BEBERAPA PEMIKIRAN AWAL PENGEMBANGAN UBIQUITOUS NETWORK DI INDONESIA MENUJU KESINAMBUNGAN DAN KEMAKMURAN Suhono Harso Supangkat 1) , Syaifuddin Zuhri 2) 1)
Kelompok Keahlian Teknologi Informasi ITB 2)
[email protected] PT. Multimedia Solusi Prima Jl. Tubagus Ismal XII No. 8 Bandung ABTRAK Ubiquitous network dapat diartikan sebagai suatu jejaring yang dapat diakses dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja dan dengan apa saja. Pengembangan ini merupakan kesinambungan dari perkembangan/evolusi jaringan mulai dari internet/2G (Hypertext) yang berkembang pada decade 1990 kemudian Multimedia/3G pada decade 2000. Diperkirakan pada decade 2010 akan berkembang suatu jejaring yang menyatu dengan konteks kehidupan yang lebih nyata (real world context). Sementara itu perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Indonesia saat ini ditinjau dari pembagian kewilayahan, berevolusi dengan resolusi yang sangat berbeda. Daerah maju seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Denpasar dan telah menjadi daereh dengan pemakaian jaringan dan pelayanan(service) yang cukup maju. Sementara daerah kawasan lainnya seperti daerah Indonesia Timur dan beberapa kawasan tertinggal lainnya masih belum memuaskan, bahkan banyak desa yang belum tersambung oleh jaringan informasi maupun komunikasi. Konsep Ubiquitous computing yang diusulkan oleh Mark Weiser [1993] telah berkembang menjadi kenyataan mulai dari perangkat[device] mikro sampai dengan teknologi jaringan dan aplikasinya. Jepang pada tahun 2004 telah memutuskan untuk melakukan inisiasi pengembangan U-Japan dengan komponen Ubiquitous, Universal, User Oriented dan Unique. Tulisan ini mencoba memberikan pemikiran awal suatu pengembangan U-Indonesia untuk menyinambungkan NKRI dan kemakmuran bangsa ini. Persoalan yang ditinjau adalah ukuran kesinambungan, infrastruktur, perangkat, dan pembangunan kontekstulanya. Kata Kunci : Ubiquitous Network, kematangan daerah,strategi transformasi, kemakmuran, taraf hidup
1.
PENDAHULUAN
Transformasi teknologi selalu menjadi sumber harapan dan tantangan. Sekarang ini, globalisasi yang dipengaruhi oleh teknologi nformasi dan komunikasi (TIK) berubah dengan cepat disetiap elemen masayarakat. Globalisasi ke depan akan mendorong penciptaan sejumlah kebutuhan pada pemerintah, dunia usaha dan kehidupan kita setiap hari. Hal ini akan membuat pembuat keputusan dalam segala bidang untuk mencari teknologi yang menyediakan solusi dan mendorong perubahan yang diharapkan pada tingkat lokal, nasional dan global dengan caracara yang inovatif. Gabungan teknologi dan globalisasi juga menghasilkan cara-cara baru untuk beradaptasi, berinovasi dan tumbuh di dunia yang terus
berubah. Potensi kombinasi dari konektivitas, kolaborasi, akses dan transparansi adalah penting. Pemerintah dan perusahaan diseluruh dunia harus memegang potensi tersebut. Keterbukaan membantu pemerintah, perusahaan dan individu untuk merespon penambahan kebutuhan yang begitu cepat. Keterbukaan akan mempengaruhi komunitas TIK dan menjadi pendorong untuk melakukan penemuan baru, pembangunan sosial dan meningkatkan peluang pasar. Dengan kondisi pada saat ini Indonesia harus menghadapi paradigma baru yaitu ubiquitous network society yaitu suatu masyarakat yang dapat mengakses jaringan dimanapun, kapanpun dengan siapapun dan dengan apapun. Dalam jangka panjang paradigma ini harus mampu dikembangkan oleh bangsa Indonesia untuk
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
343
menyinambungkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan kemakmuran bangsa. Berbagai permasalahan yang pada saat ini dihadapi meliputi pemerataan, infrastruktur, kebijakan dalam penyelenggaraan Ubiquitous Indonesia (U-Indonesia) harus mampu dipecahkan dengan membuat strategi yang tepat.
mempermudah pengelolaan asset dan membina hubungan dengan pelanggan. Bagi perorangan ubiquitous network berarti peningkatan kualitas hidup dan perubahan gaya hidup, ubiquitous network memungkinkan setiap orang dapat melakukan sesuatu secara otomatis, peningkatan keamanan dan peningkatan kualitas kesehatan.
2.
