perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai penerapan emergency preparedness & response yang dapat penulis bahas sebagai berikut : A. Emergency Preparedness & Response PT. Asahimas Chemical merupakan pabrik petrokimia yang memproduksi beberapa bahan dasar
kimia seperti Caustic Soda (NaOH), Ethylene
Dichloride (EDC), Vinyl Chloride Monomer (VCM), Polyvinyl Chloride (PVC), Hydrochloride Acid (HCI) dan Sodium Hypochlorite (NaClO) yang berpotensi dapat menyebabkan timbulnya kebakaran, peledakan, keracunan gas (klorin). PT. Asahimas Chemical telah melaksanakan usaha penyelamatan keadaan darurat,
seperti
adanya
prosedur
dan
kebijakan
yang
tertulis
dan
dikomunikasikan, melakukan perlengkapan pada sarana dan prasarana dan latihan emergency drill yang dilakukan setiap bulan. Hal tersebut telah sesuai dengan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 pada pasal 3 ayat 1 mengenai syarat syarat keselamatan kerja seperti mencegah kecelakaan, mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, mencegah dan mengurangi bahaya peledakan, memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya, memberi APD pada pekerja, mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan. commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
B. Kesiapsiagaan Tanggap Darurat 1. Tim Tanggap Darurat Tim tanggap darurat dibentuk sebagai salah satu upaya pengendalian keadaan darurat yang dapat terjadi di tempat kerja. Di PT. Asahimas Chemical terdapat organisasi tanggap darurat (emergency preparednes & Response Organization) yang anggotanya berasal dari masing-masing departemen dengan mempertimbangkan keterbatasan luas tempat kerja dan jumlah tenaga kerja. Perekrutan Emergency Preparedness Response Organization dilakukan agar semua departemen bisa menangani saat terjadinya keadaan darurat di tempat kerjanya. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No.Kep 186/MEN/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja, khususnya pada pasal 3 tentang pembentukan unit penanggulangan kebakaran dengan memperhatikan jumlah tenaga kerja atau klasifikasi potensi bahaya kebakaran dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 Lampiran II poin 6.7.4 “Petugas penanganan keadaan darurat ditetapkan dan diberikan pelatihan khusus serta diinformasikan kepada seluruh orang yang ada di tempat kerja.
2. Prosedur Keadaan Darurat Pelaksanaan prosedur penanganan keadaan darurat di PT Asahimas telah dibuat dalam bentuk Plant Safety Manual (PSM) yang isinya memuat mengenai tujuan, ruang lingkup, definisi, prosedur, sistem komunikasi dan commit user perencanaan keadaan darurat, juga to penyusunan dokumen emergency seperti
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebakaran/peledakan, keracunan gas (klorin), huru-hara dan bencana alam (gempa bumi & tsunami). Dalam pembuatan prosedur PT. Asahimas Chemical telah sesuai dengan KEPMEN No. 186 tahun 1999 tentang penanggulangan kebakaran di tempat kerja pada ayat 4, mengenai buku rencana penanggulangan keadaan darurat kerbakaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf f memuat : a. Informasi tentang sumber potensi bahaya kebakaran dan pencegahannya b. Jenis, cara pemeliharaan dan penggunaan sarana proteksi kebakaran di tempat kerja c. Prosedur pelaksanaan pekerjaan berkaitan dengan pencegahan bahaya kebakaran Untuk penanganan keadaan darurat telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 pada Lampiran II poin 6.7 tentang kesiapan untuk
menangani
keadaan
darurat
mengenai
prosedur
yang
didokumentasikan dan diinformasikan kepada seluruh tenaga kerja, prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil identifikasi dan diuji serta ditinjau secara rutin oleh petugas yang berkompeten dan berwenang, tenaga kerja mendapat pelatihan tanggap darurat.
commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Prosedur Rute/Alur Komunikasi Darurat Menurut
hasil
yang
penulis
baca
pada
prosedur
emergency
communication route di PSM MSC 1005 terdapat beberapa hal yang menjadi temuan dan memerlukan perbaikan, berikut hasil temuan : Tabel 2. Hasil temuan rute komunikasi NO 1
2
Temuan
Rekomendasi
Di dalam prosedur dijelaskan bahwa alur komunikasi dimulai dari shift leader. Dalam PSM 1005 poin 6 mengenai prosedur, dijelaskan mengenai tugas masing masing PIC, tetapi tidak dijelaskan adanya urutan atau alur komunikasi kapan tugas itu harus dikerjakan.
Sebaiknya alur komunikasi dimulai dari si Penemu keadaan. Sebaiknya dalam prosedur tersebut dituliskan mengenai tahapan tahapan level kejadian dan sampai mana komunikasi itu diperlukan.
Namun adanya pembuatan prosedur komunikasi dalam perusahaan sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012 Lampiran II poin 6.7.2 “Penyediaan alat/sarana dan prosedur keadaan darurat berdasarkan hasil identifikasi dan diuji serta ditinjau secara rutin oleh petugas yang berkompeten dan berwenang.
