BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR
HIMPUNAN PERATURAN
JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA DI LINGKUNGAN APARAT PENGAWASAN INTERNAL PEMERINTAH (APIP)
EDISI TAHUN 2003
i
KATA PENGANTAR Dalam rangka lebih meningkatkan pemahaman mengenai Jabatan Fungsional Auditor, khususnya dilingkungan BPKP dan APIP, maka Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor BPKP selaku unit kerja operasional Instansi Pembina JFA berusaha mengkompilasi dalam suatu buku Himpunan Peraturan mengenai Jabatan Fungsional Auditor. Penerbitan Himpunan Peraturan JFA merupakan kelanjutan dari edisi sebelumnya yang berisi Keputusan Presiden, Surat Keputusan MENPAN, Menteri Keuangan, Kepala LAN, Kepala BPKP, Sekretaris Utama BPKP, Kepala dan Deputi BKN serta Kepala Pusbin JFA yang dikeluarkan sejak tahun 1997 sampai dengan saat ini dan dikelompokkan sebagai berikut : a. Ketentuan Umum b. Pendidikan, Pelatihan dan Sertifikasi c. Penilaian Angka Kredit d. Kesepadanan e. Pengangkatan JFA f. Tunjangan Jabatan Dengan adanya dokumentasi Peraturan JFA tersebut diharapkan selain membantu Tim Penilai dalam melaksanakan tugasnya, juga merupakan salah satu sumber informasi mengenai Jabatan Fungsional Auditor bagi para PFA. Semoga Himpunan Peraturan JFA ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Jakarta, 24 Juli 2003 Kepala Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor
ttd
A. Animaharsi NIP. 060060147
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI KETENTUAN UMUM 1. KEPPRES No. 87 Tahun 1999, tanggal 30 Juli 1999 Keputusan Presiden RI tentang : Rumpun Jabatan Fungsional PNS ............................... 1 PENDIDIKAN, PELATIHAN dan SERTIFIKASI 1. KEP- 06.04.00-373 / K / 1997, tanggal 6 Juni 1997 Keputusan Kepala BPKP tentang : Juknis Pelaksanaan Sertifikasi Serta Pendidikan dan Pelatihan Fungsi Auditor bagi APIP .................................................................................. 17 2. KEP- 193 / XIII / 10 / 6 / 2001, tanggal 30 Maret 2001 Keputusan Kepala LAN tentang : Pedoman Umum Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS ................................................ 27 3. S. 06.04.00-31 / PJFA. I / 2002, tanggal 31 Januari 2002 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Penjelasan Mengenai UBM................................................................................................ 42 4. S. 06.04.00-32 / PJFA. I / 2002, tanggal 29 Januari 2002 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Penjelasan Mengenai UBM................................................................................................ 45 5. SE-767 /JF / 2003, tanggal 14 Juli 2003 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Penyertaraan Sertifikat UBM dan telah mengikuti diklat dalnis ......................................... 47 PENILAIAN ANGKA KREDIT 1. SE-06.04.00-27 / PJFA / 2002 tanggal 18 Januari 2002 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Penjelasan unsur Pengembangan profesi, jam kerja dan alokasi angka kredit..................................................................................... 49
i
2. S. 06.04.00-300 / PJFA / 2002, tanggal 13 Juni 2002 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Angka kredit penerjemah, makalah, sosialisasi, penyusunan LHA dalam bahasa Inggris ............................................................................ 52 3. S. 06.04.00-314 / PJFA.2 / 2002, tanggal 21 Juni 2002 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Penjelasan unsur Pengembangan, profesi, jam kerja dan alokasi angka kredit..................................................................................... 54 4. S-373 / JF / 2 / 2002, tanggal 18 Juli 2002 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Penetapan Hari efektif........................................................................................................ 57 5. S-374 / JF / 2 / 2002, tanggal 18 Juli 2002 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Angka Kredit Seminar, Pelatihan Kantor Sendiri (PKS).................................................... 58 6. S-552 /JF.2 / 2002, tanggal 30 Agustus 2002 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Berkas pendukung penilaian angka kredit ......................................................................... 60 7. S-1089 / JF.1 / 2002, tanggal 31 Desember 2002 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Penilaian Angka Kredit Peserta Diklat SAK ....................................................................... 63 8. S-1091 / JF.1 / 2002, tanggal 31 Desember 2002 Keputusan Kepala PUSBIN BPKP tentang : Kesepadanan dengan kegiatan LIN................................................................................... 65 PENGANGKATAN JFA 1. S.157 / ORTALA / III / 97 dan S. 06.04.00-144 / K / 1997, tanggal 14 Maret 1997 Keputusan Kepala BPKP dan Sekjen BPK tentang : Penundaan Inpassing / penyesuaian ke dalam Jabatan Fungsional Auditor................................................................................ 75 2. K.26-25 / V.6-12 / 99, tanggal 6 Mei 1997 Keputusan Kepala BAKN tentang : Perpanjangan masa Inpassing Auditor .............................................................................. 77
i
3. S-06.04.00-648 / K / 1997, tanggal 12 Desember 1997 Keputusan Kepala BPKP tentang : Perpanjangan masa Inpassing Auditor .............................................................................. 79 4. R-06.04.00-757 / K / 1997, tanggal 14 Oktober 1997 Keputusan Kepala BPKP tentang : Inpassing Jabatan Fungsional Auditor ............................................................................... 80 5. C-26-25 / V.12-4 / 74, tanggal 31 Oktober 1997 Keputusan Deputi Mutasi Kepegawaian tentang : Perpanjangan masa Inpassing Auditor .............................................................................. 82 6. S-06.04.00-177 / K / 2000, tanggal 20 April 2000 Keputusan Kepala BPKP tentang : Inpassing ke dalam JFA di lingkungan APFP .................................................................... 83 7. K.26-30 / V.6-53 / 74, tanggal 16 Mei 2000 Keputusan Kepala BKN tentang : Inpassing dalam jabatan auditor di lingkungan APFP ....................................................... 85 8. S-05.01.04-932 / DI / 2000, tanggal 4 Agustus 2000 Keputusan Deputi Bidang Administrasi tentang : Juklak Inpassing di lingkungan APFP ................................................................................ 88 9. K. 26-30 / V.10-47 / 24, tanggal 18 Juni 2001 Keputusan Kepala BKN tentang : Inpassing JFA............................................................... 92 10. S-06.04.00-370 / K / 2001, tanggal 18 Juni 2001 Keputusan Kepala BPKP tentang : Inpassing JFA ............................................................ 94 11. S-06.04.00-589 / SESMA / 2001, tanggal 27 Juli 2001 Keputusan SESMA BPKP tentang : Inpassing Jabatan Auditor ........................................ 96 12. S-06.04.00-666 / SESMA / 2001, tanggal 7 Agustus 2001 Keputusan SESMA BPKP tentang : Inpassing JFA........................................................... 97 13. S-05.01.04-515 / K / 2001, Tanggal 24 Agustus 2001 Keputusan Kepala BPKP tentang : Inpassing di lingkungan APIP .................................... 100 14. S-06.04.00-604 / K / 2002, tanggal 28 September 2001 Keputusan Kepala BPKP tentang : Inpassing ke dalam JFA............................................. 104
i
15. KEP-07.02.01-603 / K / 2001, tanggal 28 September 2001 Keputusan Kepala BPKP tentang : Inpassing di lingkungan APIP .................................... 106 16. S. 07.02.01-1096 / SESMA / 2001, tanggal 3 Oktober 2001 Keputusan SESMA BPKP tentang : Juknis pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi pejabat yang di Inpassing di lingkungan APFP.................................................................. 110 17. S-05.01.02-1146 / SESMA / 2001, tanggal 16 Oktober 2001 Keputusan SESMA BPKP tentang : Penetapan Angka Kredit awal bagi PFA ............................................................................ 112 18. C.26-30 / V.59-1 / 74, tanggal 16 Juli 2002 Keputusan Direktur Jabatan Karier BKN tentang : Inpassing JFA Departemen luar Negeri ............................................................................. 114 19. C.II.26-20 / V.112-7 / 37, tanggal 9 Oktober 2002 Keputusan Direktur Jabatan Karier BKN tentang : Perlakuan khusus pengangkatan JFA ( Bakosurtanal )..................................................... 116 20. S-1048 / JF.1 / 2002, tanggal 31 Desember 2002 Keputusan Kepala PUSBIN tentang : Pengangkatan JFA Bawasda................................. 118 21. C.26-14 / V.30-8 / 07, tanggal 28 Pebruari 2003 Keputusan Deputi Bina Kinerja & Per-UU tentang : Inpassing JFA di Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata............................. 120 22. S-449 / K / J / 2003, tanggal 16 April 2003 Keputusan Kepala BPKP tentang : Inpassing JFA di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda ...................................... 122 23. K.26-30 / V-64-3 / 74, tanggal 24 Juni 2003 Keputusan Kepala BKN tentang : Inpassing JFA di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda ....................................... 124 24. S-772 / K / JF / 2003, tanggal 21 Juli 2003 Keputusan Kepala BPKP tentang : Petunjuk Teknis Pelaksanaan Inpassing (Penyesuaian) JFA dilingkungan unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah ..................................... 126
i
TUNJANGAN JABATAN 1. S-06.04.00-288 / K / 2000, tanggal 22 Juni 2000 Keputusan Kepala BPKP tentang : Pembayaran Tunjangan Jabatan bagi Pejabat Struktural yang di Inpassing ke JFA ..................................................................... 151 2. S-4071 / A / 2001, tanggal 17 Oktober 2001 Keputusan Dirjen Anggaran tentang : Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor ............................................................................. 153 3. S-5109 / MK.2 / 2001, tanggal 20 Desember 2001 Keputusan Dirjen Anggaran tentang : Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor ............................................................................. 155 4. No.17 / KEP / M.PAN / 4 / 2002, tanggal 9 April 2002 Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang : Penyesuian Penamaan JFA................................................................................ 157 5. KEPPRES No. 23 TAHUN 2002, tanggal 23 April 2002 Keputusan Presiden RI tentang : Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor ............................................................................. 159 6. No. 08 TAHUN 2002, tanggal 29 Mei 2002 Keputusan Kepala BKN tentang : Tata cara permintaan, pemberian dan penghentian tunjangan JFA.................................. 162 7. SE-97 / A / 2002, tanggal 24 Juni 2002 Keputusan Dirjen Anggaran tentang : Pembayaran Tunjangan JFA ................................. 184
i
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa untuk mewadahi keberadaan dan sekaligus sebagai landasan bagi penetapan jabatanjabatan fungsional yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan, dipandang perlu menetapkan Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; b. Bahwa berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Presiden menetapkan rumpun jabatan Fungsional atas usul Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara; c. Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut pada huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Keputusan Presiden tentamg Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perarturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1997 (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 19); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3156); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1991 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil secara langsung (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3438); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL
1
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan : 1. Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keadilan dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri. 2. Rumpun jabatan fungsional adalah himpunan jabatan fungsional keahlian dan / atau jabatan fungsional ketrampilan yang mempunyai fungsi dan tugas yang berkaitan erat satu sama lain dalam melaksanakan salah satu tugas umum pemerintahan. 3. Jenis rumpun jabatan fungsional adalah perumpunan jabatan fungsional ditinjau dari perpaduan pendekatan antara jabatan dan bidang ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas dan fungsi jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan. 4. Jabatan fungsional Keahlian adalah jabatan fungsional kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang keahliannya. Tugas utama Jabatan Fungsional Keahlian meliputi pengembangan pengetahuan, penerapan konsep dan teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah, dan pemberian pengajaran dengan cara yang sistematis. 5. Jabatan Fungsional Ketrampilan adalah jabatan fungsional kualifikasi teknisi atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di satu bidang ilmu pengetahuan atau lebih. Tugas utama Jabatan Fungsional Ketrampilan meliputi pelaksanaan kegiatan teknis yang berkaitan dengan penerapan konsep dan metode operasional di bidang ilmu pengetahuan tersebut serta pemberian pengajaran di tingkat pendidikan tertentu. 6. Bobot jabatan adalah nilai kumulatif faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya jenjang jabatan antara lain pendidikan, pengalaman, upaya fisik dan mental yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dalam suatu jabatan. 7. Kualifikasi profesional adalah kualifikasi yang bersifat keahlian yang didasarkan pada ilmu pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan yang berkelanjutan secara sistematis yang pelaksanaan tugasnya meliputi penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan dan penerapan konsep, teori, ilmu dan seni untuk pemecahan masalah serta memberikan pengajarannya dan terikat pada etika profesi. Kualifikasi teknisi atau penunjang profesional adalah yang bersifat ketrampilan yang didasarkan pada ilmu pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan kejuruan dan pelatihan teknis yang pelaksanaan tugasnya meliputi kegiatan teknis operasional berdasarkan prosedur standar operasional serta melatihkannnya dan terikat pada etika profesi.
2
BAB II TUJUAN PENETAPAN RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL Pasal 2 Rumpun jabatan fungsional ditetapkan untuk mewadahi keberadaan dan sekaligus sebagai landasan bagi penetapan jabatan fungsional keahlian dan/atau jabatan fungsional ketrampilan yang diperlukan oleh pemerintah dalam rangka terselenggaranya tugas umum pemerintahan.
BAB III JENIS RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL DAN JENJANG JABATAN FUNGSIONAL Bagian Pertama Jenis Rumpun Jabatan Fungsional Pasal 3 (1) Jenis rumpun jabatan fungsional disusun dengan menggunakan perpaduan pendekatan antara jabatan dan bidang ilmu pengetahuan yang digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan tugas dan fungsi jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan. (2) Jenis rumpun jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan Presiden ini. Bagian Kedua Jenjang Jabatan Fungsional Pasal 4 Jabatan-jabatan yang dihimpun dalam rumpun jabatan fungsional dapat dikategorikan dalam jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional ketrampilan :
Pasal 5 (1) Jabatan fungsional keahlian adalah jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasnya : a. Mensyaratkan kualifikasi profesional dengan pendidikan serendah-rendahnya berijasah Sarjana (Strata-1); b. Meliputi kegiatan yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan, peningkatan dan penerapan konsep dan teori serta metode operasional dan penerapan disiplin ilmu pengetahuan yang mendasari pelaksanaan tugas dan fungsi jabatan fungsional yang bersangkutan; c. Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan profesinya. (2) Berdasarkan penilaian terhadap bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional keahlian dibagi dalam 4 (empat) jenjang jabatan yaitu :
3
a. Jenjang Utama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tertinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina Utama Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan pembina utama, golongan ruang IV/e. b. Jenjang Madya, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat strategis sektoral yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina, golongan ruang IV/a sampai dengan Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c. c. Jenjang Muda, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat lanjutan dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d. d. Jenjang Pertama, yaitu jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat dasar dengan kepangkatan mulai dari Penata muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b. Pasal 6 (1) Jabatan fungsional ketrampilan adalah jabatan fungsional yang pelaksanaan tugasnya : a. Mensyaratkan kualifikasi teknisi profesional dan /atau penunjang profesional dengan pendidikan serendah-rendahnya Sekolah Menengah Umum atau Sekolah Menengah Kejuruan dan setinggi-tingginya setingkat Diploma III (D-3); b. Meliputi kegiatan teknis operasional yang berkaitan dengan penerapan konsep atau metode operasional dari suatu bidang profesi; c. Terikat pada etika profesi tertentu yang ditetapkan oleh ikatan profesinya. (2) Berdasarkan penilaian bobot jabatan fungsional, maka jabatan fungsional ketrampilan dibagi dalam 4 (empat) jenjang jabatan yaitu : a. Jenjang Penyelia, adalah jenjang jabatan fungsional ketrampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembimbing, pengawas, dan penilai pelaksanaan pekerjaan pejabat fungsional tingkat dibawahnya yang mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang beberapa cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Penata, golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat I, golongan ruang III/d. b. Jengjang Pelaksana Lanjutan, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pelaksana tingkat lanjutan dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu, dengan kepangkatan mulai dari Penata Muda, golongan ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b. c. Jenjang Pelaksana, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsinya utamanya sebagai pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan dan pengalaman teknis operasional penunjang yang didasari oleh satu cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan mulai dari Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b sampai dengan Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.
4
d. Jenjang Pelaksana Pemula, adalah jenjang jabatan fungsional keterampilan yang tugas dan fungsi utamanya sebagai pembantu pelaksana dan mensyaratkan pengetahuan teknis operasional penunjang yang didasari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan tertentu dengan kepangkatan Pengatur Muda, golongan ruang II/a. Pasal 7 Jenjang jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional ketrampilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan Pasal 6 didasarkan pada penilaian bobot masing – masing jabatan fungsional dan ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. Pasal 8 Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional keahlian atau jabatan fungsional Keterampilan diberikan tunjangan jabatan fungsional. (2) Besarnya tunjangan jabatan fungsional masing – masing jenjang jabatan fungsional keahlian adalah : a. Jenjang Utama, setinggi - tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon Ia; b. Jenjang Madya, setinggi - tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IIa; c. Jenjang Muda, setinggi - tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IIIa; d. Jenjang Pertama, setinggi - tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IVa. (3) Besarnya tunjangan jabatan fungsional untuk masing - masing jenjang jabatan fungsional keterampilan adalah : a. Jenjang Penyelia, setinggi - tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IIIa; b. Jenjang Pelaksana Lanjutan, setinggi - tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon IVa; c. Jenjang Pelaksana, setinggi - tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon Va; d. Jenjang Pelaksana Pemula, setinggi - tingginya sama dengan tunjangan jabatan struktural eselon Vb.
(1)
BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 9 Jabatan fungsional yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku sebelum ditetapkannya Keputusan Presiden ini, tetap berlaku dengan ketentuan harus sudah disesuaikan selambat – lambatnya 3 (tiga) tahun terhitung setelah Keputusan Presiden ini ditetapkan.
5
BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 10 Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan Keputusan Presiden ini, ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara.
Pasal 11 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 30 Juli 1999 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
6
LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TANGGAL 30 JULI 1999 DAFTAR RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL DAN PENJELASANNYA 1. Rumpun Fisika, Kimia dan yang berkaitan. Rumpun Fisika, Kimia dan jabatan yang berkaitan adalah runpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional serta pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan penerapan ilmu pengetahuan di bidang ilmu fisika, astronomi, meteorologi, kimia, geologi dan geofisika. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pranata Nukli; b. Pengamat Meteorologi dan Geofisika; c. Pengawas Radiasi. Contoh jabatan fungsional keterampilan : a. Asisten Pranata Nuklir; b. Asisten Pengamat Meteorologi dan Geofisika; c. Asisten Pengawas Radiasi. 2. Rumpun Matematika, Statistik dan yang berkaitan. Rumpun Matematika, Statistik dan yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori matematika aktuaria atau konsep statistik dan mengaplikasikannya pada bidang teknik, ilmu pengetahuan alam dan sosial serta melaksanakan kegiatan teknis yang berhubungan dengan penerapan konsep, prinsip dan metode operasional ilmu matematika, statistik dan aktuaria. Contoh jabatan fungsional keahlian : Statistisi. Contoh jabatan fungsional keterampilan : Asisten Statistisi.
7
3. Rumpun Kekomputeran : Rumpun Kekomputeran adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang perencanaan, pengembangan dan peningkatan sistem yang berbasis komputer, pengembangan perangkat lunak, prinsip dan metode operasional, pemeliharaan kamus data dan sistem manajemen, database untuk menjamin integritas dan keamanan data, serta membantu pengguna komputer dan perangkat lunak standar, mengontrol dan mengoperasikan komputer dan peralatannya , melaksanakan tugas – tugas pemrograman yang berhubungan dengan pemasangan dan pemeliharaan perangkat keras dan perangakat lunak. Contoh jabatan fungsional keahlian : Pranata Komputer Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Pranata Komputer 4. Rumpun Arsitek, Insinyur dan yang berkaitan. Rumpun Arsitek, Insinyur dan yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya melakukan penelitian, meningkatkan dan mengembangkan konsep, teori dan metode operasional, menerapkan pengetahuan dan kegiatan teknis yang berhubungan dengan penerapan konsep, prinsip dan metode operasional di bidang arsitektur, dan teknologi serta efisiensi dalam proses produksi. Contoh Jabatan fungsional keahlian : a. Teknik Pengairan; b. Teknik Jalan dan Jembatan; c. Teknik Penyehatan dan lingkungan; d. Teknik Tata Bangunan dan Perumahan; e. Surveyor dan Pemeta; f. Penyelidik Bumi. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Asisten Teknik Pengairan; b. Asisten Teknik Jalan dan Jembatan; c. Asisten Teknik Penyehatan dan Lingkungan; d. Asisten Teknik Tata Bangunan dan Perumahan e. Asisten Surveyor dan Pemeta .
8
5. Rumpun Penelitian dan perekayasaan. Rumpun Penelitian dan Perekayasaan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep , teori dan metode operasional yang berhubungan dengan bidang penelitian dan perekayasaan dan melakukan kegiatan teknis yang berhubungan dengan penelitian dan perekayasaan. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Peneliti; b. Perekayasa. Contoh Jabatan fungsional ketrampilan : Teknisi Penelitian dan Perekayasaan ( Litkayasa ). 6. Rumpun Ilmu Hayat Rumpun Ilmu Hayat adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya adalah melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, pengembangan teori dan metode operasional, penerapan ilmu pengetahuan di bidang biologi, mikrobiologi, botani, ilmu hewan, ekologi, anatomi, bakteorologi, biokimia, fisiologi, citologi, genetika, agronomi, fatologi, atau farmakologi serta melaksanakan kegiatan teknis yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, penerapan konsep prinsip dan metode operasional di bidang biologi, ilmu hewan, agronomi, dan kehutanan. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan; b. Pengendali Hama dan Penyakit Ikan; c. Pengawas Benih Tanaman; d. Pengawas Benih Ikan; e. Pengawas Bibit Ternak; f. Medik Veteriner; g. Penyuluh Pertanian; h. Penyuluh Kehutanan. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Asisten Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan; b. Asisten Pengendali Hama dan Penyakit Tumbuhan; c. Asisten Pengawas Benih Tanaman; d. Asisten Pengawas Benih Ikan; e. Asisten Pengawas Bibit Ternak; f. Paramedik Veteriner; g. Asisten Penyuluh Pertanian; h. Asisten Penyuluh Kehutanan.
9
7. Rumpun Kesehatan Rumpun Kesehatan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya adalah melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional, penerapan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan kegiatan teknis di bidang peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit manusia, pengobatan dan rehabilitasi, kesehatan gigi dan mulut, farmasi, serta perawatan orang sakit dan kelahiran bayi. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Dokter; b. Dokter Gigi; c. Apoteker; d. Perawat; e. Penyuluh Kesehatan Masyarakat. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Asisten Apoteker; b. Asisten Penyuluh Kesehatan Masyarakat; c. Terapis Wicara; d. Asisten Perawat. 8. Rumpun Pendidikan Tingkat Pendidikan Tinggi Rumpun Pendidikan Tingkat Pendidikan Tinggi adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, peningakatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional disiplin ilmu khusus di bidang pendidikan tinggi, melaksanakan tugas mengajar pada pendidikan tinggi disamping penyiapan buku dan tulisan ilmiah. Contoh jabatan fungsional keahlian : Dosen. 9. Rumpun Pendidikan Tingkat Taman Kanak-kanak, Dasar, Lanjutan dan Sekolah Khusus Rumpun Pendidikan Tingkat Taman Kanak-kanak, Dasar, Lanjutan dan Sekolah Khusus adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya melakukan kegiatan yang berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional di bidang pendidikan dan pengajaran pada Tingkat Taman Kanak-kanak, Dasar, Lanjutan dan Sekolah Khusus serta mengajar anak-anak atau orang dewasa yang cacat fisik dan cacat mental atau mempunyai kesulitan belajar pada tingkat pendidikan tertentu.
10
Contoh jabatan fungsional keahlian : Guru Ahli. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Guru Trampil. 10. Rumpun Pendidikan Lainya. Rumpun Pendidikan Lainya adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional di bidang pendidikan dan pengajaran umum serta pendidikan dan pelatihan yang tidak berhubungan dengan pengajaran sekolah formal, memberikan saran tentang metode dan bantuan pengajaran, menelaah serta memeriksa hasil kerja yang telah dicapai oleh guru dalam penerapan kurikulum, memberikan pelatihan penggunaan teknologi tinggi. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pengawas Sekolah; b. Ahli Kurikulum; c. Ahli Pengujian; d. Pamong Belajar; e. Widyaiswara. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Pamong Belajar. 11. Rumpun Operator Alat-alat Optik dan Elektronik. Rumpun Operator Alat-alat Optik dan Elektronik adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas melakukan pemotretan, mengontrol gambar yang bergerak dan video kamera dan peralatan lain untuk merekam dan menyempurnakan citra dan suara, mengontrol penyiaran dan sistim alat telekomunikasi, mengontrol penggunaan alat untuk keperluan diagnosa medis dan perawatan. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Pemantau frekuensi radio; b. Pengatur frekuensi radio; c. Operator Transmisi Sandi. 12. Rumpun Teknisi dan Pengontrol Kapal dan Pesawat. Rumpun Teknisi dan Pengontrol Kapal dan Pesawat adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas memberi komando dan menavigasi kapal serta pesawat,
11
melaksanakan fungsi teknis untuk menjamin efisiensi dan keselamatan pelayaran serta penerbangan. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Teknisi Penerbangan; b. Teknisi Pelayaran. 13. Rumpun Pengawas Kualitas dan Keamanan. Rumpun Pengawas Kualitas dan Keamanan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metoda operasional serta memeriksa pengimplementasian peraturan perundang – undangan yang berhubungan dengan pencegahan kebakaran dan bahaya lain, keselamatan kerja, perlindungan kesehatan dan lingkungan, kesehatan proses produksi, barang dan jasa yang dihasilkan dan juga hal-hal yang berhubungan dengan standar kualitas dan spesifikasi pabrik. Contoh jabatan fungsional Keahlian : a. Pengawas Ketenagakerjaan; b. Penguji Mutu Barang; c. Penera; d. Pengawas Farmasi dan Makanan. Contoh jabatan fungsional Ketrampilan : a. Asisten Pengawas Ketenagakerjaaan; b. Asisten Penguji Mutu; c. Asisten Penera; d. Asisten Pengawas Farmasi dan Makanan. 14. Rumpun Akuntan dan Anggaran Rumpun Akuntan dan Anggaran adalah rumpun jabata fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang pemberian saran, penyeliaan atau melaksanakan kegiatan teknis yang berhubungan dengan akuntansi anggaran dan manajemen keuangan. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Akuntan; b. Auditor. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Assisten Auditor.
12
15. Rumpun Asisten Profesional yang berhubungan dengan Keuangan dan Penjualan Rumpun Asisten Profesional yang berhubungan denagan Keuangan dan Penjualan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas melakukan kegiatan teknis dalam analisis kecenderungan pasar dibidang keuangan dan devisa, menaksir nilai komoditi, real estate atau properti lain atau menjual lewat lelang atas nama pemerintah. Contoh jabatan fungsional keahlian : Penilai Pajak Bumi Dan Bangunan. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Penilai Pajak Bumi Dan Bangunan. 16. Rumpun Imigrasi, Pajak Dan Asisten Profesional yang berkaitan Rumpun Imigrasi, Pajak dan Asisten Profesional yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas memberlakukan dan menerapkan peraturan Perundangan Pemerintah yang berhubungan dengan batas negara, pajak-pajak, jaminan sosial, ekspor dan impor barang, pembentukan usaha, pendirian gedung serta kegiatan lain yang berhubungan dengan penerapan Peratutaran Pemerintah. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pemeriksa Bea Dan Cukai; b. Pemeriksa Pajak. Contoh jabatan fungsional kerampilan : Asisten pemeriksa Bea Dan Cukai. 17. Rumpun Manajemen Rumpun manajemen adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional, penerapan ilmu pengetahuan di bidang sistem, pemberian saran atau pengelolaan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan sumber daya manajemen. Contoh jabatan fiungsional keahlian : a. Analis Manajemen; b. Analis kepegawaian. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Analais Kepegawaian.
13
18. Rumpun Hukum Dan Peradilan Rumpun Hukum dan Peradilan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil Yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang hukum, perancangan peraturan perundang-undangan serta pemberian saran dan konsultasi pada para klien tentang aspek hukum, penyelidikan kasus, pelaksanaan peradilan. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Perancang peraturan perundang-undangan; b. Jaksa. 19. Rumpun Hak Cipta, Paten dan Merek Rumpun Hak Cipta, Paten dan merek adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang pemberian saran, pengadministrasian, penyeliaan, serta pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan pengatalogan, registrasi dari hak cipta, penetapan hak paten, pendaftaran merek dagang sesuai dengan aturan yang berlaku. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pemeriksa Paten ; b. Pemeriksa Merek. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Pemeriksa Merek. 20. Rumpun Penyidik dan Detektif Rumpun Penyidik dan Detektif adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai tugas menyelidiki fakta yang berhubungan dengan tindak kriminal dalam rangka membuktikan pihak yang bersalah, mengumpulkan informasi tentang seseorang yang diduga berbuat kriminal, melakukan penyelidikan tindakan yang mencurigakan di perusahaan, toko ataupun ditempat umum. Contoh jabatan fungsional keahlian : Agen. 21. Rumpun Arsiparis, Pustakawan dan yang berkaitan Rumpun Arsiparis, pustakawan dan yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan
14
konsep, teori dan metode operasional serta penerapan ilmu pengetahuan di bidang pengembangan dan pemeliharaan koleksi arsip, perpustakaan, museum, koleksi benda seni dan yang sejenis serta pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan kearsipan dan kepustakaan. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Arsiparis; b. Pustakawan. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Asisten Arsiparis; b. Asisten Pustakawan.
22. Rumpun Ilmu Sosial dan yang berkaitan Rumpun ilmu sosial dan yang berkaitan adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang kegiatannya berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, pengembangan konsep dan metode operasional serta penerapan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan filosofi, sosiologi, psiokologi dan ilmu sosial lainnya, memberikan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan perorangan dan keluarga dalam masyarakat. Contoh jabatan fungsional keahlian : a. Pekerja sosial; b. Penyuluh KB. Contoh jabatan fungsional ketrampilan : a. Asisten Pekerja Sosial; b. Asisten penyuluh KB. 23. Rumpun Penerangan dan Seni Budaya Rumpun Penerangan dan Seni Budaya adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, pengamatan, penciptaan, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional di bidang pelaksanaan kegiatan pemeliharaan karya seni, museum, bahasa, sejarah, antropologi dan arkeologi serta pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan pekerjaan penerangan kepada masyarakat, pengamatan dan penciptaan serta pemeliharaan karya seni, benda seni, benda bersejarah ( museum ). Contoh jabatan fungsional keahlian : Pamong budaya
15
Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Pamong budaya. 24. Rumpun Keagamaan Rumpun Keagamaan adalah rumpun fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional serta pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan pembinaan rohani dan moral masyarakat sesuai dengan agama yang dianutnya. Contoh jabatan fungsional keahlian : Penyuluh Agama Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Penyuluh Agama. 25. Rumpun Politik dan Hubungan Luar Negeri Rumpun Politik dan Hubungan Luar Negeri adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep, teori dan metode operasional, pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan perumusan, pengevaluasian, penganalisisan serta penerapan kebijaksanaan dibidang politik, pemerintahan dan hubungan internasional. Contoh jabatan fungsional keahlian : Diplomat Contoh jabatan fungsional ketrampilan : Asisten Analis Politik
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Ttd
BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE
16
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) ___________________ KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP – 06.04.00-373/K/1997 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SERTIFIKASI SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL AUDITOR BAGI APARAT PENGAWASAN FUNGSIONAL PEMERINTAH KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN.
Menimbang :
a. bahwa Pegawai Negeri Sipil yang akan atau telah menduduki jabatan fungsional auditor pada Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah berdasarkan pasal 24, 25, dan 26 Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 Tahun 1996 dan pasal 7, 8, dan 9 Keputusan Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan, dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor : 10 Tahun 1996, Nomor : 49 /SK/S/1996, dan Nomor : Kep-386/K/1996, diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan kedinasan guna memperoleh sertifikasi yang dipersyaratkan; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, dipandang perlu di tetapkan Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi Serta Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Auditor Bagi Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041)
17
2. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1975 tentang Wewenang Pengangkatan,Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3437); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1993 (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 21); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3438); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); 6. Keputusan Presiden Nomor 15 tahun 1994 tentang Susunan Organisasi Departemen Sebagaimana Telah Dua Puluh Enam Kali Diubah Terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 1996; 7. Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 8. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya; 9. Keputusan Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan, dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor : 10 Tahun 1996, Nomor : 49 /SK/S/1996, dan Nomor : Kep386/K/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya; 10. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor : Kep13.00.00-125/K/1997 tanggal 5 Maret 1997 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah;
18
MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SERTIFIKASI SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL AUDITOR BAGI APARAT PENGAWASAN FUNGSIONAL PEMERINTAH. PERTAMA Petunjuk teknis pelaksanaan sertifikasi serta pendidikan dan pelatihan fungsional auditor bagi Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan ini KEDUA Lampiran Keputusan sebagaimana dimaksud dalam diktum PERTAMA adalah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari keputusan ini KETIGA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 6 Juni 1997
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN ttd DRS. SOEDARJONO NIP. 060028787
19
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR ; KEP-06.04.00-373/K/1997, TANGGAL 6 Juni 1997 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SERTIFIKASI SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL AUDITOR BAGI APARAT PENGAWASAN FUNGSIONAL PEMERINTAH
1.
PENDAHULUAN
A. UMUM 1. Dalam rangka menciptakan aparatur negara yang berkualitas, diperlukan adanya pegawai negeri sipil yang profesional, berdaya guna dan berhasil guna. Untuk mewujudkan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud perlu dilakukan pembinaan yang sebaik-baiknya atas dasar sistem karier dan sistem prestasi kerja serta profesinalisme. 2. Pembinaan karier, prestasi kerja dan peningkatan mutu profesionalisme dimungkinkan melalui jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994. Pembinaan terhadap Jabatan Fungsional antara lain mencakup penetapan petunjuk teknis, kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan fungsional, dan pelaksanaan sertifikasi keahlian dan ketrampilan jabatan fungsional. 3. Sesuai dengan pasal 1 Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor di lingkungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan instansi pemerintah lainnya kecuali di lingkungan Badan Pemeriksa Keuangan, dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. B. TUJUAN Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi serta Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Auditor ini dimaksudkan sebagai pedoman yang lebih rinci bagi pejabat yang berkepentingan agar terjamin adanya kesatuan bahasa dan pengertian dalam pelaksanaan sertifikasi serta pendidikan dan pelatihan fungsional auditor bagi Auditor di lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP).
20
C. PENGERTIAN Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Sertifikasi adalah suatu proses yang harus dilaksanakan oleh calon auditor atau oleh auditor untuk mendapatkan sertifikat auditor. Sertifikat auditor adalah tanda kemampuan auditor untuk melaksanakan tugas sebagai auditor trampil atau auditor ahli maupun untuk berperan sebagai ketua Tim, Pengendali Teknis atau Pengendali Mutu. 2. Auditor adalah Pegawai negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah. 3. Auditor Ahli adalah Auditor yang berlatar belakang pendidikan minimal Strata 1/ Diploma IV dengan kualifikasi yang ditentukan oleh instansi pembina atau yang sederajat, mempunyai sertifikat auditor ahli, yang dalam melaksanakan tugas pengawasan dilandasi oleh pengetahuan, metodologi dan teknis analisis yang didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan. 4. Auditor Trampil adalah Auditor yang berlatar belakang pendidikan SLTA, D II, atau D III dengan kualifikasi yang ditentukan oleh instansi pembina atau yang sederajat, mempunyai sertifikat auditor trampil, yang dalam melaksanakan tugas pengawasan mempergunakan prosedur dan teknik kerja yang telah ditentukan dibidang pengawasan. 5. Pengendali Mutu adalah Auditro Ahli Madya Ahli Utama yang bertanggungjawab atas mutu hasil kegiatan pengawasan. 6. Pengendali Teknis adalah Auditor Ahli Muda atau Ahli Madya yang bertanggungjawab terhadap teknis pelaksanaan pekerjaan pengawasan. 7. Ketua Tim adalah Auditor Ahli Pratama atau Ahli Muda yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan pengawasan yang ditugaskan kepada suatu tim yang diketuainya. 8. Anggota Tim adalah Auditor Trampil Pemula, Pratama dan Muda atau Auditor Ahli Pratama yang bertanggungjawab melaksanakan sebagian dari pelaksanaan kegiatan pengawasan dalam suatu tim yang ditugaskan kepadanya. 9. Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Auditor adalah pendidikan dan pelatihan yang dirancang untuk mempertahankan mutu profesionalisme dan atau untuk meningkatkan kemampuan Auditor Ahli dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, penggerakan dan pelaksanaan pengawasan.
21
10. Komite Sertifikasi adalah komite yang dibentuk oleh Kepala BPKP dengan tugas membantu pengembangan kurikulum diklat dalam rangka sertifikasi dan Diklat Fungsional Auditor.
D. RUANG LINGKUP Petunjuk teknis ini berlaku untuk auditor yang bertugas di : 1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2. Inspektorat Jenderal Departemen. 3. Lembaga Pemerintahan Non Departemen lainnya. 4. Inspektorat Wilayah provinsi/Kabupaten/Kotamadya. 5. Unit pengawasan instansi pemerintah lainnya. I. II. JENIS DAN PERSYARATAN FUNGSIONAL
SERTIFIKASI
SERTA
PENDIDIKAN
DAN
PELATIHAN
A. JENIS SERTIFIKASI SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL 1. Sertifikasi Berdasarkan jabatan dan peran auditor, sertifikasi dilakukan dalam 5 (lima) jenis, yaitu : 1). Sertifikasi Auditor Trampil. 2). Sertifikasi Auditor Ahli. Sertifikat Auditor Trampil dan Auditor Ahli merupakan sertifikat peran Anggota Tim. 3). Sertifikasi peran Ketua Tim. 4). Sertifikasi Peran Pengendali Teknis. 5). Sertifikasi peran Pengendali Mutu. Sertifikasi peran Ketua Tim, Pengendali Teknis dan Pengendali Mutu merupakan sertifikat peran untuk kegiatan pelaksanaan pengawasan. Penjelasan : •
• •
Seorang PNS untuk dapat diangkat menjadi auditor Trampil Pemula, Trampil Pratama dan Trampil Muda, harus lulus sertifikasi Auditor Trampil sedangkan untuk dapat diangkat sebagai Auditor Ahli Pratama harus lulus sertifikasi Auditor Ahli. Auditor Ahli Pratama yang akan berperan sebagai Ketua Tim kegiatan pelaksanaan pengawasan, yang bersangkutan harus lulus sertifikasi peran Ketua Tim. PNS yang akan diangkat sebagai auditor Ahli Muda, Ahli Madya atau Ahli Utama selain harus lulus sertifikasi Auditor Ahli, yang bersangkutan juga harus lulus sertifikasi peran
22
• •
Ketua Tim, peran Pengendali Teknis atau peran Pengendali Mutu untuk kegiatan pelaksanaan pengawasan. Auditor trampil yang akan pindah jalur menjadi auditor ahli, selain memenuhi persyaratan lainya, yang bersangkutan juga harus lulus sertifikasi auditor ahli. Auditor Ahli Pratama yang akan naik jenjang menjadi auditor Ahli Muda atau Auditor Ahli Muda yang akan naik jenjang menjadi Auditor Ahli Madya atau Auditor Ahli Madya yang akan naik jenjang menjadi Auditor ahli Utama selain memenuhi persyaratan lainnya yang bersangkutan juga harus lulus sertifaksi auditor ahli.