Bagi Indonesia ubiquitous network berarti pemerataan jaringan, penciptaan layanan baru, meningkatkan pendapatan dan kekayaan Negara dan membawa kemakmuran bagi bangsa Indonesia. Ubiquitous network memungkinkan akses jaringan di seluruh pelosok nusantara, masyarakat Indonesia dari sabang sampai merauke dapat berhubungan kapan saja. Kondisi ini tentu memberi dampak pada peningkatan pengetahuan dan cara hidup masyarakat yang pada akhirnya akan memberi peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih luas dan merata.
KONSEP UBIQUITOUS NETWORK
Kata ‘Ubiquitous’ menurut kamus MerriamWebster bisa diartikan sebagai ‘ada di berbagai tempat dalam waktu yang sama’. Sehingga konsep ubiquitous computing, atau ubiquitous network itu mungkin bisa diterjemahkan secara sempit misalnya sebagai kemampuan akses ke sebuah jaringan (internet) di mana saja dan kapan saja. Ubiquitous network pada abad 21 akan mengubah dengan cepat paradigma TI dengan mentransformasi industri IT dan bidang lainnya. Bidang seperti elektronika, mobil, pertunjukan, distribusi dan jasa akan berkembang lebih maju dalam operasinya dan akan menciptakan nilai tambah baru. Sebab transformasi ini akan membuka peluang dan meningkatkan pertumbuhan baru untuk industri ini. Pada ubiquitous network akan menawarkan banyak kelebihan sebagai berikut : 1. Ubiquitous network menyediakan jaringan akses pita lebar dengan kemampuan mobilitas. 2. Ubiquitous network memungkinkan untuk dapat berkomunukasi tidak hanya dengan computer tetapi juga mampu berhubungan dengan apapun, telepon bergerak, PDA, mesin game, sistem navigasi kendaraan, TV digital, RFID yang menempel pada obyek, kemera dan sebagainya. 3. Ubiquitous network memungkinkan penggunaan konten tidak hanya berupa data, teks dan gambar. Tetapi juga transmisi gambar animasi, suara dan video. Solusi yang memuaskan menekan kebutuhan para pemakai dan pemanfaatan platform yang menjamin pertukaran informasi dan implementasi transaksi komersil dengan aman. Ubiquitous network akan berpotensi dalam menciptakan pasar dengan membuat layanan ubiquitous. Berbagai aplikasi dan layanan akan mudah diselengarakan dengan adanya ubiquitous network. Dari sisi perusahaan atau organisasi ubiquitous network berarti mempermudah dalam meningkatkan proses produksi,
3. POTRET TIK INDONESIA Untuk dapat mengembangkan konsep ubiquitous network di Indonesia harus dilihat perkembangan TIK di Indonesia yang meliputi kondisi dan trend pasar, infrastruktur, kebijakan dan Industrinya. No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Tabel 1 . PDRB Indonesia 2003 Propinsi PDRB DKI Jakarta 284.000.239 Jawa Timur 254.380.758 Jawa Barat 234.450.804 Jawa Tengah 175.105.659 Kalimantan Timur 98.309.771 Sumatra Utara 96.233.394 Riau 73.576.528 Banten 64.669.890 Sumatra Selatan 54.748.216 Sulawesi Selatan 40.094.870 DI. Aceh 38.570.815 Sumatra Barat 32.023.286 Lampung 30.806.567 Papua 28.725.638 Bali 24.033.316 Kalimantan Barat 23.157.812 Kalimantan Selatan 22.383.693 DI.Jogjakarta 18.838.843 NTB 16.725.736 Kalmantan Tengah 15.860.941 Jambi 15.303.107 Sulawesi Utara 12.682.633 Sulawesi Tengah 12.323.778 NTT 9.627.271 Sulawesi Tenggara 8.899.240 Bangka Belitung 8.097.736 Bengkulu 6.845.791 Maluku 3.613.865 Gorontalo 2.741.584 Maluku Utara 2.060.123
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
344
Untuk melihat kondisi pasar di Indonesia berdasarkan kondisi daerah dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dapat mencerminkan kondisi daya beli masyarakat terhadap produk atau layanan. Berikut adalah PDRB disetiap propinsi di Indonesia pada tahun 2003 .
Data pengguna internet, telepon tetap dan bergerak menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan trend masyarakat dalam pemanfaatan TIK semakin meningkat, hal ini tentu adanya tingkat pemahaman dan daya beli masyarakat yang semakin meningkat.
Dengan melihat table PDRB diatas kondisi pasar atau daya beli masyarakat ditiap propinsi sangatlah berbeda. Artinya untuk mengembangkan produk dan layanan ditiap daerah harus melihat daya beli dalam rangka kesinambungan layanan tersebut. Peningkatan daya beli tentu harus diikuti oleh peningkatan layanan.
