35,2
33,8
36,27
1
2,1
0,85
0,9
1,2
0,2
2,8
0,7
5,55
5,58
5,59
6,01
5,90
5,65
5,76
5,83
2,7
3,6
5,48
10,71
2,70
2,50
1,90
2,10
2,30
1,80
4,70
3,70
4,30
3,63
Jumlah Puru Buah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Jumlah Jelaga
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Perlakuan No.
Parameter Pengamatan
PTKJS
Non PTKJS
U
S
B
T
Rataan
U
S
B
T
Tot
12.
Jumlah Kudis
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13.
Jumlah Kanker
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
14.
Jumlah Diaphorina Citri
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
15.
Jumlah Aphid
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16.
Jumlah Tungau
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
17.
Jumlah Thrips
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
18.
Jumlah Jamur Upas (buah)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
19.
Jumlah Diplodia
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
20.
Jumlah Mildew
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
21.
Jumlah CEV
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
22.
Jumlah HLB
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Gambar 8. Jumlah Tunas Daun (tunas) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Kabupaten Jeneponto Sulsel
Gambar 9. Jumlah Bunga (buah) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar Jeneponto Sulsel
di Kabupaten
JUMLAH FRUIT SET (BUAH)
PTK JS
ARAH MATA ANGIN
JUMLAH BUAH GUGUR (BUAH)
Gambar 10. Jumlah Fruit Set (buah) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Kabupaten Jeneponto Sulsel
P… N…
ARAH MATA ANGIN
Gambar 11. Jumlah Buah Gugur (buah) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Kabupaten Jeneponto Sulsel
Gambar 12. Jumlah Buah Besar (buah) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Kabupaten Jeneponto Sulsel
DIAMETER BUAH (CM)
P… N…
ARAH MATA ANGIN
Gambar 13. Diameter Buah (cm) Tanaman Jeruk Varietas Keprok Selayar di Kabupaten Jeneponto Sulsel
Gambar 14. Populasi Ulat Daun (buah) pada tanaman Jeruk Varietas Selayar di Kabupaten Jeneponto Sulsel
Foto Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Foto tanaman sampel, pelabelan tanaman, pengamatan Pertumbuhan Tanaman, pemasangan perangkat kuning. Kondisi tanaman saat ini sudah berumur lebih kurang 6 bulan.
Dari uji perbandingan rata-rata dua perlakuan PTKJS dan Non PTKJS pertumbuhan tanaman rata-rata masing masing perlakuan pada pengamatan awal di kabupaten Bantaeng, untuk jumlah buah besar, tunas daun, jumlah bunga tidak berbeda nyata tetapi untuk diameter buah dan jumlah buah yang gugur terdapat perbedaan antara perlakuan PTKJS dan Non PTKJS. Sedangkan untuk kabupaten Jeneponto uji perbandingan rata-rata dua perlakuan PTKJS dan Non PTKJS pertumbuhan tanaman rata-rata masing masing perlakuan tidak berbeda nyata untuk semua parameter pengamatan. Pada saat pengamatan awal ini umur buah jeruk sekitar 6 bulan dan diperkirakan akan panen sekitar akhir Juni 2012. Tanaman jeruk di kabupaten Bantaeng tumpang sari dengan jagung dan cabe sedangkan di kabupaten Jeneponto tanaman jeruk tumpang sari dengan jagung. Pengamatan awal untuk masing-masing parameter pengamatan yang disajikan pada tabel 1 dan tabel 2. Tabel 3. Hasil Indeksi CVPD tanaman Jeruk Varietas Selayar di Kabupaten Bantaeng dan Jeneponto Sulsel No.
Asal sampel
Kebun
Hasil Indeksing CVPD
1.
P. Basri- Bantaeng
PTKJS
-
2.
P. Basri - Bantaeng
PTKJS
+
3.
P. Basri - Bantaeng
PTKJS
-
4.
P. Basri - Bantaeng
PTKJS
+
5.
P. Makka - Bantaeng
Non PTKJS
-
6.
P. Makka - Bantaeng
Non PTKJS
-
7.
P. Makka - Bantaeng
Non PTKJS
-
8.
P. Mansyur - Janeponto
PTKJS
+
9.
P. Mansyur - Janeponto
PTKJS
+
10.
P. Mansyur - Janeponto
PTKJS
-
11.
P. Haji - Janeponto
Non PTKJS
-
12.
P. Haji - Janeponto
Non PTKJS
+
13.