2. Pendidikan dan Pelatihan ( Diklat ) Fungsional Auditor Sebagai persyaratan untuk peningkatan kemampuan Auditor Ahli agar dapat melaksanakan kegiatan pembinaan, perggerakan dan pelaksanaan pengawasan maka seorang Auditor Ahli diharuskan mengikuti Diklat Fungsional Auditor. Diklat Fungsional Auditor terdiri atas : 1). Diklat Fungsional Auditor I; 2). Diklat Fungsional II; 3). Diklat Fungsional III. Diklat Fungsional Auditor I adalah Diklat Fungsional yang dipersyaratkan untuk peningkatan kemampuan Ketua Tim dari Ketua Tim kegiatan pelaksanaaan pengawasan menjadi Ketua Tim Pembinaan, pergerakan, dan pelaksanaan pengawasan. Diklat Fungsional Auditor II adalah Diklat Fungsional yang dipersyaratkan untuk peningkatan kemampuan Ketua Pengendali Teknis dari Pengendali Teknis Kegiatan pelaksanaan pengawasan menjadi Pengendali Teknis kegiatan pembinaan, perggerakan, dan pelaksanaan pengawasan. Diklat Fungsional Auditor III adalah Diklat Fungsional yang dipersyaratkan untuk peningkatan kemampuan Pengendali Mutu dari Pengendali Mutu kegiatan pelaksanaan menjadi Pengendali Teknis kegiatan pembinaan, perggerakan, dan pelaksanaan pengawasan. Hubungan antara Sertifikasi dengan Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Auditor tampak sebagai berikut: • Seorang Ketua Tim kegiatan pelaksanaan pengawasan yang akan berperan sebagai ketua Tim kegiatan pembinaan, penggerakan dan pelaksanaan pengawasan, yang bersangkutan harus lulus Diklat Fungsional Auditor I. • Seorang Pengendali Teknis Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan yang akan berperan sebagai Pengendali Teknis Kegiatan pembinaan, penggerakan dan pelaksanaan pengawasan, yang bersangkutan harus lulus Diklat Fungsional Auditor II.
23
•
Seorang Penegendali Mutu kegiatan pelaksanaan pengawasan yang akan berperan sebagai Penegndali Mutu kegiatan pembinaan, penggerakan dan pelaksanaan pengawasan, yang bersangkutan harus lulus Diklat Fungsional Auditor III.
B. PERSYARATAN SERTIFIKASI SERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL PNS yang diusulkan untuk mengikuti sertifikasi serta pendidikan dan pelatihan fungsional auditor harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1. Persyaratan Sertifikasi a. Sertifikasi Auditor Trampil 1). Memiliki ijazah serendah-rendahnya SLTA, DII, DIII dengan kualifikasi yang ditentukan oleh instansi pembina atau yang sederajat yang status ijasahnya telah disamakan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2). Menduduki pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tingkat I golongan ruang II/b. 3). Diusulkan oleh Kepala/Pimpinan Unit Organisasi yang bersangkutan. b. Sertifikasi Auditor Ahli 1). Memiliki ijazah serendah-rendahnya Sarjana (SI) / Diploma IV dengan kualifikasi yang ditentukan oleh instansi pembina atau yang sederajat dari Perguruan Tinggi yang status ijasahnya telah disamakan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2). Menduduki pangkat serendah-rendahnya Penata Muda golongan ruang III/a. 3). Diusulkan oleh Kepala/Pimpinan Unit Organisasi yang bersangkutan. c.
Sertifikasi peran Ketua Tim 1). Sekurang – kurangnya telah mengumpulkan 175 (seratus tujuh puluh lima) Angka Kredit. 2). Diusulkan oleh Kepala/Pimpinan Unit Organisasi yang bersangkutan.
d. Sertifikasi peran Pengendali Teknis 1). Sekurang-kurangnya telah mengumpulkan 350 (tiga ratus lima puluh) Angka Kredit. 2). Telah lulus dari Diklat Fungsional Auditor I. 3). Diusulkan oleh Kepala/Pimpinan Unit Organisasi yang bersangkutan. e. Sertifikasi peran Pengendalian Mutu 1). Sekurang-kurangnya telah mengumpulkan 775 (tujuh ratus tujuh puluh lima) Angka Kredit. 2). Telah lulus dari Diklat Fungsional Auditor II. 3). Diusulkan oleh Kepala/Pimpinan Unit Organisasi yang bersangkutan.
24
2. Persyaratan Pendidikan dan Pelatihan Fungsional a.
Diklat Fungsional Auditor I 1). Sekurang-kurangnya telah berpangkat Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/c. 2). Memiliki sertifikat peran sebagai KetuaTim. 3). Diusulkan oleh Kepala/Pimpinan Unit Organisasi yang bersangkutan.
b.
Diklat Fungsional Auditor II 1). Sekurang-kurangnya telah berpangkat Pembina/golongan ruang IV/a. 2). Memiliki sertifikat peran sebagai Pengendali Teknis. 3). Diusulkan oleh Kepala/Pimpinan Unit Organisasi yang bersangkutan.
c.
Diklat Fungsional Auditor III 1). Sekurang-kurangnya telah berpangkat Pembina Utama Madya/golongan ruang IV/d. 2). Memiliki sertifikat peran sebagai Pengendali Mutu. 3). Diusulkan oleh Kepala/Pimpinan Unit Organisasi.
Kepala / Pimpinan Unit Organisasi dalam mengusulkan auditor untuk mengikuti sertifikasi maupun pendidikan dan pelatihan fungsional hendaknya memperhatikan hal-hal berikut : 1). Auditor yang diusulkan mempunyai potensi untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jenjang peran yang akan dilaksanakannya. 2). Mempunyai kinerja ( Performance ) yang baik. 3). DP3 bernilai baik untuk tahun terakhir. 4). Sesuai dengan kebutuhan organisasi unit pengusul, yaitu dengan memperhatikan Daftar Susunan Pegawai (DSP). C. SERTIFIKASI PERAN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL AUDITOR YANG MENDAPATKAN FASILITAS INPASSING Sertifikasi peran bagi Pejabat Fungsional Auditor yang diinpassing dilaksanakan dalam jangka waktu 2 (dua) Tahun yaitu mulai dari 1 April 1997 sampai dengan 31 Maret 1999. Sertifikasi yang harus ditempuh disesuaikan dengan peran yang dilaksanakan pada saat inpassing dengan memperhatikan pendidikan dan pelatihan yang telah dijalankan dan diakui oleh instansi pembina, Misalnya seorang Inspektur pembantu (Irban) dari suatu unit APFP yang biasanya bertindak sebagai Ketua Tim dalam pelaksanaan pemeriksaan, maka yang bersangkutan akan diusulkan untuk mengikuti sertifikasi peran untuk tim, sedangkan seorang Inspektur yang biasanya melaksanakan fungsi sebagai supervisor, maka yang bersangkutan akan diusulkan untuk mengikuti sertifikasi Pengendalian Teknis. D. SERTIFIKASI BAGI PEJABAT FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN BPKP DALAM RANGKA PEMINDAHAN DARI FUNGSIONAL PKP MENJADI FUNGSIONAL AUDITOR Sertifikasi peran bagi Pejabat Fungsional BPKP dilaksanakan dalam jangka waktu 2 (dua) Tahun yaitu mulai dari 1 April 1997 sampai dengan 31 Maret 1999.
25
Sertifikasi yang harus ditempuh disesuaikan dengan peran yang ditetapkan pada saat pemindahan jabatan dari Fungsional Pengawas Keuangan dan Pembangunan menjadi Fungsional Auditor dengan memperhatikan pendidikan dan pelatihan yang selama ini diterima. E. PENYELENGGARAAN DIKLAT SERTIFIKASI DAN DIKLAT FUNGSI ONAL AUDITOR 1. Diklat Sertifikasi dan Diklat Fungsional Auditor diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Latihan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP. 2. Materi dan lamanya pendidikan ditetapkan oleh Kepala Pusdiklatwas BPKP setelah memperhatikan saran-saran Komite Sertifikasi. 3. Pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka sertifikasi dan Diklat Fungsional Auditor menerapkan kebijakan pembebasan atas mata ajaran tertentu yang pernah diperoleh. 4. Diklat Sertifikasi dan Diklat Fungsional Auditor dapat dilaksanakan oleh lembaga pendidikan lain bekerja sama dengan Pusdiklatwas BPKP dengan ketentuan sebagai berikut : • Tempat penyelenggaraan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Kepala Pusdiklatwas BPKP. • Peserta Diklat ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. • Materi dan Instruktur ditetapkan oleh Pusdiklatwas BPKP. • Pelaksanaan ujian dan evaluasi hasil ujian dilakukan oleh Pusdiklatwas BPKP. • Biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaraan Diklat menjadi beban lembaga pendidikan pelaksana. 5. Sebelum terbentuknya unit organisasi yang menangani pembinaan terhadap jabatan fungsional auditor, penentuan kelulusan peserta Diklat Sertifikasi dan Diklat Fungsional Auditor, dilaksanakan secara bersama-sama antara Pudiklatwas BPKP dengan Tim Ad-Hoc jabatan fungsional auditor pusat, yaitu Tim Perancang Jabatan Fungsional Auditor dan Tim Sertifikasi F. KURIKULUM Penyusunan kurikulum dalam rangka Diklat Sertifikasi maupun Diklat Fungsional Auditor ditetapkan oleh Kepala Pusdiklatwas BPKP dengan memperhatikan masukan dari komite sertifikasi. G. KOMITE SERTIFIKASI Komite Sertifikasi diketuai oleh pejabat di lingkungan BPKP dengan anggota terdiri atas beberapa unsur dari APFP dan pejabat dari Lembaga Adminitrasi Negara. Komite mengadakan pertemuan berkala untuk memberikan masukan materi kurikulum kepada Pusdiklatwas BPKP. Keanggotaan dan tata kerja Komite Sertifikasi akan diatur lebih lanjut oleh Kepala BPKP.
26
KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, Menimbang :
a. bahwa dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara dan kepemerintahan yang baik (good governance), sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global, maka diperlukan Sumber Daya Manusia aparatur yang memiliki kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. b. bahwa untuk membentuk Sumber Daya Manusia aparatur yang memiliki kompetensi sebagaimana dimaksud, diperlukan pembinaan pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil yang lebih efektif, maka peraturan pemerintah Nomor 14 tahun 1994 disempurnakan dengan ditetapkan-nya Peraturan pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan pelatihan Pegawai Negeri Sipil ; C. bahwa untuk melaksanakan butir b tersebut di atas, dipandang perlu penyempurnaan Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan dengan keputusan Ketua Lembaga Administrasi Negara Nomor : 304 A/IX/6/4/1995 sebagai implementasi Peraturan Pemerintah Nomor : 101 tahun 2000 dengan orientasi lebih meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam pembinaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri sipil.
Mengingat: :
1. Undang–undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang–undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan lembaran Negara Nomor 3890); 2. Undang–undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 1999 nomor 60, Tambahan lembaran Negara Nomor 3390); 3. Undang–undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun1999 Noor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);
27
4.
5.
6.
7.
8.
9. 10. 11. 12.
13.
14.
Menetapkan :
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil ( Lembaran Negara tahun1994 Nomor 22,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang pedoman Organisasi Perangkat Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4018) ; Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Structural (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 12,Tambahan lembaran Negara Nomor 3546); Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4019 ); Keputusan Presiden Nomor 34 tahun 1972 tentang Tanggung Jawab Fungsional Pendidikan dan Latihan; Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1996 tentang Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil; Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; Keputusan Presiden Nomor 166 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 2001; Keputusan Presiden Nomor 178 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2001; Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang Badan Kepegawaian Daerah;
MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.
28
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Pedoman Umum Pendidikan dan Pelatihan ( Diklat ) ini, merupakan acuan umum bagi setiap Lembaga Diklat dalam penyelenggaraan Diklat Pegawai Negeri Sipil ( PNS ). 2. Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS yang selanjutnya disebut Diklat adalah proses belajar mengajar guna meningkatkan kompetensi PNS. 3. Pembinaan Diklat adalah kegiatan yang dilakukan agar penyelenggaraan Diklat, dan capaian kinerja Diklat sesuai dengan standar kualitas dan sasaran yang ditetapkan. 4. Instansi Pembina Diklat yang selanjutnya disebut Instansi Pembina adalah Lembaga Administrasi Negara yang secara fungsional bertanggung jawab atas pengaturan, koordinasi, dan terjaganya kualitas dan produktivitas penyelenggaraan Diklat. 5. Pengendalian Diklat adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka menjamin keserasian program Diklat dengan standar kompetensi jabatan Pegawai Negeri Sipil, serta optimalisasi pemanfaatan lulusannya. 6. Instansi Pengendali Diklat yang selanjutnya disebut Instansi Pengendali adalah Badan Kepegawaian Negara yang secara fungsional bertanggungjawab atas pengembangan dan pengawasan standar kompetensi jabatan serta pengendalian pemanfaatan lulusan Diklat. 7. Instansi Pembina Jabatan Fungsional adlah lembaga pemerintah yang bertanggungjawab atas pembinaan Jabatan Fungsional menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS adalah Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 9. Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagaimana pejabat fungsional oleh Pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggungjawab, wewenang untuk mendidik, mengajar dan/atau memilih PNS pada Lembaga Diklat Pemerintah. 10. Lembaga Diklat Pemerintah adalah satuan organisasi pada Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretarisan Lembaga Tertinggi, Tinggi Negara dan Perangkat Pemerintah Daerah yang bertugas melakukan pengelolaan Diklat. 11. Pengelolaan Diklat adalah merupakan proses kegiatan berupa perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian monitoring dan evaluasi guna meningkatkan kompetensi/kemampuan PNS dalam suatu jabatan untuk menyelenggarakan pemerintah dan pembangunan secara efesien dan efektif. 12. Kurikulum adalah susunan mata pendidikan dan pelatihan beserta uraian yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap peserta Diklat sesuai dengan tujuan dan sasaran program Diklat. 13. Akreditasi Lembaga Diklat PNS adalah penilaian tingkat kelayakan suatu lembaga Diklat dalam menyelenggarakan jenis dan jenjang Diklat tertentu.
29
14. Lembaga Diklat Pemerintah yang terakreditasi adalah unit penyelenggara Diklat Pemerintah yang mendapatkan pengakuan tertulis secara formal ( sertifikasi ) dari Instansi Pembina untuk menyelenggarakan Diklat. 15. Sertifikasi adalah pernyataan tertulis tentang kewenangan Lembaga Diklat untuk menyelenggarakan jenis dan jenjang Diklat tertentu yang dinyatakan dalam Surat Keputusan Instansi Pembina. 16. Pengelola Lembaga Diklat pemerintah adalah PNS yang bertugas pada lembaga Diklat instansi Pemerintah yang secara fungsional merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan, memonitor dan mengevaluasi Diklat. 17. Tenaga Kependidikan dan pelatihan lainnya adalah pejabat atau seseorang yang bukan Widyaiswara, bukan pengelola lembaga Diklat pemerintah tetapi karena kemampuan, atau kedudukannya diikutsertakan dalam kegiatan pencapaian tujuan Diklat. 18. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS, berupa wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya. 19. Kompetensi teknis adalah kemampuan PNS dalam bidang-bidang teknis tertentu untuk pelaksanaan tugas masing-masing. 20. Jabatan Fungsional adalah jabatan-jabatan fungsional tertentu sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. 21. Peserta Diklat adalah PNS yang ditugaskan/ditetapkan oleh Pimpinan Instansi atau pejabat pembina kepegawaian untuk mengikuti Diklat dalam rangka meningkatkan kompetensi dan/atau memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan.
BAB II PERENCANAAN DIKLAT Pasal 2 (1) Perencanaan Diklat merupakan kegiatan Pembina PNS yang berorientasi pada peningkatan kompetensi jabatan PNS. (2) Perencanaan Diklat didasarkan pada kebutuhan Diklat dan rencana pembinaan karir PNS. (3) Perencanaan Diklat mencakup penetapan peserta, penentuan tujuan dan sasaran spesifik, penentuan jenis dan jenjang Diklat, penetapan agenda pembelajaran, penyiapan widyaiswara, serta sarana dan prasarana, pembiayaan, evaluasi dan pelaporan. Pasal 3 (1) Perencanaan kebuthan Diklat dilakukan oleh unit kerja ( Biro/ Bagian Kepegawaian ) yang secara fungsional bertanggungjawab dalam pembinaan kepegawaian. (2) Dalam penyusunan rencana kebutuhan Diklat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilibatkan : a) Atasan langsung; b) Unit yang scara fungsional bertanggungjawab dalam pengelolaan Diklat; c) Tim Seleksi Peserta Diklat Instansi (TSPDI ); d) Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (BAPERJAKAT).
30
Pasal 4 (1) Identifikasi kebutuhan Diklat dilakukan melalui analisa kebutuhan Diklat dengan membandingkan kompetensi yang dipersyaratkan dalam jabatan dengan kompetensi yang dimiliki pegawai yang bersangkutan dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan. (2) Identifikasi kebutuhan Diklat mengungkapkan gambaran kekurangan kompetensi dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. (3) Identifikasi kebutuhan Diklat, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas, merupakan dasar untuk merancang suatu program Diklat. (4) Hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan analisa kebutuhan Diklat, diatur dalam Pedoman yang ditetapkan oelh Instansi Pembina.
BAB III PEMBINAAN DAN PENYELENGARAAN DIKLAT Pasal 5 Pembinaan Diklat meliputi kegiatan perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi serta pelaporan Diklat. Pasal 6 (1) Pembinaan perencanaan Diklat adalah fasilitasi untuk meningkatkan kapasitas dalam menyusun rencana Diklat sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (3). (2) Pembinaan penyelenggaraan Diklat adalah fasilitasi mengenai pelaksanaan Diklat agar program Diklat yang direncanakan sesuai dengan standar kualitas, dan dapat mencapai sasaran Diklat yang telah ditetapkan. (3) Pembinaan evaluasi Diklat adalah fasilitasi penilaian ketercapaian tujuan dan sasaran Diklat, agenda pembelajaran, kesesuaian widyaiswara, ketersediaan sarana dan prasarana, serta kesesuaian pembiayaan dan kinerja Diklat. (4) Pembinaan pelaporan Diklat adalah fasilitasi penyusunan laporan dan pertanggungjawaban tentang kinerja penyelenggara Diklat. Pasal 7 Penyelenggara Diklat meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Diklat oleh instansi penyelenggara Diklat kepada pimpinan dan Instansi Pembina. Pasal 8 (1) Perencanaan penyelenggaraan Diklat meliputi penetapan jenis dan jenjang Diklat, program Diklat, peserta Diklat, widyaiswara, sarana dan prasarana Diklat, bahan Diklat, jadwal pelaksanaan, pembiayaan, dan surat keterangan Diklat.
31
(2) Pelaksanaan Diklat meliputi keseluruhan proses pembelajaran, serta kegiatan widyaiswara, peserta dan penyelenggara sesuai posisi, tugas dan fungsi masing-masing. (3) Evaluasi pelaksanaan Diklat meliputi ketercapaian tujuan dan sasaran Diklat, ketepatan agenda pembelajaran, kesesuaian widyaiswara dan peserta, ketersediaan sarana dan prasarana Diklat, serta kesesuaian pembiayaan , bahan pelatihan dan metode pembelajaran. (4) Laporan pelaksanaan Diklat merupakan pertanggungjawaban tentang kinerja Diklat.
BAB IV JENIS DAN JENJANG DIKLAT Pasal 9 Jenis Diklat terdiri dari : a. Diklat Prajabatan; b. Diklat Kepemimpinan; c. Diklat Fungsional ; d. Diklat Teknis. Pasal 10 (1) Diklat Prajabatan adalah Diklat untuk membentuk wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS serta memberikan pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan tentang bidang tugas serta budaya organisasinya agar mampu melaksanakan tugas jabatan PNS. (2) Diklat Prajabatan merupakan bagian dari persyaratan pengangkatan Calon PNS menjadi PNS. Pasal 11 (1) Jenjang Diklat Prajabatan terdiri dari : a. Diklat Prajabatan Golongan I merupakan syarat pengangkatan CPNS untuk menjadi Golongan I; b. Diklat Prajabatan Golongan II merupakan syarat pengangkatan CPNS untuk menjadi Golongan II; c. Diklat Prajabatan Golongan III merupakan syarat pengangkatan CPNS untuk menjadi Golongan III. (2) Hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan Diklat Prajabatan diatur dalam Pedoman ditetapkan oleh Instansi Pembina.
PNS PNS PNS yang
Pasal 12 (1) Diklat Kepemimpinan merupakan Diklat untuk memenuhi atau meningkatkan kompetensi PNS yang akan atau telah menduduki jabatan struktural. (2) Diklat Kepemimpinan adalah Diklat yang memberikan wawasan, pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap dan perilaku dalam bidang kepemimpinan aparatur sehingga mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan dalam jenjang jabatan struktural tertentu.
32
Pasal 13 (1) Jenjang Diklat Kepemimpinan terdiri dari : a. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV ( Diklatpim Tingkat IV ) merupakan Diklat untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah dalam Jabatan Struktural Eselon IV; b. Diklat Kepemimpinan Tingkat III ( Diklatpim III ) merupakan Diklat untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah dalam Jabatan Struktural Eselon III; c. Diklat Kepemimpinan Tingkat II ( Diklatpim II ) merupakan Diklat untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah dalam Jabatan Struktural Eselon II; d. Diklat Kepemimpinan Tingkat I ( Diklatpim I ) merupakan Diklat untuk mencapai persyaratan kompetensi kepemimpinan aparatur pemerintah dalam Jabatan Struktural Eselon I. (2) Diklat Kepemimpinan tingkat di bawahnya tidak merupakan persyaratan untuk mengikuti Diklat Kepemimpinan tingkat diatasnya. (3) Hal-hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan setiap jenjang Diklatpim diatur dalam Pedoman yang telah ditetapkan oleh Instansi Pembina. Pasal 14 (1) Diklat Fungsional merupakan Diklat untuk memenuhi ataupun meningkatkan kompetensi PNS yang akan atau telah menduduki Jabatan Fungsional. (2) Hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan Diklat Fungsional diatur dalam Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina, Jabatan Fungsional dengan mengacu pada Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi pembina. Pasal 15 (1) Diklat Teknis merupakan Diklat untuk meningkatkan kompetensi teknis dalam jabatan PNS sesuai bidang tugasnya. (2) Program Diklat Teknis dirancang dan ditetapkan oleh Instansi Teknis yang bersangkutan dengan memperhatikan pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina. (3) Hal-hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan Diklat Teknis diatur dalam Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Teknis dengan mengacu pada Pedoman yang telah ditetapakan oleh Instansi Pembina.
BAB V PESERTA DAN TIM SELEKSI DIKLAT Pasal 16 (1) Penetapan peserta Diklat bersifat selektif dan merupakan penugasan Instansi yang bersangkutan untuk memenuhi persyaratan kompetensi jabatan. (2) Persyaratan umum bagi calon peserta Diklat adalah sebagai berikut : a. memiliki potensi untuk dikembangkan;
33
b. memliki motivasi tinggi untuk pengembangan diri; c. mampu menjaga reputasi dan kredibilitas sebagai PNS; d. memiliki dedikasi dan loyalitas terhadap tugas dan organisasi; e. berprestasi baik dalam melaksanakan tugas; f. sehat jasmani dan rohani. (3) Persyaratan khusus bagi calon peserta Diklat diatur lebih lanjut dalam Pedoman Diklat yang bersangkutan. Pasal 17 (1) Seleksi peserta Diklat dilakukan oleh Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat ) bersama Tim Seleksi Peserta Diklat Instansi (TSPDI) dan ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. (2) Tata cara seleksi dan penetapan peserta Diklat diatur dalam Pedoman Penyelenggara Diklat yang bersangkutan. Pasal 18 (1) PNS yang telah memiliki keseluruhan dan/atau sebagian kompetensi dalam suatau jabatan struktural tertentu dapat dibebaskan untuk tidak mengikuti secara keseluruhan dan/atau sebagian program Diklat yang bersangkutan dengan ditandai pemberian "Sertifikat” berdasarkan Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina dan Instansi Pengendali. (2) PNS yang telah memiliki keseluruhan dan/atau sebagian kompetensi dalam suatu jabatan fungsional tertentu dapat dibebaskan untuk tidak mengikuti secara keseluruhan dan/atau sebagian program Diklat yang bersangkutan dengan ditandai pemberian “Sertifikat” berdasarkan Pedoman yang telah ditetapkan oleh Instansi Pembina, Instansi Pengendali dan Instansi Pembina Jabatan Fungsional yang bersangkutan.
BAB VI KURIKULUM DAN METODE DIKLAT Pasal 19 (1) Kurikulum Diklat PNS disusun berdasarkan kebutuhan kompetensi untuk suatu jabatan PNS. (2) Setiap jenis jenjang Diklat mempunyai Tujuan Kurikulum Umum (TKU) dan Tujuan Kurikuler Khusus (TKK) yang mengacu pada kompetensi jabatan. (3) Kurikulum Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat struktural kurikulum, mata-mata Diklat, dan ringkasan materi dari setiap mata Diklat yang terdiri dari deskripsi singkat, Tujuan Instruksional Umum (TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK), pokok bahasan, waktu (sesi dan jam pelajaran) dan metoda. Pasal 20 (1) Kurikulum Diklat Prajabatan Golongan I, Prajabatan Golongan II, dan Prajabatan Golongan III disusun dan ditetapkan oleh Instansi Pembina.
34
(2) Kurikulum Diklatpim Tingkat IV, Diklatpim Tingkat III, Diklatpim Tingkat II, dan Diklatpim Tingkat I disusun dan ditetapkan oleh Instansi Pembina. (3) Kurikulum Diklat Fungsional disusun dan ditetapkan oleh Instansi Pembina Jabatan Fungsional dengan mengacu pada Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina. (4) Kurikulum Diklat Teknis disusun dan ditetapkan oleh Instansi Teknis yang bersangkutan dengan mengacu pada Pedoman yang telah ditetapkan oleh Instansi Pembina. (5) Kurikulum Program PEN disusun dan ditetapkan oleh Instansi Pembina. Pasal 21 (1) Metode Diklat menggunakan cara pembelajaran bagi orang dewasa (ondragogi), serta disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang menggambarkan : a. kebutuhan praktis dan pengembangan diri peserta; b. interaktif antara peserta dengan widyaiswara dan antar peserta; c. suasana belajar orang dewasa yang menyenangkan, dinamis dan fleksibel. (2) Metode Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran : a. ceramah; b. diskusi; c. praktek/latihan; d. studi banding; e. studi kasus; f. simulasi g. bermain peran; h. belajar dengan menggunakan media. (3) Metode Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) , dipilih dan diterapkan secara seimbang pada setiap proses Diklat.
BAB VII WIDYAISWARA Pasal 22 (1) Seseorang yang dapat ditugasi memberikan fasilitasi dalam agenda pembelajaran Diklat PNS, terdiri dari Widyaiswara dan Widyaiswara Luar Biasa. (2) Penugasan Widyaiswara dan/atau Widyaiswara Luar Biasa dalam suatu jenis, jenjang dan program Diklat tertentu didasarkan pada : a. kesesuaian penguasaan materi; b. kesesuaian penguasaan metodologi; c. mempunyai kredibilitas, dedikasi dan reputasi yang baik. (3) Tugas, Kewajiban dan pendayagunaan Widyaiswara untuk setiap jenis, jenjang dan program Diklat tertentu mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan.
35
BAB VIII PENGELOLA LEMBAGA DIKLAT PEMERINTAH Pasal 23 (1) Pengelola Lembaga Diklat Pemerintah adalah PNS yang bertugas pada lembag Diklat instansi pemerintah yang secara fungsional mengelola Diklat pada instansi yang bersangkutan. (2) Pengelola Lembaga Diklat Pemerintah mempunyai tugas dan kewajiban mengelola serta mengembangkan kapasitas kelembagaan, program, SDM Penyelenggara dan Widyaiswara. (3) Pengelola Lembaga Diklat Pemerintah dalam mengembangkan kapasitas kelembagaan, program, SDM Penyelenggara dan Widyaiswara dapat melakukan kerjasama dengan lembaga kediklatan lainnya.
BAB IX PENYELENGGARAAN DIKLAT
(1) (2) (3) (4)
Pasal 24 Diklat dapat diselenggarakan secara klasikal dan/atau non klasikal; Penyelenggara Diklat secara klasikal dilakukan dengan tatap muka; Penyelenggara Diklat secara non klasikal dapat dilakukan dengan pelatihan di alam bebas, pelatihan di tempat kerja, dan pelatihan dengan sistem jarak jauh; Cara penyelenggara untuk setiap jenis, jenjang dan program tertentu diatur dalam Pedoman Penyelenggara Diklat yang bersangkutan.
Pasal 25 Penyelenggara Diklat Prajabatan dan Diklatpim Tingkat IV, III, dan II diatur dalam Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina dan diselenggarakan oleh Lembaga Diklat Pemerintah yang terakreditasi. Pasal 26 Diklatpim Tingkat I dan program Pengembangan Eksekutif Nasional diatur dalam Pedoman yang ditetapkan dan diselenggarakan oleh Instansi Pembina. Pasal 27 (1) Penyelenggara Diklat Fungsional diatur dalam Pedoman Penyelenggara yang ditetapkan oleh Instansi Pembina Jabatan Fungsional dan diselenggarakan oleh Lembaga Diklat Pemerintah yang terakreditasi. (2) Penyelenggara Diklat Teknis diatur dalam Pedoman Penyelenggaraan yang ditetapkan oleh Instansi Teknis yang bersangkutan dan diselenggarakan oleh Lembaga Diklat Pemerintah yang terakreditasi.
36
BAB X SARANA DAN PRASARANA DIKLAT
(1) (2)
(3)
(4)
Pasal 28 Sarana dan Prasarana Diklat merupakan alat bantu dan fasilitas penunjang yang digunakan untuk menjamin efektifitas agenda pembelajaran. Sarana dan Prasarana Diklat dapat dimiliki sendiri dan/ atau memanfaatkan sarana dan prasarana Diklat Lembaga Diklat instansi lain dengan memperhatikan kesesuaian standar persyaratan setiap jenis, jenjang dan program Diklat serta jumlah peserta Diklat. Sarana dan Prasarana Diklat yang dimiliki oleh setiap instansi dapat didayagunakan secara optimal baik oleh lembaga Diklat Instansi yang bersangkutan maupun lembaga-lembaga Diklat Instansi lainnya dengan dukungan Sistem Informasi Diklat PNS yang dikembangkan oleh Instansi Pembina. Hal-hal yang berkenaan dengan sarana dan prasarana Diklat diatur dalam Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina.
BAB XI PEMBIAYAAN DIKLAT Pasal 29 (1) Pembiayaan Diklat bersumber dari : a. Anggaran Belanja Rutin; b. Anggaran Belanja Pembangunan; c. Swadana; d. Hibah dan/atau Bantuan Luar Negeri; e. Sumber lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Penyusunan dan penggunaan pembiayaan program Diklat dilakukan oleh Lembaga Diklat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan prinsip efesiensi dan efektifitas penyelenggara Diklat.
BAB XII AKREDITASI DAN SERTIFIKASI LEMBAGA DIKLAT Pasal 30 (1) Akreditasi dan Sertifikasi Lembaga Diklat merupakan penilaian dan pengakuan formal mengenai kelayakan suatu lembaga Diklat untuk melaksanakan kegiatan Diklat tertentu. (2) Penilaian kelayakan Lembaga Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi unsur Kelembagaan Diklat, Program Diklat, Widyaiswara, dan Sumber Daya Manusia Penyelenggara Diklat.
37
BAB XIII SURAT KETERANGAN DIKLAT Pasal 31 (1) Kepada setiap peserta Diklat, penyelenggara dan Widyaiswara diberikan “Surat Keterangan Diklat”. (2) Surat Keterangan Diklat sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. Surat Tanda Tamat Pendidikan Dan Pelatihan ( STTPP ); b. Sertifikasi; c. Piagam. (3) Hal-hal yang berkenaan dengan Surat Keterangan Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina.
BAB XIV SISTEM INFORMASI DIKLAT Pasal 32 (1) Sistem Informasi Diklat (SID) merupakan media infomasi pada penyelenggara Diklat yang meliputi : a. jenis, jenjang dan program diklat; b. kepesertaan dalam suatu program diklat; c. kalender penyelenggaraan program diklat; d. widyaiswara; e. sumber daya manusia penyelenggara diklat; f. sarana dan prasarana diklat; g. bahan dan/atau modul-modul diklat: h. lembaga diklat yang terakreditasi: i. alumni diklat. (2) Setiap Lembaga Diklat yang terakreditasi, menyampaikan pokok-pokok informasi Diklat di Instansi yang bersangkutan kepada Instansi Pembina untuk digunakan sebagai bahan dalam rangka pengembangan Sitem Informasi Diklat PNS. (3) Sitem Informasi Diklat sebagaiaman dimaksud pada ayat (1), dikelola oleh lembaga-lembaga Diklat Instansi bersama Instansi Pembina dan dapat diakses oleh setiap Lembaga Diklat.
BAB XV EVALUASI DAN PELAPORAN DIKLAT Pasal 33 (1) Evaluasi Diklat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Diklat Instansi yang bersangkutan dan/ atau Instansi Pembina untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan tingkat capaian kinerja penyelenggara Diklat.
38
(2) Evaluasi Diklat dilakukan terhadap antara lain : a. Kurikulum; b. Peserta; c. Widyaiswara; d. Pembiayaan Diklat; e. Saran dan Prasarana; f. Penyelenggara; g. Bahan Diklat; h. Metode Diklat i. Jangka Waktu. (3) Hal-hal yang berkenaan dengan evaluasi Diklat diatur dalam Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina. Pasal 34 (1) Laporan Diklat merupakan media pertanggungjawaban yang mengemukakan informasi tentang perkembangan pelaksanaan dan tingkat capaian kinerja, disertai analisis keberhasilan yang dicapai ataupun kelemahan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan Diklat. (2) Laporan Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Kurikulum; b. Peserta; c. Widyaiswara; d. Pembayaan Diklat; e. Saran dan Prasarana; f. Penyelenggara; g. Bahan Diklat; h. Metode Diklat; i. Jangka Waktu. (3) Hal-hal yang berkenaan dengan laporan Diklat diatur dalam Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina.
BAB XVI PROGRAM PENGEMBANGAN EKSEKUTIF NASIONAL Pasal 35 (1) Program Pengembangan Eksekutif Nasinal (ProgramPEN) adalah media pembelajaran unutk membangun konsesus, komitmen, kesamaan pandangan dan persepsi mengenai visi, misi dan strategi tentang kebijakan nasional serta pengembangan alternatif langkah-langkah kebijakan dalam menghadapi masalah-masalah aktual; dan untuk membangun kompetensi kenegarawanan peserta. (2) Peserta Program PEN adalah pejabat struktural Eselon I dan/atau sederajat, serta pejabat politis tertentu.
39
(3) Hal-hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan program PEN diatur dalam pedoaman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina.
BAB XVII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 36 (1) Suatu program Diklat PNS dapat diikuti oleh pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan peserta dari negara-negara sahabat sebagai suatu bentuk kerjasama. (2) Bagi Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Anggota Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) yang telah menduduki Jabatan Struktural PNS wajib mengikuti Diklat sebagaimana yang dipersyaratkan bagi PNS. (3) Hal-hal yang berkenaan dengan Diklat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Pedoman yang ditetapkan oleh Instansi Pembina.
BAB XVIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 37 (1) Pada saat berlakunya Pedoman ini, semua Pedoman yang mengatur tentang penyelenggaraan program Diklat Jabatan PNS yang telah ada, sepanjang tidak bertentangan, belum diubah atau diatur kembali dengan Pedoman yang baru, dinyatakan tetap berlaku. (2) Lembaga Diklat Pemerintah yang belum terakreditasi tetap dapat menyelenggarakan Diklat sampai adanya penetapan akreditasi oleh Instansi Pembina.
40
BAB XIX PENUTUP Pasal 38 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Keputusan ini akan ditetapkan dengan keputusan tersendiri. (2) Dengan berlakunya Pedoman ini, maka Pedoman Umum Penyelenggaraan Diklat Jabatan PNS yang diatur dalam Keputusan Ketua LAN Nomor 304 A/IX/6/4/1995 dan ketentuan lainnya yang bertentangan dengan pedoman ini, dinyatakan tidak berlaku lagi. (3) Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 30 Maret 2001 KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA ttd MUSTOPADIDJAJA AR
41
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk 7 Jakarta 10120 Telepon: (021) 3841273 email:
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Lampiran Hal
: S-06.04.00-31/ PJFA / 2002 : : Penjelasan Mengenai Ujian Bebas Matrikulasi (UBM).
31 Januari 2002
Yth, Sekretaris Utama Para Deputi Inspektur Para Kepala Pusat Para Kepala Perwakilan Di Seluruh Indonesia. Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan dari perwakilan maupun unit kerja Pusat mengenai ujian bebas matrikulasi (UBM), maka dengan mengacu pada Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP07.02.01-603/ K / 2001 tanggal 28 September 2001 tentang Juknis Diklat bagi Pejabat yang diinpassing di lingkungan APFP, dengan ini kami sampaikan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut : 1. Kepada utusan perwakilan / unit kerja Pusat yang mengikuti forum Komunikasi Kepegawaian dan JFA pada bulan September 2001 dan belum melakukan sosialisasi / PKS diminta untuk segera mensosialisasikan hasil-hasil forum komunikasi dimaksud, termasuk materi-materi yang terkait dengan inpassing dan UBM kepada para PFA, Tim Penilai dan Pejabat terkait lain 2. Menunjuk Lampiran Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-07.02.01-603/ K / 2001 tanggal 28 September 2001 tentang Juknis Diklat bagi Pejabat yang diinpassing di lingkungan APFP, butir E I dapat dijelaskan bahwa UBM pada dasarnya merupakan “pengganti” diklat matrikulasi ( tanpa ujian) untuk diklat – diklat peran di bawah peran PFA yang bersangkutan.
42
Berkaitan dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-07.02.01-287/ K / 2001 tanggal 30 Mei 2001 tentang Penyesuaian Jabatan dan Angka Kredit PFA di lingkungan BPKP, Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-07.02.01-293 / K / 2001 tanggal 30 Mei 2001 tentang Pengangkatan Kembali Dalam JFA di lingkungan BPKP, dan Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-07.02.01-495 / K / 2001 tanggal 14 Agutus 2001 tentang Penyesuaian Jabatan dan Angka Kredit PFA di lingkungan BPKP terdapat beberapa UBM sebagai berikut : a. UBM Pengendali Teknis. Adalah UBM untuk “pengganti” diklat – diklat sampai dengan diklat peran Pengendali Teknis (Diklat Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Pembentukan Auditor), yang merupakan rangkuman dari 8 (delapan) mata ajaran. UBM pengendali teknis ditujukan bagi PFA yang memenuhi syarat untuk mengikuti diklat peran Pengendali Mutu, yaitu mantan Pejabat Eselon III yang memiliki angka kredit kumulatif minimal 550 dan belum pernah mengikuti Diklat peran Pengendali Teknis. b. UBM Ketua Tim Adalah UBM untuk “pengganti” diklat sampai dengan diklat peran Ketua Tim (Diklat Pembentukan Auditor Ahli dan Diklat peran Ketua Tim), yang merupakan rangkuman dari 5 (lima) mata ajaran. UBM Ketua Tim ditujukan bagi PFA yang memenuhi syarat untuk mengikuti Diklat peran Pengendali Teknis, yaitu mantan pejabat Eselon III yang memiliki angka kredit kumulatif kurang dari 550 dan mantan pejabat Eselon IV yang memiliki angka kredit kumulatif antara 300-550 dan belum pernah mengikuti Diklat peran Ketua Tim. Setelah lulus UBM Ketua Tim, PFA yang bersangkutan dapat diusulkan untuk mengikuti Diklat peran Pengendali Teknis sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pertimbangan lainnya. c. UBM Anggota Tim Adalah UBM untuk “pengganti” diklat peran Anggota Tim, yang merupakan rangkuman dari 4 (empat) mata ajaran. UBM Anggota Tim ditujukan bagi PFA yang memenuhi syarat untuk mengikuti Diklat peran Ketua Tim, yaitu mantan pejabat Eselon IV yang memiliki angka kredit kumulatif antara 175-300 dan belum pernah mengikuti Diklat peran Anggota Tim. Empat mata ajaran untuk UBM Anggota Tim adalah : (1) Kode Etik dan Standar Audit (2) Auditing (3) Sistem Pengendalian Manajemen (4) Pedoman Pelaksanaan Anggaran II Setelah lulus UBM Anggota Tim, PFA yang bersangkutan dapat diusulkan untuk mengikuti Diklat peran Ketua Tim sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pertimbangan lainnya. 3. Ketentuan pada butir a, b, dan c tersebut di atas tidak berlaku bagi auditor trampil. Para auditor trampil yang memiliki ijazah S1 atau yang lebih tinggi di bidang Ekonomi jurusan akuntansi dan manajemen dan memenuhi ketentuan angka kredit diwajibkan mengikuti dan lulus sertifikasi pindah jalur (PJ). Bagi yang sudah mengikuti diklat PJ, diberi kesempatan mengikuti ujian 2 kali berturutturut (satu ujian utam dan satu ujian susulan dalam 6 bulan), setelah lulus PJ yang bersangkutan diberi kesempatan untuk mengikuti UBM sesuai persyaratan pada butir 2 di atas.
