BASIL DAN PEMBABASAN Keadaan Umum Daerab Penelitian
Kabupaten Sukabumi !Cabupaten Sukabumi merupakan salab satu dari 25 kabupaten kota di Propinsi Jawa Barat. Seeara geografis terletak pada posisi 6°57'LS-7"25'LS dan 106°49'BT-107'00'BT, dengan ketinggian 2 960 meter di atos permukaan laut. Wilayab utara bergunung, wilayab tengab berbukit dan selatan bergelombang. Batos wilayab Kabupaten Sukabumi adalab sebelab utara berbatasan dengan !Cabupaten Bogor dan Cianjur, sebelab selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelab timur berbatasan dengsn !Cabupaten Cianjur dan sebelab barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Propinsi Banten. Kabupaten Sukaburni bertemperatur IS-30°C, kelembaban rata-rata 85%
dan curab hujan 2 000 - 4 000 mm. Luas wilayab Kabupaten Sukabunti kurang lebih 408 560 Ha. Seeara admiDistrasi Kabupaten Sukabunti terbagi dalarn 45 kecarnatan diantaranya tiga kecamatan yang dijadikan lokasi penelitian yaitu Kecamatan Cikakak, Kecamatan Kadudampit dan Kecamatan Cisaat. Jumlab penduduk Kabupaten Sukabunti ada1ab 2 085 019 orang terdiri dari loki-loki I 052254 orang dan perempuan I 032 765 orang. Laju pertarnbahan penduduk sebesar 1.42"10 dan rasio jeDis kelarnin 104.32 %. !Cabupaten Sukabumi mempunyai sarana berupa jalan, listrik, air dan telepon serta prasarana berupa pendidikan urnurn, keagamaan dan kesebatan. Sarana jalan yang ada di Kabupaten Sukabunti berupa jalan nasional sepanjang 43 112 km, jalan propinsi 354 869 km, jalan kabupaten I 506 000 km
dan jembatan 3 10 I km. Sel uruh ibu kota kecamatan sudab terpasang sarnbungan telepon, dan tinggal 20 desa (60%) belum teIjangkau PLN. Sedangkan PDAM baru melayani 134 115 sambungan di 9 kecamatan. Prasarana pendidikan umum yang ada di !Cabupaten Sukabumi antara lain terdapat I 178 buah Sekolab Dasar Negeri dan Swasta,
SLTP (Negeri dan
Swasta) sebanyak 116 buah dan SLTA (Negeri dan Swasta) sebanyak 102 buah .
..
_ _. _ . - - - - - - - - -
36 Kabupaten Sukabumi mempunyai prasanma keagamaan berupa masjid sebanyak 4 643 buah, gereja II buab dan vihara sebanyak I bualt Untuk menunjang kesebatan masyarakat, Kabupaten Sukabumi mempunyai fasililas kesebatan berupa Rumah Sakit sebanyak 3 buab, Puakesmas 53 buab, Puskesmas Pembantu (PUSTU) sebanyak 94 buab, Puskesmas Keliling (PUSLING) sebanyak 35 buah, Apotik 14 buab dan K1inik sebanyak 5 buab. Berdasarkan basil palpasi gondok anak SDIMI tahun 2002, dan 45 kecamatan yang ada di kabupaten Sukabumi, 27 kecamatan tergolong daerab endemik GAKI, dan 18 kecamatan non endemik GAKI (Lampiran 2). Dari 45 kecamatan endemik tersebut, 18 kecamatan diantaranya tergolong daerab endemik ringan dengan prevaleosi total goitre rate (TGR) 5.0-19.9%, 7 kecamatan tergolong sedang dengan prevaleosi TGR 20.0- 29.9% dan 2 kecamatan tergolong
endemik berat dengan prevalensi TGR ~ 30.0% Dalam penelitian ini ada 3 kecamatan yang terpilih sebagai lokasi penelitian yaitu 2 kecamatan yang sudah memperoleh interveosi yaitu Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak
yang mendapat Program Social EnJorecement UNICEF
(TGR sebesar 17.2%), dan Desa Kadudampit, Kecamatan Kadudampit yang mendapat tnterveosi Pemerintah (TGR sebesar 27.7"10), serla Desa Sukaresmi, Kecamatan Cisaat yang tidak mendapat intervensi (TGR sebesar 8.3%) sebagai pembanding. Kecamatao Cikakak, Kadudampit, dao Ci..at Kecamatao Cikakak
Luas wilayah Kecamatan Cikakak tercatat 12 599 Ha atau 3.08 persen
dan luas Kabupaten Sukabuini. Kecamatan Cikakak terletak pada ketinggian 170 meter di alas permukaan laut, dengan temperatur 34'C dan curab hujan I 680 mmltahun. Bontuk wilayah Kecamatan Cikakak adalah datar sampai berombak 15%, berombak sampai berbukit 70% dan berbukit sampai bergunung 15%. Jarak Posat Pemerintaban Kecamatan dengan Desa/Keluraban yang terjauh 22 km, dengan ibu kota KabupatenIKota 6 km, dengan ibu kota Provinsi 126 km dan ibu kota Negara 186 km.
