116
BAB V PENUTUP
Dalam bab terakhir ini, penulis akan menarik kesimpulan dari keseluruhan penulisan skripsi ini yang mengangkat bahasan tentang “Pendidikan Pluralism Perspektif Dr. Yusuf Qardhawi; Telaah Konsep PAI tentang Toleransi atas Hak-Hak Golongan Minoritas”. Kesimpulan ini berangkat dari permasalahan yang penulis angkat dan telah dijabarkan dalam rumusan masalah dalam bab pebdahuluan. Diantara kesimpulan tersebut dapat kami kemukakan sebagai berikut: a. Kesimpulan Disimpulkan disini bahwa: 1.
Pluraslisme adalah sebuah konsep, yang oleh Dr. Yusuf Qardhawi dikatakan sebagai sunnatullah, keberadaannya tak bisa dibantahkan, ia adalah ketetapan-fitrah dari Allah Swt. Pluralisme sebagai paham, oleh Dr. Yusuf Qardhawi dimaksudkan sebagai sebuah bentuk keanekaragaman yang terdapat dalam kehidupan bermasyrakat, bisa berupa keyakinan beragama bahkan juga dapat bermanifest dalam keanekaragaman latar belakang masyarakatnya.
116
117
Pluralisme
tidak
mensyaratkan
peleburan
sebuah
agama
tunduk
menjustifikasi semua ajaran agama sama dan benar satu sama lain. Qardhawi menggaris bawahi Pluralisme sebagai sebuah karunia yang secara tegas memberi batasan pada aqidah, maksudnya urusan aqidah adalah prinsip paling asasi yang dimiliki manusia dan tidak bisa ditundukkan dengan atas nama pluralisme sekalipun. Dengan demikian, dapat disebutkan bahwa yang dimaksud pluralisme adalah terdapat banyaknya ragam latar belakang (agama) dalam kehidupan masyarakat yang mempunyai eksistensi hidup berdampingan, saling bekerja sama dan saling berinteraksi antara penganut satu agama dengan penganut agama lainnya, atau dalam bahasa lain, setiap penganut agama dituntut bukan saja mengakui keberadan dan menghormati hak agama lain, tetapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan guna tercapainya kerukunan bersama. 2.
Dalam kehidupan pluralistik mensyaratkan sikap toleran antar warga masyarakat. Tanpa toleransi, kehidupan yang beraneka ragam tidak akan bisa damai, bahkan sebaliknya akan kerap terjadi pertentantangan satu sama lain.
118
Toleransi adalah bentuk sikap saling menghormati perbedaan tanpa mengorbankan prinsip-prinsip yang sudah melekat dalam diri yang bersangkutan, misalnya keyakinan dan semacamnya. Toleransi menjadi semacam “lem/perekat” dalam kehidupan multicultural, sementara multicultural sendiri adalah aspek yang tak \\bisa dilepaskan dalam kehidupan yang pluralistik. Toleransi dalam islam bisa dimaknakan sebagai usaha membangun sikap untuk saling menghargai, saling menghormati antara satu dengan lainnya tanpa mencederai keyakinan masing-masing. 3.
Dalam gagasan pluralisme dan juga praktek toleransi, Pendidikan Agama Islam telah benar-benar meletakkan prinsip menerima eksistensi agama lain dan
memberikan
kebebasan
kepada
pemeluk
agama
lain
untuk
menjalankan ajaran agamanya tanpa batasan. Hal demikian dapat dilihat dari dasar Al Qur’an yang sama sekali tidak memaksakan seseorang (non muslim/kafir) untuk memeluk agama islam (Surat Al Kafirun). Ayat tersebut nyata-nyata menjadi pondasi bagi perwujudan akan penghormatan kepada kemajemukan keyakinan/agama suatu individu dalam suatu masyarakat. b. Saran
119
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis hendak memberikan saran yang kiranya dapat mempertajam gagasan ideal akan tatanan kehidupan yang menghormati keragaman dalam kehidupan bermasyarakat, diantara saran tersebut meliputi: 1.
Pendidikan agama harus diorientasikan pada semangat keagamaan yang inklusif dan toleran agar generasi bangsa dapat memahami perbedaan agama, suku, dan budaya sebagai kekayaaan suatu bangsa yang dapat berpotensi positif.
2.
Selain lembaga pendidikan, pemerintah sudah sepantasnya melakukan upaya konkret untuk menyebarkan paham keagamaan inklusif dan toleran kepada warga masyarakatnya agar pluralisme mengarah pada perilaku positif, tidak membabi buta, mengorbankan suatu keyakinan hakiki atas nama penghormatan akan adanya perbedaan.
3.
Masyarakat muslim, sebagaimana pernah diteladankan dalam sejarah awal kejayaan islam sudah selayaknya melakukan perubahan paham dan sikap terhadap non-muslim dengan budaya untuk mewujudkan masyarakat harmonis yang mengarah pada terwujudnya perdamaian, yaitu dengan menghormati hak-hak golongan minoritas.
4.
Terkait dengan pluralisme, dapat ditegaskan bahwa ia adalah fakta (sunatullah), namun kaum muslim harus memproteksi aqidahnya, toleransi memang diharuskan, namun tidak boleh mengorbankan prinsip aqidah
120
islam. Diperlukan penelitian lanjutan untuk dapat mengukur secara konkret hubungan paham keagamaan islam yang digali dari konsep PAI akan pluralisme dan semangat toleransinya terhadap hak golongan minoritas yang terwujud dalam kehidupan masyarakat secara luas.