P. Haji - Janeponto
Non PTKJS
+
Jumlah sampel
13
L PC NC 1
2 3 4
5 6 7
8
9 10 11 12 13
Gambar 15. Gel Hasil indeksing Dari hasil pengamatan buah jeruk varietas terhadap serangan OPT dalam setiap perlakuan di kabupaten Bantaeng dan Jeneponto hanya ditemukan bekas serangan ulat daun dan kondisi tanaman jeruk ada yang positif terserang CVPD yaitu dari 13 sampel tanaman yang diujikan sebanyak 6 tanaman jeruk terserang (Tabel 3.) Dengan adanya kegiatan ini diharapkan meningkatkan pengetahuan petugas lapang serta petani jeruk untuk mendukung perbaikan produktivitas dan kualitas produksi seta dapat membentuk kebun percontohan di daerah sentra produksi jeruk. Dari uji perbandingan rata-rata pada pengamatan awal terhadap serangan ulat daun baik di kabupaten Bantaeng dan Jeneponto, jumlah serangan hama ulat daun tidak berbeda nyata untuk perlakuan PTKJS dan Non PTKJS. Foto Tanaman Jeruk yang terserang penyakit Foto Tanaman Jeruk yang terserang ulat daun penyakit CVPD dan terserang ulat daun dimana terlihat daun jeruk menjadi kuning dan daun tersebut akhirnya rontok.
3. Kendala - Hambatan Dalam Pelaksanaan Pencapaian Target Kinerja: Tidak ada hambatan pada pelaksanaan kegiatan dan survey, akan tetapi hambatan ada pada proses pencairan dana kegiatan. C. Sinergi Koordinasi Kelembagaan-Program 1. Perkembangan Koordinasi dg Kelembagaan - Program Terkait: a. Telah diperoleh informasi tentang Koordinasi dengan Dinas Pertanian Poivinsi Sulawesi Selatan b. Koordinasi dengan Balai Proteksi tanaman hortikultura c. Koordinasi dengan BPTP Sulawesi Selatan 2. Bentuk Pelaksanaan Koordinasi dg Kelembagaan-Program Terkait: a. Telah dilakukan Koordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Selatan dalam program pengembangan jeruk bebas penyakit b. Kegiatan Koordinasi dengan Balai Proteksi tanaman c. KegiatanKoordinasi dengan BPTP Sulawesi Selatan dalam program pengembangan jeruk bebas penyakit 3. Kendala dan Hambatan Dalam Pelaksanaan Koordinasi hingga saat ini: Hingga saat ini pelaksanaan koordinasi dengan instansi terkait di Sulawesi Selatan berjalan lancer tidak mengalami kendala dan hambatan. D. Capaian Pemanfaatan Hasil Litbangyasa 1. Perkembangan Strategi Pemanfaatan Hasil Litbangyasa:: Strategi yang diterapkan untuk meningkatkan Difusi Model Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat Mendukung Pengembangan Kawasan Hortikultura di Sentra Jeruk Sulawesi Selatan adalah dengan cara 1). membuat kebun percontohan PTKJS dan membandingkan dengan kebun yang tidak menggunakan PTKJS dengan mengajak petani, kelompok tani serta Dinas (stake holder terkait) untuk melaksanakan bersama sama serta mengevaluasi hasilnya 2). Melakukan penyuluhan dan pelatihan petani dan kelompok tani 3) Melakukan koordinasi dengan dinas terkait (Diperta, BPTP, BPTPH) agar program litkaji PTKJS dimasukkan dikegiatan daerah secara berkelanjutan sehingga diharapkan menjadi pengungkit pengembangan pertanaman jeruk unggulan daerah pada kedua lokasi tersebut dan mendorong peningkatan ekonomi dan kesejahteraan pelaku agribisnis dan petani jeruk. 2. Bentuk Pemanfaatan Hasil Litbangyasa: Mensosialikan teknologi PTKJS pada kelompok tani di jeneponto dan Bantaeng serta membuat kebun percontohan PTKJS di 2 lokasi tersebut . Penerapan PTKJS yang telah dilakukan adalah sanitasi kebun, pengamatan vektor dan pengendaliannya, pemupukan dan pemeliharaan yang optimal. 3. Kendala dan Hambatan Pemanfaatan Hasil Litbangyasa hingga saat ini : Belum disusun pemanfaatan hasil karena kegiatan masih pada tahap awal