37 Wilayah Kecamatan Cikakak berbatasan dengan sebelah utara: Kabupaten Bogor, sebelah selatan: Samudera Indonesia, sebelah timor: Kecamatan Palabuban Ratu, dan sebelah bara!: Kecamatan Cisolok. Secara administrasi Keeamatan Cikakak terdiri dan 7 desa, yaitu Cimaja, Cikakak, Ridogalih, Sukamaju, Cileungsing, Margalaksana dan Sirnarasa Desa Cikakak merupakan sa1ah salo desa yang terpilih sebagai lokasi dalam penelitian ini. Kecamatan Cikakak todiri dan 72 Rnkun Warga (RW) dan 197 buah Rnkun Tetangga (RT). Berdasarkan hasil registrasi penduduk bulan Mei tahun 2004, jurnlah penduduk Kecamatan Cikakak ada1ah 35627 orang yang terdiri dan 18 135 orang laki-Iaki dan 17 492 orang perempuan yang merupakan anggota dan 4 099 kepala keluarga Tingkat kepadatan penduduk adalah 283 orang per
km'. Lapangan pekeIjaan utarna dan penduduk Kecamatan Cikakak meliputi petani 33.54%, nelayan 0.38%, pengosaba sedanl¥besar 0.04%, pengrajinlindustri
keeil
3.71%,
buruh
13.22%,
pedagang
2.38%,
pengangkutan 7.64%, Pegawai Negerl Sipil (PNS) 1.80%, ABRl 0.02%, pensiunan 0.35% petemakan 0.06% dan lain-lain 36.87%.
Pelaksanaan Program Social Er!forcement-UNICEF di Desa Cikakak Kegiatan program kesebatan da1am pembangunan menuju Cikakak Sebat 2008 diantaranya adalah Program TABULIN (Tabungan Ibu Bersalin) dan Kemitraan Bidan dengan Dukun Paraji; Program Sanilasi Dasar dan Sentra Pruduksi; Posyandu dan Mernasyarakatkan Garant Beriodiurn. Program memasyarakatkan garam beriodium atau yang dikenal dengan Program Social Enforcement merupakan salah salo program di bidang kesehatan dalam upaya penanggolangan GAKI keIjasama antara Pernerintah Daerah Kahupaten Sukaburni dengan UNICEF di Desa Cikakak, Kecarnatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Program Social Enforccement (penegakan Norma Sosial) dapat
dipahami sebagai suatu kondisi di mana warga masyarakat melakukan suatu tindakan kolektif untuk menegakkan nonna dan nilai yang dilandasi kesadaran mereka alas hak-haknya. Adapun Iojuan program ini adalah
38 supaya satu-satunya garam konsumsi rumah taogga yang tersedia di pasar secara memadai adalah yang beriodium dengan kandungan iodium yang cukup (~ 30 ppm) dan sesuai dengan Staodar Nasional Indonesia. Pelaksanaan program Social Enforecement UNICEF garam beriodium ini dilaksanakan pada bulan Januari 2001 sampai Desember 2003. Adapun alasan dipilibnya Desa Cikakak sebagai tempat dilakukan uji coba program garam beriodium ini karena di Desa Cikakak sudah mempunyai suatu wadah kegiatao yang sudah beIjalan juga merupakan keIjasama dengan UNICEF yaitu Program TABULIN (Tabungan Ibu Bersalin) yang dilaksanakan pada bulan Januari 2001. Melalui dana yang ada pada program TABULIN dengan bantuan dana dari UNICEF inilah program Social Enforcement UNICEF garam beriodium
di Desa Cikakak dilaksanakan. Pendanaan diperoleb dari pengrunpulan dana dari masyarakat sampai bulan Agustus 2002 yaitu sebesar Rp 20 626 500,-