4.
Selain melihat kondisi pasar, harus dilihat trend pasar TIK di Indonesia dengan melihat pengguna Internet dan telepon di Indonesia.
Tabel 2. Pengguna Internet
TINGKAT KEMATANGAN DAERAH MENUJU UBIQUITOUS NETWORK
Kondisi dan perkembangan TIK di setiap daerah sangat berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari teledensitas dari penggunaan telepon PSTN dan Selular. Teledensitas telepon berdasarkan tingkat kemajuan daerah adalah sebagai berikut : • Teledensitas tinggi (Jakarta, Surabaya ) (1113 %) • Teledensitas menengah (Pontianak, Samarinda) ( 5-7 % ) • Teledensitas rendah (Merauke) (0.2 %) : • Tidak ada sambungan telepon (ada sekitar 43 ribu desa) Teledensitas yang berbesa-beda menunjukakan bahwa setiap daerah mempunyai tingkat kematangan yang berbeda-beda dalam implementasi TIK. Tabel 5. Kriteria tingkat kematangan daerah
Sumber : APJII
Kriteria
Perintis
Infrastru ktur Telekom unikasi
Belum ada telepon
Pendidik an
Masih banyak buta huruf dan putus sekolah PDB dibawah 5 juta
Berkem bang Sudah ada telepon
Tabel 3. Pengguna Selular Tahun
Seluler
1999
2149708
2000
3510670
2001
6395179
2002
10648144
2003
18551251
Ekonomi
Sumber : BPS Tabel 4. Pengguna telepon tetap Tahun 1998
Telepon Tetap 5.357.180
1999
5.813.381
2000
6.319.937
2001
6.836.212
2002
7.338.656
2003
7.609.456
Sumber : Menristek
Transpor tasi
Susah dijangjk au, masih berupa jalan setapak/t anah
Sebagia n besar sudah melek huruf dan lulus SD PDB >5 juta dan < 7 juta Dapat di jangkau dengan kendara an bermoto r
Memad ai Sudah ada telepon dan internet Hampir 100 % lulus SD
Maju
PDB > 7 juta dan 10 juta
PBD diatas 10 juta
Mudah dijangka u dengan kendara an bermoto r
Ada kendara an bermoto r, pesawat dan kereta api
Sudah ada layanan multime dia Hampir 100 % lulus SMA
Tingkat kematangan daerah dipengaruhi berbagai faktur seperti Infrastruktur, pendidikan, ekonomi dan transportasi. Dalam tulisan ini
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
345
kematangan daerah berdasarkan kriteria dari faktor diatas dapat dikelompokkan menjadi 4 kematangan daerah yaitu : Level 1 : Daerah Perintis Level 2 : Daerah Berkembang Level 3 : Daerah Memadai Level 4 : Daerah Maju
5.
STRATEGI PENGEMBANGAN UBIQUITOUS NETWORK DI INDONESIA
Konsep ubiquitous network memberi dampak dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat dan kemakmuran bangsa. Akan tetapi, dalam mengembangkan konsep ini dibutuhkan strategi. Tulisan ini berusaha memberi pemikiran mengenai strategi pengembangan ubiquitous network di Indonesia . Dalam pengembangan ubiquitous dibagi dalam beberapa tahapan dan disesuaikan dengan tingkat kematangan daerah. Tahapan-tahapan pengembangan tersebut mampu mentransformasi kematangan daerah dari level rendah ke level yang lebih tinggi. Pemerintah harus mampu membuat target dalam proses transformasi tersebut. Berikut contoh target transformasi dalam kurun waktu 25 tahun . Tabel 6. Target transformasi kematangan Tahun
Berke mbang 40 %
Mema dai 20%
Maju
2006
Perinti s 30 %
2010
25%
35%
25%
15%
2015
20%
30%
30%
20%
2020
15%
25%
30%
30%
2025
10%
20%
25%
45%
2030
5%
15%
20%
60%
10%
Untuk mencapai target-target tersebut diatas maka langkah-langkah yang harus dilakukan sebagai berikut : 1. Membangun Infrastruktur Jaringan Pembangunan infrastruktur harus dilakukan sebagai langkah awal untuk mengembangkan ubiquitous network. Pembangunan jaringan berupa tulangpunggung, perkotaan dan akses harus direncanakan secara bertahap dan disesuaikan dengan target transformasi yang telah ditentukan. 2. Membangkitkan penggunaan ubiquitous network Setelah infrastruktur dibangun maka harus
dilanjutkan dengan membangkitkan penggunaan ubiquitous network. Berbagai aplikasi dan layanan harus diselenggarakan. 3. Mempromosikan penggunaan ubiquitous network Setelah infrastruktur jaringan tersedia dan penggunaan layanan ubiquitous network maka harus ada program promosi untuk meningkatkan penggunaan layanan dan agar penyelenggaraan layanan tetap berkesinambungan.
