BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Faktor yang memiliki derajat pengaruh terbesar adalah faktor kerentanan fisik dan faktor yang memiliki derajat pengaruh terendah adalah faktor kerentanan sosial. 2. Terdapat dua zona kerentanan di kawasan penelitian, yaitu zona kerentanan rendah dan zona kerentanan sedang. 3. Tipologi kerentanan di kawasan penelitian digolongkan menjadi lima tipologi, yaitu: a. Tipologi 1 (Kawasan yang Memiliki Tingkat Kerentanan Lingkungan dan Ekonomi Tinggi, namun Kerentanan Fisik Sedang dan Kerentanan Sosial Rendah) b. Tipologi 2 (Kawasan yang Memiliki Tingkat Kerentanan Lingkungan dan Ekonomi Sangat Tinggi, sementara Kerentanan Fisik dan Kerentanan Sosial Sedang) c. Tipologi 3 (Kawasan yang Memiliki Tingkat Kerentanan Lingkungan dan Ekonomi Tinggi, sedangkan Kerentanan Fisik dan Kerentanan Sosial Rendah) d. Tipologi 4 (Kawasan yang Memiliki Kerentanan Lingkungan, Kerentanan Ekonomi, dan Kerentanan Fisik Tinggi, namun Kerentanan Sosial Rendah) e. Tipologi 5 (Kawasan yang Memiliki Kerentanan Lingkungan Rendah, Kerentanan Ekonomi Tinggi, Kerentanan Fisik Sedang, dan Kerentanan Sosial Rendah) 4. Tipologi 1, Tipologi 3, dan Tipologi 4 termasuk ke dalam kawasan dengan kerentanan rendah, sedangkan Tipologi 2 dan Tipologi 5 termasuk kawasan dengan kerentanan sedang. 5. Arahan adaptasi untuk masing-masing kawasan dapat dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang memiliki kerentanan tinggi dan sedang, sedangkan arahan untuk faktor 193
194 yang memiliki kerentanan rendah belum perlu untuk dilakukan. 6. Arahan adaptasi yang dirumuskan antara lain: a. Arahan untuk zona kerentanan sedang: Tipologi 2: - Penanaman vegetasi yang memiliki sistem perakaran kuat dan mampu mempercepat penyerapan air - Pengaturan kepadatan bangunan pada kawasan resapan air - Pembuatan breakwater jenis offshore brakwater di depan hutan Mangrove - Perbaikan pola penanaman mangrove sesuai ketahanan jenis dalam adaptasinya dengan kondisi lingkungan habitat pesisir. Pada bagian yang berbatasan langsung dengan laut sebaiknya ditanam dengan jenis-jenis Avicennia sp dan Sonneratia sp, kemudian di bagian belakangnya dengan Rhizophora sp dan Bruguiera sp. - Menguatkan penetapan dan pelaksanaan kebijakan mengenai perlindungan lingkungan laut; - Konservasi terumbu karang, baik berupa terumbu karang alami atau buatan - Pembuatan rumpon sebagai habitat terumbu karang buatan - Perbaikan penataan ruang dan kelembagaan - Mengurangi pertumbuhan kawasan terbangun dengan memperketat proses ijin mendirikan bangunan (IMB) - Pengarahan distribusi kepadatan lahan sesuai daya dukung dan karakter kawasan - Pengarahan penataan kawasan padat sebagai kawasan pembangunan kompak dan terpadu melalui pengaturan peruntukan campuran serta jenis kepadatan yang beragam - Pemberian insentif-disinsentif berupa penyediaan fasilitas bagi kepentingan publik
195 - Perlindungan infrastruktur jalan berupa tanggul laut - Melakukan program pendidikan bencana di sekolahsekolah, baik pendidikan formal maupun informal - Sosialisasi bencana kepada masyarakat melalui musrenbang dan forum warga - Pengadaan kemitraan antara masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah dalam perbaikan ekonomi masyarakat - Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha ekonomi mikro dan kecil; dan - Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Arahan Adaptasi untuk Tipologi 5: - Penguatan struktur dan material jalan yang tahan terhadap bencana. - Perlindungan infrastruktur jalan berupa tanggul laut - Pembangunan infrastruktur dan utilitas tahan bencana - Melakukan penyimpanan air melalui pembuatan tampungan air hujan, kolam, embung, atau waduk. - Perbaikan kualitas SDM melalui perbaikan sistem pendidikan - Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha ekonomi mikro dan kecil; dan - Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. b. Arahan adaptasi untuk zona kerentanan rendah: Tipologi 1: - Penanaman vegetasi yang memiliki sistem perakaran kuat dan mampu mempercepat penyerapan air. - Pembuatan breakwater jenis offshore brakwater di depan hutan Mangrove - Perbaikan pola penanaman mangrove sesuai ketahanan jenis dalam adaptasinya dengan kondisi lingkungan