dan dana bantuan dari UNICEF sebesar Rp 37 500 000,-, sehingga jumlah total dana adalah sebesar Rp 58 126 500,-. Dana tersebut Rp 37 500 000,disimpan di BPR dengan bunga sebesar 2% dan Rp 20 626 500,- diusahakan oleh pengusaba dan kader yang ada di Desa Cikakak dengan bunga sebesar 3% (Catatao 3% adalah basil usaha. penjualan garam beriodium). Pengalokasian dana tersebut antara lain digunakan untuk:
a. Jasa tenaga paramedis (Bidan)
: Rp 100000,-ikasus
b. Jasa tenaga paraji
: Rp 50000,-ikasus
c. BiayaATK
: Rp 25000,-ikasus
d. Biaya operasional
: Rp 200 OOO,-ikasus
e. Pinjarnan modal dalarn rangka menyediakan garam beriodium untuk mensuplay masyarakat yang jauh dari warung/toko oleb kader.
Proses Pelaksanaan Program Garam Beriodium (Program Social Etiforcement UNICEF) di Desa Cikakak ada1ab sebagai berikut: 1. Sosialisasi
a. Sasaran yaitu RT, RW, kepala dusun, tokoh masyarakat dan kader posyandu di Desa Cikakak.
---- - -
39 b. Pembentukan tim sweeping program ganun beriodiwn di Desa Cikakak. c.
Pelatiban karler untuk memasyarakatkan garam beriodiwn selama 4
ban di Desa Cikakak.
2. Kegiatan Sweeping Mengadakan sweeping lapangan oleb tim dan kader selama 4 ban
dengan sasaran: a. Warungltoko yang ada di Desa Cikakak sebanyak 87. b. Warga masyarakat yang ada di Desa Ciakkak sebanyak 1 208 KK.
3. Melaksanakan Musyawarah Masyarakat Deaa (MMD) a. Melaksanukao presentasi basil kegiatan sweeping oleh tim. b. Membuat kesepakatan bersama untuk mengatasi permasalahao tentang gararn beriodium.
4. Penyuluban dan Promosi a. Melakukao penyuluhan tentang ganun beriodium kepada masyarakat
dan pemilik warungltoko yang ada di Desa Cikakak. b. Melakukian promosi produksi ganun yaog mengandung iodium secara kontinyu setiap kegiatan posyaodu dan pengajiao ibu-ibu yaog dilakukan oleh kader.
5. Evaluasi daD Pemantauan a. Mengadakao sweeping oleh tim secara kontinyu per tri wulan kepada seroua warungltoko yaog ada di Desa Ciakakak. b. Melakukao pengambilao sampel penggunaan ganun beriodium yang ada di masyarakat Desa Cikakak. Berdasarkao basil evaluasi yaog dilakukao oleh tim pelaksana garam beriodiwn pada akhir tabun 2003 diperoleh basil bahwa sebelum adanya program memasyarakatkan garam beriodium melalui program Social
Enforcement UNICEF, masyarakat Desa Cikakak
yaog mengkonsumsi
ganun beriodium hanya sebesar 22.26%, setelah adanya
program
memasyarakatkao ganun beriodium melalui program Social Enforcement UNICEF mengalarni peningkatan yang sangat berarti menjadi 98.7%. Selain
40 itu seluruh warungltoko yang ada di Desa Cikakak yaitu 87 toko, 100% menyediakan garam yang mengandung iodium. Sampai saat ini penyediaan garam beriodium masih terus berlangsung melalui Posyandu-Posyandu dan warungltoko di Desa Cikakak. Bahkan pada saat penelitian berlangsung di Desa Cikakak tersedia pula garam beriodium 30-80 ppm diperkaya dengan zat besi 500 ppm dan vitamin A 50 ppm yang dikenal dengan nama Progizi. Harga garam Progizi ini dijual di Posyandu-Posyandu di Desa Cikakak dengan harga Rp I 500,- setiap bungkusnya (250 gram). Keuntungan hasil penjualan garam tersebut sebesar Rp 200,- tiap kantong dialokasikan untuk kepentingan sosial dana persalinan di Desa Cikakak.