43
4. Sebagaimana diatur dalam butir J Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-07.02.01-603 / K / 2001 tanggal 28 September 2001 tentang Juknis Diklat bagi Pejabat yang diinpassing di lingkungan APFP, auditor trampil yang tidak memiliki ijazah S1 atau yang lebih tinggi tidak memenuhi persyaratan untuk mengikuti UBM sebagaimana dimaksud pada butir 2 di atas. 5. Sampai dengan saat ini kami telah menerima tembusan surat usulan perubahan besarnya angka kredit bagi pejabat struktural yang diangkat kembali ke dalam JFA. Terhadap permasalahan ini telah kami diskusikan dengan Biro Kepegawaian dan Organisasi dan akan ditindak lanjuti oleh Biro Kepegawaian dan Organisasi.
Atas perhatian dan kerjasaman Bapak/Saudara diucapkan terima kasih.
Kepala, ttd Drs. Salikin Zainal NIP. 060025203 Tembusan : Yth. Kepala BPKP
44
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk 7 Jakarta 10120 Telepon: (021) 3841273 email:
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Lampiran Perihal
: S-06.04.00-32/PJFA.I/2002 : : Penjelasan mengenai Ujian Bebas Matrikulasi (UBM)
29 Januari 2002
Yang terhormat : 1. Para Inspektur Jenderal Departemen ; 2. Para Inspektur pada LPDN; di Seluruh Indonesia. Sehubungan akan diselenggarakannya ujian bebas matrikulasi (UBM) untuk Pejabat Fungsional Auditor (PFA) yang telah diinpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor (JFA), maka dengan mengacu pada Keputusan Kepala BPKP Nomor : KEP-07.02.01-603/ K / 2001, tanggal 28 September 2001 tentang Juknis Diklat bagi Pejabat yang diinpassing di lingkungan APFP, dan Keputusan Kepala BPKP nomor KEP-06.04.00-S47/ K / 1998, tanggal 11 Nopember 1998 tentang Pola Diklat bagi APFP dengan ini kami sampaikan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut : 1. UBM pada dasarnya merupakan “ pengganti ” diklat matrikulasi (tanpa ujian) untuk diklat – diklat peran di bawah peran PFA yang bersangkutan. 2. Sejalan dengan butir 1 diatas maka beberapa jenis UBM sebagai berikut : a. UBM Pengendali Teknis Adalah UBM untuk “pengganti” diklat – diklat sampai dengan diklat peran Pengendali Teknis (Diklat Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Pembentukan Auditor), yang merupakan rangkuman dari 8 (delapan) mata ajaran. UBM pengendali teknis ditujukan bagi PFA yang memenuhi syarat untuk mengikuti diklat peran Pengendali Mutu, yaitu mantan Pejabat Eselon III yang memiliki angka kredit kumulatif minimal 550 dan belum pernah mengikuti Diklat peran Pengendali Teknis.
45
Setelah lulus UBM Pengendali Tehnis, PFA yang bersangkutan dapat diusulkan untuk mengikuti diklat peran Pengendali Mutu sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pertimbangan lainnya. b. UBM Ketua Tim. Adalah UBM untuk “pengganti” diklat sampai dengan diklat peran Ketua Tim (Diklat Pembentukan Auditor Ahli dan Diklat Peran Ketua Tim), yang merupakan rangkuman dari 5 (lima) mata ajaran. UBM Ketua Tim ditujukan bagi PFA yang memenuhi syarat untuk mengikuti Diklat peran Pengendali Teknis, yaitu mantan pejabat Eselon III yang memiliki angka kredit kumulatif dari 550 dan mantan pejabat Eselon IV yang memiliki angka kredit kumulatif antara 300-550 dan belum pernah mengikuti Diklat peran Ketua Tim. Setelah lulus UBM Ketua Tim, PFA yang bersangkutan dapat diusulkan untuk mengikuti Diklat peran Pengendali Teknis sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pertimbangan lainya. c.
UBM Anggota Tim Adalah UBM untuk “pengganti” diklat peran Anggota Tim, yang merupakan rangkuman dari 4 (empat) mata ajaran. UBM Anggota Tim di tujukan bagi PFA yang memenuhi syarat untuk mengikuti Diklat peran Ketua Tim, yaitu mantan pejabat Eselon IV yang memiliki angka kredit kumulatif antara 175-300 dan belum pernah mengikuti Diklat peran Anggota Tim. Empat mata ajaran untuk UBM Anggota Tim adalah : (1) Kode Etik dan Standar Audit (2) Auditing (3) Sistem Pengendalian Manajemen (4) Pedoman Pelaksanaan Anggaran II. Setelah lulus UBM Anggota Tim, PFA yang bersangkutan dapat diusulkan untuk mengikuti Diklat peran Ketua Tim sesuai dengan kebutuhan organisasi dan pertimbangan lainya.
3. Ketentuan pada butir 1 dan 2 tersebut di atas tidak berlaku bagi pejabat yang diinpassing ke dalam Auditor Trampil. Demikian penjelasan kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Kepala ttd Drs. Salikin Zainal NIP. 060025203 Tembusan : 1. Sekretaris Utama 2. Kepala Pusdiklatwas BPKP 3. Para Deputi
46
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk 7 Jakarta 10120 Telepon: (021) 3841273 email:
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Perihal
: SE-767/ JF / 2003 : PenyertaraanSertifikat Ujian Bebas Matrikulasi (UBM) dan Sertifikat Telah Mengikuti Diklat Matrikulasi.
14 Juli 2003
Yth, Sekretaris Utama BPKP Para Deputi di lingkungan BPKP Pusat Inspektur Jenderal Departemen Para Kepala Pusat di lingkungan BPKP Pusat Inspektur BPKP Kepala Perwakilan BPKP di - Seluruh Indonesia Menunjuk Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor : KEP-07.02.01-603/K/2001 tanggal 18 September 2001 tentang Juknis Diklat bagi Pejabat yang Diinpasing di lingkungan APFP, bahwa di dalam pelaksanaannya diperlukan penjelasan lebih lanjut mengenai kesetaraan Sertifikat Ujian Bebas Matrikasi (UBM) dan Sertifikasi Telah Mengikuti Diklat Matrikulasi (tanpa ujian), sebagai berikut : 1. Bagi pejabat struktural yang diinpasing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor (JFA) untuk dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan peran tertentu (Ketua Tim, Pengendali Teknis atau Pengendali Mutu), Pejabat Fungsional Auditor harus mengikuti ujian bebas matrikulasi diklat matrikulasi untuk peran-peran di bawahnya. 2. Apabila PFA dinyatakan lulus dalam Ujian Bebas Matrikulasi akan diberikan Sertifikat Telah Lulus Ujian Bebas Matrikulasi yang disetarakan dengan kelulusan diklat tingkat peran yang diikuti dan peran-peran di bawahnya. Kemudian kepada yang bersangkutan dapat diusulkan untuk mengikuti diklat penjejangan peran di atasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misalnya, PFA yang telah lulus Pengendali Teknis dapat diusulkan untuk mengikuti diklat penjenjangan Pengendali Mutu dan harus ujian. Dalam hal sertifikat kelulusan UBM belum dapat diterbitkan maka bukti-bukti fisik tanda kelulusan yang lain dapat digunakan, seperti Surat Keterangan Lulus yang ditandatangani oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP atau Pengumuman Hasil Ujian Bebas Matrikulasi. 3. Bagi PFA yang tidak lulus Ujian Bebas Matrikulasi dan atau memilih mengikuti diklat matrikulasi sesuai peran yang ditentukan sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala BPKP Nomor : KEP-
47
07.02.01-603/2001, maka kepada yang bersangkutan apabila memenuhi persyaratan pelaksanaan diklat dapat diberikan Sertifikat Telah Mengikuti Diklat Matrikulasi. Sertifikat Telah Mengikuti tersebut dapat disetarakan dengan kelulusan diklat peran yang diikuti dan peran-peran di bawahnya. Sehingga dengan memiliki Sertifikat Telah Mengikuti Diklat Matrikulasi tersebut, PFA yang bersangkutan dapat diusulkan untuk mengikuti diklat penjenjangan peran setingkat di atasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contoh, seorang PFA yang telah memperoleh Sertifikat Telah Mengikuti Diklat Matrikulasi Ketua Tim dapat diusulkan untuk mengikuti Diklat Penjenjangan Pengendali Teknis. 4. Bagi PFA yang seharusnya mengikuti Diklat Matrikulasi peran tertentu, namun karena PFA yang bersangkutan telah mengikuti Diklat Penjenjangan peran dimaksud, yang dibuktikan dengan Sertifikat Telah Mengikuti Diklat Penjenjangan tersebut, dapat dibebaskan dari mengikuti diklat matrikulasi. Kepada yang bersangkutan dapat diberikan Surat Keterangan Bebas Mengikuti Diklat Matrikulasi yang dikeluarkan oleh Kepala Pusat Pembinaan JFA apabila diusulkan oleh Pimpinan instansi yang bersangkutan. Dengan Surat Keterangan tersebut, PFA yang bersangkutan dapat diusulkan untuk mengikuti Diklat Penjenjangan Peran di atasnya. Pimpinan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (Pusat/Daerah) agar segera mengusulkan PFA yang berhak atas Surat Keterangan Bebas Matrikulasi, dilengkapi bukti-bukti pendukung, kepada Kepala Pusat Pembinaan JFA di Jakarta. Contoh : Apabila mantan Pejabat struktural eselon IV yang diangkat kedalam JFA melalui inpassing dengan Angka Kredit Kumulatif minimal 300 seharusnya mengikuti diklat matrikulasi Ketua Tim. Yang bersangkutan telah mengikuti diklat penjenjangan Ketua Tim, walaupun belum lulus, yang dibuktikan dengan sertifikat Telah Mengikuti, maka kepada yang bersangkutan dibebaskan dari mengikuti Diklat Matrikulasi Ketua Tim. Kepada yang bersangkutan dapat diberikan Surat Keterangan Bebas mengikuti Diklat Matrikulasi Ketua Tim dan dapat diusulkan untuk mengikuti Diklat Penjenjangan Pengendali Teknis sesuai ketentuan yang berlaku. Demikian agar penjelasan ini dapat disosialisasikan kepada para PFA dan pegawai yang bertugas/ditunjuk menangani kepegawaian/kediklatan serta dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terimakasih. Kepala ttd A. Animaharsi NIP. 060060147 Tembusan Yth: 1. Kepala BPKP 2. Kepala Biro Kepegawaian dan Organisasi
48
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk 7 Jakarta 10120 Telepon: (021) 3841273 email:
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Lampiran Perihal
: SE-06.04.0-27/PJFA/2002 : 1 (satu) lembar : Penjelasan Unsur Pengembangan Profesi, Jam kerja, dan Alokasi Angka Kredit
Jakarta, 18 Januari 2002
Yang terhormat, 1. Para Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor; 2. Para Sekretaris Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Auditor di Seluruh Indonesia Sehubungan dengan telah dilaksanakannya Jabatan Fungsional Auditor secara menyeluruh di seluruh unit pengawasan, maka dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penilaian angka kredit bagi Pejabat Fungsional Auditor, sambil menunggu penyempurnaan aturan-aturan JFA, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa dalam rangka meningkatkan profesionalisme para auditor, maka kenaikan pangkat bagi para Pejabat Fungsional Auditor harus memenuhi sejumlah angka kredit pengembangan profesi sebagaimana diatur di dalam SK Kepala BPKP Nomor : 13.00.00-125/K/1997 tanggal 5 Maret 1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah. Selanjutnya SK Kepala BPKP tersebut di atas ditindaklanjuti dengan SE Kepala BPKP nomor SE-06.04.00-22/K/1999 tanggal 11 Januari 1999 dan SE Deputi Kepala BPKP Bidang Administrasi nomor SE-06.04.001485/DI/1999 tanggal 23 Desember 1999. Angka Kredit Pengembangan Profesi untuk keperluan kenaikan pangkat adalah terdiri dari angka kredit dari unsur Diklat dan angka kredit dari unsur Pengembangan Profesi seperti yang dimaksud dalam SK Menpan Nomor 19/1996. Kegiatan diklat yang dapat dikategorikan sebagai unsur Pengembangan Profesi adalah sebagaimana daftar terlampir. Angka kredit kegiatan diklat lainnya diperhitungkan sebagai unsur pengawasan. 2. Perhitungan jam kerja untuk keperluan perhitungan angka kredit adalah didasarkan pada Surat Edaran Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 222/M.PAN/8/2001 tanggal 31 Agustus 2001 perihal Mentaati Ketentuan Jam Kerja disebutkan bahwa jumlah jam kerja dalam 1 (satu) minggu tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang dari 37 jam 30 menit. Berdasarkan ketentuan tersebut bagi unit kerja yang menggunakan 5 (lima) hari kerja dalam satu minggu, maka
49
jumlah jam kerja yang dapat dinilai/diberikan angka kreditnya adalah 7,5 jam per hari dan yang menggunakan 6 (enam) hari kerja dalam satu minggu adalah 6,25 jam per hari. Perhitungan angka kredit untuk auditor didasarkan pada jam kerja yang tercantum dalam Surat Tugas. Apabila dalam surat tugas dihitung dalam hari, maka dilakukan konversi terlebih dahulu ke dalam jam kerja sebesar tersebut di atas. 3. Bahwa dalam hal terdapat Auditor ditunjuk sebagai pelaksana tugas (Plt) Kepala Perwakilan Inspektur, Kepala Bidang atau jabatan lainnya, maka atas kegiatan tersbut tidak dapat dinilai/diberikan angka kredit. 4. Bahwa sesuai dengan nafas dari JFA adalah profesionalisme, maka penentuan hari pemeriksaan diserahkan kepada pimpinan unit kerja yang bersangkutan. Namun karena perangkat JFA yang belum sempurna maka HP Pengendali Mutu dan Pengendali Teknis diatur sebagai berikut : a. Setiap Pengendali Teknis diarahkan untuk dapat mengawasi 2 s.d 3 Tim Pemeriksaan. Oleh karena itu HP Pengendali Teknis untuk setiap penugasan maksimal adalah 1/3 (sepertiga) dari HP Tim yang diawasi /disupervisi. b. Setiap Pengendali Mutu diarahkan untuk dapat mengawasi 2 s.d 3 Pengendali Teknis. Dengan demikian HP Pengendali Mutu maksimal 1/10 (sepersepuluh) dari HP Tim yang diawasi. c.
Apabila terdapat Pengendali Teknis yang ditugaskan untuk mengawasi hanya satu tim pemeriksa, maka atas kegiatan tersebut, jumlah hari penugasan yang dapat diberikan/dinilai angka kreditnya adalah maksimal ½ (setengah) dari hari penugasan tim yang bersangkutan.
Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Kepala Pusbin JFA ttd Drs, Salikin Zainal NIP. 060025203 Tembusan : 1. Kepala BPKP sebagai laporan; 2. Pimpinan Unit Pengawasan di seluruh Indonesia.
50
Lampiran Surat Edaran Nomor : SE-06.04.00-27/PJFA/2002 Tanggal : 18 Januari 2002 DAFTAR JENIS DIKLAT YANG DAPAT DAN TIDAK DAPAT DIKATEGORIKAN SEBAGAI UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI I.
DIKLAT YANG DAPAT DIKATEGORIKAN SEBAGAI UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI 1 Diklat Fungsional : a. Sertifikasi Pindah Jalur b. Sertifikasi Penjenjangan Peran Ketua Tim c. Sertifikasi Penjenjangan Peran Pengendali Teknis d. Sertifikasi Penjenjangan Peran Pengendali Mutu e. Diklat Pengembangan Peran ketua Tim f. Diklat Pengembangan Peran Pengendali Teknis g. Diklat Pengembangan Peran Pengendali Mutu 2 Diklat Teknis : a. Diklat Audit BLN b. Diklat Audit Perminyakan c. Diklat Audit Akuntanbilitas d. Diklat Komputer Audit e. Diklat Pemeriksaan Khusus f. Diklat Audit Kinerja g. Diklat Teknis Lainnya yang disepakati antara instansi yang bersangkutan dengan instansi pembina
II.
DIKLAT YANG TIDAK DAPAT DIKATEGORIKAN SEBAGAI UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI a. Diklat Prajabatan b. Diklat ADUM c. Diklat SPAMA d. Diklat SPAMEN e. Diklat Majerial Pengawasan f. Diklat TOT g. Diklat lainnya yang tidak ada hubungannya dengan tugas auditor Jakarta, 18 Januari 2002 Kepala Pusbin JFA, ttd Drs. Salikin Zainal NIP. 060025203
51
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk 7 Jakarta 10120 Telepon: (021) 3841273 email:
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Lampiran Perihal
: S-06.04.00-300 / PJFA / 2002 ; : Angka Kredit
Jakarta, 13 Juni 2002
Yang Terhormat Ketua Tim Penilai Angka Kredit Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian di Jakarta Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : S-06.04.00-20 / DI 6 / 2000 tanggal 22 Mei 2002 perihal sebagaimana pada pokok surat, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Penerjemahan Kontrak Berbahasa Asing Dalam Kegiatan Audit; Pada dasarnya kegiatan menterjemahkan kontrak dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia tidak dapat diberikan angka kredit karena hal tersebut merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan yang sedang dilakukan. Apabila dipandang bahwa kontrak berbahasa asing tersebut sangat mengganggu dan mempengaruhi waktu pemeriksaan, sebaiknya ditunjuk Auditor untuk menerjemahkan kontrak dimaksud dan dapat diberikan angka kredit “untuk tujuan tertentu” . Di samping itu juga dapat disiasati dengan memperpanjang waktu pemeriksaan. Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan menerjemahkan yang dapat diberikan angka kredit 3 (tiga), sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala BPKP Nomor : 13.00.00-125/K/1997adalah kegiatan penerjemahan/ saduran dalam pengawasan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan dalam perpustakaan unit organisasi. Dalam kaitan ini kontrak yang diterjemahkan dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia bukanlah dokumen BPKP tetapi dokumen dari unit kerja yang diperiksa. 2. Kegiatan Penyusunan LHA atas Pinjaman/ Bantuan Luar Negeri dilakukan dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris; Kegiatan penyusunan LHA dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris tidak dapat diberikan angka kredit 3 (tiga) sebagai pengembangan profesi. Kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan dalam pemeriksaan. Apabila dipandang perlu untuk penugasan-penugasan yang laporan hasil auditnya ditulis dalam dua bahasa diterbitkan surat tugas yang relatif lebih lama bila dibandingkan dengan apabila hanya
52
untuk satu bahasa. Dalam hal ini berarti kegiatan penyusunan laporan dalam bahasa Inggris tersebut secara riel telah diberikan angka kredit dari unsur utama, sub unsur pengawasan dan tidak merupakan sub unsur pengembangan profesi. 3. Angka Kredit dalam SK Inpassing; Pada dasarnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pejabat struktural yang diinpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor per tanggal 30 Mei 2001 tidak diberikan angka kredit. Dikecualikan dari ketentuan ini adalah Ijazah yang diperoleh pejabat tersebut sebelum tanggal 30 Mei 2001 sepanjang ijazah tersebut belum diakui secara kepegawaian, yaitu belum termaktub dalam SK Kepangkatan. 4. PAK Periode 1 Januari 2001 – 30 Juni 2001 telah ditetapkan tanggal 31 Desember 2001 Terhadap permasalahan sebagaimana Saudara uraikan pada nomor 4, kami sependapat dengan Saudara; 5. Pedoman Penulisan Makalah dan Angka Kreditnya Kami belum dapat memberikan pedoman penilaian makalah sebagaimana yang Saudara usulkan, karena pedoman dimaksud saat ini masih sedang dalam proses penyusunan oleh Tim di Pusbin JFA. Apabila pedoman penilaian makalah tersebut telah selesai , akan kami informasikan kepada Saudara. Sementara menunggu pedoman yang saat ini sedang dalam proses penyusunan, Tim Penilai dipersilahkan untuk menilai makalah yang diajukan oleh para PFA dengan mengacu kepada Keputusan Kepala BPKP Nomor : 13.00.00-125 / K / 1997 halaman 163 sampai dengan 169. 6. Kegiatan Sosialisasi dimaksudkan sebagai PKS Kegiatan Sosialisasi tersebut dapat diakui sebagai PKS . Kami menyadari kesulitan tersebut. Oleh karena itu apabila dipandang perlu Sub Bagian Perbantuan dapat membuat rekapitulasi kegiatan PKS yang diikuti oleh para PFA, sehingga dengan daftar tersebut PFA yang mengikuti sosialisasi ketentuan , baik mengenai JFA, Kepegawaian atau kegiatan lain yang berkaitan dengan pengawasan dapat diberikan angka kredit tanpa harus menyertakan makalah. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Kepala ttd A. Animaharsi NIP. 060060147
53
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk 7 Jakarta 10120 Telepon: (021) 3841273 email:
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor : S-06.04.00-314 /PJFA.2/2002 Lampiran : Perihal : Penjelasan Unsur Pengembangan Profesi, Jam Kerja dan Alokasi Angka Kredit.
21 Juni 2002
Yang Terhormat, Sekretaris Tim Penilai Angka Kredit Deputi III diJakarta Berkenaan surat Saudara nomor : S-06.04.00-050/D.III.5/2002 tanggal 24 April 2002 perihal sebagaimana pada pokok surat dengan ini kami sampaikan hal-hal berikut ini : 1. Angka Kredit Pengembangan Profesi 1) Ketentuan mengenai pengembangan profesi dapat dibaca pada Keputusan Kepala BPKP Nomor: 13.00.00-125/K/1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di Lingkungan APFP romawi VI, halaman 148 sampai dengan 182. Pada halaman 178 angka 8 a.1) dinyatakan bahwa: “Pendidikan dan Pengembangan Profesi berjumlah sekurang-kurangnya 18,75% atau 50 angka kredit”. Sampai dengan tanggal 17 Januari 2002, belum terdapat Surat Keputusan atau Surat Edaran yang mengatur pengelompokkan diklat sebagai unsur pengembangan profesi atau bukan sebagai pengembangan profesi. Dengan demikian Surat Edaran Nomor SE-06.04.00-27/PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002 diharapkan dapat memperjelas maksud dari pernyataan pada halaman 178 angka 8 a.1) sebagaimana maksud di atas. 2) Pengelompokkan suatu diklat ke dalam unsur pengembangan profesi atau bukan sebagai unsur pengembangan profesi mulai diberlakukan untuk diklat, yang sertifikat kelulusannya terbit tertanggal sejak 18 Januari 2002 dan belum diperhitungkan angka kreditnya berdasarkan Sertifikat telah mengikuti.
54
3) Penghitungan diklat sebagai unsur pengembangan profesi dihitung sama dengan cara menghitung angka kredit diklat, yaitu berdasarkan jangka waktu pelaksanaan diklat tersebut. Sebagai contoh, seorang PFA mengikuti diklat (termasuk kelompok pengembangan profesi) dalam waktu 100 jam. Berdasarkan ketentuan dalam SK Menpan Nomor 19/1996, yang bersangkutan dapat diberi angka kredit sebesar 2 (dua). 2. Kegiatan Diklat lainnya diperhitungkan sebagai Unsur Utama Sub Unsur Pendidikan 1) Diklat yang tidak dapat dikategorikan sebagai unsur pengembangan profesi diatur dalam Romawi II Lampiran SE Nomor SE-06.04.00-27/PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002. 2) Diklat-diklat yang tidak dapat dikategorikan sebagai pengembangan profesi dimasukkan sebagai unsur utama, sub unsur pendidikan ( bukan sub unsur pengawasan) 3. Diklat yang dapat dan tidak dapat dikategorikan sebagai unsur pengembangan profesi. 1) Diklat LAKIP dapat diakui sebagai pengembangan profesi; 2) Diklat TOT tidak dapat dikategorikan sebagai pengembangan profesi, karena diklat tersebut dimaksudkan agar seseorang memiliki kemampuan sebagai pelatih, dan bukan sebagai seorang Auditor. 4. Perubahan Jam Kerja Kami sependapat dengan beberapa hal yang dikemukakan pada surat Saudara, terutama butir 4. 1), 2) dan 3). Adapun surat kami No.SE-06.04.00-27/PJFA/2002 lebih didasarkan pada pertimbangan banyaknya tugas-tugas lembur yang kenyataannya harus dilakukan oleh para PFA (misalnya ada Pemtak, IKMN, Pemeriksaan DAU dan sebagainya ) sama dengan kewajaran HP, kewajaran jam kerja juga merupakan tanggung jawab atasan langsung. 5. Jam Kerja dalam Surat Tugas. Bahwa perhitungan angka kredit JFA dihitung berdasarkan jam kerja. Apabila di dalam surat tugas tidak mencantumkan jumlah jam kerja, tetapi mencantumkan jumlah hari pengawasan maka perhitungan angka kredit dilakukan dengan melakukan konversi jumlah hari pengawasan tersebut dengan jam per hari. 6. HP Maksimal Pengendali Mutu dan Pengendali Teknis Pada dasarnya atasan langsung bertanggung jawab atas kewajaran jumlah HP dalam satu penugasan. Di dalam prakteknya penetapan jumlah HP sangat bervariatif dan para atasan langsung maupun PFA berpendapat hal tersebut wajar. Sebagai contoh ada PFA (bukan PM/ PT) yang mengajukan DUPAK 500 HP per tahun. Kami menyadari banyak PFA yang keberatan dengan ditetapkannya HP Pengendali Teknis dan HP Pengendali Mutu sebagaimana diatur dalam
55
SE-06.04.00-27/PJFA/2002 tanggal 18 Januari 2002. Kami bermaksud akan meninjau ulang surat edaran tersebut khusus yang berkaitan dengan Hari Pemeriksaan ini. Demikian kami sampaikan, apabila dipandang perlu beberapa ketentuan yang masih belum optimal dapat dibahas lebih lanjut pada Forum Komunikasi Kepegawaian dan JFA bulan September 2002. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Kepala ttd A. Animaharsi NIP. 060060147
56
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk No.7 Jakarta 10120
Telepon: (021) 3841273
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Perihal
: S-373/JF/2/2002 : Penetapan Hari Efektif
Jakarta, 18 Juli 2002
Yth. Kepala Puslitbangwas BPKP diJakarta Berkenaan dengan Surat Saudara Nomor S-06.04.00-292/LB.03/2002 tanggal 3 Mei 2002 perihal tersebut di atas, dengan ini kami sampaikan bahwa hasil Forum Komunikasi bulan September 2001 yang hasilnya telah dirangkum dalam Himpunan Tanya Jawab Seputar JFA, telah disepakati bersama bahwa hari tersedia dalam 1 (satu) tahun adalah 237 hari bagi unit kerja dengan 5 (lima) hari kerja dalam 1 minggu atau 289 hari bagi unit kerja dengan 6 (enam) hari kerja dalam 1 minggu. Untuk masa mendatang, pemberlakuan hari efektif secara khusus yaitu 300 hari dalam 1 tahun bagi PFA di lingkungan Puslitbangwas BPKP sebaiknya ditinjau kembali agar tidak menyimpang dari ketentuan jam kerja yang berlaku. Demikian kami sampaikan, untuk menjadi maklum.
Kepala, ttd A. Animaharsi NIP.060060147
Tembusan: Sekretaris Utama BPKP
57
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk No.7 Jakarta 10120
Telepon: (021) 3841273
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Hal
: S-374/JF/2/2002 : Angka Kredit
18 Juli 2002
Yth. Ketua Tim Penilai Angka Kredit Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian Di - Jakarta Berkenaan dengan Surat Saudara Nomor S-06.04.00-21/DI.6/2002 tanggal 24 Mei 2002 perihal sebagaimana pada pokok surat dengan ini kami jelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan pertanyaan Saudara sebagai berikut : 1. Kegiatan Seminar Pada dasarnya seminar yang dapat diberikan angka kredit adalah kegiatan seminar yang ada kaitannya dengan kegiatan pengawasan dan seminar tersebut harus disertai dengan surat tugas dari Pimpinan Unit Kerja. Menurut hemat kami, penugasan seminar sebaiknya diberikan dengan mempertimbangkan manfaatnya bagi peningkatan mutu pelaksanaan tugas pengawasan. Kewenangan untuk memberikan penugasan seminar kepada PFA sepenuhnya merupakan kewenangan pimpinan unit organisasi. Disamping itu dengan beragamnya jenis seminar yang ada pada saat ini, tidak memungkinkan bagi Pusbin JFA untuk menentukan dapat/ tidaknya tiap jenis seminar diberikan angka kredit untuk kegiatan penunjang. Oleh karena itu apabila terdapat keraguan oleh Tim Penilai Angka Kredit terhadap substansi dari suatu seminar, sebaiknya dikonfirmasikan kepada pemberi tugas dan atau PFA dan apabila terdapat perbedaan penilaian angka kredit di antara Tim Penilai, maka perlu diusahakan pemecahan yaitu dibahas dan diputuskan dalam rapat/ sidang pleno Tim Penilai Angka Kredit. 2. Surat Tugas tidak mencantumkan Hari Pemeriksaan Terhadap surat tugas yang tidak dicantumkan hari pemeriksaannya, kami sependapat dengan Saudara, bahwa seharusnya ditentukan jumlah Hari Pemeriksaan terhadap penugasan-penugasan dimaksud. Apabila dalam surat tugas yang dikeluarkan oleh Direktorat Pemeriksaan, Penyidikan dan Penagihan Ditjen Pajak belum mencantumkan hari pemeriksaan, maka sebaiknya unit kerja di BPKP dapat menerbitkan Nota Dinas yang mencantumkan hari pemeriksaan. Selama tidak ada
58
pendukung tentang besarnya hari pemeriksaan maka terhadap usulan angka kredit tersebut tidak dapat dinilai angka kreditnya. 3. Kegiatan PKS. Mengantisipasi perkembangan yang ada, dimana pembicara pada PKS ataupun seminar seringkali tidak lagi membuat makalah (sebagai bahan/ materi PKS) tetapi menyampaikan foto copy dari print out transparant, maka menurut pendapat kami, sepanjang foto copy transparan tersebut merupakan materi yang dibahas dalam PKS dan persyaratan lainnya telah lengkap seperti daftar hadir, notulen PKS maka kegiatan tersebut dapat diberikan angka kreditnya. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Kepala, ttd A. Animaharsi NIP 060060147
Tembusan : Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian
59
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk No.7 Jakarta 10120
Telepon: (021) 3841273 email:
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Hal
: S-552 /JF.2/2002 : Berkas Pendukung Penilaian Angka Kredit
Jakarta, 30 Agustus 2002
Yang terhormat, 1. Deputi Kepala 2. Inspektur 3. Kepala Pusat 4. Kepala Perwakilan Di Lingkungan BPKP
Dalam rangka penilaian angka kredit Jabatan Fungsional Auditor, dengan ini kami sampaikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh Pejabat Fungsional Auditor mulai bulan Agustus 2002, yang dapat diberikan angka kredit adalah kegiatan-kegiatan yang didukung / dilampirkan berkas-berkas berikut ini : 1. Kegiatan Pendidikan : 1) Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pendidikan yang telah ditandatangani oleh atasan langsungnya: 2) Surat ijin mengikuti pendidikan di luar kedinasan atau surat keputusan penugasan belajar bagi yang tugas belajar: 3) Foto copy ijazah asli yang disahkan oleh pejabat yang berwenang: 4) Surat keputusan Dirjen DIKTI Depdiknas tentang persamaan ijazah yang diperoleh dari luar negeri: 5) Foto copy dari STTPL asli pelatihan kedinasan yang telah ditandasahkan oleh Pejabat Yang Berwenang. Contoh 1 : Seorang Pejabat Fungsional Auditor mengikuti Diklat Sertifikasi Penjenjangan Peran Ketua Tim dan telah memperoleh sertifikat kelulusan. Pada waktu mengajukan angka kredit, yang bersangkutan wajib melampirkan berkas nomor 1) dan 5)
60
Contoh 2 : Seorang PFA telah selesai mengikuti pendidikan di luar kedinasan dan memperoleh Ijazah S1 dari perguruan tinggi di Indonesia. Pada saat yang bersangkutan mengajukan penilaian angka kredit, berkas yang harus dilampirkan adalah berkas nomor 1), 2), dan 3). 2. Kegiatan Penggerakan dan Pembinaan Pengawasan : 1) Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Penggerakan dan Pembinaan Pengawasan yang telah ditanda tangani oleh atasan langsungnya : 2) Formulir Kendali Mutu: 3) Surat Tugas: 4) Hasil kegiatan ( contoh : laporan Hasil Pengawasan / Routing Slyp atau bukti lain yang diketahui oleh Pejabat yang ditunjuk ): 3. Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan : 1) Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pelaksanaan Pengawasan yang telah ditandatangani oleh atasan langsungnya: 2) Formulir Kendali Mutu: 3) Surat Tugas: 4) Hasil kegiatan ( contoh : Laporan Hasil Pengawasan / Routing Slyp ): 4. Kegiatan Pengembangan Profesi di Bidang Pengawasan : 1) Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Pengembangan Profesi yang telah ditandatangani oleh atasan langsungnya: 2) Surat Tugas atau persetujuan pejabat yang berwenang 3) Sertifikat dari hasil mengikuti kegiatan pengembangan profesi: Sertifikat yang dapat dinilai angka kreditnya adalah sertifat asli atau copy sertifikat yang telah ditandasahkan oleh pejabat yang ditunjuk: 4) Materi Pelatihan di Kantor Sendiri (PKS) 5) Apabila pengembangan profesi berasal dari kegiatan PKS, harus dilampirkan berkas-berkas: Rencana PKS dari Kepala / Pimpinan Unit Organisasi, Notulen hasil PKS, Makalah dan Daftar hadir PKS yang ditandasahkan oleh Kepala Bagian Tata Usaha ayau pejabat lain yang ditunjuk. Dalam hal penilaian angka kredit oleh Tim Penilai Pusat untuk Pejabat Fungsional Auditor yang memangku jabatan sebagai Auditor Ahli Madya dan Auditor Ahli Utama, keempat berkas tersebut dapat digantikan dengan Surat Keterangan Jumlah Jam PKS yang diketahui oleh pejabat ditunjuk; 6) Buku, artikel, karya tulis ilmiah, dan lain-lain yang berkaitan dengan pengembangan profesi; Surat Tugas yang dapat diajukan untuk mendukung kegiatan penggerakan dan pembinaan pengawasan, pelaksanaan pengawasan dan pengembangan profesi dapat berbentuk asli surat tugas atau copy surat tugas yang ditandasahkan oleh pejabat yang ditunjuk.
61
5. Kegiatan Penunjang di Bidang Pengawasan : 1) Surat Pernyataan Melakukan Kegiatan Penunjang yang telah ditandatangani oleh atasan langsungnya: 2) Surat keterangan / pernyataan / penghargaan yang disahkan / disetujui oleh Pimpinan Unit Kerja atau pejabat yang ditunjuk beserta bukti-buktinya; 3) Keanggotaan di organisasi profesi beserta bukti-buktinya; 4) Penugasan dari Pimpinan Unit Kerja Contoh : Seorang Pejabat Fungsional Auditor mengikuti seminar di bidang pengawasan. Agar seminar tersebut dapat diajukan untuk dinilai angka kreditnya, harus dilengkapi dengan berkas: Sertifikat seminar yang ditandasahkan oleh pejabat yang ditunjuk dan adanya surat penugasan seminar dari Pimpinan Unit Organisasi. 6. Pengajuan angka kredit untuk kegiatan-kegiatan sebagaimana diuraikan pada butir 1 sampai dengan 5 di atas tanpa didukung oleh berkas-berkas yang dipersyaratkan tidak dapat diberikan angka kredit. 7. Ketentuan sebagaimana diatur dalam butir 1 sampai dengan 5 diatas adalah kelengkapan berkas pengajuan angka kredit sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Kepala BPKP Nomor: SE06.04.00-22/K/1999 tanggal 11 Januari 1999. Berkenaan dengan hal-hal di atas kami mohon pemberitahuan ini diinformasikan kepada seluruh pegawai di lingkungan unit kerja Bapak / Saudara. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Kepala, ttd A. ANIMAHARSI NIP 060060147 Tembusan: 1. Sekretaris Utama 2. Ketua Tim Penilai Angka Kredit JFA di lingkungan BPKP
62
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk No.7 Jakarta 10120
Telepon: (021) 3841273 email:
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Lampiran Hal
: S-1089 /JF.1/2002 : : Penilaian Angka Kredit Peserta Diklat SAK
31 Desember 2002
Yth. Ketua Tim Penilai Angka Kredit JFA Deputi Bidang Investigasi BPKP Di - Jakarta Menunjuk surat Saudara Nomor: S-001 / Tim Penilai / D6 / 2002 tanggal 26 Nopember 2002 perihal pada pokok surat, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kegiatan mengikuti Anti Corruption and Fraud Training Program (Domestic Training) dan memperoleh Certificate of Achievement, dapat diberikan angka kredit Diklat Teknis berdasarkan jumlah jam diklat yang diikuti, dan dikelompokkan sebagai unsur Pengembangan Profesi sesuai SE Kepala Pusbin JFA NO. SE-06.04.00-27 / PJFA / 2002 tanggal 18 Januari 2002 perihal Penjelasan Unsur Pengembangan Profesi, Jam Kerja, dan Alokasi Angka Kredit. 2. Sesuai dengan hasil Rapat Koordinasi Kepegawaian dan JFA tahun 2002 yang diselenggarakan tanggal 30 September – 3 Oktober 2002, setiap perolehan sertifikat gelar profesi (misalnya CFE, BAP, CIA, CISA, dll) dan sertifikat UBM, dapat diberikan angka kredit Pengembangan Profesi dengan besaran angka kredit sesuai jenjang jabatannya, yaitu :
No
Jabatan
Nilai AK Pendidikan
Prosentase Minimal Pengb. Profesi
1 2 3 4 5 6 7
Auditor Pelaksana Auditor Pelaksana Lanjutan Auditor Penyelia Auditor Ahli Pertama Auditor Ahli Muda Auditor Ahli Madya Auditor Ahli Utama
25 25 25 25 25 25 25
6,25% 5,00% 5,00% 7,50% 10,00% 12,50% 18,75%
63
Besaran AK untuk Setiap Perolehan Sertifikat UBM dan Gelar Profesi 1,5625 1,2500 1,2500 1,8750 2,5000 3,1250 4,6875
Penegasan mengenai hal ini tercantum dalam Surat Edaran kepala Pusbin JFA No. SE-1079 /JF.1/2002 tanggal 30 Desember 2002 perihal Penegasan Hasil Rakor Kepegawaian dan JFA tahun 2002, dan berlaku sejak perolehan 1 Juli 2002. Dalam rakor tersebut juga disepakati bahwa belajar mandiri untuk mempersiapkan ujian memperoleh sertifikat CFE tidak dapat diberikan angka kredit. Terhadap perlakuan penilaian angka kredit yang tidak sesuai dengan penjelasan diatas diharapkan agar dilakukan penyesuaian sebagaimana mestinya. Demikian atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Kepala, ttd A. ANIMAHARSI NIP 060060147
Tembusan Yth : Deputi Bidang Investigasi BPKP.
64
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk No.7 Jakarta 10120
Telepon: (021) 3841273 email:
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Lampiran Hal
: S-1091/JF.1/2002 : 1 (satu) set : Kesepadanan Kegiatan Pengawasan di lingkungan Lembaga Informasi Nasional RI dengan Kegiatan yang Diberikan Angka Kredit Berdasarkan Keputusan MENPAN No. 19/1996
31 Desember 2002
Yth, Inspektur Lembaga Informasi Nasional RI di Jakarta. Menunjuk surat Saudara Nomor 106/E/K/X/2002 tanggal 1 Oktober 2002 perihal permohonan persetujuan penyepadanan butir-butir kegiatan PFA dan sesuai dengan arahan Kepala BPKP, dengan ini kami sampaikan Daftar Kegiatan PFA di Lingkungan Lembaga Informasi Nasional RI yang dapat disepadankan dengan kegiatan PFA sesuai Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kredit. Atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih.
Kepala, ttd A. Animaharsi NIP : 060060147 Tembusan Yth : Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
65
Lampiran Surat Nomor : S-1091/JF.I/2002 Tanggal : 31 Desember 2002 DAFTAR KESEPADANAN KEGIATAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN LEMBAGA INFORMASI NASIONAL ( LIN )
No
Kegiatan
Pengertian Butir Kegiatan
Usulan Kesepadanan
Kesepadanan yang Diperkenankan
1.