196
-
habitat pesisir. Pada bagian yang berbatasan langsung dengan laut sebaiknya ditanam dengan jenis-jenis Avicennia sp dan Sonneratia sp, kemudian di bagian belakangnya dengan Rhizophora sp dan Bruguiera sp. Menguatkan penetapan dan pelaksanaan kebijakan mengenai perlindungan lingkungan laut. Perlindungan infrastruktur jalan berupa tanggul laut. Pembangunan infrastruktur dan utilitas tahan bencana. Perbaikan kualitas SDM melalui perbaikan sistem pendidikan. Pengadaan kemitraan antara masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah dalam perbaikan ekonomi masyarakat
Tipologi 3: - Pengaturan kepadatan bangunan pada kawasan resapan air - Pembuatan breakwater jenis offshore brakwater di depan hutan Mangrove - Perbaikan pola penanaman mangrove sesuai ketahanan jenis dalam adaptasinya dengan kondisi lingkungan habitat pesisir. Pada bagian yang berbatasan langsung dengan laut sebaiknya ditanam dengan jenis-jenis Avicennia sp dan Sonneratia sp, kemudian di bagian belakangnya dengan Rhizophora sp dan Bruguiera sp. - Konservasi terumbu karang, baik berupa terumbu karang alami atau buatan - Perlindungan infrastruktur jalan berupa tanggul laut - Melakukan penyimpanan air melalui pembuatan tampungan air hujan, kolam, embung, atau waduk. - Peningkatan pemahaman masyarakat terkait abrasi dan gelombang pasang melalui sosialisasi penyebab dan dampaknya. - Pembuatan sistem peringatan dini yang dilakukan oleh instansi terkait sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
197 - Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin melalui bantuan dana; - Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha ekonomi mikro dan kecil; - Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. Tipologi 4: - Penanaman vegetasi yang memiliki sistem perakaran kuat dan mampu mempercepat penyerapan air - Perbaikan pola penanaman mangrove sesuai ketahanan jenis dalam adaptasinya dengan kondisi lingkungan habitat pesisir. Pada bagian yang berbatasan langsung dengan laut sebaiknya ditanam dengan jenis-jenis Avicennia sp dan Sonneratia sp, kemudian di bagian belakangnya dengan Rhizophora sp dan Bruguiera sp. - Menguatkan penetapan dan pelaksanaan kebijakan mengenai perlindungan lingkungan laut; - Melakukan pembatasan atau pelarangan penambangan pasir - Konservasi terumbu karang, baik berupa terumbu karang alami atau buatan - Pembuatan rumpon sebagai habitat terumbu karang buatan - Pembangunan infrastruktur dan utilitas tahan bencana - Penguatan struktur dan material jalan yang tahan terhadap bencana. - Perbaikan kualitas SDM melalui perbaikan sistem pendidikan - Merumuskan mata pencaharian alternatif yang tidak rentan - Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha ekonomi mikro dan kecil.
198 5.2.
Rekomendasi Perlu adanya perhatian lebih terhadap kejadian abrasi karena banyak kasus yang terjadi akibat ketidaktahuan masyarakat akan bahaya abrasi dan kerentanan masyarakatnya. - Arahan kawasan rawan abrasi ini dapat dijadikan masukan dalam penyusunan RTRW atau dokumen tata ruang lainnya. - Kearifan lokal perlu dijadikan salah satu faktor yang digunakan dalam perumusan arahan adaptasi. -
5.3.
Batasan Penelitian Kondisi geologi kawasan pesisir belum dijadikan variabel penelitian dikarenakan keterbatasan data geologi di wilayah penelitian. - Arahan adaptasi belum mencakup arahan adaptasi berdasarkan tipologi adaptasi dalam DMC. - Arahan hanya sampai pada tipologi kawasan, belum mencakup arahan untuk masing-masing desa. -
5.4.
Saran Studi Lanjutan - Jika diperlukan penelitian tambahan, rekomendasi yang diberikan adalah merumuskan per tahapan adaptasi yang terdapat dalam DMC. - Pendapat para pakar, khususnya masyarakat hendaknya dimasukkan ke dalam triangulasi, karena mereka yang paling tahu kondisi eksisiting kawasan. - Perlu studi tentang arahan adaptasi per desa dan sesuai dengan kearifan lokal desa setempat.