Penyediaan garam Progizi ini atas kerjasama Dinas
Kesehatan Kabupaten Sukabumi dengan Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat.
Kecamatan Kadudampit Luas wilayab Kecamatan Kadudarnpit adalab 5 420 175 Ha yang meliputi 9 desa, 27 dusun, 63 Rukun Warga (RW) dan 265 Rukun Tetangga (RT). Kesembilan desa tersebut adalab Gedepangrango, Kadudarnpit, Sukamaju, Sukamanis, Citamiang, Cipetir, Cikahuripan, Muaradua dan Undrusbinangun. Salab satu desa diantaranya terpilih sebagai lokasi dalam penelitian ini yaitu Desa Kadudarnpit. Kecamatan Kadudarnpit merupakan daerab berbukit dengan ketinggian lebih kurang 900 meter di atas permukaan laut dengan temperatur sekitar 40'C dan curab hujan 3 500 mm/tabuo. Sehingga dimungkinkan daerab ini delisit akan mineral iodium. Hal ini teIbukti babwa kecamatan Kadudarnpit merupakan daerab endemik gondok dengan kategori sedang (TGR sebesar 27.7%). Batas-hatas wilayab Kecamatan Kadudarnpit adalab sebagai berikut sebelab utara berbatasan dengan kehutanan Desa Gede pangrango, sebelab timur beIbatasan dengan Kecamatan Sukaburni, sebelab selatan berbatasan dengan Kecarnatan Cisaat, dan sebelab barat beIbatasan dengan Kecamatan Caringin.
41 Berdasarkan basil registrasi penduduk bulan Mei tahun 2004, jumlah penduduk Kecamatan Kadudampit adaIah 46 482 orang yang terdiri dati 23 282 orang lalti-Ialti dan 23 200 orang perempuan yang merupakan anggota
dari II 832 kepala keluarga. Tingkat kepadatan penduduk adaIah 0.86 atau I (satu) orang per km'. Lapangan pekeIjaan utama dari penduduk Kecamatan kadudampit adaIah 40.11% bekerja sebagai petanilburub tani, 8.07";' bekerja sebagai pedagang, 9.0% bekeIja sebagai buruhlkaryawan, 1.11 % bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), 0.07% bekerja sebagai TNI/POLRI , pensiunan sebanyak 0.58% dan lain-lain sebanyak 41.06%. Pelaksaoaan Program Intervensi Pemerintah di Dess Kadudampit Dari hasil pemantauan GAKI pada tahun 2002 Tolal Goitre Rate (TGR) Kecamatan Kadudampit sebesar 27.7% termasuk daerah endemik sedang. Pemerintah dalam upaya penanggu1angan GAKI sudah melakukan pelaksanaan kegiatan intervensi dalam dua tabap yaitu jangka pendek dengan pemberian kapsul minyak iudium dan jangka panjang dengan
promosi garam beriodium. Desa Kadudampit adalah merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kadudampit dimana sejak tahun 1998 telah menerima intervensi
dari Pernerintah. Dalam menanggulangi masalah GAKI kegiatan yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh Puskesmas Kadudampit mengacu pada ketentuan yang berlaku. Penanggulangannya dilakukan dalam 2 tabap yaitu :
I. Penanggulangan jangka pendek Dilakukan melalui pemberian kapsul minyak iodium pada anak SDIMI, wanita usia subur (WUS) dan pada ibu bamil. 2. Penanggulangan jangka panjang
a. Melalui kegiatan iodisasi garam beriodium. b. Penyuluhan atau kampanye garam beriodium. c.Pemantauan garam beriodium pada tingkat warung dan rumah tangga.
42 Adapun kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kadudampit adalah sebagai berikut: I.
Pemberian kapsul minyak iodium (kapsul iodol), sasaran wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil (BUMIL) satu kah setahun dengan penanggungjawah Puskesmas dan Desa.
