BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMONDASI A.
Kesimpulan Lahirnya program sertifikasi yansg kemudian dilaksanakan dengan PLPG
untuk menghasilkan guru profesional tidak terlepas dari terbitnya Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Melalui undang-undang tersebut guru disebutkan sebagai tenaga profesional. Dengan demikian maka guru menjadi perhatian penting untuk mendorong kemajuan pendidikan, karena guru sebagai ujung tombak dalam proses pelaksanaan pendidikan. Dalam mengevaluasi program PLPG di SMP Negeri Yogyakarta, maka di perhatikan pengembangan profesi guru, kompetensi guru dan penilaian kinerja guru. Dari hasil kajian yang dilakukan penulis, menunjukkan bahwa pelaksanaan program PLPG belum maksimal (optimal) dilihat dari sasaran dan tujuannya. Hal dijelaskan penulis dengan temuan-temuan yang ada sesuai dengan data kualitatif dan kuntitatif, sebagai berikut di bawah ini. Program PLPG yang bertujuan untuk menghasilkan guru berkualitas atau yang disebut guru profesional dapat dikatakan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada, namun gagal memperoleh dampak yang substansial. Permasalahan yang masih terjadi dalam implementasi diantaranya adalah guru yang setelah mengikuti program PLPG tidak serta merta menjadi guru yang profesional. Belum dalam efektifnya program PLPG dapat dibuktikan hasil data menunjukkan program PLPG sangat bermanfaat untuk peningkatan profesi guru, 165
yakni sebesar 65 %. Sedangkan guru yang menyatakan bermanfaat sebesar 35%. Hal ini menjelaskan bahwa program PLPG belum memberikan kontribusi yang subtansial dalam rangka mewujudkan profesionalisme guru, jika dilihat dari persepsi guru SMP Negeri Yogyakarta tentang manfaat program PLPG sesuai dengan kuisoner yang telah diisi oleh responden. Sementara itu masih dilihat dari pengembangan profesi guru terkait dengan persepsi responden terhadap penyusunan program tahunan sesuai dengan kurikulum menggambarkan bahwa 44 responden atau sama dengan 26 % mengatakan sangat bermanfaat sesuai dan 111 responden menyatakan bermanfaat atau sama dengan 66 %. Sementara itu 11 responden memberikan persepsi kurang bermanfaat atau sama dengan 7 % dan 1 responden (1%). Catatan dari satu responden yang menyatakan tidak bermanfaat ini perlu dicermati kemudian. Walau hanya satu responden ini berarti menandakan masih ada satu orang yang mengatakan tidak bermanfaat sama sekali apa yang ada dalam program PLPG dengan praktiknya pada saat menyusun perangkat mengajar, yakni program tahunan. Hal ini penulis lihat sebagai salah satu kekurangan yang terjadi dalam program PLPG. Artinya dengan program PLPG masih ada guru yang belum merasakan dampaknya, yakni peningkatan kualitas guru. Sementara itu, program PLPG jika dilihat dari peningkatan kompetensi guru juga belum dirasakan secara optimal bagi guru sebagai sasaran, memang dapat meningkatkan kompetensi guru, sehingga kualitas guru meningkat. Namun di lain sisi program PLPG yang tujuannya untuk menghasilkan guru profesional menjadikan para guru (tenaga pendidik) tidak di ikuti dengan program-program 166