Menyusun Renstra
Membantu menyiapkan,
Menyiapkan perumusan
Menyiapkan Rencana
mengumpulkan dan menganalisa
kebijaksanaan
Induk Pengawasan
data sebagai bahan masukan
pengawasan dan
(RIP)
dalam penyusunan renstra
kebijakan lainnya
Inspektorat LIN 2
Menyusun rencana
Membantu menyiapkan dan atau
Menyiapkan rencana kerja
Menyiapkan rencana
kerja pengawasan
memberi masukan berdasarkan
pengawasan tahunan
kerja pengawasan
yang dengan
buril yang di terima
(RKPT)
tahunan (RKPT)
Membantu
Membantu, menyiapkan,
Menyiapkan rencana kerja
Menyiapkan rencana
menyusun daftar
mengumpulkan, mengolah data
pengawasan tahunan
kerja pengawasan
OP (satuan Kerja
serta menyusun daftar objek
(RKPT)
tahunan (RKPT)
dan proyek) dan
pemeriksaan dan pengalokasian
alokasi anggaran
anggaran
Menyiapkan dan
Membantu menyiapkan dan atau
Menyiapkan program
Menyiapkan program
mengolah bahan
memberi bahan masukan dalam
kerja pengawasan
kerja pengawasan
PKPT
rangka penyusunan PKPT
tahunan (PKPT)
tahunan (PKPT)
Penyusunan PKPT
Membantu mengolah data dan
Menyiapkan program
Menyiapkan program
menganalisa dalam rangka
kerja pengawasan
kerja pengawasan
penyusunan PKPT
tahunan (PKPT)
tahunan (PKPT)
bahan dari buril 3.
4.
5.
66
Pengertian Butir Kegiatan
Usulan Kesepadanan
Kesepadanan yang
No
Kegiatan
6.
Menyusun program
Membantu menyiapkan,
Menyiapkan program
Menyiapkan program
kerja
mengumpulkan, mengolah data
kerja pengawasan
kerja pengawasan
dalam rangka penyusunan
tahunan (PKPT)
tahunan (PKPT)
Diperkenankan
program kerja guna menjamin tercapainya pengawasan yang optimal menyeluruh, dan terpadu 7.
Menyusun
Mengumpulkan, mengolah data,
Menyusun pedoman dan
Menyusun pedoman
pedoman PKA
dan merumuskan dalam rangka
atau sistem dibidang
dan atau sistem
(Progran Kerja
penyusunan pedoman PKA
pengawasan
dibidang pengawasan
Menyusun Protap
Membantu mengumpulkan,
Menyusun pedoman dan
Menyusun pedoman
(Prosedur Tetap)
mengolah data, serta
atau sistem dibidang
dan atau sistem
merumuskan Protap sebagai
pengawasan
dibidang pengawasan
Audit) 8.
pedoman dalam pelaksanaan pengawasan 9.
10.
Mereview pedoman
Evaluasi yang dilakukan
Memutakhirkan pedoman
Memutakhirkan
PKA
terhadap pedoman PKA untuk
dan atau sistem
pedoman dan atau
dilakukan penyempurnaan
pengawasan
sistem pengawasan
Menyempurnakan
Evaluasi yang dilakukan
Memutakhirkan pedoman
Memutakhirkan
Protap
terhadap Protap untuk dilakukan
dan atau sistem
pedoman dan atau
penyempurnaan
pengawasan
sistem pengawasan
11.
12.
Sosialisasi
Melakukan sosialisasi tentang
Melaksanakan
Melaksanakan
pengawasan
pengawasan kepada para
penyuluhan dibidang
penyuluhan
pejabat eselon I dan II
pengawasan
dibidang pengawasan
Menjadi pengamat
Mengikuti pelelangan yang
Melaksanakan asistensi
Melaksanakan asis-
dalam proses
dilaksanakan olah unit - unit
dan konsultasi di bidang
tensi dan konsultasi
lelang
kerja LIN sebagai pengamat
pengawasan
di bidang engawasan
67
No 13
Kegiatan
Pengertian Butir Kegiatan
Usulan Kesepadanan
Kesepadanan yang Diperkenankan
Asistensi
Memberi jasa kepada jajaran
Melaksanakan asistensi
Melaksanakan
penyusunan LAKIP
LIN dalam proses LAKIP
dan konsultasi di bidang
asistensi dan
pengawasan
konsultasi di bidang pengawasan
14.
Membantu
Kegiatan secara aktif membantu
Melaksanakan asistensi
Melaksanakan
pimpinan unit kerja
unit kerja lain di lingkungan LIN
dan konsultasi di bidang
asistensi dan
lain, memecahkan
dalam menyelesaikan masalah
pengawasan
konsultasi di bidang
permasalahan yang
yang dihadapi
pengawasan
dihadapi 15. 16.
17.
Menyusun LAKIP
Membantu penyusunan LAKIP
Membuat Laporan
Membuat Laporan
Inspektorat LIN
Akuntabilitas
Akuntabilitas
Menyusun laporan
Kegiatan menyajikan informasi
Membuat laporan hasil
Membuat laporan
bulanan
secara tertulis dan berkala atas
pengawasan
hasil pengawasan
/triwulan/tahunan
hasil pengawasan oleh APF
Menyusun LHA
Kegiatan menyajikan informasi
Membuat laporan hasil
Membuat laporan
kelompok
secara tertulis atas hasil
pengawasan
hasil pengawasan
Mengkaji aspek strategis
Mengkaji aspek
pengawasan buril sesuai dengan bidang tugas masing - masing kelompok auditor Inspektorat LIN 18.
Mengkaji renstra,
Menganalisis dan mengevaluasi
program dan
rencana kerja dan kegiatan unit
kegiatan Eselon
kerja eselon I untuk digunakan
strategis
sebagai bahan kebijakan kegiatan pengawasan yang akan dilakukan 19.
Presentasi DHA di
Presentasi hasil audit yang
Memaparkan hasil
Sepanjang kegiatan
depan forum review
telah dilakukan Tim Audit di
pengawasan
ini dilakukan dalam
depan forum review untuk
rangka penyusunan
memperoleh hasil audit yang
Laporan Hasil Audit,
optimal
maka angka kreditnya termasuk dalam kegiatan auditdan tidak diberikan angka kredit tersendiri
68
No
Kegiatan
Pengertian Butir Kegiatan
Usulan Kesepadanan
Kesepadanan yang Diperkenankan
20.
Rapat kerja
Kegiatan membantu
pengawasan
mengevaluasi keberhasilan dan
tahunan
kegagalan pelaksanaan
Gelar pengawasan
Gelar pengawasan
pengawasan serta langkah langkah perbaikan yang perlukan. 21.
Audit terhadap
Kegiatan audit keuangan yang
Melaksanakan audit
Melaksanakan audit
bendaharawan
dikelola oleh bendaharawan
keuangan dan atau
keuangan dan atau
apakah pelaksanaannya sudah
ketaatan
ketaatan
sesuai dengan peraturan yang berlaku 22.
Melaksanakan
Kegiatan audit yang ditujukan
Melaksanakan audit
Melaksanakan audit
pengawasan
untuk menilai rasionalitas dan
keuangan dan atau
keuangan dan atau
program
relevansi DUK setiap satker
ketaatan
ketaatan
Melaksanakan audit
Melaksanakan audit
operasional
operasional, dengan
tupoksinya 23.
a. Melaksanakan
a. Pengumpulan bahan untuk
pengumpulan
penyusunan PKA berupa
data dalam
data base obyek audit yang
catatan bahwa
rangka
akan diperiksa
keempat kegiatan
persiapan audit
b. Menyusun PKA
b. Kegiatan menyusun program kerja audit lanjutan
satu kesatuan
atas audit operasional
kegiatan yang utuh
c. Memperoleh petunjuk teknis
operasional
audit dari pimpinan unit kerja
dilapangan
pengawasan dalam rangka
c. Mengikuti
koordinasi kegiatan dan
pengarahan
kesamaan persepsi atas
teknis
masalah-masalah yang akan
d. Membuat laporan
tersebut merupakan
dihadapi dilapangan Menyusun informasi secara tetulis atas hasil pengawasan yang dilakukan APF
69
Pengertian Butir Kegiatan
Usulan Kesepadanan
Kesepadanan yang
No
Kegiatan
24.
Melaksanakan
Kegiatan audit yang tidak
Melaksanakan audit
Melaksanakan audit
fraud audit
termasuk audit keuangan atau
khusus
khusus
Kegiatan pemeriksaan yang
Melaksanakan audit
Audit Operasional
dilaksanakan setelah berakhir-
khusus
/Audit Keuangan dan
Diperkenankan
ketaatan dan audit operasional atas perintah pimpinan untuk meneliti adanya penggelapan yang dilakukan PNS 25.
Post Audit
nya tahun anggaran untuk me-
atau Ketaatan
ngetahui dampak dari kegiatan selama tahun berjalan sekaligus untuk melakukan pengecekan fisik 26.
Riksus tentang
Kegiatan audit khusus tentang
Melaksanakan audit
Melaksakan audit
TP/TGR
Tuntutan Perbendaharaan/Tun-
khusus
khusus
Kegiatan audit tugas pokok dan
Melaksakan audit
Melaksakan audit
fungsi atas obyek yang diperiksa
akuntabilitas
operasional
tutan Ganti Rugi. Biasanya karena adanya pengaduan atau sebagai tindak lanjut audit tertentu 27.
Audit Komprehensif
secara menyeluruh dan meliputi berbagai aspek 28.
Melaksanakan
Kegiatan menurut bidang tugas
Mengkaji dan menilai
Mengkaji dan menilai
audit buril sesuai
masing masing berupa me-
dokumen (audit buril)
dokumen (audit buril)
bidang tugasnya
meriksa dokumen yang diterima secara berkala/ sewaktu-waktu mengenai keuangan, SDM, sarana dan prasarana serta kegiatan operasional agar dapat diketahui ketaatan terhadap peraturan perudangan serta keekonomisan, daya guna dan hasil guna satker yang bersangkutan
70
Pengertian Butir Kegiatan
Usulan Kesepadanan
Kesepadanan yang
No
Kegiatan
29.
Melaksanakan
Kegiatan menurrut bidang tugas
Mengkaji dan menilai
Mengkaji dan menilai
audit buril sesuai
masing-masing berupa
dokumen (audit buril)
dokumen (audit buril)
bidang tugasnya
memeriksa dokumen yang
Diperkenankan
diterima secara berkala atau sewaktu-waktu mengenai keuangan, SDM, sarana dan prasarana serta kegiatan operasional agar dapat diketahui ketaatan terhadap peraturan perundangan serta keekonomisan, daya guna dan hasil guna satker yang bersangkutan 30.
Koreksi LHA oleh
Kegiatan menguji konsep LHA
Mengkaji hasil
Kegiatan tersebut
Tim Review
yang disampaikan oleh Tim Audit
pengawasan
merupakan bagian
mengenai subtansi laporan dan
dari penugasan audit
bukti-bukti pendukungnya
dan tidak dapat diberikan angka kredit tersendiri. Apabila Tim Review tidak termasuk dalam penugasan Tiim Audit, terhadap Tim Review dapat diberikan angka kredit kegiatan mengkaji hasil pengawasan
31.
Evaluasi hasil audit
Kegiatan mengevaluasi atas ke-
Mengkaji hasil
Mengkaji hasil
giatan hasil audit terhadap obyek
pengawasan
pengawasan
audit mengenai hal-hal yang positif maupun yang negatif yang hasilnya disampaikan kepada pimpinan untuk bahan pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang
71
No
Kegiatan
32.
Evaluasi hasil audit
Pengertian Butir Kegiatan
Usulan Kesepadanan
Kesepadanan yang Diperkenankan
Kegiatan mengevaluasi atas
Mengkaji hasil
Mengkaji hasil
kegiatan hasil audit terhadap
pengawasan
pengawasan
obyek audit mengenai hal-hal yang positif maupun yang negatif yang hasilnya disampaikan kepada pimpinan untuk bahan pengambilan kebijakan dimasa yang akan datang 33.
Mengkaji LHA atas
Kegiatan menganalisis dan
Mengkaji hasil
Mengkaji hasil
perintah pimpinan
mengevaluasi hasil audit yang
pengawasan
pengawasan
dilakukan, baik LHA intern maupun LHA ekstern guna kepentingan/kegunaan tertentu 34.
Pemantauan
Kegiatan pengecekan terhadap
Memantau tindak lanjut
Memantau tindak lanjut
Tindak Lanjut (TL)
seluruh rekomendasi dalam LHA
hasil pengawasan
hasil pengawasan
Kegiatan meneliti dan mengeva-
Memantau tindak lanjut
Memantau tindak lanjut
luasi serta menginventarisasi
hasil pengawasan
hasil pengawasan
guna memastikan apakah rekomendasi tersebut telah mendapatkan tindak lanjut sebagaimana mestinya 35.
Pemuktahiran data
beberapa jumlah temuan yang harus dilakukan tindak lanjutnya, untuk diketahui berapa temuan yang telah/belum ditindak lanjuti
36.
Menyiapkan bahan-
Kegiatan mengumpulkan bahan-
bahan audit
bahan untuk mendukung
tertentu
pelaksanaan kegiatan
Mempersiapkan bahan untuk tujuan tertentu.
pengawasan tertentu
Mempersiapkan bahan untuk tujuan tertentu (dalam rangka pengawasan .............)
72
Pengertian Butir Kegiatan
Usulan Kesepadanan
Kesepadanan yang
No
Kegiatan
37.
Menyiapkan bahan-
Kegiatan mengumpulkan data
Mempersiapkan bahan
Kegiatan mengumpulkan
bahan
kepegawaian antara lain untuk
untuk tujuan tertentu.
data kepega-waian antara
kepegawaian,
kepentingan mutasi / promosi
lain untuk kepentingan
sarana dan
dan mempersiapkan data sarana
mutasi / promosi merupa-
prasarana
dan prasarana untuk
kan kegiatan manajerial
kepentingan penyusunan IKMN.
dan tidak dapat diberikan
Diperkenankan
angka kredit. Kegiatan mempersiapkan data sarana dan prasarana untuk kepentingan penyusunan IKMN dapat disepadankan dengan mempersiapkan bahan untuk tujuan tertentu (dalam rangka penyusunan IKMN) 38.
Mengumpulkan
Kegiatan mengumpulkan data
Mempersiapkan bahan
Mempersiapkan bahan
data untuk audit
dan bahan dari unit-unit kerja
untuk tujuan tertentu.
untuk tujuan tertentu
secara keseluruhan
lingkup LIN yang akan diperlukan
(dalam rangka peren-
untuk menyusun program kerja
canaan pengawasan)
audit pendahuluan. 39.
Karya tulis ilmiah
Karya Tulis Ilmiah populer yang
Karya tulis/ karya ilmiah
Karya Tulis Ilmiah yang
populer
disusun baik secara perorangan
populer dibidang
dimaksud dalam Kep.
maupun kelompok berupa
pengawasan yang disebar
MENPAN No. 19/1996
terjemahan/saduran dibidang
luaskan melalui media
adalah merupakan hasil
pengawasan dan telah dimuat di
massa, setiap tulisan yang
karya sendiri, bukan terje-
majalah Media Pengawasan
merupakan satu kesatuan
mahan atau saduran. Un-
Inspektorat LIN atau Media
tuk terjemahan/saduran
massa lainnya
diberikan angka kredit Kegiatan Terjemahan/ Saduran dibidang pengawasan yang dipublikasikan dalam bentuk artikel pada majalah ilmiah yang disahkan oleh BPKP atau LIPI
73
Pengertian Butir Kegiatan
Kesepadanan yang
No
Kegiatan
Usulan Kesepadanan
40.
Pengurus di Media
Aktif dalam pengurusan/tim
Berpartisipasi secara aktif
Berpartisipasi secara aktif
Pengawasan
penerbitan majalah Inspektorat
dalam pener-bitan buku
dalam penerbitan buku
LIN yaitu majalah Media
dibidang pengawasan
dan majalah ilmiah dibi-
Pengawasan Kepengurusan
sebagai :
dang pengawasan
tersebut dikukuhkan dengan
Redaktur / editor
sebagai :
surat keputusan pejabat yang
Pengurus
Redaktur / editor
berwenang 41.
Diperkenankan
Pengurus
Diskusi kelompok
Merupakan salah satu metode
Melakukan PKS sebagai
Melakukan PKS sebagai
untuk memecahkan
belajar dimana auditor melatih
peserta
peserta
berbagai
diri untuk bekerja sama dalam
permasalahan
berfikir dan memecahkan masalah yang dihadapi sehingga tercapai suatu kesimpulan berdasarkan pendapat sama.
42.
Mengikuti
Kegiatan mengikuti presentasi
Melakukan PKS sebagai
Melakukan PKS sebagai
pemaparan
guna memperoleh dan
peserta
peserta
program Eselon I
mengumpulkan informasi
pada awal tahun
sebagai bahan pelaksanaan
anggaran
pengawasan atas unit kerja yang bersangkutan
Kepala Pusat Pembinaan JFA ttd
A. Animaharsi NIP. 060060147
74
REPUBLIK INDONESIA
SURAT BERSAMA SEKRETARIS JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Jakarta, 14 Maret 1997 NOMOR : S.157/Ortala/III/97 NOMOR : S – 06.04.00-144/K/1997 Perihal : Penundaan inpassing / penyesuaian ke dalam Jabatan fungsional Auditor Yth, Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Di Jakarta Dalam Keputusan Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor : 10 Tahun 1996, Nomor : 49/SK/S/1996 tanggal 6 Juni 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya pasal 22 dinyatakan : (1) Penyesuaian dalam jabatan dan angka kredit Auditor Trampil atau Auditor Ahli ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1996 dan harus sudah selesai ditetapkan selambat-lambatnya 31 Maret 1997. (2) Terhitung mulai periode kenaikan 1 April 1997, kenaikan pangkat semua Auditor Trampil dan Auditor Ahli sudah disyaratkan dengan angka kredit dan memenuhi syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 . Berhubung pelaksanaan penyesuaian ke dalam Jabatan Fungsional Auditor pada Pemeriksa Keuangan Inspektorat Jenderal Departemen, Inspektorat Wilayah Propinsi, Inspektorat Wilayah Kabupaten, Inspektorat Wilayah Kotamadya hingga sekarang belum dapat dilakukan, maka kami mengusulkan agar ketentuan pasal 22 tersebut dapat diubah sehingga berbunyi sebagai berikut : (1) Penyesuaian dalam jabatan dan angka kredit Auditor Trampil atau Auditor Ahli ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 April 1987 dan harus sudah selesai ditetapkan selambat-lambatnya 30 September 1997.
75
(2) Terhitung mulai periode kenaikan 1 oktober 1997, kenaikan pangkat semua Auditor Trampil dan Auditor Ahli sudah disyaratkan dengan angka kredit dan memenuhi syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980. Keterlambatan pelaksanaan inpassing tersebut dikarenakan oleh : 1. Jumlah tenaga auditor yang akan diinpassing berjumlah kurang lebih 16.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia umlah yang besar tersebut mempengaruhi lamanya proses pendataan dan pelaporan dari daerah ke pusat. 2. Sebagian auditor yang akan diinpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor adalah mereka yang pada saat ini menduduki jabatan struktural . Apabila mereka diinpassing dalam Jabatan Fungsional Auditor, sedangkan Keppres mengenai Tunjangan Jabatan Fungsioanal Auditor belum keluar, maka mereka akan kehilangan penghasilan (tunjangan) yang mereka peroleh selama ini. 3. Pembentukan Tim Penilai Jabatan Fungsional Auditor perlu disertai dengan penyuluhan dan pemasyarakatan mengenai cara-cara menghitung angka kredit serta tata cara pelaksanaannya. 4. Inpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor di lingkungan Inspektorat Wilayah Propinsi, inspektorat Wilayah Kabupaten, dan Inspektorat Wilayah Kotamadya dipengaruhi kegiatan lain dalam rangka persiapan Pemilu. Khusus untuk penyesuaian nama dari jabatan fungsional Pengawas Keuangan dan Pembangunan ke dalam Jabatan Fungsional Auditor telah dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan MENPAN nomor : 19/1996 tanggal 2 Mei 1996 dan Keputusan Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan, dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor : 10 Tahun 1996, Nomor : 49/SK/S/1996, Nomor : KEP – 386/K/1996, tanggal 6 Juni 1996, yaitu tanggal 1 Oktober 1996. Atas perhatian dan kerja sama Saudara diucapkan terima kasih.
KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
ttd
SEKRETARIS JENDERAL BADANPEMERIKSA KEUANGAN
ttd
Drs.SOEDARJONO NIP. 060028787
Drs.BAMBANGTRIADJI NIP. 060015165
76
BADAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA Nomor Sifat Perihal
: K.26-25/V 6-12/99 : Penting : Perpanjangan masa Inpassing Auditor
Jakarta, 6 Mei 1997 Kepada yth. 1. Saudara Sekretaris Jenderal BEPEKA 2. Saudara Kepala BPKP di Jakarta
1.
Berkenaan dengan surat bersama Saudara Sekretaris Jenderal BEPEKA dan Kepala BPKP kepada kami Nomor : S.157/Ortala/III/1997 dan Nomor : S-06.04.00-144/K/1997 tanggal 14 Maret 1997, perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat. Dengan ini kami beritahukan sebagai berikut : a. Berdasarkan surat tersebut Sekretaris Jenderal BEPEKA dan Kepala BPKP mengajukan usul perpanjangan masa inpassing Auditor yang semula terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1996 s/d 31 Maret 1997 diubah menjadi terhitung mulai tanggal 1 April 1997 s/d 30 September 1997, dengan alasan sebagai berikut . 1) Jumlah Auditor yang akan diinpassing 7.877 orang yang menyebar diseluruh Indonesia hal ini mempengaruhi lamanya proses pendataan dan pelaporan dari daerah ke pusat : b. Sebagian besar Pegawai Negeri Sipil yang akan diinpassing kedalam jabatan Auditor sebelumnya telah menduduki jabatan Struktural. Ketentuan yang mengatur tentang tunjangan jabatan Auditor saat ini dalam proses dan sampai saat ini mereka masih menerima tunjangan jabatan struktural. c. Pembentukan Tim Penilai jabatan Auditor perlu disertai dengan penyuluhan dan pemasyarakatan mengenai tata cara pelaksanaannya dan cara perhitungan angka kredit.
2.
Memperhatikan permasalahannya dan untuk tertib administrasi serta kelancaran pelaksanaan inpassing (penyesuaian) ke dalam jabatan Auditor sebagaimana telah ditetapkan dalam pasal 22 Keputusan Bersama Kepala BAKN, Sekretaris Jenderal BEPEKA dan Kepala BPKP Nomor : 10 Tahun 1996, Nomor 49/SK/S/1996 dan Nomor Kep – 386 /K/ 1996 tanggal 6 Juni 1996, kami dapat
77
menyetujui permintaan Saudara untuk memperpanjang masa inpassing tersebut sampai dengan selambat-lambatnya 30 September 1997 ; 3.
Dengan kebijaksanaan perpanjangan masa inpassing tersebut maka : 1) Pegawai Negeri Sipil yang diinpassing sampai dengan 30 September 1997, Kenaikan pangkatnya mulai dengan 30 September 1997. Kenaikan pangkatnya mulai periode 1 Oktober 1997 telah di syaratkan dengan angka kredit , disamping syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-perundangan yang berlaku ; 2) Pelaksanaan inpassing dalam jabatan dan angka kredit Auditor hendaknya dapat diselesaikan seluruhnya sampai dengan 30 September 1997. Demikian dan atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
K e p a l a BADAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA ttd SOENARKO
Tembusan disampaikan kepada yang terhormat : Bapak Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
78
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) ___________________ Nomor Hal
: S– 06.04.00-648/K/1997 : Perpanjangan masa Inpassing Auditor
Jakarta,12 September 1997
Kepada Yth, Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Di Jakarta Dengan surat Nomor K. 26-25/V 6-12/99 tanggal 6 Mei 1997 perihal yang tersebut diatas, Saudara telah menyetujui perpanjangan masa inpassing auditor yang semula terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1996 s/d 31 Maret 1997 diubah menjadi terhitung mulai tanggal 1 April 1997 s/d 30 September 1997. Salah satu alasan perpanjangan tersebut adalah : Sebagian besar Pegawai Negeri Sipil yang akan diinpassing ke dalam jabatan auditor sebelumnya telah menduduki jabatan struktural. Ketentuan yang mengatur tentang tunjangan jabatan auditor saat persetujuan perpanjangan tersebut dalam proses dan sampai saat itu mereka masih menerima tunjangan jabatan struktural. Ternyata sampai saat ini rancangan Keputusan Presiden yang mengatur tentang jabatan auditor masih juga belum terbit (masih dalam proses di Sekretariat Kabinet) dan mereka masih menerima tunjangan struktural. Memperhatikan permasalahan tersebut kiranya Saudara sependapat dengan kami tentang perlunya memperpanjang lagi masa inpassing tersebut untuk itu kami usulkan untuk memperpanjang masa inpassing yang semula terhitung mulai tanggal 1 April 1997 sampai dengan 30 September 1997 menjadi terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1997 sampai dengan 31 Desember 1997. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih. Kepala Ttd Drs. Soedarjono NIP.060028787 Tembusan : 1. Bapak Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara 2. Sekretaris Jenderal BEPEKA
79
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) ___________________ Nomor : R- 060400-757/K/1997 Lampiran : Hal : Inpassing Jabatan Fungsional Auditor ( JFA )
Jakarta, 14 Oktober 1997
Kepada Yth, Sekretaris Jenderal Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan di – Jakarta Menunjuk surat Saudara nomor B.1018/SJ-Ropeg/97 tanggal 19 September 1997 perihal yang tersebut pada pokok surat diatas, dapat kami beritahukan hal – hal sebagai berikut : 1. Memang benar bahwa sampai dengan berakhirnya masa perpanjangan inpassing auditor per 30 September 1997 sebagaimana disetujui Kepala BAKN dalam suratnya nomor K.26-25/V.6-12/99 tanggal 6 Mei 1997, ternyata Keputusan Presiden tentang Tunjangan Auditor masih juga belum terbit. Padahal Rancangan Keputusan Presiden tentang Tunjangan Auditor ini telah disampaikan Kepala BAKN kepada Bapak Menteri Sekretaris Negara pada tanggal 21 Juli 1997 dengan surat nomor K.26-25/V.8-18/18 untuk ditetapkan menjadi keputusan. 2. Berkaitan dengan Rancangan Keputusan Presiden tersebut diatas adalah Rancangan Keputusan Presiden tentang BPKP selaku Instansi Pembina JFA dari Instansi Pemerintah, yang sama halnya dengan organisasi ITJEN juga belum terbit Keputusan Presiden-nya. Dapat kami informasikan bahwa Rancangan Keputusan Presiden tentang BPKP telah disampaikan Bapak Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara kepada Bapak Menteri Negara Sekretaris Kabinet pada tanggal 30 April 1997 dengan surat nomor R-105/I/97. 3. Sehubungan dengan ketidaklancaran penerbitan Keputusan Presoden tentang organisasi dan tunjangan auditor tersebut di atas maka BPKP dan Forum Komunikasi Sekretaris ITJEN telah
80
menghubungi pejabat dari Menteri Negara Sekretaris Kabinet. Kepala Biro Hukum dan Perundangundangan untuk mencari kejelasan permasalahannya . Dari pertemuan -pertemuan dengan Kepala Biro Hukum dan Perundang-undanganan diperoleh pertanyaan Kepala Biro Hukum dan Perundang-undangan yang berkaitan dengan Substansi yang sebenarnya telah dibahas Kantor MENPAN dengan instansi tehnis terkait. Selain itu, instansi yang berwenang serta tepat untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan tersebut adalah MENPAN sebagai pengusul Rancangan Keputusan Presiden tentang Organisasi dan BAKN sebagai pengusul rancangan Keputusan Presiden tentang Tujangan Auditor. 4. Kondisi sebagaimana dikemukakan dalam butir 1 dan 2 diatas yang terlibat inpassing bagi jajaran ITJEN / Aparat Pengawasan BPKP tidak dapat di lakukan dalam masa yang direncanakan semula. Oleh karena itu kami telah meminta Keputusan Kepala BAKN untuk memperpanjang lagi masa inpassing sampai dengan akhir tahun 1997. Namun, sampai saat ini persetujuan perpanjangan inpassing ini belum ada. Berdasarkan hal-hal yang kami kemukakan di atas,agar tidak merugikan pejabat yang bersangkutan, maka inpassing bagi para pejabat struktural ke JFA sebaiknya ditunda sampai Keputusan Presiden tentang Organisasi dan Tunjangan Auditor terbit. Demikian agar Saudara maklum. K e p a l a, ttd Drs. SOEDARJONO NIP. 060028787 Tembusan : 1. Seluruh Sekretaris Jenderal Departemen 2. Deputi Administrasi LPND 3. Kepala BAKN
81
BADAN ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN NEGARA Jln. Let.Jend .Sutoyo No.12 Telp.8010321 – 8093008. Fax. 8090421 Jakarta Timur 13640 Nomor Sifat Perihal
: C _ 26-25/V.12-4/74 : Penting : Perpanjangan masa Inpassing Auditor
Jakarta, 31 Oktober 1997 Kepada Yth, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta
Berkenaan dengan surat Saudara Nomor S-06.01.00-648/K/1997 tanggal 12 September 1997 perihal seperti tersebut pada pokok surat ini, kami beritahukan dengan hormat bahwa mengingat alasannya bahwa Pegawai Negeri Sipil yang akan diinpasing ke dalam jabatan Auditor masih menerima tunjangan jabatan struktural karena ketentuan yang mengatur tentang tunjangan jabatan Auditor sampai saat ini masih dalam proses, maka kami dapat menyetujui usul perpanjangan masa inpassing jabatan Auditor yang semula terhitung mulai tanggal 1 April 1997 sampai dengan 30 September 1997 diubah menjadi terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1997 sampai dengan Desember 1997. Dengan perpanjangan masa inpassing tersebut maka Pegawai Negeri Sipil yang diinpassing sampai dengan 31 Desember 1997, kenaikan pangkatnya mulai periode 1 April 1998 telah disyaratkan dengan angka kredit, disamping syarat lainnya yang ditentukan dalam peraturan perundang – undangan yang berlaku dan pelaksanaan inpassing dalam Jabatan dan Angka Kredit Auditor hendaknya dapat diselesaikan seluruhnya sampai dengan tanggal 31 Desember 1997. Demikian dan atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih. A.n. K e p a l a Badan Administrasi Kepegawaian Negara Deputi Mutasi Kepegawaian ttd H.BAMBANG SUGENG, S.H. NIP.260000541 Tembusan disampaikan kepada yang terhormat : 1. Bapak Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. 2. Bapak Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara. 3. Sekretaris Jenderal BEPEKA
82
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) ___________________
Nomor Hal
: S-06.04.00-177 / K / 2000 : Inpassing Ke Dalam Jabatan Fungsional Auditor Di Lingkungan APFP
Jakarta, 20 April 2000
Kepada Yth, Kepala Badan Kepegawaian Negara Di Jakarta Dalam keputusan Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor : 10 Tahun 1996, Nomor : 49 / SK / S / 1996, dan Nomor : KEP-386 / K / 1996 tanggal 6 Juni 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya pasal 22 dinyatakan: (1) Penyesuaian dalam jabatan dan angka kredit Auditor Trampil atau Auditor Ahli ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1996 dan harus sudah selesai ditetapkan selambat-lambatnya 31 Maret 1997. (2) Terhitung mulai periode kenaikan pangkat 1 April 1997, kenaikan pangkat Auditor Trampil dan Auditor Ahli sudah disyaratkan dengan angka kredit dan memenuhi syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980. Berhubung pelaksanaan penyesuaian ke dalam Jabatan Fungsional Auditor pada Inspektorat Jenderal Departemen, Inspektorat Wilayah Provinsi / Kabupaten, dan Unit Pengawasan Intern LPND sampai sekarang belum dapat dilakukan, diusulkan agar ketentuan Inpassing tersebut dapat diberikan kembali kepada Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) dengan ketentuan sebagai berikut :
83
(1) Penyesuaian dalam Jabatan dan Angka Kredit Auditor Trampil dan Auditor Ahli ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 April 2000 dan harus sudah selesai ditetapkan selambat-lambatnya 30 September 2000. (2) Terhitung mulai periode kenaikan pangkat 1 Oktober 2000, kenaikan pangkat semua Auditor Trampil dan Auditor Ahli sudah dipersyaratkan dengan angka kredit dan memenuhi syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980. (3) Penyesuaian hanya berlaku bagi pegawai di lingkungan APFP yang pada tanggal 31 Maret 2000 telah melaksanakan tugas pemeriksaaan dan berusia maksimal 6 bulan sebelum batas usia pensiun PNS. Alasan belum dilakukannya inpassing dilingkungan APFP sampai dengan saat ini adalah karena menunggu struktur organisasi yang baru dan karena belum adanya tunjangan jabatan fungsional auditor. Selain hal tersebut di atas, kami mengusulkan pula beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan inpassing dimaksud sebagai berikut : 1. Bagi PNS dengan pendidikan DIII dapat diberikan kebijaksanaan untuk dapat diangkat sebagai auditor ahli apabila pada saat inpassing telah memiliki pangkat IV/a ke atas. 2. Dalam rangka inpassing tersebut, sebelum ditetapkannya Keputusan Presiden tentang tunjangan jabatan fungsional auditor, bagi pejabat struktural yang di inpassing ke dalam jabatan fungsional auditor dapat dibayarkan tunjangan peralihan yang sama nilainya dengan tunjangan struktural yang diterima sebelumnya, sehingga tidak merugikan pejabat yang bersangkutan. 3. Pelaksanaan sertifikasi auditor sebagai salah satu syarat untuk dapat diangkat ke dalam jabatan fungsional auditor akan dilakukan oleh BPKP dalam masa 1 tahun setelah proses inpassing dilaksanakan. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, diucapkan terima kasih. Kepala Ttd Arie Soelendro NIP 060035861 Tembusan Yth: 1. Menteri Negara PAN 2. Menteri Keuangan
84
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Nomor Sifat Perihal
: K.26-30 / V.6-53 / 74 : Penting : Inpassing dalam Jabatan Auditor di lingkungan APFP
Jakarta, 16 Mei 2000
Kepada Yth, Saudara Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Jakarta 1.
Berkenaan dengan surat Saudara kepada kami Nomor : S-06.04.00-177 / K / 2000 tanggal 20 April 2000, perihal sebagai tersebut pada pokok surat, maka dengan ini kami sampaikan beberapa hal, sebagai berikut : a. Setelah mempelajari alasan perpanjangan masa pengangkatan dalam jabatan Auditor melalui penyesuaian (inpassing), yaitu sebagai upaya penyelesaian akibat perubahan struktur organisasi pengawasan dimana Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yang selama ini ditetapkan sebagai jabatan struktural diubah menjadi kelompok jabatan fungsional maka secara prinsip kami sependapat dengan Saudara untuk melakukan pengunduran masa inpassing khusus bagi APFP di luar BPKP; b. Sebagaimana kita pahami bersama, bahwa berdasarkan Keputusan Bersama Kepala BKN, Sekretaris Jendertal Bepeka dan Kepala BPKP Nomor 10 Tahun 1996, Nomor : 49 / SK / S / 1996 dan Nomor KEP- 386 / K / 1996 tanggal 6 Juni 1996, masa inpassing ke dalam jabatan Auditor telah ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 1996 dan harus selesai selambatlambatnya 31 Maret 1997, namun karena adanya pertimbangan tertentu masa Inpassing tersebut telah diundur sampai 2 (dua) kali, yaitu melalui surat kami kepada Saudara masingmasing : (1) Nomor K.26-25 / V.6-12 / 99 tanggal 6 Mei 1997, diundur selambat-lambatnya sampai dengan tanggal 30 September 1997 dan (2) Nomor C.26-25 / V.12-4 / 74 tanggal 31 Oktober 1997, diundur kembali sampai dengan selambat-lambatnya tanggal 31 Desember 1997.
85
2.
Mempertimbangkan permintaan pengunduran inpassing Saudara dan dalam rangka tertib administrasi pembinaan Auditor, maka kami dapat menyetujui pengunduran masa Inpassing ke dalam jabatan Auditor menjadi ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 April 2000 dan selambatlambatnya harus sudah selesai ditetapkan pada tanggal 30 September 2000, dengan ketentuan bahwa : a. Pelaksanaan inpassing agar tetap mempertimbangkan formasi jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, yaitu bahwa pengangkatan dalam jabatan fungsional di samping mempertimbangkan lingkup tugas organisasi dengan rincian tugas jabatan fungsional, harus pula mempertimbangkan beban kerja yang ada yang memberi kemungkinan untuk pencapaian angka kredit bagi pejabat fungsional yang bersangkutan. b. Untuk tetap menjaga kualitas profesionalisme dan formasi jabatan Auditor, maka dalam perpanjangan masa Inpassing perlu diatur hal-hal sebagai berikut : (1) Perpanjangan masa inpassing hanya berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil yang sebelumnya telah menduduki jabatan struktural sebagai Pengawas. Pemeriksa atau Inspektur Pembantu (APFP) di lingkungan Inspektorat Jenderal, Deputi Bidang Pengawasan, Inspektorat Wilayah Propinsi dan Inspektorat Wilayah Kabupaten / Kotamadya yang memiliki tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak melakukan pengawasan dan atau pemeriksaan; (2) Pada tanggal 1 April 2000 usia Pegawai Negeri Sipil yang akan di inpassing setinggitingginya 55 (lima puluh lima) tahun atau satu tahun di bawah batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil; (3) Pegawai Negeri Sipil yang pada saat Inpassing memiliki pendidikan D3 dan telah menduduki pangkat Pembina golongan ruang IV/a, dapat di Inpassing dalam jabatan Auditor Ahli Madya dan selanjutnya untuk dapat diangkat dalam jabatan Auditor Ahli Utama harus memiliki pendidikan sekolah serendah-rendahnya Sarjana (S1) atau Diploma 4; (4) Pegawai Negeri Sipil yang pada saat Inpassing belum memiliki sertifikat jabatan Auditor, selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak Inpassing ditetapkan wajib telah mengikuti dan lulus sertifikasi jabatan Auditor dan menjadi salah satu persyaratan untuk kenaikan jabatan berikutnya; (5) Terhitung mulai tanggal inpassing ditetapkan, pembinaan kepangkatan atau kenaikan pangkat Auditor dilakukan melalui kenaikan pangkat pilihan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil, antara lain dipersyaratkan angka kredit.
3.
Disamping perihal sebagaimana kami uraikan di atas dan untuk tidak merugikanhak kepegawaian, khususnya tunjangan jabatan struktural yang pernah diterima sebagai pejabat struktural, maka sebagai masa peralihan kami sependapat agar tunjangan jabatan struktural yang pernah diterima tetap dibayarkan sampai dengan tunjangan jabatan fungsional Auditor ditetapkan, dengan
86
ketentuan bahwa besarnya tunjangan jabatan adalah sama dengan yang dibayarkan pada bulan Maret 2000. 4.
Untuk kepastian dan kelancaran dalam pembayaran tunjangan jabatan dalam masa peralihan, kami menyarankan dan memandang perlu agar Saudara sebagai Pimpinan Instansi Pembina melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Direktur Jenderal Anggaran. Demikian dan atas perhatiannya serta kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Badan Kepegawaian Negara ttd Prof. Dr. Prijono Tjiptoherijanto
Tembusan : 1. Bapak Menteri PAN. 2. Saudara Direktur Jenderal Anggaran. 3. Para Inspektur Jenderal / Deputi Bidang Pengawasan.
87
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) ___________________ Nomor Lampiran Hal
: S-05.01.04-932/D1/2000 : 3 (tiga) set : Petunjuk Pelaksanaan Inpassing Di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah di luar BPKP
Jakarta, 4 Agustus 2000
Yth. Inspektur Jenderal Departemen Inspektur Utama/Inspektur LPND di Jakarta Dalam rangka pelaksanaan Inpassing di lingkungan aparat pengawasan fungsional pemerintah (APFP) di luar Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dengan ini disampaikan penjelasan/petunjuk pelaksanaan inpassing ke dalam jabatan fungsional auditor sebagai berikut : 1.
2.