2. Palpasi gondok, sasaran anak sekolah dasar (SD) dengan penanggung jawab Puskesmas dan Sekolah. 3.
PenyuluhanJkampanye garam beriodium, yang dilakukan tiap tiga bulan sekali dengan sasaran semua masyarakat dan penanggung jawab sektor terkait.
4. Pemantauan garam pada tingl<.at masyarakat dan warung, dengan sasaran anak SDIMI, rumah tangga dan warung serla penanggung jawab
Puskesmas, Sekolah dan Desa. 5. Pemantauan garam pada tingkat produsen,
sasaran produsen garam
dengan penanggungjawab sektor terkait dan Pemda Tingkat II. 6.
Monitoring dan evaluasi, dilakukan tiap saat dengan sasaran sektor terkait dengan penanggungjawah adalah kecamatan
Kecamatan Cisaat Luas wilayah Kecamatan Cisaat tereatat 2 163.04 Ha atau 0.52 persen dari luas Kabupaten Sukabumi. Sebagian urnum wilayah berupa tanah sawah
dan tanah kering, yaitu sekitar 55.60% dan 12.35% dari luas wilayah Kecamatan Cisaat. Kecamatan Cisaat terletak pada ketinggian 500-550 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Cisaat yang mulanya adalah ibukota Kabupaten Sukaburni sebelurn pindah ke Pelahuhanratu terletak di bagian tengah Kabupaten Sukaburni.
Secara geografis terletak di bagian selatan garis
khatulistiwa, diantara 0'20'002"BB dan 0"17'30"BT. Batas-batas wilayah Kecamatan Cisaat adalah sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Kadudampit, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Gunungguruh, sebelah timur berbatasan dengan Kota Sukaburni, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cicantayan dan
Kecamatan Caringin.
43 Secara administratif Kecamatan Cisaat terdiri dari 13 desa, 134 Rukun Warga (RW), dan 492 Rukun Tetangga (RT). Desa yang tennasuk kategori pedesaan adalah Bahakan dan Gunungjaya, sedangkao yang tennasuk kategori perkotaan aclalah Nagrak, Cibatu, Sukamantri, Sukamanah, Padaasib, Cisaat, Cibolangkaler, Kutasirna, Selajambe, Sukasari, dan Sukaresmi. Salah satu desa diantaranya terpilih sebagai lokasi dalam
penelitian ini yaitu Desa Sukaresmi. Berdasar Biro Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukahumi pertengahan
tahun 2003,jumlah penduduk Kecarnatan Cisaat adaIah 104 789 orang yang terdiri dari 52 754 orang laki-Iaki dan 52 035 orang perempuan yang merupakan anggota dari 24 567 kepala keluarga Rata-rata tingkat kepadatan penduduk adaIah 4 845 orang per km'. Lapangan usaha yang ada di Wilayah Kecamatan Cisaat adaIah di bidang Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersib, Bangunan, Perdagangan, Hotel dan Restoran, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa-jasa. Diman. sektor percIagangan, Hotel, dan Restoran mempunyai peranan yang culrup besar y.itu sekitar 27.05% dari pendapatan regional Kecamatan Cisaat. Sektor Pertanian menduduki peringkat kedua yaitu 25.70%, kemudian diikuti sektor Industri Pengolahan dan sektor J asa-jasa masingmasing sebesar 14.68% dan 14.03%. Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum menempati urutan terbawah dengan peranan sebesar 1.69%. Gambaran Keadaan Des. Sukaresmi yang belum mendapat Intervensi Pemerintah Dalarn upaya penanggu1angan GAKJ, Desa Sukaresmi merupakan salah satu desa yang ada di Kecarnatan Cisaat yang sampai saat ini belum
mendapat intervensi pemerintah secara khusus. Berdasarkan survei GAKI Dinas Kesebatan Kabupaten Sukahumi tahun 2002, Des. Sukaresmi termasuk kedalarn Kecamatan Cisaat dengan kategori daerah endemik ringan dengan TGR 8.3% . Narnun pihak Puskesmas Kecamatan Cisaat dalarn usahanya untuk meningkatkan kesebatan m.syarakat, penyulubanpenyuluhan mengenai masalah GAKJ dan gararn beriudium dilalrukan secara
44 integrasi dengan penyuluban di Posyandu Diantaranya penyuluban Desa Sehat meliputi Kesehatan Ibu dan ADak (KIA), imunisasi, sanitasi bersib dan gizi (sadar gizi).