pendukung dalam peningkatan kompetensi guru. Data dan analisis penulis membuktikan jika dilihat dari bagaimana guru mengunakan vareasi mengajar pada saat melakukan pembelajaran yang terkait dengan kompetensi mengajar sebanyak 53 responden mengatakan sangat bermanfaat atau sama dengan 31,7 %. Sedangkan yang menyatakan persepsi bermanfaat sebanyak 108 responden atau setara dengan 64,7 %. Sementara itu yang menyatakan persepsi kurang bermanfaat sebanyak 6 responden atau sama dengan 1,4 %. Walau hanya 6 responden, namun ini menjadi catatan penting bagaimana merencankan program yang lebih baik kedepanya untuk menciptakan guru yang berkualitas dan kemudian disebut sebagai guru profesional. Dari hal ini penulis mengambil kesimpulan bahwa memang program PLPG tidak tepat dijadikan penentu sebagai penetapan guru sertifikasi. Selanjutnya jika dilihat dari penilaian kinerja guru, terlaksananya program PLPG lebih menekankan pada sistem administrasi guru. Persiapan perangkat mengajar yang begitu banyak menyebabkan guru tidak lagi ada waktu untuk mengembangkan kompetensinya. Dengan demikian untuk
mempersiapkan
diri
lebih
optimal
guru lebih sedikit waktu
menjadi
guru
yang
lebih
berkualitas/profesional. Jika dilihat dari persepsi responden dari memastikan tingkat pemahaman peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran. Data kuantitatif yang dimiliki penulis menunjukan bahwa 18 % dengan jumlah responden 30, responden memiliki persepsi sangat bermanfaat program PLPG untuk memastikan tingkat pemahaman peserta didik untuk menguasai materi pembelajaran. Untuk persepsi bermanfaat memiliki persentase yang bersar, yakni 167
69,5 % dengan jumlah responden 116. Sedangkan yang memiliki persepsi kurang bermanfaat sebesar 1,4% dengan jumlah responden 21. Adanya yang menyatakan kurang bermanfaat dari responden adalah bukti masih adanya kekurangan dalam proses pelaksanaan program PLPG terhadap kondisi di lapangan/sekolah dimana tempat guru mengajar. Perbedaan situasi dan kondisi pada saat mengikuti program PLPG dan tahap implementasinya harus bisa di prediksi, sehingga benar adanya mencapau sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yakni guru yang berkualitas. Jadi menurut hemat penulis program PLPG hanyalah sebagai pemicu untuk meningkatkankan kompetensi guru dan tidak tepat jika dijadikan sebagai penentu guru sertifikasi atau guru profesional. Karena lulusan dari program PLPG sesuai dengan data, analisis dan pembahasan dalam penelitian ini belum memberikan pengaruh yang signifikan dalam hal peningkatan kualitas tenaga pendidik. Masih banyaknya permasalahan dan kekurangan dalam hal proses implementasinya adalah buktinya, bahwa peningkatan kompetensi masih harus terus dilakukan secara terus-menerus tidak sampai pada pelatihan. B.
Rekomondasi
1.
Perlu koordinasi secara terus menerus antara sekolah dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta untuk menyusun program untuk peningkatan kompetensi guru.
2.
Pelaksanaan program PLPG di lingkungan SMP Negeri Kota Yogyakarta sebaiknya tidak hanya sampai pada pelatihan-pelatihan, perlu dilakukan evaluasi dan program berkelanjutan. 168
3.
Pemerintah/Sekolah
menyediakan
fasilitas
kepada
guru
untuk
dimanfaatkan sebagai penunjang belajar untuk meningkatkan kualitas mengajar sebagai tuntutan guru profesional. 4.
Penting untuk membentuk kelompok-kelompok mengajar Guru Bidang Studi, yang selama ini sering sekali fakum.
5.
Pentingnya fungsi kontrol dan pembinaan untuk guru sertifikasi di lingkungan SMP Negeri se-Kota Yogyakarta.
6.
Mengurangi/menyederhanakan sistem administrasi perangkat mengajar guru. Sehingga guru yang berkualitas tidak hanya di ukur dari kelengkapan administrasi, tetapi berdasarkan kompetensi yang dimiliki.
7.
Penentuan Guru Profesional tidak tepat ditentukan melalui program PLPG, maka perlu program-program pelatihan untuk miningkatkan kompetensi guru secara berkesinambungan guna menghasilkan dan menjaga kualitas guru.
8.
Memperbaiki sistem dan kinerja LPTK sehingga menghasilkan tenaga kependidikan yang lebih berkualitas.
169