Tanggal Berlakunya Jabatan Fungsional Auditor a. Sebagaimana ditetapkan oleh Kepala BKN melalui surat Nomor: K-26-30/V.6-53/74 tanggal 16 Mei 2000 perihal Inpasing dalam jabatan Auditor di lingkungan APFP, berlakunya jabatan fungsional auditor di lingkungan APFP di luar BPKP adalah terhitung mulai tanggal 1 April 2000 sedangkan proses administrasinya harus sudah selesai pada tanggal 30 September 2000. b. Ketetapan di atas mengandung pengertian bahwa bagi seluruh pejabat struktural yang di inpasing ke dalam jabatan fungsional auditor berlaku ketentuan Auditor sejak 1 April 2000 walaupun Surat Keputusan Pengangkatan Ke dalam Jabatan Fungsional Auditor baru di tandatangani setelah tanggal 1 April 2000 (misalnya pada tanggal 31 Agustus 2000) oleh Pejabat Yang Berwenang Mengangkat, Memberhentikan, dan Memindahkan PNS sesuai Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1975. Pejabat Struktural Yang Di Inpassing a. Pejabat struktural yang di inpasing adalah pejabat yang telah (bukan pernah) menduduki jabatan struktural di lingkungan APFP, pejabat yang di angkat di lingkungan pengawasan
88
tersebut tidak dapat dialihkan/ diangkat ke dalam jabatan fungsional auditor melalui inpasing, namun dapat memilih melalui perpindahan atau pengangkatan pertama. b. Pejabat struktural yang sampai dengan 31 Maret 2000 masih menduduki jabatan di luar unit pengawasan tidak dapat di inpasing ke dalam jabatan fungsional auditor walaupun sebelumnya pernah menjabat di lingkungan unit pengawasan. c. Pengangkatan pejabat struktural ke dalam jabatan fungsional auditor perlu mempertimbangkan beban kerja dan ruang lingkup kegiatan pengawasan yang tersedia sepanjang tahun di lingkungan pengawasan. Hal ini penting untuk diperhatikan karena terhitung mulai tanggal 1 April 2000, pembinaan kepangkatan atau kenaikan pangkat Auditor dipersyaratkan dengan angka kredit. Angka kredit dapat di peroleh apabila Auditor melaksanakan kegiatan pengawasan. 3.
Surat Keputusan Inpassing a. Surat Keputusan Inpasing Ke Dalam Jabatan Fungsional Auditor ditetapkan dalam bentuk Surat Keputusan Kolektif dan Petikan Surat Keputusan. Contoh pada lampiran I dan II b. Surat Keputusan Kolektif setelah ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang ditembuskan kepada BPKP, BKN, dan instansi terkait lainnya. c. Petikan Surat Keputusan disampaikan kepada yang bersangkutan dan instansi terkait lainnya. d. Dalam Surat Keputusan Kolektif dan Petikannya perlu dicantumkan besarnya angka kredit yang diperoleh.
4.
Angka Kredit a. Angka kredit untuk masing-masing pejabat yang di inpasing ditetapkan dalam lampiran IIIA dan IIIB Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor; 19/1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya. Lihat lampiran III. b. Angka kredit tersebut merupakan saldo awal angka kredit yang selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan kenaikan pangkat/ jabatan. c. Dalam Surat Keputusan Pengangkatan Kolektif, jumlah angka kredit yang tersedia di lampiran IIIA dan IIIB SK Menpan perlu dibagi dalam 3 kolom. Kolom pertama untuk angka kredit dari unsur pendidikan, kolom kedua untuk angka kredit dari unsur pengawasan, dan kolom ketiga untuk angka kredit dari unsur penunjang. Cara penghitungan angka kredit untuk masing-masing kolom adalah sebagaimana contoh dibawah ini. Contoh : Drs. Rizky Adi Pranata pada saat di inpassing telah berpangkat Pembina dengan golongan ruang IV/a dengan masa kepangkatan 3 tahun. Sesuai lampiran IIIB-SK Menpan, yang bersangkutan berhak memperoleh angka kredit sebesar 512. Angka kredit tersebut selanjutnya dibagi menjadi 80% untuk unsur utama atau sama dengan 409,6 angka kredit dan 20% untuk unsur penunjang atau sama dengan 102,4 angka kredit. Selanjutnya, angka kredit dari unsur utama dibagi lagi untuk unsur pendidikan sebesar 75 angka kredit karena yang bersangkutan adalah Sarjana dan sisanya sebesar 334,60 [(512 x 80%) – 75] merupakan angka kredit untuk unsur pengawasan.
89
d. Perhitungan dan pembagian angka kredit sebagaimana contoh pada butir c di atas selanjutnya dicantumkan di dalam SK Inpassing Kolektif dan Surat Petikannya. Lihat lampiran I dan II e. Perlu dijelaskan bahwa angka kredit sebagaimana tecantum dalam lampiran IIIA dan IIIB – SK Menpan Nomor 19/1996 adalah angka kredit final dalam pengertian terhadap angka kredit tersebut tidak dapat ditambahkan lagi angka kredit dari kegiatan lainnya. 5. Diklat Sertifikasi a. Pelaksanaan sertifikasi terhitung 1 tahun sejak tanggal 1 Oktober 2000 sampai dengan 30 September 2001 b. Ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh masing-masing peserta diklat sertifikasi ditentukan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP. Untuk itu, diharapkan masing-masing APFP segera berkoodinasi dengan Puskiklat BPKP untuk mengikuti program sertifikasi. 6. Tunjangan a. Sebagaimana ditetapkan Kepala BKN melalui surat Nomor : K-26-30/V.6-53/74 tanggal 16 Mei 2000, tunjangan jabatan yang diberikan kepada Auditor eks pejabat struktural di lingkungan APFP di luar BPKP, sebelum ditetapkannya Keputusan Presiden tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor, adalah tunjangan peralihan yang besarnya mengacu kepada tunjangan struktural periode Maret 2000. b. BPKP telah menyampaikan surat kepada Menteri Keuangan melaui Surat Kepala BPKP Nomor: S – 06.04.00 – 288/K/2000 tanggal 22 Juni 2000 perihal pembayaran tunjangan jabatan Auditor eks pejabat struktural di lingkungan APFP. 7. Lain-lain a. Dengan berlakunya jabatan fungsional auditor terhitung mulai tanggal 1 April 2000, kenaikan pangkat/ jabatan selanjutnya ditentukan oleh perolehan angka kredit. b. Untuk hal dimaksud, disarankan kepada masing-masing APFP untuk segera membentuk/ menyusun perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan jabatan fungsional auditor lain : Organisasi Auditor ¾ Penetapan pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit ¾ Penetapan Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai ¾ Penetapan Pejabat Pengusul Kegiatan Auditor ¾ Perencanaan kegiatan berdasarkan anggaran waktu kegiatan. ¾ Formulir-formulir pencatatan perolehan angka kredit sebagaimana tercantum dalam SKB Kepala BAKN, Kepala BPKP, dan Sekretaris Jenderal BPK serta Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor yang ditetapkan dalam SK Kepala BPKP Nomor : 13.00.00 – 125/K/1997 Tahun 1997.
90
¾
Kegiatan pengawasan di lingkungan APFP mengacu kepada 44 butir kegiatan pengawasan yang tercantum dalam Pasal 5 SK Menpan Nomor 19/1996.
Demikian, apabila masih terdapat hal-hal yang belum jelas berkaitan dengan pelaksanaan inpassing ini dapat ditanyakan kepada Biro Kepegawaian dan Organiasasi BPKP c.q. Bagian Organisasi dan Tatalaksana. Atas perhatian Saudara, diucapkan terima kasih. Deputi Kepala BPKP Bidang Administrasi Ttd Drs. H. M. Chatim Baidaie NIP 060031597 Tembusan Yth: 1. Kepala BPKP 2. Kepala Pusdiklat Pengawasan BPKP
91
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Nomor Sifat Lampiran Perihal
: K.26-30/V10-47/24 : Penting :: Inpassing Jabatan Auditor
Jakarta, 18 Juni 2001
Kepada Yth. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan ( BPKP ) Di Jakarta
1. Berkenaan dengan pelaksanaan Inpassing dalam jabatan Auditor bagi Pegawai Negeri Sipil yang sebelumnya menduduki jabatan Inspektur dan Pemeriksa atau Pengawas di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen atau di lingkungan Unit Pengawasan Intern Pemerintah lainnya baik di Pusat maupun di Daerah, maka dengan ini kami sampaikan dengan hormat perihal sebagai berikut : a. Bahwa sesuai dengan organisasi dan tata kerja Departemen dan Lembaga Pemerintah Non departemen, khusunya di lingkungan Inspektorat Jenderal dan Unit Pengawasan Intern Pemerintah lainnya telah ditiadakan jabatan Inspektur Pembantu ( eselon III ) dan Pemeriksa atau Pengawas (eselon IV) dan selanjutnya diganti dengan jabatan fungsional Auditor b. Bahwa sampai dengan diubahnya jabatan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas menjadi jabatan Auditor, sampai dengan sekarang masih banyak mantan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas di lingkungan Inspektorat Jenderal atau Unit Pengawasan Interen Pemerintahan lainnya belum diinpassing dalam jabatan Auditor sesuai dengan maksud surat kami Nomor K.26-30/V6-53/74 tanggal 16 Mei 2000, yaitu inpassing ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 April 2000 dan selambat-lambatnya harus sudah selesai ditetapkan pada tanggal 30 September 2000 c. Adapun pertimbangan atau alasan yang disampaikan kepada kami mengenai belum diinpassing ke dalam jabatan Auditor sesuai surat kami Nomor K.26-30/V6-53/74 tersebut antara lain adalah : (1) belum ditetapkannya tunjangan jabatan Auditor yang menggantikan jabatan struktural Inspektur Pembantu yang dipersamakan eselon III.a dan Pemeriksa atau Pengawas yang dipersamakan eselon IVa (2) perubahan organisasi dan tata kerja dilingkungan Inspektorat Jenderal atau Unit Pengawasan Intern Pemerintah lainnya relatif baru selesai ditetapkan setelah Januari 2001 2. Mempertimbangkan perihal sebagaimana kami uraikan diatas dan untuk menjamin kelangsungan karier para mantan Inspektur Pembantu dan Pengawasan atau Pemeriksa yang berubah menjadi
92
Auditor, maka apabila Saudara sependapat dengan kami perlu ada perlakuan khusus dalam penetapan inpassing bagi Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Inspassing ditetapkan terhitung mulai “tanggal 1 Juli 2001” dan selambat-lambatnya harus selesai ditetapkan pada akhir bulan “ September 2001”. b. Pegawai Negeri Sipil yang pada saat perubahan jabatan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas menjadi jabatan fungsional Auditor tidak menduduki jabatan Inspektur Pembantu dan Pengawas atau badan Pemeriksa, tidak dapat diinpassing c. Pegawai Negeri Sipil yang pada saat di inpassing belum memiliki sertifikat Auditor, selambatlambatnya 12 (dua belas) bulan sejak inpassing tanggal 1 Juli 2001 harus sudah memiliki sertifikat Auditor. d. Terhitung mulai periode kenaikan Oktober 2001, karier kepangkatan dan jabatan Auditor yang ada dilingkungan Inspektorat Jenderal dan Unit Pengawasan Intern Pemerintah lainnya, telah disyaratkan angka kredit disamping persyaratan lain yang ditemukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Dapat kami sampaikan pula kepada Saudara, bahwa mengingat sampai dengan saat sekarang belum ditetapkan tunjangan fungsional Auditor dan sebagai masa peralihan, maka kami berpendapat tunjangan struktural yang pernah diterima dalam jabatan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas dapat dipertimbangkan untuk tetap dibayarkan, dengan pertimbangan bahwa : a. Secara prinsip luas ruang lingkup tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak jabatan sebagai Auditor relatif tidak berbeda dengan luas ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak jabatan sebagai Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas; b. Pembayaran tunjangan jabatan tersebut pada dasarnya tidak menambah atau akan membebani keuangan Negara mengingat tunjangan jabatan tersebut telah dibayarkan kepada PNS yang bersangkutan dalam bentuk tunjangan jabatan struktural: dan c. Akan memberikan motivasi bagi Auditor untuk bekerja secara efektif, efisien dan professional. Demikian dan atas perhatian serta kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Kepala Badan Kepegawaian Negara ttd Prof. DR. Pujono Tjiptoherijanto Tembusan : 1. Saudara Direktur Jenderal Anggaran Departemen keuangan 2. Para Sekretaris Jenderal Departemen 3. Para Inspektur Jenderal Departemen 4. Para Deputi/Pimpinan Unit Pengawasan Interen pada LPND 5. Deputi III Menpan Bidang Sumber Daya Aparatur.
93
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Jl. Hayam Wuruk No. 7 – Jakarta 10120 Telepon 384 2285, 384 1273 (Hunting) Fax. 348 30645 Nomor : S-06.04.00-370/K/2001 Lampiran : 1 (satu) lembar Perihal : Inpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor
Jakarta, 18 Juni 2001
Kepada Yth. Kepala Badan Kepegawaian Negara Di Jakarta Sesuai Surat Kepala BKN Nomor : Nomor K.26-30/V6-53/74 tanggal 16 Mei 2000 perihal Inpassing dalam Jabatan Fungsional Auditor di lingkungan APFP yang telah kami tindak lanjuti dengan Surat Deputi Kepala BPKP Bidang Administrasi Nomor: S-05.01.04-932/D1/2000 tanggal 4 Agustus 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Inpassing Di Lingkungan APFP Di Luar BPKP telah ditetapkan tentang tanggal berlakunya Inpassing adalah 1 April 2000 sedangkan proses administrasinya harus sudah selesai pada tanggal 30 September 2000. Pelaksanaan restrukturisasi/reorganisasi Inspektorat Jenderal Departemen/Unit Pengawasan LPND sebagai tindak lanjut atas Keppres Nomor 165/2000 dan Keppres Nomor 166/2000 sampai dengan tanggal 30 September 2000 ternyata masih terdapat beberapa Departemen/ LPND yang belum selsesai sehingga ketentuan batas waktu pelaksanaan inpassing dan proses administrasinya belum dapat dilaksanakan, sebagaimana yang telah ditetapkan. Sehubungan hal tersebut dan dengan memperhatikan hasil rapat Forum Komunikasi Inspektur Jenderal Departemen tanggal 28 Mei 2001, kiranya dapat dipertimbangkan adanya perpanjangan masa pengangkatan eks pejabat struktural di bidang pengawasan sebagai Pejabat Fungsional Auditor melalui penyesuaian (inpassing) bagi instansi yang belum melaksanakan inpassing tersebut diatas, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Penyesuaian (Inpassing) dalam jabatan dan angka kredit Auditor Ahli dan Auditor Terampil ditetapkan terhitung mulai tanggal 31 Mei 2001 sedangkan proses administrasinya harus sudah selesai pada tanggal 30 Nopember 2001. 2. Penyesuain hanya berlaku bagi pegawai di lingkungan APFP yang pada saat reorganisasi telah melaksanakan tugas pengawasan dan berusia setinggi-tingginya 55 (lima puluh lima) tahun atau
94
satu tahun dibawah batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil sebagaimana diatur dalam Surat Kepala BKN Nomor. K.26-30/V.6-53/74 tanggal 16 Mei 2000 butir 2 (2) 3. Pelaksanaan sertifikasi sebagai salah satu syarat untuk dapat diangkat ke dalam jabatan fungsional auditor akan dilakukan oleh BPKP dalam masa 1 tahun setelah proses penyesuaian dilakukan 4. Pejabat struktural yang telah di Inpassing untuk kenaikan pangkat periode berikutnya agar menggunakan angka kredit dan memenuhi syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980. Atas perhatian dan kerjasama Saudara kami ucapkan terima kasih.
Kepala, Ttd Arie Soelendro NIP. 060035861
95
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) _______________________________________ Nomor : S-06.04.00-589/SESMA/2001 Lampiran : Perihal : Inpassing Jabatan Auditor
Jakarta, 27 Juli 2001
Yth Kepala Bawasda Di - Seluruh Indonesia Menunjuk surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: K.26-30/V 10-47/24 tanggal 18 Juni 2001 (terlampir), disebutkan bahwa pelaksanaan inpassing masih dimungkinkan, terhitung mulai tanggal 1 Juli 2001 dan selambat-lambatnya harus selesai ditetapkan pada akhir bulan September 2001. Berkenaan dengan hal tersebut, diminta agar Saudara segera memprosesnya, sesuai dengan Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-595/K/1996 tanggal 6 September 1996 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya dalam Pelaksanaan Inpassing/ Penyesuaian bagi Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah di Luar Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dan ketentuan lain yang berlaku. Bila terdapat hal-hal yang belum jelas, Saudara dapat berkonsultasi pada Perwakilan BPKP setempat atau langsung pada: Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor BPKP Jalan Hayam Wuruk No. 7 Jakarta – 10130 Berbagai ketentuan dan informasi yang http://www.bpkp.go.id.
terkait dengan JFA
dapat
dilihat
Demikian dan atas perhatian serta kerjasamanya kami ucapkan terima kasih. Sekretaris Utama, Ttd Drs. H.M. Chatim Baidaie NIP 060031597 Tembusan : Kepala Perwakilan BPKP diseluruh Indonesia
96
pada website
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Jl. Hawam Wuruk No. 7 – Jakarta 10120 Telepon 384 2285, 384 1273 (Hunting) Fax. 348 30645 Nomor Lampiran Perihal
: S-06.04.00-666/SESMA/2001 : 1 (satu) lembar : Inpassing Jabatan Fungsional Auditor
7 Agustus 2001
Yth. Inspektur Jenderal Departemen Keuangan Selaku Ketua Forum Inspektorat Jenderal Departemen Di - Jakarta Sehubungan adanya reorganisasi di lingkungan Departemen/LPND dan berkenaan dengan pelaksanaan inpassing ke dalam jabatan fungsional auditor (JFA), dengan ini kami sampaikan ketentuan diklat dan sertifikasi Pengendali Teknis (PT) dan Pengendali Mutu (PM) sebagaimana diatur dalam Pola Diklat yang sudah ditetapkan bersama oleh BPKP dan beberapa Inspektorat Jenderal Departemen serta Itwilprop sebagai berikut : Untuk Peran Pengendali Mutu (PM) Bagi mereka yang memperoleh angka kredit kumulatif minimal 775 dapat diusulkan untuk mengikuti matrikulasi (tanpa ujian) untuk seluruh level peran JFA (Ahli Anggora Tim, Ketua Tim, Pengendali Teknis) dan Mengikuti diklat dan Sertifikasi peran PM; Untuk Peran Pengendali Teknis (PT) Bagi mereka yang memperoleh angka kredit kumulatif minimal 350 dapat diusulkan untuk mengikuti matrikulasi (tanpa ujian) untuk seluruh level peran JFA (Ahli Anggota Tim dan Ketua Tim) dan mengikuti diklat dan lulus sertifikasi peran PT; Namun demikian, mengingat persyaratan tersebut dirasakan berat oleh beberapa PFA, menurut hemat kami khusus untuk inpassing sehubungan dengan reorganisasi ini perlu dipertimbangkan beberapa alternatif sebagai berikut :
97
Alternatif I Untuk Peran PM Bagi mereka yang memperoleh angka kredit kumulatif minimal 550 dapat diusulkan untuk mengikuti ujian bebas matrikulasi (boleh mengulang satu kali) untuk mata ajaran - Kode Etik dan Standar Audit - Penulisan Laporan Hasil Audit - Teknik Penilaian SPM - Review Kertas Kerja Audit - Manajeman pengawasan - Perencanaan Penugasan Audit - Supervisi Audit - Audit Berpeduli Resiko Bagi mereka yang lulus ujian bebas matrikulasi dapat diusulkan untuk mengikuti diklat peran PM. Bagi mereka yang tidak lulus ujian bebas matrikulasi 2 kali harus mengikuti diklat, dan lulus matrikulasi khusus inpassing dengan 8 mata ajaran tersebut di atas, kemudian dapat diusulkan untuk mengikuti diklat peran PM. Untuk Peran PT Bagi mereka yang memperoleh angka kredit kumulatif minimal 300 dapat diusulkan untuk mengikuti ujian bebas matrikulasi (boleh mengulang satu kali) untuk 5 mata ajaran sebagai berikut : - Kode Etik dan Standar Audit - Auditing - Penulisan Laporan Hasil Audit - Teknik Penilaian SPM - Review Kertas Kerja Audit Bagi mereka yang lulus ujian bebas matrikulasi dapat diusulkan untuk mengikuti diklat peran PT Bagi mereka yang tidak lulus ujian bebas matrikulasi 2 kali harus mengikuti diklat, dan lulus matrikulasi khusus inpassing dengan 5 mata ajaran tersebut di atas, kemudian dapat diusulkan untuk mengikuti diklat peran PT. Alternatif II Untuk Peran PM Bagi mereka yang memperoleh angka kredit kumulatif minimal 550 dapat diusulkan untuk mengikuti ujian bebas matrikulasi untuk 8 mata ajaran sama dengan alternatif II. Bagi mereka yang lulus ujian bebas matrikulasi dapat diusulkan untuk mengikuti diklat peran PM. Bagi mereka yang tidak lulus ujian bebas matrikulasi 1 kali harus mengikuti matrikulasi khusus inpassing (tanpa ujian) dengan 8 mata ajaran tersebut di atas, kemudian dapat diusulkan untuk mengikuti diklat peran PM.
98
Untuk Peran PT Bagi mereka yang memperoleh angka kredit kumulatif minimal 300 dapat diusulkan untuk mengikuti ujian bebas matrikulasi untuk 5 mata ajaran sama dengan alternatif II. Bagi mereka yang lulus ujian bebas matrikulasi dapat diusulkan untuk mengikuti diklat peran PT. Bagi mereka yang tidak lulus ujian bebas matrikulasi 1 kali harus mengikuti matrikulasi khusus inpassing (tanpa ujian) dengan 5 mata ajaran tersebut di atas, kemudian dapat diusulkan untuk mengikuti diklat peran PT. Demikian kami sampaikan sebagai bahan pertimbangan dan diskusi kita bersama. Atas kerjasamanya diucapkan terima kasih. Sekretaris Utama, ttd Drs. H.M. Chatim Baidaie NIP 060031597 Tembusan : Kepala BPKP
99
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Jl. Hawam Wuruk No. 7 – Jakarta 10120 Telepon 384 2285, 384 1273 (Hunting) Fax. 348 30645 Nomor : S-05.01.04-515/K/2001 Lampiran : 1 (satu) set Perihal : Petunjuk Teknis Pelaksanaan Inpassing di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah
Jakarta, 24 Agustus 2001
Yth. Inspektur Jenderal Departemen Inspektur Utama/Inspektur LPND Kepala Badan Pengawas Daerah (Bawasda) / Inspektorat Wilayah Propinsi Kepala Badan Pengawas Daerah (Bawasda) / Inspektorat Wilayah Kabupatan/Kota Di - Seluruh Indonesia Dalam rangka pelaksanaan Inpassing dalam jabatan Auditor di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen atau di lingkungan unit Pengawasan Intern Pemerintah lainnya, baik di Pusat maupun di Daerah (APFP), dengan ini disampaikan penjelasan/petunjuk pelaksanaan inpassing ke dalam jabatan fungsional auditor sebagai berikut: 1. Tanggal Berlakunya Jabatan Fungsional Auditor a. Sebagaimana ditetapkan oleh Kepala BKN melalui surat Nomor: K.26-3-/V.10-47/24 tanggal 18 Juni 2001 perihal tentang Inpassing Jabatan Auditor, Inpassing ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Juli 2001 dan selambat-lambatnya harus selesai ditetapkan pada akhir bulan September 2001 b. Ketetapan di atas mengandung pengertian bahwa bagi seluruh mantan Inspektur Pembantu dan Pengawasan atau Pemeriksa yang diinpasing kedalam jabatan fungsional auditor berlaku ketentuan auditor sejak 1 Juli 2001 walaupun Surat Keputusan Pengangkatan ke dalam ketentuan auditor baru ditandatangani setelah 1 Juli 2001 (misalnya pada tanggal 31 Agustus 2001) oleh Pejabat Yang Berwenang Mengangkat, Memberhentikan dan Memindahkan PNS sesuai Peraturan Pemerintah Nomor : 20 tahun 1975
100
2. Pejabat yang diinpassing a. Mantan Inspektur Pembantu dan Pengawas atau Pemeriksa yang diinpassing adalah pejabat yang pada saat reorganisasi atau pada saat perubahan jabatan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas menjadi pejabat fungsional auditor menduduki (bukan pernah menduduki) jabatan struktural di lingkungan APFP sesuai surat BKN Nomor: K.26-30/V.1047/24 tanggal 18 Juni 2001 butir 1b dan 2 b. Dengan demikian pejabat yang pada tanggal tersebut tidak lagi menduduki jabatan Inspektur Pembantu dan Pengawas atau Pemeriksa di lingkungan APFP atau pejabat yang diangkat setelah tanggal tersebut tidak dapat dialihkan/ diangkat ke dalam jabatan fungsional auditor melalui inpassing, namun dapat memilih melalui perpindahan atau pengangkatan pertama sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Pengangkatan pejabat struktural ke dalam jabatan fungsional auditor perlu mempertimbangkan beban kerja dan ruang lingkup kegiatan pengawasan yang tersedia sepanjang tahun di lingkungan unit pengawasan. Hal ini penting untuk diperhatikan karena terhitung mulai tanggal 1 Juli 2001, pembinaan kepangkatan atau kenaikan pangkat auditor dipersyaratkan dengan angka kredit yang diperoleh melalui kegiatan pengawasan. 3. Surat Keputusan Inpassing a. Surat Keputusan Inpassing ke Dalam Jabatan Fungsional Auditor ditetapkan dalam bentuk Surat Keputusan Kolektif dan Petikan Surat Keputusan. Contoh pada Lampiran I dan II Keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-595/K/1996 tanggal 6 September 1996 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya dalam Pelaksanaan Inpassing/ Penyesuaian Bagi APFP (terlampir) b. Surat Keputusan Kolektif setelah ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang ditembuskan kepada BPKP, BKN, dan Instansi terkait lainnya. c. Petikan Surat Keputusan disampaikan kepada yang bersangkutan d. Dalam Surat Keputusan Kolektif dan Petikannya perlu dicantumkan besarnya angka kredit yang diperoleh. 4. Angka Kredit a. Penghitungan angka kredit untuk masing-masing pejabat yang diinpassing ditetapkan dalam lampiran IIIA dan IIIB Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 19/1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya. b. Angka Kredit tersebut merupakan saldo awal angka kredit yang selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan kenaikan pangkat/jabatan c. Dalam Surat Keputusan Pengangkatan Kolektif sebagaimana tersebut pada butir 3a, jumlah angka kredit perlu dibagi dalam 3 kolom, yaitu angka kredit dari unsur pendidikan, unsur pengawasan, dan unsur penunjang. Cara perhitungan angka kredit untuk masing-masing kolom adalah sebagaiman contoh di bawah ini. Contoh: Drs. Tanusi Pratomo pada saat diinpassing telah berpangkat Pembina golongan ruang IV/a dengan masa kepangkatan 10 bulan. Sesuai lampiran IIIB SK Menpan, yang bersangkutan berhak memperoleh angka kredit sebesar 400. Angka kredit tersebut selanjutnya dibagi menjadi 80% untuk unsur utama atau sama dengan 320
101
angka kredit dan 20% untuk unsur penunjang atau sama dengan 80 angka kredit. Selanjutnya, angka kredit dari unsur utama dibagi lagi untuk unsur pendidikan sebesar 75 angka kredit karena yang bersangkutan adalah Sarjana, dan sisanya sebesar 245 [{400 x 80%} – 75] merupakan angka kredit untuk unsur pengawasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran I/I-1/15 SK Kepala BPKP Nomor: 13.00.00-125/1997 tanggal 5 Mrate 997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di Lingkungan APFP. d. Perlu dijelaskan bahwa angka kredit sebagaimana tercantum dalam lampiran IIIA dan IIIB- SK Menpan Nomor 19/1996 adalah angka kredit final dalam pengertian terhadap angka kredit tersebut tidak dapat ditambahkan lagi angka kredit dari kegiatan lainnya. Sebagai contoh untuk ijazah-ijazah kesarjanaan yang telah diperhitungkan dalam SK Kepangkatan tidak dapat diperhitungkan lagi di dalam perolehan angka kredit selanjutnya. 5. Diklat Sertifikasi a. Pelaksanaan sertifikasi selambat-lambatnya 12 bulan sejak tanggal inpassing b. Diklat sertifikasi diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas) bersama-sama dengan Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor (Pusbin JFA) BPKP. Apabila dipandang perlu, penyelenggaraan Diklat dan Ujian Sertifikasi dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan pertimbangan Pusdiklatwas. Untuk pelaksanaan Diklat Sertifikasi, masing-masing APFP dapat berkoordinasi dengan Perwakilan BPKP setempat atau dengan Pusdiklatwas BPKP, Jl. Pramuka No. 33. Jakarta Timur Telp. (021) 85640003-4, Fax (021) 8199196. 6. Lain-lain a. Dengan berlakunya jabatan fungsional auditor terhitung mulai tanggal 1 Juli 2001, kenaikan pangkat/ jabatan selanjutnya ditentukan oleh perolehan angka kredit. b. Untuk hal dimaksud, disarankan kepada masing-masing APFP untuk segera membentuk/ menyusun perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan jabatan fungsional auditor, antara lain : Organisasi Auditor • Pejabat yang berwenang Mengangkat, Membebaskan Sementara, dan Memberhentikan Pejabat Fungsional Auditor. • Penetapan Pejabat yang Berwenang Menetapkan Angka Kredit • Penetapan Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai • Penetapan Pejabat Pengusul Angka Kredit Kegiatan Auditor • Formulir-formulir pencatatan perolehan angka kredit sebagaimana tercantum dalam SKB Kepala BKN, Kepala BPKP, dan Sekretaris Jenderal BPK Nomor 10 Tahun 1996, Nomor: 49/SK/S/1996. Nomor: Kep-386/K/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan JFA dan Angka kreditnya serta Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor yang ditetapkan dalam SK Kepala BPKP nomor: 13.00.00-125/K/1997 Tahun 1997.
102
•
Kegiatan auditor di lingkungan APFP mengacu kepada 44 butir kegiatan auditor sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 SK Menpan Nomor: 19/1996.
Demikian, apabila masih terdapat hal-hal yang belum jelas berkaitan dengan pelaksanaan inpassing ini dapat ditanyakan kepada Perwakilan BPKP setempat atau Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor BPKP, Jl. Hayam Wuruk No. 7 Jakarta Pusat 10120, Telp. (021) 3841273 Ext.206-207, Fax. (021) 3855713 atau website http://www.bpkp.go.id. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih. Kepala, ttd Arie Soelendro NIP 060035861 Tembusan Yth. 1. Kepala Pusdiklat Pengawasan BPKP 2. Kepala Perwakilan BPKP seluruh Indonesia
103
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Jl. Hayam Wuruk No. 7 – Jakarta 10120 Telepon 384 2285, 384 1273 (Hunting) Fax. 348 30645 Nomor Lampiran Perihal
: S-06.04.00-604/K/2001 : 1 (satu) lembar : Inpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor
28 September 2001
Yth. Kepala Badan Kepegawaian Negara Jl. Letjen Sutoyo No. 12 Jakarta Sesuai dengan surat Saudara Nomor: K.26-30/V/0-47/24 tanggal 18 Juni 2001 perihal Inpassing Jabatan Auditor, kami telah mengeluarkan surat Petunjuk Teknis Inpassing di lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) tanggal 24 Agustus 2001 Nomor: S-05.01.04-515K/2001. Pelaksanaan Inpassing di lingkungan APFP Pusat (BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen, dan Unit Pengawasan LPND) sebagian besar sudah berlangsung; akan tetapi terdapat beberapa Inspektorat Jenderal karena proses reorganisasi belum selesai seperti Inspektorat Jenderal Depdiknas, maka pelaksanaan inpassing belum dilakukan. Selain itu, pelaksanaan inpassing di lingkungan Badan Pengawasan Daerah baik Propinsi, Kabupaten, dan Kota belum dapat dilaksanakan karena reorganisasi belum selesai dan adanya perbedaan struktur organisasi unit pengawasan di Pusat dan di Daerah yang selama ini ada, perbedaan tersebut sebagai berikut: 1. Struktur organisasi Itjen, yang menjalankan tugas-tugas pengawasan adalah Inspektur sebagai Supervisor, Inspektur Pembantu sebagai Ketua Tim, dan Pemeriksa sebagai Anggota Tim 2. Struktur organisasi Inspektorat Wilayah Propinsi, yang menjalankan tugas-tugas pengawasan adalah Inspektur Pembantu sebagai Supervisor, Pemeriksa sebagai Ketua Tim, dan Pemeriksa Pembantu sebagai Anggota Tim 3. Struktur organisasi Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kota, yang menjalankan tugas-tugas pengawasan adalah Pemeriksa sebagai Supervisor, Pemeriksa Pembantu sebagai Ketua Tim, dan Staf Pemeriksa sebagai Anggota Tim. Kecuali Staf Pemeriksa, seluruh jabatan tersebut adalah Jabatan Struktural.
104
Perbedaan struktur organisasi tersebut belum terakomodasikan dalam surat Saudara Nomor: K.2630/V/0-47/24 dan surat kami Nomor : S-05.01.04-515/K/2001 menyebabkan pelaksanaan inpassing di Bawasda belum dapat dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kiranya dapat dipertimbangkan adanya perpanjangan masa pengangkatan eks pejabat struktural di bidang pengawasan termasuk mantan inspektur pembantu, mantan pemeriksa, dan mantan pemeriksa pembantu, yang menjalankan tugas pemeriksaan pada Inspektorat Jenderal, eks Inspektorat Propinsi/Kabupaten/ Kota, dan unit APFP lainnya sebagai Pejabat Fungsional Auditor melalui penyesuaian (inpassing) bagi instansi yang belum melaksanakan inpassing tersebut di atas, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Penyesuaian (inpassing) dalam jabatan dan angka kredit Auditor Ahli dan Auditor Trampil ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2001 sedangkan proses administrasinya harus sudah selesai pada tanggal 31 Desember 2001 2. Pelaksanaan sertifikasi sebagai salah satu syarat untuk dapat diangkat kedalam jabatan fungsional auditor akan dilakukan oleh BPKP dalam masa 1 (satu) tahun setelah proses penyesuaian dilakukan 3. Pejabat struktural yang telah diinpassing untuk kenaikan pangkat periode berikutnya agar menggunakan angka kredit dan memenuhi syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 1980. Atas perhatian dan kerjasama Saudara kami ucapkan terima kasih.
Kepala, ttd Arie Soelendro NIP. 060035861
105
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) ____________________________________ KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP.07.02.01-603/K/2001 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI PEJABAT YANG DI-INPASSING DI LINGKUNGAN APARAT PENGAWASAN FUNGSIONAL PEMERINTAH KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, Menimbang :
Mengingat
bahwa dalam rangka pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi pejabat yang diinpasing di lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah baik di pusat maupun di daerah, perlu ditetapkan Keputusan Kepala Badan dan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Bagi Pejabat Yang di Inpassing di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah; : 1.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang no 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890) 2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547)
106
4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 198; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4019); 5. Keputusan Presiden Nomor 155/M Tahun 1999; 6. Keputusan Presiden Nomor 178 Tahun 2000 tentang Susunan Organisasi, dan Tugas Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Keputusan Lembaga Pemerintah Non Departemen; 7. Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen; 8. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 19/1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya; 9. Keputusan Bersama Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara, Sekretaris Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: 10 tahun 1996, Nomor : 49/SK/1996 dan Nomor: KEP-386/K/1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya; 10. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-13.00.00-125/K/1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan angka kreditnya di lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah 11. Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-06.00.00-286/K/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; MEMUTUSKAN : Menetapkan PERTAMA
KEDUA KETIGA
: : Menetapkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan bagi Pejabat Yang Diinpassing di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. : Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud dalam diktum PERTAMA digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan/ujian bebas matrikulasi : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 28 September 2001 KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, ttd ARIE SOELENDRO
107
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : KEP-07.02.01- 603/K/2001 TANGGAL : 28 September 2001 PETUNJUK PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI PEJABAT YANG DI-INGPASSING DI LINGKUNGAN APARAT PENGAWASAN FUNGSIONAL PEMERINTAH I.