Selain itu karena Desa Sukaresmi ini letaknya dekat dengan kota maka masyarakatnya dapat dengan mudah mengakses garam beriodium. Selain itu masyarakat memperoleh infonnasi tentang masalah GAKI dan gararn
beriodium dari radio, televisi. koran dan lain-lain.
Karakteristik Contob Contoh daIarn penelitian ini berjumlah 130 orang dengan perincian 70 orang dan daerah endemik yang mendapat program Social Enforcement UNICEF,
30 orang dari daerah endemik yang mendapat Intervensi pemerintah dan 30 orang dan daerah endemik yang tidak mendapat intervensi pemerintah. Umur contoh
berkisar antara
22~5
tahun dengan persentase terbesar (50.8%) berada pada
kelompok umur < 35 tahun, dengan rata-rata umur contob 35.12± 6.99 tahun, dimana 33.2 tahun di daerah yang mendapat program Social Enforcement UNICEF, 37.7 tahun di daerah yang mendapat Intervensi Pemerintah dan 37.1 di daerah yang tidak mendapat Intervensi Pemerintah. Secara keseluruban terlihat bahwa contoh dalarn hal ini ibu keluarga masih berada pada usia subur artinya kemarnpuan untnk reproduksi masih tinggi (KaIyadi, 1992). Wanita usia subur (WUS) bila hamil dan menderita kekurangan iodium sering melahirkan bayi yang terganggu pertumbuban fisik, mental dan inte1ektualnya, selain itu banyak ibu hamil yang kekurangan iodium melahirkan hayi yang mati sesaat setelah dilahirkan dan dampak yang paling herat adaIah melahirkan bnyi yang bisu dan tuli (JalaI, 1998). Tingkat pendidikan contoh sebngian besar (65.4%) adaIah rendab (SD), dimana 61.4% di daerah yang mendapat program Social Enforcement UNICEF, 66.7% di daerah yang mendapat Intervensi Pemerintah dan 73.3% di daerah yang tidak mendapat intervensi. Persentase contoh yang berpendidikan meoengab dan tinggi di daerah yang mendapat Program Social Enforcement UNICEF (38.5%), lebih tinggi di bandingkan pada daerah yang mendapat lntervensi Pemerintah
45 yaitu sebesar 33.3% dan hanya 26.7% di daerah yang tidak diintervensi, hanya
sampai pada jenjang pendidikan menengah. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik contoh, serta daerah yang
mendapat program Social Enforcement UNICEF. Intervensi Pemerintah dan yang tidak mendapat intervensi di daerah endemik GAKI dapat dilihat pada Tabel3. Tabel 3 Sebaran Contoh Berdasarkan Karakteristik Contoh, Serta Jenis Intervensi JENIS INTERVENSI
No.
SE
VARIABEL n
Kel.omDOk Umur: < 35 tabun 1. 35 45 tahun 2. >45 tabun 3. Rata-rata
46 23 I
I
%
65.7
32.9 1.4
I I
JUMLAH
TIP
IP n
%
D
%
n
'Y.
12 15 3
40.0
26.7
50.0
8 21
70,0
45.4
10.0
I
3.3
66 59 5
37.7±8.9
33.2±S.9
37.106.0
50.8
3.8
35.1206.99
Tingkat Pendidikan : Rendah(SD) Menengah(SMP-
43 26
61.4 37.1
20 9
66.7 30.0
22 8
85 43
65.4
26.7
SMA) Tin"'; (SI) 3. Pekerjaan Kepala Keluarga :
I
1.4
I
3.3
-
-
2
I.S
2 22 4 35
2.9 31.4 5.7 50.0
I
3.3 56.7
I
17
21
-
-
-
3.3 70.0
3.1 46.2 31
9
30.0
8
26.7
4 60 4 52
40.0
3
100
-
-
10
7.6
62 49 19
47.7
65 64
50.0 49.2 0.8
1. 2.
1. 2. 3. 4.
Petani
8wuh
I Karvawan PcdaganglWira-
swasta P...waiNeoeri 7 100 5. Pcnsiunan 6. ulan (Rp): Pend.palaa Kel