C. Sarana dan Prasarana 1. Alarm Di PT Asahimas sendiri terdapat fire alarm dan detektor asap. Pemasangan Fire alarm tersebut, tersebar di setiap unit kerja dan pemasangan detector asapcommit tersebartodiuser bangunan gedung yang berada di PT
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Asahmias. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No.Per-02/MEN/1983 tentang instalasi kebakaran automatik dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan
SMK3 Lampiran II poin 6.7.6 “Peralatan, dan sistem tanda bahaya keadaan darurat disediakan, diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan. 2. Peralatan Saat Terjadi Keadaan Darurat a. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) PT. Asahimas Chemical telah memasang dan memelihara APAR pada setiap tempat kerja sebagai upaya pengendalian terjadinya kebakaran. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri No.04 tahun 1980 pasal 4 mengenai pemasangan apar yang dilakukan dengan tinggi 125 cm dari lantai dan penempatan tidak boleh lebih dari 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pengawas atau ahli keselamatan kerja dan pada pasal 11 mengenai pemeriksaan yang dilakukan setahun 2 kali dalam periode setiap 6 bulan, Sedangkan PT Asahimas telah melakukan pemeriksaan 4 kali dalam periode 3 bulan.
b. Alat Pemadam Api Instalasi Tetap Pemenuhan alat pemadam api tetap kebakaran seperti Hydran, Sprinkle, foam disediakan di luar gedung yang tersebar di masing-masing unit kerja. Pemasangan alat tersebut sudah disesuaikan pada peraturan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
sesuai tingkat potensi bahaya yang ada. Hal tersebut telah sesuai dengan Kepmenaker RI No. Kep-186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja BAB I Pasal 2 ayat 2 huruf (b) dan (d) yang menyebutkan bahwa “Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran di tempat kerja meliputi penyediaan saran deteksi, alarm, pemadam kebakaran dan sarana evakuasi, serta pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja dan sesuai dengan NFPA 14 standar installation for standpipe and hose system, NFPA 13 installation of sprinkler system.
3. Sarana Penyelamatan Diri PT. Asahimas Chemical telah menyediakan sarana penyelamatan diri seperti tanda penunjuk arah keluar, lampu saat terjadi emergency, koridor menuju pintu exit yang bebas dari halangan, adanya pintu exit dan tangga darurat. Hal ini telah sesuai dengan Standar Nasional Indonesia 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sarana Jalan Keluar Untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung terdapat syarat-syarat tentang pintu darurat dan petunjuk keluar 13.1.4. Akses ke exit harus diberi tanda dengan tanda yang disetujui, mudah terlihat di semua keadaan dimana exit atau jalan untuk mencapainya tidak tampak langsung oleh para penghuni. Penempatan tanda haruslah sedemikian sehingga tidak ada titik di dalam akses eksit koridor lebih dari to user 30 m ( 100 ft ) dari tandacommit terdekat. Pengecualian : Tanda di dalam akses
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
eksit koridor pada bangunan yang sudah ada tidak harus memenuhi jarak 30 m seperti yang dipersyaratkan dan sesuai dengan Undang – Undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 (d) yang menyatakan bahwa “Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian- kejadian lain yang berbahaya.
4. Assembly Point Tempat berkumpul sementara PT. Asahimas Chemical ditempatkan di unit yang tidak berpotensi menimbulkan bahaya. Berdasarkan luas perusahaan PT. Asahimas Chemical memiliki 6 assembly point yang menyebar di setiap area. Tempat tersebut ditandai dengan bendera dan papan yang menandakan bahwa tempat itu adalah assembly point. Hal ini telah sesuai dengan Teori (Sahab, 1997) titik Assembly Point merupakan tempat untuk berkumpul yang aman, pada saat terjadi kondisi darurat di suatu perusahaan.
D. Emergency Drill Dalam perencanaan dan pelaksanaan program training, PT. Asahimas Chemical telah melakukan pelatihan simulasi emergency drill yang dilakukan setiap bulan untuk keadaan darurat tingkat 1 dan setiap 3 bulan untuk keadaan darurat tingkat 2 dan 3.
Hal tersebut telah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja lampiran II poin 6.7.3 yang menyatakan bahwa “Tenaga kerja mendapatkan instruksi dan pelatihan commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko”, serta poin 6.7.4 yang menyatakan bahwa “Petugas penanganan keadaan darurat ditetapkan dan diberikan pelatihan khusus serta diinformasikan kepada seluruh orang yang ada di tempat kerja”. Hal ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja Pasal 2 Ayat 2 poin (e) yang berbunyi penyelenggaraan latihan dan kegiatan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala. Serta sesuai dengan
Keputusan
Menteri
Tenaga
Kerja
Ripublik
Indonesia
No.KEP.186/MEN/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja Pasal 2 ayat 1 Pengurus atau Perusahaan wajib mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, latihan penganggulangan kebakaran di tempat kerja.
E. Perencanaan Sarana Penyelamatan Jiwa Dari hasil yang di dapat bahwa dengan jumlah penghuni 150 orang dengan 4 pintu Exit maka penghuni tersebut sudah dapat menuju ke assembly point terdekat (assembly point Z) dalam waktu 3,47 menit. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan waktu kepada beberapa karyawan ketika keluar dari gedung menuju gate 3. Dari banyaknya pintu Exit yang berada pada TB II dilantai 2, terdapat 1 pintu Exit yang masih memerlukan tarikan (bukaan pintu ke arah dalam). Hal ini tidak sesuai dengan peraturan pada SNI 03 – 1746 – 2000, dimana isi SNI to user yaitu pintu harus membuka kecommit arah jalur jalan ke luar apabila digunakan pada
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ruang exit yang dilindungi atau apabila digunakan untuk melayani daerah yang mengandung resiko bahaya kebakaran berat.
commit to user