PERSYARATAN PESERTA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN A. Pejabat yang diinpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor dan pernah menduduki jabatan eselon IV dengan memperoleh angka kredit kumulatif minimal 300, dapat diusulkan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Pengendali Teknis dan mengikuti matrikulasi (tanpa ujian) Pendidikan dan Pelatihan Ketua Tim dan Pembentukan Auditor Ahli B. Pejabat yang diinpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor dan pernah menduduki jabatan eselon IV dengan angka kredit kumulatif kurang dari 300, dapat diusulkan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Ketua Tim dan matrikulasi (tanpa ujian) Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Auditor Ahli C. Pejabat yang diinpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor dan pernah menduduki jabatan eselon III dengan angka kredit kumulatif minimal 550, dapat diusulkan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Pengendalian Mutu dan mengikuti matrikulasi (tanpa ujian) Pendidikan dan Pelatihan Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Pembentukan Auditor Ahli. D. Pejabat yang diinpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor dan pernah menduduki jabatan eselon III dengan angka kredit kumulatif kurang dari 550, dapat diusulkan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Pengendali Teknis dan matrikulasi (tanpa ujian) Pendidikan dan Pelatihan Ketua Tim dan Pembentukan Auditor Ahli. E. Masing-masing pendidikan dan pelatihan matrikulasi tersebut di atas dapat diganti dengan mengikuti ujian bebas matrikulasi dan lulus. Pendidikan dan pelatihan selanjutnya dilakukan secara reguler dengan mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor : KEP-06.04.00-847/K/1998 tentang Pola Pendidikan dan Pelatihan Auditor Bagi Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah
II. PERSYARATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (INPASSING) A. Untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan peran tertentu (Ketua Tim, Pengendali Teknis atau Pengendali Mutu), Pejabat Fungsional Auditor harus mengikuti ujian bebas matrikulasi dan atau mengikuti diklat matrikulasi (tanpa ujian) untuk peran-peran di bawahnya. B. Kesempatan untuk mengikuti ujian bebas matrikulasi diberikan maksimal dua kali (satu kali ujian utama dan satu kali ujian ulangan); C. Apabila dinyatakan lulus, maka yang bersangkutan dapat diusulkan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sertifikasi sesuai dengan perannya (Pengendali Teknis atau Pengendali Mutu)
108
D. Apabila dinyatakan tidak lulus, maka yang bersangkutan harus mengikuti matrikulasi (tanpa ujian) E. Ujian bebas matrikulasi dan diklat matrikulasi (tanpa ujian) meliputi mata ajaran (m.a) sebagai berikut : 1. Peran Pengendali Teknis ( 5 m.a ) 2) Kode etik dan standar audit 3) Auditing 4) Penulisan laporan hasil audit 5) Teknik Penilaian SPM 6) Review kertas kerja audit 2. Peran Pengendali Mutu ( 8 m.a ) 1) Kode etik dan standar audit 2) Penulisan laporan hasil audit 3) Teknik Penilaian SPM 4) Review kertas kerja audit 5) Manajemen Pengawasan 6) Perencanaan penugasan audit 7) Supervisi audit 8) Audit berpeduli resiko F. Sebelum mengikuti ujian bebas matrikulasi, kepada calon peserta dibagikan modul mata ajaran tersebut di atas untuk belajar mandiri G. Soal ujian bebas matrikulasi merupakan rangkuman dan seluruh materi yang diujikan (bukan per mata ajaran) H. Matrikulasi (tanpa ujian) dilaksanakan setelah 2 kali kesempatan ujian bebas matrikulasi diselenggarakan/diumumkan hasilnya, sehingga tidak merugikan Pejabat Fungsional Auditor yang ikut 2 kali ujian bebas matrikulasi I. Ujian Bebas matrikulasi tersebut merupakan option bukan kewajiban, dalam arti seorang pejabat Fungsional Auditor boleh memilih untuk tidak mengikuti ujian bebas matrikulasi, tetapi langsung mengikuti matrikulasi (tanpa ujian) atau ikut ujian bebas matrikulasi 1 kali tidak lulus, melepas kesempatan ke dua dan langsung ikut matrikulasi. Namun diharapkan para pejabat Fungsional Auditor memilih ujian bebas matrikulasi karena menghemat waktu dan biaya. J. Ketentuan dalam huruf A sampai dengan F tidak berlaku bagi pejabat yang diangkat kedalam Auditor Trampil, pendidikan dan pelatihan bagi Auditor Trampil dilakukan secara reguler dengan mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor : KEP-06.04.00.847/K/1998 tentang Pola Pendidikan dan Pelatihan Auditor Bagi Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah. KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, ttd ARIE SOELENDRO
109
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN JL. HAYAM Wuruk No. 7 – Jakarta 10120 Telepon 3842285, 3841273 (Hunting) Fax.34830645
Nomor Lampiran Perihal
: S. 07.02.01-1096/SESMA/2001 : 1 (satu) berkas : Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Bagi Pejabat Yang Diinpassing di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah
3 Oktober 2001
Yang terhormat, 1. Para Inspektur Jenderal Departemen 2. Para Inspektur Utama/Inspektur LPND di Seluruh Indonesia
Sehubungan dengan telah ditetapkannya Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor: KEP-07.02.01-603/K/2001 tanggal 28 September 2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Bagi Pejabat yang Diinpassing di lingkungan Saudara untuk para pejabat yang diinpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor periode Juli sampai dengan September 2001 dengan mengacu kepada ketentuan tersebut. Usulan calon peserta pendidikan dan pelatihan dimaksud agar segera dikirimkan kepada Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor-Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Jalan Hayam Wuruk Nomor 7 Jakarta Pusat 10120, telp. (021) 3841273 pesawat 260-261, telp/fax. (021) 3855713. Untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan/ujian bebas matrikulasi dapat menghubungi Pusdiklat Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Jl. Pramuka Nomor 33 Jakarta 13120, telp (021) 8199192, fax. (021) 8199196, atau Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor-Badan Pengawasan Keuangan dan
110
Pembangunan pada alamat tersebut diatas. Ketentuan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Inpassing dapat dilihat pada website http://www.bpkp.go.id. Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
SEKRETARIS UTAMA, ttd DRS.H.M. CHATIM BAIDAIE NIP. 060031597 Tembusan : Kepala BPKP (tanpa lampiran)
111
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) _____________________________________ Nomor : S-05.01.02-1146/SESMA/2001 Lamp : Perihal : Penetapan Angka Kredit Awal (Inpassing) Bagi Pejabat Fungsional Auditor Yth
Jakarta, 16 Oktober 2001
1. Para Inspektur Jenderal Departemen 2. Para Pimpinan Unit Pengawasan LPND 3. Para Kepala Bawasda Propinsi 4. Para Kepala Bawasda Kabupaten/Kota di Seluruh Indonesia
Sehubungan dengan pelaksanaan inpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor yang berakhir pada tanggal 30 September 2001, bersama ini kami mengingatkan bahwa berdasarkan Surat Keputusan MENPAN Nomor: 19/1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya, Surat Keputusan Bersama Kepala BAKN, Sekretaris Jenderal BPKRI, dan Kepala BPKP Nomor: 10 Tahun 1996, Nomor: 49/SK/S/1996, dan Nomor: KEP-386/K/1996 tanggal 6 Juni 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya, dan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor : 13.00.00-125/K/1997 tanggal 5 Maret 1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan dan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di Lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Setiap Kantor Inspektorat Jenderal Departemen, Kantor Unit Pengawsan LPND, Kantor Badan Pengawasan Daerah Propinsi, Kabupaten, dan Kota perlu segera membentuk Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit. 2) Menetapkan angka kredit bagi para Pejabat Fungsional Auditor per 1 Juli 2001 bagi Pejabat Fungsional Auditor Golongan II B sampai dengan Golongan II D baik untuk Auditor Ahli maupun Auditor Trampil
112
3) Mengajukan usulan Penetapan Angka Kredit Awal per 1 Juli 2001 kepada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan bagi Pejabat Fungsional Auditor Golongan IV A ke atas 4) Berdasarkan Penetapan Angka Kredit Awal sebagaimana tersebut pada nomor 2) dan 3) agar bagi Pejabat Fungsional Auditor yang diangkat dengan Inpassing dengan angka kredit telah mencukupi untuk kenaikan pangkat (mereka yang sudah mempunyai masa kerja lebih dari 4 tahun) mengajukan usulan kenaikan pangkat ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) per 1 Oktober 2001 atau periode kenaikan pangkat berikutnya. 5) Membuat program untuk mengikuti pendidikan dan latihan bagi Pejabat Fungsional Auditor dalam rangka untuk mengikuti ujian sertifikasi Auditor tahun 2002, mengingat bahwa para Pejabat Fungsional Auditor yang diangkat melalui inpassing mempunyai kewajiban untuk memperoleh Sertifikasi Auditor yang sesuai dengan Jabatannya dalam jangka waktu 1 tahun Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami mengucapkan terima kasih.
Sekretaris Utama, ttd Drs. H.M. Chatim Baidaie NIP 060031597
Tembusan : Kepala BPKP sebagai Laporan
113
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Nomor : C.26-30/V.59-1/74 Lampiran : Perihal : Inpassing Jabatan Fungsional Auditor
Jakarta, 16 Juli 2002 Kepada Yth. Kepala Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor BPKP di Jakarta
1. Berkenaan dengan surat Saudara yang ditujukan kepada kami Nomor S-06.04.00315/PJFA.2/2002 tanggal 20 Juni 2002, perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat, dengan hormat kami sampaikan beberapa hal sebagai berikut : a. Sesuai dengan surat Kepala BKN yang ditujukan kepada Saudara Nomor K.26-30/V10-47/24 tanggal 18 Juni 2001 tentang Inpassing Jabatan Auditor, telah kami sampaikan bahwa untuk menjamin kelangsungan karier para mantan Inspektur Pembantu dan Pengawas atau Pemeriksa yang telah berubah menjadi Auditor dan karena perubahan organisasi dan tata kerja di lingkungan Inspektorat Jenderal atau unit Pengawasan Interen Pemerintah lainnya relatif baru selesai ditetapkan setelah Januari 2001, maka perlu ada perlakuan khusus dalam penetapan Inpassing bagi Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas tersebut, dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Inpassing ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Juli 2001 dan selambat-lambatnya harus selesai ditetapkan pada akhir bulan September 2001 2) Pegawai Negeri Sipil yang pada saat perubahan jabatan Inspektur Pembantu dan Pengawas atau Pemeriksa menjadi jabatan fungsional Auditor tidak menduduki jabatan Inspektur Pembantu dan Pengawas atau Pemeriksa, tidak dapat diinpassing. b. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka inpassing Inspektur Pembantu dan Pengawas atau Pemeriksa ke dalam jabatan fungsional Auditor di lingkungan Inspektorat Jenderal Departemen Luar negeri yang dilaksanakan setelah masa Inpassing di atas, masih dapat dipertimbangkan dengan ketentuan : 1) Apabila Pegawai Negeri Sipil yang akan diinpassing tersebut sampai dengan ditetapkannya perubahan jabatan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas menjadi jabatan fungsional Auditor, menduduki jabatan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas
114
2) Pegawai Negeri Sipil lain yang pada saat perubahan jabatan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas menjadi jabatan fungsional Auditor, tidak menduduki jabatan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas, tidak dapat diinpassing/ disesuaikan dalam rangka angka kredit dan jabatan Auditor 3) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud huruf b) di atas, hanya dapat diangkat dalam jabatan Auditor melalui pemindahan jabatan dari jabatan struktural atau jabatan fungsional lain ke dalam jabatan Auditor sesuai dengan ketentuan Pasal 26 ayat (1) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 19/1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya. 4) Ketentuan huruf b angka 1) di atas berlaku pula bagi pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Luar negeri yang sebelumnya menduduki jabatan eselon I atau eselon II di lingkungan Inspektorat Jenderal. 2. Demikian dan atas perhatian serta kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
Direktur Jabatan Karier, ttd Bambang Chrisnadi, SH, M.Si NIP 260002793 Tembusan : 1. Deputi III Menpan Bidang Sumber Daya Aparatur 2. Kepala Biro Kepegawaian Departemen Luar Negeri
115
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Nomor : C. II. 26 – 20 /V. 112 – 7 / 37 Lampiran : Perihal
Jakarta, 9 Oktober 2002
: Perlakuan Khusus Pengangkatan Jabatan Fungsional Auditor.
Kepada Yth. Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional. Di Jakarta
1. Berkenaan dengan surat Saudara kepada kami Nomor PW.00.02/26-KA/IX/2002 tanggal 2 September 2002, perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat ini, dengan hormat kami sampaikan hal – hal sebagai berikut : a. Sesuai dengan ketentuan pasal 21 ayat (1) Keputusan Menpan Nomor 19 / 1996 Tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya, ditegaskan bahwa Pegawai Negeri Sipil yang pada saat ditetapkan keputusan ini ( 2 Mei 1996 ) telah bertugas di bidang pengawasan berdasarkan keputusan pejabat yang berwenang, dapat di angkat dalam jabatan Auditor Trampil atau Auditor Ahli. b. Bahwa masa inpassing ke dalam jabatan Auditor bagi Pegawai Negeri Sipil, sebagaimana dimaksud pasal 21 ayat (1) di atas, telah berakhir pada akhir September 2001, setelah melalui tiga kali masa perpanjangan. c.
Untuk melakukan inpassing dalam jabatan Auditor bagi Pegawai Negeri Sipil tertentu setelah masa inpassing berakhir, pada dasarnya kami tidak berkeberatan sepanjang : (1)
Semata-mata inpassing dilakukan karena dibentuknya unit baru (Inspektorat);
(2)
Telah lulus pendidikan dan pelatihan Auditor atau memiliki sertifikat kompetensi Auditor;
116
(3)
Pegawai Negeri Sipil yang memiliki pendidikan sekolah setingkat Diploma III kebawah diinpassing dalam jabatan auditor Terampil dan yang memiliki pendidikan sekolah serendah-rendahnya Sarjana (S1) diinpassing dalam jabatan Auditor Ahli;
(4)
Mendapat pertimbangan dari Instansi Pembina Jabatan Auditor (BPKP);
(5)
Yang diusulkan untuk diinpssing hanya terbatas 9 (sembilan) orang sebagaimana dimaksud dalam lampiran surat Saudara.
Demikian dan atas perhatian serta kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih.
A.n. Deputi Bidang Bina Kinerja dan Perundang–undangan Direktur Jabatan Karier ttd Bambang Chrisnadi,SH. M.Si NIP : 260002793
Tembusan : Kepala BPKP, selaku Instansi Pembina Jabatan Fungsional Auditor.
117
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jalan Hayam Wuruk 7 Jakarta 10120 Telepon: (021) 3841273 email:
[email protected] Faksimili: (021) 3855713 Nomor Lampiran Hal
: S-1084/JF.I/2002 :: Pengangkatan JFA Bawasda
31 Desember 2002
Yth. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara Di - Kendari Menunjuk surat Saudara Nomor S-2750/PW.20/1/2002 tanggal 20 Nopember 2002, yang kami terima tanggal 3 Desember 2002, perihal adanya pengangkatan PFA oleh Bupati Kendari yang tidak sesuai dengan ketentuan, dengan ini kami sampaikan bahwa selaku Instansi Pembina, BPKP berkewajiban untuk menegur dan meluruskan permasalahan tersebut sehingga tidak menimbulkan keresahan bagi para calon PFA lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut, kami harapkan bantuan Saudara untuk dapat menentukan langkah selanjutnya. Apabila permasalahan sudah jelas dan didukung bukti yang kuat, BPKP (Sekretaris Utama) akan menindak lanjuti permasalahan dimaksud kepada Bupati Kendari dan Instansi terkait. Perlu kami tambahkan bahwa mekanisme pengangkatan ke dalam Jabatan Fungsional Auditor (JFA) sesuai Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 19 tahun 1996 tentang JFA dan Angka Kreditnya dan Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-13.00.00-125/K/1997 tanggal 5 Maret 1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan JFA dan Angka Kreditnya dilingkungan APFP, adalah melalui tiga cara yaitu sebagai berikut : 1. Penyesuaian (Inpassing) dalam JFA sesuai Pasal 21 Keputusan MENPAN 19/1996, dimana masa Inpassing berdasarkan pasal ini telah berakhir pada akhir September 2001 sesuai surat Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor. K-26-3-/V.10-47/24 tanggal 18 juni 2001 tentang Inpassing Jabatan Auditor. Pelaksanaan Inpassing berdasarkan surat Kepala BKN tersebut adalah khusus bagi PNS yang sebelumnya menduduki jabatan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas di lingkungan Itjen Departemen atau Unit Pengawasan Intern lainnya baik di Pusat dan Daerah. Hal ini berkaitan dengan reorganisasi berupa ditiadakannya jabatan Inspektur Pembantu (eselon III) dan Pemeriksa atau Pengawas (eselon IV) sesuai organisasi dan tata kerja Departemen dan LPND. Pelaksanaan Inpassing setelah September 2001 dapat diajukan kepada Kepala BKN untuk memperoleh persetujuan, terutama apabila berkaitan dengan terbentuknya unit baru (misalnya Inspektorat pada LPND) atau adanya reorganisasi yang dilakukan setelah September 2001.
118
2. Pengangkatan Pertama ke dalam JFA sesuai dengan Pasal 24 Keputusan MENPAN 19/1996 dan angka IX huruf C Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-13.00.00-125/K/1997 dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Berijazah SLTA, D II atau D III untuk Auditor Terampil, dan serendah-rendahnya Sarjana (S1) atau D IV untuk Auditor Ahli, dengan kualifikasi yang telah memperoleh Persetujuan Instansi Pembina (Kepala BPKP) b. Pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tk. I (Gol. Ruang II/b) untuk Auditor Terampil, dan Penata Muda (Gol. Ruang III/a) untuk Auditor Ahli. c. Mengikuti dan lulus sertifikasi auditor yang dipersyaratkan sesuai jenjang jabatannya d. Memiliki Angka Kredit minimal yang ditentukan sesuai dengan pangkat terakhirnya e. Setiap unsur Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam tahun terakhir f. Mendapat rekomendasi dari pejabat yang berwenang (atasan langsung) g. Diusulkan kepada Instansi Pembina (Kepala BPKP) untuk memperoleh persetujuan 3. Perpindahan dari jabatan lain (struktural atau fungsional) ke dalam JFA sesuai Pasal 26 Keputusan MENPAN 19/1996 dan angka IX huruf C Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-13.00.00125/K/1997 dapat dilakukan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Berijazah SLTA, D II atau D III untuk Auditor Terampil, dan serendah-rendahnya Sarjana (S1) atau D IV untuk Auditor Ahli, dengan kualifikasi yang telah memperoleh Persetujuan Instansi Pembina (Kepala BPKP). b. Pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tk. I (Gol. Ruang II/b) untuk Auditor Trampil, dan Penata Muda (Gol. Ruang III/a) untuk Auditor Ahli. c. Memiliki pengalaman dalam kegiatan pengawasan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun. d. Sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sebelum mencapai batas usia pensiun PNS berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (perlu kami sampaikan bahwa batas usia pensiunan PFA sebagai PNS, sampai dengan saat ini adalah 56 tahun) e. Mengikuti dan lulus sertifikasi auditor yang dipersyaratkan sesuai jenjang jabatannya. f. Setiap unsur Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam tahun terakhir. g. Ada surat pemindahan dari pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku h. Diusulkan kepada Instansi Pembina (Kepala BPKP) untuk memperoleh persetujuan. Demikian, atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih Kepala, ttd A. Animaharsi NIP 060060147 Tembusan Yth. Sekretaris Utama BPKP, di Jakarta
119
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
Nomor Sifat Perihal
: C.26-14/V.30-8/07 : : Jabatan Fungsional Auditor
Jakarta, 28 Februari 2003 Kepada Yth. Inspektur Utama Badan Pengembangan Kebudayaan di Jakarta
1. Berkenaan dengan Surat Saudara kepada kami Nomor DL.107/16/IRTAMA/II-03 tanggal 13 Februari 2003, perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat, dengan ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut : a. Dalam surat kami kepada Kepala BPKP Nomor K.26-30/V10-47/24 tanggal 18 Juni 2001 perihal inpassing dalam jabatan auditor, telah ditentukan masa penundaan penyesuaian/inpassing dalam jabatan Auditor, yaitu ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Juli 2001 dan harus selesai selambat-lambatnya pada akhir bulan Nopember 2001. b. Pertimbangan utama untuk memperpanjang masa penyesuaian/ inpassing dalam angka kredit dan jabatan Auditor tersebut di atas adalah bahwa perubahan organisasi pusat termasuk unit organisasi pengawasan fungsional di lingkungan Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata dimana jabatan Inspektur Pembantu dan Pengawas/Pemeriksa yang semula merupakan jabatan struktural di ubah menjadi kelompok jabatan fungsional dan penataan jabatan relatif baru selesai dilaksanakan setelah Januari 2001 c. Sesuai dengan uraian kami tersebut diatas, maka terhadap 8 (delapan) orang PNS di lingkungan unit pengawasan Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata yang telah disesuaikan/ inpassing dalam angka kredit dan jabatan Auditor yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 24/KP.408/IX/WK.BPPK/2000 tanggal 26 September 2000, tetap berlaku. 2. Dapat disampaikan kepada Saudara, bahwa bagi PNS lain yang tidak termasuk PNS yang memenuhi ketentuan penyesuaian/ inpassing sebagaimana dimaksud pada angka I huruf c di atas (8 orang), maka pengangkatan dalam jabatan Auditor dapat dilakukan melalui mekanisme perpindahan dari jabatan lain ke dalam jabatan Auditor, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Bagi PNS yang penah menduduki jabaan Inspektur Pembantu dan Pengawas/ Pemeriksa naik yang sudah memiliki sertifikat kompentensi jabatan Auditor maupun yang belum memiliki,
120
pengangkatan dalam jabatan Auditor dibebaskan dari persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) Keputusan Menkowasbang PAN nomor 19/1996, dengan ketentuan bahwa bagi PNS yang belum memiliki sertifikat kompentensi jabatan Auditor selambatlambatnya 12 (dua belas) bulan sejak diangkat dalam jabatan Auditor harus sudah lulus diklat kompetensi jabatan Auditor yang ditentukan. b. Bagi PNS lain yang tidak atau belum pernah menduduki jabatan di lingkungan unit pengawasan fungsional sebagai Inspektur Pembantu dan Pengawas/ Pemeriksa, maka pengangkatan dalam jabatan Auditor sepenuhnya dilakukan melalui mekanisme perpindahan dari jabatan lain ke dalam jabatan Auditor sebagaimana di maksud dalam Pasal 26 Keputusan Menkowasbang PAN Nomor 19/1996. c. Masa penetapan pengangkatan dalam jabatan Auditor melalui mekanisme perpindahan dari jabatan lain kedalam jabatan Auditor tidak terikat batas waktu penyesuaian/ inpassing tanggal 1 Juli 2001 dan harus selesai ditetapkan pada akhir September 2001, tetapi dapat ditetapkan setiap saat sesuai kebutuhan formasi jabatan Auditor. d. Untuk menentukan jumlah angka kredit dan jenjang jabatan dalam pengangkatan Auditor melalui mekanisme perpindahan dari jabatan lain kedalam jabatan Auditor sebagaimana dimaksud angka 2 huruf a dan huruf b di atas, kiranya dapat dikonsultasikan dengan Kepala BPKP selaku Instansi Pembina Jabatan Auditor. Demikian dan atas perhatian serta kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih
An. Kepala Badan Kepegawaian Negara Deputi Bidang Bina Kinerja dan PerundangUndangan, ttd H. Banito Anwar, SH NIP 260000680
Tembusan : 1. Kepala BPKP 2. Deputi III Menpan
121
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN ( BPKP ) Nomor : S – 449 /K/JF/2003 Lampiran : Hal : Inpassing Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah
Jakarta,16 April 2003
Yth, Kepala Badan Kepegawaian Negara ( BKN ) di - J a k a r t a Dalam rangka lebih mengoptimalkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pengawasan serta sebagai upaya untuk memberikan berkarier lebih lanjut bagi para Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan tugas di bidang pengawasan di lingkungan Pemerintah Daerah, dengan ini kami mengusulkan untuk membuka kesempatan inpassing / penyesuaian ke dalam jabatan Fungsional Auditor bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah (Badan Pengawas Pemda / Badan Pengawas Daerah / Badan Pemeriksa Daerah), dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut : 1. Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah belum memanfaatkan kesempatan inpassing / penyesuaian kedalam Jabatan Fungsional Auditor sejak diterbitkannya Keputusan MENPAN No. 19 tahun 1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya. 2. Jabatan Pembantu Pemeriksa di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah telah di tiadakan pada tahun 2000 berkaitan dengan di tiadakannya jabatan struktural Eselon V sesuai dengan pemerintah No. 100 tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang pengangkatan PNS dalam jabatan struktural. 3. Kesempatan Inpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor di lingkungan Inspektorat Jendral atau Unit Pengawasan Internal Pemerintah lainnya, yang di berikan tahun 2000 dan berakhir 30 September 2001, adalah khusus bagi para mantan Inspektur Pembantu (Eselon III.a) dan Pemeriksa atau Pengawas (Eselon IV.a) sesuai surat Kepala Badan Kepegawaian Negara No. K.26-30/V.10-74/24 tanggal 18 Juni 2001 perihal inpassing jabatan Auditor.
122
4. Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah di wajibkan untuk melakukan perampingan struktur organisasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Atas pelaksanaan inpassing tersebut, kami mengusulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Inpassing ke dalam jabatan fungsional auditor di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah dillakukan dengan memperhatikan perbandingan antara kebutuhan jumlah auditor dengan beban kerja yang ada. 2. Pegawai Negeri Sipil yang dapat di inpassing adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah yang pada saat penetapan inpassing menjadi pejabat Fungsional Auditor masih melaksanakan tugas/kegiatan di bidang pengawasan dengan masa kerja pengawasan sekurang-kurangnya satu tahun berdasarkan keputusan atau surat pernyataan melaksanakan tugas dari pejabat yang berwenang. 3. Surat Keputusan Inpassing di tanda tangani oleh Gubernur / Bupati / Walikota dan berlaku sejak tanggal di tetapkannya keputusan tersebut. Surat Keputusan Inpassing di tetapkan selambatlambatnya tanggal 17 Februari 2005. Tembusan Surat Keputusan disampaikan Kepala BKN dan Kepala BPKP. 4. Batas waktu penetapan Surat Keputusan Inpassing tersebut di atas sesuai dengan batas waktu penyesuaian organisasi perangkat daerah, yakni selambat-lambatnya 2 (dua ) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tanggal 17 Pebruari 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. 5. Pemenuhan persyaratan Sertifikasi Auditor bagi Pegawai Negri Sipil yang di inpassing di berikan waktu selambat-lambatnya dua tahun sejak tanggal berlakunya surat keputusan inpassing. 6. Dalam proses pelaksanaan inpassing. Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah dapat berkonsultasi dengan Instansi Pembina Jabatan Fungsional Auditor (BPKP) dan Badan Kepegawaian Negara. 7. Pegawai Negri Sipil di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah yang tidak dapat di angkat melalui inpassing karena tidak memenuhi persyaratan di atas dan masih dalam batas kebutuhan jumlah auditor dapat di angkat melalui Prosedur Pengangkatan Pertama atau Perpindahan sesuai ketentuan yang berlaku. Atas perhatian dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih. Kepala ttd Arie Soelendro Nip : 060035861 Tembusan Yth. 1. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara 2. Direktur Jendral Anggaran, Departemen Keuangan
123
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
Nomor Lampiran Perihal
: K.26-30/V-64-3/74 :: Inpassing Jabatan Fungsional Auditor di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah
Jakarta, 24 Juni 2003
Yth.
Kepada Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta
1.
Berkenaan dengan surat Saudara Nomor S-449/K/JF/2003 tanggal 16 April 2003 perihal sebagaimana tersebut pada pokok surat, dengan hormat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut : a. Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, akan dilakukan Penataan kembali organisasi perangkat Daerah, termasuk Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) yang selama ini telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1999 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. b. Bahwa sejak ditetapkannya jabatan fungsional Auditor, di lingkungan Bawasda Propinsi/Kabupaten/Kota belum melaksanakan penyesuaian/ inpassing dalam jabatan dan angka kredit Auditor.
2.
Mempertimbangkan perihal tersebut di atas, maka kami sependapat dengan saudara untuk memberikan kesempatan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota melakukan penyesuaian/ inpassing dalam jabatan- Auditor, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Penyesuaian/ inpassing dalam jabatan Auditor ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2003 dan selambat-lambatnya harus sudah selesai ditetapkan pada tanggal 31 Maret 2004. b. Penyesuaian/ inpassing sebagaimana dimaksud hanya diberlakukan bagi PNS yang sampai dengan 1 Oktober 2003, telah dan masih melaksanakan tugas sebagai Pemeriksa/ Pengawas pada Bawasda dan tidak berlaku bagi PNS lainnya. c. PNS lainnya sebagaimana dimaksud angka 2 huruf b diatas, dapat diangkat dalam jabatan Auditor melalui mekanisme pengangkatan dari jabatan lain ke dalam jabatan Auditor sebagaimana diatur dalam pasal 26 Keputusan Menteri PAN Nomor 19/1996. d. Dalam pelaksanaan penyesuaian/ inpassing dalam jabatan Auditor agar tetap mempertimbangkan formasi jabatan yang tersedia pada masing-masing Bawasda.
124
3.
Dapat kami sampaikan kepada saudara, bahwa apabila sampai dengan akhir Maret 2004 masih terdapat unit kerja Bawasda Propinsi/Kabupaten/Kota belum disesuaikan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003, maka pengangkatan dalam jabatan Auditor akan diatur lebih lanjut oleh Kepala BKN dan Kepala BPKP. Demikian atas perhatian dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih.
Kepala Badan Kepegawaian Negara, ttd Hardijanto
Tembusan Yth : 1 Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. 2 Direktur Jenderal Anggaran Departemen Keuangan. 3 Semua Gubernur, Bupati dan Walikota. 4 Semua Kepala Kantor Regional BKN.
125
REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) ___________________
Nomor Lampiran Perihal
: : :
S – 772/K/JF/2003 1 (satu) set Petunjuk Teknis Pelaksanaan Inpassing (Penyesuaian) JFA di Lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah
21 Juli 2003
Yth, Kepala Badan Pengawas Propinsi / Kabupaten / Kota di Seluruh Indonesia Menunjuk surat Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor K.26-30/V-64-3/74 tanggal 24 Juni 2003 perihal Inpassing Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah, dengan ini disampaikan penjelasan / petunjuk teknis pelaksanaan inpassing dimaksud, yaitu sebagai berikut: I. Latar Belakang Pelaksanaan inpassing ke dalam JFA di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah (Pemda) didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: 1. Akan dilakukan penataan kembali organisasi perangkat daerah, termasuk Unit Pengawasan Internal Pemda, sejalan dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. 2. Secara umum, Unit Pengawasan Internal Pemda belum memanfaatkan kesempatan inpassing ke dalam JFA sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
126
Negara No. 19 Tahun 1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya. II. Pengertian Dalam surat ini yang dimaksud dengan: 1. Jabatan Fungsional adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang PNS dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsi keahlian dan/atau keterampilan untuk mencapai tujuan organisasi 2. Pejabat Fungsional Auditor (PFA), yang selanjutnya dalam surat ini disebut Auditor, adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang, untuk melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah. 3. Inpassing JFA adalah pengangkatan PNS yang melaksanakan tugas di bidang pengawasan melalui penyesuaian ke dalam JFA 4. Angka Kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Auditor yang digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan atau kenaikan pangkat dan atau jabatan. 5. Instansi Pembina adalah Instansi Pembina Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 6. Unit Pengawasan Internal Pemda, adalah lembaga teknis daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota) yang memiliki tugas di bidang pengawasan, yang umumnya menggunakan nama Badan Pengawas, Badan Pengawas Daerah, Badan Pemeriksa Daerah maupun Inspektorat Wilayah. III. PNS Yang Diinpassing 1. Inpassing ke dalam JFA hanya diberlakukan bagi PNS yang sampai dengan 1 Oktober 2003, telah dan masih melaksanakan tugas sebagai Pemeriksa / Pengawas di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda dan tidak berlaku bagi PNS lainnya. Yang termasuk dalam pengertian Pemeriksa / Pengawas adalah: a. Mantan Pemeriksa Pembantu (eselon V) dan mantan Kepala Urusan (eselon V) yang melaksanakan fungsi pengawasan (misalnya Kaur Perencanaan dan Kaur Pelaporan) di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda yang tidak menjabat lagi sehubungan dengan ditiadakannya jabatan struktural eselon V sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 100 tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang Pengangkatan PNS dalam
127
Jabatan
Struktural,
sepanjang
yang
bersangkutan
per
1
Oktober
2003
masih
melaksanakan tugas pengawasan di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda. b. Mantan Kepala Urusan (eselon V) yang melaksanakan fungsi administrasi (misalnya Kaur Administrasi dan Kaur Kepegawaian) di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda yang tidak menjabat lagi sehubungan dengan ditiadakannya jabatan struktural eselon V sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 100 tahun 2000 tanggal 10 Nopember 2000 tentang Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural, sepanjang yang bersangkutan mempunyai pengalaman kerja melaksanakan tugas di bidang pengawasan minimal 2 (dua) tahun dan per 1 Oktober 2003 masih melaksanakan tugas pengawasan di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda c.
Mantan Kepala Bidang (eselon III) dan Kepala Sub Bidang (eselon IV) di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda yang tidak menjabat lagi sehubungan dengan adanya perampingan struktur organisasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 2003 tanggal 17 Pebruari 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, sepanjang yang bersangkutan per 1 Oktober 2003 masih melaksanakan tugas pengawasan di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda
d. Staf Pemeriksa yang mempunyai pengalaman kerja melaksanakan tugas di bidang pengawasan minimal 2 (dua) tahun dan per 1 Oktober 2003 masih melaksanakan tugas pengawasan di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda 2. PNS yang telah mendekati usia pensiun dan SK Pensiunnya belum terbit, pada periode inpassing yang bersangkutan dapat diinpassing apabila SK Pensiunnya belum terbit. 3. PNS yang akan diinpassing ke dalam JFA terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2003, apabila pada tanggal tersebut yang bersangkutan telah memiliki masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih dalam pangkat terakhir serta telah memenuhi syarat untuk naik pangkat, maka sebelum diinpassing ke dalam JFA, terlebih dahulu dipertimbangkan kenaikan pangkatnya agar dalam inpassing dapat digunakan pangkat yang terakhir. 4. PNS yang pada saat inpassing per 1 Oktober 2003 telah menduduki pangkat tertinggi berdasarkan pendidikan yang dimiliki atau jabatannya dan telah memiliki masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih dalam pangkat terakhir, kenaikan pangkatnya setingkat lebih tinggi dapat dipertimbangkan mulai periode kenaikan pangkat 1 April 2004. 5. Pelaksanaan inpassing ke dalam JFA, sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas, harus didasarkan pada penghitungan kebutuhan formasi JFA yang tersedia pada masing-masing Unit Pengawasan Internal Pemda serta memperhatikan ketersediaan anggaran untuk pembayaran
128
tunjangan jabatannya, sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/SKB/M.PAN/4/ 2003 dan Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 24 April 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan PP Nomor 8 dan Nomor 9 Tahun 2003. 6. Untuk menjamin pembinaan karier bagi PNS yang diinpassing ke dalam JFA, perhitungan kebutuhan
formasi
JFA
sebagaimana
dimaksud
dalam
angka
5
di
atas,
agar
mempertimbangkan perolehan angka kredit yang cukup untuk naik pangkat setingkat lebih tinggi dalam waktu 4 (empat) tahun, yang dapat dicapai apabila Auditor melaksanakan tugas pengawasan sekurang-kurangnya selama 200 (dua ratus) hari kerja dalam satu tahun. 7. Perhitungan ketersediaan anggaran untuk pembayaran tunjangan JFA, sebagaimana dimaksud dalam angka 5 di atas, agar berpedoman pada besarnya tunjangan sesuai Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 tanggal 23 April 2002 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor. Besaran tunjangan JFA sesuai Keputusan Presiden tersebut dapat dilihat dalam Lampiran VI surat ini. 8. Selain didasarkan pada pertimbangan angka 5 di atas, inpassing ke dalam JFA juga didasarkan pada penilaian dan pertimbangan pimpinan unit kerja pengawasan yang bersangkutan. Pemimpin unit kerja mempunyai tanggung jawab terhadap mutu PNS yang akan diinpassing ke dalam JFA. 9. Sesuai dengan Pasal 13 ayat (2) Keputusan Bersama Kepala BAKN, Sekjen BPK, dan Kepala BPKP No: 10 Tahun 1996; No: 49/SK/S/1996; No: Kep-386/K/1996 tanggal 6 Juni 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan JFA dan Angka Kreditnya, pengangkatan PNS ke dalam JFA di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Instansi Pembina. 10. PNS lainnya yang tidak dapat diinpassing, sebagaimana tersebut pada angka 1 di atas, dapat diangkat dalam JFA melalui mekanisme Pengangkatan Pertama atau Pengangkatan Perpindahan sesuai dengan Pasal 24 dan Pasal 26 Keputusan MENPAN Nomor 19 tahun 1996. IV. Waktu Pelaksanaan Inpassing 1. Inpassing ke dalam JFA, sebagaimana dimaksud dalam angka III di atas, ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2003 dan selambat-lambatnya harus sudah selesai ditetapkan pada tanggal 31 Maret 2004. 2. Apabila sampai dengan tanggal 31 Maret 2004, masih terdapat Unit Pengawasan Internal Pemda yang belum disesuaikan menurut PP Nomor 8 Tahun 2003, maka pengangkatan ke
129
dalam JFA akan diatur lebih lanjut oleh Kepala BKN dan Kepala BPKP (selaku Instansi Pembina JFA). V. Jenjang Jabatan Auditor 1. Inpassing ke dalam JFA dilakukan dengan mengangkat PNS yang diinpassing ke dalam jenjang jabatan Auditor Trampil atau Auditor Ahli berdasarkan pangkat terakhir yang dimiliki per 1 Oktober 2003. Jenjang jabatan Auditor, sesuai Keputusan MENPAN Nomor 19 tahun 1996 dan Keputusan MENPAN Nomor 17/KEP/M.PAN/4/2002 tanggal 9 April 2002 tentang Penyesuaian Penamaan Jabatan Fungsional Auditor, dapat dilihat pada Lampiran VI surat ini. 2. Persyaratan pengangkatan ke dalam jenjang jabatan Auditor Trampil dan Auditor Ahli adalah sebagai berikut: a. Auditor Trampil: 1) Berijazah serendah-rendahnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau sederajat dan setinggi-tingginya Sarjana Muda / Diploma III atau sederajat 2) Telah menduduki pangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II/b 3) Penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP 3 setiap unsur sekurang-kurangnya bernilai baik dalam tahun terakhir b. Auditor Ahli: 1) Berijazah serendah-rendahnya Sarjana / Diploma IV atau sederajat 2) Telah menduduki pangkat serendah-rendahnya Penata Muda, golongan ruang III/a 3) Penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP 3 setiap unsur sekurang-kurangnya bernilai baik dalam tahun terakhir 3. PNS yang berpendidikan SLTA/DII/DIII/Sarjana Muda dan telah menduduki jabatan tertentu di bidang pengawasan serta per 1 Oktober 2003 telah berpangkat Pembina golongan ruang IV/a sampai dengan Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c dapat diinpassing dalam jenjang jabatan Auditor Ahli, sepanjang tidak ada keberatan secara tertulis dari Pimpinan Unit Pengawasan Internal Pemda. 4. PNS yang telah memperoleh gelar kesarjanaan S1, DIV, atau yang sederajat, akan tetapi gelar (ijazah) tersebut belum diakui dalam SK Kepangkatan per 1 Oktober 2003, tidak dapat diinpassing ke dalam jenjang jabatan Auditor Ahli.
130
VI. Pejabat Yang Berwenang Mengangkat (Menandatangani SK Inpassing) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tanggal 17 Pebruari 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil serta Keputusan Bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/SKB/M.PAN/4/2003; dan Nomor 17 Tahun 2003 tanggal 24 April 2003, Pejabat Yang Berwenang Mengangkat (Menandatangani SK Inpassing) ke dalam JFA di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda adalah sebagai berikut : 1. Presiden, bagi PNS yang diinpassing ke dalam Jenjang Auditor Ahli Utama (Golongan ruang IV/d – IV/e) 2. Gubernur, selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi, bagi PNS di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda Propinsi yang diinpassing ke dalam Jenjang Jabatan Auditor Trampil (golongan ruang II/b sampai dengan III/d) dan Auditor Ahli Pertama sampai dengan jenjang Auditor Ahli Madya (golongan ruang III/a sampai dengan IV/c) 3. Bupati, selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten, bagi PNS di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda Kabupaten yang diinpassing ke dalam Jenjang Jabatan Auditor Trampil (golongan ruang II/b sampai dengan III/d) dan Auditor Ahli Pertama sampai dengan jenjang Auditor Ahli Madya (golongan ruang III/a sampai dengan IV/c) 4. Walikota, selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kota, bagi PNS di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda Kota yang diinpassing ke dalam Jenjang Jabatan Auditor Trampil (golongan ruang II/b sampai dengan III/d) dan Auditor Ahli Pertama sampai dengan jenjang Auditor Ahli Madya (golongan ruang III/a sampai dengan IV/c) 5. Gubernur, Bupati, dan Walikota, dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberi kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya untuk menandatangani SK Inpassing. VII. Mekanisme Penerbitan Surat Keputusan Inpassing 1. Bagian yang menangani masalah kepegawaian di Unit Pengawasan Internal Pemda melakukan inventarisasi dan menyusun daftar PNS yang memenuhi syarat untuk diinpassing ke dalam JFA per 1 Oktober 2003 serta mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan dari calon yang akan diangkat ke dalam JFA sesuai dengan butir IV.1 diatas. Daftar PNS tersebut dituangkan dalam format seperti pada Lampiran IV surat ini. Dokumen-dokumen yang diperlukan dari calon antara lain:
131
Surat keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir atau Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas pada Unit Pengawasan Internal Pemda;
Surat keputusan kepangkatan terakhir;
Ijazah terakhir yang tercantum dalam SK kepangkatan terakhir;
DP3 tahun terakhir; dan
Dokumen lainnya yang diperlukan sebagai bukti formal telah terpenuhinya semua persyaratan untuk diinpassing.
2. Pimpinan Unit Pengawasan Internal Pemda mengajukan Usul Pengangkatan PNS melalui inpassing ke dalam JFA kepada Kepala BPKP melalui Kepala Perwakilan BPKP setempat untuk memperoleh persetujuan, yang terdiri dari: a. Surat usulan pengangkatan, yang didalamnya mencantumkan pernyataan dari Pimpinan Unit Pengawasan Internal Pemda, bahwa berdasarkan penilaian dan pertimbangannya, PNS yang diajukan untuk diinpassing dinilai cakap untuk diangkat dalam JFA dan sesuai dengan kebutuhan formasi JFA serta ketersediaan anggaran untuk pembayaran tunjangan jabatannya, sesuai format pada Lampiran III surat ini. b. Draft Surat Keputusan Inpassing Kolektif, sesuai format pada Lampiran I A dan Lampiran I B surat ini. c.
Daftar PNS yang memenuhi syarat untuk diinpassing dan dokumen-dokumen yang diperlukan, sebagaimana pada butir 1.
3. Perwakilan BPKP melakukan pengujian administratif terhadap usulan pengangkatan yang diterima dari Unit Pengawasan Internal Pemda dan meneruskan hasil pengujian tersebut kepada Kepala BPKP sebagai dasar memberikan persetujuan. Contoh format surat persetujuan dapat dilihat pada Lampiran V surat ini. 4. Setelah memperoleh persetujuan dari Kepala BPKP, Pimpinan Unit Pengawasan Internal Pemda mengajukan draft SK Inpassing beserta Daftar PNS yang memenuhi syarat untuk diinpassing kepada Pejabat Yang Berwenang Mengangkat untuk ditetapkan menjadi keputusan. 5. Setelah Surat Keputusan Inpassing ditandatangani oleh Pejabat yang Berwenang, Bagian yang menangani masalah kepegawaian pada Unit Pengawasan Internal Pemda menyiapkan petikan surat keputusan untuk masing-masing PNS yang diangkat untuk ditandatangani oleh Pejabat yang diberi wewenang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2003. Contoh format petikan surat keputusan dapat dilihat pada Lampiran II A dan II B surat ini.