6.
PELUANG DAN TANTANGAN
6.1. Peluang Konsep ubiquitous network berpeluang untuk menciptakan aplikasi dan layanan di berbagai bidang. Dalam hal penggunaan teknologi ini pada produk dan layanan inovatif, ide dan konsep harus diorganisasi dari sudut pandang nilai tambah bahwa ubiquitous network memberi sejumlah keuntungan. Bisnis model jaringan ubiquitous terdiri dari tiga elemen yaitu : 1. Tipe Concierge yang ditujukan kepada pelanggan perorangan Layanan yang diselenggarakan untuk tipe ini meliputi layanan kesehatan, keamanan dan pendidikan. 2. Tipe Knowledge Asset Management yang ditujukan kepada perusahaan Layanan dan aplikasi yang diselenggarakan untuk tipe ini meliputi asset management, inventory management, production trucking dan sebagainya. 3. Tipe Wide-are measurement yang ditujukan pada layanan publik Layanan yang diselenggarakan untuk tipe ini meliputi intelligent transportation system (ITS), manajemen lingkungan, manajemen pertanahan nasional dan sebagainya.
Gambar 1. Bisnis model ubiquitous network
6. 2 Tantangan Tantangan ke depan dalam pengembangan ubiquitous adalah bagaimana proses
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
346
transformasi dapat berjalan sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Agar proses transformasi dapat berjalan sesuai target maka beberapa permasalahan dan sekaligus menjadi tantangan untuk dicari solusinya adalah sebagai berikut : 1. Pembangunan Infrastruktur Sampai saat ini bangsa Indonesia masih dihadapkan pada keadaan dimana pembangunan infrastruktur TIK belum merata dan bahkan masih banyak desa yang belum mempunyai fasilitas telekomunikasi sama sekali. Kesenjangan ini tentu harus diatasi dengan menitikberatkan pembangunan infrastruktur pada daerahdaerah yang belum mempunyai fasilitas telekomunikasi tersebut. 2. Peningkatan pemahaman kepada masyarakat dalam pemanfaatan TIK Selain infrastruktur yang belum merata, pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan TIk masih rendah terutama pada daerah-daerah yang tingkat kematangannya masih rendah. 3. Penyelenggaraan layanan yang berkesinambungan Layanan yang diselenggarakan pada ubiquitous network agar berkesinambungan tentu harus disertai dengan kemampuan daya beli dan pemahaman masyarakat terhadap layananan yang diselenggarakan. 4. Peningkatan taraf hidup masyarakat Pada akhirnya penyelenggaraan ubiquitous network harus dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Adanya berbagai kemudahan pada layanan ubiquitous seharusnya mampu merubah cara hidup masyaraka, meningkatkan pengetahuan masyarakat dan tentunya meningkatkan perkenomian masyarakat.
7.
yang berbeda-beda. Tingkat kematangan yang berbeda membutuhkan strategi yang berbeda. Tolak ukur keberhasilan dalam strategi pengembangan ubiquitous network adalah adanya proses transformasi kematangan daerah dari tingkat rendah ke tingkat lebih tinggi. Proses transformasi ini harus disertai dengan target baik jangka pendek, menengah dan panjang yang pada akhirnya semua daerah mampu mentransformasi ke level yang paling tinggi yaitu daerah maju.
8.
REFERENSI
[1]
Teruyasu Murakami, Establishing the Ubiquitous Network Environment in Japan, NRI Papers no. 66, Juli 2003 [2] Toshitada Nagumo, Innovative Business Models in the Era of Ubiquitous network, NRI Papers no. 49, Juni 2002 [3] Michio KITAMURA, Using Ubiquitous Networks to Create New Services Based on the Commercial and Public Infrastructure, NRI Papers No.54. September 1, 2002
PENUTUP
Pengembangan ubiquitous network akan memberi dampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat dan kemakmuran bangsa. Ubiquitous network menawarkan banyak kelebihan dan kemudahan dalam penyelenggaraan layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat (individu), perusahaan dan pemerintah. Akan tetapi, dalam pengembangan konsep ini masih banyak permasalahan yang harus dihadapi. Oleh karena itu perlu dibuat strategi dalam pengembangan konsep ini. Perkembangan TIK ditiap daerah yang berbedabeda menunjukkan tingkat kematangan daerah Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
347