132
6. Petikan Surat Keputusan disampaikan kepada PNS yang bersangkutan. 7. Surat keputusan inpassing ditembuskan kepada Kepala BPKP, Kepala BKN, dan instansi terkait lainnya. 8. Dalam Surat Keputusan Kolektif dan Petikannya dicantumkan besarnya angka kredit yang bersangkutan per tanggal inpassing dan besarnya tunjangan jabatan yang diberikan. VIII. Angka Kredit Inpassing 1. Penghitungan angka kredit per tanggal inpassing untuk masing-masing PNS yang diinpassing didasarkan pada Lampiran III A dan III B, Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19 / 1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang JFA dan Angka Kreditnya (Tabel Angka Kredit dapat dilihat pada Lampiran VII surat ini) 2. Masa Kerja pangkat terakhir untuk perhitungan angka kredit per tanggal inpassing, sebagaimana dimaksud dalam angka 1 di atas, dihitung dalam satuan bulat, yaitu kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) tahun, 2 (dua) tahun, 3 (tiga) tahun, dan 4 (empat) tahun atau lebih. Misalnya: a. Sukartono, SE, berpangkat Pembina (Golongan ruang IV/a) dan pada saat inpassing per tanggal 1 Oktober 2003 memiliki masa kepangkatan 2 tahun 9 bulan dalam pangkat terakhir, maka berdasarkan Lampiran IIIB Keputusan MENPAN Nomor 19 Tahun 1996, yang bersangkutan diberikan angka kredit inpassing sebesar 474 angka kredit (angka kredit untuk Golongan Ruang IV/a, Ijazah Sarjana, masa kepangkatan 2 tahun). b. Dra. Dewi Aryanti,
berpangkat Penata Tk.I (Golongan ruang III/d) dan pada saat
inpassing per tanggal 1 Oktober 2003 memiliki masa kepangkatan 8 tahun 6 bulan dalam pangkat terakhir, maka berdasarkan Lampiran III B Keputusan MENPAN Nomor 19 Tahun 1996, yang bersangkutan diberikan angka kredit inpassing sebesar 400 angka kredit (angka kredit untuk Golongan Ruang III/d, Ijazah Sarjana, masa kepangkatan 4 tahun/lebih). 3. Angka kredit inpassing tersebut merupakan saldo awal angka kredit per 1 Oktober 2003. Seluruh kegiatan dan prestasi sebelum 1 Oktober 2003 dianggap telah terwakili dalam angka kredit inpassing, sehingga atas kegiatan dan prestasi tersebut tidak dapat lagi diberikan angka kredit.
133
4. Dalam Surat Keputusan Inpassing, jumlah angka kredit inpassing dibagi ke dalam sub unsur Pendidikan, Pengawasan, dan Unsur Penunjang. Cara perhitungan angka kredit untuk masing-masing Unsur / sub unsur adalah sebagaimana contoh berikut: Drs. Susanto pada saat inpassing per 1 Oktober 2003 telah berpangkat Pembina, golongan ruang IV/a dengan masa kerja 10 bulan dalam pangkat terkahir. Sesuai Lampiran III B Keputusan MENPAN Nomor 19 Tahun 1996, yang bersangkutan berhak memperoleh angka kredit sebesar 400. Angka kredit tersebut dibagi menjadi 80 % Unsur Utama atau sama dengan 320 angka kredit, dan 20 % untuk Unsur Penunjang atau sama dengan 80 angka kredit. Selanjutnya, angka kredit dari Unsur Utama dibagi lagi untuk sub Unsur Pendidikan sebesar 75 angka kredit (besaran angka kredit untuk pendidikan Sarjana / S1), dan sisanya sebesar 245 [ (400 x 80%) - 75] merupakan angka kredit sub Unsur Pengawasan. Untuk jelasnya, penetapan angka kredit inpassing bagi Drs. Susanto per 1 Oktober 2003 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel berikut: No
Uraian
I
II
Angka Kredit
%
Unsur Utama 1
Pendidikan
75
2
Pengawasan
3
Pengembangan Profesi
245 -
Sub Jumlah
320
80%
Unsur Penunjang
80
20%
Jumlah
400
100%
5. Angka Kredit untuk sub unsur Pengembangan Profesi diberikan setelah yang bersangkutan diinpassing ke dalam JFA dan melakukan kegiatan yang memperoleh angka kredit kegiatan Pengembangan Profesi sesuai Lampiran 1 A dan 1 B, Keputusan MENPAN Nomor 19 Tahun 1996. 6. Perolehan angka kredit sejumlah tertentu dari sub unsur Pengembangan Profesi merupakan salah satu persyaratan kenaikan pangkat Pejabat Fungsional Auditor (PFA) sesuai ketentuan angka VI huruf E Lampiran Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep13.00.00-125/K/1997 tanggal 5 Maret 1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan
134
pelaksanaan JFA dan Angka kreditnya di lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional pemerintah. 7. Kenaikan pangkat terhitung mulai tanggal 1 April 2004 bagi PNS yang telah diinpassing, disyaratkan menggunakan angka kredit dan memenuhi syarat lain sesuai ketentuan yang berlaku dalam JFA. PNS yang telah diinpassing ke dalam JFA tidak dapat dipertimbangkan untuk naik pangkat melalui kenaikan pangkat reguler. Persyaratan perolehan angka kredit sejumlah tertentu dari sub unsur Pengembangan Profesi, sebagaimana dinyatakan dalam angka 5 di atas, dapat dipertimbangkan untuk belum diberlakukan pada kenaikan pangkat pertama setelah inpassing. IX. Diklat Sertifikasi 1. Diklat sertifikasi JFA bagi PNS yang diinpassing dalam JFA di lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemda mengacu pada Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep07.02.01-603/K/2001 tanggal 28 September 2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Diklat bagi Pejabat yang Diinpassing di lingkungan APFP. 2. PNS yang diinpassing ke dalam JFA diwajibkan untuk memperoleh sertifikat lulus diklat sertifikasi JFA sesuai dengan jenjang jabatan Auditor yang didudukinya dalam waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal inpassing. 3. Berdasarkan Pasal 21 Keputusan Bersama Kepala BAKN, Sekjen BPK, dan Kepala BPKP No. 10 Tahun 1996; No. 49/SK/S/1996; No. Kep-386/K/1996, apabila dalam masa 2 (dua) tahun Auditor tidak berhasil memperoleh sertifikat yang diperlukan, maka Auditor tersebut tidak dapat berperan sesuai dengan jabatannya. 4. Diklat Sertifikasi JFA diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan (Pusdiklatwas) BPKP, sedangkan seleksi calon peserta diklat dilakukan oleh Pusat Pembinaan JFA (Pusbin JFA) bekerja sama dengan Perwakilan BPKP di seluruh Indonesia. Apabila dipandang perlu, penyelenggaraan diklat sertifikasi JFA dapat dilaksanakan di daerah sesuai kebutuhan. Untuk pelaksanaan diklat sertifikasi JFA, masing-masing Unit Pengawasan Internal Pemda dapat berkoordinasi dengan Perwakilan BPKP setempat.
135
X.
Lain-lain Untuk kelancaran pelaksanaan ketentuan JFA, agar kepada masing-masing Unit Pengawasan Internal Pemda segera menyusun draft Keputusan Gubernur / Bupati / Walikota tentang Pedoman Penerapan JFA di lingkungan masing-masing, terutama menyangkut: 1. Organisasi Auditor, yang terdiri dari: a. Pejabat
Yang
Berwenang
Mengangkat,
Membebaskan
Sementara,
dan
Memberhentikan Pejabat Fungsional Auditor b. Pejabat Yang berwenang Menetapkan Angka Kredit c.
Tim Penilai dan Sekretariat Tim Penilai Angka Kredit JFA
d. Pejabat Pengusul Angka Kredit JFA 2. Pengangkatan, Pembebasan Sementara, dan Pemberhentian dalam / dari JFA 3. Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFA 4. Kualifikasi Pendidikan PNS yang dapat diangkat dalam JFA 5. Tata Cara Permintaan, Pemberian dan Penghentian Tunjangan JFA 6. Kegiatan PFA yang dapat diberikan angka kredit. 7. Lain-lain ketentuan umum yang diperlukan, sesuai ketentuan yang berlaku di lingkungan Pemerintah Daerah masing-masing. Penyusunan pedoman tersebut hendaknya berpedoman pada ketentuan-ketentuan JFA, antara lain: 1) Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 tanggal 23 April 2002 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor 2) Keputusan MENPAN No. 19 / 1996 tanggal 2 Mei 1996 tentang JFA dan Angka Kreditnya 3) Keputusan MENPAN No. 17/KEP/M.PAN/4/2002 tanggal 9 April 2002 tentang Penyesuaian Penamaan Jabatan Fungsional Auditor 4) Keputusan Bersama Kepala BAKN, Sekjen BPK, dan Kepala BPKP No: 10 Tahun 1996; No: 49/SK/S/1996; No: Kep-386/K/1996 tanggal 6 Juni 1996 tentang Petunjuk Pelaksanaan JFA dan Angka Kreditnya 5) Keputusan Kepala BPKP Nomor: Kep-13.00.00-125/K/1997 tanggal 5 Maret 1997 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan JFA dan Angka Kreditnya di lingkungan APFP 6) Keputusan Kepala BKN Nomor 08 Tahun 2002 tanggal 29 Mei 2002 tentang Tata Cara Permintaan, Pemberhentian dan Penghentian Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor
136
7) Keputusan Kepala BPKP Nomor Kep-817/K/JF/2002 tanggal 3 Desember 2002 tentang Prosedur Kegiatan Baku Penilaian dan Penetapan Angka Kredit JFA di Lingkungan APIP (SOP PPAK). Demikian, apabila masih terdapat hal-hal yang memerlukan penjelasan lebih lanjut, dapat dikoordinasikan dengan Perwakilan BPKP setempat atau kepada: Pusat Pembinaan JFA BPKP Jl. Hayam Wuruk No. 7, Jakarta Pusat 10120 Telp. / Facsimili (021) 3855713 E-mail:
[email protected] Atas perhatian dan kerja samanya diucapkan terima kasih. Kepala, ttd ARIE SOELENDRO NIP 060035861 Tembusan Yth: 1.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
2.
Menteri Dalam Negeri
3.
Kepala Badan Kepegawaian Negara
4.
Direktur Jenderal Anggaran, Departemen Keuangan
5.
Para Gubernur, Bupati, dan Walikota.
6.
Kepala Perwakilan BPKP di seluruh Indonesia
7.
Kepala Pusdiklatwas BPKP
137
DAFTAR LAMPIRAN
I. II. III. IV. V. VI. VII.
A. Surat Keputusan Inpassing B. Daftar Nama PNS yang Disesuaikan Dalam Jabatan Fungsional Auditor A. Petikan Surat Keputusan B. Daftar Nama Pejabat Fungsional Auditor Surat Pengusulan Pengangkatan ke Dalam Jabatan Fungsional Auditor Daftar Usulan Nama PNS yang Akan Disesuaikan Dalam Jabatan Fungsional Auditor Surat Persetujuan Pengangkatan Dalam Jabatan Fungsional Auditor Jenjang Jabatan, Kepangkatan, dan Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor Tabel Angka Kredit Inpassing
138
Lampiran I.A KEPUTUSAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) PROVINSI/DAERAH*) ............... NOMOR: ............ TENTANG PENYESUAIAN DALAM JABATAN DAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DI LINGKUNGAN ............ PROVINSI/DAERAH*) ............... GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) PROVINSI/DAERAH*) ............... Menimbang:
a. Bahwa nama-nama dan NIP yang tercantum dalam lampiran surat keputusan ini terhitung mulai tanggal dalam lampiran tersebut telah melaksanakan tugas/kegiatan pengawasan pada ............ b. Bahwa sebagai pelaksanaan Keputusan Bersama Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 01/SKB/M.PAN/4/2003 dan Nomor: 17/2003, nama-nama dan NIP yang tercantum dalam lampiran surat ini dianggap cakap dan mampu untuk menduduki Jabatan Fungsional Auditor. c. Bahwa sebagai pelaksanaan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/1996, dipandang perlu mengeluarkan Keputusan Penyesuaian Jabatan dan Angka Kredit Auditor Ahli dan Auditor Trampil.
Mengingat:
a. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian jo. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; b. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; c. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah d. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. e. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil f. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional g. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor h. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 19 Tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya i. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 17/KEP/M.PAN/4/2002 tentang Penyesuaian Penamaan Jabatan Fungsional Auditor j. Keputusan Bersama Kepala BAKN, Sekjen BPK, dan Kepala BPKP No. 10 Tahun 1996; No. 49/SK/S/1996; No. Kep-386/K/1996 tentang Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan JFA dan ANgka Kreditnya di Lingkungan APFP.
139
Memperhatikan:
a. Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor: K.26-30/V-64-3/74, tanggal 24 Juni 2003, tentang Inpassing Jabatan Fungsional Auditor di Lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah b. Surat Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Nomor: S772/K/JF/2003, tanggal 21 Juli 2003, tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Inpassing JFA di Lingkungan Unit Pengawasan Internal Pemerintah Daerah MEMUTUSKAN
Menetapkan: PERTAMA:
Terhitung mulai tanggal .................. Pegawai Negeri Sipil dengan nama-nama dan NIP yang tercantum dalam lampiran keputusan ini disesuaikan dalam jabatan dan angka kredit Auditor Ahli dan Auditor Trampil sebagaimana tercantum dalam lampiran tersebut.
KEDUA:
.....................
KETIGA:
....................
KEEMPAT:
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
ASLI:
Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk diketahui dan digunakan untuk pembuatan petikan.
TEMBUSAN:
1. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan 2. Kepala Badan Kepegawaian Negara u.p Deputi Tata Kepegawaian/Kanwil BKN yang bersangkutan 3. Kepala Badan Kepegawaian Daerah yang bersangkutan 4. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit 5. Kepala KTUA yang bersangkutan 6. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara yang bersangkutan 7. Pejabat instansi lain yang berkepentingan Ditetapkan di ........................ Pada tanggal ........................ ............................................... ...............................................
............................................... NIP ........................................ *) Coret yang tidak perlu
140
Usaha
Lampiran I.B DAFTAR NAMA PNS YANG DISESUAIKAN DALAM JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR
No.
Nama
NIP
Pangkat/
TMT
Pen
Jabatan
Unit
Gol.
Kepang
didik
Sebe
Ker
Ruang
katan
an
lumnya
ja
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
141
Jabat
Angka Kredit
Ket.
an
Pendi Penga
Penun
Jum
Audi
dikan wasan
jang
lah
tor
Lampiran II.A PETIKAN KEPUTUSAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA*) PROVINSI/DAERAH*) ............... ..................................................................................... ..................................................................................... Nama Lampiran
: ................................................. : satu berkas
.....................................................................................
Memperhatikan
:
Dst ...
Membaca
:
Dst ...
Menimbang
:
Bahwa Pegawai Negeri Sipil yang namanya tersebut dalam lampiran keputusan ini, memenuhi syarat dan dipandang cukup untuk disesuaikan dalam jabatan Auditor .......................
Mengingat
:
Dst ...
Menetapkan: PERTAMA:
Pegawai Negeri Sipil yang namanya tersebut dalam lampiran keputusan ini, disesuaikan dalam Jabatan Auditor ...................... dengan angka kredit ........... (................................) dan tunjangan sebesar .......................... terhitung mulai tanggal ...........................
KEDUA:
.....................
KETIGA:
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, maka diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
ASLI:
Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan untuk diketahui dan digunakan untuk pembuatan petikan.
142
SALINAN: 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara u.p Deputi Tata Usaha Kepegawaian/Kanwil BKN yang bersangkutan 2. Kepala Badan Kepegawaian Daerah yang bersangkutan 3. Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit 4. Kepala KTUA yang bersangkutan 5. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara yang bersangkutan 6. Pejabat instansi lain yang berkepentingan
Ditetapkan di ........................ Pada tanggal ........................ ............................................... ............................................... ............................................... NIP ........................................ *) Coret yang tidak perlu
143
Lampiran II.B DAFTAR NAMA PEJABAT FUNGSIONAL AUDITOR Pang No.
Nama
NIP
TMT
Jabat
Kepang
an
katan
Auditor
.........
...........
.....
..
kat/ Gol. Ruang
Angka Kredit Jumlah
Unit
Pendi
Penga
Penun
dikan
wasan
jang
.........
..........
............
.........
..........
...........
....
...
.
....
...
..
Kerja
Ket.
1 s.d ....
...
..........
.....
... dst
144
.............
Lampiran III ............................................... ...............................................
Nomor Lampiran Hal
: : :
... ... Pengusulan Pengangkatan ke Dalam Jabatan Fungsional Auditor
...... .............. 20...
Yang terhormat, Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Melalui Kepala Perwakilan BPKP Provinsi .......... Di ...............
Bersama ini kami mengajukan nama-nama berikut beserta kelengkapan persyaratannya (terlampir) untuk mendapatkan persetujuan pengangkatan Pegawai Negeri Sipil ke dalam Jabatan Fungsional Auditor melalui Inpassing. Berdasarkan penilaian dan pertimbangan kami, nama-nama tersebut dinilai cakap untuk diangkat dalam Jabatan Fungsional Auditor dan telah sesuai dengan kebutuhan formasi serta ketersediaan anggaran untuk pembayaran tunjangan jabatannya. Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih.
.........................................
............................... NIP ....................... Tembusan: 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara di Jakarta 2. Kepala Kantor Regional ... Badan Kepegawaian Negara di ... 3. Kepala Pusat Pembinaan JFA di Jakarta 4. ... 5. ...
145
Lampiran IV DAFTAR USULAN NAMA PNS YANG AKAN DISESUAIKAN DALAM JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Nama/ No.
NIP/ Tanggal Lahir
Jabat an/ TMT
Pangkat/
Pendidikan
Gol. Ruang/ TMT
Formal
Struktural
Riwayat Jabatan Teknis Fungsional
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
146
Unit Penga wasan
Nilai DP-
Unit Kerja
3 Tahun
Lainnya
Terakhir
Diusul kan Dalam Jabatan
Ket.
Lampiran V ............................................... ...............................................
Nomor Lampiran Hal
: : :
... ... Persetujuan Pengangkatan ke Dalam Jabatan Fungsional Auditor
...... .............. 20...
Yang terhormat, Kepala .................................. ................................................ Di ...............
Sesuai dengan surat Saudara Nomor: ....................... tanggal .... ............. 20...... perihal .......................... dan setelah melakukan penelitian kelengkapan berkas persyaratan yang kami terima, maka usulan atas nama-nama Pegawai Negeri Sipil yang tersebut dalam lampiran berikut ini kami disetujui untuk diangkat ke dalam Jabatan Fungsional Auditor. Pengangkatan ke dalam Jabatan Fungsional Auditor agar tetap memperhatikan kecukupan beban kerja, sehingga para Pejabat Fungsional Auditor dapat memperoleh angka kredit yang cukup untuk kenaikan pangkat berikutnya sesuai ketentuan yang berlaku. Atas perhatian dan kerjasama Saudara, kami ucapkan terima kasih. .........................................
............................... NIP ....................... Tembusan: 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara di Jakarta 2. Kepala Kantor Regional ... Badan Kepegawaian Negara di ... 3. Kepala Perwakilan BPKP Provinsi ... di ... 4. Kepala Pusat Pembinaan JFA di Jakarta 5. ... 6. ...
147
Lampiran VI
JENJANG JABATAN, KEPANGKATAN, DAN TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Jenjang Jabatan Penyesuaian Penyebutan Penyebutan Sesuai Sesuai Keputusan Keputusan MENPAN MENPAN No. No. 19/1996 17/KEP/M.PAN/4/2002 (1) (2) Jenjang Auditor Ahli
Kepang katan
Tunjangan Jabatan Sesuai KEPPRES No. 23/2002
(3)
(4)
Jenjang Auditor Ahli
Auditor Ahli Utama
Auditor Ahli Utama
IV/d – IV/e
Rp.
1.000.000,00
Auditor Ahli Madya
Auditor Ahli Madya
IV/a – IV/c
Rp.
725.000,00
Auditor Ahli Muda
Auditor Ahli Muda
III/c – III/d
Rp.
475.000,00
Auditor Ahli Pratama
Auditor Ahli Pertama
III/a – III/b
Rp.
225.000,00
Rp.
350.000,00
Rp.
200.000,00
Rp.
125.000,00
Jenjang Auditor Trampil
Jenjang Auditor Trampil
Auditor Trampil Muda
Auditor Penyelia
Auditor Trampil Pratama
Auditor Pelaksana Lanjutan
Auditor Trampil Pemula
Auditor Pelaksana
III/c – III/d
148
III/a – III/b
II/b – II/d
50
Lampiran VII TABEL ANGKA KREDIT INPASSING I.
Angka Kredit Kumulatif Untuk Inpassing Bagi Jabatan Auditor Trampil No.
Gol/ Ruang
1
II / b
2
II / c
3
II / d
4
III / a
5
III / b
6
III / c
7
III / d
II.
STTB/Ijazah Yang Setingkat
Angka Kredit dan Masa Kepangkatan < 1 Th
1 Th
2 Th
3 Th
4 Th/Lebih
SLTA
40
45
50
55
60
SARJANA MUDA/DII/DIII
40
46
52
58
65
SLTA
60
65
70
75
80
SARJANA MUDA/DII/DIII
60
66
72
78
85
SLTA
80
83
87
91
95
SARJANA MUDA/DII/DIII
80
85
90
95
100
SLTA
100
110
120
130
140
SARJANA MUDA/DII/DIII
100
111
122
133
145
SLTA
150
160
170
180
190
SARJANA MUDA/DII/DIII
150
161
172
183
195
SLTA
200
222
244
267
290
SARJANA MUDA/DII/DIII
200
223
247
271
295
SLTA s/d SARJANA MUDA/DII/DIII
300
300
300
300
300
Angka Kredit Kumulatif Untuk Inpassing Bagi Jabatan Auditor Ahli
No.
Gol/ Ruang
1
III / a
2
3
III / b
III / c
STTB/Ijazah Yang Setingkat
Angka Kredit dan Masa Kepangkatan < 1 Th
1 Th
2 Th
3 Th
4 Th/Lebih
SARJANA / D IV
100
112
124
137
150
PASCA SARJANA
100
116
132
148
155
SARJANA / D IV
150
162
174
187
200
PASCA SARJANA
150
163
177
191
205
DOKTOR
150
165
180
195
210
SARJANA / D IV
200
225
250
275
300
PASCA SARJANA
200
226
252
278
305
149
No.
4
5
6
7
8
9
Gol/ Ruang
III / d
IV / a
IV / b
IV / c
IV / d
IV / e
STTB/Ijazah Yang Setingkat
Angka Kredit dan Masa Kepangkatan < 1 Th
1 Th
2 Th
3 Th
4 Th/Lebih
DOKTOR
200
227
254
282
310
SARJANA / D IV
300
325
350
375
400
PASCA SARJANA
300
326
352
378
405
DOKTOR
300
327
354
382
410
SLTA
400
435
471
504
540
SARJANA MUDA/DII/DIII
400
436
472
508
545
SARJANA / D IV
400
437
474
512
550
PASCA SARJANA
400
438
477
516
555
DOKTOR
400
440
480
520
560
SLTA
550
585
620
656
690
SARJANA MUDA/DII/DIII
550
586
622
659
695
SARJANA / D IV
550
587
624
662
700
PASCA SARJANA
550
588
626
665
705
DOKTOR
550
590
630
670
710
SLTA
700
731
762
795
830
SARJANA MUDA/DII/DIII
700
733
766
800
835
SARJANA / D IV
700
735
770
805
840
PASCA SARJANA
700
736
772
808
845
DOKTOR
700
737
774
812
850
SARJANA / D IV
850
900
949
998
1040
PASCA SARJANA
850
901
950
999
1045
DOKTOR
850
902
951
1000
1050
SARJANA / D IV s.d DOKTOR
1050
1050
1050
1050
1050
150
REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN (BPKP) ___________________ Nomor Lampiran Hal.
: S-06.04.00-288/K/2000 : 1 (satu) berkas : Pembayaran Tunjangan Jabatan Bagi Pejabat Struktural yang diinpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor
Jakarta, 22 Juni 2000
Kepada Yth. Bapak Menteri Keuangan di Jakarta Menindaklanjuti Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: K.26-30/V6-53/74 perihal Inpassing dalam Jabatan Auditor di lingkungan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah butir 3 (terlampir), dinyatakan bahwa dalam rangka inpassing ke dalam Jabatan Fungsional Auditor, Badan Kepegawaian Negara (BKN) dan BPKP sebagai Instansi Pembina dengan pertimbangan bahwa masih dalam masa peralihan dan agar tidak merugikan hak kepegawaian sependapat agar tunjangan jabatan struktural yang pernah diterima pejabat struktural yang diinpassing tetap dapat dibayarkan sampai dengan tunjangan fungsional auditor ditetapkan, dengan ketentuan bahwa besarnya tunjangan jabatan adalah sama dengan yang dibayarkan pada bulan Maret 2000. Untuk itu diharapkan kesediaan Bapak untuk menerbitkan Surat Persetujuan Pembayaran tunjangan jabatan struktural dimaksud sehingga para pejabat struktural yang telah diinpassing ke dalam jabatan fungsional auditor masih tetap dapat menerima tunjangan jabatan sebelumnya. Sebagai bahan pertimbangan perlu kiranya kami beritahukan bahwa pembayaran tunjangan tersebut tidak menambah anggaran negara karena : 1. Besarnya tunjangan jabatan mengacu kepada besarnya tunjangan jabatan struktural bulan Maret 2000; 2. Tidak menimbulkan tunjangan jabatan ganda karena dengan inpassing yang bersangkutan tidak menduduki/ merangkap sebagai pejabat struktural; 3. Jabatan struktural yang pernah diduduki oleh pejabat yang diinpassing tidak diisi oleh pejabat lain.
151
Atas perhatian Bapak diucapkan terima kasih.
KEPALA ttd Arie Soelendro NIP. 060035861 Tembusan Yth.: 1. Bapak Menteri Negara PAN 2. Saudara Kepala BKN 3. Saudara Direktur Jenderal Anggaran 4. Para Inspektur Jenderal/Inspektur Utama/Deputi Pengawasan
152
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KANTOR PUSAT Gedung Anggaran Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Kotak Pos 1139
Nomor Lampiran Hal
Telepon : 344-9230 (20 saluran) 384-2234,386-5130,344-0107 Telex : 45799 Faksimil : 364-5402, 34504640
: S – 4071/A/2001 : : Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor
17 Oktober 2001
Kepada Yth. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta Menunjuk surat Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) tanggal 7 Agustus 2001 Nomor : C.26-30/V.14-11/06 perihal tersebut pada pokok Surat, dengan ini diberitahukan hal-hal sebagai berikut : 1. Ketentuan tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen dan Lembaga Non Departemen. Khususnya di lingkungan Inspektorat atau Unit Pengawasan Intern Pemerintah lainnya, sesuai dengan Keppres No. 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Departemen, menetapkan bahwa jabatan Inspektur Pembantu (Eselon III) dan Pemeriksa atau Pengawas (Eselon IV) telah ditiadakan dan selanjutnya disesuaikan dengan Jabatan Fungsional Auditor. 2. Periode inpassing bagi mantan Inspektur Pembantu dan Pemeriksa atau Pengawas telah ditetapkan terhitung mulai tanggal 1 Juli 2001 dengan penetapan waktu selambat-lambatnya harus sudah selesai pada akhir bulan Sepetember 2001. Namun landasan hukum bagi Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor sampai saat ini masih belum ditetapkan dengan Keputusan Presiden tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dimohon kiranya BPKP selaku Instansi Pembina Pengawas Auditor agar segera mengambil langkah-langkah penyelesaian Keputusan Presiden dimaksud bersama instansi terkait.
153
Demikian atas kerjasamanya diucapkan terima kasih. Direktur Jenderal Anggaran ttd A. Anshari Ritonga NIP. 060027032 Tembusan : 1. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara; 2. Kepala Badan Kepegawaian Negara;
154
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KANTOR PUSAT Gedung Anggaran Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Kotak Pos 1139 Nomor Lampiran Perihal
Telepon : 344-9230 (20 saluran) 384-2234,386-5130,344-0107 Telex : 45799 Faksimil : 364-5402, 34504640
: S-5109/MK-2/2001 :: Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor
20 Desember 2001
Kepada Yth. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara di Jakarta Sehubungan dengan Surat Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tanggal 30 November 2001 Nomor : S-08.07.00-730/K/2001 perihal permohonan Pemberian Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor, dengan ini diberitahukan bahwa pada prinsipnya dapat disetujui Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor yang berlaku terhitung mulai tanggal 1 April 2002, dengan besaran sebagai berikut :
NO.
JENJANG JABATAN
GOLONGAN
I. 1. 2. 3. 4.
Jabatan Fungsional Auditor Ahli Auditor Ahli Utama Auditor Ahli Madya Auditor Ahli Muda Auditor Ahli Pratama
IV/d IV/a III/c III/a
II. 1. 2. 3.
Jabatan Fungsional Auditor Terampil Auditor Terampil Muda Auditor Terampil Pratama Auditor Terampil Pemula
III/c s.d. III/d III/a s.d. III/b II/b s.d. II/d
155
s.d. s.d. s.d. s.d.
IV/c IV/c III/d III/b
BESARAN TUNJANGAN
1.000.000 725.000 475.000 225.000
350.000 200.000 125.000
Kiranya rancangan Keputusan Presiden tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor tersebut dapat ditindaklanjuti/diproses sesuai ketentuan yang berlaku, Demikian agar maklum.
Menteri Keuangan RI Direktur Jenderal Anggaran ttd A. Anshari Ritonga NIP 12060027032 Tembusan : 1. Menteri Keuangan RI, sebagai laporan ; 2. Sekretaris Kabinet R.I.; 3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 4. Kepala Badan Kepegawaian Negara.
156
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 17/KEP/M.PAN/4/2002 TENTANG PENYESUAIAN PENAMAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA Menimbang : a.
bahwa sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, dipandang perlu menyesuaikan penamaan Jabatan Fungsional Auditor untuk masing-masing jenjang sebagaimana diatur dalam keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/1996; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu menetapkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tentang penyesuaian Penamaan Jabatan Fungsional Auditor;
Mengingat
: 1.
2.
3. 4.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/1996 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya;
157
MEMUTUSKAN : Menetapkan :
KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG PENYESUAIAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR.
Pasal 1 Menyesuaiakan penamaan jenjang jabatan fungsional auditor sebagaimana diatur pada Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 19/1996 beserta Lampirannya menjadi sebagai berikut :
1. Jenjang Ahli a. b. c. d.
Auditor Ahli Utama menjadi Auditor Ahli Utama Auditor Ahli Madya menajdi Auditor Ahli Madya Auditor Ahli Muda menjadi Auditor Ahli Muda Auditor Ahli Pratama menjadi Auditor Ahli Pratama
2. Jenjang Trampil a. Auditor Trampil Muda menjadi Auditor Penyelia b. Auditor Trampil Pratama menjadi Auditor Pelaksana Lanjutan c. Auditor Trampil Pemula menjadi Auditor Pelaksana Pasal 2 Dengan berlakunya keputusan ini, penamaan yang digunakan untuk pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Auditor dan penetapan angka kreditnya ditetapkan berdasarkan keputusan ini. Pasal 3 Penetapan Jabatan Fungsinal Auditor yang dilakukan sebelum berlakunya keputusan ini tetap berlaku. Pasal 4 Segala ketentuan yang mengatur mengenai Jabatan Fungsional Auditor disesuaikan dengan keputusan ini. Pasal 5 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. ditetapkan : di Jakarta pada tanggal : 9 April 2002 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, ttd Feisal Tamin
158
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang
: bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian dan semangat kerja bagi Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Auditor, dipandang perlu memberikan Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor;
Mengingat
: 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001 (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 49); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547); 5. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;
MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Pasal 1 Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor, yang selanjutnya disebut dengan Tunjangan Auditor adalah tunjangan jabatan fungsional yang diberikan
159
kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Auditor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 2 Kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Auditor, diberikan Tunjangan Auditor setiap bulan. Pasal 3 Besarnya Tunjangan Auditor sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, adalah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan Presiden ini. Pasal 4 Tunjangan Auditor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, diberikan terhitung mulai bulan Januari 2002. Pasal 5 Pemberian Tunjangan Auditor dihentikan apabila Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, diangkat dalam jabatan struktural atau jabatan fungsional lain atau karena hal lain yang mengakibatkan pemberian tunjangan dihentikan seusai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pasal 6 Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Keputusan Presiden ini, diatur oleh Menteri Keuangan dan/atau Kepala Badan Kepegawaian Negara, baik secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri menurut bidang tugasnya masing-masing. Pasal 7 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada Tanggal 23 April 2002 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan II ttd Edy Sudibyo
160
LAMPIRAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23 TAHUN 2002 NOMOR : 23 APRIL 2002
No.
Jabatan Fungsional
Jabatan
Besar Tunjangan
1
2
3
4
1
Auditor Ahli
Auditor Ahli Utama Auditor Ahli Madya Auditor Ahli Muda Auditor Ahli Pertama
Rp. Rp. Rp. Rp.
1.000.000,00 725.000,00 475.000,00 225.000,00
2
Auditor Trampil
Auditor Penyelia Auditor Pelaksana Lanjutan Auditor Pelaksana
Rp. Rp. Rp.
350.000,00 200.000,00 125.000,00
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan II ttd Edy Sudibyo
161
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PERMINTAAN, PEMBERIAN, DAN PENGHENTIAN TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA Menimbang
:
Mengingat
: 1.
bahwa untuk menjamin kelancaran pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor, dipandang perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara tentang Tata Cara Permintaan, Pemberian dan Penghentian Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor;
2.
3.
4. 5.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); Peraturan pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3098) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 49); Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4014); Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun jabatan Fungsional Pegawai Negeri sipil; Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor;
162
MEMUTUSKAN : Menetapkan
:
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA TENTANG TATA CARA PERMINTAAN, PEMBERIAN DAN PENGHENTIAN TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR.
Pasal 1 Tata Cara permintaan, pemberian, dan penghentian tunjangan jabatan fungsional Auditor adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran I Keputusan ini. Pasal 2 Untuk mempermudah pelaksanaan Keputusan ini, dilampirkan salinan keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor, sebagaimana tersebut dalam lampiran II Keputusan ini. Pasal 3 Apabila dalam melaksanakan keputusan ini dijumpai kesulitan agar ditanyakan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk mendapatkan penyelesaian.
Pasal 4 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya laku surut sejak ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 29 Mei 2002 KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA ttd SUNARTI, SH
163
LAMPIRAN I KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 08 TAHUN 2002 TANGGAL : 29 Mei 2002
TATA CARA PERMINTAAN, PEMBERIAN, DAN PENGHENTIAN TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR I. PENDAHULUAN A. UMUM 1. Untuk meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian, dan semangat kerja Auditor telah ditetapkan pemberian tunjangan jabatan fungsional Auditor sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002. 2. Dalam Keputusan ini diatur hal-hal yang berkenaan dengan tata cara permintaan, pemberian, dan penghentian tunjangan jabatan fungsional Auditor. B. TUJUAN Ketentuan dalam Keputusan ini dimaksudkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan permintaan, pemberian, dan penghentian tunjangan jabatan fungsional Auditor. C. PENGERTIAN Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor yang selanjutnya disebut Tunjangan Auditor adalah tunjangan yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional Auditor pada Instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 2. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berwenang mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya dalam dan dari jabatan atau pejabat lain yang ditunjuk olehnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. II. TATA CARA PERMINTAAN DAN PEMBERIAN TUNJANGAN A. PENETAPAN PEMBERIAN TUNJANGAN JABATAN 1. Setiap pemberian Tunjangan Auditor sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 harus dilakukan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang dibuat menurut contoh sebagai tersebut dalam Anak Lampiran I-a Keputusan ini. 2. Pejabat yang berwenang dapat mendelegasikan kepada pejabat lain di lingkungannya untuk menetapkan keputusan pemberian Tunjangan Auditor. 3. Dalam surat keputusan pemberian tunjangan Auditor harus dicantumkan besarnya tunjangan yang bersangkutan. 4. Asli surat keputusan pemberian Tunjangan Auditor disampaikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dan tembusannya kepada : a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Jakarta;
164
b. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up.Deputi Bidang Informasi Kepegawaian di Jakarta; c. Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan; d. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/ Bagian Keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan; e. Pejabat Pembuat Daftar gaji yang bersangkutan; f. Pejabat lain yang dipandang perlu. B. PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG BERHAK MENDAPATKAN TUNJANGAN 1. Pegawai Negeri Sipil yang berhak mendapatkan Tunjangan Auditor adalah Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional Auditor dengan surat keputusan pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. 2. Besarnya Tunjangan Auditor adalah sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002. C. PROSEDUR Pejabat Pembuat Daftar Gaji mengajukan usul permintaan pembayaran Tunjangan Auditor bersamaan dengan permintaan gaji kepada Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan dengan melampirkan: a. Surat keputusan pengangkatan dalam jabatan fungsional Auditor; b. Surat keputusan pemberian Tunjangan Auditor; c. Surat pernyataan melaksanakan tugas atau surat pernyataan telah menduduki jabatan. D. PEMBAYARAN TUNJANGAN JABATAN 1. Tunjangan Auditor diberikan terhitung mulai tanggal 1 (satu) bulan berikutnya setelah Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugas yang dinyatakan dengan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas dari pejabat yang berwenang, dibuat menurut contoh sebagai tersebut dalam Anak Lampiran I-b. 2. Pelaksanaan tugas yang dimulai tanggal 1 (satu), Tunjangan Auditor dibayarkan pada bulan yang bersangkutan. 3. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada angka 2. apabila bertepatan dengan hari libur sehingga pelaksanaan tugasnya dilaksanakan pada tanggal berikutnya, pemberian Tunjangan Auditor dibayar mulai bulan itu juga. 4. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang pada tanggal 1 Januari 2002 dan atau setelah ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 masih menduduki jabatan fungsional Auditor, pembayaran Tunjangan Auditor dilakukan berdasarkan Surat Pernyataan Telah Menduduki Jabatan dari pejabat yang berwenang, dibuat menurut contoh sebagai tersebut dalam Anak Lampiran I-c. 5. Untuk kelancaran pembayaran Tunjangan Auditor, maka setiap permulaan tahun anggaran, pejabat yang berwenang membuat surat pernyataan masih menduduki jabatan bagi para Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya, dibuat menurut contoh sebagai tersebut dalam Anak Lampiran I-d.
165
6. Untuk kelancaran pemberian Tunjangan Auditor, pejabat yang berwenang dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat lain dalam lingkungannya untuk membuat surat pernyataan melaksanakan tugas, surat pernyataan telah menduduki jabatan, atau surat pernyataan masih menduduki jabatan sebagaimana dimaksud pada angka 1, 4, dan 5. 7. Asli Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas/Surat Pernyataan Telah Menduduki Jabatan/Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan sebagaimana tersebut pada angka 1, 4, dan 5 disampaikan kepada Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan dan tembusannya kepada : a. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian; b. Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan; c. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan; d. Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan; e. Pejabat lain yang dipandang perlu. III. PENGHENTIAN PEMBAYARAN TUNJANGAN JABATAN 1. Pembayaran Tunjangan Auditor dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan : a. diberhentikan dari jabatan fungsional Auditor; b. berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil; c. dibebaskan sementara dari jabatan fungsional Auditor; d. diperbantukan secara penuh di Instansi lain dan tidak melaksanakan tugas sebagai Auditor; e. dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. sedang menjalani cuti di luar tanggungan Negara; atau g. dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap. 2. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin berat berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, walaupun kemudian mengajukan banding ke Badan Pertimbangan Kepegawaian, Tunjangan Auditor tetap dihentikan. 3. Tunjangan Auditor yang dihentikan sebagaimana dimaksud dalam angka 2, dapat dibayarkan kembali setelah ada keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian yang meringankan hukuman tersebut serta diangkat kembali dalam jabatan fungsional Auditor dan dinyatakan telah melaksanakan tugas oleh pejabat yang berwenang. Umpamanya : Seorang Auditor pada Badan Kepegawaian Negara bernama Haryono, SH NIP 260006714 telah dijatuhkan hukuman disiplin berat yaitu pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan berlaku terhitung mulai tanggal 15 September 2002. Dalam batas tenggang waktu 14 hari setelah diterimanya keputusan, Sdr. Haryono, SH mengajukan banding ke Badan Pertimbangan Kepegawaian (Bapek). Setelah melalui proses akhirnya Bapek pada
166
tanggal 29 Januari 2003 memutuskan bahwa hukumam terhadap Sdr. Haryono, SH diubah menjadi hukuman disiplin sedang. Setelah diaktifkan serta diangkat kembali dalam jabatan fungsional Auditor, dan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas Kembali baru ditandatangani Kepala Badan Kepegawaian Negara tanggal 20 Pebruari 2003.Dalam hal demikian : a. Tunjangan Auditor Sdr. Haryono, SH dihentikan terhitung mulai bulan Oktober 2002 sampai dengan Pebruari 2003. b. Tunjangan Auditor dibayarkan kembali terhitung mulai bulan Maret 2003 dan seterusnya, setelah secara nyata melaksanakan tugas kembali dan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas kembali diterima oleh Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah. 4. Tunjangan Auditor dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya sejak yang bersangkutan menjalani cuti besar atau cuti diluar tanggungan negara. Apabila Pegawai yang berhak atas Tunjangan Auditor menjalani cuti besar atau cuti diluar tanggungan Negara untuk persalinan anak selama 1 (satu) bulan atau lebih, maka tunjangan jabatannya dapat dibayarkan kembali setelah yang bersangkutan telah melaksanakan tugasnya kembali. Apabila cuti diluar tanggungan negara bukan karena persalinan, maka tunjangan dibayarkan setelah diangkat dalam jabatan fungsional Auditor dan dinyatakan melaksanakan tugas. Umpamanya : Seorang Auditor pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang menjalani cuti diluar tanggungan Negara untuk persalinan anak ke 4 (empat) selama 2 (dua) bulan terhitung mulai tanggal 20 November 2002 sampai dengan 20 Januari 2003. Setelah selesai menjalani cuti di luar tanggungan Negara untuk persalinan anak ia mulai bekerja kembali terhitung mulai tanggal 21 Januari 2003. Dalam hal yang demikian : a. Dihentikan pembayaran Tunjangan Auditor untuk bulan Desember 2002 dan Januari 2003. b. Diberikan kembali Tunjangan Auditor untuk bulan pebruari 2003 dan seterusnya. 5. Pejabat fungsional yang diberhentikan dari jabatannya, umpamanya bepergian ke luar negeri, tugas belajar untuk jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih, Tunjangan Auditornya dihentikan terhitung mulai bulan ke tujuh. Tunjangan Auditor dibayarkan kembali setelah diangkat dalam jabatan fungsional Auditor dan dinyatakan telah melaksanakan tugas kembali oleh pejabat yang berwenang. Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas Kembali dibuat menurut contoh sebagai tersebut dalam anak Lampiran I-e. Umpamanya : Seorang Auditor ditugaskan mengikuti tugas belajar mulai tanggal 10 Oktober 2002 sampai dengan 10 Desember 2004. Auditor tersebut dinyatakan bekerja kembali terhitung mulai tanggal 28 Desember 2004. Dalam hal yang demikian : a. Tunjangan Auditor untuk bulan Nopember 2002 sampai dengan bulan April 2003 tetap dibayarkan; b. Tunjangan Auditor dihentikan terhitung mulai bulan Mei 2003 sampai Desember 2004. c. Dibayarkan kembali tunjangan jabatan fungsional Auditor mulai bulan Januari 2005 dan seterusnya, apabila telah diangkat kembali dalam jabatan fungsional Auditor dan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas Kembali telah diterima oleh Kepala Kantor
167
Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan. 6. Surat keputusan penghentian/penghentian sementara tunjangan jabatan dibuat menurut contoh sebagai tersebut dalam Anak Lampiran I-f. 7. Pejabat yang berwenang mengeluarkan surat keputusan pemberhentian/ pembebasan sementara dari jabatan dan pemberian surat ijin cuti diluar tanggungan negara/cuti besar, serta surat tugas belajar, menyampaikan asli surat keputusan atau asli surat ijin atau surat tugas belajar tersebut kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dan tembusannya kepada : a. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian; b. Pimpinan Instansi yang bersangkutan; c. Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan; d. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan; e. Pejabat Pembuat Daftar Gaji; f. Pejabat lain yang dipandang perlu. IV. KETENTUAN LAIN-LAIN 1. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 17 /KEP/M.PAN/4/2002 tanggal 9 April 2002 sebagaimana tersebut dalam Lampiran III Keputusan ini, penamaan jenjang jabatan fungsional Auditor ditetapkan sebagai berikut : a. Jenjang Ahli : 1) Auditor Ahli Utama menjadi Auditor Ahli Utama 2) Auditor Ahli Madya menjadi Auditor Ahli Madya 3) Auditor Ahli Muda menjadi Auditor Ahli Muda 4) Auditor Ahli Pratama menjadi Auditor Ahli Pertama b. Jenjang Trampil : 1) Auditor Trampil Muda menjadi Auditor Penyelia 2) Auditor Trampil Pratama menjadi Auditor Pelaksana Lanjutan 3) Auditor Trampil Pemula menjadi Auditor Pelaksana 2. Pegawai Negeri Sipil yang sebelum ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 telah diangkat dalam jabatan fungsional Auditor dan sebelumnya menduduki jabatan struktural serta diberikan tunjangan jabatan struktural, apabila : a. Tunjangan jabatan struktural yang diterima lebih kecil dari tunjangan Auditor, maka kepada yang bersangkutan diberikan selisih Tunjangan Auditor : Umpamanya : Seorang Pegawai Negeri Sipil sebelumnya menduduki jabatan struktural eselon III A, kemudian diangkat dalam jabatan fungsional Auditor Ahli Madya dan diberikan tunjangan sebesar tunjangan jabatan Struktural eselon III A, yaitu Rp 600.000,-. Dalam hal demikian, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 besarnya tunjangan Auditor Ahli Madya adalah Rp 725.000,- maka selisih tunjangan Auditor Ahli Madya tersebut tetap dibayarkan kepada yang bersangkutan
168
b. Tunjangan jabatan struktural yang diterima lebih besar dari Tunjangan Auditor, maka selisih tunjangan yang pernah diterima tidak ditarik kembali. Selanjutnya, mulai bulan berikutnya setelah ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 tunjangan yang dibayarkan adalah sebesar tunjangan Auditor berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002. Umpamanya : Seorang Pegawai Negeri Sipil sebelumnya menduduki jabatan struktural eselon II B, kemudian diangkat dalam jabatan Fungsional Auditor Ahli Madya dan diberikan tunjangan sebesar tunjangan jabatan struktural eselon II B yaitu Rp 1.500.000,-. Dalam hal demikian, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 besarnya tunjangan Auditor Ahli Madya adalah Rp 725.000,- maka selisih tunjangan jabatan struktural tersebut tidak perlu dikembalikan oleh yang bersangkutan. Mulai bulan Mei 2002 tunjangan yang dibayarkan adalah sebesar Rp. 725.000,-. 3. Apabila terjadi kenaikan jenjang jabatan fungsional Auditor, maka pejabat yang berwenang menetapkan keputusan kenaikan jenjang jabatan, serta keputusan pemberian tunjangan sesuai tingkat jabatan tersebut. Pemberian Tunjangan Auditor tersebut dapat ditetapkan sekaligus dalam keputusan pengangkatan atau kenaikan jenjang jabatan fungsional Auditor tersebut. 4. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional Auditor setelah berlakunya Keputusan ini, pemberian tunjangan jabatannya ditetapkan berdasarkan keputusan ini. 5. Keputusan Pejabat yang berwenang tentang pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan fungsional Auditor yang ditetapkan sebelum berlakunya keputusan ini, dinyatakan tetap berlaku. V. PENUTUP Demikian untuk dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA ttd SUNARTI, SH
169
ANAK LAMPIRAN I-a
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 08 TAHUN 2002 TANGGAL: 29 Mei 2002
KEPUTUSAN MENTERI/KEPALA/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA……1) NOMOR : …………2) TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN JABATAN …………….3) MENTERI/KEPALA/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA …………….1) Menimbang :
Mengingat :
a. bahwa dengan Keputusan… 1) Nomor… tanggal… 4), Sdr…..5) telah diangkat dalam jabatan…..3) b. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan mutu, prestasi, pengabdian, semangat kerja bagi Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara penuh sebagai Pejabat …3) dipandang perlu menetapkan pemberian tunjangan jabatan fungsional …….3) sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 23 tahun 2002; 1. Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 jo. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1977 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2001; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994; 4. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999; 5. Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002; 6. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 17/KEP/M.PAN/4/2002; 7. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 08 Tahun 2002; MEMUTUSKAN :
Menetapkan PERTAMA :
Memberikan tunjangan jabatan ……3) kepada : Nama : ……………………………5) NIP : …………………………...6) Tempat tanggal Lahir : …………………………...7) Pangkat/Golongan Ruang : ...…………………………8) Jabatan : ....…………………………3) Satuan Organisasi / Unit : ……………………………9) Instansi : ..…………………………10)
KEDUA
:
Tunjangan jabatan …3) sebagai tersebut pada diktum PERTAMA diberikan sebesar Rp. …….11) (…………………….) sebulan terhitung mulai tanggal ……….12)
KETIGA
:
Keputusan ini disampaikan kepada yang bersangkutan untuk diindahkan dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
KEEMPAT :
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
170
Ditetapkan di ………………….13) Pada tanggal …………………..14) MENTERI/KEPALA/GUBERNUR/BUPATI/ WALIKOTA ……….1) (……………………………..15)) Tembusan, Yth : 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian; 3. Kepala Kantor Regional … Badan Kepegawaian Negara di …..16); 4. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Kepala Bagian Keuangan Propinsi/Kabupaten/Kota di …17); 5. Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan; 6. Pejabat lain yang dipandang perlu.
171
PETUNJUK PENGISIAN ANAK LAMPIRAN 1.a
1 1 2
NOMOR KODE 2 1) 2)
3 4
3) 4)
5
5)
3 Tulislah nama jabatan yang menetapkan pemberian tunjangan jabatan. Tulislah nomor Keputusan Pejabat yang menetapkan pemberian tunjangan jabatan fungsional Auditor. Tulislah nama jabatan fungsional Auditor PNS yang bersangkutan. Tulislah nomor dan tanggal ditetapkannya keputusan pengangkatan dalam jabatan fungsional. Tulislah nama Pegawai Negeri Sipil yang berhak menerima tunjangan jabatan.
6
6)
Tulislah NIP dari Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut pada angka 5.
7
7)
Tulislah tempat dan tanggal lahir Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.
8
8)
9
9)
10
10)
11
11)
12
12)
13
13)
Tulislah pangkat dan golongan ruang Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud pada angka 5. Tulislah satuan organisasi/unit tempat bekerja Pegawai Negeri Sipil tersebut pada angka 5. Tulislah instansi tempat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana tersebut pada angka 5. Tulislah dalam angka dan huruf besarnya tunjangan jabatan fungsional Auditor yang menjadi hak Pegawai Negeri Sipil. Tulislah tanggal mulai Pegawai Negeri Sipil tersebut berhak menerima tunjangan jabatan fungsional Auditor. Tulislah tempat ditetapkannya keputusan pemberian tunjangan jabatan tersebut.
14 15
14) 15)
16
16)
17
17)
NO
URAIAN
Tulislah tanggal ditetapkannya keputusan tersebut. Tulislah nama Pejabat dan NIP Pejabat yang menandatangani keputusan tersebut. Tulislah Nama dan tempat Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang meliputi wilayah kerja Pegawai Negeri Sipil tersebut melaksanakan tugas. Tulislah nama tempat Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara / Kepala Biro / Bagian Keuangan dimana Pegawai Negeri Sipil tersebut diangkat menduduki jabatan fungsional.
172
ANAK LAMPIRAN 1-b KEPUTUSAN KEPALA BADAN\ KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 08 TAHUN 2002 TANGGAL : 29 MEI 2002 SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS NOMOR: ................1) Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIP Pangkat/golongan ruang Jabatan
: : : :
................................................................ 2) ................................................................ 3) ................................................................ 4) ................................................................ 5)
: : : : :
................................................................ 6) ................................................................ 7) ................................................................ 8) ................................................................ 9) ............................................................... 10)
dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa : Nama NIP Pangkat/golongan ruang Jabatan Unit organisasi
berdasarkan Surat Keputusan Menteri/Kepala/Gubernur/Bupati/Walikota ………11) Nomor …….. tanggal ………..12) telah nyata melaksanakan tugas tersebut terhitung mulai tanggal …..13), dan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002, yang bersangkutan diberi tunjangan jabatan ..............; sebesar Rp ................. 14) (.................) sebulan terhitung mulai tanggal .................. 15) Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan/Pegawai Negeri Sipil. Apabila dikemudian hari isi surat pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan kerugian terhadap negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut. Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah di ...........................16) ...................................17) Pejabat yang membuat pernyataan.
(................................................ 18) Tembusan Yth : 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian; 2. Kepala Kantor Regional .... Badan Kepegawaian Negara di .............19); 3. Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan; 4. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan; 5. Pejabat lain yang dipandang perlu.
173
PETUNJUK PENGISIAN ANAK LAMPIRAN 1.b
1 1
NOMOR KODE 2 1)
2
2)
3
3)
4 5
4) 5)
6
6)
Tulislah nama PNS yang berhak menerima tunjangan jabatan fungsional Auditor berdasarkan Keputusan Presiden Nomor. 23 Tahun 2002.
7
7)
8
8)
9
9)
Tulislah NIP dari PNS yang dimaksud dalam angka 6 diatas. Tulislah pangkat dan golongan ruang Pegawai Negeri Sipil yang dimaksud pada angka 6 . Tulislah nama jabatan fungsional PNS yang bersangkutan.
10
10)
11
11)
Tulislah nama jabatan dari pejabat yang menetapkan Surat Keputusan tentang pengangkatan PNS yang dimaksud dalam jabatan fungsional.
12
12)
Tulislah Nomor dan Tanggal Surat Keputusan pengangkatan dalam jabatan fungsional tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002.
13
13)
Tulislah tanggal , bulan dan tahun PNS sebagaimana tersebut dalam angka 6 diatas secara nyata mulai melaksanakan tugas.
14
14)
Tulislah dengan angka dan huruf besarnya tunjangan jabatan yang dimaksud dalam angka 9 diatas menurut Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002.
15
15)
16
16)
17
17)
18 19
18) 19)
Tulislah tanggal mulai Pegawai Negeri Sipil berhak menerima tunjangan yang dimaksud. Tulislah nama tempat Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan dimana PNS tersebut melaksanakan tugas. Tulislah tempat dan tanggal ditetapkannya Keputusan ini. Tulislah nama terang dan NIP dari pejabat yang membuat surat pernyataan. Tulislah nama dan tempat Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang meliputi wilayah kerja Pegawai Negeri Sipil tersebut melaksanakan tugas.
NO
URAIAN 3 Tulislah nomor surat pejabat yang membuat pernyataan melaksanakan tugas sebagai Auditor. Tulislah nama pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah NIP dari pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah pangkat dan golongan ruang dari pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah nama jabatan dari pejabat yang membuat pernyataan.
Tulislah unit organisasi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja.
174
ANAK LAMPIRAN 1-c KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 08 TAHUN 2002 TANGGAL : 29 MEI 2002 SURAT PERNYATAAN TELAH MENDUDUKI JABATAN NOMOR: ................1) Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIP Pangkat/golongan ruang Jabatan
: : : :
................................................................ 2) ................................................................ 3) ................................................................ 4) ................................................................ 5)
: : : : :
................................................................ 6) ................................................................ 7) ................................................................ 8) ................................................................ 9) ............................................................... 10)
dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa : Nama NIP Pangkat/golongan ruang Jabatan Unit organisasi
berdasarkan Surat Keputusan ………11) Nomor …….. tanggal ………..12) telah menduduki jabatan ............. 9) dan pada tanggal ….............13), masih menduduki jabatan tersebut. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 sdr ................. 6) berhak menerima tunjangan jabatan ................. 9) sebesar Rp ..................14) (.............................) sebulan terhitung mulai tanggal .................. 15). Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan/Pegawai Negeri Sipil. Apabila dikemudian hari isi surat pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan kerugian terhadap negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut. Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah di ...........................16)
...................................17) Pejabat yang membuat pernyataan. (................................................ 2) Tembusan Yth : 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian; 2. Kepala Kantor Regional .... Badan Kepegawaian Negara di .............18); 3. Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan; 4. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan; 5. Pejabat lain yang dipandang perlu.
175
PETUNJUK PENGISIAN ANAK LAMPIRAN 1.c
1 1
NOMOR KODE 2 1)
2 3 4
2) 3) 4)
NO
URAIAN 3 Tulislah nomor surat pejabat yang membuat surat pernyataan telah menduduki jabatan Auditor. Tulislah nama pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah NIP dari pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah pangkat dan golongan ruang dari pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah nama jabatan dari pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah nama PNS yang berhak menerima tunjangan jabatan fungsional berdasarkan Keputusan Presiden Nomor. 23 Tahun 2002. Tulislah NIP dari PNS yang dimaksud dalam angka 6. Tulislah pangkat dan golongan ruang PNS yang dimaksud pada angka 6 diatas. Tulislah nama jabatan fungsional PNS yang bersangkutan.
5 6
5) 6)
7 8 9 10
7) 8) 9) 10)
11
11)
12
12)
Tulislah Nomor dan Tanggal Surat Keputusan pengangkatan dalam jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002.
13
13)
Tulislah tanggal , bulan dan tahun PNS sebagaimana tersebut dalam angka 6 secara nyata telah menduduki jabatan fungsional dan mulai melaksanakan tugas.
14
14)
15
15)
16
16)
17 18
17) 18)
Tulislah unit organisasi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja. Tulislah nama jabatan dari pejabat yang menetapkan Surat Keputusan tentang pengangkatan PNS yang dimaksud dalam angka 6.
Tulislah dengan angka dan huruf besarnya tunjangan jabatan yang dimaksud dalam angka 9 diatas menurut Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002. Tulislah tanggal mulai Pegawai Negeri Sipil berhak menerima tunjangan yang dimaksud. Tulislah nama tempat kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah dimana Pegawai Negeri Sipil tersebut melaksanakan tugas. Tulislah tempat dan tanggal ditetapkannya Keputusan ini. Tulislah nama dan tempat Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang meliputi wilayah kerja PNS tersebut melaksanakan tugas.
176
ANAK LAMPIRAN 1-d KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 08 TAHUN 2002 TANGGAL : 29 MEI 2002 SURAT PERNYATAAN MASIH MENDUDUKI JABATAN NOMOR: ................1) Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIP Pangkat/golongan ruang Jabatan
: : : :
................................................................ 2) ................................................................ 3) ................................................................ 4) ................................................................ 5)
dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa : Nama NIP Pangkat/golongan ruang Jabatan Unit organisasi
: ................................................................ 6) : ................................................................ 7) : ................................................................ 8) : ................................................................ 9) : ............................................................... 10)
berdasarkan Surat Keputusan ………11) Nomor …….. tanggal …….12) diangkat dalam jabatan ..... 9) dan pada tanggal 1 Januari ….............13), masih menduduki jabatan tersebut. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 sdr ................. 6) berhak menerima tunjangan jabatan ................. 9) sebesar Rp ..................14) (.............................) sebulan, terhitung mulai tanggal .................. 12). Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan/Pegawai Negeri Sipil. Apabila dikemudian hari isi surat pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan kerugian terhadap negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut. Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah di ...........................15) ...................................16) Pejabat yang membuat pernyataan.
(................................................ 2) Tembusan Yth : 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian; 2. Kepala Kantor Regional .... Badan Kepegawaian Negara di .............17); 3. Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan; 4. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan; 5. Pejabat lain yang dipandang perlu.
177
PETUNJUK PENGISIAN ANAK LAMPIRAN 1.d
NO
NOMOR KODE
1 1
2 1)
3 Tulislah nomor surat pejabat yang membuat surat pernyataan masih menduduki jabatan Auditor.
2
2)
Tulislah nama pejabat yang membuat pernyataan.
3
3)
Tulislah NIP dari pejabat yang membuat pernyataan.
4
4)
5
5)
6
6)
Tulislah nama jabatan dari pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah nama PNS yang berhak menerima tunjangan jabatan Keputusan Presiden Nomor. 23 Tahun 2002.
7
7)
Tulislah NIP dari PNS yang dimaksud dalam angka 6 diatas.
8
8)
Tulislah pangkat dan golongan ruang PNS yang dimaksud pada angka 6 .
9
9)
Tulislah nama jabatan fungsional PNS sebagaimana dimaksud dalam angka 6.
10
10)
Tulislah unit organisasi Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja.
11
11)
Tulislah nama jabatan dari pejabat yang menetapkan Surat Keputusan tentang pengangkatan PNS yang dimaksud dalam angka 6 dalam jabatan fungsional tersebut.
12
12)
13
13)
Tulislah nomor dan tanggal Surat Keputusan pengangkatan dalam jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002. Tulislah tanggal , bulan dan tahun PNS sebagaimana tersebut dalam angka 6 diatas secara nyata masih menduduki jabatan.
14
14)
URAIAN
Tulislah pangkat dan golongan ruang dari pejabat yang membuat pernyataan. berdasarkan
Tulislah dengan angka dan huruf besarnya tunjangan jabatan yang dimaksud dalam angka 9 diatas menurut Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002. 15
15)
Tulislah nama atau tempat Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintahan Daerah dimana PNS tersebut melaksanakan tugas.
16
16)
17
17)
Tulislah tempat dan tanggal ditetapkannya surat pernyataan dimaksud. Tulislah nama dan tempat Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang meliputi wilayah kerja PNS tersebut melaksanakan tugas.
178
ANAK LAMPIRAN 1-e KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 08 TAHUN 2002 TANGGAL : 29 MEI 2002 SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS KEMBALI NOMOR: ................1) Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama NIP Pangkat/golongan ruang Jabatan
: : : :
.............................................. ............................................... ............................................... ...............................................
2) 3) 4) 5)
: : : : :
................................................ ................................................ ................................................ ................................................ ................................................
6) 7) 8) 9) 10)
dengan ini menyatakan sesungguhnya, bahwa : Nama NIP Pangkat/golongan ruang Jabatan Unit organisasi
telah nyata melaksanakan tugas kembali dalam jabatan tersebut terhitung mulai tanggal ………11) dan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 sdr ................. 6) berhak menerima tunjangan jabatan ................. 9) sebesar Rp ..................12) (.............................) sebulan, terhitung mulai tanggal .................. 13). Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dengan mengingat sumpah jabatan/Pegawai Negeri Sipil. Apabila dikemudian hari isi surat pernyataan ini ternyata tidak benar, yang mengakibatkan kerugian terhadap negara, maka saya bersedia menanggung kerugian tersebut. Asli surat pernyataan ini disampaikan kepada Kepala kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah di ...........................14)
...................................15) Pejabat yang membuat pernyataan.
(................................................ 2) Tembusan Yth : 1. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian; 2. Kepala Kantor Regional .... Badan Kepegawaian Negara di .............16); 3. Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan; 4. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan; 5. Pejabat lain yang dipandang perlu.
179
PETUNJUK PENGISIAN ANAK LAMPIRAN 1.e
1 1
NOMOR KODE 2 1)
2 3 4
2) 3) 4)
5 6
5) 6)
7 8
7) 8)
9
9)
10 11
10) 11)
12
12)
13
13)
14
14)
15 16
15) 16)
NO
URAIAN 3 Tulislah nomor surat pejabat yang membuat surat pernyataan melaksanakan tugas kembali sebagai Auditor Tulislah nama pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah NIP dari pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah pangkat dan golongan ruang dari pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah nama jabatan dari pejabat yang membuat pernyataan. Tulislah nama PNS yang melaksanakan tugas kembali sebagai berdasarkan Keputusan Presiden Nomor. 23 Tahun 2002. Tulislah NIP dari PNS yang dimaksud dalam angka 6 diatas. Tulislah pangkat dan golongan ruang Pegawai Negeri Sipil tersebut yang dimaksud pada angka 6 . Tulislah nama jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pasal 1 dan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 yang dipangku pejabat dimaksud dalam angka 6. Tulislah unit organisasi PNS yang bersangkutan bekerja. Tulislah tanggal, Pejabat sebagai tersebut dalam angka 6 diatas secara nyata telah melaksanakan tugas kembali Tulislah dengan angka dan huruf besarnya tunjangan jabatan yang dimaksud dalam angka 9 diatas menurut Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002. Tulislah tanggal mulai PNS berhak menerima tunjangan yang dimaksud. Tulislah nama tempat Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintahan Daerah dimana Pegawai Negeri Sipil tersebut melaksanakan tugas. Tulislah tempat dan tanggal ditetapkannya keputusan ini. Tulislah nama dan tempat Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara dimana PNS tersebut melaksanakan tugas.
180
ANAK LAMPIRAN 1-f KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 08 TAHUN 2002 TANGGAL : 29 MEI 2002 KEPUTUSAN MENTERI/KEPALA/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA ............... 1) NOMOR: ................2) TENTANG PENGHENTIAN/PENGHENTIAN SEMENTARA TUNJANGAN ....................... 3) MENTERI/KEPALA/GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA .................................. 1) Menimbang
Mengingat
: a.
bahwa Sdr ......................... 4) NIP ..................... 5) berdasarkan Keputusan Menteri/Kepala/Gubernur/Bupati//Walikota............ 6) Nomor ... ............... tanggal ......... 7) yang bersangkutan ditugaskan sebagai ................ dan diberikan tunjangan sebesar Rp ................ 8) (....................................) sebulan terhitung mulai tanggal .............. 9);
b.
bahwa berdasarkan Keputusan .............. 10) Nomor ....... tanggal .......... 11) Sdr ................ 4) tersebut dimutasi/dipindahkan/.................. 12) ................ terhitung mulai tanggal ............... 13);
c.
bahwa berhubung dengan itu perlu ditetapkan perhentian tunjangan jabatan fungsional ............ 3);
:
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menetapkan PERTAMA
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 jo. Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999; Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979; Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980; Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000; Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002; Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 08 Tahun 2002;
MEMUTUSKAN : : Menghentikan tunjangan jabatan ......... 3) Saudara; Nama : ................................... 4) NIP : ................................... 5) Jabatan : .................................. 14) Satuan Organisasi/Unit Kerja : .................................. 15)
KEDUA
: Penghentian tunjangan jabatan ........3) pada diktum PERTAMA adalah terhitung mulai bulan .......................................16)
KETIGA
:
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan dan perhitungan kembali sebagaimana mestinya.
181
ASLI Keputusan ini disampaikan kepada Pegawai yang bersangkutan untuk diketahui dan dipergunakan sebagai mana mestinya. Ditetapkan .....…............................17) Pada tanggal .................................. 18) MENTERI/KEPALA/GUBERNUR/BUPATI/ WALIKOTA ...................... 1) (................................................ 19) Tembusan Yth : Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian; Kepala Kantor Regional .... Badan Kepegawaian Negara di .............20); Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan; Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintahan Daerah di............ 21); Pejabat lain yang dipandang perlu.
182
PETUNJUK PENGISIAN ANAK LAMPIRAN 1.f
1 1
NOMOR KODE 2 1)
2 3
2) 3)
4
4)
5 6
5) 6)
7
7)
8
8)
9 10
9) 10)
11 12
11) 12)
13 14 15 16
13) 14) 15) 16)
17 18 19 20
17) 18) 19) 20)
21
21)
NO
URAIAN 3 Tulislah nama jabatan yang berwenang menetapkan penghentian /penghentian sementara tunjangan jabatan Auditor. Tulislah nomor Surat Keputusan yang dimaksud dalam angka 1. Tulislah nama tunjangan jabatan fungsional tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 Tulislah nama PNS yang dikenakan penghentian/penghentian sementara dari jabatan fungsional tersebut sebagaimana dimaksud dalam angka 3. Tulislah NIP dari PNS yang dimaksud dalam angka 4. Tulislah nama jabatan yang mengangkat PNS tersebut pada angka 4 kedalam jabatan fungsional. Tulislah Nomor dan tanggal Surat Keputusan pengangkatan dalam jabatan fungsional. Tulislah dengan angka dan huruf besarnya tunjangan jabatan yang berhak diterima PNS pada angka 4. Tulislah tanggal mulai berlakunya Surat Keputusan pemberian tunjangan jabatan. Tulislah nama jabatan yang menetapkan mutasi kepegawaian bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional. Tulislah nomor dan tanggal surat keputusan tersebut pada angka 10. Tulislah mutasi kepegawaian yang dialami Pegawai Negeri Sipil tersebut atau alasan lain sehingga PNS tidak berhak memperoleh tunjangan jabatan tersebut. Tulislah tanggal mulai berlakunya Surat Keputusan tersebut pada angka 10. Tulislah nama jabatan yang akan dihentikan tunjangan jabatan tersebut diatas. Tulislah satuan organisasi/unit kerja dari PNS yang menduduki jabatan fungsional. Tulislah tanggal mulai berlakunya penghentian/penghentian sementara tunjangan jabatan tersebut diatas. Tulislah tempat ditetapkannya keputusan. Tulislah tanggal penetapan keputusan. Tulislah nama dan NIP dari pejabat tersebut pada angka I. Tulislah nama dan tempat Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang meliputi wilayah kerja PNS tersebut melaksanakan tugas. Tulislah nama dan tempat Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah dimana PNS tersebut melaksanakan tugas
183
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN Gedung Anggaran Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta 10710 Kotak Pos 1139 Sifat Lampiran
Telepon : 344-9230 (20 saluran) 384-2234,386-5130,344-0107 Telex : 45799 Faksimil : 364-5402, 34504640
: Segera : 2 (dua) berkas
24 Juni 2002
Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Anggaran; 2. Para Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara;
SURAT EDARAN NOMOR : SE-97 /A/2002 TENTANG PEMBAYARAN TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR Bersama ini disampaikan keputusan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2002 tangal 23 April 2002 tentang Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor, dan Kuputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 08 Tahun 2002 tanggal 29 Mei 2002 Tentang Tata Cara Permintaan, Permintaan dan Penghentian Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor. Selanjutnya diminta perhatian saudara terhadap hal-hal sebagai berikut : 1. Pegawai Negeri Sipil yang berhak mendapat Tunjangan Jabatan Fungsional Auditor (selanjutnya disebut tunjangan auditor) adalah Pegawai Negeri Sipil yang telah diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam Jabatan Fungsional Auditor dengan surat keputusan pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
184
2. Besarnya Tunjangan Auditor terhitung mulai tanggal 1 Januari 2002 adalah sebagai berikut : No 1
Jabatan Fungsional 2
1
Auditor Ahli
2
Auditor Trampil
Jabatan 3 Auditor Ahli Utama Auditor Ahli Madya
Besar Tunjagan 4 Rp. 1.000.000,00 Rp. 725.000,00
Auditor Ahli Muda Auditor Ahli Pertama
Rp. Rp.
475.000,00 225.000,00
Auditor Penyelia Auditor Pelaksana Lanjutan Auditor Pelaksana
Rp. Rp. Rp.
350.000,00 250.000,00 125.000,00
3. Pemberian Tunjangan Auditor ditetapkan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang. Pejabat yang berwenang dapat mendelegasikan kepada pejabat lain dilingkungannya untuk menetapkan keputusan pemberian tunjangan Auditor. Dalam surat keputusan pemberian tunjangan Auditor harus dicantumkan besarnya tunjangan yang bersangkutan. Asli surat keputusan pemberian Tunjangan Auditor disampaikan kepada Pegawai Negeri yang bersangkutan, dan tembusannya kepada : a. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Jakarta; b. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian di Jakarta; c. Kepala Kantor Regional Badan Kepegawaian Negara yang bersangkutan; d. Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara /Kepala Biro/ Bagian Keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan; e. Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan; f. Pejabat lain yang dipandang perlu. 4. Pembayaran tunjangan Jabatan Fungsional Auditor : a. Tunjangan Auditor diberikan terhitung mulai tanggal 1(satu) bulan berikutnya setelah Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugas yang dinyatakan dengan Surat Pernyataan Melaksanaan Tugas dari pejabat yang berwenang. b. Pelaksanaan tugas yang dimulai tanggal 1 (satu), Tunjangan Auditor dibayarkan pada bulan yang bersangkutan. c. Pelaksanaan tugas sebagai dimaksud pada angka 2, apabila bertepatan pada hari libur sehingga pelaksanaan tugasnya dilaksanakan pada tanggal berikutnya, pemberian Tunjangan Auditor dibayar mulai bulan itu juga
185
5. Kepada Pegawai Negeri Sipil yang pada tanggal 1 Januari 2002 dan atau setelah ditetapkannya Keppres RI Nomor 23 Tahun 2002 masih menduduki jabatan fungsional auditor, pembayaran tunjangan auditor dilakukan berdasarkan Surat Pernyataan Telah Menduduki Jabatan dari Pejabat yang berwenang. 6. Untuk kelancaran pembayaran Tunjangan Auditor, maka setiap permulaan tahun anggaran, pejabat yang berwenang membuat Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan bagi para Pegawai Negeri Sipil dilingkungannya. 7. Pejabat yang berwenang dapat mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada pejabat lain dalam lingkungannya untuk membuat surat pernyataan melaksanakan tugas, surat pernyataan telah menduduki jabatan, atau surat pernyataan masih menduduki jabatan sebagaimana dimaksud pada angka 4, 5 dan 6. 8. Asli Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas/Surat Pernyataan Telah Menduduki Jabatan /Surat Pernyataan Masih Menduduki Jabatan sebagaimana dimaksud pada angka 4, 5 dan 6 disampaikan Kepada Kepala Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara/ Kepala Biro/ Bagian Keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan dan tembusannya kepada : a. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian; b. Kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan; c. Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan; d. Pejabat Pembuat Daftar Gaji yang bersangkutan ; e. Pejabat lain yang dipandang perlu 9. Permintaan pembayaran tunjangan auditor diajukan oleh Pejabat Pembuat Daftar Gaji (PDG) bersama-sama dengan permintaan gaji kepada KPKN yang bersangkutan, dengan melampirkan surat keputusan dan surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada angka 4, 5 dan 6. 10. Pembayaran tunjangan auditor dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan : a. diberhentikan dari jabatan fungsional Auditor; b. berhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil; c. dibebaskan sementara dari jabatan fungsionl Auditor; d. diperbantukan secara penuh di instansi lain dan tidak melaksanakan tugas sebagai Auditor; e. dijatuhi hukuman disiplin berupa pembebasan dari jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; f. sedang menjani cuti diluar tanggungan negara; atau g. dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
186
11. Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin berat berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, walaupun kemudian mengajukan banding ke Badan Pertimbangan Kepegawaian, Tunjangan Auditor tetap dihentikan. 12. Tunjangan Auditor yang dihentikan sebagaimana dimaksud dalam angka 11, dapat dibayarkan kembali setelah ada keputusan Badan Pertimbangan Kepegawaian yang meringankan hukuman tersebut dan dinyatakan telah melaksanakan tugas kembali oleh pejabat yang berwenang. 13. Tunjangan Auditor dihentikan terhitung mulai bulan berikutnya sejak pegawai yang bersangkutan menjalani cuti besar atau cuti diluar tanggungan negara. Apabila pegawai yang berhak atas Tunjangan Auditor menjalani cuti besar atau cuti diluar tanggungan negara untuk persalinan anak selama 1(satu) bulan atau lebih, maka tunjangan jabatan dapat dibayarkan kembali setelah pegawai yang bersangkutan telah melaksanakan tugasnya kembali. Apabila cuti diluar tanggungan negara bukan karena persalinan, maka tunjangan dibayarkan setelah diangkat dalam jabatan tunjangan auditor dan dinyatakan melaksanakan tugas. 14. Pejabat fungsional yang diberhentikan dari jabatannya, umpamanya berpergian keluar negeri, tugas belajar untuk jangka waktu 6(enam) bulan atau lebih, Tunjangan Auditornya dihentikan terhitung mulai bulan ketujuh. Tunjangan Auditor dibayar kembali setelah diangkat dalam jabatan fungsional auditor dan dinyatakan telah melaksanakan tugas kembali pleh pejabat yang berwenang. Misalnya : Seorang Auditor ditugaskan mengikuti tugas belajar mulai tanggal 10 Oktober 2002 sampai dengan 10 Desember 2004. Auditor tersebut dinyatakan bekerja kembali terhitung mulai tanggal 28 Desember 2004. dalam hal ini : a. Tunjangan Auditor untuk bulan Nopember 2002 sampai dengan bulau April 2003 tetap dibayarkan. b. Tunjangan Auditor dihentikan terhitung mulai bulan Mei 2003 sampai Desember 2004. c. Dibayarkan kembali tunjangan jabatan fungsional Auditor mulai bulan Januari 2005 dan seterusnya, apabila telah diangkat kembali dalam jabatan fungsional Auditor dan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas Kembali telah diterima oleh KPKN/ Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemda yang bersangkutan. 15. Pejabat yang berwenang mengeluarkan surat keputusan pemberhentian / pembebasan sementara dari jabatan dan pemberian ijin cuti diluar tanggungan negara / cuti besar, serta surat tugas belajar, menyampaikan asli surat tersebut kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dan tembusannya kepada : a. Kepala Badan Kepegawaian Negara Up. Deputi Bidang Informasi Kepegawaian;
187
b. Kepala Kantor Regional BKN c. Kepala Kantor Regional Perbendaharaan dan Kas Negara/Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.; d. Pejabat Pembuat Daftar Gaji; e. Pejabat lain ynag dipandang perlu. 16. Pegawai Negeri Sipil yang sebelum ditetapkannya keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 1002 telah diangkat dalam jabatan fungsional auditor dan sebelumnya menduduki jabatan struktural serta diberikan tunjangan sebesar tunjangan jabatan struktural, apabila : a. Tunjangan jabatan struktural yang diterima lebih kecil dari tunjangan Auditor, maka kepada yang bersangkutan diberikan selisih Tunjangan Auditor; Umpamanya : Seorang Pegawai Negeri Sipil sebelumnya menduduki jabatan struktural eselon III A, kemudian diangkat dalam jabatan fungsional Auditor Ahli Madya dan diberikan tunjangan sebesar tunjangan jabatan struktural eselon III A yaitu Rp 600.000,- Dalam hal demikian, berdasarkan keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 besarnya Tunjangan Auditor Ahli Madya adalah Rp 725.000,- maka selisih Tunjangan Auditor Ahli Madya tersebut tetap dibayarkan kepada yang bersangkutan. b. Tunjangan jabatan struktural yang diterima lebih dari Tunjangan Auditor, maka selisih tunjangan yang pernah diterima tidak ditarik kembali. Selanjutnya mulai bulan berikutnya setelah ditetapkannya Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 tunjangan yang dibayarkan adalah sebesar Tunjangan Auditorberdasarkan keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002. Umpamanya : Seorang Pegawai Negeri Sipil sebelumnya menduduki jabatan struktural eselon II B, kemudian diangkat dalam jabatan fungsional Auditor Ahli Madya dan diberikan tunjangan sebesar tunjangan jabatan struktural eselon II B yaitu Rp 1.500.000,- Dalam hal demikian, berdasarkan keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2002 besarnya Tunjangan Auditor Ahli Madya adalah Rp 725.000,- maka selisih tunjangan jabatan restruktural tersebut tidak perlu dikembalikan oleh yang bersangkutan. Mulai bulan Mei 2002 tunjangan yang dibayarkan adalah sebesar Rp 725.000,17. Apabila terjadi kenaikan jenjang jabatan fungsional Auditor, maka pejabat yang berwenang menetapkan keputusan kenaikan jenjang jabatan, serta keputusan pemberian tunjangan sesuai tingkat jabatan tersebut. Pemberian Tunjangan Auditor tersebut dapat ditetapkan sekaligus dalam keputusan pengangkatan atau kenaikan jenjang jabatan fungsional auditor tersebut.
188
Kepala Kantor Wilayah pelaksanaan Surat Edaran ini.
Direktorat
Jendral
Anggaran
diminta
untuk
mengawasi
Demikian untuk dipedomani dan dilaksanakan sebagaimana mestinya
DIREKTUR JENDRAL ANGGARAN, ttd A. ANSHARI RITONGA NIP. 060027032 Tembusan : 1. Menteri Keuangan; 2. Kepala Badan Kepegawaian Negara; 3. Sekretaris Jendral/Utama Departemen/Lembaga Pemerintah Non Departemen; 4. Sekretaris dan Direktur di lingkungan Ditjen. Anggaran; 5. Para Kepala Kantor Verifikasi Pelaksanaan Anggaran;
189